Aplikasi Pembenaman Jerami, Pupuk Organik, dan Pupuk Hayati untuk mengurangi Dosis Pupuk NPK pada Padi Sawah Musim Tanam ke-8

APLIKASI PEMBENAMAN JERAMI, PUPUK ORGANIK, DAN
PUPUK HAYATI, UNTUK MENGURANGI DOSIS PUPUK NPK
PADA PADI SAWAH MUSIM TANAM KE-8

USMAN ALI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Pembenaman
Jerami, Pupuk Organik, dan Pupuk Hayati untuk Mengurangi Dosis Pupuk NPK
pada Padi Sawah Musim Tanam ke-8 adalah benar karya saya dengan arahan dari
Dr Ir Sugiyanta, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi. Karya tulis ini belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Usman Ali
NIM A24100153

ABSTRAK
USMAN ALI. Aplikasi Pembenaman Jerami, Pupuk Organik, dan Pupuk Hayati
untuk mengurangi Dosis Pupuk NPK pada Padi Sawah Musim Tanam ke-8.
Dibimbing oleh SUGIYANTA.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari aplikasi pembenaman jerami,
pupuk organik dan pupuk hayati dengan pengurangan dosis pupuk NPK dan
melihat respon dua varietas padi terhadap kondisi pemupukan tersebut. Penelitian
ini dilakukan di Desa Karawang wetan, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten
Karawang, Jawa Barat. Rancangan percobaan adalah rancangan acak kelompok
(RAK) Split Plot dengan 3 ulangan. Petak utama adalah pembenaman jerami dan
pemupukan, anak petak adalah varietas padi. Faktor pertama adalah pembenaman
jerami dan pemupukan yang terdiri dari 1) jerami + 50% dosis NPK, 2) jerami +
50% dosis NPK + POP + POC, 3) jerami + 50% dosis NPK + POP, 4) jerami +

50% dosis NPK + POP + PH1, 5) jerami + 50% dosis NPK + PH2, 6) tanpa
jerami dan tanpa pupuk, 7) jerami + 50% dosis NPK + PH1, 8) jerami+ 50% dosis
NPK + POP + PH2, 9) tanpa Jerami + 50% NPK, 10) tanpa jerami + 100% dosis
pupuk NPK. Faktor kedua adalah varietas yang terdiri dari varietas Ciherang dan
varietas hibrida Hipa 9. Secara umum, perlakuan pembenaman jerami saja, atau
ditambah pupuk organik padat, pupuk organik cair, dan pupuk hayati, dengan
pengurangan 50% dosis rekomendasi pupuk NPK menunjukkan bahwa
pertumbuhan tanaman, biomassa tanaman, komponen hasil dan hasil per hektar
yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan 100% dosis rekomendasi pupuk NPK.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum varietas hibrida Hipa 9
menghasilkan pertumbuhan tanaman, biomassa tanaman, komponen hasil, dan
hasil ha-1 lebih tinggi dibandingkan varietas Ciherang, namun tidak ada pengaruh
interaksi antara varietas padi dengan pemupukan.
Kata kunci : Ciherang, hasil, hibrida Hipa 9, pertumbuhan tanaman

ABSTRACT
USMAN ALI. Straw Incorporation,Organic Fertilizer, and Biofertilizer
aplication for Reduct Dose of NPK Fertilizer for Rice Field in the 8th Season.
Supervised by SUGIYANTA.
This research was aimed to study about straw incorporation, organic

fertilizer, and biofertilizer with reduce the dose of NPK fertilizer and see the
response about those fertilizer condition on two rice variety. The research was
conducted in Karawang Wetan Village, Eeast Karawang, West Java. The
research was arranged by Split Plot randomized block design with 3 replication.
The main plot was straw incorporation and fertilizing, sub plot was rice variety.
The first factor was straw incorporation and fertilizing, which are: 1) straw +
50% dose of NPK, 2) straw + 50% dose of NPK + POP + POC, 3) straw + 50%
dose of NPK + POP, 4) straw + 50% dose of NPK + POP + PH1, 5) straw +
50% dose of NPK + PH2, 6) without straw incorporation and fertilization , 7)

straw + 50% dose of NPK + PH1, 8) straw + 50% dose of NPK + POP + PH2,
9) without straw + 50% dose of NPK, 10) without straw + 100% dose of NPK.
The second factor was variety, which consist of Hipa 9 hybrid variety and
Ciherang variety. Generally, the treatment of straw incorporation only, or
addition solid organik fertilizer, liquid organic fertilizer, and biofertilizer, with
reduce 50% dose recommendation of NPK showed that it were not significantly
different with 100% dose recommendation of NPK fertilizer on the plant growth,
biomass plant, yield components, and grain yield per hectare. The research
showed that Hipa 9 hybrid variety were higher on plant growth, biomass plant,
yield components and the grain yield per hectare, which was taller than Ciherang

variety, however, there are no interaction between variety and fertilizing.
Keyword: Ciherang, hibryd Hipa 9, plant growth, yield.

APLIKASI PEMBENAMAN JERAMI, PUPUK ORGANIK, DAN
PUPUK HAYATI, UNTUK MENGURANGI DOSIS PUPUK NPK
PADA PADI SAWAH MUSIM TANAM KE-8

USMAN ALI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


Judul

:Aplikasi Pembenaman Jerami, Pupuk Organik, dan Pupuk Hayati nk
mengurangi Dosis Pupuk NPK pada Padi Sawah Musim Tanam ke-8

Nama

: Usman Ali

NIM

: A24100153

Disetujui oleb

Dr Ir Sa,MSi
Dosen pembinbing

Tanggal Pengesaban :


·o 9 SFP 01

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini
dengan lancar. Judul dari penelitian ini adalah „Aplikasi Pembenaman Jerami,
Pupuk Organik, dan Pupuk Hayati untuk mengurangi Dosis Pupuk NPK pada Padi
Sawah Musim Tanam ke-8‟.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing Dr Ir
Sugiyanta, MSi yang telah banyak memberikan bimbingan serta dorongan dan
arahan dalam penyusunan skripsi ini, serta Dr Ir Purwono, MS dan Dr Ir Agus
Purwito MSc Agr selaku dosen penguji yang telah banyak memberi saran dan
masukan untuk penyusunan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, dan teman-teman AGH 47 “Edelweis”
atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

Usman Ali

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULIAN
Latar Belakang
Tujuan
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA

Jerami Padi dan Pupuk Organik
Pupuk Hayati
Padi Unggul Baru dan Padi Hibrida
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Bahan Penelitian
Alat Penelitian
Prosedur Percobaan
Analisis Data
HASIL
Kondisis Umum
Rekapitulasi Sidik Ragam
Kandungan Hara Tanah
Pertumbuhan Tanaman
Biomassa Tanaman
Komponen Hasil
Hasil Panen
Analisis Usaha Tani
PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Saran
DAFTARPUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

1
1
2
2
2
2
3
3
4
4
4
4
4
6

7
7
7
9
10
13
14
15
16
17
20
20
20
21
23
29

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rekapitulasi sidik ragam
Tabel 2 Hasil analisis pH dan C-organik tanah

Tabel 3 Hasil analisis kandungan N
Tabel 4 Hasil analisis kandungan P dan K
Tabel 5 Panjang akar dan volume akar
Tabel 6 Bobot kering akar dan tajuk, nisbah tajuk per akar
Tabel 7 Komponen hasil
Tabel 8 Hasil panen dan persentase peningkatan hasil
Tabel 9 Hasil analisis usaha tani

