Program Relokasi Kegiatan Masyarakat dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Studi Kasus di Kampung Sarongge, Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur)
PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI
TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO
(Studi Kasus di Kampung Sarongge, Desa Ciputri, Kecamatan
Pacet, Kabupaten Cianjur)
DANU WILATMOKO
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Program Relokasi
Kegiatan Masyarakat dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Studi Kasus
di Kampung Sarongge, Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur)
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2015
Danu Wilatmoko
NIM E14100142
2
ABSTRAK
DANU WILATMOKO. Program Relokasi Kegiatan Masyarakat dari Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango (Studi Kasus di Kampung Sarongge, Desa
Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur). Dibimbing oleh HANDIAN
PURWAWANGSA.
Sarongge adalah sebuah kampung yang dahulu masyarakatnya dikenal
sebagai perambah kawasan hutan. Dewasa ini kampung Sarongge lebih dikenal
sebagai kampung wisata alam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
peristiwa-peristiwa penting yang mengubah kampung ini menjadi lebih dikenal
sebagai kampung wisata alam. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan
sejarah untuk mengetahui kejadian penting berdasarkan periode waktu terjadinya.
Kegiatan penting yang terjadi di Kampung Sarongge erat hubungannya dengan
keberadaan Green Radio sebagai pelaksana program relokasi dan pemberdayaan
masyarakat Kampung Sarongge. Kegiatan relokasi dan pemberdayaan masyarakat
Kampung Sarongge dimulai sejak tahun 2009 dan pada akhir tahun 2013 tidak ada
lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. Kegiatan
relokasi dan pemberdayaan masyarakat memunculkan berbagai dampak baik
positif maupun negatif. Dampak positif yang dirasakan secara langsung dapat
menghambat masyarakat untuk kembali menggarap kawasan hutan blok
Sarongge. Dampak negatif yang berupa kecemburuan sosial dari blok Pasir
Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru untuk masyarakat
Sarongge.
Kata kunci: Sarongge, relokasi, pemberdayaan masyarakat
ABSTRACT
DANU WILATMOKO. Relocation of Community Action Program from the
National Park of Mount Gede Pangrango (Case Studies in Kampung Sarongge,
Ciputri Village, District Pacet, Cianjur Regency). Under academic supervision of
HANDIAN PURWAWANGSA.
Sarongge is a village formerly known as community forest encroachers.
Today the village is known as the hometown Sarongge nature. The purpose of this
study was to determine the important events that changed the villages became
better known as the hometown of natural attractions. This study uses historical
approach to determine the important events based on the time period. Important
activity that occurred in the village of Sarongge closely related to the existence of
Green Radio as executive relocation program and community empowerment
Sarongge village. Relocation and community empowerment activities Kampung
Sarongge began in 2009 and by the end of 2013 there is no longer any people who
cultivate the forest areas Sarongge block area. Relocation and community
development activities led to various impacts on both the positive and negative
impacts. The positive impact is felt directly to inhibit the community to return to
work on forest areas Sarongge block. The negative impacts in the form of social
3
envy in the block Pasir Galudra and Pasir Malang can trigger new problems for
society Sarongge.
Keywords: Sarongge, relocation, society of empowerment
4
5
PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI
TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO
(Studi Kasus di Kampung Sarongge, Desa Ciputri, Kecamatan
Pacet, Kabupaten Cianjur)
DANU WILATMOKO
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
6
7
Judul Skripsi : Program Relokasi Kegiatan Masyarakat dari Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango (Studi Kasus di Kampung Sarongge,
Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur)
Nama
: Danu Wilatmoko
NIM
: E14100142
Disetujui oleh
Handian Purwawangsa, SHut, MSi
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Ahmad Budiaman MSc, FTrop
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
8
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini ialah
relokasi masyarakat desa hutan, dengan judul Program Relokasi Kegiatan
Masyarakat dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Studi Kasus di
Kampung Sarongge, Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Handian Purwawangsa SHut
MSi selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Bapak Tosca Santoso sebagai pemilik Green Radio, Bapak Syarif sebagai
Pembina Koperasi Sugih Makmur, pihak Resort Pengelola Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango dan semua masyarakat Kampung Sarongge yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada Ayah, Ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2015
Danu Wilatmoko
9
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
1
METODE
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Alat dan Bahan
2
Jenis Penelitian
2
Teknik Pengumpulan Data
2
