Pembenaman Jerami, Aplikasi Pupuk Organik Dan Hayati Terhadap Ketersediaan Hara, Populasi Mikroba, Dan Hasil Padi Sawah Di Indramayu

PENGARUH REDUKSI PUPUK NPK DENGAN
PEMBENAMAN JERAMI, APLIKASI PUPUK ORGANIK DAN
HAYATI TERHADAP KETERSEDIAAN HARA, POPULASI
MIKROBA, DAN HASIL PADI SAWAH DI INDRAMAYU

ELFA NAJATA
A24070197

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

PENGARUH REDUKSI PUPUK NPK DENGAN PEMBENAMAN JERAMI, APLIKASI PUPUK ORGANIK
DAN HAYATI TERHADAP KETERSEDIAAN HARA, POPULASI MIKROBA, DAN HASIL PADI SAWAH
DI INDRAMAYU

The Effect of Reduces the NPK Fertilizer with Incorporated Straw, Application Organic and
Biofertilizer towards Nutrient Availability, Microbe Population, and Rice Production
at Indramayu


ELFA NAJATA
A24070197

Abstract
This research aims to study availability condition nutrient and soil microbe population in
paddy (Oryza sativa L.) within corporated straw, application organic and biofertilizer to reduce
dose NPK at Indramayu, West Java. The experiment was conducted in Sendang village, Karang
Ampel district, Indramayu, West Java, from november 2010 to march 2011. This research used
completely randomized design group with 13 treatments and 3 aplication, that is P1: 1 dose NPK,
P2: straw + 1 dose NPK, P3: without fertilizer and without straw, P4: straw + 0.5 dose NPK, P5:
straw + 0.5 dose NPK + biofertilizer 1, P6: straw + 0.5 dose NPK + biofertilizer 1 + dekomposer,
P7: straw + 0.5 dose NPK + biofertilizer 1 + granule organic fertilizer (POG), P8: straw + 0.5
dose NPK + POG + liquid organic fertilizer (POC) + dekomposer, P9: straw + 0.5 dose NPK +
biofertilizer 1 + POG + POC + dekomposer, P10: straw + 0.5 dose NPK + 1 biofertilizer 2, P11:
without straw + 0.5 dose NPK + 1 dose biofertilizer 2, P12: without straw + 0.5 dose NPK + 0.5
biofertilizer 2, P13: straw + 0.5 dose NPK + 0.5 dose biofertilizer 2. The result showed that
treatment incorporated straw, application organic and biofertilizer, and reduction 50 % dose NPK
give result availability nutrient and rice production not different with treatment one dose NPK and
in general increase mikrobe population (Azospirillium sp.,Azotobater sp., and Thiobacillus sp.)
Key word: paddy, nutrient availability, soil microbe population, incorporated straw, organic

fertilizer, and biofertilizer.

RINGKASAN
ELFA NAJATA. Pengaruh Reduksi Pupuk NPK dengan Pembenaman
Jerami, Aplikasi Pupuk Organik dan Hayati terhadap Ketersediaan Hara,
Populasi Mikroba, dan Hasil Padi Sawah di Indramayu (Dibimbing oleh
SUGIYANTA)

Permintaan beras sebagai makanan pokok yang cukup tinggi mendorong
peningkatan terhadap produksi padi. Dalam meningkatkan produksi padi, petani
pada umumnya masih tergantung pada penggunaan pupuk anorganik. Penggunaan
pupuk anorganik yang semakin tinggi akan berdampak pada laju peningkatan padi
yang tidak selaras dengan laju penggunaan pupuk. Hal tersebut mencerminkan
penurunan efisiensi penggunaan pupuk dan gangguan terhadap ketersediaan hara
dan biota tanah. Upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan secara
berkelanjutan diperlukan terobosan yang mengarah pada efisiensi usahatani
dengan memanfaatkan sumberdaya lokal seperti jerami padi sawah, kompos atau
kotoran hewan. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan pengujian untuk
melihat pengaruh pembenaman jerami, pupuk organik, pupuk hayati, dan reduksi
penggunaan pupuk NPK terhadap ketersediaan hara dan mikroba tanah pada padi

sawah. Pengujian ini dilaksanakan di Desa Sendang Kecamatan Karang Ampel
Kabupaten Indramayu Jawa Barat, dari bulan November 2010 sampai Maret 2011.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor dan tiga ulangan. Dalam perlakuan
terdapat 13 kombinasi perlakuan yaitu: satu dosis NPK tanpa jerami (P1), 1 dosis
NPK + jerami (P2), Tanpa pupuk dan tanpa jerami (P3), jerami + 0.5 dosis NPK
(P4), jerami + 0.5 dosis NPK + pupuk hayati (P5), jerami + 0.5 dosis NPK +
pupuk hayati + Dekomposer (P6), jerami + 0.5 dosis NPK + pupuk hayati +
POG (P7), jerami + 0.5 dosis NPK + POG + POC + Dekomposer (P8), jerami +
0.5 dosis NPK + pupuk hayati + POG + POC + Dekomposer (P9), jerami + 0.5
dosis NPK + 1 dosis pupuk hayati 2 (P10), 0.5 dosis NPK + 1 dosis pupuk hayati
2 (P11), 0.5 dosis NPK + 0.5 pupuk hayati 2 (P12), dan jerami + 0.5 dosis NPK +
0.5 dosis pupuk hayati 2 (P13). Setiap perlakuan diulang tiga kali sehingga terdiri

dari 39 satuan percobaan. Luas satuan petak percobaan yaitu 12 m x 7.5 m (90m2).
Data hasil analisis tanah dianalisis menggunakan uji t student, untuk mengetahui
pengaruh perlakuan yang diuji maka dilakukan analisis Ragam (uji F) dan apabila
menunjukkan hasil pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut
Dunnet pada taraf 5 %.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan bahan organik tanah

meningkat dan unsur hara P tanah secara umum meningkat setelah percobaan,
sedangkan tingkat kemasaman tanah (pH), kandungan unsur hara N dan K pada
tanah menurun setelah percobaan. Perlakuan jerami + 0.5 dosis NPK, jerami + 0.5
dosis NPK + PH 1, jerami + 0.5 dosis NPK + POG + POC + Dek, jerami + 0.5
dosis NPK + PH 1 + POG + POC + Dek dan jerami + 0.5 dosis NPK + PH 2
menunjukkan hasil kandungan bakteri Azotobater sp. yang lebih tinggi
dibandingkan satu dosis pupuk NPK. Perlakuan jerami + 1 dosis NPK, jerami +
0.5 dosis NPK, jerami + 0.5 dosis NPK + PH 1 + POG + POC + Dek dan jerami
+ 0.5 dosis NPK + 0.5 dosis PH 2 menunjukkan hasil kandungan Azospirillium
sp. yang hampir sama dengan perlakuan satu dosis pupuk NPK. Perlakuan jerami
+ 0.5 dosis NPK, jerami + 0.5 dosis NPK + PH 1 + POG, jerami + 0.5 dosis NPK
+ POG + POC + Dek, jerami + 0.5 dosis NPK + PH 1 + POG + POC + Dek,
jerami + 0.5 dosis NPK + PH 2, 0.5 dosis NPK + PH 2, 0.5 dosis NPK 0.5 + 0.5
dosis PH 2 dan jerami + 0.5 dosis NPK + 0.5 dosis PH 2 menunjukkan hasil
kandungan bakteri Thiobacillus sp yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan satu
dosis pupuk NPK.
Berdasarkan hasil serapan hara jerami, serapan hara N dan P tergolong
berlebih, sedangkan hara K tergolong optimum. Berdasarkan hasil serapan hara
gabah, serapan hara N tergolong optimum, serapan hara P tergolong berlebih, dan
serapan hara K tergolong sangat berlebih. Perlakuan jerami, pupuk organik dan