8
9
9
10
13
14
15
16
17

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Keragaan varietas Ciherang 13 MST
Gambar 2 Keragaan varietas Hipa 9 13 MST
Gambar 3 Tanaman Terserang hama tikus
Gambar 4 Penyakit HBD
Gambar 5 Grafik tinggi tanaman
Gambar 6 Grafik jumlah anakan
Gambar 7 Grafik bagan warna daun
Gambar 8 Grafik tinggi tanaman, jumlah anakan, dan BWD 2 varietas

7
7
7
7
11
11
12
12

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Denah petak percobaan
Lampiran 2 Deskripsi varietas Ciherang
Lampiran 3 Deskripsi varietas Hipa 9
Lampiran 4 Kandungan POP
Lampiran 5 Kandungan POC
Lampiran 6 Kandungan Pupuk Hayati 1
Lampiran 7 Kandungan Pupuk Hayati 2
Lampiran 8 Analisis Usaha Tani semua Perlakuan
Lampiran 9 Analisis usaha tani varietas Hipa 9 dan Ciherang

23
24
24
25
25
25
26
27
28

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Padi merupakan tanaman pangan utama di Indonesia. Penduduk Indonesia
lebih dari 90 % adalah mengkonsumsi beras. Konsumsi beras perkapita penduduk
Indonesia adalah sebesar 139.15 kg kapita-1 tahun-1, besarnya konsumsi beras
dalam negeri menyebabkan pemerintah mengimpor beras sebesar 2.7 juta ton
(Deptan 2011). Produksi padi nasional pada tahun 2011 menurun sebesar 1.07 %
dan meningkat pada tahun 2012 sebesar 4.3 % peningkatan tersebut dikarenakan
adanya penambahan luas areal sebesar 237.3 ribu hektar (BPS 2012). Akhir-akhir
ini terjadi pelandaian produktivitas padi sawah mulai tahun 2011 sampai tahun
2013 dengan produktivitas 48.80 ku, 52.36 ku, dan 51.46 ku (BPS 2013).
Pelandaian produktivitas padi di Indonesia salah satu diduga karena menurunnya
kesuburan lahan akibat sedikitnya pengembalian bahan organik ke lahan.
Produktivitas padi dapat ditingkatkan dengan menggunakan varietas unggul dan
pengembalian bahan organik seperti jerami ke lahan. Bahan organik tanah dapat
membantu menambah kesuburan tanah dan mencegah kerusakan lahan dan dapat
meningkatkan produktivitas padi.
Rata-rata bahan organik tanah di Indonesia kurang dari 2% sehingga
dibutuhkan penambahan bahan organik untuk membantu kesuburan lahan. Bahan
organik pada lahan sawah yang paling banyak adalah jerami. Jerami padi
mengandung unsur hara makro dan unsur hara mikro. Dobermann dan Fairhurst
(2000) menyatakan kandungan hara dalam jerami adalah Si (4-7%), Kalium (1.21.7%), N (0.5-0.8%), P (0.07-0.12%) dan S (0.05-0.1%). Tan dan Pham (2001)
menambahkan bahwa jerami padi memiliki kandungan unsur hara mikro seperti
Ca, Cu, Mg, Na dan Zn. Fungsi jerami padi pada lahan sawah adalah
meningkatkan kapasitas tukar kation, dapat membentuk senyawa kompleks
dengan ion logam Al, Fe, dan Mn sehingga tidak meracuni tanaman, serta sebagai
sumber energi dan makanan untuk mikroba dan mesofauna tanah (Balai Penelitian
Tanah 2009). Pembenaman jerami ke lahan dapat meningkatkan ketersediaan
unsur hara dalam waktu yang lama. Menurut Sugiyanta et al. (2008) penambahan
setengah dosis pupuk anorganik dan aplikasi jerami menghasilkan serapan unsur
hara dan hasil gabah yang sama dengan perlakuan pupuk anorganik dosis
rekomendasi. Penggunaan pupuk anorganik dan jerami padi dapat menjaga
ketersediaan unsur hara N, P, K dan Si pada lahan sawah. Jerami padi merupakan
sumber hara makro dan mikro yang dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Pupuk organik yang diaplikasikan tanpa penambahan pupuk anorganik tidak
dapat menghasilkan produktivitas yang maksimal. Pupuk anorganik memiliki
kandungan unsur hara yang sangat rendah. Kariada dan Aribawa (2006)
menyatakan pupuk organik tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil
padi sawah karena pupuk organik hanya menyumbangkan hara dalam jumlah
sedikit, tetapi pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah.
Rochmah dan Sugiyanta (2008) menambahkan dosis pupuk organik dalam bentuk
pupuk kandang tanpa pupuk anorganik akan memberikan pertumbuhan dan hasil
yang rendah, sedangkan dosis pupuk kandang dan anorganik 1:1 dapat

2
meningkatkan produktivitas tanaman padi. Jerami padi pada penelitian ini
diaplikasikan dari musim tanam sebelumnya sampai musim tanam kedelapan,
karena untuk mengetahui seberapa lama penggunaan jerami ini dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan hasil pada padi. Pupuk anorganik yang
digunakan pada penelitian ini adalah pupuk majemuk NPK ( 30-6-8 ), pupuk
hayati, dan pupuk organik. Pupuk organik yang digunakan adalah jerami padi,
pupuk organik padat (POP) dan pupuk organik cair (POC).
Varietas unggul baru telah mengalami pelandaian produktivitas sehingga
dikembangkannya padi hibrida. Padi hibrida memiliki potensi hasil yang lebih
tinggi dari pada varietas unggul baru. Menurut Imran dan Suriany (2009) padi
hibrida memiliki pertumbuhan yang lebih baik daripada padi varietas unggul baru
dan menghasilkan gabah kering panen per hektar 39% lebih tinggi daripada
varietas unggul baru.
Tujuan
Mempelajari aplikasi pembenaman jerami, penggunaan pupuk organik
dan pupuk hayati terhadap pengurangan dosis pupuk NPK dan respon dua varietas
padi sawah terhadap pemupukan tersebut pada musim tanam ke-8.
Hipotesis
1. Pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik, dan pupuk hayati dapat
mengurangi dosis pupuk NPK hingga 50% pada padi sawah musim tanam
ke-8.
2. Terdapat perbedaan tanggap antara padi hibrida dan inbrida terhadap
pembenaman jerami dan pengurangan dosis pupuk NPK pada musim
tanam ke-8.
3. Terdapat interaksi antara pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik, dan
pupuk hayati, dengan dua varietas padi sawah terhadap produktivitas pada
musim tanam ke-8.

TINJAUAN PUSTAKA

Jerami Padi dan Pupuk Organik
Jerami padi adalah semua hijauan padi selain biji dan akar yang dihasilkan
tanaman padi. Menurut Adiningsih (2006) jerami padi dapat menyumbangkan
unsur hara per hektar sebesar 170 kg K, 160 kg Mg, 200 kg Si, dan 1.7 ton Corganik ha-1 yang sangat diperlukan oleh tanaman dan aktivitas mikroba tanah.
Jerami padi dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Jerami padi
dapat memperbaiki sifat fisik tanah yaitu struktur tanah, pori tanah, dan
mengurangi fluktuasi suhu tanah. Jerami dapat memperbaiki sifat kimia tanah
yaitu dapat menyediakan unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro

