MAKALAH PANCASILA DAN KEL 3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang masih memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sistem politik indonesia ini dengan tepat waktu.
Didalam makalah ini, saya akan membahas tentang demokrasi dalam sistim multi partai .
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas sistem politik Indonesia
dan sekaligus untuk menambah pemahaman dan pengetahuan kita mengenai sistem multipartai.
Kami hanya dapat berdoa, kiranya apa yang kami tulis disini dapat bermanfaat bagi kita
semua. kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan
membantu kami dalam mnyelesikan makalah ini.
kami sadar bahwa apa yang kami tulis masih sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
kritikan dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca sangat kami harapkan. Akhir
kata,kami mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dalam pembuatan makalah ini.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………

I

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………


II

BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………………

1

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………......

1

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………..

1

1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………………………....

1

1.4 Metode Penulisan …………………………………………………………...


1

BAB II. PEMBAHASAN …………………………………………………………

2

1.1 Pengertian Sistem Multi Partai ……………………………………………....

2

1.2 Sistem Multi Partai di Indonesia …………………………………………......

2

1.3 Kelebihan Dan kekurangan Sistem Multi Partai ……………………………...

4

1.4 Kritik terhadap Sistem Multipartai …………………………………………..


5

BAB III. PENUTUP ………………………………………………………………

6

KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………………..

7

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

8

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Berkembangnya aspirasi-aspirasi politik baru dalam suatu masyarakat disertai dengan
kebutuhan terhadap partisipasi politik, dengan sendirinya menuntut pelembagaan sejumlah

saluran baru, diantaranya melalui pembentukan partai politik baru. Dimana Partai politik berguna
sebagai jembatan penghubung antara pemerintah dan rakyat yang dipercaya untuk menampung
aspirasi serta mengamalkan amanat rakyat demi mencapai tujuan bangsa.
Tetapi pengalaman di beberapa negara menunjukkan pembentukan partai baru
tidak akan banyak bermanfaat, kalau sistem kepartaiannya sendiri tidak ikut diperbaharui.
Sistem banyak partai merupakan salah satu produk dari struktur masyarakat yang
majemuk. Misalnya Indonesia penganut paham demokrasi dimana Pemerintah yang berada di
tangan rakyat, mayoritas keputusan suatu negara dipengaruhi oleh suara warga negaranya
sendiri. Mengingat warga negara yang jumlahnya banyak dan mustahil untuk mempunyai satu
putusan yang sama.
Indonesia menganut multipartai dimana setiap golongan dalam masyarakat cenderung
memelihara keterikatan dengan asal-usul budayanya dan memperjuangkan kepentingan melalui
wadah politik tersendiri. (Surbakti 2010: 161). Dari definisi di atas sekilas bahwa sistem
multipartai memang sesuai dengan kondisi sosial di Indonesia. Namun ada baiknya jika kita
menelaah lebih dalam.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari sistem multi partai?
B. Bagaimana Sistem MultiPartai di Indonesia?
C. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari sistem multipartai?
1.3 TUJUAN PENULISAN

A. Untuk memenuhi kewajiban dalam menyelesaikan tugas sistem politik Indonesia.
B. Diharapkan makalah ini dapat memberikan pelajaran mengenai realita sistem multipartai.
1.4 METODE PENULISAN
Makalah ini dibuat dengan menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan
bahan dari buku dan internet.

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 PENGERTIAN SISTEM MULTI PARTAI
Suatu sistem dikatakan menganut multipartai,apabila di dalam wilayah Negara tersebut
terdapat lebih dari dua partai yang diakui secara konstitusional. Contoh Negara yang menganut
sistem multipartai, antara lain Indonesia,Filipina,jepang,Malaysia,Belanda dan Prancis.
Sistem multi partai adalah salah satu varian dari beberapa sistem kepartaian yang
berkembang di dunia modern saat ini. Kata kunci dari sistem multipartai tersebut adalah jumlah
partai politik yang tumbuh atau eksis yang mengikuti kompetisi mendapatkan kekuasaan melalui
pemilu, lebih dari dua partai politik.
Umumnya sistem ini dianggap cara paling efektif dalam merepresentasikan keinginan
rakyat yang beranekaragam ras, agama, atau suku. Dan lebih cocok dengan pluralitas budaya dan
politik di banding dwi partai. Sistem ini dalam kepemerintahan parlementer cenderung

menitikberatkan kekuasaan pada badan legislatif, hingga badan eksekutif sering berperan lemah
dan ragu-ragu. Sebab tidak ada satu partai yang cukup kuat untuk menduduki kepemerintahan
sendiri hingga memaksa untuk berkoalisi..