Metode Pengolahan dan Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
5
Kondisi Umum Mata Pencaharian Masyarakat
6
Sejarah Penggarapan Lahan di Kawasan Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango
7
Relokasi Kegiatan Masyarakat dari Taman Nasional dan
Pemberdayaan Masyarakat
8
Analisis Dampak yang Muncul dari Kegiatan Relokasi dan
Pemberdayaan Masyarakat
SIMPULAN DAN SARAN
16
18
Simpulan
18
Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19
RIWAYAT HIDUP
19
LAMPIRAN
20
10
DAFTAR TABEL
1 Kebutuhan data, metode pengumpulan data, pengolahan data dan hasil
dalam penelitian
2 Mata pencaharian masyarakat Desa Ciputri
3 Peristiwa yang terjadi di Kampung Sarongge berdasar periode waktu
4 Kegiatan relokasi dan pemberdayaan masyarakat
5 Pola pembagian dana adopsi pohon
6 Aktor yang telibat langsung dalam relokasi dan pemberdayaan
masyarakat
7 Masyarakat penggarap di wilayah Resort PTN Sarongge
8 Dampak yang terjadi setelah relokasi dan pemberdayaan masyarakat
3
6
8
9
10
14
14
16
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
Bagan alir analisis data
Denah akses ke lokasi penelitian
Lahan garapan masyarakat dan pondok dalam hutan
Peta pembagian petak program adopsi pohon blok Sarongge
Lokasi Radio Komunitas Edelweiss dan kegiatan siaran di Radio
Komunitas Edelweiss
4
6
7
10
11
DAFTAR LAMPIRAN
1 Data informan beserta pendidikan terakhir dan peranannya
2 Data nama penggrapa Blok Sarongge dan tanggal keluar garapan Bulan
November 2013
20
21
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 174/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni
2003 tentang Penunjukkan dan Perubahan Fungsi Kawasan Cagar Alam, Taman
Wisata Alam, Hutan Produksi Tetap, Hutan Produksi Terbatas pada Kawasan
Hutan Gunung Gede Pangrango di Jawa Barat seluas ±22831.027 ha, ditetapkan
sebagai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) (Balai Besar Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango 2009). Perluasan kawasan TNGGP memicu
konflik mengenai pemanfaatan lahan. Konflik pemanfaatan lahan timbul akibat
sumberdaya hutan yang semula dapat diakses masyarakat menjadi tertutup.
Keberadaan TNGGP bertujuan merekonstruksikan ekologi yang sudah rusak
sehingga mampu dikembalikan menjadi hutan penyangga. Perubahan pengelolaan
kawasan ini berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
sebelumnya dapat memanfaatkan sumberdaya hutan. Masyarakat tidak dapat lagi
memanfatkan lahan hutan untuk berladang, bertani, dan bermukim sesuai
peraturan perundangan taman nasional.
Sarongge Girang adalah salah satu kampung yang berbatasan langsung
dengan Gunung Gede Pangrango. Secara administratif Kampung Sarongge berada
di Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.
Kawasan Resort Sarongge di Desa Ciputri pada awalnya merupakan kawasan
Perum Perhutani. Ketika masih merupakan kawasan hutan produksi Perum
Perhutani, warga petani sekitar dapat memanfaatkan lahan hutan untuk budidaya
pertanian. Dewasa ini Sarongge lebih dikenal sebagai kampung wisata alam.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi sejarah pengelolaan hutan yang
dilakukan oleh masyarakat di area Taman Nasional Gunung Gede Pangrango,
mengidentifikasi program relokasi lahan masyarakat dari kawasan Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango dan pemberdayaan masyarakat, serta
menganalisis kemungkinan masyarakat untuk kembali merambah ke dalam
kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam
merencanakan relokasi masyarakat dari Taman Nasional dan bermanfaat untuk
pengembangan konsep akademis dalam program relokasi masyarakat dari
kawasan konservasi.
2
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Oktober sampai November 2014 di
Kampung Sarongge, Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian ini yaitu alat tulis dan
laptop, kuisioner, panduan wawancara, kamera digital, dan data sekunder dari
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan pada kondisi alamiah
(Sugiono 2007). Penelitian ini berupaya untuk memahami dan memberi tafsiran
pada fenomena yang dilihat dari arti yang diberikan orang-orang kepadanya.
Penelitian kualitatif melibatkan penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan
empiris seperti studi kasus, pengalaman pribadi, instrospeksi, riwayat hidup,
wawancara, pengamatan, teks sejarah, interaksional dan visual yang
menggambarkan momen rutin dan problematis, serta maknanya dalam kehidupan
individual dan kolektif (Denzin and Lincoln 2009 dalam Fajrin 2011).
Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Data primer
didapatkan melalui teknik observasi yaitu data dikumpulkan dengan mengadakan
pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti dan teknik wawancara
mendalam (in-dept interview) untuk mendapatkan sebuah deskripsi penelitian
yang bertemu secara langsung dengan narasumber, dengan atau tanpa
menggunakan panduan. Data para informan dapat dilihat dalam Lampiran 1. Data
sekunder didapatkan dari instansi-instansi terkait seperti Pemerintah Desa dan
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terkait konfirmasi program yang
diteliti. Data sekunder ini berupa laporan kegiatan, catatan, foto, atau artikel.
Kebutuhan data, metode pengumpulan data, pengolahan data dan hasil yang
diharapkan dari penelitian ini tersaji dalam Tabel 1.