3
seperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe, meningkatkan kapasitas tukar kation
(KTK) tanah, dan dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam seperti
Al, Fe, dan Mn, sehingga logam-logam tersebut tidak meracuni tanaman. Jerami
dapat memperbaiki sifat biologi tanah, karena jerami padi dapat dijadikan sebagai
sumber energi dan makanan bagi mikroba dan mesofauna tanah (Balai Penelitian
Tanah 2009).
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan,
dan atau bagian hewan, dan limbah organik lainnya yang telah melalui proses
rekayasa, berbentuk padat atau cair yang dapat diperkaya dengan bahan mineral
atau mikroba yang bermanfaat untuk meningkatkan hara dan kandungan organik
tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Permentan nomor 70
2011). Pupuk organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman pada
padi. Menurut Saidah et al. (2006) pemberian pupuk organik 50% dan anorganik
50% memberikan hasil dan pertumbuhan tanaman pada padi sawah dengan
optimal. Selain memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia tanah, pupuk organik
dapat mereduksi jumlah pupuk anorganik. Menurut Amilia (2010) pupuk organik
dapat mereduksi pupuk anorganik sebesar 25% pada lahan persawahan dengan
tidak menurunkan pertumbuhan dan hasil pada padi sawah. Menurut Padmini et
al. (2008) pupuk organik dapat mereduksi pupuk NPK sebesar 30%.
Pupuk Hayati
Pupuk hayati merupakan produk biologi aktif terdiri dari mikroba
yang dapat meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan dan kesehatan
tanah (Permentan nomor 70 2011). Menurut Syaiful et al. (2012) penggunaan
dosis pupuk organik hayati yang efektif untuk meningkatkan produktivitas padi
sawah adalah 6 lt ha-1, dengan jumlah bibit 1 butir perlubang tanam. Menurut
Saraswati (2007) pupuk hayati dapat meningkatkan efisiensi pemupukan melalui
peranannya dalam menambat N2, melarutkan hara P dan K, sehingga hara yang
ada didalam tanah menjadi tersedia bagi tanaman. Fadiluddin (2009)
menambahkan bahwa pupuk hayati memiliki kandungan mikroba tanah yang
dapat menyediakan unsur hara, seperti Azotobacter, Azospirillum, Rhizobium,
Bacillus yang dapat mengikat Nitrogen serta Pseudomonas
yang dapat
melarutkan fosfat dan kalium.
Padi Unggul Baru dan Padi Hibrida
Padi varietas unggul dengan potensi hasil tinggi memiliki kekhasan karakter
morfologi. Karakter morfologi yang banyak digunakan untuk perakitan varietas
padi unggul dengan kemampuan menghasilkan produksi tinggi adalah batang
pendek, daun tegak, dan jumlah anakan banyak, sedangkan karakter agronomi
yang sering digunakan adalah tinggi tanaman, kerebahan, umur tanaman, hasil,
dan komponen hasil (Yoshida 1981).
Varietas unggul baru salah satunya adalah varietas ciherang, sedangkan padi
hibrida adalah varietas hipa 9. Menurut Suprihatno et al. (2010) padi varietas
Ciherang memiliki umur 116-125 hari, dengan tinggi tanaman 107-115 cm dan
tumbuh tegak. Varietas ini memiliki jumlah anakan produktif 14-17 batang, tahan
terhadap hama wereng cokelat biotipe 2 dan agak tahan pada biotipe 3, dan tahan

4
terhadap penyakit hawar daun bakteri strain III dan IV. Morfologi varietas ini
adalah batang berwarna hijau, serta telinga daun dan lidah daun tidak berwarna.
Posisi daun varietas ini adalah tegak dengan permukaan bagian bawah daun kasar
jika diraba. Gabah varietas Ciherang berbentuk panjang ramping dengan warna
kuning bersih. Kadar amilosa pada bulir padi varietas ini adalah 23 % yang
membuat tekstur nasinya pulen. Bobot 1000 butir varietas Ciherang adalah 28 gr
dengan rata-rata hasil 6.0 ton/ha gabah kering giling (GKG), potensi hasilnya
varietas Ciherang adalah 8.5 ton/ha GKG.
Varietas hipa 9 memiliki hasil rata-rata sebesar 8.07 ton/ ha, dengan potensi
hasil 10.37 ton/ ha, anakan produktif berjumlah 14 anakan, umur tanaman 115
hari, bobot 1000 butir adalah sebesar 27.26. Varietas ini peka terhadap hama
wereng coklat biotipe 3, dan peka dengan penyakit tungro dan HBD strain 8
(Suprihatno et al. 2010).

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karawang Wetan, Kecamatan Karawang
Timur, Kabupaten Karawang, Jawa Barat dan penelitian dilaksanakan pada bulan
November 2013 hingga bulan Maret 2014.
Bahan Penelitan
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi
varietas Ciherang, benih padi hibrida varietas Hipa 9, jerami padi, pupuk hayati
(PH1, PH2), pupuk organik padat (POP), pupuk organik cair (POC), dan Pupuk
NPK (30-6-8).
Alat Penelitian
Alat yang digunakan adalah alat budidaya tanaman, oven, timbangan,
meteran, alat tulis, dan bagan warna daun (BWD).
Prosedur Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK) Split Plot dengan 2 faktor yaitu: pembenaman jerami dan pemupukan
sebagai petak utama, dan varietas sebagai anak petak. Percobaan terdidi dari 10
perlakuan pemupukan, 2 varietas dan 3 ulangan sehingga didapatkan 60 satuan
percobaan. Model aditif linier yang digunakan adalah sebagai berikut (Gomez dan
Gomez 2007):
Yijk = µ + αi + ik + j + (α )ij + k + ijk
Yijk : Respon pengamatan kombinasi pemupukan ke-i, varietas ke-j, dan ulangan
ke-k
µ
: Rataan umum

5
αi

: Pengaruh perlakuan kombinasi pemupukan ke-i (i: 1,2, ..., 10)
: Pengaruh galat petak utama (kombinasi pemupukan)
ik
: Pengaruh perlakuan varietas ke-j (j: 1,2, 3)
j
(α )ij : Pengaruh interaksi perlakuan kombinasi pemupukan ke-i dengan varietas
ke-j
: Pengaruh ulangan ke-k (k: 1,2,3)
k
: Pengaruh galat percobaan terhadap kombinasi pemupukan ke-i, varietas
ijk
ke-j, dan ulangan ke-k

Faktor pertama pada penelitian ini adalah pembenaman jerami dan
pemupukan. Faktor kedua pada penelitian ini adalah varietas yang terdiri dari
varietas Ciherang dan varietas Hipa 9. Perlakuan pembenaman jerami dan
pemupukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
P1
: Jerami + 50% Dosis NPK
P2
: Jerami + 50% Dosis NPK + POP + POC
P3
: Jerami + 50% Dosis NPK + POP
P4
: Jerami + 50% Dosis NPK + POP + PH 1
P5
: Jerami + 50% Dosis NPK + PH 2
P6
: Tanpa Jerami dan Tanpa Pupuk
P7
: Jerami + 50% Dosis NPK + PH 1
P8
: Jerami + 50% Dosis NPK + POP + PH 2
P9
: Tanpa Jerami + 50% NPK
P10 : Tanpa Jerami + 100% Dosis NPK
Keterangan
POP : Pupuk organik padat
POC : Pupuk organik cair
PH
: Pupuk hayati
Dosis jerami yang digunakan adalah 7.5 ton ha-1, pupuk organik padat
(POP) 300 kg ha-1, pupuk organik cair 2 lt ha-1 aplikasi-1 dan pupuk hayati 2 lt ha-1
aplikasi-1 untuk masing-masing jenis. Dosis pupuk anorganik yang digunakan
adalah NPK 30-6-8 dengan dosis rekomendasi adalah 400 kg ha-1.
Pelaksanaan
Penelitian diawali dengan melakukan analisis tanah untuk mengetahui pH,
kandungan N total , C-Organik, P tersedia dan K total didalam tanah. Pengolahan
tanah dilakukan dengan system olah tanah sempurna yaitu 2 kali pembajakan dan
1 kali dengan rotary dan penggaruan. Perendaman benih dengan air garam 3%
dan jumlah benih yang dibutuhkan adalah 20 kg ha-1. Bibit padi dipindahkan
ketika berumur 10-13 hari dengan penanaman 1-2 bibit per lubang. Jarak tanam
yang digunakan adalah legowo 2:1 (25 cm x 15 cm x 50 cm). Penyulaman
dilakukan pada 1-3 minggu setelah tanam (MST).
Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis dan waktu aplikasi yang telah
ditentukan. Pembenaman jerami dilakukan pada saat pengolahn lahan mulai dari
musim tanam ke-1 sampai dengan musim tanam ke-8. Pupuk organik padat
diaplikasikan ke lahan pada saat 1 MST (minggu sebelum tanam), pupuk organik
padat disemprot terlebih dahulu dengan pupuk hayati sebelum diaplikasikan
dengan dosis 300 kg ha-1. Pupuk anorganik (NPK 30-6-8) diaplikasikan pada saat
tanaman berumur 1 MST (minggu setelah tanam) sesuai dengan perlakuan. Pupuk

