Pengaruh Akses dan Kontrol Masyarakat terhadap Keberhasilan Program Adopsi Pohon di Desa Ciputri Kabupaten Cianjur

i

PENGARUH AKSES DAN KONTROL MASYARAKAT
TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM ADOPSI POHON
DI DESA CIPUTRI KABUPATEN CIANJUR

NOVINDRA HIDAYAT

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Akses dan
Kontrol Masyarakat terhadap Keberhasilan Program Adopsi Pohon di Desa
Ciputri Kabupaten Cianjur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Novindra Hidayat
NIM: I34080121

ABSTRAK
NOVINDRA HIDAYAT. Pengaruh Akses dan Kontrol Masyarakat terhadap
Keberhasilan Program Adopsi Pohon di Desa Ciputri, Kabupaten Cianjur.
Dibimbing oleh SAHARUDDIN.
Program adopsi pohon adalah program penanaman pohon di taman nasional
dengan pemeliharaan selama tiga tahun termasuk didalamnya terdapat kegiatan
pemberdayaan dan bantuan modal usaha terhadap masyarakat sekitar kawasan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh akses dan kontrol

masyarakat terhadap keberhasilan program adopsi pohon. Penelitian ini
dilaksanakan di Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi
Jawa Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh akses masyarakat dalam
program adopsi pohon dapat membantu mencapai keberhasilan program.
Masyarakat diikutsertakan secara langsung mulai dari penanaman hingga
pemeliharaannya. Kontrol masyarakat dalam program adopsi pohon tidak telalu
kuat, hal tersebut dikarenakan pihak taman nasional menetapkan aturan-aturan
yang membatasi masyarakat dalam memanfaatkan hasil sumberdaya alam
sehingga program ini dapat berjalan dengan baik dan teratur. Hal tersebut pula
yang dapat membantu keberhasilan program adopsi pohon.
Kata kunci: program adopsi pohon, akses dan kontrol, keberhasilan program

ABSTRACT
NOVINDRA HIDAYAT. The effect of community‟s access and control over the
successfully of tree adoption program in the village of Ciputri, District of Cianjur.
Supervised by SAHARUDDIN.
Tree adoption program is a program of tree planting in the park with
maintenance for three years are included empowerment and venture capital
assistance to people around of the area. The purposes of this study was to
determine the effect of access and community control over the success of a tree

adoption program. This research was conducted in the village of Ciputri, District
Pacet Cianjur, West Java Province. The results of this study showed the influence
of access to the public in a tree adoption program achieved successfully.
Communities included directly from planting to maintenance. Community control
in a tree adoption program are not too strong, it is because of the national park
setting rules was restricting the use of the natural resource products so that the
program can run properly and regularly.
Keywords: tree adoption program, access and control, the successfully of the
program

v

PENGARUH AKSES DAN KONTROL MASYARAKAT
TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM ADOPSI POHON
DI DESA CIPUTRI KABUPATEN CIANJUR

NOVINDRA HIDAYAT

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Pengaruh Akses dan Kontrol Masyarakat terhadap Keberhasilan
Program Adopsi Pohon di Desa Ciputri Kabupaten Cianjur
: Novindra Hidayat
Nama
: I34080121
NIM

Disetujui oleh

Dr Ir Saharuddin. MS
Pembimbing


Diketahui oleh



Tanggal Lulus:

dイ

Ir Soeryo Adiwibowo. MS
- - Ketua Departemen

1 4 ft,1 G2013

vii

Judul Skripsi : Pengaruh Akses dan Kontrol Masyarakat terhadap Keberhasilan
Program Adopsi Pohon di Desa Ciputri Kabupaten Cianjur
Nama
: Novindra Hidayat

NIM
: I34080121

Disetujui oleh

Dr Ir Saharuddin, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: _______________

PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta kesempatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Akses dan Kontrol Masyarakat
terhadap Keberhasilan Program Adopsi Pohon di Desa Ciputri Kabupaten

Cianjur”. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak Dr Ir Saharuddin, MS
sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktu serta memberikan saran dan
masukan selama proses penulisan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada
dosen beserta staf KPM atas ilmu yang telah diberikan. Penulis juga
menyampaikan hormat dan terima kasih kepada Bapak Sudrajat dan Ibu Tina Siti
Hasanah, orang tua tercinta, serta Januar Santiaji kakak tersayang, yang selalu
berdoa dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya untuk penulis. Tidak lupa
terimakasih juga penulis sampaikan kepada segenap pengurus program adopsi
pohon, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, dan seluruh warga Desa
Ciputri yang telah membantu jalannya penelitian, serta teman-teman seperjuangan
Galih, Farhan, Tri Irwan, M. Rizky, Agung, Jabbar, Reza, Yusuf, Agus, Randy,
Robi, Ahmad F, Syakir, Ari, Ilham T, Elbi, Arin, Sarah, Testa, Syifa, Firda, Gina,
Rizki A, teman satu bimbingan Radini dan Ory dan teman-teman KPM 45
lainnya, KPM 43, KPM 44, KPM 46, KPM 47, KPM 48 yang telah memberi
semangat dalam proses penulisan skripsi ini.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan bagi
yang membacanya.


Bogor, Agustus 2013

Novindra Hidayat

ix

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

xiv


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

3

Kegunaan Penelitian

3


TINJAUAN PUSTAKA

5

Taman Nasional

5

Program Adopsi Pohon

5

Keterlibatan Masyarakat dalam Pengembangan Ekowisata

6

Proses Adopsi dan Pengambilan Keputusan Inovasi

7


Pandangan Tradisional : Proses Adopsi

7

Model Proses Pengambilan Keputusan Inovasi

7

Akses

8

Kontrol

8

Akses dan Kontrol dalam Taman Nasional

9

Keberhasilan Program

10

KERANGKA PEMIKIRAN

11

Hipotesis Penelitian

12

Definisi Operasional

12

PENDEKATAN LAPANGAN

15

Metode Penelitian

15

Lokasi dan Waktu Penelitian

15

Teknik Sampling

16

Teknik Pengumpulan Data

16

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

16

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

19

Kondisi Geografis

19

Kondisi Ekonomi

20

Kondisi Sosial

22

Kondisi Pendidikan Masyarakat

22

Struktur Mata Pencaharian Penduduk

23

Struktur Keagamaan dan Budaya Penduduk

23

Potensi Sosial Budaya

24

Sistem Kemasyarakatan

24

PENGARUH AKSES DAN KONTROL MASYARAKAT TERHADAP
KEBERHASILAN PROGRAM ADOPSI POHON
27
Sejarah Program Adopsi Pohon

27

Lingkup Program Adopsi Pohon

28

Pelaksanaan Program Adopsi Pohon

30

Persepsi Masyarakat terhadap Program Adopsi Pohon

32

Karakteristik Responden

33

Tingkat Keberhasilan Program Adopsi Pohon

35

Akses Masyarakat terhadap Tingkat Keberhasilan Program
Adopsi Pohon
39
Kontrol Masyarakat terhadap Tingkat Keberhasilan Program
Adopsi Pohon
45
SIMPULAN DAN SARAN

53

Simpulan

53

Saran

53

DAFTAR PUSTAKA

55

LAMPIRAN

57

RIWAYAT HIDUP

73

xi

DAFTAR TABEL
1.

