Valuasi manfaat ekologis kanopi pohon perkotaan dan ruang terbuka hijau kota malang dengan menggunakan teknik GIS

VALUASI MANFAAT EKOLOGIS KANOPI POHON
PERKOTAAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU
KOTA MALANG DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK GIS

MOHAMMAD ISROK NUGROHO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

ABSTRACT
MOHAMMAD ISROK NUGROHO. Valuation of Ecological Benefit of
TreesCanopy and Greenery Open Space of Malang City Using GIS Techniques.
Under supervision of BAMBANG SULISTYANTARA andARIS MUNANDAR
Amenity and quality of urban environment influenced by the availability
and existence of the urban tree canopy of the city. This study aims to identify,
analyze, predictand valuatethe ecological benefits of tree’s canopyof Malang City,
andprovide possible recommendations in order to increase the capacity of its
urban ecosystem.This research uses descriptive quantitative method, include
valuation ofecological benefits analysis of tree canopy and recommendation

development analysis. Valuation is done by spatial analysis used GIS techniques
by analyze trees canopy and non trees canopy cover to predict the ecosystem
capacity. CITYgreen 5.4 extention is used to calculate and predict its benefit base
on the extend of trees canopy cover.SWOT and QSPM (Quantitative Stratetig
Planning Matrix) approach is usedto analyze and develop a possible
recomendation for increasing ecosystem capacity of Malang City.
Recommendations have been prepared based on results from both types of
analysis. Research result shows, the greatest benefit is the capacity of stormwater
control,and concluded that pollutants removal (31.8 tons/year, with the economic
value of Rp. 1,552,356,000.00) and carbon absorbance (Carbon storage capacity
of 435 tons and carbon sequestration capacity is 2460 pounds/year) are less
significant impact in environmental capacity. Both of these capacities failed to
give significant benefits due to the lack of quantity of trees canopy cover in the
city of Malang (only 4% of total city). Value of ecological benefits of Malang
city ecosystem currently provides Rp.26.330.985.000or 30.25% of total received
of city revenue (Rp. 87,115,734,710). Basedon the results of the SWOT and
QSPM analysis known that strategic priorities of capacity development is the
restructuring of poor urban ecosystems and change the orientation of development
policies into ecosystem-based and community based to fulfill national standard of
greenery open space requirement for Indonesian city.


Keywords: trees canopy, trees benefit, urban ecosystems valuation, greenery open
space

© Hak cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan
tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atas seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

Judul Tesis

Nama
NRP

: Valuasi Manfaat EkologisPohon Perkotaan dan

Ruang Terbuka HijauKota Malang dengan Menggunakan
Teknik GIS
: Mohammad Isrok Nugroho
: A451080031

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr
Ketua
Anggota

Dr. Ir. Aris Munandar, MS

Diketahui
Koordinator Mayor
Arsitektur Lanskap

Dekan Sekolah Pascasarjana


Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLADr. Ir. Dahrul Syah,M.Sc.A.gr, M.S

Tanggal Ujian: 21 April 2011

Tanggal Lulus: 09 Juni 2011

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Afra Donita Nimia Makalew, M.Sc.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan hingga penelitian ini
terselesaikan dengan baik.Judul Tesis dalam penelitian ini adalah “Valuasi
Manfaat Ekologis Kanopi Pohon Perkotaan dan RTHKota Malang Dengan
Menggunakan Teknik GIS”. Tesis ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Sains pada Departemen Arsitektur Lanskap Sekolah Pascasarjana,
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih disertai
penghargaan kepada :
1.


Komisi Pembimbing yaitu Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr dan Dr. Ir.
Aris Munandar, MS atas bimbingan, arahan, saran serta perhatian kepada
penulis dalampenyusunan dan penyelesaian studi ini.

2.

Ketua Departemen Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA atas dukungan dan perhatian
nya selama penulis belajar di Program Studi Arsitektur Lanskap

3.

Dr. Ir. Afra Donita Nimia Makalew, MSi selaku penguji di luar komisi
pembimbing serta Dr.Ir. Alinda M.Zein, MS selaku penguji wakil program
studi atas kritik, masukan dan saran yang membangun

4.

Staff Dosen Departemen Arsitektur Lanskap IPB atas ilmu yang
bermanfaat;Staff akademik Departemen Arsitektur Lanskap atas bantuan

dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan studi

5.

Tim Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional Badge II tahun
anggaran 2009 berjudul “Model RTH Kota Bogor sebagai Solusi mengatasi
banjir kota Jakarta” (Fatimah I.S, dkk), Fakultas Pertanian – IPB atas
bantuan

penggunaan

software

CITYgreen

5.4

sebagai

penunjang


pengolahan data pada penelitian ini
6.

Prof. Yoritaka Tashiro, Dr. Takeshi Kinoshita, dan Dr. Son Yong Hoon, atas
bimbingan, arahan, perhatian serta pencerahan keilmuan Arsitektur Lanskap
sewaktu studi di Chiba University, Jepang.

7.

Prof. Yamagutchi, Prof. Takagaki dan Mrs. Yonemura atas perhatian,
bantuan dan support selama di Chiba University, Jepang.

8.

Rekan-rekan Toshikan (Urban Design and Environmental Landscape
Management Laboratorium); Rekan-rekan PPI Chiba, terutama Riela dan
keluarga, Muti dan keluarga serta rekan lainya atas kebersamaan, dukungan
serta bantuan nya selama penulis studi di Chiba University Jepang.


9.

Rekan-rekan di Tokyo Geijutsu Daigaku International Dorm, Ronald, Lee
Ann, Aquiles, Dann, dan Alex untuk kebersamaan nya.

10.

Rekan Dosen di Universitas Tribhuwana Tungga Dewi Malang, Ir. Edyson
Indawan, Ir. KGS Ahmadi, Murdaningsih, Heni Leondro dan Joko Riyanto
atas suportnya selama ini.

11.

Nooril Milantara atas tutorial dalam pengolahan data CITYgreen 5.4;Imam
Sulistyanto dan Dimas atas kiriman foto-foto survey lapangan; Pak Uus atas
data spasialnya; Bapak Drasti (babeh) atas bantuan dan dukungannya.

12.

