Analisis Persiapan Kebijakan “Paten” (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) Di Kota Padangsidimpuan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelayanan publik merupakan unsur yang penting dalam meningkatkan
kualitas hidup sosial di dalam masyarakat manapun(Saragih,2005). Dewasa ini
kualitas pelayanan menjadi bahasan yang penting dalam penyelenggaraan
pelayanan, termasuk padaorganisasi atau institusi pemerintah sebagai lembaga
penyedia pelayanan publik. Negara dan sistem pemerintahan menjadi tumpuan
pelayanan warga Negara dalam memperoleh jaminan atas hak-haknya karenanya
peningkatan kualitas pelayanan (quality of services) akan menjadi penting
(Prasojo, dkk,2006). Lembaga atau organisasi pemerintah semakin dituntut untuk
menciptakan kualitas pelayanan yang dapat mendorong dan meningkatkan
kegiatan ekonomi masyarakat.Pelayan (aparatur) pemerintahan harus lebih
proaktif dan cermat dalam mengantisipasi paradigma baru memasuki era global,
agar pelayanannya mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus bergerak
dinamis.
Secara umum pelayanan adalah sebuah usaha yang dilakukan kelompok
atau seseorang atau birokrasi untuk memberikan bantuan kepada masyarakat
dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu(Moenir,2010:7). Karena pelayanan
merupakan bagian yang penting dalam kehidupan masyarakat, maka pelaksana
kebijakan yang melayani masyarakat dituntut untuk mampu melaksanakan fungsi
pelayanan secara maksimal melalui penerapan sistem yang mampu diakses
seluruh lapisan masyarakat.
1
Dalam upaya meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, pasca
reformasi Indonesia menerapkan asas desentralisasi dengan pemberian otonomi
yang luas kepada daerah sampai pada tingkat kabupaten/kota. Tujuan dari
pemberian otonomi ini adalah untuk meningkatkan pelayanan serta memangkas
panjangnya rantai birokrasi yang selama ini dikeluhkan oleh masyarakat. Menurut
Rainer Rohdewohld, desentralisasi ditujukan agar daerah mampu memanfaatkan
dan menggali sumber-sumber atau potensi pembangunan daerah dalam rangka
mencapai efesiensi dan efektifitas pelayanan publik (Rohdewohld,1995:85).
Melalui otonomi daerah, efesiensi dan efektifitas pelayanan publik dapat
diwujudkan dengan dasar mempermudah akses masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat tersebut.
Dewasa
ini
kualitas
merupakan
bahasan
yang
penting
dalam
penyelenggaraan pelayanan, termasuk pada organisasi atau institusi pemerintah
sebagai lembaga penyedia pelayanan publik. Negara dan system pemerintahan
menjadi tumpuan pelayanan warga Negara dalam memperoleh jaminan atas hakhaknya karenanya peningkatan kualitas pelayanan (quality of services) akan
menjadi penting (Prasojo,dkk, 2006). Lembaga atau organisasi pemerintah
semakin dituntut untuk menciptakan kualitas pelayanan yang dapat mendorong
dan meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat. Sesuai dengan paradigma
Reinventing Government maupun Good Governance, pendelegasian sebagian
kewenangan pemerintahan dari bupati/walikota kepada camat harus dapat
memaksimalkan prinsip 4E, yakni efektivitas, efisiensi, equity/keadilan dan
ekonomis (Wasistiono,2005).
Munculnya UU No. 22/1999 dan 25/1999 yang disempurnakan dengan
UU No. 32/2004 dan 33/2004 mengenai Pemerintah Daerah merupakan jawaban
atas berbagai pertanyaan seputar rekonstruksi hubungan pusat-daerah. Produkproduk hukum tersebut menjadi suatu formulasi yang akan memberi warna baru
dalam upaya memperbaiki hubungan pusat daerah sebagaimana dijabarkan oleh
Pratikno (2003:42-45) antara lain:
1. Mengubah simbolisasi pada nama daerah otonom dengan dihapuskannya
istilah Daerah Tingkat (Dati) I dan II dan digantikan dengan istilah yang
lebih netral yakni propinsi, kabupaten dan kota. Hal ini juga untuk
menghindari citra bahwa Dati I lebih tinggi dan lebih berkuasa
dibandingkan Dati II.