Luas dan Persentase Zonasi Lahan Wilayah Sarongge Tahun 2011

2.

Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Usia di Desa Ciputri
33
Tahun 2013

3.

Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Status Petani di Desa
34
Ciputri Tahun 2013

4.

Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan di
34
Desa Ciputri Tahun 2013

5.

Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Aspek Penanaman dan
Pemeliharaan dalam Tingkat Keberhasilan Program Adopsi Pohon di
Desa Ciputri Tahun 2012
37

6.

Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Aspek Pemberdayaan
dalam Tingkat Keberhasilan Program Adopsi Pohon di Desa Ciputri
38
Tahun 2012

7.

Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Aspek Bantuan Modal
dalam Tingkat Keberhasilan Program Adopsi Pohon di Desa Ciputri
Tahun 2012
38
Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Tingkat Pemahaman
Teknologi di Desa Ciputri Tahun 2012
40

8.
9.

29

Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan di
40
Desa Ciputri Tahun 2012

10. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Tingkat Otoritas di
41
Desa Ciputri Tahun 2012
11. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Tingkat Identitas Sosial
di Desa Ciputri Tahun 2012
41
12. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Tingkat Pasar di Desa
Ciputri Tahun 2012
42
13. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Tingkat Relasi Sosial
di Desa Ciputri Tahun 2012
43
14. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Tingkat Tenaga Kerja
43
di Desa Ciputri Tahun 2012
15. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Tingkat Modal di Desa
44
Ciputri Tahun 2012
16. Jumlah Responden menurut Tingkat Akses dan Tingkat Keberhasilan
Program Adopsi Pohon di Desa Ciputri Tahun 2012
45
17. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Basis Kekuasaan di
Desa Ciputri Tahun 2012
46
18. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Cara-cara Kekuasaan di

Desa Ciputri Tahun 2012

47

19. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Kekuatan Kekuasaan di
Desa Ciputri Tahun 2012
47
20. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Biaya Kekuasaan di
Desa Ciputri Tahun 2012
48
21. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Jumlah Kekuasaan di
Desa Ciputri Tahun 2012
49
22. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Lingkup Kekuasaan di
Desa Ciputri Tahun 2012
49
23. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Domain Kekuasaan di
Desa Ciputri Tahun 2012
50
24. Jumlah Responden menurut Tingkat Kontrol dan Tingkat Keberhasilan
Program Adopsi Pohon di Desa Ciputri Tahun 2012
51

xiii

DAFTAR GAMBAR

1.

Kerangka Pemikiran Penelitian

11

2.

Peta Wilayah Desa Ciputri

20

3.

Jumlah Penduduk Desa Ciputri Tahun 2011 Menurut Komposisi Mata
Pencaharian
21

4.

Jumlah Penduduk Desa Ciputri Tahun 2011 Menurut Tingkat
Pendidikan
22

5.

Jumlah Penduduk Desa Ciputri Tahun 2011 Menurut Sebaran Mata
Pencaharian
23

DAFTAR LAMPIRAN

1.

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

57

2.

Kerangka Sampling Penelitian

58

3

Perjanjian Kerjasama antara Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
63
dengan Masyarakat Desa Ciputri

4.

Peta Kawasan Program Adopsi Pohon Blok Sarongge Girang Resort
PTN Model Sarongge
70

5.

Dokumentasi

71

1

PENDAHULUAN
Pendahuluan ini membahas mengenai pemikiran kuat yang mendasari
penelitian ini. Pemikiran tersebut dijelaskan melalui latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian. Latar belakang yang disusun
menggambarkan permasalahan umum dalam penelitian disertai dengan fakta-fakta
yang mendukung terhadap persoalan dalam program adopsi pohon yang dilakukan
oleh Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Kemudian permasalahan umum
dijabarkan menjadi permasalahan-permasalahan khusus yang ditulis dalam
perumusan masalah. Tujuan penelitian merupakan jawaban yang diharapkan
terhadap permasalahan-permasalahan dalam penelitian. Sementara kegunaan
penelitian merupakan manfaat yang diharapkan oleh peneliti setelah penelitian ini
dilakukan.
Latar Belakang
Keanekaragaman hayati dan sumberdaya alam Indonesia merupakan salah
satu daya tarik utama dimata dunia selain budaya dan tradisinya, sehingga perlu
perlakuan lebih untuk menjaga keberlanjutannya. Konsep taman nasional muncul
sebagai upaya dalam konservasi terhadap keanekaragaman hayati. Taman nasional
tidak hanya sebagai daerah konservasi saja melainkan sebagai perwujudan konsep
ekowisata. Pemanfaatan taman nasional untuk tujuan ilmu pengetahuan dan
penelitian dilakukan pada seluruh zona dengan izin Kepala Balai Taman Nasional.
Untuk tujuan pendidikan dilakukan pada zona rimba, zona pemanfaatan wisata
dan zona pemanfaatan lainnya. Sedangkan untuk tujuan pariwisata alam dilakukan
pada zona pemanfaatan intensif dan secara terbatas pada zona rimba. Guna
mendukung kepentingan pemanfaatan oleh masyarakat setempat akan hasil hutan
non kayu dikembangkan adanya zona pemanfaatan tradisional dan zona
pemanfaatan khusus (Riyanto 2005 dalam Qomariah 2009).
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu
dari lima taman nasional di Indonesia. TNGGP pertama kali diumumkan sebagai
taman nasional di Indonesia pada tahun 1980 oleh Menteri Pertanian dan
ditetapkan dengan SK Menteri Pertanian No. 736/Mentan/X/1982 meliputi luas
15.196 ha (TNGGP 2008). Mengingat pentingnya keberadaan taman nasional
dilakukan perluasan yang bertujuan untuk melindungi dan melestarikan
keanekaragaman hayati, salah satunya dengan program adopsi pohon yang bekerja
sama dengan berbagai pihak yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi hutan
khususnya di areal perluasan taman nasional karena program ini didalamnya
terdapat penanaman pohon dengan pemeliharaan selama tiga tahun termasuk
kegiatan pemberdayaan dan bantuan modal usaha terhadap masyarakat sekitar
kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Sehingga pada tahun 2003
Mentri Kehutanan mengeluarkan Keputusan Menteri No. 174/Kpts-II/2003 yang
menetapkan perluasan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dari
15,196 hektar menjadi 21,975 hektar (TNGGP 2008).
Program Adopsi Pohon merupakan salah satu upaya merehabilitasi kawasan
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang terdegradasi akibat pengolahan
lahan pertanian yang mengabaikan kaidah konservasi, sehingga membentuk