Rekan-rekan angkatan 2008 di SPS PSArsitektur Lanskap IPB, Mbak Yuni,

Aan, Prima, Titi,dan Eka atas kebersamaannya selama kuliah dan segala
bantuan selama penulis studi hingga menyelesaikan tesis ini.

13.

Rekan-rekan dan sahabat yang tidak dapat dicantumkan disini atas perhatian
dan bantuan selama ini.
Tak lupa karya ilmiah ini Penulis persembahkan untuk Ibunda tercinta dan

Bapak (Alm) serta keluarga atas motivasi inspirasi dan doa yang tiada
henti;Bundadan kedua belah hati ku,Rafi Alhafiz Nugroho dan Aqeela Almaghfira
Saliima, atas kasih sayang, motivasi, semangat, dan dukungannya.Penulisan tesis
ini telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan diharapkan bermanfaat
sebagai panduan serta memberikan wawasan dan wacana keilmuan untuk
penelitian dasar dan aplikatif lainya. Amin, terima kasih.

Bogor, April 2011

Penulis


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bangil, Pasuruan pada tanggal 14 Juli 1977 sebagai
putra pertama dari pasangan Bapak Mohammad Hasyim (Alm) dan Ibu Toety Sri
Soewarti. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar (TK, SD, SMP dan SMU) dari
tahun 1985 - 1996 di Kota Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Pada tahun
1996, penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Program Studi Arsitektur
Pertamanan, Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor melalui jalur penerimaan PMDK (USMI). Penulis menyelesaikan jenjang
pendidikan Strata-1 (S1) pada tahun 2002.
Pada tahun 2003, penulis bekerja sebagai Tenaga Pengajar (dosen) di
Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Universitas Tribhuwana
Tungga Dewi Malang.Penulis juga aktif dalam kegiatan keprofesian dan bertugas
sebagai pengurus cabang Ikatan Arsitektur Lanskap Indonesia (IALI) Kota
Malang pada kurun waktu 2004 – 2008.
Penulis melanjutkan kuliah pada Program Magister di Sekolah Pasca
Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Departemen Arsitektur Lanskappada tahun
2008.Pada tahun 2009 – 2010, Penulis mengikuti Expert Programdalam rangka
ProgramTransfer Kredit dan Pertukaran Mahasiswa Pascasarjana di Urban Disain
and Environmental Landscape Management Studio, Landscape Architecture,

Faculty of Horticulture, Chiba University, Jepang.
Demikian Riwayat Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Bogor, April 2011

Mohammad Isrok Nugroho
NRP : A451080031

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xv
PENDAHULUAN. .................................................................................... 1
Latar Belakang ....................................................................................... 1
Rumusan Penelitian ................................................................................ 3
Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
ManfaatPenelitian .................................................................................. 3
Kerangka Pemikiran ............................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5
Manfaat Kanopi Pohon ........................................................................... 5
Ruang Terbuka Hijau (RTH) .................................................................. 9
Definisi RTH .................................................................................... 9
Fungsi RTH .. .................................................................................... 9
Klasifikasi dan Bentuk RTH............................................................. 10
Struktur RTH .................................................................................... 11
Bahan Pencemar Udara .......................................................................... 12
Karbon Monooksida (CO) ................................................................. 12
Nitrogen Oksida (NO x )...................................................................... 13
Sulfur Oksida (SO x ) .......................................................................... 13
Hidrokarbon (HC).............................................................................. 13
Partikel ......... .................................................................................... 14
Emisi Karbon Kendaraan Bermotor ....................................................... 15
Dampak Pencemaran Udara ................................................................... 17
Manfaat dan Imbal Jasa Lingkungan...................................................... 17
Teknik GIS ........ .................................................................................... 19
CITYgren 5.4 .................................................................................... 19

METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 21
Tempat dan Waktu .................................................................................. 21
Bahan dan Alat Penelitian....................................................................... 22
Metode Penelitian ................................................................................... 22
Batasan Penelitian .............................................................................. 23
Prosedur Pengambilan Data ............................................................... 23
Pengolahan Data................................................................................. 26
Analisis Strategi Pemecahan Masalah ......................................................... 38
Alur penelitian ... .................................................................................... 43
KONDISI UMUM KOTA MALANG...................................................... 45
Bio Fisik ............. .................................................................................... 45
Penggunaan Lahan .................................................................................. 47
Ruang Terbuka Hijau Kota Malang ........................................................ 49
Jenis Ruang Terbuka Hijau Kota Malang .......................................... 49
Pencemaran Udara .................................................................................. 54
Sumber dan Jenis Utama Pencemaran Udara..................................... 54
Kependudukan Kota Malang .................................................................. 57
Perekonomian Kota Malang ................................................................... 58
HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................. 60
Analisis Manfaat Pohon Perkotaan dan RTH Kota Malang ................... 60
Ekosistem Kota Malang ..................................................................... 60
Layanan Terukur Ekosistem Kota Malang ........................................ 68
Daya Serap Polutan di Udara ........................................................ 68
Kapasitas Penyimpanan Karbon dan Rosot................................... 76
Kapasitas Serapan Air Hujan ........................................................ 79
Kualitas Lingkungan Hidup (Udara) Kota Malang............................ 82
Manfaat Imbal Jasa Lingkungan ........................................................ 90
Pelestarian Simpanan Karbon (Perdagangan Karbon) .................. 90
Pelestarian Air Hujan .................................................................... 92
Analisis Strategis Pemecahan Masalahan Ekosistem Kota Malang ....... 94
Analisis SWOT .................................................................................. 94

Rekomendasi ..... .................................................................................... 102
Strategi Pengembangan ..................................................................... 102
Skenarion Model Alternatif ............................................................... 104
Model Spasial .................................................................................... 106
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 110
Simpulan............ .................................................................................... 110
Saran .................. .................................................................................... 110

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 111
LAMPIRAN .......... .................................................................................... 115