1.2 SISTEM MULTIPARTAI DI INDONESIA
Kemerdekaan berserikat, berkumpul, serta mengeluarkan pikiran dan pendapat merupakan
hak asasi manusia yang diakui dan dijamin oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang terdapat pada pasal 28.
Memperkukuh kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat
merupakan bagian dari upaya untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang kuat dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, serta
demokratis dan berdasarkan hukum.
asas tersebut terwujud dalam institusi partai politik. Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008
tentang Partai Politik mendefinisikan bahwa Partai Politik adalah organisasi yang bersifat
nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar
kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik
anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa partai politik itu pada pokoknya memiliki kedudukan

dan peranan yang sentral dan penting dalam setiap sistem demokrasi.
Salah satu hasil reformasi yang terpenting adalah dibukanya kebebasan berpendapat dan
berkumpul yang ditandai dengan banyaknya partai (multi partai) dengan berbagai asas dan ciri.
Undang-undang kepartaian telah membolehkan berdirinya partai dengan berbagai asas dan ciri

dengan tetap harus mengakui satu-satunya asas negara, yakni Pancasila. Partai-partai baru pun
bermunculan dan dideklarasikan bahkan tampil dalam berbagai kesempatan untuk
mempropagandakan "ide-ide" dan "program-program mereka". Ratusan partai telah berdiri dan
berusaha mendaftarkan diri ke Departemen kehakiman untuk mendapatkan pengesahan. Tak
ketinggalan media massa sebagai "alat pengarah dan penggiring massa" mengikuti gejala
pluralitas partai itu pun dengan masing-masing menekankan dan menonjolkan partai atau tokoh
partai yang cenderung didukungnya.
Partai-partai yang begitu banyak dan masing-masing memiliki kepentingan sendiri
Namun yang jelas, target partai-partai yang ada, apapun asas ciri dan warna partai itu, termasuk
dalam hal ini partai-partai yang mengaku berasaskan Islam atau berbasis umat Islam, jelas adalah
mendapatkan suara dan kekuasaan dalam pemilu mendatang untuk nantinya menyusun
pemerintahan yang mendapatkan legitimasi. Partai apapun yang menang, sekalipun asas dan
cirinya mengarah kekiri-kirian, partai itu akan dianggap layak memerintah. Sekalipun partai itu
adalah partai yang menyerukan kepada ide-ide sekularisme dan gaya hidup kebebasan, jika
mendapat suara terbanyak, pemerintahan partai itu harus ditaati. Itulah realitas multipartai yang

ada dalam sistem demokrasi.
Dalam sejarah pemilu di Indonesia, sistem multipartai telah berlangsung sejak pemilu
pertama ada tahun 1955 dengan jumlah 178 peserta termasuk calon perorangan, Pemilu 1971
diikuti 10 Parpol, Pemilu 1999 diikuti oleh 48 Parpol, dan Pemilu 2004 diikuti oleh 24 parpol.
Sementara pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997 hanya diikuti 3 parpol. yaitu Partai
Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar), dan Partai Demokrasi Indonesia
(PDI). Ketiganya merupakan hasil dari fusi (penggabungan) dari partai-partai yang menjadi
peserta pada Pemilu 1971. PPP adalah hasil fusi dari Partai NU, Parmusi, PSII, dan Perti.
Sedangkan PDI merupakan hasil penggabungan dari PNI, Parkindo, Partai Katolik, IPKI, dan
Murba. Pemilu di masa orde baru ini sering disebut dengan sistem multipartai sederhana.