atau hayati dan reduksi pupuk NPK 50 % menghasilkan gabah kering/rumpun
maupun gabah kering/ha yang tidak berbeda dengan perlakuan satu dosis NPK
dengan hasil tertinggi pada perlakuan 0.5 dosis NPK + jerami yaitu 15.3 ton. Hal
ini menunjukkan bahwa dengan pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik dan
atau hayati serta reduksi pupuk NPK hingga 50 % tidak mengurangi ketersediaan
hara tanah maupun hasil gabah.

PENGARUH REDUKSI PUPUK NPK DENGAN
PEMBENAMAN JERAMI, APLIKASI PUPUK ORGANIK DAN
HAYATI TERHADAP KETERSEDIAAN HARA, POPULASI
MIKROBA, DAN HASIL PADI SAWAH DI INDRAMAYU

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ELFA NAJATA
A24070197

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

Judul

: PENGARUH REDUKSI PUPUK NPK DENGAN
PEMBENAMAN
ORGANIK

JERAMI,

DAN

APLIKASI

HAYATI

PUPUK


TERHADAP

KETERSEDIAAN HARA, POPULASI MIKROBA,
DAN HASIL PADI SAWAH DI INDRAMAYU
Nama : ELFA NAJATA
NIM

: A24070197

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sugiyanta, MSi
NIP. 19630115 198811 1 002

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr

NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 01 Juni 1988 di Magelang, Jawa Tengah.
Penulis merupakan anak ke tiga dari Bapak Muhammad Nur dan Ibu Halimah.
7DKXQ  SHQXOLV OXOXV GDUL 0, 0D¶$ULI 3HQGHP NHPXGLDQ SDGD WDKXQ 
penulis menyelesaikan belajar di SMP Negeri 2 Grabag. Selanjutnya penulis
melanjutkan studi di MA Wahid Hasyim Condong Catur, Sleman Yogyakarta.
Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Beasiswa Utusan Daerah (BUD) tahun 2007. Tahun 2008, penulis diterima
sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Selain aktif dalam mengikuti bangku perkuliahan di Institut Pertanian
Bogor, penulis juga aktif dalam mengikuti beberapa kepanitiaan dan organisasi.
Organisasi yang pernah diikuti penulis diantaranya CSS MoRA IPB (2009)
sebagai bendahara Divisi Sosial dan Lingkungan.

KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberi kekuatan dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
\DQJEHUMXGXO³Pengaruh Reduksi Pupuk NPK dengan Pembenaman Jerami,
Aplikasi Pupuk Organik dan Hayati terhadap Ketersediaan Hara, Populasi
Mikroba, dan Hasil Padi Sawah di Indramayu´GHQJDQEDLN
Penelitian tersebut dalam rangka melaksanakan tugas akhir pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakulats Pertanian Institut Pertanian
Bogor. Penulis dengan tulus mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada:
1. Ibu, Ayah, kakak, dan adik atas do¶a dan motivasinya yang ditujukan kepada
penulis.
2. Dr. Ir. Sugiyanta, MSi. sebagai dosen pembimbing skripsi, yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama melaksanakan
penelitian ini.
3. Maryati Sari SP. MSi. sebagai dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis selama menempuh kegiatan perkuliahan.
4. Ardoyo sebagai rekan penelitian yang telah membantu selama penelitian, Mbak
Rina, Mbak Sabti, Mbak Sefa, Mbak RDQL 5HVWLDQD 0DU¶DK Mas Benjul, dan
Agustiani atas bantuanya, baik secara langsung maupun tidak langsung.

5. Teman-teman El-phinkers, CSS MoRA 44, dan AGH 44 atas kebersamaannya.
6. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak
yang berkepentingan.

Bogor, November 2011
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................

ix

PENDAHULUAN ..........................................................................................
Latar Belakang ....................................................................................
Tujuan .................................................................................................
Hipotesis .............................................................................................


1
1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................
Pupuk dan Pemupukan ........................................................................
Pupuk Organik ....................................................................................
Pupuk Hayati.......................................................................................
Peran Unsur Hara N, P, dan K pada Padi Sawah ..................................

4
4
4
6
8

BAHAN DAN METODE ...............................................................................
Tempat dan Waktu ..............................................................................
Alat dan Bahan ....................................................................................
Metode Penelitian................................................................................
Pelaksanaan Penelitian.........................................................................
Pengamatan .........................................................................................
Analisis Data .......................................................................................

10
10
10
10
11
12
13

HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................
Kondisi Umum ....................................................................................
Rekapitulasi Hasil Analisis Sidik Ragam .............................................
Analisis Kandungan Hara Tanah..........................................................
Analisis Serapan Hara pada Jerami dan Gabah.....................................
Analisis Kandungan Mikroba ..............................................................
Pengamatan Vegetatif..........................................................................
Pengamatan Biomassa Tanaman .........................................................
Komponen Hasil dan Hasil ..................................................................
Peningkatan Hasil................................................................................

14
14
15
16
20
23
26
30
32
36

KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 38
Kesimpulan ......................................................................................... 38
Saran ................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 39
LAMPIRAN ................................................................................................... 43

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1.

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan terhadap
Pertumbuhan Vegetatif dan Komponen Hasil.................................................. 15

2.

Hasil Analisis pH Tanah dan Kandungan C-organik Tanah Sebelum dan
Setelah Percobaan ........................................................................................... 16

3.

Hasil Analisis Kandungan Hara N dan P Tanah Sebelum dan Setelah
Percobaan ....................................................................................................... 17

4.

Hasil Analisis Kandungan Hara K Tanah Sebelum dan Setelah Percobaan ...... 19

5.

Hasil Analisis Serapan Hara pada Jerami ........................................................ 20

6.

Kriteria Serapan Hara pada Gabah Dobermann and Fairhurst (2000)............... 21

7.

Hasil Analisis Serapan Hara pada Gabah......................................................... 22

8.

Hasil Analisis Mikroba Tanah Setelah Percobaan............................................ 24

9.