DAFTAR TABEL

Halaman
1. Alat Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix .......................... 42
2. Luas Kecamatan dan Persentase terhadap Luasan Kota........................ 45
3. Temperatur dirinci Tiap Bulan .............................................................. 46
4. Tata Guna Lahan Kota Malang ............................................................. 47
5. Fungsi, Manfaat dan Bentuk RTH Kota Malang................................... 49
6. RTH Kota Malang ................................................................................. 50
7. Luas RTH Kota Malang ........................................................................ 51
8. Kelompok RTH Publik .......................................................................... 52
9. Kelompok RTH Privat ........................................................................... 53
10. 10. Baku Mutu Kualitas Udara .............................................................. 54
11. Data Partikel Polutan Kota Malang 2007 .............................................. 56
12. Harkat Tingkat Pelayanan Jalan ............................................................ 84
13. Model Peningkatan Kapasitas Implementasi Imbal Jasa Lingkungan .. 92
14. Internal Factor Evaluation ..................................................................... 97
15. Eksternal Factor Evaluation................................................................... 97
16. Matrik SWOT ........................................................................................ 98
17. Matriks Analisis QSPM ......................................................................... 101

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Skema Kerangka Penelitian .................................................................. 4
2. Pola dan Bentuk RTH Perkotaan .......................................................... 12
3. Peta Lokasi Penelitian ........................................................................... 21
4. Lokasi Sampel per Ekosistem Kota Malang ......................................... 25
5. Hasil Klasifikasi (unsupervised) Penutupan Lahan .............................. 28
6. Penutupan Lahan di Kota Malang ....................................................... 29
7. Setting Study Site ................................................................................... 33
8. Setting Tema Kanopi............................................................................. 33
9. Setting Tema Non Kanopi..................................................................... 34
10. Setting Site Area Preference ................................................................. 35
11. Setting CITYgreen Preferences ............................................................. 36
12. Running Analysis................................................................................... 36
13. Model Output CITYgreen ..................................................................... 37
14. Kuadran Analisis SWOT....................................................................... 40
15. Matriks SWOT ...................................................................................... 41
16. Skema Alur Pikir Penelitian .................................................................. 44
17. Peta Tata Guna Lahan 2007 .................................................................. 49
18. Distribusi RTH Kota Malang ................................................................ 51
19. Peta Kualitas Uji Udara......................................................................... 55
20. Kepadatan Penduduk per Kecamatan.................................................... 57
21. Peta Penutupan Lahan (Kanopi dan Non Kanopi) ................................ 61
22. Lokasi Sampel dan Ilustrasi Karakteristik Ekosistem Kota Malang..... 63
23. Kapasitas Tangkapan Pencemar Udara per Sampel .............................. 74
24. Kapasitas Simpanan Karbon per Sampel .............................................. 78
25. Kapasitas Sequistrasi Karbon per Unit Contoh..................................... 78
26. Kapaistas Runoff per Unit Contoh ........................................................ 80
27. Nilai Ekonomi Stormwater Control per Unit Contoh ........................... 80
28. Report Kalkulasi Layanan terukur Ekosistem Kota Malang................. 82
29. Persentase Tingkat Pelayanan Jalan ...................................................... 83

30. Level Emisi CO 2 berdasarkan VC ratio ................................................ 85
31. Pelepasan CO 2 Beragam Jenis Kendaraan ............................................ 86
32. Pelepasan CO Beragam Jenis Kendaraan .............................................. 87
33. Model Spasial Penambahan RTH Kota Malang .................................... 109

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Laporan Hasil Analisis Kondisi Awal..................................................... 116
2. Laporan Hasil Analisis Sampel Perumahan Araya ................................. 117
3. Laporan Hasil Analisis Sampel Industri Arjosari ................................... 118
4. Laporan Hasil Analisis Sampel Komersil Blimbing ............................... 119
5. Laporan Hasil Analisis Sampel Perumahan Gadang .............................. 120
6. Laporan Hasil Analisis Sampel Perumahan Ijen ..................................... 121
7. Laporan Hasil Analisis Sampel Perumahan Jodipan .............................. 122
8. Laporan Hasil Analisis Sampel Perumahan Kotalama ........................... 123
9. Laporan Hasil Analisis Sampel Perumahan Malabar.............................. 124
10. Laporan Hasil Analisis Sampel Lapangan Rampal ............................... 125
11.Laporan Hasil Analisis Sampel Perumahan Sawojajar .......................... 126
12. Laporan Hasil Kalkulasi Model Skenario 10% ..................................... 127
13. Laporan Hasil Kalkulasi Model Skenario 20% ..................................... 128
14. Laporan Hasil Kalkulasi Model Skenario 30% ..................................... 129
15. Tabel /Data Kapasitas dan Volume Jalan Utama .................................. 130
16. Faktor Emisi Kendaraan Bermotor ....................................................... 132

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembangunan fisik di perkotaan telah menimbulkan berbagai masalah
lingkungan antara lain berubahnya kualitas lingkungan termal (pemanasan
lingkungan),pencemaran udara akibat aktivitas perkotaan, penurunan kapasitas
resapan air hujan dan permasalahan lingkungan lainya (Nowak, 2000).
Pertumbuhan penduduk dan ekonomi memberikan tekanan yang berarti pada
ketersediaan dan keberadaan pepohonan serta ruang terbuka hijau di perkotaan.
Keberadaan pepohonan dan ruang terbuka hijau kota sebagai salah satu
unsur yang dapat mengendalikan kualitas lingkungan. Pengelolaan pepohonan dan
ruang terbuka hijau kota sebagai mekanisme yang memungkinkan untuk
meningkatkan kualitas udara dan lingkungan belum sepenuhnya diteliti dan
diselidiki secara terpadu sebagai faktor penting pertumbuhan ekonomi kota.
Keseimbangan lingkungan perkotaan secara ekologi memiliki peranan yang sama
penting dengan perkembangan nilai ekonomi kawasan perkotaan.
Pohon dan ruang terbuka hijau kota memiliki fungsi ekologis berdasarkan
fungsi intrisik pohon yang dapat memperbaiki kualitas lingkungan, antara lain
penyerapan polutan udara, penyerapan karbon, penyerap dan penjerap air
limpasan hujan untuk mereduksi potensi banjir perkotaan, pendinginan kota
(cooling effect) serta penyerapan radiasi sinar matahari untuk mereduksi
penggunaan energi di lingkungan perkotaan (Nowak,McHale, Ibarra, Crane,
Stevens, dan Luley, 1998).Berdasarkan beberapa studi sebelumnya, diketahui
bahwa pepohonan memiliki fungsi ekonomi yang dapat dihitung dan diukur
berdasarkan layanan ekosistem kota (American Forest,2002).
Kota Malang tumbuh dan berkembang sebagai kota pendidikan, industri
dan pariwisata. Berdasarkan data Pemerintah Kota Malang (Bappeko, 2007)
diketahui bahwa persentase ruang terbuka hijauseluas 2,9 %. Ruang terbuka hijau
publik di Kota Malang meliputi, hutan kota (71,6 ha); taman yang dikelola
masyarakat (2,8 ha), dan jalur hijau yang dikelola Dinas Pertamananan(14,1 ha),
sedangkan luasan penutupan kanopi pepohonan tidak teridentifikasikan.
Rendahnya persentase tersebut diduga disebabkan oleh kebijakan pembangunan