Di masa transisi politik saat ini, nampaknya sistem multipartai masih akan menjadi idola
dan bertahan lama. Pasalnya, selain konstitusi menjamin kebebasan berserikat dan berkumpul,
para elit politik juga gemar menginstitusionaliosasikan dirinya kedalam bentuk parpol. Karena
partai politik merupakan kendaraan untuk sampai ke tampuk kekuasaan.
1.3 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SISTEM MULTI PARTAI
Semua sistem kepartaian pasti memiliki kelebihan dan kekurangan tak terkecuali sistem multi
partai. Sistem multi partai merupakan salah satu praktek demokrasi dimana sistem ini muncul
karena adanya kebebasan untuk bersuara dan mengeluarkan aspirasi dalam bentuk partai politik.
Kelebihan sistem multi partai ini adalah:

1. Demokrasi berjalan dengan baik
2. Aspirasi rakyat mampu menciptakan suatu partai
3. Rakyat bebas bersuara
4. Adanya oposisi antara partai satu dan yang lainnya

sedangkan kekurangannya antara lain adalah:

1. Menimbulkan persaingan tidak seha
2. Paling menjatuhkan antara partai satu dan yang lainnya.
3. Dapat menghambat kelancaran semua program kerja pemerintah.
4. Partai-partai politik dalam arti tidak sehat yang melakukan money politic (lobi-lobi) dan
memberikan uang
kepada rakyat agar memilih partai tersebut. Dari sini lah sifatsifat para pemerintah yang akan korupsi muncul.
5. Berujung pada permusuhan dan perpecahan di antara partai satu dan yang lainnya.
6. Pemerintah tidak fokus lagi terhadap rakyat, melainkan fokus bagaimana cara
mempertahankan kekuasaan.
7. Adanya konflik SARA.
8. Kekuatan Partai politik satu dengan yang lainnya tidak akan terlalu jauh, sehingga
muaranya akan kearah bagi-bagi kekuasaan.
9. Pemerintahan akan semakin Gemuk sebagai akibat dari banyaknya kepentingan partai

yang harus diakomodir dan sulit menempatkan orang yang "benar ditempat yang benar".
10. Biaya Politik yang sangat besar, karena adanya subsidi pemerintah kepada partai-partai.
Sebagai contoh ringan dalam pembuatan kartu suara, kalau partainya seperti sekarang ini,
kemungkinan kartu suara akan selebar Tabloid dibanding dengan sedikit partai. Dari sisi
ini saja sudah diboroskan keuangan Negara yang cukup besar.
11. Logika "lingkaran setan", semakin banyak partai semakin banyak pilihan. Semakin
banyak pilihan, akan semakin sulit memilih. Semakin sulit memilih semakin banyak yang
tidak memilih. Semakin banyak Golput, semakin mundur arti sebuah demokrasi. Jadi
Semakin Banyak Partai =Semakin Jelek Kualitas Demokrasi nya. Diakui atau tidak
logika ini, anda bisa lihat sendiri carut marut partai politik di Indonesia.
12. Banyak Uang yang di investasikan pada hal-hal yang "kurang produktiv" bagi masyarakat
banyak. Sebagi contoh ringan saja, anda boleh lihat, hitung dan analisa sendiri, berapa
rupiah yang dihamburkan hanya untuk membuat sticker, baliho, spanduk, bendera dan
iklan politik.

1.4 KRITIK TERHADAP SISTEM MULTIPARTAI
Mengingat letak dan geografi wilayah Indonesia, diperlukan suara kesatuan membangun
negeri ini untuk kesejahteraan seluruh rakyat dan kekuatan bangsa Indonesia. Bila tidak satu
suara, maka goncangan didalam negeri akan sangat mempengaruhi eksistensinya di mata dunia
umumnya dan khususnya dengan negara-negara tetangga.