Pengaruh Perlakuan terhadap Tinggi Tanaman................................................ 27

10. Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Anakan Padi Sawah. ............................. 28
11. Hasil Pengamatan Bagan Warna Daun Pada 3, 5 dan 7 MST........................... 29
12. Hasil Pengamatan Volume Akar dan Panjang Akar pada 8 MST..................... 30
13. Hasil Pengamatan Bobot Basah dan Kering Akar dan Tajuk ........................... 31
14. Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Anakan Produktif,
Panjang Malai dan Jumlah Gabah/Malai ......................................................... 32
15. Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot 1000 Butir dan
Persentase Gabah Hampa ................................................................................ 34
16. Pengaruh Perlakuan terhadap Hasil Gabah ...................................................... 35

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1.

Kondisi Pertanaman Secara Umum pada Umur 7 MST ................................... 14

2.

Pengaruh Pembenaman Jerami, Aplikasi Pupuk Organik dan Hayati,
dan Reduksi 50 % Pupuk NPK terhadap Peningkatan Hasil ............................ 37

1

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Deskripsi Varietas Ciherang............................................................................ 44
2. Analisis Mutu Pupuk NPK Majemuk .............................................................. 44
3. Analisis Mikroba Pupuk Hayati Jenis 1 ........................................................... 45
4. Analisis Mikroba Pupuk Hayati Jenis 2 .......................................................... 45
5. Analisis Kandungan Dekomposer Cair............................................................ 45
6. Analisis Mutu Pupuk Organik Cair (POC) ...................................................... 46
7. Analisis Mutu Pupuk Organik Cair (POC) ...................................................... 46
8. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah............................................................... 47

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas yang sangat
penting

di Indonesia. Padi akan diproses hingga menjadi beras yang menjadi

sumber makanan pokok hampir sebagian besar rakyat Indonesia. Peningkatan
produksi beras saat ini belum mampu mengimbangi peningkatan konsumsi
penduduk. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2010, tahun 2009
produksi padi Indonesia sebesar 64 398 890 ton dengan luas panen 12 883 576
ha dan produktivitas lahan 49.99 (ku/ha). Untuk meningkatkan produksi padi,
umumnya petani masih menggunakan konsep pertanian konvensional
berorientasi pada pemaksimalan hasil dengan aplikasi

yang

penggunaan pupuk

anorganik. Pupuk merupakan salah satu masukan utama pada usaha pertanian
khususnya

padi

sawah.

Dalam

aplikasinya

petani

memberikan

pupuk

anorganik/kimia secara berlebihan dan terus menerus tanpa diimbangi dengan
pemberian pupuk organik.
Pengembangan varietas unggul, berumur pendek, produktivitas tinggi, dan
responsif terhadap pemupukan telah menempatkan pupuk anorganik sebagai
faktor penting dalam upaya peningkatan produksi padi di Indonesia. Penggunaan
pupuk anorganik oleh para petani umumnya sudah menyimpang dari rekomendasi
umum. Hal tersebut menyebabkan laju peningkatan produktivitas padi tidak
selaras dengan laju penggunaan pupuk. Aplikasi pupuk anorganik secara
berlebihan tanpa pengembalian bahan organik akan menurunkan efisiensi
penggunaan pupuk dan gangguan terhadap kesehatan tanah sehingga kesuburan
tanah berkurang baik dari segi kimia, fisika maupun biologi tanah.
Salah satu cara untuk menjaga kesuburan tanah yaitu dengan cara
mengembalikan bahan organik ke dalam tanah. Bahan organik penting untuk
pembentukan agregat tanah dan pembentukan struktur tanah (Subba Rao, 1994).
Meskipun proporsi bahan organik dalam tanah sedikit (5 %) akan tetapi bahan
organik merupakan unsur yang penting dalam memperbaiki dan mempertahankan
kesuburan tanah. Mikroba yang hidup dalam tanah berperan sebagai pembentuk
bahan organik di dalam tanah. Mikroba tanah sangat penting peranannya dalam

2

berbagai proses di dalam tanah yang berhubungan dengan kesuburan dan
kesehatan tanah. Mikroba penyubur tanah hidup berasosiasi dengan akar tanaman,
meningkatkan ketersediaan hara, memacu pertumbuhan, melindungi tanaman,
melawan patogen melalui senyawa fitohormon, antimikroba, toksin dan enzim
yang dihasilkanya (Saraswati et al., 2004). Selain itu, Hindersah et al. (2004)
mengemukakan bahwa untuk menghindari penurunan kesehatan tanaman akibat
adanya input bahan kimia, diperlukan input biologis berupa rizobakteri.
Rizobakteri merupakan salah satu kelompok organisme yang penting dalam
ekosistem tanah dan berperan sebagai agen peningkat pertumbuhan tanaman.
Upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan secara berkelanjutan
memerlukan terobosan yang mengarah pada efisiensi usahatani dengan
memanfaatkan sumberdaya lokal seperti jerami padi sawah, kompos atau kotoran
hewan. Las et al. (1999) menyatakan bahwa dalam meningkatkan produksi padi
perlu dilakukan pelestarian lingkungan produksi, termasuk mempertahankan
kandungan bahan organik tanah dengan memanfaatkan jerami padi. Jerami padi
sebagai salah satu bahan pembenah organik tersedia melimpah di kawasan sawah
tadah hujan. Pemberian 5 ton/ha jerami dapat meningkatkan hasil gabah padi
sawah tadah hujan setara dengan pemupukan 30 kg N/ha (Basyir dan Suyamto,
1996) dan dapat mensubstitusi kebutuhan pupuk K (Radjagukguk, 2002).
Dobermann dan Fairhurst (2000) menyatakan bahwa kandungan hara tertinggi
dalam jerami selain Si (4-7 %) adalah kalium, yaitu sekitar 1,2-1,7 %, sedangkan
lainnya adalah N (0,5-0,8 %), P (0,07-0,12 %), dan S (0,05-0,10 %).
Penggunaan bahan organik, seperti sisa-sisa tanaman yang melapuk,
kompos, pupuk kandang atau pupuk organik cair menunjukkan bahwa pupuk
organik dapat meningkatkan produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan serta
mengurangi kebutuhan pupuk, terutama pupuk K (Arafah, 2004). Hasil penelitian
Aribawa et al (2009), menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang sapi dapat
meningkatkan kandungan C-organik pada tanah. Rendahnya efisiensi pemupukan,
melandainya peningkatan produktivitas, dan masalah ketersediaan serta harga
pupuk yang semakin mahal memerlukan teknologi baru untuk mengatasi hal
tersebut. Namun demikian reduksi pupuk anorganik haruslah tidak menurunkan
produktivitas padi agar tidak berdampak pada kerawanan pangan, untuk itu perlu

3

diteliti pengaruh bahan organik, pupuk hayati, dan reduksi pupuk NPK terhadap
ketersediaan hara, populasi mikroba tanah, dan produktivitas padi sawah.
Penelitian ini dilakukan pada musim tanam ke-3 di lahan sawah yang sudah
diberikan perlakuan pembenaman jerami.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari ketersediaan unsur hara dan
populasi mikroba tanah dengan pembenaman jerami dan aplikasi pupuk organik
dan pupuk hayati untuk mereduksi penggunaan dosis pupuk NPK.