2

yang tidak berpihak kepada lingkungan serta lemahnya pengendalian terhadap
konversi lahan ruang terbuka hijau yang beralih fungsi sebagai ruang ekonomi.
Berdasarkan evaluasi rencana umum tata ruang kota (RUTRK) tahun 2010,
diketahui bahwa tingkat deviasi pembangunan cukup tinggi. Persentase deviasi
pertumbuhan penduduk Kota Malang 15% dari yang direncanakan, sedangkan
secara kualitatif terjadi deviasi implementasi pembangunan dari perencanaan.
Deviasi tersebut terutama terjadi pada lahan – lahan konservasi dan ruang terbuka
hijau kota yang berubah dan beralih fungsi menjadi ruang ekonomi dan
perumahan.
Lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan
adalah kota yang memiliki keseimbangan antara pembangunan lingkungan,
manusia dan pembangunan ekonomi. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan
penataan ruang kota yang disesuaikan dengan kondisi bio-geografi lingkungan
alami guna meminimalisir bencana dan penurunan kualitas lingkungan hidup.
Kebijakan penataan ruang harus menerapkan keseimbangan antara ruang binaan
dan ruang alam untuk mewujudkan keberlanjutan lingkungan.
Oleh karena itu, perlu adanya suatu kajian lebih lanjut terkait dengan
valuasi dari ketersediaan pepohonan dan ruang terbuka hijau di kota Malang.
Kajian tersebut dikembangkan melalui pendugaan layanan terukur dari ekosistem
kota terkait struktur perkotaan menggunakan teknik GIS (Geographic Information
System). Alat dan piranti khusus yang digunakan pada kajian ini adalah CITYgren
5.4 untuk menghitung dan menganalisis nilai manfaat ekologis dan ekonomis
tahunan yang disediakan oleh ekosistem kota. Hasil dari kajian tersebut digunakan
sebagai dasar untuk menyusun suatu kebijakan dan model skenario perbaikan
ekosistem kota gunamenunjang pembangunan lingkungan perkotaan berbasis
lingkungan.

3

Rumusan Penelitian
1. Bagaimana kondisi dan komposisi penutupan lahan di Kota Malang?
2. Bagaimana kapasitas ekosistem perkotaan berkaitan dengan keberadaan
kanopi pohon perkotaan dan ruang terbuka hijau terhadap kualitas lingkungan
Kota Malang?
3. Apakah manfaat dan value dari keberadaan kanopi pohon perkotaan dan
ruang terbuka hijau terhadap lingkungan Kota Malang?
4. Bagaimana mengukur dan menduga kapasitas ekosistem kanopi pohon dan
ruang terbuka hijau kota Malang?
5. Bagaimana kondisi ideal penutupan lahan pada ruang perkotaan terhadap
kenyamanan dan peningkatan kualitas hidup di Kota Malang?

Tujuan Penelitian
1. Menganalisis dan menduga kapasitas ekosistem perkotaan sehubungan
dengan keberadaan kanopi pohon perkotaan dan ruang terbuka hijau (RTH)
terkait dengan kualitas lingkungan di Kota Malang.
2. Memberikan rekomendasi yang mungkin terkait dengan pengembangan dan
perbaikan kualitas lingkungan kota berbasis ekosistem
Manfaat Penelitian
Manfaat dan kegunaan yang ingin diperoleh dari kegiatan penelitian ini,
antara lain :
1. Acuan arahan pemgembangan kawasan perkotaan / wilayah
2. Dasar penentuan kebijakan penataan ruang perkotaan
3. Sebagai model pengelolaan dan perencanaan berkelanjutan berbasis
valuasi dan jasa lingkungan
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dilakukan sebagai suatu respon terhadap fakta dugaan
penurunan kualitas dan kenyamanan lingkungan perkotaan sebagai akibat
terjadinya pembangunan lingkungan perkotaan yang berdampak pada terjadinya
konversi lahan peruntukan pepohonan dan ruang terbuka hijau diKota

4

Malang.Kegiatan penelitian ini diarahkan untuk mengidentifikasikan kapasitas
lingkungan KotaMalang saat ini melalui identifikasi struktur ruang perkotaan.
Identifikasi ini bertujuan untuk mengetahui elemen pembentuk struktur perkotaan
di Kota Malang. Identifikasi tersebut merupakan dasar pendugaan kualitas
lingkungan hidup Kota Malang saat ini yang terbentuk oleh keberadaan
pepohanan dan ruang terbuka hijau serta dampak pembangunan kota.
Identifikasi ini menggunakan citra Landsat TM+7 untuk mendiskripsikan
penutupan lahan perkotaan. Identifikasi penutupan lahan (land cover) merupakan
dasar analisis untuk menduga (assessment) kapasitas ekosistem Kota Malang saat
ini, sehingga dapat disimpulkan bagaimana manfaat dari keberadaan kanopi
pohon perkotaan dan RTH terhadap kualitas kehidupan dan lingkungan. Kerangka
pikir sederhana dari kegiatan penelitian ini tersaji pada Gambar 1.
Ruang Perkotaan Kota Malang
Citra Satelit
Kondisi saat ini Kualitas Lingkungan Kota
Malang
Metode GIS ( Erdas Image Analysis, ArcView
3.2, dan ekstensi CITYgreen 5.4)
Kualitas Udara, Runoff water, dan serapan
serta jerapan karbon
Layanan ekosistem terukur dari struktur
kanopi dan non kanopi perkotaan
Rekomendasi Pengembangan Struktur Kanopi
dan RTHK Kota Malang