3
Tabel 1 Kebutuhan data, metode pengumpulan data, pengolahan data dan
hasil dalam penelitian
Cara
Variabel
Pengumpulan
yang diteliti
data
Studi
Gambaran
Kondisi
dokumen,
umum lokasi umum
wawancara
penelitian
masyarakat
mendalam
dan
Sejarah
lingkungan- (daftar
penggarapan
pertanyaan)
nya
lahan
masyarakat di Proses
dalam
masyarakat
kawasan
memasuki
Taman
kawasan
Nasional
Taman
Nasional
Kebutuhan
Data
No
Tujuan
1
Identifikasi
sejarah
penggarapan
lahan oleh
masyarakat
di dalam
kawasan
Taman
Nasional
2
Identifikasi
program
relokasi
masyarakat
dari kawasan
TNGGP dan
pemberdayaa
n masyarakat
Program
Tujuan
relokasi
program
relokasi
masyarakat
dari kawasan masyarakat
dari
Taman
TNGGP dan
Nasional
program
Program
pemberdapemberdayaan masyarakat yaan
masayarakat
Aktor dalam
program
relokasi dan
pemberdayaan
masyarakat
3
Analisis dari
dampak
yang
ditimbulkan
dari program
relokasi dan
pemberdayaan
masyarakat
Perubahan yang
dirasakan
masyarakat
dengan adanya
program
relokasi
dan
pemberdayaan
masyarakat
Dampak
positif dan
negative
dari
program
relokasi dan
pemberdayaan
masyarakat
Olah
data
Hasil
Pendekatan
sejarah
naratif
(Deskriptif
naratif)
Sejarah
penggarapan
lahan
Taman
Nasional
oleh
masayarakat
Studi
dokumen,
wawancara
mendalam
(daftar
pertanyaan)
Penjelasan
deskriptif
Program
Relokasi
Masyarakat
dari
TNGGP
dan
program
pemberdayaan
masyarakat
Studi
dokumen,
wawancara
mendalam
(daftar
pertanyaan)
Penjelasan
deskriptif
Kemungkinan
masyarakat
untuk
kembali
merambah
ke dalam
kawasan
hutan
Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah (historical approach),
bertujuan untuk melacak kronologis kejadian penting yang dialami oleh
masyarakat berdasar urutan waktu kejadian. Proses analisis difokuskan pada tahun
1990 sampai 2014. Pendekatan sejarah lisan (oral history) dijadikan sebagai salah
satu pilihan penting dalam upaya pengumpulan data karena keterbatasan sumbersumber tulisan. Peneliti mendapatkan data dengan mengikuti kehidupan sosial
narasumber selama empat minggu yang diawali dengan bertemu salah satu
informan yang sudah dikenal sebelumnya. Informan pertama merupakan salah
4
satu penggagas program relokasi masyarakat Kampung Sarongge dari Kawasan
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Kemudian narasumber selanjutnya
ditentukan melalui metode snowball, narasumber pertama menentukan
narasumber selanjutnya. Informasi yang didapat peneliti merupakan informasi
yang dikemukakan langsung oleh para informan melalui forum diskusi kecil.
Setiap informan menerima kedatangan peneliti dengan terbuka, karena
sebelumnya peneliti sudah mendapat izin dari pihak Taman Nasional dan Green
Radio yang merupakan salah satu penggagas program relokasi tersebut.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Teknik analisis data terdiri dari beberapa langkah. Langkah pertama, data
dikumpulkan dengan cara observasi langsung, interview, dan mengumpulkan data
dari perpustakaan, arsip, ataupun berita pers. Kedua, melakukan penilaian dan
pengamatan terhadap data primer dan sekunder yang selanjutnya disesuaikan
dengan keadaan lapangan. Ketiga, melakukan interpretasi data untuk dikaji
berdasar kerangka dasar teori. Keempat, pencapaian kesimpulan dari penelitian
(Surakhmad 1994). Bagan alir analisis data disajikan pada Gambar 1.
Peneliti
Masyarakat Kampung
Sarongge
Pemerintah Desa Ciputri
TNGGP dan Green Radio
Observasi, study dokumen dan
wawancara mendalam
Pendekatan sejarah
naratif
Sejarah penggarapan
lahan
Penjelasan
deskriptif
Kegiatan relokasi lahan
dan pemberdayaan
masyarakat
Penjelasan hasil dari
kegiatan
Dampak dari hasil
kegiatan
Analisis
Kesimpulan dan kemungkinan masyarakat untuk
kembali menggarap kawasan hutan
Gambar 1 Bagan alir analisis data
5
Pada teknik selanjutnya, pendekatan sejarah (historical approach) dilakukan
dalam penyusunan data dengan tujuan untuk melacak kronologis kejadian penting
yang dialami oleh masyarakat berdasarkan urutan tahun kejadian yang disajikan
berdasar periode waktu (Kartodirdjo 1991).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Letak dan Luas
Desa Ciputri adalah salah satu desa di Kecamatan Pacet yang mempunyai
luas wilayah 636 ha. Jumlah penduduk Desa Ciputri sebanyak 11 116 jiwa terdiri
dari 5633 laki-laki dan 5483 perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga
sebanyak 2888 KK. Jumlah Keluarga Miskin (Gakin) sebesar 823 KK dengan
persentase 20.5% dari jumlah keluarga yang ada di Desa Ciputri. Desa Ciputri
terdiri dari 4 Dusun, 9 RW dan 35 RT.