2. Melepaskan intervensi yang kuat pada kabupaten dan kota, sehingga tidak
terjadi rangkap jabatan sebagai kepala daerah otonom (local self
government) dan kepala wilayah administratif (field administration).
3. Pemilihan bupati dan walikota secara mandiri dan jauh dari campur tangan
propinsi maupun pusat.
4. Mengenalkan Badan Perwakilan Desa sebagai lembaga perwakilan rakyat
di tingkat desa.
5. Memberikan keleluasaan kewenangan bidang pemerintahan kepada daerah
otonom selain politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, fiskal dan
moneter, agama serta ‘kewenangan bidang lain’.
6. Kewajiban bagi pemerintah pusat untuk memberikan alokasi anggaran
kepada daerah dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) yang besarnya
sekurangkurangnya 25 % dari penerimaan dalam negeri APBN.
7. Semangat pemerataan antar daerah melalui Dana Alokasi Umum (DAU),
Dana Alokasi Khusus (DAK) serta Dana Darurat yang besarnya sesuai
dengan kondisi keuangan tahunan.
Pada tingkat Kabupaten/kota, struktur pemerintahan yang menjadi
subordinasi
pemerintah
kabupaten/kota
adalah
pemerintahan
kecamatan.
Pemerintahan di tingkat kecamatan menjadi lebih dibutuhkan perannya sebagai
perpanjangan tangan pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik
kepada masyarakat. Dengan pelaksanaan otonomi daerah, dimana kewenangan
saat ini sudah banyak berada pada level pemerintah kabupaten/kota,
konsekuensinya dimana pemerintahan di tingkat kecamatan menjadi penting
sebagai pilar pelayanan kepada masyarakat.
Kecamatan menjadi lembaga yang strategis dalam mengelola dan
melayani kepentingan masyarakat. Kecamatan merupakan sebuah organisasi yang
hidup dan melayani kehidupan masyarakat. Dalam menjalankan tugas-tugas
pemerintahan perangkat kecamatan melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan
seperti penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan termasuk
didalamnya melaksanakan tugas pelayanan serta melaksanakan tugas yang
didelegasikan oleh bupati atau walikota.Camat mempunyai tugas pokok
melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh kepala
daerah.Urutan dalam tata kerja Kecamatan dan fungsi kecamatan sebagai berikut:
a. Pengkoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat.
b. Pengkoordinasian upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban
umum.
c. Pengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundangundangan.
d. Pengkoordinasian pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.
e. Pengkoordinasian penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat
kecamatan.
f. Pelaksanaan kegiatan pembinaan sosial kemasyarakatan
g. Pelaksanaan kegiatan pembinaan ekonomi, koperasi dan usaha kecil
Menengah
h. Pelaksanaan
tugas-tugas
pemerintahan
umum,
keagrariaan
dan
kependudukan.
i. Pelaksanaan kegiatan pembinaan pembangunan dan pengembangan
partisipasi masyarakat.
j. Pembinaan penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan.
k. Pengkoordinasian penyelenggaraan tugas instansi pemerintahan lainnya
yangberada di wilayahnya.
l. Pelaksanaan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya
dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau
kelurahan.
m. Pelaksanaan penyusunan program, pembinaan administrasi, ketatausahaan
dan rumah tangga kecamatan.
n. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala daerah sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Selain camat, sekretaris camat, ada bagian tata pemerintahan kecamatan
yang memiliki tugas untuk melakukan urusan pemerintahan dan pembinaan dan
pemerintahan desa/kelurahan, untuk menjalankan tugasnya, tata pemerintahan
berpedoman pada ketentuan yang ada, yakni sebagai berikut:
a. Pelaksanaan penyiapan bahan penyusunan rencana dan program
kegiatan bidang pemerintahan.
b. Penyusunan program, pembinaan, penyelenggaraan pemerintahan
desa/kelurahan.
c. Fasilitasi pelaksanaan tugas-tugas di bidang keagrariaan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu
Keluarga(KK).
e. Pelaksanaan upaya kelancaran pemasukan setiap pendapatan
daerah yang bersumber dari wilayah kerjanya.
f. Pelaksanaan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah dan
instansivertikal di bidang penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.
g. Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan dengan
satuan kerja perangkat daerah dan instansi vertikal di bidang
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.
h. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan kegiatan
pemerintahan desa/kelurahan di tingkat kecamatan.