Gambar 1.Skema Kerangka Penelitian

5

TINJAUAN PUSTAKA

Manfaat Kanopi Pohon
Pepohonan dan vegetasi merupakan faktor pembentuk ruang terbuka hijau
di lingkungan perkotaan. Keberadaan pepohonan dan vegetasi lainya pada
kawasan kota dapat berupa jalur maupun areal. Keberadaan pepohonan dan
vegetasi merupakan salah satu unsur lanskap yang utama dan memiliki fungsi
tertentu dalam suatu lanskap.Menurut Carpenter, et.all (1975) pepohonan
memiliki beberapa fungsi, antara lain:
1. Kontrol Visual.
Tanaman berfungsi mengurangi sinar dan pantulan (matahari, lampu jalan, dan
lampu kendaraan), penutup pemandangan yang tidak diingingkan, membentuk
privacy, mengarahkan dan menegaskan pemandangan yang diinginkan.
2. Modifikasi Radiasi Matahari dan Suhu.
Vegetasi dapat meningkatkan pemantulan radiasi matahari dan menurunkan
penyerapan dipermukaan sehingga akan menurunkan suhu udara. Vegetasi
juga memberikan keteduhan dengan efek bayangan, memberikan naungan dan
menyaring radiasi matahari 60-90 % serta mempercepat hilangnya radiasi
matahari yang diserap.
3. Pengarah Angin.
Vegetasi berfungsi sebagai penahan angin dengan mengurangi kecepatan
angin melalui ketinggian, kepadatan, bentuk dan lebar tanaman. Penanaman
yang rapat dapat mengurangi 75-80 % kecepatan angin.
4. Kontrol kelembaban dan hujan
Tanaman dapat memberikan perlindungan sementara dari hujan dengan
naungannya. Melalui proses evaporasi tanaman akan melepaskan air menuju
udara yang panas dan mendinginkannya sehingga akan menurunkan suhu
udara disekitarnya.
5. Mengurangi kebisingan.
Penanaman vegetasi 25-50 kaki (7,62-15,24 m) dapat mengurangi suara
frekuensi tinggi (4000 Hz) sebesar 10-20 dBA, sedangkan penanaman pinus

6

dan cemara 50-100 kaki (15,24-30,48 m) mampu mengurangi suara frekuensi
rendah sebesar 10 dBA.
6. Penyaring polutan
Tanaman merupakan penyaring udara yang mampu menyerap gas polutan
seperti SO 2 dan HF serta polutan lain di udara dalam jumlah tertentu tanpa
memperlihatkan efek kerusakan. Dengan diameter 15 inci potensial untuk
menghilangkan 43,5 pon SO 2 per tahun jika konsentrasi SO 2 di atmosfer 0,25
ppm.
7. Kontrol erosi
Tanaman mengurangi laju air hujan di tanah, disamping itu akar tanaman
memegang partikel tanah sehingga run offakan dapat dikurangi dan terhindar
dari erosi.
8. Habitat alami
Tanaman menyediakan makanan dan tempat berlindung kepada burung dan
hewan lainnya, sehingga akan menarik mereka untuk hidup di tanaman
tersebut.
9. Estetika.
Nilai estetika akan tercipta jika elemen-elemen lanskap dikombinasikan secara
tepat dan baik sehingga akan memberikan perasaan senang dan tenteram
kepada pemakai jalan. Penanaman vegetasi dapat berfungsi memperlunak
bangunan sepanjang jalan.
Penutupan lahan (land cover) merupakan perwujudan fisik suatu objek dan
menutupi lahan tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap objek
tersebut.Lillseland dan Kiefer (1990) menyatakan bahwa material penutupan
lahan berpengaruh terhadap lingkungan tapak.Secara umum, berdasarkan jenis
materialnya, penutupan lahan terbagi atas dua yaitu penutupan alami / material
tanaman (soft scape) dan penutupan buatan / material perkerasan (hard scape).
Perubahan penutupan lahan memberikan pengaruh pada permukaan fisik
dan biologi bumi serta merubah reflektansi permukaan bumi yang menyebabkan
timbulnya pendinginan dan pemanasan lokal.Lahan bervegetasi merupakan
pengendali urban heat island dan menempatkan pohon sebagai tempat
penyimpanan panas yang diterimanya (Nowak, 1998).Vegetasi berfungsi

7

menyerap radiasi matahari dalam proses transpirasi dan fotosintesis. Radiasi yang
sampai ke permukaan tanak akan digunakan sebagai materi dalam proses
evaporasi tanaman.
Keberadaan pepohonan dapat berfungsi sebagai ameliorasi iklim. Simpson
(1998) menyatakan bahwa suhu udara maksimum pada pertengahan hari
mengalami penurunan berkisar antara 0.04oC--0.2oC seiring dengan peningkatan
penutupan kanopi. Suhu udara pada pertengahan hari mengalami pendinginan
berkisar 0,7oC – 1,3oC pada ketinggian 1,5 m diatas permukaan tanah di bawah
tegakan pohon dan sekumpulan pohon diatas tutupan rumput, dibandingkan pada
area terbuka.Penurunan suhu udara terkait keberadaan pepohonan dapat
memperbaiki kualitas udara, sebab keberadaan pepohonan dapat meredam emisi
yang ditimbulkan oleh sumber pencemaran udara (Souch,1993).
Galveston-Houston Association for Smog Prevention(GHASP, 1999)
menyatakan bahwa penyebab utama banjir dilingkungan perkotaan adalah
deforestasi hutan kota dan tegakan pohon. Keberadaan pepohonan dan tanaman
lainya berfungsi untuk meredam dan menurunkan banjir dan kerusakan lain yang
disebabkan oleh angin dengan menahan tanah dan menyerap dan menahan air
hujan secara signifikan melalui perakaran dan naunganya. Pohon melepaskan
kelembaban ke udara yang menstabilkan curah hujan, meminimalisir kekeringan
dan mencegah bahaya banjir perkotaan akibat berkurangnya area penyerap air
limpasan. RTH dengan luas minimal 0,5 ha mampu menahan aliran permukaan
akibat hujan dan meresapkan air ke dalam tanah sejumlah 10.219 m3 setiap tahun
(American Forest, 2002).
Keberadaan pohon di perkotaan memiliki fungsi sebagai intersepsi air
hujan dan mengurangi air limpasan permukaan (run off) melalui intersepsi dan
mereduksinya sebelum turun ke permukaan tanah melalui dahan dan daun untuk
menunda aliran air hujan (Rowntree dan Nowak, 1991). Pepohonan juga dapat
mengurangi kadar karbon dioksida (CO2) di udara, dan dapat menjerap gas panas
di udara (McPherson, 1995). Pepohonan yang terletak pada area jaringan jalan
yang padat dapat menangkap partikel polutan lebih besar dibandingkan yang
berada di kawasan perdesaan (Backett,et al.,2000).