6
organik cair diaplikasikan sebanyak 3 kali yaitu pada 1 MST, 3 MST, dan 6 MST
dengan dosis 2 lt ha-1 aplikasi-1. Pupuk hayati diaplikasikan 3 kali yaitu 3 hari
sebelum tanam, 2 MST dan 4 MST dengan dosis 2 lt ha-1 aplikasi-1. Pengendalian
hama, penyakit dan gulma dilakukan secara manual, tetapi jika serangan hama dan
penyakit melebihi batas ambang ekonomi maka dilakukan dengan pengendalian
secara kimia. Pemanenan dilakukan pada 15 MST dengan 90-95 % bulir padi
yang telah menguning. Varietas Ciherang dan Hipa 9 ditanam pada waktu yang
berbeda, varietas ciherang ditanam 1 minggu sebelum varietas hipa 9.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap peubah pertumbuhan, komponen hasil dan
hasil:
a. Pertumbuhan Tanaman
 Tinggi tanaman, dihitung dari permukaan tanah hingga daun tertinggi,
jumlah anakan yang dihitung dari jumlah anakan per rumpun tanaman
contoh, dan warna daun yang diamati menggunakan bagan warna daun
(BWD) pada saat 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 MST.
 Volume akar yang diukur dengan memasukkan akar ke dalam galas ukur
yang di isi air (ml) pada 8 MST, panjang akar yang diukur dari pangkal
akar sampai dengan ujung akar (cm) pada 8 MST. Bobot basah tajuk dan
akar ditimbang sebelum tanaman di oven, sedangkan bobot kering tajuk
dan akar diperoleh dengan memasukkan bagian akar dan tajuk tanaman
ke dalam oven dengan suhu 105°C selama 48 jam pada saat tanaman
berumur 8 MST.
b. Komponen Hasil
 Komponen hasil yaitu jumlah anakan produktif, panjang malai (cm),
jumlah gabah per malai, hasil gabah kering per tanaman (g), persentase
gabah isi dari 100 g contoh gabah, dan bobot 1 000 butir (g).
c. Hasil
 Hasil ubinan (2.5 m x 2.5 m) untuk menghitung hasil dugaan gabah kering
giling (GKG) per hektar
 peningkatan hasil dihitung berdasarkan dugaan hasil gabah kering per
hektar dengan menggunakan rumus :
Peningkatan Hasil : (BP-BK) x 100%
BK
BP :dugaan hasil gabah kering per ha perlakuan
BK :dugaan hasil gabah kering per ha perlakuan dosis NPK 100% tanpa
pembenaman jerami.
Analisis Data
Data hasil pengamatan pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil padi
dianalisis menggunakan uji F (analisis ragam), jika hasil uji F nyata, maka
dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Duncan Multiple Range
Test/DMRT) pada taraf 5%.

7

HASIL
Kondisi Umum
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang saat ini telah memasuki
musim tanam kedelapan. Kondisi tanaman mulai dari persemaian sampai dengan
pemanenan menunjukkan keragaan pertumbuhan yang baik. Hama dan penyakit
yang terdapat pada lahan sawah masih dibawah ambang ekonomi. Serangan hama
yang ditemukan pada penelitian ini adalah keong mas, penggerek batang, dan
tikus, sedangkan penyakit yang menyerang adalah penyakit hawar daun bakteri.
Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan pestisida yang berbahan aktif
Dimehipo pada 8 MST untuk mengendalikan hama penggerek batang tanaman
padi. Pemanenan dilakukan setelah 90% gabah menguning yaitu pada 14 MST.
Gambar 1 dan 2 menunjukkan keragaan tanaman pada umur 13 MST. Gambar 3
dan 4 menunjukkan tanaman yang diserang hama dan penyakit.

Gambar 1 Keragaan Varietas
Ciherang 13 MST

Gambar 3 Tanaman terserang
hama tikus

Gambar 2 Keragaan varietas
Hipa 9 13 MST

Gambar 4 penyakit HDB
(hawar daun bakteri)

Rekapitulasi Sidik Ragam
Hasil rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 1 menunjukan bahwa perlakuan
varietas padi yang ditanam berpengaruh sangat nyata terhadap variabel peubah
tinggi tanaman, jumlah anakan, bagan warna daun (BWD) pada 8 MST, volume

8
akar, jumlah anakan produktif, jumlah gabah per malai dan panjang malai.
Perlakuan varietas padi berpengaruh nyata terhadap hasil gabah kering giling per
hektar. Perlakuan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap peubah panjang akar,
nisbah tajuk per akar, bobot 1 000 butir, persentase gabah isi, dan hasil gabah
kering per tanaman.
Perlakuan pemupukan berpengaruh sangat nyata terhadap peubah tinggi
tanaman, jumlah anakan, bagan warna daun pada 8 MST, dan hasil gabah kering
giling per hektar. Perlakuan pemupukan tidak berbeda nyata pada peubah hasil
pengamatan panjang akar, volume akar, nisbah tajuk per akar, jumlah anakan
produktif, jumlah gabah per malai, panjang malai, bobot 1 000 butir, persentase
gabah isi dan hasil gabah kering per tanaman. Tidak terdapat interaksi antara
varietas padi dan pemupukan terhadap semua peubah. Besar nilai koefisien
keragamaan pada peubah pertumbuhan tanaman, biomassa tanaman, komponen
hasil dan hasil berkisar antara 1.49%-23.33%. Menurut Matttjik dan Sumertajaya
(2006) nilai koefisien keragaman (KK) di bidang pertanian yang dianggap wajar
adalah 20-25%. Hal ini menunjukkan data pada penelitian ini seragam.
Tabel 1 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh varietas dan kombinasi pemupukan
terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah
Koefisien
Peubah pengamatan
Varietas Pemupukan Interaksi
keragaman
(%)
Pertumbuhan tanaman
Tinggi tanaman
8 MST
**
**
tn
4.50
Jumlah anakan
8 MST
**
**
tn
8.36
Bagan warna daun
8 MST
**
**
tn
1.49
Biomassa
Panjang Akar
tn
tn
tn
15.97
Volume akar
**
tn
tn
23.33
Bobot kering tajuk
**
tn
tn
19.24
Bobot kering akar
*
tn
tn
17.16
Nisbah tajuk per akar
tn
tn
tn
22.63
Komponen hasil dan hasil
Jumlah anakan produktif
**
tn
tn
9.31
Jumlah gabah per malai
**
tn
tn
7.67
Panjang malai
**
tn
tn
3.30
Bobot 1000 butir
tn
tn
tn
3.44
Persentase gabah isi
tn
tn
tn
3.68
Hasil gabah kering per
tanaman
tn
tn
tn
13.60
Hasil gabah kering giling
*
**
tn
11.85
Ket: *: nyata pada taraf 5%; **: nyata pada taraf 1%; tn: tidak nyata