2

kawasan kritis dan miskin vegetasi. Kondisi hutan disekitar taman nasional saat
ini tidak stabil dikarenakan adanya penebangan secara liar, berubahnya hutan
konservasi menjadi produksi, dan pemanfaatan hasil hutan yang berlebihan tanpa
adanya penanaman kembali sehingga menyebabkan mudahnya terjadi bencana
alam salah satunya seperti banjir dan longsor, untuk itu keberhasilan program
adopsi pohon diharapkan dapat tercapai karena program ini dapat membantu
merestorasi kondisi kawasan taman nasional, dapat membantu memperbaiki dan
memulihkan kawasan hutan yang rusak dengan melakukan penanaman dan
pemeliharaannya, pemberdayaan, dan bantuan modal yang dilakukan oleh taman
nasional melalui program adopsi pohon ini.
Masyarakat disekitar taman nasional memiliki potensi yang sangat besar
terutama dalam hal menjaga keberlanjutan dan keberhasilan program ini,
masyarakat disekitar taman nasional merupakan masyarakat yang terlibat dan
berperan-serta dalam program, masyarakat diikutseratakan secara langsung dalam
program mulai dari penanaman hingga pemanfaatan hasil program, masyarakat
diberikan akses untuk ikutserta dalam program, diberikan akses untuk membuka
lahan usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari,
masyarakat juga diberikan kontrol untuk mengelola dan memanfaatkan dari
adanya program ini namun masyarakat diberikan batasan-batasan oleh pihak
taman nasional sehingga tidak dapat sepenuhnya dan secara berlebihan dalam
memanfaatkan hasil dari program, hal tersebut dilakukan untuk membantu
mencapai keberhasilan program adopsi pohon dan membantu pihak taman
nasional dalam menjalankan program ini dengan baik dan teratur.
Program ini melibatkan masyarakat secara langsung sehingga akses dan
kontrol masyarakat dapat menentukan keberhasilan program adopsi pohon ini,
dengan adanya akses dan kontrol dalam memanfaatkan dan mengelola kawasan
taman nasional dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat itu sendiri
maupun pengelola dalam menjaga keberlanjutan taman nasional dan program
adopsi pohon tersebut. Oleh karena itu, untuk menunjang keberhasilan dalam
program adopsi pohon di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango,
dibutuhkan keterlibatan dari masyarakat setempat (TNGGP 2008). Dengan
demikian perlu diteliti lebih lanjut mengenai pengaruh akses dan kontrol
masyarakat terhadap keberhasilan program adopsi pohon.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat diketahui
bahwa penelitian ini mengkaji lebih lanjut mengenai pengaruh akses dan kontrol
masyarakat terhadap keberhasilan program adopsi pohon. Secara spesifik
penelitian ini akan memusatkan perhatian pada permasalahan yang disebutkan di
bawah ini:
1. Bagaimana pengaruh akses masyarakat terhadap keberhasilan program adopsi
pohon?
2. Bagaimana pengaruh kontrol masyarakat terhadap keberhasilan program
adopsi pohon?

3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang telah
dipaparkan di atas, disusunlah beberapa tujuan penelitian guna menjawab
rumusan masalah dan pertanyaan penelitian tersebut, yaitu:
1. Mengetahui pengaruh akses masyarakat terhadap keberhasilan program
adopsi pohon.
2. Mengetahui pengaruh kontrol masyarakat terhadap keberhasilan program
adopsi pohon.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak, antara
lain:
1. Kegunaan penelitian bagi akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan kajian untuk
penelitian selanjutnya serta menambah khasanah penelitian dalam konteks
pengembangan masyarakat.
2. Kegunaan penelitian bagi pengelola
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang perlu
dipertimbangkan bagi pengelola Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
dalam pengelolaan kawasan taman nasional guna menjaga keberlanjutannya.
3. Kegunaan penelitian bagi masyarakat
Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
pemanfaatan dan pengelolaan di kawasan taman nasional.

4

5

TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka ini menjelaskan mengenai acuan-acuan yang melandasi
pemikiran terhadap permasalahan dalam penelitian. Beberapa acuan diperoleh dari
laporan hasil penelitian, baik cetak maupun elektronik. Acuan tersebut memuat
antara lain program adopsi pohon, keterlibatan masyarakat dalam pengembangan
ekowisata, proses adopsi dan pengambilan keputusan inovasi, pandangan
tradisional : proses adopsi, model proses pengambilan keputusan inovasi, taman
nasional, akses, kontrol, akses dan kontrol dalam taman nasional, dan
keberhasilan program.
Taman Nasional
Fandeli (2005) dalam Qomariah (2009) menyatakan bahwa taman nasional
merupakan salah satu kawasan konservasi yang mengandung aspek pelestarian
dan aspek pemanfaatan sehingga kawasan ini dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan ekowisata dan minat khusus. Kedua bentuk pariwisata tersebut
yaitu ekowisata dan minat khusus, sangat prospektif dalam penyelamatan hutan.
Pengembangan kawasan yang demikian ini yang menguntungkan bagi kelestarian
hutan. Taman nasional mempunyai multi fungsi yaitu perlindungan sistem
penyangga kehidupan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari jenis tumbuhan
dan satwa serta ekosistemnya. Taman nasional merupakan satu dari tiga kawasan
pelestarian alam yang telah dinyatakan dan diatur dalam Undang-Undang (UU)
No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya. Selain itu landasan hukum taman nasional adalah Peraturan
Pemerintah (PP) No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam. Salah satu pemanfaatan sumberdaya alam secara lestari dan
berkesinambungan dapat terlihat dalam pengelolaan taman nasional. Pemanfaatan
taman nasional ini juga melibatkan pelayanan jasa untuk kegiatan pariwisata
dengan konsepsi pemanfaatan sumberdaya alam yang berkesinambungan.
Program Adopsi Pohon
Program adopsi pohon adalah sebuah program kolaborasi antara Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Konsorsium GEDEPAHALA
(Gede Pangrango Halimun Salak), Conservation Internasional Indonesia (CII)
dan Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH). Mereka menjelaskan bahwa
Program adopsi pohon merupakan program penanaman pohon di taman nasional
dengan pemeliharaan selama tiga tahun termasuk didalamnya terdapat kegiatan
pemberdayaan dan bantuan modal usaha terhadap masyarakat sekitar kawasan
TNGGP (TNGGP 2008).
Mengingat pentingnya keberadaan taman nasional tersebut, pada tahun 2003
Mentri Kehutanan mengeluarkan Keputusan Mentri No. 174/Kpts-II/2003 yang
menetapkan perluasan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dari
15,196 hektar menjadi 21,975 hektar dan Keputusan Menteri No. 175/KptsII/2003 yang menetapkan perluasan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun
Salak dari 40,000 hektar menjadi 113,357 hektar, perluasan kawasan bertujuan
untuk menjaga kestabilan alam agar lebih baik, saat ini belum adanya perluasan