Bagaimana pengaruh pecahnya suara didalam negeri dapat dilihat dengan kondisi sosial dan
politik yang terpecah-pecah atau terkotak-kotak terlebih karena dipengaruhi suku, ras dan agama
serta golongan. Pencermatan pada pengaruh tersebut sangat urgen karena secara langsung akan
mempengaruhi stabilitas ekonomi, politik, keuangan dan keamanan.
Kebebasan membuat partai politik bagi siapapun memberi dampak lahirnya parpol
primordial secara meluas karena tak ada batasan yang konseptual menjaga stabilitas keamanan,
ekonomi dan politik. Pada era reformasi ini sejak lengsernya zaman orba tahun 1998, kehadiran
parpol yang begitu banyak hampir didominasi parpol yang berlandaskan agama dan walaupun
pada saat menjelang pilpres 2014 mengaku sebagai parpol nasionalis. Namun sangat
disayangkan, telah tumbuh subur juga ormas-ormas yang bernafaskan agama tetapi tidak
nasionalis pluralis. Dan sudah menjadi rahasia politik, bahwa ormas tertentu akan membina
keberpihakan ke salah satu parpol atau parpol tersebut meraup suara dari ormas tertentu. Dan
dalam politik, hal itu masih dianggap wajar-wajar saja sepanjang tidak memaksakan paham
primordialisme atau perpecahan ditengah masyarakat.
Tinjauan berikutnya adalah kondisi politik setelah pileg dan pilpres tahun 2004 hingga pada
tahun 2009 dan saat ini. Berbagai suasana politik yang menelantarkan kepentingan rakyat banyak
membuat rakyat semakin tak percaya kepada parpol yang ada, karena parpol yang menduduki
senayan dan kekuasaan pemerintahan di negeri ini hanya mementingkan kemewahan jabatan dan
kursi yang diduduki dan semakin santernya korupsi anggaran serta kebijakan yang pro
kapitalisme. Padahal kekuatan negeri ini berawal dari kuatnya ekonomi rakyat mulai dari
pedesaan hingga ke kota. Belum lagi adanya lobi-lobi elit politik untuk menenggelamkan kasus
korupsi, musyawarah mufakat sulit didapat dan cenderung pertarungan suara antara parpol
pemegang kekuasaan dengan oposisinya. 9 Parpol yang ada di DPR memberikan suhu politik
yang tidak stabil, barter kebusukan parpolpun langgeng dipertontonkan sebagai usaha meredam
keterkaitan parponyal pada kasus korupsi.
Sampai kapan suhu politik yang tidak kondusif dan tidak berkualitas tersebut? Kata kunci yang
mewaikili kesatuan atau nasionalisme adalah dengan segera membentuk Dua Partai.
Dua Partai disamping hemat biaya, juga memberi pelajaran berpolitik lebih kondusif dan
berkualitas. Kiblat parpol tidak pada ke kekuasaan semata, tetapi lebih fokus menunjukkan
kualitas parpol dengan melihat kebijakan yang menaikkan kepercayaan rakyat. Bahwa parpol
yang hanya dua saja dapat lebih fokus membangun kesejahteraan rakyat, mekanisme politik di
perwakilan rakyat dapat lebih efisien dan efektif. Posisi Presiden sebagai kepala pemerintahan
dan kepala negara dapat lebih fokus diawasi oleh legislatif. Keseriusan mengentaskan
pengangguran dan kemiskinan bisa lebih kompetitif bagi kedua parpol, karena parameter
keberhasilan parpol diuji dari kekuatan parpol itu sendiri sebagai parpol yang besar. Lain dengan
Multi Partai, parpol kecil menjadi ladang suara bagi parpol yang kuat dan lobi-lobi yang ada
sarat dengan uang atau kepentingan kekuasaan.Dengan sangat cermat dan cerdas, kita harus
dapat menilai keberhasilan parpol dan bagaimana kita menjatuhkan pilihan diantara 2 yang
terbaik di negeri ini. Sehingga akan memberi pelajaran politik yang baik juga bagi kita semua.
Kita tidak lagi melihat kekuatan parpol dari uang yang dimiliki dan money politik, tetapi kita
dapat hidup dalam suasana politik yang sistematis, efektif dan efisien serta transfaran. Karena
secara tidak langsung parpol yang kalah sebagai opsisi akan mengontrol pemerintahan secara
ketat dan berkualitas.
Pengkaderan politisipun lebih mengarah kepada kualitas SDM dalam bersaing
menduduki kursi atau jabatan di negeri ini, eksplisit menunjukkan kompetensinya ditengah
bangsa dan negara ini. SDM yang diharapkan sebagai anak bangsa lahir dari persaingan yang

