Konsumsi Buah dan Sayur pada Anak Sekolah Dasar menurut Status Sosial Ekonomi Berbeda di Kota Bogor

KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA ANAK SEKOLAH
DASAR MENURUT STATUS SOSIAL EKONOMI BERBEDA
DI KOTA BOGOR

UTHU DWIFITRI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Konsumsi Buah dan
Sayur pada Anak Sekolah Dasar menurut Status Sosial Ekonomi Berbeda di Kota
Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Uthu Dwifitri
NIM I14090013

ABSTRAK
UTHU DWIFITRI. Konsumsi Buah dan Sayur pada Anak Sekolah Dasar menurut
Status Sosial Ekonomi Berbeda di Kota Bogor. Dibimbing oleh SITI
MADANIJAH dan YAYAT HERYATNO.
Penelitian ini bertujuan mengkaji konsumsi buah dan sayur pada anak
sekolah dasar menurut status sosial ekonomi berbeda di Kota Bogor. Penelitian ini
menggunakan desain cross sectional study. Subjek diambil secara random
sampling yang merupakan siswa-siswi yang terdaftar di 20 sekolah dasar (SD) di
Kota Bogor. Tidak terdapat perbedaan antara frekuensi konsumsi buah dan sayur
siswa di kedua kelompok sosial ekonomi keluarga. Kontribusi vitamin A dan C
dari buah dan sayur terhadap konsumsi dan kecukupan siswa masih rendah. Tidak
terdapat hubungan antara tingkat sosial ekonomi keluarga dengan frekuensi
konsumsi buah dan sayur, namun terdapat hubungan antara besar keluarga dengan
frekuensi konsumsi sayur, pendidikan ibu dengan kontribusi vitamin C sayur, dan

uang saku dengan kontribusi vitamin C sayur terhadap konsumsi siswa. Tidak
terdapat hubungan antara frekuensi konsumsi buah dan sayur dengan status gizi
siswa.
Kata kunci: anak sekolah dasar, konsumsi buah, konsumsi sayur, sosial ekonomi,
status gizi

ABSTRACT
UTHU DWIFITRI. Fruit and Vegetable Consumption on Elementary School
Children According to Different Socio-Economic Status in Bogor City.
Supervised by SITI MADANIJAH dan YAYAT HERYATNO.
This research aim to examine the consumption of fruit and vegetable on
elementary school children according to different socio-economic status in Bogor
City. This research used the design of cross sectional study. Subjects taken in
random who represents students who are registered in 20 elementary schools in
Bogor City. There were no difference between the frequency of fruit and
vegetable consumption of students in both groups of social economy. The
contribution of vitamins A and C from fruit and vegetable consumption and the
adequacy of the students were still low. There were no correlation between socioeconomic families with the frequency of fruit and vegetable consumption, but
there were a correlation between family size with vegetable consumption
frequency, mother's education with the contribution of vitamin C in vegetable, and

allowance with the contribution of vitamin C from vegetable consumption of
students. There were no correlation between fruit and vegetable consumption
frequency with the nutritional status of students.
Keywords: consumption of fruit, consumption of vegetable, elementary school
children, nutritional status, social economy

KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA ANAK SEKOLAH
DASAR MENURUT STATUS SOSIAL EKONOMI BERBEDA
DI KOTA BOGOR

UTHU DWIFITRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Konsumsi Buah dan Sayur pada Anak Sekolah Dasar menurut
Status Sosial Ekonomi Berbeda di Kota Bogor
Nama
: Uthu Dwifitri
NIM
: I14090013

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Siti Madanijah, MS
Pembimbing I

Yayat Heryatno, SP, MPS
Pembimbing II

Diketahui oleh


Dr Rimbawan
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi : Konsumsi Buah dan Sayur pada Anak Sekolah Dasar Menurut
Status Sosial Ekonomi Berbeda di Kota Bogor
Nama
: Uthu Dwifitri
NIM
: 114090013

Disetujui oleh

Prof Dr lr Siti Iladanijah, MS
Pembimbing I

Tanggal Lulus:


0 3 HAR 2014

SP MPS

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Konsumsi
Buah dan Sayur pada Anak Sekolah Dasar menurut Status Sosial Ekonomi
Berbeda di Kota Bogor”. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ayahanda (Risman Hapri, SST), ibunda (Munarti), kakak (Ahmad Hafiz,
Amd Kep) dan adik (Ulfa Maharani) serta keluarga besar yang selalu
memberikan kasih sayang dan dukungan selama pengerjaan skripsi ini.
2. Prof Dr Ir Siti Madanijah, MS dan Yayat Heryatno, SP, MPS selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan waktu dalam pembimbingan
penulisan skripsi ini.
3. Prof Dr Ir Ali Khomsan, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji
atas masukan dan saran yang diberikan.
4. Seluruh staf pendidik dan kependidikan Departemen Gizi Masyarakat atas
bimbingan, arahan dan bantuannya selama menjalani perkuliahan.

5. Teman-teman penelitian (Dian, Ibet, Irul, Kak Ai, dan enumerator), temanteman seperjuangan (Fithri, Rini, Sonia, Dira, Diah, Ruroh), teman-teman
pembahas seminar (Ami, Isna, Susan, Umami), teman-teman WJers (Inga
Tipa, Fefi, Mbak Kanjeng, Mbak Kudil, Mbak Pipit, Pungky, Fera, Deska,
Mimi, Risna, Ica, Nova, Rey, Dila) dan teman-teman Gizi Masyarakat dan
IMBR yang telah memberikan saran, semangat dan dukungan.
6. Serta semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Uthu Dwifitri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2


KERANGKA PEMIKIRAN

2

METODE

4

Desain, Waktu dan Tempat

4

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

4

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

5


Pengolahan dan Analisis Data

5

Definisi Operasional

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

9

Profil Kota Bogor

9

Karakteristik Siswa

9


Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga

10

Frekuensi Konsumsi Buah dan Sayur

13

Kontribusi Vitamin A dan C dari Buah dan Sayur

17

Status Gizi

19

Hubungan Sosial Ekonomi Keluarga dengan Pola Konsumsi Buah dan Sayur 21
Hubungan Frekuensi Konsumsi Buah dan Sayur dengan Status Gizi Siswa
SIMPULAN DAN SARAN

22
23

Simpulan

23

Saran

23

DAFTAR PUSTAKA

24

RIWAYAT HIDUP

27

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Pengategorian variabel penelitian
Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin siswa dan akreditasi sekolah
Statistik deskriptif sebaran umur siswa berdasarkan jenis kelamin
Statistik deskriptif sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan
akreditasi sekolah
Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan
akreditasi sekolah
Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah
Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan
akreditasi sekolah
Statistik deskriptif sebaran siswa berdasarkan uang saku dan
akreditasi sekolah
Statistik deskriptif sebaran siswa menurut jenis buah yang
dikonsumsi berdasarkan akreditasi sekolah
Sebaran siswa menurut frekuensi konsumsi buah berdasarkan
akreditasi sekolah
Statistik deskriptif sebaran siswa menurut jenis sayur yang
dikonsumsi berdasarkan akreditasi sekolah
Sebaran siswa menurut frekuensi konsumsi sayur berdasarkan
akreditasi sekolah
Kontribusi buah dan sayur terhadap total konsumsi vitamin A dan C
berdasarkan akreditasi sekolah
Kontribusi buah dan sayur terhadap kecukupan vitamin A dan C
berdasarkan akreditasi sekolah
Statistik deskriptif status gizi (TB/U) siswa berdasarkan akreditasi
sekolah
Statistik deskriptif status gizi (IMT/U) siswa berdasarkan akreditasi
sekolah
Hasil uji Spearman variabel yang berhubungan

6
9
10
10
11
12
12
13
14
15
15
16
18
19
20
20
21

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil uji Spearman variabel sosial ekonomi keluarga dengan frekuensi
konsumsi dan kontribusi vitami A dan C buah dan sayur
2 Hasil uji Spearman variabel frekuensi konsumsi buah dan sayur
dengan status gizi