9
Kandungan Hara Tanah
Analisis kandungan hara tanah dilakukan pada saat sebelum tanam dan
setelah panen. Secara umum semua perlakuan hasil analisis hara tanah setelah
penelitian menunjukkan bahwa pH tanah yang meningkat (Tabel 2). Peningkatan
pH tanah diduga karena bahan organik seperti jerami dan POP telah
terdekomposisi dengan sempurna pada lahan percobaan. Secara umum kandungan
C-organik tanah setelah penelitian terjadi penurunan, tetapi perlakuan dengan
penambahan POP atau PH2 menunjukkan peningkatan C-organik. Pembenaman
jerami tidak terlihat meningkatkan kandungan C-organik dalam tanah.
Tabel 2 Kandungan pH dan C-organik tanah
Perlakuan
Jerami + 50% NPK
Jerami + 50% NPK + POP + POC
Jerami + 50% NPK + POP
Jerami + 50% NPK + POP + PH 1
Jerami + 50% NPK + PH 2
Tanpa jerami dan tanpa pupuk
Jerami + 50% NPK + PH 1
Jerami + 50% NPK + POP + PH 2
Tanpa jerami + 50% NPK
Tanpa jerami + 100% NPK

pH
sebelum
setelah
6.0
6.3
6.0
6.0
5.9
6.1
6.1
6.3
6.1
6.6
5.4
6.3
5.7
6.2
5.9
6.8
5.9
6.3
5.5
6.3

C-Organik (%)
sebelum
setelah
1.51
0.63
1.67
0.08
1.51
1.60
2.00
1.43
1.67
1.75
1.11
1.35
2.00
1.43
1.67
1.03
1.75
1.20
1.83
1.51

Sumber: Hasil analisis Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB

Perkembangan kondisi N-total pada lahan percobaan menunjukkan
kecenderungan penurunan pada perlakuan pembenaman jerami dan tanpa
pembenaman jerami. Penurunan N total terjadi pada semua perlakuan, hal tersebut
menunjukkan bahwa pengurangan 50% dosis pupuk NPK bukan penyebab
penurunan N total pada lahan (Tabel 3).
Tabel 3 Kandungan N total tanah
Perlakuan
Jerami + 50% NPK
Jerami + 50% NPK + POP + POC
Jerami + 50% NPK + POP
Jerami + 50% NPK + POP + PH 1
Jerami + 50% NPK + PH 2
Tanpa jerami dan tanpa pupuk
Jerami + 50% NPK + PH 1
Jerami + 50% NPK + POP + PH 2
Tanpa jerami + 50% NPK
Tanpa jerami + 100% NPK

N total (%)
sebelum
setelah
0.15
0.13
0.16
0.11
0.15
0.15
0.19
0.13
0.16
0.16
0.12
0.13
0.14
0.15
0.15
0.13
0.19
0.13
0.18
0.15

Sumber: Hasil analisis Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB

10
Jika dibandingkan dengan kondisi sebelum penelitian terlihat
kecenderungan penurunan P tersedia dan K total setelah penelitian untuk semua
perlakuan. Penurunan unsur hara P diduga karena unsur hara tersebut diikat oleh
senyawa yang berasal dari bahan organik tanah, sedangkan penurunan unsur K
diduga bahwa unsur hara tersebut banyak diambil untuk pertumbuhan tanaman
atau terjadi proses immobilisasi oleh mikroba tanah (Tabe 4).
Tabel 4 Kandungan P tersedia dan K total
P tersedia (ppm)
Perlakuan
sebelum
setelah
Jerami + 50% NPK
8.4
7.1
Jerami + 50% NPK + POP + POC
8.6
7.9
Jerami + 50% NPK + POP
8.2
6.3
Jerami + 50% NPK + POP + PH 1
9.4
6.0
Jerami + 50% NPK + PH 2
9.3
6.3
Tanpa jerami dan tanpa pupuk
4.9
4.1
Jerami + 50% NPK + PH 1
7.7
5.0
Jerami + 50% NPK + POP + PH 2
9.3
5.1
Tanpa jerami + 50% NPK
10.4
6.1
Tanpa jerami + 100% NPK
5.1
6.1

K total (ppm)
sebelum setalah
62.5
51.6
72.5
46.6
80.0
41.7
60.0
41.7
60.0
61.4
57.5
49.1
105.0
56.5
75.0
54.0
70.0
63.8
70.0
68.8

Sumber: Hasil analisis Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB

Pertumbuhan Tanaman
Peubah tinggi tanaman antara perlakuan pembenaman jerami, atau ditambah
POP, POC, dan pupuk hayati dengan 50% dosis NPK tidak berbeda nyata dengan
perlakuan 100% dosis NPK tanpa pembenaman jerami. Perlakuan yang memiliki
tinggi tanaman tertinggi adalah perlakuan pembenaman jerami ditambah PH1 dan
50% dosis NPK. Tinggi tanaman terendah terdapat pada tanpa pembenaman
jerami dan tanpa pupuk NPK. Jerami padi dapat menyimpan unsur hara dari
pupuk anorganik yang selanjutnya dapat tersedia untuk tanaman (Gambar 5).

11

95.11ab

120

95.18ab
96.ab

96.62ab

98.75a

95.29ab

94.06ab

85.42c

100

92.49b

97.40ab

cm

80
60
40
20
Tanpa jerami + 100%
NPK

Tanpa jerami + 50% NPK

Jerami + 50% NPK +
POP + PH 2

Jerami + 50% NPK + PH
1

Tanpa jerami dan tanpa
pupuk

Jerami + 50% NPK + PH
2

Jerami + 50% NPK +
POP + PH 1

Jerami + 50% NPK +
POP

Jerami + 50% NPK +
POP + POC

Jerami + 50% NPK

0

a

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda
Duncan)

Gambar 6 Grafik jumlah anakan perlakuan pemupukan
Pembenaman jerami saja atau ditambah POP, POC, dan pupuk hayati
memiliki jumlah anakan yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan 100% dosis
pupuk NPK tanpa pembenaman jerami. Perlakuan tanpa pembenaman jerami
dengan 50% dosis pupuk NPK memiliki jumlah anakan yang lebih tinggi dari
pada perlakuan 100% dosis NPK tanpa pembenaman jerami. Jumlah anakan yang
paling rendah terdapat pada perlakuan tanpa pembenaman jerami dan tanpa pupuk
NPK (Gambar 6).
35

24.55de

26.86cde
25.66de

27.43bcd

25.40de

24.1e

Rata-rata anakan

30

30.35a

28.58abc

28.78ab 25.75cde

25
20
15
10
5

a

Tanpa jerami +
100% NPK

Tanpa jerami + 50%
NPK

Jerami + 50% NPK
+ POP + PH 2

Jerami + 50% NPK
+ PH 1

Tanpa jerami dan
tanpa pupuk

Jerami + 50% NPK
+ PH 2

Jerami + 50% NPK
+ POP + PH 1

Jerami + 50% NPK
+ POP

Jerami + 50% NPK
+ POP + POC

Jerami + 50% NPK

0

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda
Duncan)

Gambar 6 Grafik jumlah anakan perlakuan pemupukan

12
Skala bagan warna daun pada perlakuan pembenaman jerami saja, atau
ditambah POP, POC, dan pupuk hayati tidak berbeda nyata dengan perlakuan
100% dosis pupuk NPK tanpa pembenaman jerami. Semua perlakuan pemupukan
memiliki skala bagan warna daun mendekati 4 kecuali perlakuan tanpa jerami dan
tanpa pemupukan (Gambar 7).

