4.2. Analisis dan Evaluasi Hasil Penelitian ............................. 51
4.2.1. Pengukuran Pendapatan Premi Asuransi Pada
PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan ........... 52
4.2.2. Pengakuan Pendapatan Premi Asuransi Pada
PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan ........... 52
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan …. ................................................................. 54
5.2. Saran ................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis apakah pengukuran dan pengakuan pendapatan premi asuransi pada PT. Allianz Life
Indonesia Cabang Medan telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.36 dengan lokasi penelitian pada PT. Allianz Life
Indonesia Cabang Medan. Beralamat di BG Tower, Lt. 6 Unit 9 10 Jl. Putri Hijau No.10 JW Marriot Medan.
Populasi dalam penelitian ini khusus pada pendapatan premi asuransi selama periode 2009. Pendapatan premi asuransi yang berasal dari kontrak jangka
panjang dan kontrak jangka pendek dengan sampel penelitian ini adalah pendapatan premi asuransi mulai bulan April 2007 sampai bulan Juli 2007.
Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini yaitu bahwa dalam pengukuran dan pendapatan premi yang dilakukan PT. Allainz Life Indonesia Cabang Medan
tentuanya harus sesuai dengan PSAK No. 36 yang didalamnya telah diatur permasalahan yang berhubungan dengan pengukuran dan pengakuan pendapatan
serta penyajiannya dalam sebuah laporan keuangan.
Hasil perhitungan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengukuran pendapatan premi dihitung dengan mengalikan jasa yang diberikan dengan tarif
premi yang berlaku. Tarif yang berlaku tersebut dianggap suatu nilai wajar yang akan diterima perusahaan dari suatu transaksi yang wajar. Pengukuran pendapatan
premi telah sesuai dengan PSAK No.23. Selain itu pengakuan pendapatan premi asuransi mengacu kepada pengakuan pendapatan dengan dasar kas. Pengakuan
pendapatan premi tersebut tidak sesuai dengan PSAK No.36 dengan dasar akrual
Kata kunci : PSAK No. 36, Pengukuran dan Pengakuan Pendapatan Premi Asuransi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kebutuhan akan jasa perasuransian makin dirasakan, baik oleh perorangan maupun dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata
kehidupan rumah tangga, baik dalam menghadapi risiko yang mendasar seperti risiko kematian, atau dalam menghadapi risiko atas harta benda yang dimiliki.
Usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan menjadi penting peranannya karena dari kegiatan perlindungan risiko, perusahaan asuransi
menghimpun dana masyarakat dari penerimaan premi, yang kemudian menginvestasikan dana itu ke dalam berbagai kegiatan ekonomi perusahaan.
Dengan peranan asuransi tersebut dalam perkembangan pembangunan ekonomi yang semakin meningkat, maka semakin terasa kebutuhan akan hadirnya industri
perusahaan asuransi yang kuat dan dapat diandalkan. Asuransi jiwa merupakan salah satu bidang usaha perasuransian yang
berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Sifat dasar asuransi jiwa adalah proteksi terhadap kerugian finansial akibat hilangnya kemampuan menghasilkan
pendapatan yang disebabkan oleh kematian maupun usia lanjut. Perusahaan yang bergerak dalam bidang asuransi jiwa juga menghimpun dana masyarakat dari
penerimaan premi. Premi asuransi sebagai pendapatan operasional utama bagi perusahaan sangat penting bagi kelangsungan usaha perusahaan. Bagi sebuah
perusahaan, penentuan kebijaksanan yang berkaitan dengan pendapatan preminya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menyangkut pengukuran dan pengakuan pendapatan premi sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, begitu penting untuk dilaksanakan.