21
27

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara tropis yang kaya akan buah dan sayur. Buah dan
sayur merupakan bahan makanan yang banyak mengandung zat gizi, tetapi jarang
dikonsumsi oleh mayoritas penduduk Indonesia khususnya anak-anak. Apabila
terjadi kekurangan dalam mengonsumsi buah dan sayur dapat menyebabkan tubuh
kekurangan zat gizi seperti vitamin, mineral, serat, dan tidak seimbangnya asam
basa tubuh, sehingga dapat mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit (Farida
2010).
Secara kuantitatif konsumsi buah dan sayur di Indonesia menunjukkan
kenaikan dari tahun ke tahun, namun tingkat konsumsinya masih lebih rendah
dibandingkan dengan anjuran pola pangan harapan (PPH). Pada tahun 2009
konsumsi buah dan sayur masing-masing sebesar 22.8 kg dan 49.1
kg/kapita/tahun. Jumlah tersebut masih lebih rendah dibandingkan rekomendasi
Food Agriculture Organization (FAO) yaitu masing-masing 75 kg/kapita/tahun
(Ariani 2010). Data Riskesdas (2007) menunjukkan bahwa secara keseluruhan
penduduk umur di atas 10 tahun yang kurang mengonsumsi buah dan sayur masih
tinggi yaitu sebesar 93.6%. Sedangkan data penduduk Jawa Barat umur 10 tahun
ke atas yang kurang konsumsi buah dan sayur sebesar 96.4%. Hal ini terkait
pergeseran pola makan pada anak-anak, dimana cenderung mengonsumsi
makanan tinggi energi dan rendah serat yang berdampak pada kejadian obesitas
dan penyakit degeneratif. Status gizi merupakan indikator kualitas sumberdaya
manusia, sehingga diperlukan upaya-upaya perbaikan status gizi. Penerapan pola
makan yang sehat dan terpenuhinya kebutuhan gizi merupakan strategi penting
dalam usaha mencegah permasalahan gizi sejak dini.
Penelitian mengenai konsumsi pangan anak sekolah telah banyak dilakukan,
namun mengenai konsumsi buah dan sayur menurut status sosial ekonomi berbeda
di Kota Bogor belum pernah dilakukan secara khusus. Dari uraian yang telah
disampaikan di atas, dirasakan pentingnya mengkaji pola konsumsi buah dan
sayur pada anak sekolah dasar (SD) menurut status sosial ekonomi berbeda di
Kota Bogor.
Perumusan Masalah
Tingkat konsumsi buah dan sayur pada masyarakat Indonesia saat ini masih
rendah dan jauh dari batas minimal yang direkomendasikan oleh badan pangan
dan pertanian dunia (FAO). Hal ini terkait dengan daya beli masyarakat dan
kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi. Prevalensi penyakit
degeneratif seperti diabetes melitus dan penyakit jantung-kardiovaskular semakin
meningkat di Indonesia, dan merupakan penyebab utama kematian. Pola konsumsi
sejak masa kanak-kanak diketahui memegang peranan kunci dalam perkembangan
penyakit ini. Karenanya, penerapan pola makan yang sehat dan cukup serat
merupakan strategi penting dalam usaha mencegah permasalahan ini sejak dini.

2
Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah mengkaji pola konsumsi buah dan sayur
pada anak sekolah dasar (SD) menurut status sosial ekonomi berbeda yaitu SD
akreditasi A (mewakili status sosial ekonomi tinggi) dan SD akreditasi B
(mewakili status sosial ekonomi rendah) di Kota Bogor.
Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik individu dan sosial ekonomi keluarga siswa
akreditasi A dan B
2. Menganalisis frekuensi konsumsi buah dan sayur siswa akreditasi A dan B
3. Menganalisis kontribusi buah dan sayur terhadap total konsumsi dan
kecukupan vitamin A dan vitamin C siswa akreditasi A dan B
4. Menganalisis hubungan sosial ekonomi keluarga dengan pola konsumsi
buah dan sayur siswa akreditasi A dan B
5. Menganalisis hubungan frekuensi konsumsi buah dan sayur dengan status
gizi siswa akreditasi A dan B.
Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat dan orangtua gambaran konsumsi serta pentingnya konsumsi buah dan
sayur pada anak. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi
kepada Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan dalam mengambil
kebijakan dan sebagai masukan bagi pembuatan program gizi.