4,5

3.93bcd 4.01a

3.cd92
4.00ab

4.00abc

3.98abcd

4.00ab

3.75e

3.91d
3.95abcd

4

Skala BWD

3,5
3

2,5
2

1,5
1
0,5
Tanpa jerami +
100% NPK

Tanpa jerami +
50% NPK

Jerami + 50%
NPK + POP + PH
2

Jerami + 50%
NPK + PH 1

Tanpa jerami dan
tanpa pupuk

Jerami + 50%
NPK + PH 2

Jerami + 50%
NPK + POP + PH
1

Jerami + 50%
NPK + POP

Jerami + 50%
NPK + POP +
POC

Jerami + 50%
NPK

0

a

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda
Duncan)

Gambar 7 Grafik bagan warna daun (BWD) perlakuan pemupukan
Varietas padi hibrida Hipa 9 memiliki tinggi tanaman 8.56 % lebih tinggi
dibandingkan padi varietas Ciherang. Jumlah anakan padi hibrida varietas Hipa 9
37.20 % lebih tinggi dibandingkan varietas Ciherang. Skala bagan warna daun
varietas padi hibrida Hipa 9 lebih rendah 12. 35 % dibandingkan dengan varietas
Ciherang (Gambar8).

Ciherang
hasil pengukuran

120

90.73b

Hipa 9

98.54a

100
80
60
40

22.55b

30.94a

20

4.21a 3.69b

0

Tinggi tanaman (cm)

Jumlah anakan
Peubah pengamatan

BWD

a

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda
Duncan)

Gambar 8 Grafik tinggi tanaman, jumlah anakan, dan bagan warna daun (BWD)

13
Biomassa Tanaman
Biomassa tanaman diamati dengan mengambil 2 tanaman pada masingmasing petak percobaan selain tanaman contoh pada 8 MST. Hasil analisis
statistik menunjukkan bahwa panjang akar untuk semua perlakuan pemupukan
dan pembenaman jerami tidak berbeda nyata. Perlakuan pembenaman jerami saja,
atau ditambah POP, POC dan pupuk hayati dengan 50 % pupuk NPK memiliki
volume akar yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan 100% dosis pupuk NPK
tanpa pembenaman jerami. Perlakuan tanpa pembenaman jerami dan tanpa
pemupukan memiliki volume akar yang paling rendah. Perlakuan tanpa
pemupukan dan tanpa pembenaman jerami memiliki volume akar yang rendah hal
itu diduga bahwa unsur hara pada petak percobaan rendah.
Varietas Ciherang memiliki panjang akar yang tidak berbeda nyata dengan
padi hibrida varietas Hipa 9, tetapi volume akar varietas Ciherang nyata lebih
rendah dibandingkan padi hibrida varietas Hipa 9 (Tabel 5).
Tabel 5 Panjang akar dan volume akar

Perlakuan
Varietas
Ciherang
Hipa 9
Pemupukan
Jerami + 50% NPK
Jerami + 50% NPK + POP + POC
Jerami + 50% NPK + POP
Jerami + 50% NPK + POP + PH 1
Jerami + 50% NPK + PH 2
Tanpa jerami dan tanpa pupuk
Jerami + 50% NPK + PH 1
Jerami + 50% NPK + POP + PH 2
Tanpa jerami + 50% NPK
Tanpa jerami + 100% NPK

Biomassa Tanaman
Panjang akar
Volume akar
(cm)
(ml)
26.21
27.26

65.00b
85.60a

28.45
26.94
31.13
27.61
26.39
28.59
26.84
28.39
26.04
27.00

79.17
73.33
79.17
89.17
71.67
54.67
75.83
80.00
70.83
79.17

Ket: a : Transformasi (=SQRT (data) + 0.5); Angka-angka pada kolom yang sama yang
diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda
Duncan).

Perlakuan pembenaman jerami saja, atau ditambah POP, POC, dan pupuk
hayati dengan 50 % dosis pupuk NPK memiliki bobot kering tajuk tidak berbeda
nyata dengan perlakuan 100% dosis pupuk NPK tanpa pembenaman jerami.
Semua perlakuan pemupukan dengan pembenaman jerami atau tanpa
pembenaman jerami memiliki bobot kering tajuk dan nisbah tajuk per akar yang
tidak berbeda nyata.
Varietas Ciherang memiliki bobot kering tajuk dan nisbah tajuk per akar
yang tidak berbeda nyata dengan varietas padi hibrida hipa 9, tetapi memiliki

14
bobot kering akar lebih rendah dari pada varietas padi hibrida Hipa 9 ( Tabel 6).
Tabel 6 Bobot kering akar, bobot kering tajuk, dan nisbah tajuk/akar
Biomassa Tanaman
Bobot kering Bobot kering
Nisbah
akar (g)a
tajuk (g)a
tajuk/akara

Perlakuan
Varietas
Ciherang
Hipa 9
Pemupukan
Jerami + 50% NPK
Jerami + 50% NPK + POP + POC
Jerami + 50% NPK + POP
Jerami + 50% NPK + POP + PH 1
Jerami + 50% NPK + PH 2
Tanpa jerami dan tanpa pupuk
Jerami + 50% NPK + PH 1
Jerami + 50% NPK + POP + PH 2
Tanpa jerami + 50% NPK
Tanpa jerami + 100% NPK

5.35b
5.92a

8.54b
10.56a

2.42
2.19

5.88
5.89
5.63
6.18
5.15
5.33
5.87
5.27
5.78
5.40

9.13
10.76
9.84
9.02
8.97
8.80
10.24
10.17
7.55
11.04

2.13
2.45
2.29
2.00
2.44
2.21
2.31
2.58
1.97
2.65

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Komponen Hasil
Perlakuan pembenaman jerami saja, atau ditambah POP, POC, dan pupuk
hayati dengan pengurangan 50 % dosis pupuk NPK memiliki jumlah anakan
produktif, panjang malai, jumlah gabah per malai, dan bobot 1 000 butir tidak
berbeda nyata dengan perlakuan 100 % dosis pupuk NPK tanpa pembenaman
jerami.
Varietas Ciherang menunjukkan bahwa jumlah anakan produktif, panjang
malai, dan jumlah gabah per malai nyata lebih rendah dibandingkan dengan
varietas hibrida Hipa 9, tetapi bobot 1 000 butir varietas Ciherang tidak berbeda
nyata dengan varietas hibrida Hipa 9 (Tabel 7).

15
Tabel 7 Jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah permalai, dan
bobot 1 000 butir
Komponen hasil
Panjang
Jumlah
malai
gabah per
(cm)a
malaia

