2. Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambngan sehingga terbentuk proses belajar mengajar yang utuh dan tidak rusak, perhatian anak didik dan proses belajar tidak
terganggu. 3. Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan direncanakan oleh guru.
6
D. Kearifan Penggunaan Variasi Mengajar
Beberapa langkah untuk mewujudkan kearifan tersebut di antaranya sebagai berikut: 1. Variasi pengajaran yang diselenggarakan harus menunjang dan dalam rangka
merealisasikan tujuan pembelajaran; 2. Penggunaan variasi mengajar harus lancar dan berkesinambungan tidak mengganggu
proses belajar mengajar, dan anak didik akan lebih memperhatikan berbagai proses pengajaran secara utuh;
3. Penggunaan variasi mengajar harus bersifat terstruktur, terencana dan sistematik; 4. Penggunaan variasi mengajar harus luwes tidak kaku sehingga kehadiran variasi itu
semakin mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar.
7
E. Manfaat Variasi Mengajar
Adapun manfaat variasi mengajar menurut Uzer Usman adalah: 1. Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar yang
relevan. 2. Untuk memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat ingin tahu dan ingin
menyelidiki siswa tentang hal-hal baru. 3. Untuk memupuk dan membentuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah
dengan berbagai gaya mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang baik. 4. Guna memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran
yang disenanginya.
8
F. Dimensi-dimensi Variasi Mengajar
Beberapa dimensi yang harus diperhatikan dalam variasi mengajar adalah sebagai berikut:
1. Variasi gaya mengajar
6 Zaenal Mustakim, op. cit., hlm. 225.
7 Pupuh Fahurrohman dan M. Sobry Sutikno, op. cit., hlm. 94.
8 Zaenal Mustakim, op. cit., hlm. 226.
Menurut Abu Ahmadi gaya mengajar adalah tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam melaksanakan proses pengajaran. Dalam literatur lain disebutkan gaya mengajar
adalah bentuk penampilan guru disaat mengajar, baik yang bersifat kurikuler maupun psikologis.
Adapun macam-macam gaya mengajar yakni: a. Gaya mengajar klasik
Pada gaya mengajar ini, guru menerapkan konsepsi sebagai satu-satunya sumber belajar dengan berbagai konsekuensi yang diterimanya.
b. Gaya mengajar teknologi Guru memberikan kesempatan kepada anak didiknya untuk mempelajari pengetahuan
yang sesuai dengan minatnya sehingga memberi manfaat pada diri siswa itu sendiri. c. Gaya mengajar personalisasi
Siswa harus dipandang sebagai seorang pribadi yang mempunyai potensi untuk dikembangkannya.
d. Gaya mengajar interaksional Guru dalam pengajaran interaksionis senantiasa mengedepankan dialogis dengan
siswanya sebagai bentuk interaksi yang dinamis. Adapun pendekatan-pendekatan gaya mengajar, antara lain:
a. Filosofis Dalam pendekatan ini, gaya mengajar guru hendaknya disadarkan pada nilai-nilai
kebenaran. Yaitu memandang peserta didik sebagai makhluk rasional yang mampu berpikir dan perlu dikembangkan. Pendekatan filosofis dapat diaplikasikan ketika guru mengajar
dengan berbagai gaya untuk mencari hakikat pengajarn yang dapat diterima siswa. b. Induksi
Merupakan pendekatan gaya mengajar dalam bentuk analisa secara ilmiah, dari hal-hal yang khusus untuk menentukan hukum-hukum atau kaidah yang bersifat umum.
c. Deduksi Pendekatan gaya mengajar dalam bentuk analisa ilmiah dari hal-hal umum ke hal-hal
yang bersifat khusus. d. Sosio-kultural
Pendekatan gaya mengajar yang berpandangan bahwa siswa adalah makhluk sosial dan berkebudayaan. Pendekatan ini sangat efektif dan efisien dalam membentuk sifat
keberagaman siswa. e. Fungsional
Pendekatan gaya mengajar guru dengan penekanan pada pemanfaatan materi ajar bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari.
f. Emosional Pendekatan gaya mengajar untuk menyentuh perasaan yang mengharuskan dengan
tujuan menggugah perasaan dan emosi siswa agar mampu mengetahui, memahami dan menerapkan materi pelajaran yang diperolehnya.