Hipotesis
Pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik, dan pupuk hayati dapat
meningkatkan ketersediaan hara (N, P dan K) dan populasi mikroba serta dapat
mereduksi dosis pupuk NPK hingga 50 persen tanpa menurunkan hasil gabah.

4

TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk dan Pemupukan
Pupuk adalah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik
maupun anorganik dengan magsud untuk mengganti kehilangan unsur hara dari
dalm tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan
faktor lingkungan yang baik (Sutedjo, 1987). Pemupukan adalah pemberian
pupuk kepada tanaman ataupun kepada tanah, agar tanaman dapat tumbuh dengan
baik,

menurut

Hardjowigeno

(2003)

dalam

pemupukan

perlu

adanya

keseimbangan jumlah unsur hara dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman
akan unsur hara tersebut, oleh karena itu dalam melakukan pemupukan beberapa
hal yang perlu diperhatikan adalah: a) jenis tanaman yang akan dipupuk, b) jenis
tanah yang akan dipupuk, c) jenis pupuk yang akan digunakan, d) dosis (jumlah)
pupuk yang akan diberikan, e) waktu pemupukan, dan f) cara pemupukan.
Secara umum pupuk digolongkan menjadi dua yaitu pupuk organik dan
pupuk anorganik. Menurut jumlah unsur yang terkandung dalam pupuk maka
pupuk dapat digolongkan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk
majemuk yaitu pupuk yang hanya mengandung satu macam unsur pupuk,
sedangkan pupuk majemuk yaitu pupuk yang mengandung beberapa unsur.
Berdasarkan jumlah hara yang dibutuhkan tanaman, pupuk dapat digolongkan
menjadi pupuk hara makro dan pupuk hara mikro. Pupuk hara makro yaitu pupuk
yang mengandung unsur makro (seperti N, P, dan K) yang dibutuhkan tanaman
dalam jumlah besar. Pupuk hara mikro yaitu pupuk yang terutama mengandung
unsur mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil (Leiwakabessy dam
Sutandi, 2004).

Pupuk Organik
Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal
tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman.
berdasarkan Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan
pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian

5

besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan
atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair
yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006).
Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang,
sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa),
limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah
kota/sampah rumah tangga. Kompos merupakan produk pembusukan dari limbah
tanaman dan hewan hasil perombakan oleh fungi, aktinomiset, dan cacing tanah.
Pupuk hijau merupakan keseluruhan tanaman hijau maupun hanya bagian dari
tanaman seperti sisa batang dan tunggul akar setelah bagian atas tanaman yang
hijau digunakan sebagai pakan ternak. Sebagai contoh pupuk hijau ini adalah
sisa±sisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air Azolla (Suriadikarta
dan Simanungkalit, 2006). Penggunaan bahan organik, seperti sisa-sisa tanaman
yang melapuk, kompos, pupuk kandang atau pupuk organik cair menunjukkan
bahwa pupuk organik dapat meningkatkan produktivitas tanah dan efisiensi
pemupukan serta mengurangi kebutuhan pupuk, terutama pupuk K (Arafah,
2004).
Jerami padi merupakan salah satu sumber K yang murah dan mudah yang
tersedia di lahan sawah. Dobermann dan Fairhurst (2000) menyatakan bahwa
kandungan hara tertinggi dalam jerami selain Si (4-7 %) adalah kalium, yaitu
sekitar 1,2-1,7 %, sedangkan lainnya adalah N (0,5-0,8 %), P (0,07-0,12 %), dan S
(0,05-0,10 %). Hasil penilitian Arafah dan Sirappa (2003) menunjukkan bahwa
penggunaan pupuk organik (jerami) secara tunggal belum memberikan pengaruh
yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi. Namun secara umum,
penggunaan jerami padi sebanyak 2 ton/ha rata-rata memberikan hasil yang lebih
tinggi dibanding tanpa penggunaan jerami. Hal ini disebabkan karena peranan
penting dari bahan organik dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan
kesuburan tanah, baik dari aspek kimia, fisika, dan biologi tanah. Dobermann dan
Fairhurst (2000) menyatakan bahwa pembenaman jerami ke tanah akan
meningkatkan ketersediaan hara dalam waktu yang lama. Bahan organik tanah
berperan secara fisik, kimia maupun biologi, sehingga menentukan status

6

kesuburan tanah. sehingga dengan penggunaan jerami sebagai bahan organik
diharapkan mampu meningkatkan kesuburan tanah. Bahan organik yang ada
dalam tanah akan membentuk humus yang bermuatan listrik, sehingga secara fisik
akan berpengaruh terhadap struktur tanah dan secara kimiawi berperan dalam
menentukan kapasitas pertukaran anion/kation sehingga berpengaruh penting
terhadap ketersediaan hara tanah, dan secara biologis merupakan sumber energi
dan karbon bagi mikroba heterotrofik. Hasil mineralisasi bahan organik-terombak
merupakan anion/kation hara tersedia bagi tanaman dan mikroba (Hanafiah,
2005).
Selain fungsi jerami untuk memperbaiki dan meningkatkan kesuburan
tanah, baik dari aspek kimia, fisika, dan biologi tanah, pemebenaman jerami ke
tanah dalam bentuk segar harus segera mengalami dekomposisi sehingga
diperlukan

mikroba

perombak

bahan organik

atau

dekomposer

untuk

mempercepat proses pengomposan jerami tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar
jeda waktu pembenaman jerami sampai penanaman tidak terlalu lama dan untuk
mengurangi persaingan dalam mendapatkan hara antara tanaman dengan mikroba
perombak bahan organik, karena menurut Nuraini (2009) pemberian jerami sisa
panen yang masih segar ke tanah sawah yang harus segera ditanami padi akan
menyebabkan tanaman padi menguning karena terjadi persaingan unsur hara
antara organisme pengompos dan tanaman. Setelah mengalami proses perubahan
dan penguraian bahan organik (pengomposan), unsur hara akan menjadi bentuk
tersedia yang larut dan dapat diserap oleh akar tanaman (Setyorini et al., 2006).
Proses pengomposan dapat terjadi dengan sendirinya, akan tetapi proses tersebut
dapat dipercepat dengan menambahkan mikroorganisme perombak bahan organik
sehingga waktu yang diperlukan untuk pengomposan menjadi lebih singkat.