Bobot
1000
butira

16.16b
20.35a

24.82b
25.05a

156.08b
197.71a

26.38
25.86

18.20
18.43
17.80
18.56
18.03
17.00
19.81
17.51
18.70
18.51

25.48
26.22
25.59
25.85
25.96
23.39
25.87
25.61
25.01
25.39

184.36
183.36
186.70
189.53
183.63
150.63
176.66
181.53
161.63
170.70

25.64
26.90
25.49
26.23
25.88
26.59
25.89
25.87
26.66
26.02

Jumlah
anakan
produktifa

Perlakuan
Varietas
Ciherang
Hipa 9
Pemupukan
Jerami + 50% NPK
Jerami + 50% NPK + POP + POC
Jerami + 50% NPK + POP
Jerami + 50% NPK + POP + PH 1
Jerami + 50% NPK + PH 2
Tanpa jerami dan tanpa pupuk
Jerami + 50% NPK + PH 1
Jerami + 50% NPK + POP + PH 2
Tanpa jerami + 50% NPK
Tanpa jerami + 100% NPK
a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Hasil Panen
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pembenaman jerami
saja, atau ditambah POP, POC, pupuk hayati dengan pengurangan 50 % dosis
pupuk NPK memiliki hasil gabah kering per tanaman, dan persentase gabah isi
tidak berbeda nyata dengan perlakuan 100 % dosis pupuk NPK tanpa
pembenaman jerami. Hasil gabah kering per hektar perlakuan pembenaman jerami
saja, atau ditambah POP, POC, pupuk hayati dengan 50 % dosis pupuk NPK tidak
berbeda nyata dengan perlakuan 100 % dosis pupuk NPK tanpa pembenaman
jerami. Perlakuan tanpa pembenaman jerami dan tanpa pemupukan memiliki hasil
gabah kering per hektar nyata lebih rendah daripada perlakuan 100% dosis NPK
tanpa pembenaman jerami.
Hasil gabah kering pertanaman dan persentase gabah isi varietas Ciherang
tidak berbeda nyata dengan padi hibrida varietas Hipa 9, tetapi hasil gabah kering
per hektar varietas Ciherang nyata lebih rendah dibandingkan varietas hibrida
Hipa 9. Persentase peningkatan hasil padi hibrida varietas Hipa 9 lebih tinggi
6.98% dibandingkan varietas Ciherang, tetapi padi hibrida varietas Hipa 9
memiliki persentase gabah isi tidak berbeda nyata dibandingkan varietas Ciherang
(Tabel 8).

16
Tabel 8 Hasil gabah kering pertanaman, hasil gabah kering per hektar, persentase
peningkatan hasil, dan persentase gabah isi
Hasil gabah kering
Tanaman
Hektar
(g)a
(ton)a

Perlakuan
Varietas
Ciherang
Hipa 9
Perlakuan
Jerami + 50% NPK
Jerami + 50% NPK + POP + POC
Jerami + 50% NPK + POP
Jerami + 50% NPK + POP + PH 1
Jerami + 50% NPK + PH 2
Tanpa jerami dan tanpa pupuk
Jerami + 50% NPK + PH 1
Jerami + 50% NPK + POP + PH 2
Tanpa jerami + 50% NPK
Tanpa jerami + 100% NPK

Persentase (%)
Peningkatan Gabah
hasil
isi

42.43
50.06

5.99b
6.44a

6.98

95.23
94.80

47.03
43.41
47.18
49.61
47.61
43.03
43.91
48.35
48.13
44.18

5.73bc
6.41ab
7.02a
6.85a
6.22ab
5.17c
6.29ab
6.06abc
6.20ab
6.20ab

-7.58
3.38
13.22
10.48
0.32
-16.61
1.45
-2.25
0.00
-

95.83
96.00
93.50
96.33
94.16
91.50
95.50
95.66
95.16
96.50

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Analisis Usaha Tani
Hasil analisis usaha tani menunjukkan bahwa perlakuan jerami + 50% NPK
+ POP menghasilkan keuntungan dan ratio B/C yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan lain. Secara umum usaha padi yang dilakukan memberikan
keuntungan, tetapi keuntungan yang paling kecil pada perlakuan tanpa jerami dan
tanpa pemupukan dengan ratio B/C sebesar 2.32, sedangkan keuntungan yang
paling besar terdapat pada perlakuan jerami + 50% NPK + POP dengan ratio B/C
sebesar 3.18 dan keuntungan sebesar Rp. 33 082 000. Padi varietas hipa 9
menunjukkan bahwa keuntungan yang didapat sebesar Rp. 26 418 000 dengan
ratio B/C 1.95, sedangkan varietas ciherang memiliki keuntungan sebesar Rp. 24
428 000 dengan ratio B/C 1.92 (Tabel 9).

17
Tabel 9 Hasil analisis usaha tani

Perlakuan
Pemupukan
Jerami + 50% NPK
Jerami + 50% NPK + POP + POC
Jerami + 50% NPK + POP
Jerami + 50% NPK + POP + PH 1
Jerami + 50% NPK + PH 2
Tanpa jerami dan tanpa pupuk
Jerami + 50% NPK + PH 1
Jerami + 50% NPK + POP + PH 2
Tanpa jerami + 50% NPK
Tanpa jerami + 100% NPK
Varietas
Hipa 9
Ciherang

Pengeluaran
C
Pendapatan
(Rp)

Keuntungan
B
(RP)

B/C
ratio

35 526 000
39 742 000
43 462 000
42 470 000
38 564 000
32 054 000
38 998 000
35 572 000
38 440 000
38 440 000

9 780 000
10 850 000
10 380 000
11 220 000
10 800 000
9 630 000
10 620 000
11 400 000
9 630 000
10 130 000

18 870 000
29 312 000
33 082 000
31 250 000
27 764 000
22 424 000
28 378 000
26 172 000
28 810 000
28 310 000

2.63
2.81
3.18
2.78
2.57
2.32
2.67
2.29
2.99
2.79

39 928 000
37 138 000

13 510 000
12 710 000

26 418 000
24 428 000

1.95
1.92

PEMBAHASAN

Pengurangan 50% dosis NPK dengan pembenaman jerami saja atau dengan
penambahan POP, POC dan pupuk hayati secara umum menurunkan kandungan
C-organik dan N total tanah setelah penelitian. Menurut Sugiyanta (2007)
penurunan C-organik dan N total tanah dikarenakan terbentuknya pool C dan N
tanah labil, yang menyebabkan C organik dan N total akan tersedia secara
perlahan. Kandungan P dan K tanah mengalami penurunan setelah penelitian.
Penurunan kandungan P diduga karena adanya imobilisasi unsur P. Sinha (1971)
menyatakan bahwa residu jerami yang dibenamkan ke dalam tanah berupa humus
dan asam fosfo fulfat, Asam fosfo fulfat berperan dalam imobilisasi unsur P.
Penurunan kalium pada percobaan ini diduga karena adanya kehilangan unsur
hara K yang tersedia untuk tanaman baik karena dekomposisi dari jerami atau
oleh mikroba tanah.
Hasil pengamatan peubah tinggi tanaman, jumlah anakan, perlakuan
pembenaman jerami ditambah pupuk organik padat, atau ditambah pupuk hayati
dengan pengurangan 50% dosis pupuk NPK memberikan hasil yang tidak berbeda
nyata dengan 100% dosis pupuk NPK tanpa pembenaman jerami. Tinggi tanaman
dan jumlah anakan tanaman padi sawah sangat dipengaruhi oleh unsur N dan P.
Jerami padi, pupuk organik, dan pupuk hayati dapat menyediakan unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman. Menurut Hanafi et al. (2012) jerami padi dapat