6

kembali setelah perluasan pada tahun 2003 yang menetapkan luas Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango seluas 21,975 hektar dan kawasan Taman
Nasional Gunung Halimun Salak seluas 113,357 hektar (TNGGP 2008). Areal
perluasan taman nasional tersebut sebelumnya merupakan kawasan hutan
produksi yang dikelola Perum Perhutani dan sebagian besar merupakan lahan
yang telah terdegradasi. Di beberapa bagian areal perluasan dimaksud, terjadi
perambahan hutan yang dilakukan oleh masyarakat lokal untuk kegiatan
pertanian. Pada umumnya areal yang dirambah tersebut berada di lereng gunung,
dengan kelerengan lebih dari 30 derajat dan sangat rawan terjadinya tanah longsor
dan erosi (TNGGP 2008).
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memperbaiki kondisi hutan
khususnya di areal perluasan taman nasional, dikembangkan sebuah program
adopsi pohon yang melibatkan masyarakat dalam kegiatan dan penanamannya.
Tujuan dari pelaksanaan program ini adalah mendorong publik untuk lebih
memberikan perhatian kepada lingkungan alam melalui kegiatan adopsi pohon
sekaligus mendukung tercapainya program konservasi sumberdaya hutan.
Berdasarkan diskusi dengan para pihak termasuk masyarakat, metode tanaman
campuran dipilih sebagai upaya keinginan masyarakat dalam meningkatkan
tingkat pendapatan dan kesejahteraan, dengan demikian jenis-jenis yang akan
ditanam adalah campuran dari tanaman hutan, tanaman langka, dan tanaman buahbuahan produktif. Hal ini memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
berusaha sekaligus memantau, membangun dan melindungi hutan. Terdapat
manfaat menanam pohon yang dilakukan dalam program adopsi pohon (TNGGP
2008) yaitu :
1. Keanekaragaman hayati, ekosistem hutan yang utuh dan terpelihara dengan
baik menjamin seluruh proses alam yang diperlukan untuk menjaga
kelangsungan keanekaragaman hayati, menjadi rumah tempat tinggal bagi
jutaan makhluk hidup, menyediakan beragam bahan pangan, obat-obatan,
bahan baku industri dan sebagainya yang dibutuhkan dalam kehidupan
manusia serta merupakan sumber kehidupan masyarakat.
2. Pencegah erosi dan banjir, pohon-pohon didalam ekosistem hutan yang utuh
dan terpelihara dengan baik akan mampu untuk mengikat tanah menghindari
terjadinya erosi tanah dan mengendalikan aliran air permukaan untuk masuk
kedalam tanah.
3. Pengikat karbondioksida dan penghasil oksigen, pohon-pohon mampu
mengikat karbondioksida hasil pencemaran dan sisa-sisa pembakaran sumber
energi yang berasal dari kendaraan bermotor maupun industri. Oksigen
dihasilkan oleh pohon dan diperlukan bagi kehidupan semua makhluk hidup.
4. Keindahan, kenyamanan alam dan potensi ekowisata, pulihnya ekosistem
hutan akan menciptakan keindahan dan kenyamanan alam yang akan menjadi
daya tarik potensi ekowisata.
Keterlibatan Masyarakat dalam Pengembangan Ekowisata
Keterlibatan masyarakat setempat merupakan hal yang sangat penting dalam
menunjang keberlanjutan ekowisata. Panos (1995) dalam Sugiarti (2000)
menyatakan hal yang paling penting dalam pengembangan ekowisata adalah
meyakinkan dan membuktikan kepada penduduk setempat bahwa ekowisata

7

memang dapat memberikan keuntungan kepada penduduk setempat. Menurut
Harrison (1995) dalam Sugiarti (2000) hal ini dikarenakan masyarakat tidak akan
termotivasi untuk mendukung dan terlibat didalam pengembangan ekowisata
tanpa bukti nyata dari pengelola untuk melibatkan masyarakat. Selain itu,
melibatkan masyarakat dalam usaha ekowisata dapat menimbulkan perasaan
memiliki dan keinginan masyarakat untuk berkontribusi dalam pengembangan
ekowisata. Dalam hal ini, masyarakat akan bersedia untuk menerima peran,
tanggung jawab, dan resiko untuk bekerjasama dengan pihak pemerintah, swasta
maupun mitra dalam proses pengembangan program ekowisata tersebut.
Proses Adopsi dan Pengambilan Keputusan Inovasi
Rogers dan Shoemaker (1971) dalam Mugniesyah (2006) mengemukakan
bahwa teknologi yang senantiasa berubah ini sebagian dari konsep yang disebut
inovasi. Adapun definisi inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau objek yang
dipandang baru oleh seseorang individu. Suatu inovasi senantiasa mencangkup
dua komponen, komponen gagasan (idea) dan komponen objek (object), yakni
material atau aspek fisik produk dari suatu gagasan. Faktanya bisa ditemukan
inovasi yang tidak berbentuk fisik, seperti keterampilan manajerial, atau ideologi
tertentu. Rogers dan Shoemaker mengemukakan dua teori atau model, yakni yang
disebutnya sebagai pandangan tradisional tentang proses adopsi dan proses
pengambilan keputusan inovasi.
Pandangan Tradisional : Proses Adopsi
Pandangan tradisional yang dikenal sebagai konsep proses adopsi, pertama
kalinya dipostulatkan –diterima sebagai dalil- oleh sebuah komite yang terdiri dari
para ahli sosiologi pedesaan yang disebut sebagai the North-Central Rural
Sociology Subcommitee Subcommittee for the Study of Farm Practices dalam
pertemuan ilmiah mereka pada Tahun 1955. Rumusan standar berkenaan proses
adopsi ini sangat dipengaruhi oleh hasil-hasil studi difusi yang dilakukan
sebelumnya, khususnya dari Bryce Ryan, Neal C. Gross dan Eugene A.
Walkening. Menurut kesepakatan komite, seseorang individu yang belajar untuk
menggunakan suatu inovasi (teknologi baru) mengalami perkembangan mental
yang disebut proses adopsi. Dalam proses adopsi tersebut, setiap individu akan
mengalami lima tahapan yang berlangsung secara berurutan, yaitu tahap-tahap :
1. awareness (menjadi sadar).
2. interest (menaruh minat).
3. evaluation (menilai).
4. trial (mencoba).
5. adoption (mengadopsi).
Model Proses Pengambilan Keputusan Inovasi
Rogers dan Shoemaker (1971) dalam Mugniesyah (2006) mengemukakan
adanya empat fungsi atau tahapan proses keputusan inovasi, yaitu yahap-tahap:
(1) knowledge (pengetahuan), (2) persuasion ( pembentukan sikap), (3) decision
(pengambilan keputusan), (4) confirmation (penegasan). Selanjutnya Rogers
(1983) dalam Mugniesyah (2006) mengembangkan menjadi lima fungsi atau