KERANGKA PEMIKIRAN
Usia anak-anak merupakan golongan yang paling rawan terhadap gizi di
negara berkembang. Anak-anak perlu mendapat perhatian khusus karena kualitas
sumber daya manusia kedepannya sangat ditentukan oleh kualitas generasi muda
masa kini, sehingga kecukupan zat gizi yang seimbang menjadi penting dalam
terwujudnya generasi yang gemilang di masa yang akan datang.
Kecukupan gizi memegang peranan penting selama usia sekolah untuk
menjamin anak-anak tersebut mencapai potensi pertumbuhan, perkembangan dan
kesehatan yang optimal. Pada usia ini, kebiasaan makan yang terbentuk, jenis
makanan yang disukai dan tidak disukai, merupakan dasar bagi pola konsumsi
makanan dan asupan gizi anak usia selanjutnya. Selain keluarga, pemilihan
makanan merekapun sangat dipengaruhi oleh teman sebaya dan orang-orang lain.
Pola konsumsi makan merupakan susunan makanan yang biasa dimakan
mencakup jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi seseorang atau
kelompok orang/penduduk dalam frekuensi dan jangka waktu tertentu. Konsumsi
pangan individu/anak termasuk konsumsi buah dan sayur, ditentukan oleh
beberapa faktor diantaranya faktor ekonomi dan harga, serta faktor sosio budaya
dan religi yang ada di suatu daerah. Dewasa ini, anak-anak khususnya diperkotaan

3
memiliki kecenderungan mengonsumsi makanan fast food, junk food dan soft
drink yang tinggi energi, tinggi garam, tinggi lemak, tinggi karbohidrat sederhana
dan rendah serat.
Buah dan sayur sangat penting peranannya dalam kesehatan dan sekaligus
pencapaian kualitas sumberdaya manusia. Salah satu sumber bahan pangan yang
baik untuk memperoleh zat gizi adalah buah dan sayur. Berdasarkan data
Riskesdas (2007), di Provinsi Jawa Barat hampir semua (96.4%) penduduk diatas
10 tahun ke atas kurang makan buah dan sayur dan terdapat merata di semua
daerah. Padahal, sayur dan buah memiliki manfaat yang dahsyat karena
merupakan sumber vitamin dan mineral serta komponen bioaktif yang disebut
antioksidan. Kandungan serat yang tinggi pada buah dan sayur mampu
mempermudah proses pencernaan. Bahkan, berdasarkan WHO dan FAO,
kekurangan asupan buah dan sayur dapat menyebabkan risiko kematian akibat
kanker saluran cerna sebesar 14%, risiko kematian akibat penyakit jantung
koroner sebesar 11%, dan kematian akibat stroke sebesar 9% dan meningkatkan
risiko kejadian obesitas. Pentingnya konsumsi buah dan sayur minimal 5 porsi
buah dan sayur dalam sehari sangat dianjurkan. Perlunya perhatian khusus
terhadap konsumsi buah dan sayur terutama pada anak-anak.

Karakteristik Anak:
- Jenis kelamin
- Umur

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga:
- Suku
- Pekerjaan orang tua
- Besar keluarga
- Pendapatan keluarga
- Pendidikan orang tua - Uang saku siswa

Pola Konsumsi Pangan
Preferensi &
Gaya Hidup

Konsumsi Buah dan Sayur

Lingkungan

Kontribusi Vitamin A dan
C dari Buah dan Sayur

Status gizi

Keterangan:
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
= Hubungan yang diteliti
= Hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran konsumsi buah dan sayur pada anak sekolah dasar
menurut status sosial ekonomi berbeda