Batas wilayah Desa Ciputri secara administratif dapat dirinci sebagai
berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ciherang Kecamatan Pacet.
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cibeureum Kecamatan Cugenang.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Galudra Kecamatan Cugenang.
Sebelah Barat berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Dilihat dari topografi dan kontur tanah, Desa Ciputri Kecamatan Pacet
secara umum berupa darat dan sawah yang berada pada ketinggian antara 700
1100 m diatas permukaan laut, dengan suhu rata-rata berkisar antara 20 23 °C.
Aksesibilitas
Desa Ciputri terletak di Kecamatan Pacet. Jarak tempuh dari ibukota
kecamatan ±6 km dengan waktu tempuh ±25 menit dan dari ibukota kabupaten
±15 km dengan waktu tempuh ±40 menit. Apabila dari Kota Bogor, desa ini
berjarak ± 60 km dengan waktu tempuh ±2.5 jam melalui Jalan Raya Puncak.
Kampung Sarongge sendiri adalah salah satu kampung di Desa Ciputri yang
lokasinya berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Kondisi jalan menuju Kampung Sarongge pada saat ini relatif bagus setelah
adanya kunjungan beberapa pejabat pemerintah pusat ke kampung ini. Lokasi dan
akses jalan untuk menuju Desa Ciputri ini tersaji Gambar 2.
6
Sumber : Profil Ekowisata Sarongge 2013
Gambar 2 Denah akses ke lokasi penelitian
Kondisi Umum Mata Pencaharian Masyarakat
Masyarakat Desa Ciputri pada umumnya bermata pencaharian sebagai
petani dan buruh seperti yang tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2 Mata pencaharian masyarakat Desa Ciputr
Pekerjaan
Petani
Buruh
Pedagang
PNS
TNI/POLRI
Karyawan swasta
Wirauasaha lainnya
Jumlah
Jumlah
1418
638
172
35
2
452
67
2784
Presentase %
50.9
22.9
6.2
1.3
0.1
16.2
2.4
100
Sumber : Profil Desa Ciputri 2013
Masyarakat Kampung Sarongge sendiri pada umumnya bermata
pencaharian sebagai petani sayuran dan buruh di beberapa perusahaan. Hal ini
sangat didukung dengan wilayahnya yang berbatasan langsung dengan kawasan
hutan dan terdapat beberapa perusahaan yang berdiri di Kampung Sarongge.
Perusahaan yang ada di sekitar Kampung Sarongge ini antara lain perkebunan teh,
strawbery dan perkebunan bunga.
7
Sejarah Penggarapan Lahan di Kawasan Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango
Berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan No. SK 174/Kpts-II/2003
tanggal 10 juni 2003 telah ditetapkan perubahan fungsi kawasan hutan Cagar
Alam, Taman Wisata Alam, Hutan Produksi Tetap, Hutan Produksi Terbatas pada
kelompok hutan Gunung Gede Pangrango seluas ±22 831.027 ha terletak di
Provinsi Jawa Barat menjadi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Perubahan kawasan dari Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani)
berubah alih fungsi menjadi hutan konservasi TNGGP. Ruang kawasan
konservasi dalam pengelolaannya terpraktikkan dalam kebijakan pembatasan
akses, hak dan ruang hidup dalam perubahan rezim pengelolaan TNGGP tersebut.
Kawasan TNGGP berbatasan secara langsung dengan kawasan Perum
Perhutani. Pada tahun 2003 berdasarkan SK Menhut No 174, TNGGP mengalami
perluasaan ±7655 ha yang berasal dari areal Perum Perhutani. Areal Perluasan
eks-Perum Perhutani tersebut merupakan lingkar terluar sepanjang kawasan
TNGGP sehingga saat ini menjadi batas baru bagi kawasan TNGGP. Hasil
perluasan TNGGP tersebut, wilayah Resort PTN Sarongge mengalami perluasan
wilayah yang beberapa lokasi di dalamnya telah terdapat masyarakat yang
menggarap lahan tersebut.
(3a)
(3b)
Gambar 3 (3a) lahan garapan masyarakat (3b) pondok dalam hutan
Penggarapan lahan blok Sarongge oleh masyarakat dimulai sejak tahun
1990-an ketika statusnya masih dibawah pengelolaan Perum Perhutani.
Masyarakat pada umumnya menggarap lahan dengan cara membuka hutan secara
langsung ataupun membeli kepada pihak sebelumnya yang sudah terlebih dahulu
membuka lahan. Luas lahan yang digarap sebesar 38 ha oleh 155 masyarakat.
Setiap masyarakat menggarap antara 1 14 petak, yang mana setiap petaknya
mempunyai luasan 400 m2. Peristiwa penting yang terjadi di Kampung Sarongge
berdasarkan periode waktu terjadinya tersaji dalam Tabel 3.