8

tahapan, dengan
(pelaksanaan).

menambahkan

fungsi

atau

tahapan

implementation

Akses
Ribot dan Pelusso (2003) mendefinisikan akses sebagai kemampuan untuk
menghasilkan keuntungan, termasuk diantaranya objek material, perorangan,
institusi, dan simbol. Analisa akses berupa siapa yang sebenarnya beruntung dan
melalui apa proses yang mereka lakukan. Macpherson dalam Ribot dan Pelusso
(2003) menambahkan studi akses juga membantu memahami keanekaragaman
kesempatan seseorang untuk memperoleh keuntungan dari sumber daya.
Blaikie dalam Ribot dan Pelusso (2003) menjelaskan bahwa akses
masyarakat dapat dilihat dari ukuran modal, identitas sosial, teknologi, pasar,
relasi sosial, tenaga kerja, pengetahuan, dan otoritas. Akses bila dilihat dari segi
modal dan identitas sosial dapat membedakan tingkat prioritas akses bagi setiap
orang terhadap sumber daya. Teknologi mempengaruhi kemampuan daya jangkau
seseorang atau kelompok masyarakat terhadap sumber daya alam. Hal ini
dikarenakan beberapa sumber daya tidak dapat dimanfaatkan tanpa penggunaan
peralatan teknologi, dan ketika meningkat kemampuan teknologi maka
dimungkinkan seseorang atau kelompok masyarakat mendapatkan keuntungan
ketika mampu memanfaatkan sumber daya tersebut.
Akses pasar mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mendapatkan
keuntungan dari sumber daya alam. Dalam hal ini, pasar mempengaruhi
perubahan fungsi suatu sumberdaya sehingga seseorang akan menanamkan suatu
komoditas yang laku dipasar-lokal dan global. Di samping itu, pasar tidak saja
merubah lanskap secara fisik, namun mempengaruhi pula relasi sosial, ekonomi,
dan kultural kelompok. Akses terhadap tenaga kerja dan kesempatan kerja juga
mempengaruhi siapa yang diuntungkan dengan adanya sumber daya alam. Akses
tenaga kerja menyebabkan siapapun akan mendapat keuntungan dari sumber daya
alam ketika komodifikasi sebuah produk memerlukan pengerahan kerja terhadap
lingkungan alam.
Akses terhadap pengetahuan juga mempengaruhi tentang siapa yang akan
mendapat keuntungan dari suatu sumberdaya alam, termasuk juga kepercayaan,
kontrol ideologi, dan diskursus praktek-praktek kehidupan menjadi faktor yang
bisa menegosiasikan sistem makna dan perubahan bentuk-bentuk akses. Sebagian
jenis sumber daya alam tertentu misalnya tidak hanya bisa diakses melalui faktor
ekonomi dan klaim moral untuk mendapatkan hak subsistensi, tapi hal itu juga
bersifat sosial, politis, dan punya tujuan ritual yang direpresentasikan kedalam
kekerabatan, relasi kekuasaan, atau harmoni ritual. Akses tehadap otoritas juga
mempengaruhi kemampuan individu dalam mendapat keuntungan dari sebuah
sumber daya alam. Akses terhadap otoritas menjadi titik penting di dalam jejaring
kekuasaan yang memungkinkan penduduk memperoleh keuntungan dari sesuatu
„barang‟ atau sumber daya.
Kontrol
Hansen (1997) dalam Djajadiningrat (2003) menyatakan bahwa kekuasaan
dapat dipandang sebagai hubungan strategis yang halus dan meluas, sebagai cara

9

untuk memperoleh akses terhadap kapital simbolik. Hal ini berarti bahwa dalam
wacana rebutan kekuasaan senantiasa terdapat pihak-pihak yang saling
berkompetisi untuk memperoleh akses terhadap sumberdaya. Borgatta dan
Borgatta (1992) dalam Djajadiningrat (2003) penguasaan terhadap sumber daya
alam oleh berbagai pihak tersebut dapat dianalisis merujuk pada komponen akses
terhadap sumber kekuasaan seperti: basis kekuasaan, cara-cara kekuasaan
diterapkan, kekuatan kekuasaan, biaya kekuasaan, jumlah kekuasaan, lingkup
kekuasaan dan domain kekuasaan.
1.
Basis kekuasaan adalah sumberdaya yang dipersoalkan oleh suatu pihak
dimana pihak lain memperoleh keuntungan dari sumber daya tersebut.
2.
Cara-cara kekuasaan diterapkan adalah cara-cara suatu pihak menggunakan
sumberdaya untuk mengubah perilaku pihak lain.
3.
Kekuatan kekuasaan yaitu biaya yang harus dikeluarkan oleh suatu pihak
untuk pihak lain jika pihak lain tidak berkeberatan atas permintaan pihak
lain, seperti kemampuan modal dan negosiasi terhadap pemerintah.
4.
Biaya kekuasaan adalah biaya yang dikeluarkan oleh suatu pihak untuk
mengeksekusi kekuasaan pihak lain.
5.
Jumlah kekuasaan adalah cangkupan diamana suatu pihak dapat
mempengaruhi pihak lain untuk melakukan sesuatu.
6.
Lingkup kekuasaan adalah luas bidang kekuasaan suatu pihak terhadap
pihak lain.
7.
Domain kekuasaan adalah batas-batas kewenangan suatu pihak terhadap
pihak lain seperti kewenangan pemerintah daerah untuk mengizinkan atau
melarang pihak-pihak untuk mengakses sumber daya.
Akses dan Kontrol dalam Taman Nasional
Prabowo, Basuni dan Suharjito (2010) menyatakan dalam artikel ilmiahnya
bahwa masyarakat yang bermukim di kawasan Gunung Halimun sejak sebelum
masa kolonial Belanda memiliki akses pada kawasan taman nasional. Masyarakat
sekitar masih leluasa melaksanakan kegiatan pertanian huma (lahan kering) di
kawasan hutan Halimun karena lahan yang tersedia masih luas. Penetapan batas
kawasan hutan yang tertunda-tunda penyelesaiannya juga memberi kesempatan
masyarakat untuk tetap menggarap lahan yang ada (Zwart 1924 dalam Galudra et
al 2005 dalam Prabowo, Basuni dan Suharjito 2010).
Masyarakat mulai mendapatkan hambatan dalam memanfaatkan sumber
daya lahan sejak pengembangan perkebunan di kawasan Halimun oleh VOC pada
tahun 1700. Penetapan hutan rimba dan hutan lindung oleh Pemerintah Belanda
pada tahun 1865 dan tahun 1930 banyak tumpang tindih dengan lahan-lahan huma
masyarakat karena penunjukkannya dilakukan tanpa melihat kondisi lapangan
(ground check) dan tanpa adanya konfirmasi dari masyarakat setempat.
Pemerintah juga menganggap bahwa pertanian huma sebagai usaha pertanian liar
yang menyebabkan luas hutan semakin berkurang dan menurunkan kesuburan
tanah (De Kanter 1934 dalam ANRI 1980 dalam Prabowo, Basuni dan Suharjito
2010). Akibat dari tumpang tindih penggunaan kawasan tersebut, akses
masyarakat untuk melakukan pertanian huma semakin terbatas. Pada tahun 1935
pemerintah mengubah kawasan hutan lindung menjadi cagar alam. Selanjutnya,
perubahan dari cagar alam menjadi taman nasional pada tahun 1992 tidak