i. Penyelenggaraan kegiatan pemerintahan desa/kelurahan di tingkat
kecamatan.
j. Penyusunan
program,
inventarisasi
desa/kelurahan.
penyelenggaraan,
sumber–sumber
pandapatan
pembinaan
dan
serta
kekayaan
k. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan, pemberian bimbingan,
supervisi,fasilitasi dan konsultasi pelaksanaan tertib administrasi
pemerintahan desa dan/atau kelurahan
l. Pembinaan dan pengawasan terhadap kepala desa dan/atau
kelurahan beserta perangkat desa dan/atau kelurahan.
m. Pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan tata pemerintahan desa
dan/atau kelurahan di tingkat kecamatan. dan
n. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh camat sesuai tugas dan
fungsinya.
Kecamatan merupakan line office dari pemerintah daerah yang berhadapan
langsung dengan masyarakat dan mempunyai tugas membina desa/kelurahan.
Kualitas pelayanan di kecamatan diharapkan akan menjadi lebih baik setelah
menjadi
perangkat
daerah
dibandingkan
pada
saat
sebagai
perangkat
dekonsentrasi yang pengaturannya sangat sentralistik. Sebab tujuan pemberian
otonomi daerah dan keberadaan daerah adalah untuk mensejahterakan masyarakat
melalui pemberdayaan dan penyediaan pelayanan publik secara efektif, efisien,
ekonomis dan demokratis (Suwandi,2002;4). Oleh karena itu, pemberian
kewenangan
pemerintahan
secara
penuh
kepada
daerah
kabupaten/kota
dimaksudkan karena daerah itu lebih dekat kepada masyarakat sebagai pihak yang
dilayani dan diberdayakan. Asumsinya semakin dekat jarak antara pelayan dan
yang dilayani maka pelayanan akan sesuai dengan harapan masyarakat. Apabila
pelayanan sesuai dengan harapan masyarakat maka diharapkan kualitas pelayanan
akan menjadi lebih baik. Dengan demikian pembentukan suatu perangkat daerah
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan apabila dihubungkan
dengan tujuan tersebut, maka perubahan apapun atas status kecamatan seharusnya
bertujuan untuk meningkatkan efektivitas organisasi kecamatan dalam pelayanan
publik.
Sesuai dengan dikeluarkannya peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4
Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan, maka
seluruh kabupaten/kota di Indonesia diwajibkan untuk melaksanakan keputusan
tersebut di tingkat pemerintahan kecamatan masing-masing. Namun sampai
dengan saat ini (2014) masih banyak pemerintah daerah yang belum menerapkan
kebijakan tersebut.
Beberapa kendala yang umum ditemui dalam penerapan tersebut adalah
minimnya sumber daya manusia, koordinasi yang masih belum padu antara
pemerintah kabupaten/kota dengan kecamatan, dan manajemen administrasi yang
masih belum tertata dengan rapi. Beberapa persoalan yang muncul tersebut
merupakan konsekuensi dari penerapan kebijakan Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan (PATEN) yang mendorong kecamatan untuk mampu
menjalankan fungsi pemerintahan lebih luas dan dan dengan kewenangan yang
lebih besar.Konsep PATEN secara substantif merupakan pendelegasian sebagian
kewenangan pemerintah daerah ke kecamatan yang diatur melalui peraturan
daerah setempat. Pendelegasian ini meliputi tugas secara substantif, administrasi
dan teknis. Selanjutnya kecamatan dituntut utnuk memiliki kriteria-kriteria khusus
dalam menjalankan fungsinya, misalnya dalam bidang administratif dijalankan
dengan adanya standar pelayanan administratif dan uraian tugas personil. Standar
pelayanan tersebut meliputi
a. jenis pelayanan;
b. persyaratan pelayanan;
c. proses/prosedur pelayanan;
d. pejabat yang bertanggungjawab terhadap pelayanan;
e. waktu pelayanan; dan
f. biaya pelayanan.
Dengan penerapan PATEN ini diharapkan pelayanan kepada masyarakat
dapat lebih dimaksimalkan dan semakin dekat dengan masyarakat. Dengan begitu
besarnya tanggung jawab yang berada di kecamatan, pemerintah daerah harus
melaksanakan beberapa persiapan-persiapan yang terukur dan terarah dalam
penerapan kebijakan tersebut.
