189 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 11, November 2016 hlm 184-193 ISSN: 2302-2019
publik oleh
birokrasi pada
umumnya disebabkan oleh lemahnya Sumber Daya
Manusia. Kondisi inilah yang menyebabkan Implementasi
Kebijakan Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan PATEN di Kecamatan Palu Barat Kota Palu, belum
terlaksana secara maksimal.
Dengan demikian, tidaklah cukup hanya dengan jumlah pelaksana yang
memadai untuk
melaksanakan suatu
kebijakan. Para
implementator harus
memiliki keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
dalam hal pelayanan guna memenuhi standar pelayanan yang efisien. Kurangnya aparat
pelaksana yang terlatih dengan baik akan dapat menghambat pelaksana kebijakan-
kebijakan
yang menjangkau
banyak pembaruan.
Menurut penulis
untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan
kerja seseorang atau kelompok orang biasanya sasarannya adalah seseorang atau
kelompok orang yang sudah bekerja pada suatu organisasi atau instansi, dimana
efisiensi,
efektivitas dan
produktivitas kerjanya masih dirasakan perlu ditingkatkan
secara terarah dan programatik. Faktor lain yang turut melamahkan
Sumber Daya Manusia yang ada di Kecamatan Palu Barat Kota Palu adalah
adanya tradisi senioritas yang telah lama menduduki
jabatan. Menurut
penulis sesungguhnya
kebijakan
policy Implementation
itu dalam pengambilan kebijaksan
policy making
merupakan kegiatan yang luas dan kompleks. Kegiatan
ini tidaklah sekedar menerapkan ketentuan- ketentuan,
cara-cara dan
sarana yang
dicantumkan dalam program kebijakan, akan tetapi lebih dari itu juga bersangkut paut
dengan masalah sengketa
conflict
yang timbul, pengambilan keputusan
decision making
dan masalah apa yang akan diperoleh masyarakat
factual and ethical autocomes.
Untuk mengatasi masalah yang disebutkan di atas akan tergantung pada
bagaimana strategi, sumber-sumber atau sarana-sarana, serta kekuasaan yang dimiliki
oleh pejabat itu dalam kedudukannya masing-masing.
Hasil wawancara
peneliti menunjukkan bahwa kewenangan berkaitan
dengan uraian
tugas, fungsi,
dalam mengimplementasikan Kebijakan Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan PATEN di Kecamatan Palu Barat Kota Palu,
membutuhkan sumber daya yang memadai. Secara keseluruhan dari hasil wawancara
tentang Sumber Daya Manusia sebagai penentu
keberhasilan Implementasi
Kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan PATEN di Kecamatan Palu
Barat Kota Palu, dapat penulis simpulkan, bahwa : Sumber Daya Manusia yang ada di
Kecamatan Palu Barat Kota Palu masih perlu ditingkatkan kualitasnya karena tugas, fungsi
dalam hal pelayanan untuk memenuhi kepuasan masyarakat amat berat.
3. Disposisi
Faktor disposisi
kencenderungan merupakan faktor ketiga dalam menentukan
keberhasilan implementasi kebijakan, yang mempunyai
konsekuensi-konsekuensi penting bagi implementasi kebijakan yang
efektif. Sangat
boleh jadi
para pelaksanaimplementor
sangat antusias
terhadap suatu kebijakan, hal ini ditunjukkan dengan adanya dukungan dan pelaksanaan
implementasi kebijakan
sesuai yang
diinginkan, demikian pula sebaliknya jika para
pelaksanaimplementor kurang
mendukung suatu kebijakan, maka akan nampak dari sikap mereka terhadap kebijakan
yang hendak
diimplementasikan. Ada
beberapa alasan mengapa tujuan-tujuan suatu kebijakan ditolak oleh orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap implementasi kebijakan
tersebut, yakni
tujuan-tujuan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya
mungkin bertentangan dengan sistem nilai pribadi-pribadi para pelaksanaimplementor,
kesetiaan-kesetiaan
ekstra organisasi,
perasaan akan kepentingan diri sendiri atau
Leond Irawansah Effendi, Implementasi Kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu
…………………………………190
karena hubungan-hubungan yang ada dan yang
lebih disenangi.
