Gejala Klinis makalah RABIES kel 3

11

F. Gejala Klinis

Gejala klinis rabies diklasifikasikan menjadi tiga tahap yaitu prodomal, furious dan paralyticdumb. Gejala klinis yang ditimbulkan berbeda-beda baik pada manusia, anjing, sapi bahkan pada hewan liar lainnya. Gejala klinis tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : a Manusia Depkes 2000; Depkes 2004 : • Stadium Prodromal. Ketika virus mencapai CNS gejala klinis pertama yang dijumpai pada manusia yaitu gejala awal yang terjadi sewaktu virus menyerang susunan saraf pusat adalah perasaan gelisah, demam, malaise, mual, sakit kepala, gatal, merasa seperti terbakar, kedinginan, kondisi tubuh lemah dan rasa nyeri di tenggorokan selama beberapa hari. • Stadium Sensoris. Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap ransangan sensoris. • Stadium Eksitasi. Tonus otot-otot akan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala berupa eksitasi atau ketakutan berlebihan, rasa haus, ketakutan terhadap rangsangan cahaya, tiupan angin atau suara keras. Umumnya selalu merintih sebelum kesadaran hilang. Penderita menjadi bingung, gelisah, rasa tidak nyaman dan ketidak beraturan. Kebingungan menjadi semakin hebat dan berkembang menjadi argresif, halusinasi, dan selalu ketakutan. Tubuh gemetar atau kaku kejang. • Stadium Paralis. Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi. Kadang-kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang yang memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernafasan. b Hewan • Anjing dan kucing o Rabies Ganas : tidak menuruti lagi perintah pemilik, air liur keluar berlebihan, hewan menjadi ganas, menyerang, atau menggit apa saja yang ditemui dan ekor dilekungkan kebawah perut diantara dua paha, 12 kejang-kejang kemudian lumpuh, biasanya mati setelah 4-7 hari sejak timbul atau paling lama 12 hari setelah gigitan. o Rabies Tenang : bersembunyi di tempat gelap dan sejuk, kejang-kejang berlangsung singkat bahkan sering tidak terlihat, kelumpuhan tidak mampu menelan, mulut terbuka dan air liur keluar, berlebihan, kematian terjadi dalam waktu singkat Disnak 2007 • Sapi, Simptom hampir sama dengan hewan lainnya tetapi fase ganas tidak umum terjadi. Kekejangan otot dan salivasi yang berlebihan sering terjadi. Lenguh sapi berubah dan suaranya menjadi parau. Terjadi konstipasi yang diikuti dengan diare dan prolapsus rectal. Hewan menjadi paralise dan kolaps, Gejala klinis biasanya nampak dalam waktu tujuh hari. • Kuda, gejala klinis hampir sama dengan hewan lainnya dengan adanya rasa sakit dan ketidaknyamanan pada bagian yang terinfeksi. Kuda cenderung memperlihatkan fase ganas dibandingkan pada sapi dengan tendangan yang ganas dan gigitan. Hewan akan mati dalm waktu dua sampai 6 hari setelah gejala klinis muncul. • Babi, Kambing dan Domba, gejala klinisnya mirip dengan gejala klinis yang terjadi pada sapi. • Hewan liar Beran dan Steele 1994 : o Serigala foxes, Hewan ini di yakini menjadi sangat peka sekali terhadap rabies dan mempunyai kepekaan yang tinggi pada keterpaparan melalui respirasi atau secara oral Beran dan Steele, 1994. Periode klinis sangat pendek. Pada tahap eksitasi hewan menggertak dan menyerang manusia, hewan atau kendaraan yang melewatinya. Pada tahap akhir hewan menjadi inkoordinasi dan kejang hingga akhirnya mati. o Skunk dan Racoons, Pada tahap ganas hewan dapat muncul pada daerah yang terbuka di siang hari, kehilangan ketakutannya pada manusia dan masuk dalam peternakan dan menyerang hewan dan manusia. Di akhir, hewan menjadi inkoordinasi, tidak dapat berjalan, frustasi dan mati. 13 o Insectivora dan Frugivorous Bats, pada kelelawar yang terinfeksi mempunyai masa inkubasi yang paling lama. Gejala klinis yang tampak terbang yang tidak menentu, atau terkulai di tanah sepanjang hari dan menyerang manusia. • Kelelawar penghisap darah Vampire bats, Kelelawar pemakan darah merupakan vector rabies paling penting pada kasus rabies di sapi yang berada di Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Gejala klinis yang diperoleh tidak dapat diuraikan dan berbeda-beda mulai dari yang tidak nampak sampai pada paralisis yang fatal. Pada fase paralisis terlihat tremor otot dan perubahan tingkah laku dan menyerang manusia dan hewan, terjadi paralisa pada satu atau kedua sayapnya, diikuti dengan paralisa pada kaki, leher dan dagu bagian bawah.

G. Diagnosa