Pupuk Hayati
Suriadikarta dan Simanungkalit (2006) mendefinisikan pupuk hayati
sebagai inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk menambat
hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman.
Memfasilitasi tersedianya hara ini dapat berlangsung melalui peningkatan akses
tanaman terhadap hara misalnya oleh cendawan mikoriza arbuskuler, pelarutan

7

oleh mikroba pelarut fosfat, maupun perombakan oleh fungi, aktinomiset atau
cacing tanah. Beberapa manfaat yang diperolah dengan penggunaan pupuk
mikroba yaitu: 1) untuk meningkatkan kesediaan unsur hara bagi tanaman, 2)
melindungi akar dari gangguan hama penyakit, 3) menstimulir sistem perakaran
agar berkembang sempurna dan memperpanjang akar, 4) memacu mitosis jaringan
meristem pada titik tumbuh pucuk, kuncup bunga, dan stolon, 5) sebagai penawar
racun beberapa logam berat, 6) sebagai metabolit pengatur tumbuh, 7) sebagai
bioaktivator perombak bahan organik (Saraswati et al., 2004).
Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan yang menguntungkan
bagi pertanian, yaitu berperan dalam menghancurkan limbah organik, daur ulang
hara

tanaman,

fiksasi

biologis

nitrogen,

pelarutan

fosfat,

merangsang

pertumbuhan, biokontrol patogen, dan membantu penyerapan unsur hara. Peran
mikroba pelarut P yaitu melepaskan ikatan P dari mineral liat dan
menyediakannya bagi tanaman, antara lain Aspergillus sp., Penicillium sp.,
Pseudomonas sp., dan Bacillus megatherium. Mikroba yang berkemampuan
tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan K.
Terdapat juga mikroba yang menghasilkan hormon tanaman yang dapat
merangsang pertumbuhan tanaman antara lain Pseudomonas sp. dan Azotobacter
sp. (Isroi, 2006).
Azotobacter sp. merupakan bakteri penambat N yang hidup bebas,
berbentuk basil/batang berwarna merah, dan tergolong gram negatif. Azotobacter
sp. merupakan bakteri yang hidup di dalam tanah secara aerobik yang dapat
memfiksasi dinitrogen menjadi amonium sehingga dapat diserap oleh tanaman
(Hindersah et al, 2004). Azotobacter di dalam tanah berperan dalam pengaturan
siklus nitrogen, yaitu melakukan fiksasi nitrogen dan mengubahnya menjadi
ammonia (Wedhastri, 2002), dan berperan dalam perubahan ion mangan bivalen
(Mn++) menjadi ion mangan trivalent atau tetravalent (Mn++++) (Subba Rao, 1994).
Azospirillum sp. merupakan bakteri penambat N2 dan pemacu tumbuh
tanaman yang hidup bebas mengkolonisasi permukaan luar dan dalam akar
tanaman padi, jagung, tebu, dan rumputan lainya (Saraswati et al., 2004). Selain
menambat N2 dari udara, Azospirillum sp. juga diketahui dapat menghasilkan zat
pengatur tumbuh seperti auksin, giberelin, dan sitokinin (Salim dan Kusdianti,

8

2009). Menurut Fellik et al. (1988) Azospirillum sp. dapat meningkatkan luas
permukaan akar yang disebabkan oleh adanya pengumpulan asam indol asetat
(IAA) dan asam indol butirat (IBA) bebas didaerah perakaran. Keberhasilan
bakteri Azospirillum dalam mengfiksasi N ditentukan oleh berbagai hal yaitu:
pengaruh oksigen, pengaruh temperatur dan pH, metabolisme nitrogen,
metabolisme karbon, aktivitas nitrogenase, potensi dan efisiensi fiksasi N dan
kecepatan fiksasi N. Proses fiksasi N2 dengan adanya enzim nitrogenase terjadi
sebagai berikut : energi ATP dan elektron feredoksin mereduksi protein Fe
menjadi reduktan, reduktan akan mereduksi protein MoFe yang kemudian
mereduksi N2 menjadi NH3 dengan hasil sampingan berupa gas H2 (Marschner,
1986).
Bakteri Thiobacillus merupakan bakteri kemoautrotof obligat. Bakteri
Thiobacillus dapat hidup pada pH minimum 1.0 dan optimum pada pH 9.8.
Bakteri ini tidak membentuk spora, berbentuk batang dengan panjang 1-3 mikron
dengan diameter 0.5 mikron, dan termasuk bakteri gram negatif. Bakteri
Thiobacillus PDPSXPHQJRNVLGDVLVXOIXUGDQ)H 0D¶VKXPet al., 2003), dan juga
mereduksi nitrat menjadi nitrogen (Subba Rao, 1994). Sumber energinya
menggunakan belerang atau thiosulfat dan energi tersebut digunkan untuk
mengubah nitrat menjadi nitrogen.

Peran Unsur Hara N, P, K pada Padi Sawah
Unsur hara N, P dan K merupakan unsur hara essensial bagi tanaman.
Peran unsur Nitrogen pada tanaman yang terpenting adalah sebagai bahan dasar
penyusunan protein dan pembentukan klorofil karena itu N membuat bagianbagian tanaman menjadi lebih hijau dan klorofil penting dalam proses fotositesis,
mempercepat pertumbuhan tanaman seperti menambah tinggi tanaman dan jumlah
anakan, meningkatkan luas daun, meningkatkan jumlah anakan perumpun,
persentase gabah isi perumpun, dan meningkatkan protein pada beras. Unsur N
diambil oleh tanaman dalam bentuk NO3 dan NH4 (Dobermann dan Fairhurst,
2000).
Fosfor merupakan unsur hara makro yang penting untuk pertumbuhan
tanaman. Tanaman menyerap unsur P dari tanah dalam bentuk ion fosfat terutama

9

H2PO4- dan HPO42- yang terdapat dalam larutan tanah. Ion H2PO4- lebih banyak
dijumpai pada tanah yang lebih masam, sedangkan pada pH yang lebih tinggi
(lebih dari 7) dalam bentuk HPO42- lebih dominan. Selain ion-ion tersebut,
tanaman juga dapat menyerap P dalam bentuk asam nukleat, fitin, dan
fosfohumat. Unsur fosfor berperan dalam perkembangan akar, awal pembungaan
dan pemasakan biji (terutama pada suhu rendah) (Dobermann dan Fairhurst,
2000). Kekurangan unsur fosfor dapat menyebabkan tanaman kerdil, daun
berwarna kekuningan, mulai mati dari ujung daun dan diikuti bagian tepi daun.
Unsur P tidak mobil pada tanah terutama apabila pH rendah atau terlalu tinggi.
Namun unsur P mobil dalam daun sehingga kekurangan unsur P akan tercermin
dari daun yang tua (Havlin et al., 1999).
Unsur K merupakan unsur essensial setelah unsur N dan P. Unsur K
diserap tanaman dalam bentuk K+. Unsur kalium pada tanaman padi berfungsi
meningkatkan luas daun dan kandungan klorofil daun, serta menunda senessence
(pelayuan) daun sehingga secara keseluruhan dapat meningkatkan kapasitas
fotosintesis dan pertumbuhan tanaman. Selain itu unsur K juga berfungsi
meningkatkan jumlah gabah per malai, persentase gabah isi, dan bobot 1000 butir.
Gejala kekurangan K menyebabkan ujung daun berwarna kekuningan yang
dimulai dari ujung daun kemudian menuju tepi daun sampai ke pangkal daun
(Dobermann dan fairhurst, 2000) dan menyebabkan berkurangnya toleransi
tanaman tarhadap stress air, karena K berperan penting dalam mengatur stomata
0D¶VKXPet al., 2003). Pemupukan K meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk
N dan P dan menurunkan keracunan Fe dan Mn pada sebagian tanah.

