Notoatmodjo, 2003. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Dusun Ujung Payung Lama mayoritas responden pada ibu sebanyak 22 orang 48.9
memiliki penghasilan Rp780.000 dan tidak semua ibu memilih penolong persalinan kebidan karena dilihat dari faktor biaya. Menurut Wiludjeng 2005
dalam penelitiannya menyatakan bahwa memilih penolong persalinan dan melahirkan dirumah merupakan pilihan utama. Kondisi ini berkaitan dengan
faktor ekonomi, karena sebagian besar ibu tidak berpenghasilan dan rata-rata pekerjaan ibu yaitu ibu rumah tangga.
2. Sosial Budaya
Untuk mengetahui adanya pengaruh faktor sosial budaya terhadap memilih penolong persalinan digunakan 5 kuesioner yang meliputi adanya menurut
kepercayaan, kebudayaan, pantangan dan kebiasaan untuk tidak menggunakan pelayanan kesehatan. Menurut Foster Anderson 1998, yang merupakan ahli
antropologi mengatakan bahwa dari segi budaya dalam kehidupan berbagai kelompok masyarakat masalah budaya masih sering mengalahkan pemanfaatan
fasilitas pelayanan kesehatan secara optimal. Pasangan suami istri lebih rela memutuskan untuk tidak menggunakan sarana pelayanan kesehatan atas
pertimbangan berbagai hal, disamping biaya yang harus dikeluarkan dan kurangnya alat transfortasi yang digunakan. Di masyarakat suku karo dalam
memilih penolong persalinan sudah mulai bagus ini dikarenakan pelayanan kesehatan pada saat ini sudah semakin baik dilihat dari sebagian ibu sudah
memilih penolong persalinan adalah bidan. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Boyce, 2008 menyatakan bahwa sosial budaya merupakan kelompok
masyarakat yang mempengaruhi berbagai masalah kehidupan seperti kebiasaan
Universitas Sumatera Utara
dimana masyarakat suku karo dalam memilih penolong persalinan masih mempercayai dukun atau obat-obatan tradisional, tetapi semakin tingginya
pendidikan seseorang maka semakin tinggi pengetahuan seseorang dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan mengambil keputusan dalam
memilih penolong persalinan.
3. Dukungan suami dan keluarga
Keluarga berperan sebagai sistem pendukung yang kuat bagi anggota- anggota keluarga khususnya dalam penanganan masalah keluarga. Elisenbeng
2004 mengatakan bahwa dukungan dan saran-saran sangat penting dalam proses memilih penolong persalinan untuk melahirkan. Ibu didampingi sepanjang
persalinannya, hal ini mungkin tidak ditemukan dipelayanan kesehatan, dimana pergantian shift kerja, jadi otomatis penolong persalinan berganti-ganti. Menurut
Bobak 2005, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa mayoritas responden mendapatkan dukungan keluarga baik dalam bentuk materi maupun nasehat-
nasehat. Hal ini akan dapat mengurangi kebingungan pada ibu yang akan melahirkan dalam memilih penolong persalinan. Dalam penelitian Kartini 2001
menyatakan bahwa Dukungan yang penuh dari anggota keluarga lebih penting artinya bagi seorang ibu bersalin terutama dukungan suami sehingga memberikan
support moril perhatian terhadap ibu terutama pada saat memilih penolong persalinan.
4. Jarak pelayanan kesehatan