Pengukuran dan pengakuan pendapatan menjadi hal yang sangat penting dalam perolehan pendapatan premi asuransi. Pengukuran menyangkut penentuan
jumlah premi yang harus dibayarkan nasabah. Sedangkan pengakuan merupakan saat premi asuransi harus diakui sebagai pendapatan. Pengukuran dan pengakuan
pendapatan premi asuransi saling terkait satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Pengukuran dan pengakuan pendapatan premi ini sangat penting
dikarenakan pendapatan perusahaan asuransi dari premi haruslah cukup untuk membayar klaim dan beban-beban operasional perusahaan sehingga perusahaan
tidak mengalami kebangkrutan. Selain itu perusahaan yang memberikan dasar ukuran yang tepat atas premi, dapat menjadikan premi sebagai dana untuk
berinvestasi. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 36 dalam Standar
Akuntansi Keuangan merupakan standar acuan akuntansi asuransi jiwa yang menyebutkan bahwa pendapatan premi terdiri atas premi kontrak jangka panjang
dan premi kontrak jangka pendek. Dasar pengakuan pendapatan premi menurut standar akuntansi lebih mengacu kepada dasar akrual yaitu pendapatan diakui
secara proporsional sesuai dengan periode dan jumlah proteksi yang diberikan. Estimasi premi masa datang yang akan diterima dari pemegang polis didasarkan
pada asumsi seperti hasil investasi yang diharapkan, mortalitas, morbiditas, terminasi dan beban-beban, yang ditetapkan pada saat kontrak asuransi dibuat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan merupakan perusahaan asuransi yang bergerak dalam bidang penjualan jasa asuransi jiwa. Kehadiran PT. Allianz
Life Indonesia merupakan hal yang rasional dan tidak terelakkan pada situasi dimana sebagian besar pengusaha dan anggota masyarakat memiliki
kecendrungan umum untuk menghindari risiko keuangan. PT. Allianz Life Indonesia mengambil alih atau mennggung sebagian risiko itu. Untuk itu,
pengusaha atau pemegang polis pihak tertanggung harus membayar premi asuransi. Beberapa tipe risiko yang dipertanggungkan oleh PT. Asuransi Allianz
Life Indonesia meliputi kematian, kecelakaan atau cacat tetap total, kemampuan untuk memperoleh penghasilan. PT. Allianz Life Indonesia akan menanggung
seluruh atau sebagian dari risiko keuangan yang diderita tertanggung karena kejadian atau situasi yang diasuransikan selama masa kontrak asuransi.
Perusahaan mengakui pendapatan premi kontrak jangka panjang dan pendek apabila kas sudah diterima. Sedangkan perusahaan sering dihadapkan
pada masalah keterlambatan pembayaran premi dari nasabah. Keterlambatan pembayaran premi oleh nasabah akan mengakibatkan lambatnya perhimpunan
dana dan komisi perusahaaan, selain itu keterlambatan pembayaran premi jika telah melewati jangka waktu yang telah ditetapkan mengakibatkan polis nasabah
tidak akan aktif. Dimana jika status polis nasabah sedang tidak aktif, klaim dan manfaat asuransi tidak bisa dilakukan. Premi yang harus dibayarkan oleh
pemegang polis sangat dipengaruhi oleh jenis polis asuransi, usia peserta, uang pertanggungan, serta jangka waktu dari kontrak asuransi yang telah disepakati.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, tarif premi dapat ditentukan. Dalam hal tarif
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
premi, PT. Allianz Life Indonesia cabang Medan mengikuti ketentuan departemen aktuaria dari kantor pusat PT. Allianz Life Indonesia. Mortalitas, hasil investasi
yang diharapkan dan pembebanan biaya operasional menjadi dasar ukur utama bagi perusahaan ini dalam menetapkan tarif premi asuransi. Selain itu pembuatan
Laporan Rugi Laba tidak dilaksanakan oleh perusahaan ini karena pembuatan laporan tersebut merupakan wewenang kantor pusat. Perusahaan ini membuat
laporan yang disebut Rincian Rugi Laba yang menunjukkan rincian anggaran dan realisasi penerimaan dan pengeluaran kas yang terjadi selama satu bulan.
Hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan pengukuran dan pengakuan pendapatan antara lain adalah Dian Harryanti yang menyatakan bahwa
PT. Asuransi BumiPutera 1912 telah menerapkan secara keseluruhan metode pengukuran dan pengakuan pendapatan sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan No. 36. Sedangkan Ria Hafni Batubara yang melakukan penelitian di PT. Asuransi Jiwasraya Cabang Pematang Siantar menyatakan bahwa perusahaan
tersebut telah menerapkan metode pengakuan dan pengukuran pendapatan sesuai dengan PSAK No. 23 dan juga PSAK No. 36. Dari hasil kedua penelitian
sebelumnya tersebut dapat diketahui bahwa penerapan PSAK No. 36 mengenai pengukuran dan pengakuan pendapatan memiliki kesimpulan yang berbeda,
sehingga berdasarkan penelitian terdahulu tersebut dalam penelitian ini akan dikaji lebih lanjut kebenaran yang ada dan dapat mempertegas persepsi dan
memperkuat teori yang sudah ada. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis mengambil
judul skrispi “Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Mengenai Pengukuran dan Pengakuan Pendapatan Premi Asuransi Pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan.”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah pengukuran dan pengakuan pendapatan premi asuransi pada
PT. Allianz Life Indonesia Medan telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 36?
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan menganalisis apakah pengukuran dan pengakuan pendapatan premi asuransi pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan telah
sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.36.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik bagi penulis maupun pihak lain sebagai berikut:
1. Bagi penulis, menambah pengetahuan tentang pengukuran dan pengakuan
pendapatan serta sebagai bahan perbandingan antara teori dari berbagai sumber bacaan ilmiah dengan praktik di lapangan.
2. Bagi perusahaan, apabila memungkinkan diharapkan akan menjadi bahan
masukan dalam mengukur dan mengakui pendapatan premi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Bagi pihak lain, sebagai bahan referensi dan informasi tambahan dalam
melakukan penelitian yang berhubungan dengan pengukuran dan pengakuan pendapatan premi asuransi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian Asuransi
Kebutuhan akan jasa perasuransian makin dirasakan, baik oleh perorangan maupun dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata
kehidupan rumah tangga, baik dalam menghadapi risiko yang mendasar seperti risiko kematian, atau dalam menghadapi risiko atas harta benda yang dimiliki.
Demikian pula dunia usaha dalam menjalankan kegiatannya menghadapi berbagai risiko yang mungkin dapat mengganggu kesinambungan usahanya.
Walaupun banyak metode untuk menangani risiko,namun asuransi merupakan metode yang paling banyak dipakai. Asuransi menjanjikan
perlindungan kepada pihak tertanggung terhadap risiko yang dihadapi perorangan maupun risiko yang dihadapi perusahaan. Ada beberapa defenisi asuransi yang
perlu dipahami, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut: a.
Menurut undang-undang tentang usaha perasuransian UU Republik Indonesia No.2 1992 2006 : 177, Asuransi atau pertanggungan
adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang pihak penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima premi asuransi
untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul akibat suatu peristiwa yang tidak
pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
b. Menurut Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Republik
Indonesia 2006 : 177 : Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri pada
tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberi penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tertentu.
c. Menurut Djojosoedarso 2003: 74, asuransi adalah suatu alat untuk
mengurangi resiko yang melekat pada perekonomian, dengan cara menggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena risiko yang sama
atau hampir sama, dalam jumlah yang cukup besar, agar probabilitas kerugiannya dapat diramalkan dan bila kerugian yang diramalkan
terjadi akan dibagi secara proporsional oleh semua pihak dalam gabungan itu.
Berdasarkan defenisi tersebut, maka dalam asuransi terkandung empat unsur yaitu:
a. Pihak tertanggung insured, yang berjanji untuk membayar uang premi
kepada pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur. b.
Pihak penanggung insurer, yang berjanji akan membayar sejumlah uang santunan kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur
apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tidak tertentu. c.
Suatu peristiwa accident yang tidak tertentu tidak diketahui sebelumnya. d.
Kepentingan interest yang mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa yang tidak tertentu.
Dari defenisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa asuransi merupakan suatu alat untuk mengurangi resiko atau kerugian finansial yang terjadi secara
tidak disengaja dan tidak terduga melalui penghimpunan premi yang akan digunakan untuk pihak yang mengalami kerugian tersebut. Berdasarkan hal-hal
tersebut diatas tentunya semakin dipahami bahwa asuransi menjadi salah satu bidang usaha yang sedang berkembang saat ini mengingat manfaat yang
ditawarkan oleh jasa perasuransian. Manfaat asuransi ini antara lain: a. Asuransi melindungi resiko investasi, b. Asuransi sebagai sumber dana investasi, c.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Asuransi untuk melengkapi persyaratan kredit, d. Asuransi dapat mengurangi kekhawatiran, e. Asuransi mengurangi biaya modal.