10

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Percobaan ini dilaksanakan di Desa Sendang Kecamatan Karang Ampel
Kabupaten Indramayu Jawa Barat, dari bulan November 2010 sampai Maret 2011.
Analisis tanah dan jaringan tanaman dilakukan di Laboratorium SEAMEO
BIOTROP, Bogor. Analisis mikroba dilakukan di Laboratorium Biologi dan
Kesehatan Tanah, Balai Penelitian Tanah, Bogor. Pengamatan biomassa dan
komponen panen dilakukan di Laboratorium Produksi, Departemen Agronomi
dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB.

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain: seperangkat alat
budidaya, knapsack sprayer, gelas ukur, meteran, skala bagan warna daun
(BWD), timbangan digital, kantong kertas, oven dan blower separator.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain benih padi varietas
Ciherang, dekomposer (2 l/ha), pupuk NPK majemuk (400 kg/ha), pupuk organik
cair (POC) dengan dosis 2 l/ha, pupuk organik granul (POG) dengan dosis
1 ton/ha, dan pupuk hayati jenis 1 (PH1) dan pupuk hayati jenis 2 (PH 2) dengan
dosis 2 l/ha, dan jerami padi sawah (5 ton/ha) yang dibenamkan saat pengolahan
tanah. Analisis pupuk yang digunakan disajikan pada Lampiran.

Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor dan tiga ulangan. Dalam perlakuan
terdapat 13 kombinasi perlakuan yang diulang tiga kali sehingga percobaan
terdiri dari 39 satuan percobaan. Satu satuan percobaan adalah berupa petakan
yang berukuran 12 m x 7.5 m (90m2).

11

Model rancangan yang digunakan yaitu sebagai berikut:
Yij —Įi ȕj İij
Dimana:
Yij

= Pengamatan pada perlakuan ke-I ulangan ke-j

µ

= Rataan umum

Įi

= Pengaruh perlakuan ke-L L«

ȕj

= Pengaruh ulangan ke-j (j:1, 2, 3)

İij

= Pengaruh acak pada perlakuan ke-i pada ulangan ke-j
Apabila terdapat pengaruh yang nyata antar perlakuan, maka dilanjutkan

dengan uji lanjut menggunakan t-dunnet pada taraf 5 % dengan perlakuan
pembanding yaitu perlakuan satu dosis pupuk NPK.
Perlakuan yang dilakuakn dalam penelitian ini yaitu:
P1 : 1 dosis NPK (Pembanding)
P2 : 1 dosis NPK + Jerami
P3 : Tanpa pupuk dan tanpa jerami
P4 : 0.5 dosis NPK + Jerami
P5 : 0.5 dosis NPK + Jerami + pupuk hayati 1
P6 : 0.5 dosis NPK + Jerami + pupuk hayati 1 + Dekomposer
P7 : 0.5 dosis NPK + Jerami + pupuk hayati 1 + POG
P8 : 0.5 dosis NPK + Jerami + POG + POC + Dekomposer
P9 : 0.5 dosis NPK + Jerami + pupuk hayati 1 + POG + POC + Dekomposer
P10 : 0.5 dosis NPK + Jerami + pupuk hayati 2
P11 : 0.5 dosis NPK + pupuk hayati 2
P12 : 0.5 dosis NPK + 0.5 dosis pupuk hayati 2
P13 : 0.5 dosis NPK + Jerami + 0.5 dosis pupuk hayati

Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dimulai dari pengolahan tanah. Pematang sawah
diperbaiki dan ditinggikan serta pembuatan petakan percobaan. Setiap petak
mempunyai saluran air masuk dan keluar masing-masing. Penanaman dilakukan
dengan sistem legowo 5 (15-25-40). Penanaman dilakukan dengan bibit berumur
14 hari setelah semai, penyulaman dilakukan 1-3 minggu setelah tanam (MST)

12

dengan umur bibit yang sama. Pemupukan dilakukan dua minggu sebelum
penanaman yaitu pupuk organik granul (1 ton/ha). Dekomposer diaplikasikan
dengan menggunakan knapsack sprayer dua minggu sebelum tanam. Pupuk hayati
jenis 1 diaplikasikan satu minggu sebelum tanam, 1 MST, 3 MST dan 5 MST.
Pupuk organik cair dan pupuk hayati jenis 2 diaplikasikan pada 1 MST, 3 MST, 5
MST, dan 7 MST.

Pupuk Hayati jenis 1, jenis 2 dan pupuk organik cair

diaplikasikan menggunakan knapsack sprayer dengan dosis 2 l/ha dan volume
semprot 500 l/ha. Aplikasi pupuk NPK (400Kg/ha) pada 1 MST dilakukan dengan
cara ditebar pada tiap petakan sesuai dosis pada tiap perlakuan. Pengendalian
hama dan penyakit dilakukan jika benar-benar diperlukan. Pemanenan dilakukan
ketika 90-95 % gabah menguning. Pemanenan dilakukan dengan sabit dengan
cara potong atas.

Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi:
1. Analisis C-organik, N, P, dan K dalam tanah yang tersedia sebelum dan setelah
percobaan.
2. Analisis kandungan hara N, P, dan K pada jerami dan gabah saat panen
3. Populasi mikroba Azotobakter sp., Azospirillum sp., dan Thiobacillius sp.
4. Pengamatan vegetatif dilakukan pada 10 tanaman contoh dimulai sejak 3 MST
sampai 7 MST yang meliputi:
-

Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah (pangkal batang) hingga
ujung daun tertinggi yang telah membuka dengan mengunakan meteran.

-

Jumlah anakan, dihitung semua anakan yang telah muncul.

-

Warna daun, diukur dengan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD)
pada daun yang telah membuka penuh.

5. Biomassa pada saat 8 MST yang meliputi: panjang dan volume akar, panjang
tajuk, bobot basah dan kering akar dan tajuk.
6. Komponen hasil yang meliputi: jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah
gabah per malai, bobot 1000 butir, dan persentase gabah hampa.
7. Hasil gabah diamati dari hasil gabah/rumpun dan gabah/ha.

13

Analisis Data
-

Hasil data pertumbuhan dan produksi dianalisis menggunakan uji F dan bila
nyata di uji lanjut menggunakan uji t-dunnet taraf 5 %.

-

Hasil analisis tanah diuji menggunakan uji t-student pada taraf 5 %

14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian dilakukan di lahan sawah dengan pola tanam sepanjang tahun
padi-padi. Pengairan dilakukan dengan sistem irigasi. Berdasarkan hasil analisis
tanah sebelum percobaan diketahui bahwa pH tanah tergolong agak masam,
kandungan C-organik

dalam tanah rendah, kandungan hara N dalam tanah

tergolong rendah, kandungan P2O5 rendah, dan K2O sangat rendah. Berdasarkan
hasil analisis tanah tersebut, status kesuburan tanah tergolong rendah (Pusat
Penelitian Tanah, 1980).
Bibit ditanam pada umur 14 hari setelah semai. Penyulaman dilakukan
1-3 MST dengan bibit yang berumur sama. Pada kondisi di lapang terlihat bahwa
pada saat pertumbuhan vegetatif awal, perlakuan yang mengunakan pupuk hayati
jenis 1 terlihat lebih hijau dan lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang
menggunakan pupuk hayati jenis 2.