10

membuka akses baru dan tidak mengurangi permusuhan. Namun, masyarakat
masih mendapat akses ke kawasan hutan hutan lindung dan hutan produksi yang
pengelolaannya dilakukan oleh Perum Perhutani. Perum Perhutani menerapkan
pengelolaan hutan lindung dan hutan produksi yang relatif permisif kepada
masyarakat.
Pembatasan akses masyarakat pada kawasan hutan meningkat ketika pada
tahun 2003 pemerintah melakukan perluasan kawasan Taman Nasional Gunung
Halimun dengan mengubah fungsi kawasan hutan produksi dan hutan lindung
yang berada di bawah Perum Perhutani menjadi bagian dari kawasan Taman
Nasional Gunung Halimun Salak. Keberadaan permukiman dan kegiatan
pertanian di dalam kawasan hutan produksi dan lindung oleh masyarakat yang
sebelumnya diperbolehkan oleh Perum Perhutani menjadi sesuatu yang dilarang
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Undang-Undang (UU)
Nomor 5 Tahun 1990 (Dephut 1990 dalam Prabowo, Basuni, Suharjito 2010)
melarang semua orang untuk melakukan kegiatan yang menyebabkan perubahan
ekosistem taman nasional, termasuk di dalamnya bermukim dan berladang.
Keberhasilan program
Keberhasilan program adalah kondisi yang menggambarkan pencapaian
tujuan dalam program telah tercapai. Balai Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango (TNGGP 2011) menyatakan pemberdayaan masyarakat diarahkan
untuk peningkatan kesejahteraan yang dikaitkan dengan kepentingan petani dan
mendukung upaya pelestarian alam lingkungan yang merupakan sistem
penyangga kehidupan masyarakat di sekitar kawasan taman nasional, dalam
keberhasilan programnya diperlukan kelembagaan berupa organisasi, pelatihan,
mekanisme kerja, prosedur kerja, hubungan kerja dan standar operasional. Kriteria
dan indikator keberhasilan dalam program adopsi pohon terukur yang terkait
dengan penanaman dan pemeliharaan tanaman dimana pohon-pohon yang telah
ditanam dilakukan secara teratur dengan tujuan agar tanaman pohon tersebut dapat
terus tumbuh dengan baik untuk jangka panjang setelah program adopsi pohon
tiga tahun selesai, pada pemberdayaan masyarakatnya diarahkan untuk
peningkatan kesejahteraan yang dikaitkan dengan kepentingan petani atau
masyarakat dan mendukung upaya pelestarian alam lingkungan yang merupakan
sistem penyangga kehidupan masyarakat di sekitar kawasan taman nasional,
sedangkan pada pencarian alternatif pendapatan atau bantuan modal usaha seperti
usaha tani, pemanfaatan hasil hutan non kayu dan jasa lingkungan hutan, serta
memfungsikan masyarakat sebagai penjaga dan pelestari kawasan taman nasional,
masyarakat diberikan alternatif pendapatan dengan diberikannya bantuan ternak
seperti kelinci dan domba. Program adopsi pohon diukur dari ketiga indikator
tersebut, dapat dikatakan berhasil apabila masyarakat sudah melakukan
penanaman dengan baik, peningkatan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
mereka sehari-hari, dan tidak lagi menggantungkan hidupnya pada lahan taman
nasional. Peningkatan dan keterlibatan masyarakat pula ditujukan untuk
perlindungan dan pelestarian taman nasional. Monitoring, evaluasi dan pelaporan
yang tepat guna mengantisipasi hal tersebut.

11

KERANGKA PEMIKIRAN
Program adopsi pohon yang dilakukan oleh Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango (TNGGP) melibatkan masyarakat sekitar Taman Nasional dalam
menjalankan program tersebut. Masyarakat memiliki akses dan kontrol dalam
setiap tahap program adopsi pohon, seperti dalam tahap penanaman pohon dan
pemeliharaannya selama tiga tahun, tahap pemberdayaan dan tahap bantuan
modal. Akses masyarakat dalam setiap tahap dapat dilihat dari delapan indikator
seperti yang dijelaskan oleh Ribot & Pelusso (2003), kedelapan indikator tersebut
antara lain tingkat pemahaman teknologi, tingkat pengetahuan, tingkat otoritas,
tingkat identitas sosial, tingkat pasar, tingkat relasi sosial, tingkat tenaga kerja,
dan tingkat modal. Sedangkan kontrol masyarakat menurut Borgatta (1992) dalam
Djajadiningrat (2003) penguasaan terhadap sumber daya alam oleh berbagai pihak
tersebut dapat dianalisis merujuk pada komponen akses terhadap sumber
kekuasaan seperti: basis kekuasaan, cara-cara kekuasaan diterapkan, kekuatan
kekuasaan, biaya kekuasaan, jumlah kekuasaan, lingkup kekuasaan dan domain
kekuasaan. Sehingga akses dan kontrol termasuk dalam salah satu potensi yang
dimiliki masyarakat yang apabila dimanfaatkan dengan baik akan mendukung
keberhasilan sebuah program terutama dalam program adopsi pohon di Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango.
Kontrol Masyarakat

Akses Masyarakat









Tingkat Pemahaman Teknologi
Tingkat Pengetahuan
Tingkat Otoritas
Tingkat Identitas Sosial
Tingkat Pasar
Tingkat Relasi sosial
Tingkat Tenaga kerja
Tingkat Modal








Basis kekuasaan
Cara-cara kekuasaan
Kekuatan kekuasaan
Biaya kekuasaan
Jumlah kekuasaan
Lingkup kekuasaan