Kota Padangsidimpuan merupakan salah satu Kota di wilayah Propinsi
Sumatera Utara yang saat ini sedang mengarahkan kebijakan pelayanan
masyarakat di tingkat kecamatan melalui program PATEN tersebut. Melalui
Peraturan Walikota (Perwal) Padangsidimpuan No 3 Tahun 2014, pemerintah
Kota Padangsidimpuan bermaksud untuk melaksanakan kebijakan PATEN secara
menyeluruh di seluruh kecamatan yang ada di Kota Padangsidimpuan.
Menyadari arti penting keberadaan pemerintah kecamatan sebagai ujung
tombak pelayanan, koordinasi, dan pengawasan terhadap berbagai kegiatan
pemerintahan dilingkungan kerjanya, serta mengacu pada berbagai fenomena
yang timbul akibat penerapan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, maka
penelitian ini dilakukan untuk melakukan analisis terhadap persiapan kebijakan
PATEN (pelayanan administrasi terpadu kecamatan) di Kota Padangsidimpuan
dengan melihat faktor apa saja yang menjadi pendukung maupun kendala dalam
penerapan serta efektivitas pelayanan publik di kecamatan.
1.2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan pada latar belakang yang dikemukan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Persiapan Kebijakan “PATEN”
(Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan?
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendorong maupun penghambat
dalam Persiapan Kebijakan “PATEN” (Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk
Mengetahui
Persiapan
Kebijakan
“PATEN”
(Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan.
2. Untuk Mengetahui Faktor-faktor apa saja saja yang menjadi pendorong
maupun
penghambat
Persiapan
Kebijakan
“PATEN”
Administrasi Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan.
(Pelayanan
1.4. Manfaat Penelitian
Pada penelitian ini, manfaat yang diharapkan mampu untuk dihasilkan
antara lain:
1. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat menambah khasanah
kepustakaan studi pembangunan, khususnya pada pembangunan aparatur
birokasi pemerintahan dan manajemen pembangunan pemerintahan daerah
di tingkat kecamatan.
2. Secara praktis diharapkan dapat menjelaskan
“PATEN”
Persiapan Kebijakan
(Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) di Kota
Padangsidimpuan.
3. Sebagai masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan dengan kajian
kebijakan publik dan studi pembangunan pemerintahan di tingkat
kecamatan.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelayanan publik merupakan unsur yang penting dalam meningkatkan
kualitas hidup sosial di dalam masyarakat manapun(Saragih,2005). Dewasa ini
kualitas pelayanan menjadi bahasan yang penting dalam penyelenggaraan
pelayanan, termasuk padaorganisasi atau institusi pemerintah sebagai lembaga
penyedia pelayanan publik. Negara dan sistem pemerintahan menjadi tumpuan
pelayanan warga Negara dalam memperoleh jaminan atas hak-haknya karenanya
peningkatan kualitas pelayanan (quality of services) akan menjadi penting
(Prasojo, dkk,2006). Lembaga atau organisasi pemerintah semakin dituntut untuk
menciptakan kualitas pelayanan yang dapat mendorong dan meningkatkan
kegiatan ekonomi masyarakat.Pelayan (aparatur) pemerintahan harus lebih
proaktif dan cermat dalam mengantisipasi paradigma baru memasuki era global,
agar pelayanannya mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus bergerak
dinamis.
Secara umum pelayanan adalah sebuah usaha yang dilakukan kelompok
atau seseorang atau birokrasi untuk memberikan bantuan kepada masyarakat
dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu(Moenir,2010:7). Karena pelayanan
merupakan bagian yang penting dalam kehidupan masyarakat, maka pelaksana
kebijakan yang melayani masyarakat dituntut untuk mampu melaksanakan fungsi
pelayanan secara maksimal melalui penerapan sistem yang mampu diakses
seluruh lapisan masyarakat.
1
Dalam upaya meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, pasca
reformasi Indonesia menerapkan asas desentralisasi dengan pemberian otonomi
yang luas kepada daerah sampai pada tingkat kabupaten/kota. Tujuan dari
pemberian otonomi ini adalah untuk meningkatkan pelayanan serta memangkas
panjangnya rantai birokrasi yang selama ini dikeluhkan oleh masyarakat. Menurut
Rainer Rohdewohld, desentralisasi ditujukan agar daerah mampu memanfaatkan
dan menggali sumber-sumber atau potensi pembangunan daerah dalam rangka
mencapai efesiensi dan efektifitas pelayanan publik (Rohdewohld,1995:85).