8
Tabel 3 Peristiwa yang terjadi di Kampung Sarongge berdasar periode waktu
Waktu
TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO
(Studi Kasus di Kampung Sarongge, Desa Ciputri, Kecamatan
Pacet, Kabupaten Cianjur)
DANU WILATMOKO
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Program Relokasi
Kegiatan Masyarakat dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Studi Kasus
di Kampung Sarongge, Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur)
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2015
Danu Wilatmoko
NIM E14100142
2
ABSTRAK
DANU WILATMOKO. Program Relokasi Kegiatan Masyarakat dari Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango (Studi Kasus di Kampung Sarongge, Desa
Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur). Dibimbing oleh HANDIAN
PURWAWANGSA.
Sarongge adalah sebuah kampung yang dahulu masyarakatnya dikenal
sebagai perambah kawasan hutan. Dewasa ini kampung Sarongge lebih dikenal
sebagai kampung wisata alam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
peristiwa-peristiwa penting yang mengubah kampung ini menjadi lebih dikenal
sebagai kampung wisata alam. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan
sejarah untuk mengetahui kejadian penting berdasarkan periode waktu terjadinya.
Kegiatan penting yang terjadi di Kampung Sarongge erat hubungannya dengan
keberadaan Green Radio sebagai pelaksana program relokasi dan pemberdayaan
masyarakat Kampung Sarongge. Kegiatan relokasi dan pemberdayaan masyarakat
Kampung Sarongge dimulai sejak tahun 2009 dan pada akhir tahun 2013 tidak ada
lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. Kegiatan
relokasi dan pemberdayaan masyarakat memunculkan berbagai dampak baik
positif maupun negatif. Dampak positif yang dirasakan secara langsung dapat
menghambat masyarakat untuk kembali menggarap kawasan hutan blok
Sarongge. Dampak negatif yang berupa kecemburuan sosial dari blok Pasir
Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru untuk masyarakat
Sarongge.
Kata kunci: Sarongge, relokasi, pemberdayaan masyarakat
ABSTRACT
DANU WILATMOKO. Relocation of Community Action Program from the
National Park of Mount Gede Pangrango (Case Studies in Kampung Sarongge,
Ciputri Village, District Pacet, Cianjur Regency). Under academic supervision of
HANDIAN PURWAWANGSA.
Sarongge is a village formerly known as community forest encroachers.
Today the village is known as the hometown Sarongge nature. The purpose of this
study was to determine the important events that changed the villages became
better known as the hometown of natural attractions. This study uses historical
approach to determine the important events based on the time period. Important
activity that occurred in the village of Sarongge closely related to the existence of
Green Radio as executive relocation program and community empowerment
Sarongge village. Relocation and community empowerment activities Kampung
Sarongge began in 2009 and by the end of 2013 there is no longer any people who
cultivate the forest areas Sarongge block area. Relocation and community
development activities led to various impacts on both the positive and negative
impacts. The positive impact is felt directly to inhibit the community to return to
work on forest areas Sarongge block. The negative impacts in the form of social
3
envy in the block Pasir Galudra and Pasir Malang can trigger new problems for
society Sarongge.
Keywords: Sarongge, relocation, society of empowerment
4
5
PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI
TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO
(Studi Kasus di Kampung Sarongge, Desa Ciputri, Kecamatan
Pacet, Kabupaten Cianjur)
DANU WILATMOKO
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
6
7
Judul Skripsi : Program Relokasi Kegiatan Masyarakat dari Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango (Studi Kasus di Kampung Sarongge,
Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur)
Nama
: Danu Wilatmoko
NIM
: E14100142
Disetujui oleh
Handian Purwawangsa, SHut, MSi
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Ahmad Budiaman MSc, FTrop
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
8
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini ialah
relokasi masyarakat desa hutan, dengan judul Program Relokasi Kegiatan
Masyarakat dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Studi Kasus di
Kampung Sarongge, Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Handian Purwawangsa SHut
MSi selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Bapak Tosca Santoso sebagai pemilik Green Radio, Bapak Syarif sebagai
Pembina Koperasi Sugih Makmur, pihak Resort Pengelola Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango dan semua masyarakat Kampung Sarongge yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada Ayah, Ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2015
Danu Wilatmoko
9
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
1
METODE
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Alat dan Bahan
2
Jenis Penelitian
2
Teknik Pengumpulan Data
2
Metode Pengolahan dan Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
5
Kondisi Umum Mata Pencaharian Masyarakat