8

Coder (1996) mengatakan bahwa kanopi pohon di lingkungan dan
keberadaan hutan kota berfungsi sebagai filter terhadap nutrien yang hilang dan
mengurangi sedimen dan meningkatkan ketersediaan air tanah. Keberadaan
pepohonan dapat mereduksi sedimen tanah sebesar 95%, serta dapat mereduksi
47% polutan di permukaan pada saat 15 menit awal turun hujan(Coder, 1996).
Pohon memiliki kemampuan untuk menyerap CO 2 antara 20 gramsampai
dengan 36 gram per hari. Diasumsikan bahwa terdapat 10 buah pohon pada lahan
perkarangan, maka kontribusi penyerapan CO 2 oleh pohon sebesar 5,6 – 10,1 kg
atau menyimpan 750 kg karbon per bulan (Rohman,2009). Peningkatan kanopi
pepohonan

dapat

menurunkan

emisi

VOC

dan

pada

akhirnya

dapat

mempengaruhi konsentrasi Ozon pada kawasan perkotaan. Penggunaan dan
pembakaran bahan bakar fosil pada beberapa peralatan mendorong terjadinya
emisi gas karbon dioksida (diperkirakan 0,7 kg/l bahan bakar bensin termasuk
emisi yang dihasilkan pada manufaktur) dan beberapa bahan kimia lain, VOC,
Karbon

Monoksida,

Nitrogen

Oksida,

Sulfur

Oksida

Dan

Particulate

Mattersebagaimana yang telah disampaikan oleh Scott, Simpson dan McPherson
(1999).
Keberadaan pepohonan pada area parkir dapat berpengaruh terhadap
konsentrasi emisi yang dihasilkan oleh kendaraan melalui naungan pepohonan.
Peningkatan kanopi pepohonan pada area parkir sebesar 8% - 50% dapat
mereduksi pelepasan emisi VOC kendaraan ringan 2% dan emisi Nitrogen Oksida
kurang lebih 1%, berdasarkan hasil studi di Sacramento, USA (Scott, Simpson,
dan McPherson, 1999).
Keberadaan naungan pohon deciduous dalam radius jarak 0,5 km sampai
dengan 1 km berpengaruh positif terhadap nilai properti, naungan/tutupan kanopi
pohon coniferous dalam radius 0,5 km mendorong peningkatan nilai properti, dan
keberadaan hutan campuran (mix forest) dalam radius 0,5 km – 1 km dari rumah
tidak berpengaruh terhadap nilai properti (Holmes,et.al,2006).McAliney (1993)
menyebutkan bahwa nilai jual properti pada kawasan hunian yang dikelilingi oleh
pepohonan meningkat 5-15 % dibandingkan dengan yang tidak memiliki
pepohonan. Hal ini bergantung pada jenis, umur, jumlah dan lokasi pohon
tersebut. Berdasarkan penelitian kawasan permukiman di Rochester, New York,

9

Amerika Serikat diketahui bahwa keberadaan pohon memberikan nilai tambah
18% dari nilai rata-rata jual properti (Nowak,2001).

Ruang Terbuka Hijau
Definisi Ruang Terbuka Hijau
Secara definitif, Ruang Terbuka Hijau (Greenery Openspaces) adalah
kawasan atau areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina
untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dan atau sarana lingkungan/kota, dan
atau pengamanan jaringan prasarana, dan atau budidaya pertanian. Selain untuk
meningkatkan kualitas atmosfer, menunjang kelestarian air dan tanah, ruang
terbuka hijau (Greenery Open Spaces) di perkotaan juga berfungsi untuk
meningkatkan kualitas lanskap kota.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka
suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi
(endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan tidak langsung
RTH yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah
perkotaan tersebut.

Fungsi Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka Hijau (RTH) memiliki spektrum multi fungsi yang luas
berkaitan dengan peranannya, dari aspek fungsi ekologis, sosial/budaya,
arsitektural, dan ekonomi. Secara ekologis Ruang Terbuka Hijau dapat
meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara, dan
menurunkan suhu kota tropis. Bentuk-bentuk Ruang Terbuka Hijau perkotaan
yang berfungsi ekologis antara lain seperti sabuk hijau kota, taman hutan kota,
taman botani, jalur sempadan sungai dan lain-lain. Secara sosial-budaya
keberadaan RTH dapat memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana
rekreasi, dan sebagai tetenger (landmark) kota yang berbudaya.
Bentuk RTH yang berfungsi sosial-budaya antara lain taman-taman kota,
lapangan olah raga, kebun raya, TPU, dan sebagainya. Ruang terbuka dengan
pepohonan memberikan suatu ruang yang dapat digunakan sebagai tempat
berolahraga dan berlatih untuk kebugaran tubuh, menyediakan tempat untuk

10

relaksasi dan berinteraksi dengan alam, dan mendorong masyarakat untuk
beraktivitas di luar rumah (McPherson,Simpson,Peper dan Xiao, 1999).
Dalam masalah perkotaan, RTH merupakan bagian atau salah satu subsistem dari sistem kota secara keseluruhan. RTH sengaja dibangun secara merata
di seluruh wilayah kota untuk memenuhi berbagai fungsi dasar yang secara umum
dibedakan, antara lain
1) fungsi bio-ekologis (fisik), yang memberi jaminan pengadaan RTH
menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota), pengatur iklim
mikro, agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung
lancar, sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia
habitat satwa, penyerap (pengolah) polutan media udara, air dan tanah,
serta penahan angin;
2) fungsi

sosial,

menggambarkan

ekonomi
ekspresi

(produktif)
budaya

dan

lokal,

budaya
RTH

yang

merupakan

mampu
media

komunikasi warga kota, tempat rekreasi, tempat pendidikan, dan
penelitian;
3) ekosistem perkotaan; produsen oksigen, tanaman berbunga, berbuah dan
berdaun indah, serta bisa mejadi bagian dari usaha pertanian, kehutanan,
dan lain-lain;
4) fungsi estetis, meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota
(mulai dari skala mikro sampai dengan skala makro). Menciptakan
suasana serasi, dan seimbang antara berbagai bangunan gedung,
infrastruktur jalan dengan pepohonan, hutan kota, taman kota, taman
pertanian kota, taman gedung, jalur hijau jalan, bantaran rel kereta api,
serta jalur biru bantaran kali.