Melalui otonomi daerah, efesiensi dan efektifitas pelayanan publik dapat
diwujudkan dengan dasar mempermudah akses masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat tersebut.
Dewasa
ini
kualitas
merupakan
bahasan
yang
penting
dalam
penyelenggaraan pelayanan, termasuk pada organisasi atau institusi pemerintah
sebagai lembaga penyedia pelayanan publik. Negara dan system pemerintahan
menjadi tumpuan pelayanan warga Negara dalam memperoleh jaminan atas hakhaknya karenanya peningkatan kualitas pelayanan (quality of services) akan
menjadi penting (Prasojo,dkk, 2006). Lembaga atau organisasi pemerintah
semakin dituntut untuk menciptakan kualitas pelayanan yang dapat mendorong
dan meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat. Sesuai dengan paradigma
Reinventing Government maupun Good Governance, pendelegasian sebagian
kewenangan pemerintahan dari bupati/walikota kepada camat harus dapat
memaksimalkan prinsip 4E, yakni efektivitas, efisiensi, equity/keadilan dan
ekonomis (Wasistiono,2005).
Munculnya UU No. 22/1999 dan 25/1999 yang disempurnakan dengan
UU No. 32/2004 dan 33/2004 mengenai Pemerintah Daerah merupakan jawaban
atas berbagai pertanyaan seputar rekonstruksi hubungan pusat-daerah. Produkproduk hukum tersebut menjadi suatu formulasi yang akan memberi warna baru
dalam upaya memperbaiki hubungan pusat daerah sebagaimana dijabarkan oleh
Pratikno (2003:42-45) antara lain:
1. Mengubah simbolisasi pada nama daerah otonom dengan dihapuskannya
istilah Daerah Tingkat (Dati) I dan II dan digantikan dengan istilah yang
lebih netral yakni propinsi, kabupaten dan kota. Hal ini juga untuk
menghindari citra bahwa Dati I lebih tinggi dan lebih berkuasa
dibandingkan Dati II.
2. Melepaskan intervensi yang kuat pada kabupaten dan kota, sehingga tidak
terjadi rangkap jabatan sebagai kepala daerah otonom (local self
government) dan kepala wilayah administratif (field administration).
3. Pemilihan bupati dan walikota secara mandiri dan jauh dari campur tangan
propinsi maupun pusat.
4. Mengenalkan Badan Perwakilan Desa sebagai lembaga perwakilan rakyat
di tingkat desa.
5. Memberikan keleluasaan kewenangan bidang pemerintahan kepada daerah
otonom selain politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, fiskal dan
moneter, agama serta ‘kewenangan bidang lain’.
6. Kewajiban bagi pemerintah pusat untuk memberikan alokasi anggaran
kepada daerah dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) yang besarnya
sekurangkurangnya 25 % dari penerimaan dalam negeri APBN.
7. Semangat pemerataan antar daerah melalui Dana Alokasi Umum (DAU),
Dana Alokasi Khusus (DAK) serta Dana Darurat yang besarnya sesuai
dengan kondisi keuangan tahunan.
Pada tingkat Kabupaten/kota, struktur pemerintahan yang menjadi
subordinasi
pemerintah
kabupaten/kota
adalah
pemerintahan
kecamatan.
Pemerintahan di tingkat kecamatan menjadi lebih dibutuhkan perannya sebagai
perpanjangan tangan pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik
kepada masyarakat. Dengan pelaksanaan otonomi daerah, dimana kewenangan
saat ini sudah banyak berada pada level pemerintah kabupaten/kota,
konsekuensinya dimana pemerintahan di tingkat kecamatan menjadi penting
sebagai pilar pelayanan kepada masyarakat.