Gambar 1. Kondisi Pertanaman Secara Umum pada Umur 7 MST.
Hama yang menyerang di pembibitan dan bibit muda yaitu hama keong.
Pengendalian hama keong dilakukan dengan cara mengambil keong secara
manual dengan tangan dan mengatur pengairannya. Fase vegetatif terserang hama
sundep dan tikus. Selain fase vegetatif, hama tikus juga menyerang fase generatif.

15

Rekapitulasi Hasil Analisis Sidik Ragam
Analisis sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan
terhadap peubah yang diamati (Tabel 1). Hasil analisis sidik ragam terhadap
berbagai peubah yang diamati menunjukkan bahwa secara umum perlakuan
pembenaman jerami, pupuk organik dan atau hayati, dan reduksi dosis pupuk
NPK hingga 50 % tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan awal tinggi tanaman,
biomassa tanaman, komponen hasil dan hasil padi dibandingkan dengan perlakuan
dosis NPK penuh.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan terhadap
Pertumbuhan Vegetatif dan Komponen Hasil
Peubah Yang Diamati
Pertumbuhan Tanaman
Tinggi Tanaman
3 Mst
5 Mst
7 Mst
Jumlah Anakan
3 Mst
5 Mst
7 Mst
Volume Akar
Panjang Akar
Bobot Basah Akar
Bobot Basah Tajuk
Bobot Kering Akar
Bobot Kering Tajuk
Komponen Panen
Anakan Produktif
Panjang Malai
Jumlah Gabah Permalai
Bobot Jerami Ubinan Basah
Bobot Jerami Ubinan Kering
Bobot Basah Padi Ubinan
Bobot Kering Padi Ubinan
Bobot 1000 Butir
Persen Gabah Hampa
Gabah Kering Giling
Bobot Basah Contoh
Bobot Kering Contoh

Pengaruh perlakuan

Koefisien Keragaman

tn
tn
*

2.24
3.48
2.63

*
*
*
tn
tn
tn
tn
tn
tn

7.80
9.08
6.76
28.27
10.48
29.32
25.26
24.74
17.93

tn
**
**
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

8.78
12.63
8.93
15.58
26.91
8.88
10.71
3.203
15.25
10.72
14.24
12.76

Ket: *=nyata pada uji dunnet taraf 5%; **=nyata pada uji dunnet taraf 1%; tn=tidak nyata

16

Analisis Kandungan Hara Tanah
Berdasarkan kriteria sifat kimia tanah pada Lampiran 8, hasil analisis hara
tanah sebelum percobaan diketahui bahwa pH tanah tergolong agak masam (5.94),
kandungan C-organik tanah rendah (1.93 %), kandungan hara N tanah rendah
(0.18 %), kandungan hara P tanah rendah (5.75 ppm), dan kandungan hara K
tanah sangat rendah (1.21 mg/100g). Berdasarkan sifat kimia tanah tersebut, maka
status kesuburan tanah tergolong rendah (Pusat Penelitian Tanah, 1980). Secara
rinci hasil analisis tanah disajikan pada Tabel 8.
Tabel 2. Hasil Analisis pH Tanah dan Kandungan C-organik Tanah
Sebelum dan Setelah Percobaan
Perlakuan

1 dosis NPK
1 dosis NPK + Jerami
Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami
0.5 dosis NPK + Jerami
0.5 dosis NPK + Jerami + 1 dosis PH 1
0.5 dosis NPK + Jerami + 1 dosis PH 1 + Dek
0.5 dosis NPK + Jerami + 1 dosis PH 1 + POG
0.5 dosis NPK + Jerami + Dek + POG + POC
0.5 dosis NPK + Jerami + Dek + POG + POC + 1 dosis
PH 1
0.5 dosis NPK + Jerami + 1 dosis PH 2
0.5 dosis NPK + 1 dosis PH 2
0.5 dosis NPK + 0.5 dosis PH 2
0.5 dosis NPK + Jerami + 0.5 dosis PH 2

pH
Sb
5.7a
6.0a
5.9a
5.9a
6.0a
5.9a
5.9a
6.0a
5.9a

St
4.7b
4.7b
4.6b
4.6b
4.7b
4.8b
4.7b
4.8b
4.7b

C-organik
(%)
Sb
St
1.66a 2.39b
1.81a 2.52b
1.89a 2.64b
2.04a 2.60b
1.89a 2.47b
2.16a 2.60b
2.00a 2.88b
1.94a 2.76b
2.11a 2.42b

5.9a
6.0a
6.0a
6.1a

4.8b
4.8b
4.7b
4.8b

1.98a
1.84a
1.89a
1.87a

2.60b
2.52b
2.56b
2.47b

Ket: 1) Sb:sebelum percobaan
St:setelah percobaan
2) Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
uji t-student taraf 5 %

Berdasarkan hasil analisis statistik (uji t-student), pelakuan yang
diaplikasikan nyata menurunkan nilai pH dan menaikan kandungan C-organik
tanah antara sebelum dan setelah percobaan. Nilai pH tanah diakhir percobaan
menunjukkan nilai rata-rata 4.7 satuan. Penurunan pH diduga karena adanya
dekomposisi bahan organik berupa jerami yang dibenamkan ke tanah. Penurunan
pH tanah sebagai akibat pemberian bahan organik dapat terjadi karena
dekomposisi bahan organik yang banyak menghasilkan asam-asam dominan
(sitrat, tatrad, acetat) (Sugito, 1995). Peningkatan C-organik tanah tertinggi

17

terlihat pada perlakuan Jerami + 0.5 dosis NPK + PH 1 + POG. Peningkatan Corganik dalam tanah diduga karena penambahan jerami maupun pupuk organik
kedalam tanah. Widati et al. (2000) menyatakan pemberian jerami dapat
meningkatkan kadar C-organik, K tanah, dan KTK tanah berturut-turut sebesar
13.2%, 28.6%, dan 153%.
Tabel 3. Hasil Analisis Kandungan Hara N dan P Tanah Sebelum dan
Setelah Percobaan
Perlakuan
1 dosis NPK
1 dosis NPK + Jerami
Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami
0.5 dosis NPK + Jerami
0.5 dosis NPK + Jerami + 1 dosis PH 1
0.5 dosis NPK + Jerami + 1 dosis PH 1 + Dek
0.5 dosis NPK + Jerami + 1 dosis PH 1 + POG
0.5 dosis NPK + Jerami + Dek + POG + POC
0.5 dosis NPK + Jerami + Dek + POG + POC +
1 dosis PH 1
0.5 dosis NPK + Jerami + 1 dosis PH 2
0.5 dosis NPK + 1 dosis PH 2
0.5 dosis NPK + 0.5 dosis PH 2
0.5 dosis NPK + Jerami + 0.5 dosis PH 2