 Domain kekuasaan

Tingkat Keberhasilan Program
Adopsi Pohon
 Aspek Penanaman dan
Pemeliharaannya
 Aspek Pemberdayaan
 Aspek Bantuan Modal

Keterangan :

Mempengaruhi
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

12

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan nyata antara akses masyarakat dengan tingkat
keberhasilan program adopsi pohon.
2. Terdapat hubungan nyata antara kontrol masyarakat dengan tingkat
keberhasilan program adopsi pohon.
Definisi Operasional
Penelitian ini menggunakan beberapa istilah operasional yang digunakan
untuk mengukur berbagai peubah. Masing-masing peubah terlebih dahulu diberi
batasan sehingga dapat ditentukan indikator pengukurannya. Istilah-istilah
tersebut yaitu:
1. Akses adalah tingkat kemampuan responden dalam menghasilkan keuntungan
dari sesuatu, termasuk diantaranya objek material, perorangan, institusi, dan
simbol. Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan tiga kategori, yaitu:
rendah, sedang, dan tinggi. Penentuan tingkat akses berdasarkan skor total dari
indikator akses.
a. Tingkat pemahaman teknologi adalah ukuran pengenalan responden
tentang kegunaan teknologi yang digunakan dalam program adopsi pohon.
Responden diberikan lima pernyataan dengan pilihan jawaban yakni “Ya”
(skor 2) dan “Tidak” (skor 1). Pengukuran menggunakan skala ordinal
dengan tiga kategori, yaitu: rendah (skor 5-6), sedang (skor 7-8), dan
tinggi (skor 9-10).
b. Tingkat pengetahuan adalah seberapa jauh responden mengetahui atau
tidaknya cara-cara dan aturan dalam program adopsi pohon. Responden
diberikan lima pernyataan dengan pilihan jawaban yakni “Ya” (skor 2) dan
“Tidak” (skor 1). Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan tiga
kategori, yaitu: rendah (skor 5-6), sedang (skor 7-8), dan tinggi (skor 910).
c. Tingkat otoritas adalah ukuran derajat kewenangan atau hak masyarakat
untuk mengakses fasilitas yang disediakan dalam program adopsi pohon.
Responden diberikan lima pernyataan dengan pilihan jawaban yakni “Ya”
(skor 2) dan “Tidak” (skor 1). Pengukuran menggunakan skala ordinal
dengan tiga kategori, yaitu: rendah (skor 5-6), sedang (skor 7-8), dan
tinggi (skor 9-10).
d. Tingkat identitas sosial adalah ukuran derajat atau tingkat status sosial
responden di lingkungan masyarakat. Responden diberikan lima
pernyataan dengan pilihan jawaban yakni “Ya” (skor 2) dan “Tidak” (skor
1). Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan tiga kategori, yaitu:
rendah (skor 5-6), sedang (skor 7-8), dan tinggi (skor 9-10).
e. Tingkat pasar adalah ukuran kemampuan seseorang dalam mendapatkan
keuntungan dari program adopsi pohon di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango (TNGGP). Responden diberikan lima pernyataan dengan
pilihan jawaban yakni “Ya” (skor 2) dan “Tidak” (skor 1). Pengukuran

13

menggunakan skala ordinal dengan tiga kategori, yaitu: rendah (skor 5-6),
sedang (skor 7-8), dan tinggi (skor 9-10).
f. Tingkat relasi sosial adalah ukuran hubungan dalam proses interaksi
sosial. Responden diberikan lima pernyataan dengan pilihan jawaban
yakni “Ya” (skor 2) dan “Tidak” (skor 1). Pengukuran menggunakan skala
ordinal dengan tiga kategori, yaitu: rendah (skor 5-6), sedang (skor 7-8),
dan tinggi (skor 9-10).
g. Tingkat tenaga kerja adalah ukuran kesempatan dan ketenagakerjaan
dalam proses mendapatkan keuntungan dari program adopsi pohon.
Responden diberikan lima pernyataan dengan pilihan jawaban yakni “Ya”
(skor 2) dan “Tidak” (skor 1). Pengukuran menggunakan skala ordinal
dengan tiga kategori, yaitu: rendah (skor 5-6), sedang (skor 7-8), dan
tinggi (skor 9-10).
h. Tingkat modal adalah ukuran modal fisik dan non fisik sebagai suatu
sumber dalam pelaksanaan program. Responden diberikan lima pernyataan
dengan pilihan jawaban yakni “Ya” (skor 2) dan “Tidak” (skor 1).
Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan tiga kategori, yaitu:
rendah (skor 5-6), sedang (skor 7-8), dan tinggi (skor 9-10).
2. Kontrol adalah tingkat kewenangan responden dalam menentukan tata cara
pengelolaan, pemeliharaan, pelestarian, dan lainnya dalam program adopsi
pohon. Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan tiga kategori, yaitu:
rendah, sedang, dan tinggi. Penentuan tingkat kontrol berdasarkan skor total
dari indikator kontrol.
a. Basis kekuasaan adalah sumberdaya yang dipersoalkan oleh suatu pihak
dimana pihak lain memperoleh keuntungan dari program tersebut.
Responden diberikan lima pernyataan dengan pilihan jawaban yakni “Ya”
(skor 2) dan “Tidak” (skor 1). Pengukuran menggunakan skala ordinal
dengan tiga kategori, yaitu: rendah (skor 5-6), sedang (skor 7-8), dan
tinggi (skor 9-10).
b. Cara-cara kekuasaan adalah cara-cara suatu pihak menggunakan
sumberdaya untuk mengubah perilaku pihak lain. Responden diberikan
lima pernyataan dengan pilihan jawaban yakni “Ya” (skor 2) dan “Tidak”
(skor 1). Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan tiga kategori,
yaitu: rendah (skor 5-6), sedang (skor 7-8), dan tinggi (skor 9-10).
c. Kekuatan kekuasaan adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh suatu pihak
untuk pihak lain tidak berkeberatan atas permintaan pihak lain, seperti
kemampuan modal dan negosiasi terhadap pemerintah. Responden
diberikan lima pernyataan dengan pilihan jawaban yakni “Ya” (skor 2) dan
“Tidak” (skor 1). Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan tiga
kategori, yaitu: rendah (skor 5-6), sedang (skor 7-8), dan tinggi (skor 910).
d. Biaya kekuasaan adalah biaya yang dikeluarkan oleh suatu pihak untuk
mengeksekusi kekuasaan pihak lain. Responden diberikan lima pernyataan
dengan pilihan jawaban yakni “Ya” (skor 2) dan “Tidak” (skor 1).
Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan tiga kategori, yaitu:
rendah (skor 5-6), sedang (skor 7-8), dan tinggi (skor 9-10).
e. Jumlah kekuasaan adalah cangkupan dimana suatu pihak dapat
mempengaruhi pihak lain untuk melakukan sesuatu. Responden diberikan