Kecamatan menjadi lembaga yang strategis dalam mengelola dan
melayani kepentingan masyarakat. Kecamatan merupakan sebuah organisasi yang
hidup dan melayani kehidupan masyarakat. Dalam menjalankan tugas-tugas
pemerintahan perangkat kecamatan melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan
seperti penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan termasuk
didalamnya melaksanakan tugas pelayanan serta melaksanakan tugas yang
didelegasikan oleh bupati atau walikota.Camat mempunyai tugas pokok
melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh kepala
daerah.Urutan dalam tata kerja Kecamatan dan fungsi kecamatan sebagai berikut:
a. Pengkoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat.
b. Pengkoordinasian upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban
umum.
c. Pengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundangundangan.
d. Pengkoordinasian pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.
e. Pengkoordinasian penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat
kecamatan.
f. Pelaksanaan kegiatan pembinaan sosial kemasyarakatan
g. Pelaksanaan kegiatan pembinaan ekonomi, koperasi dan usaha kecil
Menengah
h. Pelaksanaan
tugas-tugas
pemerintahan
umum,
keagrariaan
dan
kependudukan.
i. Pelaksanaan kegiatan pembinaan pembangunan dan pengembangan
partisipasi masyarakat.
j. Pembinaan penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan.
k. Pengkoordinasian penyelenggaraan tugas instansi pemerintahan lainnya
yangberada di wilayahnya.
l. Pelaksanaan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya
dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau
kelurahan.
m. Pelaksanaan penyusunan program, pembinaan administrasi, ketatausahaan
dan rumah tangga kecamatan.
n. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala daerah sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Selain camat, sekretaris camat, ada bagian tata pemerintahan kecamatan
yang memiliki tugas untuk melakukan urusan pemerintahan dan pembinaan dan
pemerintahan desa/kelurahan, untuk menjalankan tugasnya, tata pemerintahan
berpedoman pada ketentuan yang ada, yakni sebagai berikut:
a. Pelaksanaan penyiapan bahan penyusunan rencana dan program
kegiatan bidang pemerintahan.
b. Penyusunan program, pembinaan, penyelenggaraan pemerintahan
desa/kelurahan.
c. Fasilitasi pelaksanaan tugas-tugas di bidang keagrariaan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu
Keluarga(KK).
e. Pelaksanaan upaya kelancaran pemasukan setiap pendapatan
daerah yang bersumber dari wilayah kerjanya.
f. Pelaksanaan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah dan
instansivertikal di bidang penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.
g. Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan dengan
satuan kerja perangkat daerah dan instansi vertikal di bidang
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.
h. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan kegiatan
pemerintahan desa/kelurahan di tingkat kecamatan.
i. Penyelenggaraan kegiatan pemerintahan desa/kelurahan di tingkat
kecamatan.
j. Penyusunan
program,
inventarisasi
desa/kelurahan.
penyelenggaraan,
sumber–sumber
pandapatan
pembinaan
dan
serta
kekayaan
k. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan, pemberian bimbingan,
supervisi,fasilitasi dan konsultasi pelaksanaan tertib administrasi
pemerintahan desa dan/atau kelurahan
l. Pembinaan dan pengawasan terhadap kepala desa dan/atau
kelurahan beserta perangkat desa dan/atau kelurahan.
m. Pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan tata pemerintahan desa
dan/atau kelurahan di tingkat kecamatan. dan
n. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh camat sesuai tugas dan
fungsinya.
Kecamatan merupakan line office dari pemerintah daerah yang berhadapan
langsung dengan masyarakat dan mempunyai tugas membina desa/kelurahan.
Kualitas pelayanan di kecamatan diharapkan akan menjadi lebih baik setelah
menjadi
perangkat
daerah
dibandingkan
pada
saat
sebagai
perangkat
dekonsentrasi yang pengaturannya sangat sentralistik. Sebab tujuan pemberian
otonomi daerah dan keberadaan daerah adalah untuk mensejahterakan masyarakat
melalui pemberdayaan dan penyediaan pelayanan publik secara efektif, efisien,
ekonomis dan demokratis (Suwandi,2002;4). Oleh karena itu, pemberian
kewenangan
pemerintahan
secara
penuh
kepada
daerah
kabupaten/kota
dimaksudkan karena daerah itu lebih dekat kepada masyarakat sebagai pihak yang
dilayani dan diberdayakan. Asumsinya semakin dekat jarak antara pelayan dan
yang dilayani maka pelayanan akan sesuai dengan harapan masyarakat. Apabila
pelayanan sesuai dengan harapan masyarakat maka diharapkan kualitas pelayanan
akan menjadi lebih baik. Dengan demikian pembentukan suatu perangkat daerah
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan apabila dihubungkan
dengan tujuan tersebut, maka perubahan apapun atas status kecamatan seharusnya
bertujuan untuk meningkatkan efektivitas organisasi kecamatan dalam pelayanan
publik.