9
Dalam konteks variasi gaya mengajar, beberapa hal perlu diperhatikan guru, sebagai berikut:
a. Variasi Suara Suara guru dapat bervariasi dalam intonasi , nada, volume dan kecepatan. Guru dapat
mendramatisir suatu peristiwa, menunjukkan hal – hal yang dianggap penting.
10
b. Penekanan Focusing Penekanan dilakukan kepada beberapa peristiwa atau kata kunci dalam materi pelajaran
yang tengah disampaikan agar siswa memahami aspek-aspek yang terpenting dari materi pelajaran yang diterimanya.
c. Pemberian waktu Setelah guru menyampaikan materi pelajaran, siswa perlu diberi waktu untuk menelaah
kembali atau mengorganisasikan pertanyaan. d. Kontak pandang
Guru hendaklah berbagi pandangan kepada seluruh siswa. Bagi pandangan ini penting agar siswa merasa diperhatikan dan tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengobrol atau gaduh. e. Gerakan anggota badan
Guru perlu bergerak secara leluasa seperti mengelilingi siswa atau bergerak di depan kelas. Begitu juga gerakan kepala ke berbagai arah perlu dilakukan. Gerakan ini penting agar
siswa merasakan kehadiran guru dalam setiap dirinya, seluruh ruang dan waktu. f. Pindah posisi
Perpindahan posisi bermanfaat bagi guru itu sendiri agar tidak jenuh, juga agar perhatian siswa tidak monoton.
2. Variasi bahan ajar, media dan metode a. Variasi bahan ajar
9 Zaenal Mustakim, op. cit., hlm. 229-236.
10
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op. cit., hlm. 188.
Variasi bahan ajar adalah guru dalam proses belajar mengajar tidak hanya mengajarkan materi-materi pokok saja tetapi harus diselingi divariasikan dengan materi-materi
penunjang. b. Variasi Media
Ada tiga komponen dalam variasi media, yaitu sebagai berikiut: 1 Variasi media pandang
Alat pandang yang dapat digunakan sebagai media pengajaran diantaranya; buku, majalah, globe, peta, film, TV, dan lainnya. Media berguna untuk:
a Membantu pemahaman konsep yang abstrak kepada penjelasan yang konkret. b Agar anak didik memiliki perhatian optimal terhadap materi pelajaran.
c Membantu penumbuhan watak kreatif dan mandiri siswa. d Mengembangkan cara berpikir siswa yang konsisten dan berkesinambungan.
e Memberikan pengalaman baru dan unik. f Mendorong atau memberi motivasi siswa.
g Menambah frekuensi kerja, lebih dalam, dan variasi belajar.
11
2 Variasi media dengar Guru yang hanya mengandalkan suara saja tampaknya tidak cukup bagi proses belajar
anak didik. Karena itu, diperlukan media lainnya yang memungkinkan anak lebih berkonsentrasi dan merasa ada pengalaman baru terhadap suara itu.
3 Variasi media taktil Penggunaan ini pada dasarnya merangsang siswa untuk kreatif. Umpamanya, guru
memperlihatkan dan menjelaskan tentang peta pulau jawa, setelah itu siswa disuruh untuk menggambarkan peta tersebut. Cara ini akan memudahkan siswa untuk mengingat pulau atau
nama-nama kota, sungai, pasar dan lainnya yang terdapat dalam pulau tersebut.
12
c. Variasi metode Variasi metode yakni guru dalam proses belajar mengajar tidak terpaku pada satu metode
atau bisa memvariasiakan penggunaan berbagai metode dengan tujuan agar anak didik tidak merasa jenuh atau bosan sehingga proses pembelajaran.
13
3. Variasi interaksi Variasi dalam pola interaksi yang lazim dilakukan guru ada dua hal:
11
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op. cit., hlm. 191.
12
Pupuh Fahurrohman dan M. Sobry Sutikno, op. cit., hlm. 96-97.
13 Zaenal Mustakim, op. cit., hlm. 247-249
a. Siswa belajar atau melakukan aktifitas lainnya dalam ruang lingkup pembelajaran secara bebas tanpa campur tangan dari guru;
b. Siswa hanya mendengarkan secara pasif sedangkan guru berbicara secara aktif sehingga seluruh proses belajar mengajar didominasi guru.
14
G. Variasi Mengajar pada Model-model Belajar