Perkembangan perusahaan asuransi di Indonesia di masa sekarang ini tentu tidak terlepas dari manfaat asuransi tersebut diatas. Berbagai macam perusahaan
asuransi semakin bermunculan seiring perkembangan kebutuhan masyarakat akan jasa perasuransian. Menurut Djojosoedarso 2003: 75-76, beberapa macam
perusahaan asuransi yang sekarang ini sudah ada di Indonesia antara lain: a.
Perusahaan Asuransi Jiwa Perusahaan asuransi yang bidang usahanya risiko keuangan
sebagai akibat dari kematian orang-orang yang mempertanggungkan jiwanya. Pembayaran santunan dilakukan
pada masa akhir kontrak meskipun tidak terjadi peril atau kepada ahli warisnya bila kematian terjadi sebelum akhir kontrak. Contoh:
PT. Allianz Life Indonesia.
b. Perusahaan Asuransi KerugianUmum Perusahaan asuransi yang bidang usahanya menanggulangi risiko
keuangan sebagai akibat kerugian karena peril yang menimpa barang-barang atau kepentingan yang dipertanggungkan. Contoh :
PT.Asuransi Jasa Indonesia, PT. Asuransi Ramayana.
c. Perusahaan Reasuransi Umum Perusahaan asuransi yang bidang usahanya menanggung risiko
yang benar-benar terjadi dan pertanggungan yang telah ditutup oleh perusahaan asuransi jiwa maupun asuransi kerugian. Contoh:
PT. Askrindo, PT. Reasuransi Umum.
d. Perusahaan Asuransi Sosial Perusahaan asuransi yang bidang usahanya menanggung risiko
financial masyarakat kecil yang kurang mampu. Perusahaan ini diselenggarakan oleh pemerintah atau badan-badan yang ditunjuk;
dibentuk oleh pemerintah. Contoh: PT.Taspen, PT.Askes.
Seperti telah dikemukakan di atas, asuransi jiwa merupakan salah satu
bidang usaha asuransi yang sangat berkembang di masa sekarang ini. Budisantoso dan Triandaru 2006: 184 mendefenisikan asuransi jiwa adalah “suatu jasa yang
diberikan oleh perusahaan asuransi dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dengan jiwa atau meninggalnya seorang yang dipertanggungkan”. Asuransi jiwa memberikan:
a. Dukungan bagi pihak yang selamat dari suatu kecelakaan.
b. Santunan bagi tertanggung yang meninggal.
c. Bantuan untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh meninggalnya
orang kunci d.
Penghimpunan dana untuk persiapan pensiun Salim 2000:25 mendefenisikan “asuransi jiwa sebagai asuransi yang
bertujuan menanggung orang terhadap kerugian finansial yang tak terduga disebabkan karena meninggalnya terlalu cepat atau hidupnya terlalu lama“.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa sifat dasar asuransi jiwa adalah proteksi terhadap kerugian finansial akibat hilangnya kemampuan
menghasilkan pendapatan yang disebabkan oleh kematian, maupun usia lanjut. Proteksi tersebut dapat diperoleh dari perusahaan asuransi jiwa. Perbedaan yang
esensial antara asuransi jiwa dan asuransi lainnya yang dirancang terutama untuk melindungi terhadap suatu peril tertentu adalah, bahwa asuransi jiwa mempunyai
fungsi tambahan yaitu fungsi akumulasi tabungan, kecuali asuransi jiwa berjangka. Sebagian premi yang telah dibayarkan untuk asuransi jiwa oleh
tertanggung merupakan suatu akumulasi pembayaran yang pada akhirnya akan merupakan dana investasi yang akan diserahkan oleh pihak penanggung kepada
pihak tertanggung. Jadi, peranan ganda dari asuransi jiwa adalah perlindungan dan investasi atau tabungan. Pada umumnya asuransi jiwa terbagi atas tiga
golongan yaitu asuransi jiwa biasa, asuransi jiwa kelompok dan asuransi jiwa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
industrial. Namun bentuk yang standar dari asuransi jiwa terbagi atas asuransi berjangka, asuransi dwiguna, asuransi seumur hidup dan anuitas. Adapun yang
membedakan asuransi jiwa biasa dengan asuransi jiwa kelompok adalah: a.