6
Sejarah Penggarapan Lahan di Kawasan Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango
7
Relokasi Kegiatan Masyarakat dari Taman Nasional dan
Pemberdayaan Masyarakat
8
Analisis Dampak yang Muncul dari Kegiatan Relokasi dan
Pemberdayaan Masyarakat
SIMPULAN DAN SARAN
16
18
Simpulan
18
Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19
RIWAYAT HIDUP
19
LAMPIRAN
20
10
DAFTAR TABEL
1 Kebutuhan data, metode pengumpulan data, pengolahan data dan hasil
dalam penelitian
2 Mata pencaharian masyarakat Desa Ciputri
3 Peristiwa yang terjadi di Kampung Sarongge berdasar periode waktu
4 Kegiatan relokasi dan pemberdayaan masyarakat
5 Pola pembagian dana adopsi pohon
6 Aktor yang telibat langsung dalam relokasi dan pemberdayaan
masyarakat
7 Masyarakat penggarap di wilayah Resort PTN Sarongge
8 Dampak yang terjadi setelah relokasi dan pemberdayaan masyarakat
3
6
8
9
10
14
14
16
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
Bagan alir analisis data
Denah akses ke lokasi penelitian
Lahan garapan masyarakat dan pondok dalam hutan
Peta pembagian petak program adopsi pohon blok Sarongge
Lokasi Radio Komunitas Edelweiss dan kegiatan siaran di Radio
Komunitas Edelweiss
4
6
7
10
11
DAFTAR LAMPIRAN
1 Data informan beserta pendidikan terakhir dan peranannya
2 Data nama penggrapa Blok Sarongge dan tanggal keluar garapan Bulan
November 2013
20
21
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 174/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni
2003 tentang Penunjukkan dan Perubahan Fungsi Kawasan Cagar Alam, Taman
Wisata Alam, Hutan Produksi Tetap, Hutan Produksi Terbatas pada Kawasan
Hutan Gunung Gede Pangrango di Jawa Barat seluas ±22831.027 ha, ditetapkan
sebagai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) (Balai Besar Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango 2009). Perluasan kawasan TNGGP memicu
konflik mengenai pemanfaatan lahan. Konflik pemanfaatan lahan timbul akibat
sumberdaya hutan yang semula dapat diakses masyarakat menjadi tertutup.
Keberadaan TNGGP bertujuan merekonstruksikan ekologi yang sudah rusak
sehingga mampu dikembalikan menjadi hutan penyangga. Perubahan pengelolaan
kawasan ini berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
sebelumnya dapat memanfaatkan sumberdaya hutan. Masyarakat tidak dapat lagi
memanfatkan lahan hutan untuk berladang, bertani, dan bermukim sesuai
peraturan perundangan taman nasional.
Sarongge Girang adalah salah satu kampung yang berbatasan langsung
dengan Gunung Gede Pangrango. Secara administratif Kampung Sarongge berada
di Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.
Kawasan Resort Sarongge di Desa Ciputri pada awalnya merupakan kawasan
Perum Perhutani. Ketika masih merupakan kawasan hutan produksi Perum
Perhutani, warga petani sekitar dapat memanfaatkan lahan hutan untuk budidaya
pertanian. Dewasa ini Sarongge lebih dikenal sebagai kampung wisata alam.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi sejarah pengelolaan hutan yang
dilakukan oleh masyarakat di area Taman Nasional Gunung Gede Pangrango,
mengidentifikasi program relokasi lahan masyarakat dari kawasan Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango dan pemberdayaan masyarakat, serta
menganalisis kemungkinan masyarakat untuk kembali merambah ke dalam
kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam
merencanakan relokasi masyarakat dari Taman Nasional dan bermanfaat untuk
pengembangan konsep akademis dalam program relokasi masyarakat dari
kawasan konservasi.
2
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Oktober sampai November 2014 di
Kampung Sarongge, Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian ini yaitu alat tulis dan
laptop, kuisioner, panduan wawancara, kamera digital, dan data sekunder dari
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan pada kondisi alamiah
(Sugiono 2007). Penelitian ini berupaya untuk memahami dan memberi tafsiran
pada fenomena yang dilihat dari arti yang diberikan orang-orang kepadanya.
Penelitian kualitatif melibatkan penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan
empiris seperti studi kasus, pengalaman pribadi, instrospeksi, riwayat hidup,
wawancara, pengamatan, teks sejarah, interaksional dan visual yang
menggambarkan momen rutin dan problematis, serta maknanya dalam kehidupan
individual dan kolektif (Denzin and Lincoln 2009 dalam Fajrin 2011).
Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Data primer
didapatkan melalui teknik observasi yaitu data dikumpulkan dengan mengadakan
pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti dan teknik wawancara
mendalam (in-dept interview) untuk mendapatkan sebuah deskripsi penelitian
yang bertemu secara langsung dengan narasumber, dengan atau tanpa
menggunakan panduan. Data para informan dapat dilihat dalam Lampiran 1. Data
sekunder didapatkan dari instansi-instansi terkait seperti Pemerintah Desa dan
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terkait konfirmasi program yang
diteliti. Data sekunder ini berupa laporan kegiatan, catatan, foto, atau artikel.
Kebutuhan data, metode pengumpulan data, pengolahan data dan hasil yang
diharapkan dari penelitian ini tersaji dalam Tabel 1.
