Menilai Harga Wajar Saham

5. Menilai Harga Wajar Saham

Untuk menentukan harga wajar saham, caranya sangat mudah karena poin-poin yang harus diperhatikan hanya sedikit, meski untuk lebih akuratnya dibutuhkan pengalaman yang cukup. Berikut adalah analisis harga saham dari LK UNVR diatas: Tabel 3 Current Price Rp 17,150 Mkt Cap billion Rp 130,855 Mkt CapAssets X 13.4 Annualized PER X 37.0 PBV X 43.3 Cara membaca tabel 3 diatas adalah kebalikan dari cara membaca tabel 2: semakin besar angkanya, semakin mahal sahamnya. Berikut penjelasannya: Kapitalisasi pasar alias market capitalization, biasa disingkat Mkt Cap, adalah harga perusahaan di pasar modal. Cara ngitungnya, harga saham dikali jumlah saham. Karena ketika e-book ini ditulis harga UNVR berada di posisi 17,150, maka pada contoh ini, angka Rp 130.9 trilyun diatas diperoleh dari Rp 17,150 x 7,630 juta lembar saham = Rp 130.9 trilyun. Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa jika seseorang ingin mengakuisisi 100 saham UNVR, maka orang tersebut harus merogoh kocek hingga Rp 130.9 trilyun. Mkt Cap sebesar Rp 130.9 trilyun tersebut adalah 13.4 kali aset dari UNVR sendiri, yang cuma Rp 9.8 trilyun, dan 43.3 kali ekuitasnya, yang cuma Rp 3.2 trilyun perhatikan poin PBV. PBV adalah singkatan dari Price to Book Value, alias nilai saham dibanding nilai buku. Anda tidak perlu pusing dengan istilah ini, karena rumusnya sederhana: market cap dibagi ekuitas, itu saja. Melihat PBV UNVR yang mencapai 43.3 kali, apa itu artinya? Artinya saham UNVR pada harga 17,150 terbilang sangat mahal, karena rata-rata PBV di BEI hanya di kisaran 2 – 3 kali. Tapi mengingat kinerja UNVR yang sangat solid selama bertahun- tahun dan terus berlanjut hingga 1H10 kemarin, maka dari sisi kinerjanya, harga 17,150 tersebut dapat dikatakan masih wajar, meski tentunya tidak bisa dikatakan murah. Annualized PER adalah Price to Earning Ratio yang sudah disetahunkan. PER adalah harga saham dibandingkan dengan laba bersih yang diperoleh perusahaan per lembar sahamnya. Rumusnya, harga saham dibagi EPS Earning Per Share. Angka 37.0 kali diatas diperoleh dari Rp 17,150 : Rp 232 x 2 = 37.0 kali. Kenapa EPS-nya dikali dua? Baca lagi penjelasan diatas soal Annualized atau ‘disetahunkan’. Seperti PBV, PER 37.0 kali tersebut juga menunjukkan bahwa harga saham UNVR di posisi 17,150 terbilang mahal, karena rata-rata PER di BEI hanya 4 – 8 kali dalam kondisi IHSG bearish turun melulu, 8 – 15 kali dalam kondisi IHSG normal, dan 15 – 25 kali dalam kondisi IHSG bullish naik melulu. Namun sekali lagi, karena UNVR kinerjanya sangat baik, maka PER yang terbilang tinggi tersebut masih bisa disebut wajar. 10 Ketika anda sudah menemukan angka PER dan PBV sebuah saham, dan sudah membandingkannya dengan kinerja perusahaannya, maka itu belum menghasilkan kesimpulan yang lengkap. Anda masih harus membandingkannya dengan saham perusahaan lain di sektor yang sama, atau perusahaan dengan ukuran setara. Contohnya jika ingin menilai harga wajar ADRO, maka anda harus membandingkannya dengan BUMI, PTBA, ITMG, BRAU, dst. Simpel saja: jika PER atau PBV sebuah saham ternyata lebih kecil dari rata-rata PER dan PBV sektornya, maka saham tersebut bisa dikatakan masih murah. Tapi sekali lagi, lihat kinerjanya. Hati-hati pada saham yang PER dan PBV-nya kecil, sehingga bisa dikatakan murah, tapi begitu anda analisis kinerjanya ternyata berantakan. Di BEI bahkan terdapat cukup banyak saham yang sudah kinerjanya buruk, harga sahamnya mahal pula. Catatan: 1. Jika sebuah emiten melakukan penambahan jumlah saham yang beredar, misalnya dengan cara right issue, maka biasanya harga sahamnya akan turun, karena nilai market cap-nya akan menyesuaikan diri. Maka tak heran kalau menjelang right issue, biasanya harga sebuah saham akan dikerek terlebih dahulu, agar nanti ketika jatuh, sebenarnya itu tidak jatuh melainkan kembali ke posisi semula. 2. Di BEI, jarang ada saham yang PBV-nya dibawah 1.0 kali. Jika ada, maka itu berarti harga sahamnya murah sekali. Namun nilai PBV yang kecil tidak selalu bermakna harga sahamnya murah, tapi bisa juga karena nilai ekuitasnya yang besar. Oleh karena itu, jika menemukan saham dengan PBV kelewat kecil, maka coba cek ekuitasnya: apakah memang besar karena besarnya saldo laba atau bukan contohnya kaya UNSP diatas, PBV-nya jadi kecil karena ekuitasnya meningkat drastis, padahal peningkatan tersebut bukan berasal dari kinerja perusahaan. 3. Sebuah saham yang PER-nya tinggi namun PBV-nya kecil, bisa jadi karena labanya kecil sekali bisa ditunjukkan dari ROE-nya yang biasanya gak nyampe 10. Karena sebaiknya kita memilih perusahaan yang profitable menguntungkan, laba bersihnya besar, maka sebaiknya jangan memilih saham yang seperti itu. 4. Seperti yang sudah disebutkan diatas, rata-rata PBV di BEI adalah 2 – 3 kali, sementara rata-rata PER tergantung dari kondisi IHSG. Sekali lagi, untuk menentukan apakah harga sahamnya mahal atau tidak berdasarkan PER dan PBV, maka sebelumnya anda harus menilai apakah kinerja perusahaannya bagus atau tidak. 5. PER bisa bernilai minus, jika laba bersih perusahaan bernilai minus rugi. PBV juga bisa bernilai minus, jika ekuitas perusahaan bernilai minus defisiensi modal. Jika anda menemukan bahwa PER atau PBV sebuah saham bernilai negatif, apalagi dua-duanya, maka jangan beli saham tersebut. 6. Terkadang, sebuah saham memiliki PER yang rendah karena laba bersihnya besar, sehingga kita bisa katakan harga sahamnya murah. Tapi kok sahamnya ga naik-naik? Kalau begitu coba cek lagi: apakah laba bersih yang besar tersebut berasal dari aktivitas operasional perusahaan, ataukah berasal dari pendapatan-pendapatan yang aneh-aneh diluar operasional? Maka penting bagi kita untuk juga memperhatikan laba usaha selain laba bersih. 11 6. Bagaimana jika LK-nya dalam US Dollar, bukan Dalam Rupiah?