Peraturan Menperindag No. 153 Tahun 2001 tentang Penerapan SNI Wajib Tepung Terigu

Tujuan SNI Pasal 3. PP No. 102 Tahun 2000 adalah : 1. Meningkatkan perlindungan konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja dan masyarakat lainnya untuk keelamatan, keamanan, kesehatan mupun pelestarian fungsi lingkungan hidup. 2. Membantu kelancaran perdagangan. 3. Mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan. Pelaksanaan SNI berdasarkan PP No. 102 Tahun 2000, Pasal 12 bersifat sukarela. Wewenang SNI bersifat sukarela atau wajib dapat ditentukan oleh instansi teknis berikut peraturan pendukungnya Pasal 12, Ayat 2 dan 3. Pengawasan SNI dilakukan oleh Instansi Teknis Terkait Pasal 23. Definisi instansi terkait adalah Kantor Menteri Negara, Departemen atau Lembaga Pemerintah Non Departemen yang salah satu kegiatannya adalah melakukan standarisasi Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2002 tentang SNI karena bersifat sukarela, maka seluruh produk yang ada di Indonesia termasuk tepung terigu tidak wajib sesuai dengan ketentuan pemerintah. Sisi positif dari status sukarela adalah produsen tidak memiliki waktu untuk menyesuaikan dengan ketentuan standar nasional. Namun status SNI sukarela memiliki sisi negatif, apabila produk yang tidak terstandarisasi tersebut mengandung zat-zat yang dapat membahayakan keselamatan konsumen. Standar Nasional Indonesia SNI Wajib Tepung Terigu SNI 01-3751- 2000 disusun dalam rangka membantu program pemerintah dalam meningkatkan gizi masyarakat, yaitu dengan menambahkan zat besi, seng, vitamin B1, B2 dan asam folat. Zat besi dan seng yang selama ini dianggap sebagai kontaminan sekarang menjadi fortifikan dalam dosis tertentu. SNI Wajib Tepung Terigu selain melindungi konsumen juga melindungi produsen, serta mendukung perkembangan industri hasil pertanian. SNI Wajib Tepung Terigu sebagai bahan makanan disusun diantaranya oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

F. Peraturan Menperindag No. 153 Tahun 2001 tentang Penerapan SNI Wajib Tepung Terigu

Neagra dan pengusaha..., Muhammad Findi Alexandi, FISIP UI, 2008. Peraturan Menperindag No. 153 Tahun 2001 tentang Penrapan Secara Wajib SNI Tepung Terigu sebagai bahan makanan, disusun dalam rangka membantu program pemerintah dalam meningkatkan gizi masyarakat, yaitu dengan menambahkan zat besi, seng, vitamin B1, B2 dan asam folat. Zat besi dan seng yang selama ini dianggap sebagai kontaminan, sekarang menjadi fortifikan dalam dosis tertentu. Standar ini selain melindungi konsumen, juga melindungi produsen, serta mendukung perkembangan industri hasil pertanian. Standar ini telah dibahas melalui rapat-rapat teknis, prakonsensus di Balai Besar Industri Hasil Pertanian BBIHP Bogor, dan terakhir dibahas dalam rapat konsensus nasional di Jakarta pada tanggal 2 Pebruari 2000. Hadir dalam rapat tersebut wakil-wakil dari produsen, konsumen, LIPI, ahli gizi, perwakilan UNICEF Jakarta, Pustan, Ditjend IKAHH Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Depperindag dan instansi terkait lainnya. SNI tepung terigu sebagai bahan makanan disusun oleh BBIHP dan Deperindag. Penerapan Secara Wajib SNI Tepung Terigu sebagai bahan makanan ditetapkan berdasarkan Peraturan Menperindag No. 153 Tahun 2001. Kewajiban mempunyai sertifikat produk penggunaan tanda SNI diperuntukan bagi setiap produk tepung terigu dalam negeri maupun tepung terigu impor. Lembaga yang terkait dalam penerapan secara wajib SNI tepung terigu adalah Direktorat Jenderal IKAHH Depperindag dan Pusat Standarisasi sebagai Pembina dan Pengawas. Kemudian pemerintah merevisi Peraturan Menperindag No. 153 Tahun 2001 dengan Peraturan Menperindag No. 323 Tahun 2001 tentang Penerapan Secara Wajib SNI Tepung Terigu mulai tanggal 2 Pebruari 2002. Untuk memudahkan petunjuk pelaksana, teknis turun Peraturan Dirjen IKAHH No. 03 Tahun 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan SNI Tepung Terigu sebagai bahan pangan, yang telah diverifikasi oleh Laboratorium lokal yang diakui pemerintah setempat. Setelah Peraturan Menperindag mengalami beberapa kali revisi, Peraturan Menkes No. 962 Tahun 2003 tentang kewajiban pendaftaran produk Neagra dan pengusaha..., Muhammad Findi Alexandi, FISIP UI, 2008. tepung terigu ke Depkes ikut memperkuat payung hukum SNI tepung terigu di Indonesia. 39

G. Peraturan Menkes No. 962 Tahun 2003 tentang Fortifikasi Tepung Terigu