Pada asuransi jiwa biasa, polis asuransi dipegang oleh masing-masing pembeli asuransi, sedangkan pada asuransi jiwa kolektif polis asuransi dipegang oleh
pimpinan perusahaan misalnya: perusahaan industri. b.
Perjanjian kontrak yang dibuat pada asuransi biasa secara individu, sedangkan pada asuransi kolektif kontrak dibuat atas nama kumpulan atau
group.
2.1.2. Pendapatan
a. Pengertian Pendapatan
. Pendapatan selalu diartikan sesuai dengan jenis usaha dari suatu
perusahaan. Pada perusahaan jasa pendapatannya diperoleh dari pemberian jasa atau service, sedangkan pada perusahaan dagang pendapatannya adalah hasil dari
penjualan barang dagangan. Dengan demikian pendapatan adalah pertambahan harta akibat kegiatan operasional perusahaan. Menurut PSAK Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan Nomor 23, “pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu
periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal”.
Suatu transaksi diakui sebagai pendapatan jika transaksi tersebut dapat memenuhi kriteria yang sudah lazim diterima. Dengan demikian sebuah kejadian
ekonomi akan mudah digolongkan sebagai pendapatan dengan menganalisis ciri-
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ciri transaksi tersebut sesuai dengan kriteria yang berlaku. Kejadian akuntansi merupakan tindakan yang berpengaruh pada unit moneter. Suatu transaksi
biasanya ditandai dengan tiga tahapan yaitu : a.
Adanya kesepakatan antara kedua belah pihak untuk mengadakan transaksi. b.
Pihak penjual menyerahkan barang atau jasa kepada pihak pembeli. c.
Pihak penjual menerima imbalan atas penyerahan barang atau jasa tersebut. Dengan demikian suatu transaksi dapat dikategorikan apakah merupakan
suatu peristiwa akuntansi atau tidak sesuai dengan penggolongan diatas. Kriteria ini juga berguna untuk mengetahui apakah suatu transaksi berhubungan dengan
pendapatan atau tidak. Pendapatan dari sebuah perusahaan memerlukan analisis tentang berapa jumlah yang seharusnya menjadi pendapatan dalam suatu periode.
Transaksi yang berhubungan dengan pendapatan jumlahnya dibatasi oleh periode akuntansi biasanya satu tahun. Dalam hal ini pendapatan harus diukur dengan
nilai wajar yang diterima. Pendapatan diukur dengan pengertian nilai pertukaran produk atau jasa dalam sebuah transaksi yang lugas. Pandangan ini menunjukkan
ekuitas kas bersih atas uang yang diterima atau seharusnya diterima dalam pertukaran barang atau jasa yang ditransfer oleh perusahaan kepada pelanggan.
Pengukuran pendapatan begitu penting untuk setiap transaksi yang menimbulkan pendapatan. Pengukuran pendapatan juga dapat dinyatakan dalan
perolehan kas atau setara kas. Tanpa pengukuran yang tepat kinerja perusahaan akan sulit diketahui, oleh karena itu pendapatan sebagai suatu item yang sangat
penting dalam laporan keuangan khususnya laporan laba rugi perlu diukur dengan akurat. Pendapatan diukur dengan tujuan yang beraneka ragam yang berkembang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
terus menerus pada masa mendatang. Maka dapat dijelaskan tentang pentingnya pengukuran pendapatan. Menurut Harahap 2001 : 263 laba adalah informasi
penting dalam laporan keuangan. Angka ini penting untuk : a.
Perhitungan pajak, berfungsi sebagai dasar pengenaan pajak yang akan diterima negara.
b. Untuk menghitung deviden yang akan dibagikan kepada
pemilik dan yang akan ditahan dalam perusahaan. c.
