6. Bagaimana jika LK-nya dalam US Dollar, bukan Dalam Rupiah?
Jika sebuah emiten menyusun LK-nya dalam USD, misalnya LK-nya BUMI, maka sebelum menghitung PBV dan PER, ekuitas dan EPS yang tercantum di LK-nya
dibuat menjadi Rupiah dulu. Caranya? Ya tinggal dikali kurs Rupiah saja, katakanlah sekitar Rp 9,000 per dollar.
Misalnya, nilai ekuitas BUMI pada 1H10 adalah US 1.47 milyar. Setelah dikali Rp 9,000, maka hasilnya Rp 13.2 trilyun. Angka 13.2 trilyun inilah yang dibandingkan
dengan market cap, sehingga akan menghasilkan PBV. Demikian juga dengan PER. EPS dilusian BUMI pada 1H10 adalah US 6.94 per
1,000 lembar saham. Setelah dikali Rp 9,000, maka hasilnya Rp 62,460 per 1,000 lembar saham, alias Rp 62.5 per lembar saham. Angka Rp 62.5 inilah yang
dibandingkan dengan harga saham BUMI, sehingga akan menghasilkan PER.
7. Kelebihan Melakukan Analisis Sendiri
Tanpa perlu melakukan analisis pun, anda sebenarnya bisa membaca rekomendasi yang disajikan para analis sekuritas. Selain itu, rata-rata software untuk trading saham
juga sudah menyediakan data-data fundamental saham secara komplit, seperti PER, PBV, ROE, dan sebagainya. Namun, ada beberapa kelebihan jika anda melakukan
analisis sendiri dari sebuah LK: Pertama, anda bisa langsung melakukan analisis begitu sebuah emiten merilis LK
terbarunya di website BEI
www.idx.co.id , sehingga anda bisa langsung menentukan
keputusan untuk buy atau sell, sebelum sahamnya keburu naik atau turun duluan. Sementara update LK terbaru di software trading biasanya agak terlambat. Tidak
semua data dari LK terbaru langsung dengan seketika masuk ke software begitu LK tersebut dirilis.
Kedua, data-data fundamental yang disajikan software trading tidak selengkap jika anda menganalisis sendiri. Anda tidak akan menemukan data komponen beban non
operasional, komponen ekuitas dll di software, kecuali jika anda membaca sendiri LK-nya. Singkatnya, software tidak menyajikan analisis fundamental yang mendetail.
Ketiga, dalam menganalisis diperlukan pula intuisi dan pendapat dari anda pribadi dalam menyimpulkan apakah sebuah saham layak dikoleksi atau tidak. Analis
sekuritas dalam menyajikan analisisnya, juga sama seperti itu. Biasanya intuisi ini akan semakin tajam seiring bertambahnya pengalaman. Meski memang anda
sebaiknya mempertimbangkan pendapat dari orang lain sebelum anda mengambil keputusan, namun akan lebih baik lagi jika anda juga bisa menilai kinerja sebuah
emiten dan harga sahamnya berdasarkan intuisi anda sendiri. Dan keempat, tidak semua rekomendasi atau rumor yang anda baca benar-benar
murni rekomendasi. Beberapa malah cenderung merupakan pesanan dari pihak-pihak tertentu. Jadi misalnya anda membaca rekomendasi untuk membeli sebuah saham,
namun setelah anda analisis sendiri ternyata saham tersebut justru jelek, maka anda tidak akan terjebak.
12
8. Menganalisis Dalam Hitungan Menit?