Klasifikasi dan Bentuk Ruang Terbuka Hijau Kota
Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi
(a) bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung) dan (b) bentuk RTH
non alami atau RTH binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga,
pemakaman (Lokakarya RTH, 2005). Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya

11

diklasifikasi menjadi: (a) bentuk RTH kawasan (areal, non linear), dan (b) bentuk
RTH jalur (koridor, linear).
Jenis RTH menurut tipe penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya
diklasifikasi menjadi (a) RTH kawasan perdagangan, (b) RTH kawasan
perindustrian, (c) RTH kawasan permukiman, (d) RTH kawasan pertanian, dan (e)
RTH kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olah raga, alamiah.
Ditinjau dari sudut kepemilikan dan tanggung jawab, maka RTH dibagi ke dalam
dua jenis, yaitu
(1) RTH milik pribadi atau badan hukum, misal: halaman rumah tinggal,
perkantoran, tempat ibadah, sekolah atau kampus, hotel, rumah sakit, kawasan
perdagangan (pertokoan, rumah makan), kawasan industri, stasiun, bandara,
pelabuhan, dan lahan pertanian kota.
(2) RTH milik umum, yaitu lahan dengan tujuan penggunaan utamanya adalah
ditanami berbagai jenis tetumbuhan untuk memelihara fungsi lingkungan,
yang dikelola pemerintah daerah, dan dapat dipergunakan masyarakat umum,
seperti taman rekreasi, taman olahraga, taman kota, taman pemakaman umum,
jalur hijau jalan; bantaran rel kereta api, saluran umum tegangan ekstra tinggi
(SUTET), bantaran kali, serta hutan kota (HK) konservasi, HK wisata, HK
zona industri, HK antar-zona permukiman, HK tempat koleksi dan
penangkaran flora dan fauna.

Struktur Ruang Terbuka Hijau
Pola ruang terbuka hijau kota merupakan struktur yang ditentukan oleh
hubungan fungsional (ekologis, sosial, ekonomi, arsitektural) antar komponen
pembentuknya. Pola tersebut terdiri dari, (a) RTH struktural, dan (b) RTH non
struktural. Struktur dan pola ruang terbuka hijau kota tersaji pada Gambar 2.

12

Gambar 2 . Pola dan Bentuk RTH Perkotaan (Sumber : Lokakarya RTH,2005)

Ruang terbuka hijau (RTH) struktural merupakan pola ruang terbuka yang
dibangun oleh hubungan fungsional antar komponen pembentuknya yang
mempunyai pola hierarki planologis yang bersifat antroposentris.RTH tipe ini
didominasi oleh fungsi-fungsi non ekologis dengan struktur RTH binaan yang
berhierarkhi.RTH non struktural merupakan pola RTH yang dibangun oleh
hubungan fungsional antar komponen pem-bentuknya yang umumnya tidak
mengikuti pola hierarki planologis karena bersifat ekosentris.RTH tipe ini
memiliki fungsi ekologis yang sangat dominan dengan struktur RTH alami yang
tidak berhierarki.

Bahan Pencemar Udara
Karbon Monooksida (CO)
Karbon monooksida atau CO adalah suatu gas yang tak berwarna, tidak
berbau dan juga tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah
–192oC. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil
dengan udara, berupa gas buangan. Kota besar yang padat lalu lintasnya akan
banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi
dibandingkan dengan daerah pedesaan (Wardhana, 2004).Karbonmonooksida
(CO) yang terhisap oleh paru-paru dapat menghalangi masuknya oksigen yang

13

dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun
metabolis, ikut bereaksi secara metabolis dengan darah. Seperti halnya oksigen,
gas CO mudah bereaksi dengan hemoglobin.
Nitrogen oksida (NO x )
Nitrogen oksida atau disebut NO x karena oksidasi nitrogen mempunyai
dua macam bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO 2 dan gas NO. Sifatgas
NO 2 adalah berwarna dan berbau, sedangkan gas NO tidak berwarna dan tidak
berbau. Warna gas NO 2 adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat
hidung.
Kadar NO x di udara pada daerah perkotaan yang berpenduduk padat
lebih tinggi dibandingkan dengan daerah perdesaan yang berpenduduk sedikit.
Hal ini disebabkan karena berbagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan
manusia akan menambah kadar NO x di udara, seperti transportasi, generator
pembangkit listrik, pembuangan sampah dan lain-lain. Pencemaran gas NO x di
udara terutama berasal dari gas buangan hasil pembakaran yang keluar dari gas
buangan hasil pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listrik stasioner
atau mesin-mesin yang menggunakan bahan baker gas alam (Wardhana, 2004).

Sulfur Oksida (SO x )
Gas belerang oksida terdiri atas gas SO 2 dan gas SO 3 yang keduanya
mempunyai sifat berbeda. Gas SO 2 berbau tajam dan tidak mudah terbakar,
sedangkan gas SO 3 bersifat sangat reaktif. Gas SO 3 mudah bereaksi dengan uap
air yang ada di udara untuk membentuk asam sulfat. Asam sulfat ini sangat
reaktif, mudah bereaksi (memakan) benda-benda lain yang mengakibatkan
kerusakan, seperti proses pengkaratan (korosi) dan proses kimiawi lainnya.
Konsentrasi gas SO 2 di udara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia apabila
konsentrasinya mencapai antara 0,3-1 ppm (Wardhana, 2004).

Hidrokarbon (HC)
Hidrokarbon adalah pencemar udara yang dapat berupa gas, cairan
maupun padatan. Dinamakan hidrokarbon karena penyusun utamanya adalah

14

atom karbon dan atom hydrogen yang dapat terikat secara ikatan lurus (ikatan
rantai) atau terikat secara ikatan cincin (ikatan tetutup). Pada suhu kamar
umumnya hidrokarbon suku rendah (jumlah atom C sedikit) akan berbentuk gas,
Hidrokarbon suku menengah (jumlah atom C sedang) akan berbentuk padatan
(Wardhana, 2004).