N
Sb
0.15a
0.16a
0.18a
0.19a
0.17a
0.21a
0.19a
0.18a
0.20a

(%)
St
0.14b
0.16b
0.15b
0.17b
0.15b
0.18b
0.17b
0.17b
0.16b

0.19a
0.17a
0.18a
0.17a

0.14b
0.15b
0.17b
0.16b

P (ppm)
Sb
St
4.5a
3.5a
4.2a
4.1a
4.6a
6.4a
5.5a
6.2a
5.2a
3.9a
7.1a
4.4a
7.5a
5.4a
5.8a
6.2a
5.5a
6.6a
6.2a
5.7a
6.1a
6.8a

3.7a
4.6a
7.1a
6.7a

Ket: 1) Sb:sebelum percobaan
St:setelah percobaan
2) Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
uji t-student taraf 5 %

Berdasarkan hasil uji t-student, terjadi penurunan yang nyata terhadap
ketersediaan hara N total dalam tanah antara sebelum dan setelah percobaan.
Ketersediaan hara N dalam tanah setelah percobaan menunjukkan terjadinya
penurunan dan penurunan hara N tertinggi terjadi pada perlakuan jerami + 0.5
dosis NPK + PH 2. Penurunan hara N diduga karena selain adanya serapan oleh
tanaman, hara N juga diasimilasi oleh mikroba yang terkandung dalam pupuk
hayati atau mikroba endogenous untuk membentuk protein, asam nukleat DNA
dan RNA serta dinding sel mikroba. Pada kondisi tersebut maka akan terjadi
persaingan penggunaan hara N anatara tanaman dan mikroba. Oleh sebab itu
untuk mencegah immobilisasi N pada proses dekomposisi bahan organik yang
mempunyai nisbah C/N tinggi, maka diperlukan masukan N-anorganik dalam
lingkungan tersebut 0D¶VKXPet al., 2003).

18

Berdasarkan uji statistik t-student, ketersediaan hara sebelum dan setelah
percobaan tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Hal ini diduga karena
ketersediaan unsur hara P dalam tanah diakhir pengamatan nilainya bervariasi,
yaitu terdapat perlakuan yang mengalami peningkatan dan penurunan.
Ketersediaan hara P tanah meningkat pada perlakuan jerami + 0.5 dosis NPK,
jerami + 0.5 dosis NPK + Dek + POG + POC, jerami + 0.5 dosis NPK + Dek +
POG + POC + PH 1, 0.5 dosis NPK + 0.5 dosis PH 2, dan jerami + 0.5 dosis NPK
+ 0.5 dosis PH 2. Kenaikan hara P tanah diduga karena aplikasi pupuk hayati yang
mengandung bakteri pelarut fosfat dan aplikasi bahan organik baik berupa jerami
yang dibenamkan ke tanah maupun dalam

bentuk pupuk organik. Menurut

Hanafiah (2005) bahan organik mampu mengikat koloid dan kation-kation
menyebabkan fiksasi P tanah menjadi termineralisasi, serta adanya asam-asam
organik hasil dekomposisi bahan organik yang mampu melarutkan P dan unsur
lain dari pengikatnya, menghasilkan peningkatan ketersediaan dan efisiensi
pemupukan P dan hara lain. 0D¶VKXP et al. (2003) menambahkan bahwa asamasam organik hasil dekomposisi akan membentuk anion organik yang akan
menggatikan anion fosfat. Anion organik bersama dengan kation Ca, Al, dan Fe
membentuk senyawa komplek yang sukar larut, sehingga akan meningkatkan
ketersediaan P dalam tanah. Dengan demikian maka penggunaan jerami sebagai
bahan organik, pupuk organik, dan bakteri pelarut fosfat yang terkandung dalam
pupuk hayati mampu meningkatkan ketersediaan hara P bagi tanaman.
Ketersediaan hara P tanah menurun terlihat pada perlakuan 1 dosis NPK,
jerami + 1 dosis NPK, jerami + 0.5 dosis NPK + PH 1, jerami + 0.5 dosis NPK +
PH 1 + POG, jerami + 0.5 dosis NPK + PH 2, dan 0.5 dosis NPK + PH 2.
Penurunan hara P diduga karena tidak diaplikasikannya jerami (perlakuan 0.5
dosis NPK + PH 2), diaplikasikan jerami tetapi tidak ditambahkan dekomposer,
kurang efektifnya bakteri pelarut fosfat pada pupuk hayati, penggunaan fosfat oleh
mikroba, dan adanya serapan hara oleh tanaman. Tidak efektifnya bakteri pelarut
fosfat dapat terjadi karena kondisi anaerob yang dapat mempengaruhi efektifitas
bakteri pelarut fosfat dalam tanah dan tingkat keasaman tanah sehingga
aktivitasnya kurang optimal. Selain itu, fosfat juga digunakan oleh mikroba
sebagai bahan penyusun sel dan sumber energi untuk kegiatan metabolisme

19

didalam sel. Faktor lain yang menyebabkan ketersediaan hara P menurun yaitu
karakteristik P yang lambat tersedia karena P terdapat dalam kompleks jerapan
organik (humus) dan atau jerapan anorganik

pada permukaan mineral dan

permukaan kation Ca, Al, dan Fe serta P yang diasimilasi oleh mikroba tanah
sebagai penyusun sel dan sumber energi untuk semua kegiatan metabolisme di
GDODPVHO 0D¶VKXPet al., 2003).
Tabel 4. Hasil Analisis Kandungan Hara K Tanah Sebelum dan Setelah
Percobaan
Perlakuan
1 dosis NPK
1 dosis NPK + Jerami
Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami
0.5 dosis NPK + Jerami
0.5 dosis NPK + Jerami + 1 dosis PH 1
0.5 dosis NPK + Jerami + 1 dosis PH 1 + Dek
0.5 dosis NPK + Jerami + 1 dosis PH 1 + POG
0.5 dosis NPK + Jerami + Dek + POG + POC
0.5 dosis NPK + Jerami + Dek + POG + POC + 1 dosis PH 1
0.5 dosis NPK + Jerami + 1 dosis PH 2
0.5 dosis NPK + 1 dosis PH 2
0.5 dosis NPK + 0.5 dosis PH 2
0.5 dosis NPK + Jerami + 0.5 dosis PH 2

K (mg/100g)
Sb
St
1.36a
0.61b
1.28a
0.76b
1.33a
0.79b
1.14a
0.81b
1.28a
0.64b
0.98a
0.69b
0.83a
0.74b
1.24a
0.76b
1.63a
0.79b
0.99a
0.59b
0.86a
0.64b
1.34a
0.67b
1.49a
0.68b

Ket: 1) Sb:sebelum percobaan
St:setelah percobaan
2) Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
uji t-student taraf 5 %

Berdasarkan hasil uji t-student, terjadi penurunan yang nyata terhadap
ketersediaan hara K total dalam tanah antara sebelum dan setelah percobaan.
Ketersediaan unsur hara K dalam tanah diakhir percobaan menunjukkan adanya
penurunan