3
Tabel 1 Kebutuhan data, metode pengumpulan data, pengolahan data dan
hasil dalam penelitian
Cara
Variabel
Pengumpulan
yang diteliti
data
Studi
Gambaran
Kondisi
dokumen,
umum lokasi umum
wawancara
penelitian
masyarakat
mendalam
dan
Sejarah
lingkungan- (daftar
penggarapan
pertanyaan)
nya
lahan
masyarakat di Proses
dalam
masyarakat
kawasan
memasuki
Taman
kawasan
Nasional
Taman
Nasional
Kebutuhan
Data
No
Tujuan
1
Identifikasi
sejarah
penggarapan
lahan oleh
masyarakat
di dalam
kawasan
Taman
Nasional
2
Identifikasi
program
relokasi
masyarakat
dari kawasan
TNGGP dan
pemberdayaa
n masyarakat
Program
Tujuan
relokasi
program
relokasi
masyarakat
dari kawasan masyarakat
dari
Taman
TNGGP dan
Nasional
program
Program
pemberdapemberdayaan masyarakat yaan
masayarakat
Aktor dalam
program
relokasi dan
pemberdayaan
masyarakat
3
Analisis dari
dampak
yang
ditimbulkan
dari program
relokasi dan
pemberdayaan
masyarakat
Perubahan yang
dirasakan
masyarakat
dengan adanya
program
relokasi
dan
pemberdayaan
masyarakat
Dampak
positif dan
negative
dari
program
relokasi dan
pemberdayaan
masyarakat
Olah
data
Hasil
Pendekatan
sejarah
naratif
(Deskriptif
naratif)
Sejarah
penggarapan
lahan
Taman
Nasional
oleh
masayarakat
Studi
dokumen,
wawancara
mendalam
(daftar
pertanyaan)
Penjelasan
deskriptif
Program
Relokasi
Masyarakat
dari
TNGGP
dan
program
pemberdayaan
masyarakat
Studi
dokumen,
wawancara
mendalam
(daftar
pertanyaan)
Penjelasan
deskriptif
Kemungkinan
masyarakat
untuk
kembali
merambah
ke dalam
kawasan
hutan
Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah (historical approach),
bertujuan untuk melacak kronologis kejadian penting yang dialami oleh
masyarakat berdasar urutan waktu kejadian. Proses analisis difokuskan pada tahun
1990 sampai 2014. Pendekatan sejarah lisan (oral history) dijadikan sebagai salah
satu pilihan penting dalam upaya pengumpulan data karena keterbatasan sumbersumber tulisan. Peneliti mendapatkan data dengan mengikuti kehidupan sosial
narasumber selama empat minggu yang diawali dengan bertemu salah satu
informan yang sudah dikenal sebelumnya. Informan pertama merupakan salah
4
satu penggagas program relokasi masyarakat Kampung Sarongge dari Kawasan
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Kemudian narasumber selanjutnya
ditentukan melalui metode snowball, narasumber pertama menentukan
narasumber selanjutnya. Informasi yang didapat peneliti merupakan informasi
yang dikemukakan langsung oleh para informan melalui forum diskusi kecil.
Setiap informan menerima kedatangan peneliti dengan terbuka, karena
sebelumnya peneliti sudah mendapat izin dari pihak Taman Nasional dan Green
Radio yang merupakan salah satu penggagas program relokasi tersebut.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Teknik analisis data terdiri dari beberapa langkah. Langkah pertama, data
dikumpulkan dengan cara observasi langsung, interview, dan mengumpulkan data
dari perpustakaan, arsip, ataupun berita pers. Kedua, melakukan penilaian dan
pengamatan terhadap data primer dan sekunder yang selanjutnya disesuaikan
dengan keadaan lapangan. Ketiga, melakukan interpretasi data untuk dikaji
berdasar kerangka dasar teori. Keempat, pencapaian kesimpulan dari penelitian
(Surakhmad 1994). Bagan alir analisis data disajikan pada Gambar 1.
Peneliti
Masyarakat Kampung
Sarongge
Pemerintah Desa Ciputri
TNGGP dan Green Radio
Observasi, study dokumen dan
wawancara mendalam
Pendekatan sejarah
naratif
Sejarah penggarapan
lahan
Penjelasan
deskriptif
Kegiatan relokasi lahan
dan pemberdayaan
masyarakat
Penjelasan hasil dari
kegiatan
Dampak dari hasil
kegiatan
Analisis
Kesimpulan dan kemungkinan masyarakat untuk
kembali menggarap kawasan hutan
Gambar 1 Bagan alir analisis data
5
Pada teknik selanjutnya, pendekatan sejarah (historical approach) dilakukan
dalam penyusunan data dengan tujuan untuk melacak kronologis kejadian penting
yang dialami oleh masyarakat berdasarkan urutan tahun kejadian yang disajikan
berdasar periode waktu (Kartodirdjo 1991).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Letak dan Luas
Desa Ciputri adalah salah satu desa di Kecamatan Pacet yang mempunyai
luas wilayah 636 ha. Jumlah penduduk Desa Ciputri sebanyak 11 116 jiwa terdiri
dari 5633 laki-laki dan 5483 perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga
sebanyak 2888 KK. Jumlah Keluarga Miskin (Gakin) sebesar 823 KK dengan
persentase 20.5% dari jumlah keluarga yang ada di Desa Ciputri. Desa Ciputri
terdiri dari 4 Dusun, 9 RW dan 35 RT.