Partikel
Partikel adalah pencemar udara yang dapat berada bersama-sama dengan
bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan secara murni atau
sempit sebagai bahan pencemar udara yang berbentuk padatan. Namun dalam
pengertian yang lebih luas, dalam kaitannya dengan masalah pencemaran
lingkungan, pencemar partikel dapat meliputi berbagai macam bentuk, mulai dari
bentuk yang sederhana sampai dengan bentuk yang rumit atau kompleks yang
kesemuanya merupakan bentuk pencemaran udara. Sumber pencemaran partikel
dapat berasal dari peristiwa alami dan dapat juga berasal dari ulah manusia dalam
rangka mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Pencemaran partikel yang
berasal dari alamadalah:
1) Debu tanah/pasir halus yang terbang terbawa oleh angina kencang.
2) Abu dan bahan-bahan vulkanik yang terlempat ke udara akibat letusan
gunung berapi.
3) Semburan uap air panas di sekitar daerah sumber panas bumi di
daerah pegunungan.
Partikel sebagai bahan pencemar udara yang mempunyai waktu hidup,
yaitu pada saat partikel masih melayang-layang sebagai pencemar di udara
sebelum jatuh ke bumi.Waktu hidup partikel berkisar antara beberapa detik
sampai beberapa bulan. Sedangkan kecepatan pengendapannya tergantung pada
ukuran partikel, massa jenis partikel serta arah dan kecepatan angin yang bertiup.

Volatile Organic Compound
Menurut Nowak (1995), pohon perkotaan memiliki empat cara untuk
meningkatkan kualitas lingkungan kota, yaitu menurunkan temperatur lingkungan
dan dampak iklim mikro lainya, mereduksi pencemaran udara, pemeliharaan

15

pohon dan emisi dari volatile organic compounds (VOC) dan efek energi terhadap
bangunan. Emisi VOC yang ditimbulkan oleh pepohonan berkontribusi terhadap
formasi ozon dan karbon monooksida. VOC memungkinkan untuk mereduksi
ozon pada beberapa kawasan perdesaan dengan konsentrasi nitrogen oksida
rendah di udara. Hal ini disebabkan karena emisi VOC terkait dengan suhu dan
secara umum pepohonan dapat mereduksi suhu udara (Cardelino, dan Chameides,
1990).
Peningkatan kanopi pepohonan dapat menurunkan emisi VOC dan pada
akhirnya dapat mempengaruhi konsentrasi ozon pada kawasan perkotaan.
Penggunaan dan pembakaran bahan bakar fosil pada beberapa peralatan
mendorong terjadinya emisi gas karbon dioksida (diperkirakan 0,7 kg/l bahan
bakar bensin termasuk emisi yang dihasilkan pada manufaktur) dan beberapa
bahan kimia lain, VOC, karbon monooksida, nitrogen oksida, sulfur oksida dan
particulate matter(Scott, Simpson dan McPherson, 1999).

Emisi Karbon Kendaraan Bermotor
Emisi gas Karbon Dioksida (CO 2 ), merupakan salah satu unsur pencemar
udara yang berpotensi tinggi di masa yang akan datang apabila tidak
ditindaklanjuti melalui perbaikan kapasitas ekosistem kota. Beberapa faktor yang
mempengaruhi serapan karbon neto oleh ekosistem terestrial adalah adanya alihguna lahan dan respon ekosistem daratan terhadap “pemupukan” CO 2 , deposisi
hara, variasi iklim dan adanya gangguan kebakaran hutan dan lain-lain (Kurniatun
dan Murdiyarso, 2007).
Rohman (2009) menyebutkan bahwa pohon bertindak sebagai pelaku
carbon sinks, sebatang pohon diprediksi mampu menyerap 7.500 gram
karbon.Nilai cadangan karbon mencerminkan dinamika karbon dari sistem
penggunaan lahan yang berbeda, yang nantinya digunakan untuk menghitung
time-averaged karbon di atas permukaan tanah pada masing-masing sistem.
Time-averaged karbon tergantung pada laju akumulasi karbon, karbon
maksimum dan minimum yang tersimpan dalam suatu sistem penggunaan
lahan,

waktu

untuk mencapai karbon maksimum dan waktu rotasi

(Rahayu,et.al.,2007).

16

Peningkatan konsentrasi gas Karbon dioksida (CO 2 ) dan beberapa gas
rumah kaca (Methane (CH 4 ), Chlorofluorocarbons, Nitrous Oxide (N 2 O),
danGround-LevelOzone (O 3 )) di udara terkait dengan peningkatan suhu udara
melalui penjeratan/penjebakan gelombang radiasi matahari di atmosfer. Suhu
udara di permukaan bumi secara global mengalami peningkatan berkisar antara
0.3°C - 0.6°C. Diprediksikan pada tahun 2100 terjadi peningkatan temperatur
udara seiring dengan meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK) antara 1°C
and 3.5°C (Hamburg,et.al., 1997). Melalui proses penyimpanan karbon seiring
dengan proses pertumbuhan pepohonan dapat bertindak selaku perosot karbon
dioksida (CO 2 ). Peningkatan jumlah pepohonan secara potensial memperlambat
akumulasi karbon di udara (Moulton dan Richards, 1990).
Hamburg,et.al (1997) menyebutkan bahwa peningkatan karbon monoksida
di udara dipicu oleh pembakaran bahan bakar fosil (80% - 85%) dan
deforestasi.Berdasarkan data tersebut, dapat dijelaskan bahwa konsentrasi emisi
karbon dari hasil pembakaran kendaraan bermotor bervariasi berdasarkan level
tingkat pelayanan jalan. Emisi kendaraan bermotor berbeda antara satu daerah
dengan daerah lainnya disebabkan oleh perbedaan disain jalan maupun kondisi
lalu lintas. Emisi kendaraan bermotor di jalan disebabkan oleh tiga faktor yaitu
volume total kendaraan bermotor; karakteristik kendaraan bermotor; kondisi
umum lalu lintas saat itu (Zongan,et.al., 2005). Pol