Sesuai dengan dikeluarkannya peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4
Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan, maka
seluruh kabupaten/kota di Indonesia diwajibkan untuk melaksanakan keputusan
tersebut di tingkat pemerintahan kecamatan masing-masing. Namun sampai
dengan saat ini (2014) masih banyak pemerintah daerah yang belum menerapkan
kebijakan tersebut.
Beberapa kendala yang umum ditemui dalam penerapan tersebut adalah
minimnya sumber daya manusia, koordinasi yang masih belum padu antara
pemerintah kabupaten/kota dengan kecamatan, dan manajemen administrasi yang
masih belum tertata dengan rapi. Beberapa persoalan yang muncul tersebut
merupakan konsekuensi dari penerapan kebijakan Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan (PATEN) yang mendorong kecamatan untuk mampu
menjalankan fungsi pemerintahan lebih luas dan dan dengan kewenangan yang
lebih besar.Konsep PATEN secara substantif merupakan pendelegasian sebagian
kewenangan pemerintah daerah ke kecamatan yang diatur melalui peraturan
daerah setempat. Pendelegasian ini meliputi tugas secara substantif, administrasi
dan teknis. Selanjutnya kecamatan dituntut utnuk memiliki kriteria-kriteria khusus
dalam menjalankan fungsinya, misalnya dalam bidang administratif dijalankan
dengan adanya standar pelayanan administratif dan uraian tugas personil. Standar
pelayanan tersebut meliputi
a. jenis pelayanan;
b. persyaratan pelayanan;
c. proses/prosedur pelayanan;
d. pejabat yang bertanggungjawab terhadap pelayanan;
e. waktu pelayanan; dan
f. biaya pelayanan.
Dengan penerapan PATEN ini diharapkan pelayanan kepada masyarakat
dapat lebih dimaksimalkan dan semakin dekat dengan masyarakat. Dengan begitu
besarnya tanggung jawab yang berada di kecamatan, pemerintah daerah harus
melaksanakan beberapa persiapan-persiapan yang terukur dan terarah dalam
penerapan kebijakan tersebut.
Kota Padangsidimpuan merupakan salah satu Kota di wilayah Propinsi
Sumatera Utara yang saat ini sedang mengarahkan kebijakan pelayanan
masyarakat di tingkat kecamatan melalui program PATEN tersebut. Melalui
Peraturan Walikota (Perwal) Padangsidimpuan No 3 Tahun 2014, pemerintah
Kota Padangsidimpuan bermaksud untuk melaksanakan kebijakan PATEN secara
menyeluruh di seluruh kecamatan yang ada di Kota Padangsidimpuan.
Menyadari arti penting keberadaan pemerintah kecamatan sebagai ujung
tombak pelayanan, koordinasi, dan pengawasan terhadap berbagai kegiatan
pemerintahan dilingkungan kerjanya, serta mengacu pada berbagai fenomena
yang timbul akibat penerapan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, maka
penelitian ini dilakukan untuk melakukan analisis terhadap persiapan kebijakan
PATEN (pelayanan administrasi terpadu kecamatan) di Kota Padangsidimpuan
dengan melihat faktor apa saja yang menjadi pendukung maupun kendala dalam
penerapan serta efektivitas pelayanan publik di kecamatan.
1.2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan pada latar belakang yang dikemukan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Persiapan Kebijakan “PATEN”
(Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan?
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendorong maupun penghambat
dalam Persiapan Kebijakan “PATEN” (Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk
Mengetahui
Persiapan
Kebijakan
“PATEN”
(Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan.
2. Untuk Mengetahui Faktor-faktor apa saja saja yang menjadi pendorong
maupun
penghambat
Persiapan
Kebijakan
“PATEN”
Administrasi Terpadu Kecamatan) di Kota Padangsidimpuan.
(Pelayanan
1.4. Manfaat Penelitian
Pada penelitian ini, manfaat yang diharapkan mampu untuk dihasilkan
antara lain:
1. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat menambah khasanah
kepustakaan studi pembangunan, khususnya pada pembangunan aparatur
birokasi pemerintahan dan manajemen pembangunan pemerintahan daerah
di tingkat kecamatan.
2. Secara praktis diharapkan dapat menjelaskan
“PATEN”
Persiapan Kebijakan
(Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) di Kota
Padangsidimpuan.
3. Sebagai masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan dengan kajian
kebijakan publik dan studi pembangunan pemerintahan di tingkat
kecamatan.