Batas wilayah Desa Ciputri secara administratif dapat dirinci sebagai
berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ciherang Kecamatan Pacet.
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cibeureum Kecamatan Cugenang.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Galudra Kecamatan Cugenang.
Sebelah Barat berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Dilihat dari topografi dan kontur tanah, Desa Ciputri Kecamatan Pacet
secara umum berupa darat dan sawah yang berada pada ketinggian antara 700
1100 m diatas permukaan laut, dengan suhu rata-rata berkisar antara 20 23 °C.
Aksesibilitas
Desa Ciputri terletak di Kecamatan Pacet. Jarak tempuh dari ibukota
kecamatan ±6 km dengan waktu tempuh ±25 menit dan dari ibukota kabupaten
±15 km dengan waktu tempuh ±40 menit. Apabila dari Kota Bogor, desa ini
berjarak ± 60 km dengan waktu tempuh ±2.5 jam melalui Jalan Raya Puncak.
Kampung Sarongge sendiri adalah salah satu kampung di Desa Ciputri yang
lokasinya berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Kondisi jalan menuju Kampung Sarongge pada saat ini relatif bagus setelah
adanya kunjungan beberapa pejabat pemerintah pusat ke kampung ini. Lokasi dan
akses jalan untuk menuju Desa Ciputri ini tersaji Gambar 2.
6
Sumber : Profil Ekowisata Sarongge 2013
Gambar 2 Denah akses ke lokasi penelitian
Kondisi Umum Mata Pencaharian Masyarakat
Masyarakat Desa Ciputri pada umumnya bermata pencaharian sebagai
petani dan buruh seperti yang tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2 Mata pencaharian masyarakat Desa Ciputr
Pekerjaan
Petani
Buruh
Pedagang
PNS
TNI/POLRI
Karyawan swasta
Wirauasaha lainnya
Jumlah
Jumlah
1418
638
172
35
2
452
67
2784
Presentase %
50.9
22.9
6.2
1.3
0.1
16.2
2.4
100
Sumber : Profil Desa Ciputri 2013
Masyarakat Kampung Sarongge sendiri pada umumnya bermata
pencaharian sebagai petani sayuran dan buruh di beberapa perusahaan. Hal ini
sangat didukung dengan wilayahnya yang berbatasan langsung dengan kawasan
hutan dan terdapat beberapa perusahaan yang berdiri di Kampung Sarongge.
Perusahaan yang ada di sekitar Kampung Sarongge ini antara lain perkebunan teh,
strawbery dan perkebunan bunga.
7
Sejarah Penggarapan Lahan di Kawasan Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango
Berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan No. SK 174/Kpts-II/2003
tanggal 10 juni 2003 telah ditetapkan perubahan fungsi kawasan hutan Cagar
Alam, Taman Wisata Alam, Hutan Produksi Tetap, Hutan Produksi Terbatas pada
kelompok hutan Gunung Gede Pangrango seluas ±22 831.027 ha terletak di
Provinsi Jawa Barat menjadi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Perubahan kawasan dari Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani)
berubah alih fungsi menjadi hutan konservasi TNGGP. Ruang kawasan
konservasi dalam pengelolaannya terpraktikkan dalam kebijakan pembatasan
akses, hak dan ruang hidup dalam perubahan rezim pengelolaan TNGGP tersebut.
Kawasan TNGGP berbatasan secara langsung dengan kawasan Perum
Perhutani. Pada tahun 2003 berdasarkan SK Menhut No 174, TNGGP mengalami
perluasaan ±7655 ha yang berasal dari areal Perum Perhutani. Areal Perluasan
eks-Perum Perhutani tersebut merupakan lingkar terluar sepanjang kawasan
TNGGP sehingga saat ini menjadi batas baru bagi kawasan TNGGP. Hasil
perluasan TNGGP tersebut, wilayah Resort PTN Sarongge mengalami perluasan
wilayah yang beberapa lokasi di dalamnya telah terdapat masyarakat yang
menggarap lahan tersebut.
(3a)
(3b)
Gambar 3 (3a) lahan garapan masyarakat (3b) pondok dalam hutan
Penggarapan lahan blok Sarongge oleh masyarakat dimulai sejak tahun
1990-an ketika statusnya masih dibawah pengelolaan Perum Perhutani.
Masyarakat pada umumnya menggarap lahan dengan cara membuka hutan secara
langsung ataupun membeli kepada pihak sebelumnya yang sudah terlebih dahulu
membuka lahan. Luas lahan yang digarap sebesar 38 ha oleh 155 masyarakat.
Setiap masyarakat menggarap antara 1 14 petak, yang mana setiap petaknya
mempunyai luasan 400 m2. Peristiwa penting yang terjadi di Kampung Sarongge
berdasarkan periode waktu terjadinya tersaji dalam Tabel 3.
8
Tabel 3 Peristiwa yang terjadi di Kampung Sarongge berdasar periode waktu
Waktu