18
meningkatkan ketersediaan unsur hara tanah seperti N,P, K, dan Si yang akan
memberikan respon yang baik pada pertumbuhan tanaman. Menurut Dobermann
dan Fairhurst (2000) unsur N sangat penting sebagai bahan pembentukan protein
dan klorofil yang akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman seperti tinggi
tanaman dan jumlah anakan, sedangkan unsur P berperan dalam meningkatkan
jumlah anakan, perkembangan akar, awal pembungaan dan pemasakan biji.
Sugiyanta (2007) menambahkan bahwa penambahan bahan organik pada tanah
sawah mempunyai pengaruh pada beberapa sifat kimia yang selanjutnya
berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi padi. Selain jerami padi, pupuk
hayati juga dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara N, P, dan K dalam tanah.
Menurut Saraswati (2007) pupuk hayati dapat meningkatkan efisiensi pemupukan
karena dapat menambat N2 udara, dan pelarut P dan K dalam tanah. Pembenaman
jerami saja atau ditambah pupuk organik, dan pupuk hayati dengan pengurangan
50% dosis NPK memiliki skala bagan warna daun yang tidak berbeda nyata
dengan perlakuan 100% dosis pupuk NPK tanpa pembenaman jerami. Semua
perlakuan kecuali perlakuan tanpa pembenaman jerami dan tanpa pemupukan
memiliki skala bagan warna daun mendekati 4. Menurut PPTP (2011) skala 4
merupakan skala kritis kecukupan hara N pada tanaman padi sawah.
Perlakuan pembenaman jerami saja, atau ditambah POP, POC, dan pupuk
hayati memiliki biomassa tanaman tidak berbeda nyata dengan perlakuan 100%
dosis pupuk NPK tanpa pembenaman jerami. Pertumbuhan biomassa tanaman
padi menurut Dobermann dan Fairhurst (2000) sangat ditentukan oleh kecukupan
hara N dan P, dan untuk pertumbuhan akar ditentukan oleh kecukupan unsur N
dan P. Menurut Gusnindar et al. (2011) bertambahnya biomassa tanaman seperti
volume akar akan menyebabkan penyerapan hara lebih baik sehingga akan
meningkatkan penyerapan hara P. Jerami padi sangat penting sebagai sumber hara
tanaman karena sebagai sumber unsur hara makro dan unsur hara mikro. Menurut
Tan Quang dan Pham (2001) jerami padi dapat meningkatkan unsur hara nitrogen
dan pospor, dan dapat menyediakan unsur hara mikro seperti Ca, Cu, Mg, Zn, dan
Na didalam tanah. Menurut Najata (2011) pengurangan dosis pupuk NPK 50%
dengan pembenaman jerami, dan aplikasi pupuk kandang dapat menyediakan
unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan tanaman padi sawah.
Komponen hasil dari jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah
per malai dan bobot 1 000 butir dari 100% dosis pupuk NPK tidak berbeda nyata
dengan perlakuan pembenaman jerami saja, atau ditambah pupuk organik padat,
pupuk organik cair, pupuk hayati dengan pengurangan 50% dosis pupuk NPK.
Penggunaan jerami, dan pupuk organik dapat menambah kebutuhan hara tanah,
dan pertumbuhan tanaman. Menurut Luu et al. (2008) aplikasi pupuk organik dari
jerami ke lahan sawah dapat meningkatkan mikro organisme tanah, dan dapat
membantu aktivitas mikro organisme tanah dalam menyediakan unsur hara untuk
tanaman. Menurut Shidu dan Beri (2008) pembenaman jerami meningkatkan
jumlah mikro organisme tanah yang berfungsi menjadikan unsur hara dari tidak
tersedia menjadi tersedia untuk tanaman. Bird et al. (2001) menambahkan bahwa
pembenaman jerami dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara karena jerami
padi dapat meningkatkan jumlah populasi bakteri penyedia K.
Perlakuan pembenaman jerami ditambah dengan pupuk organik padat , atau
ditambah POC, atau ditambah pupuk hayati dengan pengurangan 50% dosis
pupuk NPK memiliki hasil gabah kering per tanaman dan hasil gabah kering

19
giling per hektar, serta persentase gabah isi tidak berbeda nyata dengan perlakuan
100% dosis pupuk NPK tanpa pembenaman jerami. Hasil tanaman padi sangat
dipengaruhi oleh unsur hara N, P, dan K untuk pertumbuhan, pembungaan dan
pengisian biji. Pengembalian jerami padi kelahan sawah sangat penting karena
jerami padi mengandung unsur hara sepert N, P, dan K yang cukup tinggi untuk
tanaman. Dobermann dan Fairhurst (2002) melaporkan bahwa dalam 5 ton jerami
padi hara yang terkandung sebesar 25-40 kg N, 3.5-6 kg P, 60-85 kg K, dan 200350 kg Si yang berpotensi untuk mengurangi pupuk anorganik dan dapat
meningkatkan hasil tanaman. Menurut Sugiyanta et al. (2008) aplikasi jerami + ½
dosis pupuk anorganik memiliki serapan P lebih tinggi dibanding pupuk
anorganik dosis rekomendasi. Hal tersebut dapat diduga karena unsur P yang
diserap pada lahan sawah menjadi meningkat dengan penambahan jerami.
Menurut Tan Quang dan Pham (2001) pengembalian jerami padi ke lahan sawah
dapat meningkatkan unsur N, P dan K tanah serta dapat meningkatkan hasil padi
sawah.
Perlakuan tanpa pemupukan secara umum memiliki pertumbuhan tanaman,
biomassa tanaman, komponen hasil dan hasil yang paling rendah dibandingkan
perlakuan lain. Hal ini diduga karena hara yang terdapat pada lahan rendah, bahan
organik tanah rendah, dan organisme tanah sedikit sesuai dengan hasil analisis
tanah pada Tabel 2, 3 dan 4. Menurut Mousavi et al. (2012) sisa dari pembenaman
jerami dapat meningkatkan aktivitas mikro organisme tanah dan dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Variatas hipa 9 memiliki pertumbuhan tanaman yaitu tinggi tanaman, dan
jumlah anakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Ciherang tetapi
memiliki skala bagan warna daun lebih rendah dibandingkan dengan varietas
Ciherang. Menurut Wahid (2003) skala kritis bagan warna daun tanaman padi
varietas unggul adalah 4, sedangkan skala kritis bagan warna daun varietas hibrida
adalah 4-5. Secara umum biomassa tanaman, komponen hasil dan hasil padi
hibrida varietas Hipa 9 lebih tinggi dibandingkan varietas Ciherang. Menurut
Suprihatno et al. (2010) keunggulan varietas hibrida Hipa 9 yaitu memiliki umur
tanaman relatif pendek, jumlah gabah permalai lebih tinggi, jumlah anakan
produktif sedikit, panjang malai lebih tinggi, hasil dan potensi hasil lebih tinggi
dibandingkan varietas Ciherang. Jumlah anakan varietas Hipa 9 pada Gambar 8
lebih tinggi didabandingkan varietas Ciherang, hal tersebut tidak sesuai dengan
deskripsi varietas yang ada.
Hasil gabah kering per tanaman dan hasil gabah kering tanaman per hektar
varietas Hipa 9 lebih tinggi dibandingkan varietas Ciherang. Padi sawah
membutuhkan hara yang tinggi dalam proses pertumbuhannya tergantung dengan
jenis varietas yang ditanam. Menurut Yoshida (1981) pupuk yang digunakan
untuk menghasailkan gabah setiap ton padi pada daerah tropis adalah 39 kg urea,
19 kg SP-36, dan 34 kg KCL. Menurut Abdurachman dan Sembiring kebutuhan
pupuk varietas Ciherang adalah 275 kg urea ha-1, 100 kg SP-39 ha-1, dan 100 kg
KCl ha-1. Menurut Fatwiwati et al. 2008 kebutuhan pupuk padi hibrida adalah 300
kg urea, 100 kg SP-36, dan 100 kg KCl. Jumlah unsur hara yang ditambahkan ke
lahan penelitian adalah sebesar 219 kg urea ha-1, 57.83 kg SP-36 ha-1, dan 181.41
kg KCL ha-1. Menurut Suprihatno et al. (2010) padi hibrida varietas Hipa 9
memilki potensi hasil sebesar 10.4 ton GKG ha-1 dan hasil 8 ton GKG ha-1. Padi
varietas Ciherang memiliki potensi hasil sebesar 8 ton GKG ha-1 dan hasil 6 ton

20
GKG ha-1. Hasil penelitian varietas Ciherang 6.44 ton GKG dan memenuhi hasil
deskripsi varietas yaitu 6 ton GKG ha-1. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kebutuhan hara tanaman padi varietas