transfaran dan tidak seperti dalam Multi Partai dimana SDM yang ada dalam partai-partai yang
ada kebanyakan berasal dari latar belakang yang tidak potensial sebagai poltisi yang menjunjung
tinggi kesejahteraan rakyat dan hanya berusaha mendapatkan imbal balik yang dinilai dari
pengeluarannya selama bersaing memperoleh suara.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
Kehidupan berpolitik lahir dari aspirasi-aspirasi masyarakat dengan visi dan misi yang
telah mereka buat sesuai kesepakatan.
Kebebasan berpolitik adalah bagian dari Negara demokrasi yang membebaskan
rakyatnya untuk membuat partai, namun partai yang mereka buat harus memenuhi kreteria yang
di tentukan Negara.
Salah satu hasil reformasi yang terpenting adalah dibukanya kebebasan berpendapat dan
berkumpul yang ditandai dengan banyaknya partai (multi partai) dengan berbagai asas dan ciri.
Suatu sistem dikatakan menganut multipartai,apabila di dalam wilayah Negara tersebut
terdapat lebih dari dua partai yang diakui secara konstitusional. Contoh Negara yang menganut
sistem multipartai, antara lain Indonesia,Filipina,jepang,Malaysia,Belanda dan Prancis.
Sebenarnya sistem multipartai dianggap cara paling efektif dalam merepresentasikan
keinginan rakyat yang beranekaragam ras, agama, atau suku. Dan lebih cocok dengan pluralitas
budaya dan politik di banding dwi partai. Namun pada kenyataannya dampak dari sistem
multipartai tersebut menjadi lebih banyak yang negatif dari pada yang positif dimana dari sistem
ini jadi muncul banyak konflik yang tidak diinginkan misalnya: Saling menjatuhkan antara partai
satu dan yang lainnya, Banyaknya partai-partai politik dalam arti tidak sehat yang melakukan
money politic (lobi-lobi) dan memberikan uang kepada rakyat agar memilih partai tersebut. Dari
sini lah sifat-sifat para pemerintah yang akan korupsi muncul, pemerintah tidak fokus lagi
terhadap rakyat, melainkan fokus bagaimana cara mempertahankan kekuasaan,adanya konflik
dan masih banyak lagi.
Menurut kami sebaiknya Indonesia menggunakan sistem dwi partai. Seperti yang dianut
oleh Negara amerika yang terdiri dari dua partai yaitu demokrat dan republik, itu sebabnya
sistem pemerintahan di Amerika lebih terarah dan rakyatnya sejahtera.
Sebab dengan menganut sistem dwi partai maka pemerintah lebih fokus terhadap rakyat,adanya
kontrol pemerintah,mekanisme politik perwakilan rakyat lebih efektif dan efisien serta lebih
transparansi.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.yayasankorpribali.org/artikel-dan-berita/56-fenomena-multi-partai-dan-kerawanankonflik-lintas-agama-menjelang-pemilu-tahun-2009.html
http://politik.kompasiana.com/2012/06/01/multi-partai-bukan-landasan-politik-bangsa-indonesia/
http://zaymuttaqin.wordpress.com/2009/08/20/penerapan-sistem-multipartai-dalam-kerangkanegara-demokrasi-studi-perbandingan-sistem-kepartaian-di-republik-indonesiahttp://www.djpp.depkumham.go.id/htn-dan-puu/438-sistem-multi-partai-presidensial-danpersoalan-efektivitas-pemerintah.html
Mainwaring, Scott, Presidensialism, Multy Party Systems, and Democracy : The Difficult Equation , Working Paper
144 – September 1990.
Mellaz, August, Keserentakan Pemilu dan Penyederhanaan Kepartaian, Position Paper yang tidak dipublikasikan
NIMD, Buku Pegangan Pengembangan Institusional : Suatu Kerangka Kerja Pengembangan Partai Politik yang
Demokratis, NIMD, Den Haag, 2006
Amal,Ichlasul. “Teori-Teori Mutakhir Partai Politik”.PT Tiara Wacana,Yogyakarta. 1996