14

lima pernyataan dengan pilihan jawaban yakni “Ya” (skor 2) dan “Tidak”
(skor 1). Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan tiga kategori,
yaitu: rendah (skor 5-6), sedang (skor 7-8), dan tinggi (skor 9-10).
f. Lingkup kekuasaan adalah luas bidang kekuasaan suatu pihak terhadap
pihak lain. Responden diberikan lima pernyataan dengan pilihan jawaban
yakni “Ya” (skor 2) dan “Tidak” (skor 1). Pengukuran menggunakan skala
ordinal dengan tiga kategori, yaitu: rendah (skor 5-6), sedang (skor 7-8),
dan tinggi (skor 9-10).
g. Domain kekuasaan adalah batas-batas kewenangan suatu pihak terhadap
pihak lain seperti kewenangan pemerintah daerah untuk mengizinkan atau
melarang pihak-pihak untuk mengakses sumber daya. Responden
diberikan lima pernyataan dengan pilihan jawaban yakni “Ya” (skor 2) dan
“Tidak” (skor 1). Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan tiga
kategori, yaitu: rendah (skor 5-6), sedang (skor 7-8), dan tinggi (skor 910).
3. Tingkat keberhasilan program adopsi pohon adalah ukuran keberhasilan
program adopsi pohon telah tercapai dimana didalamnya terdapat program
penanaman pohon di taman nasional dengan pemeliharaan selama tiga tahun
termasuk terdapat kegiatan pemberdayaan dan bantuan modal usaha terhadap
masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Program dikatakan berhasil apabila masyarakat sudah melakukan penanaman
dengan baik, peningkatan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan mereka
sehari-hari, dan tidak lagi menggantungkan hidupnya pada lahan taman
nasional. Penentuan tingkat keberhasilan program adopsi pohon berdasarkan
skor total dari indikator tingkat keberhasilan program adopsi pohon.
a. Penanaman pohon dan pemeliharaannya adalah ukuran responden
melakukan penanaman dan pemeliharaan dalam program adopsi pohon.
Responden diberikan lima pernyataan dengan pilihan jawaban yakni “Ya”
(skor 2) dan “Tidak” (skor 1). Pengukuran menggunakan skala ordinal
dengan tiga kategori, yaitu: rendah (skor 5-6), sedang (skor 7-8), dan
tinggi (skor 9-10).
b. Pemberdayaan adalah tahap dimana masyarakat diikutsertakan untuk
memperoleh keuntungan yang dapat meningkatkan pendapatan mereka
dalam program adopsi pohon seperti melakukan penanaman,
pemeliharaan, perawatan dan diberikan pelatiahan-pelatihan. Responden
diberikan lima pernyataan dengan pilihan jawaban yakni “Ya” (skor 2) dan
“Tidak” (skor 1). Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan tiga
kategori, yaitu: rendah (skor 5-6), sedang (skor 7-8), dan tinggi (skor 910).
c. Bantuan modal adalah modal yang diberikan pihak donatur dengan
perantara Taman Nasional Gunung Gede Pangrango kepada masyarakat
berupa materi maupun nonmateri. Responden diberikan lima pernyataan
dengan pilihan jawaban yakni “Ya” (skor 2) dan “Tidak” (skor 1).
Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan tiga kategori, yaitu:
rendah (skor 5-6), sedang (skor 7-8), dan tinggi (skor 9-10).

15

PENDEKATAN LAPANGAN
Pendekatan lapangan menggambarkan mengenai pendekatan penelitian yang
digunakan di lapangan. Pendekatan lapangan meliputi metode penelitian, lokasi
dan waktu penelitian, teknik sampling, teknik pengumpulan data, dan teknik
pengolahan dan analisis data. Metode penelitian merupakan pendekatan yang
dilakukan dalam melakukan penelitian, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Lokasi dan waktu penelitian menggambarkan mengenai pemilihan lokasi dan
waktu yang diperlukan untuk penelitian mulai dari penyusunan proposal hingga
laporan penelitian. Teknik sampling merupakan pendekatan yang digunakan untuk
menentukan sampel yang akan diambil dalam penelitian. Teknik pengumpulan
data merupakan pendekatan pendekatan yang digunakan dalam menggali data dan
informasi baik melalui kuesioner ataupun wawancara mendalam kepada
responden dan informan. Teknik pengolahan dan analisis data merupakan
pendekatan untuk menggambarkan cara pengolahan data yang diperoleh dari hasil
penelitian yang kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan dan hipotesis yang
diajukan.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan dilengkapi dengan
data kualitatif sebagai tambahan. Kombinasi yang dilakukan untuk memperkaya
data dan lebih memahami fenomena sosial yang diteliti. Pendekatan kuantitatif
pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian survey.
Penelitian survey merupakan penelitian yang mengambil sampel dari satu
populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang
lengkap (Singarimbun dan Effendi 2008).
Wawancara mendalam kepada informan dengan panduan pertanyaan
dilakukan untuk memperkuat hasil survei dan wawancara dengan masyarakat
lokal. Tipe penelitian ini adalah eksplanatory, yakni berusaha menjelaskan
hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa, dalam hal
ini dilakukan untuk menguji hipotesa hubungan antara akses dan kontrol dengan
tingkat keberhasilan program adopsi pohon.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango (TNGGP) lebih tepatnya di Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten
Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
(purposive) dikarenakan lokasi tersebut terdapat program adopsi pohon yang
sesuai dengan penelitian, dimana masyarakat yang terlibat dalam program adopsi
pohon di Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango menjadi responden.
Hal ini dapat mendukung kebutuhan informasi terkait akses dan kontrol
masyarakat dalam pemanfaatan dan pengelolaan ekowisata dapat terlihat.
Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium,
pengambilan data lapangan, pengolahan data dan analisis data, penulisan draft
skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian. Jadwal pelaksanaan
penelitian bisa dilihat lebih rinci (lihat lampiran 1).

16

Teknik Sampling
Suatu penelitian yang menggunakan metode survai perlu ditentukan
populasi, sampel, dan unit analisis terlebih dahulu. Populasi penelitian ini adalah
843 penduduk yang terdiri dari 516 KK di Dusun Sarongge. Populasi sasaran
berjumlah 150 orang yang tergabung dalam program adopsi pohon di Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 40
responden (lihat lampiran 2). Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik pengambilan sampel acak sederhana (Simple Random
Sampling). Alasan mengambil 40 responden karena jumlah tersebut telah dapat
mempresentasikan data yang diambil dalam penelitian ini.
Unit analisa dalam penelitian ini adalah individu dengan unit sasaran
pengamatan adalah