Untuk menjadi pedoman dalam menentukan kebijaksanaan investasi dan pengambilan keputusan.
d. Untuk menjadi dasar dalam peramalan laba maupun kejadian
ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang. e.
Untuk menjadi dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi. f.
Untuk menilai prestasi atau kinerja perusahaan segmen perusahaan divisi.
Berdasarkan pendapat tersebut diketahui bahwa laba adalah informasi penting dalam laporan keuangan yang diantaranya sebagai dasar pengenaan pajak,
menghitung deviden, dasar dalam peramalan laba di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi serta menilai prestasi atau kinerja
perusahaan secara keseluruhan.
b. Pengakuan Pendapatan
Pengakuan pendapatan atas suatu transaksi tidak dilakukan apabila transaksi masih dalam tahap persetujuan. Transaksi yang terjadi dalam suatu
perusahaan memiliki kriteria yangberbeda-beda sesuai dengan sifat transaksi tersebut. Kriteria dari pengakuan pendapatan didasarkan atas kebutuhan akan
informasi akuntansi yang relevan dan reliabel. Persamaan persepsi hanya dapat didukung atas pernyataan objektif akan kriteria pengakuan pendapatan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata- kata maupun dalam jumlah uang dan mencantumkannya ke dalam laporan laba
rugi. Pos yang memenuhi kriteria tersebut harus diakui dalam neraca atau laporan laba rugi. Pendapatan diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan manfaat
ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan
pendapatan terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan aktiva atau penurunan kewajiban. Menurut Vernon 1990: 243 kriteria pengakuan pendapatan adalah
sebagai berikut : “Measurability of assets value keterukuran nilai aktiva, existence of transaction
terjadinya transaksi dan substansial completion of the earning process
proses perhimpunan secara substansial”. Proses yang terjadi selama perolehan pendapatan meliputi semua aktivitas
yang menghasilkan pendapatan termasuk di dalamnya pemebelian bahan baku, produksi, dan pemberian jasa. Kebanyakan perusahaan mengakui pendapatannya
saat penjualan yaitu saat perusahaan menyerahkan barang atau jasa kepada pembeli atau pemakai jasa. Kieso dan Weygrandt 2002: 4 menyatakan empat
transaksi pendapatan telah diakui sesuai dengan prinsip : a.
Pendapatan dari penjualan produk diakui pada tanggal penjualan, yang biasanya diinterpretasikan berarti pada tanggal pengiriman
kepada pelanggan. b.
Pendapatan dari jasa yang diberikan diakui ketika jasa-jasa telah dilaksanakan dan dapat ditagih.
c. Pendapatan dari memberi kemungkinan kepada pihak lain untuk
menggunakan aktiva perusahaan seperti bunga, sewa dan royalti diakui pada saat berlakunya waktu atau ketika aktiva itu
digunakan.
d. Pendapatan dari pelepasan aktiva selain produk diakui pada
tanggal penjualan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pendapatan seharusnya diakui bila ada kepastian bahwa perusahaan akan memperoleh penghasilan. Pendapatan harus diakui segera jika perusahaan telah
melakukan apa yang telah disepakati dalam transaksi dan jumlahnya dapat diukur dengan reliabel. Perusahaan yang telah melakukan kewajibannya dalam rangka
memperoleh pendapatan berhak menerima hasilnya. Ada dua pendekatan dalam pengakuan pendapatan dari operasi perusahaan yaitu dasar akual dan dasar kas.
a. Dasar Akrual
Menurut Skousen dan Stice 2001 : 164 yang dimaksud dengan dasar akrual adalah : “ sistem akuntansi dimana pendapatan dan biaya dicatat pada saat
diperoleh dan terjadi, tidak peduli kapan kas diterima atau dibayar.” Pendekatan ini mengakui pendapatan pada saat barang atau jasa dilaksanakan. Biaya yang
terjadi dilaporkan sebagai beban dalam periode pendapatan yang diakui. Dengan demikian pendekatan ini membandingkan antara beban-beban dengan pendapatan.
Biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan arus masuk pendapatan yang sulit diidentifikasikan diakui sebagai beban selama periode dimana harta tersebut
digunakan, sedangkan biaya-biaya yang mudah diidentifikasikan berhubungan dengan arus masuk pendapatan seperti biaya pembelian dimasukkan ke Harga
Pokok Penjualan. Dengan demikian, dasar akrual memfokuskan pada arus masuk harta bersih dari operasi atau pendapatan dan penggunaan dari harta bersih atau
beban-beban tanpa memperhatikan arus masuk dan arus keluar. Menurut Harahap 2001: 81: pengakuan revenue secara accrual basis terdiri dari:
1 Selama kegiatan produksi. Dalam hal sewa, bunga, dan komisi
dianggap diakui sebagai pendapatan berdasarkan perjanjian yang dibuat sebelumnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2 Kontrak jasa panjang diakui berdasarkan kemajuan kerja atau
persentase siap. 3
Perubahan aset karena pertumbuhan yang menimbulkan kenaikan revenue seperti pabrik anggur, peternakan, dan lain-
lain.
b. Dasar Kas
Menurut Skousen dan Stice 2001: 166 yang dimaksud dengan dasar kas : “ sistem akuntansi dimana transaksi dicatat dan pendapatan dan biaya diakui
pada saat kas diterima atau dibayar.” Dari pernyataan diatas dapat dikemukakan penggunaan dasar tunai yang murni pendapatan dari penjualan barang atau jasa
hanya dapat diperhitungkan pada saat tagihan dari langganan diterima. Terhadap penerimaan tunai yang prestasinya dilaksanakan, dianggap sebagai pendapatan
pada periode mana pendapatan tersebut diterima. Perhatian utama menurut dasar ini untuk menentukan saat pengakuan
pendapatan adalah kejadian-kejadian penting dalam siklus operasi perusahaan. Menurut Harahap 2001: 82:
1 Cara pengakuan revenue pada saat penjualan dapat digunakan
apabila 1 harga produk dapat diketahui secara pasti, 2 pertukaran telah selesai dengan pengiriman barang sehingga
sudah dapat diketahui biaya yang sudah dikeluarkan, 3 dari segi realisasi, penjualan tersebut dianggap sebagai kejadian penting.
2 Cara pengakuan revenue pada saat selesainya produksi .dapat
digunakan dalam situasi pasar stabil dan harga komoditi juga stabil.
3 Cara pengakuan revenue pada saat pembayaran dapat dilakukan
apabila penjualan yang akan dilakukan dan penilaian yang akurat tidak dapat dilakukan pada barang yang akan diserahkan
tersebut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Untuk perusahaan jasa terdapat metode khusus dalam pengakuan pendapatan. Menurut Dyckman 2000: 269-271 “ada empat metode pengakuan
pendapatan untuk penjualan jasa” yaitu : 1
Kinerja Khusus Digunakan untuk mengakui pendapatan jasa yang dihasilkan
dengan melakukan aksi tunggal. Contoh : pendapatan binatu dihasilkan dari penyelesaian cucian.
2 Kinerja Proporsional
Digunakan untuk mengakui pendapatan jasa yang dihasilkan oleh lebih dari aksi tunggal dan hanya ketika jasa melebihi satu
periode akuntansi.
3 Kinerja Selesai
Digunakan untuk mengakui pendapatan jasa yang dihasilkan dengan melakukan serangkaian tindakan. Pendapatan jasa
dianggap telah dihasilkan hanya setelah tindakan terakhir terjadi. Misalnya, pendapatan perusahaan ekspedisi diperoleh setelah
pengiriman barang. Meskipun pengepakan, muat barang dan transportasi mendahului pengiriman.
4 Penagihan
Untuk pendapatan jasa, ketika ketidakpastian penagihan sangat tinggi, pendapatan hanya diakui ketika kas diperoleh.
Dalam kebanyakan kasus penjualan barang dan jasa merupakan kejadian penting yang menimbulkan pendapatan. Dalam hal ini pengakuan pendapatan
pada saat penagihan kas dianggap sebagai pendapatan pada saat kas diterima meskipun sebenarnya barang atau jasa belum dilaksanakan pada periode tersebut.
2.1.3. Premi Asuransi Jiwa