Dampak dari
kecenderungan tersebut, menurut Edward III dalam
Tangkilisan 2003:11,
banyak kebijakan yang dilaksanakan secara efektif
karena mendapat dukungan dari para
pelaksanaimplementor kebijakan, namun kebijakan-kebijakan lain, mungkin akan
bertentangan secara
langsung dengan
pandangan-pandangan pelaksana kebijakan atau kepentingan-kepentingan pribadi atau
organisasi dari para pelaksanaimplementor.
Bagaimanapun juga, para pelaksana implementor
melakukan keleluasaannya,
sebagian besar
tergantung pada
kecenderungan mereka
terhadap suatu
kebijakan kemudian sikap mereka itu, akan dipengaruhi oleh pandangan terhadap suatu
kebijakan terhadap kepentingan-kepentingan organisasinya dan kepentingan-kepentingan
pribadinya. Aspek-aspek sebagaimana yang diuraikan terdahulu masih harus disaring
be filtered
lebih dahulu melalui persepsi dari para pelaksanaimplementor dalam batas
mana kebijakan itu dilaksanakan. Terdapat tiga
elemen respon
yang dapat
mempengaruhi kemampuan dan kemauannya untuk melaksanakan suatu kebijakan antara
lain
pertama,
pengetahuan
cognition
pemahaman dan pendalaman
comprehension and understanding
terhadap kebijakan.
Kedua,
arah respon
mereka apakah
menerima, netral atau menolak
acceptance, neutrality,
and rejection
dan
ketiga,
intensitas terhadap kebijakan. Pada penelitian ini, disposisi dilihat
sebagai pemahaman tentang maksud umum suatu standar dan tujuan kebijakan adalah
penting, karena bagaimana pun juga para pelaksanaimplementor yang melakukan
akan nampak kinerjanya dalam implementasi kebijakan yang berhasil dilaksanakan dengan
baik, bisa jadi gagal
frustrated
, ketika para pelaksanaimplementor
tidak sepenuhnya
menyadari terhadap standard dan tujuan kebijakan.
Arah kecenderungan
para pelaksanaimplementor terhadap standar dan
tujuan kebijakan juga merupakan hal yang krusial.
Aparat pelaksanaimplementor
mungkin bisa jadi gagal dalam melaksanakan kebijakan dikarenakan mereka menolak apa
yang menjadi tujuan dari suatu kebijakan. Sebaliknya penerimaan yang menyebar dan
mendalam terhadap standar dan tujuan kebijakan diantara mereka yang bertanggung
jawab
untuk melaksanakan
kebijakan tersebut, merupakan suatu potensi yang besar
penilaian kinerja
dalam implementasi
kebijakan. Disposisi Dalam pelaksanaan kebijakan atau program para implementor
kebijakan tentunya memiliki persepsi atau penilaian yang berbeda terhadap kebijakan
yang akan dilaksanakan Sikap mereka baik itu menerima ataupun menolak sangat
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik Jika penilaian
akan suatu kebijakan atau program berbeda antara pembuat kebijakan dengan pelaksana
kebijakan dan cenderung berlawanan arah maka otomatis kebijakan ataupun program
tersebut akan sulit untuk dilaksanakan Bahkan dengan adanya perbedaaan penilaian
yang begitu terlihat sangat jelas kemungkinan akan menciptakan keengganan dari para
pelaksana sehingga menghambat pelaksanaan kebijakan atau program.
Menurut peneliti Pada uraian yang menyangkut kecenderungan aparat pelaksana
di atas yang secara substansial berkaitan Implementasi
Kebijakan Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan untuk menunjang kerja para pegawai di Kantor
Kecamatan Palu Barat, maka dapat dikatakan bahwa
pada dasarnya
implementasi Kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan selama ini belum berjalan sesuai harapan sebagian besar masyarakat yang
berurusan di kantor camat palu barat yang di ukur dalam indikator disposisi.
4. Struktur Birokrasi