4

METODE
Desain, Waktu dan Tempat
Penelitian ini menggunakan data dasar penelitian yang berjudul “Pola
Konsumsi Pangan Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia
Sekolah” yang dilakukan oleh Madanijah et al. (2013) kerjasama Southeast Asian
Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center – Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor. Desain
yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian ini
dilakukan di 20 SD terpilih di Kota Bogor. Pengambilan data dilaksanakan selama
bulan Agustus hingga September 2013.
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
Populasi dalam penelitian dasar adalah anak laki-laki dan perempuan usia 913 tahun (kelas 5 dan 6 SD) yang tinggal di Kota Bogor, sedangkan populasi yang
dilakukan penelitian adalah anak-anak yang terdaftar di 20 SD akreditasi A dan B
yang tersebar di 6 kecamatan di Kota Bogor yang dipilih secara random sampling.
Jumlah SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah
penduduk di kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk Kota Bogor, menurut
data statistik Kota Bogor 2008. Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai
berikut:
Kecamatan Bogor selatan
: 4 SD
Kecamatan Bogor timur
: 2 SD
Kecamatanan Bogor utara
: 3 SD
Kecamatan Bogor tengah
: 3 SD
Kecamatan Bogor barat
: 4 SD
Kecamatan Bogor tanah sareal : 4 SD
Jumlah responden penelitian dasar tersebut ditentukan berdasarkan angka
simpangan baku asupan serat pada anak sekolah menurut data National Health
and Nutrition Examination Survey (NHANES) 2003-2006, yakni 12.0 g/hari,
dengan ketepatan absolut sebesar 1.5 g/hari. Berikut adalah rumus perhitungan
pengambilan contoh penelitian dasar:
)
n= (
dengan
Z = 1,96
S = 12
d = 1,5
maka diperoleh n = 246, dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok
jenis kelamin. Dengan demikian, dari setiap sekolah diambil sebanyak 13
responden perempuan dan 12 responden laki-laki secara random sampling acak
sederhana, dengan total subjek yang memenuhi syarat sebanyak 527 orang.

5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder meliputi karakteristik
siswa, karakteristik sosial ekonomi keluarga, konsumsi buah dan sayur (food
recall dan food frequency) serta status gizi siswa. Selain itu, terdapat pula data
sekolah dan profil wilayah Kota Bogor. Data tersebut diperoleh melalui
wawancara langsung pada siswa dan pengisian kuesioner sosial ekonomi keluarga
oleh orangtua siswa meliputi:
a. Data karakteristik siswa (jenis kelamin dan umur) menggunakan kuesioner
yang diisi oleh siswa dan karakteristik sosial ekonomi keluarga
(pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan orangtua, suku,
besar keluarga, dan uang saku siswa) menggunakan kuesioner yang diisi
oleh orangtua.
b. Data konsumsi buah dan sayur anak diperoleh melalui metode food recall
yaitu pada hari libur dan hari sekolah. Pemilihan kedua hari tersebut
dilakukan untuk mencerminkan rata-rata konsumsi buah dan sayur. Data
konsumsi buah dan sayur yang dikumpulkan adalah konsumsi buah dan
sayur dalam bentuk mentah atau olahannya. (Kuesioner yang diisi oleh
siswa melalui wawancara).
c. Data Food Frequency Questionnaires (FFQ) diperoleh melalui
pengukuran frekuensi konsumsi buah dan sayur dalam seminggu terakhir.
(Kuesioner yang diisi oleh siswa melalui wawancara).
d. Data status gizi dikumpulkan dengan pemeriksaan antropometri yang
meliputi berat badan dan tinggi badan. Data antropometri untuk mengukur
status gizi anak meliputi berat badan dan tinggi badan diperoleh melalui
pengukuran secara langsung. Alat yang digunakan untuk mengukur berat
badan yaitu timbangan injak digital dengan kapasitas 150 kg dan dengan
ketelitian 0.1 kg. Tinggi badan diukur dengan menggunakan alat
microtoise berkapasitas 200 cm dengan ketelitian 0.1 cm.
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu coding, entry,
cleaning dan analisis data. Data dianalisis secara statistik deskriptif dan statistik
inferensia menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan Statistical Program
for Social Science (SPSS for window versi 16.0).
Konsumsi buah dan sayur yang diperoleh dengan food recall dikonversi
beratnya dalam gram, kemudian dihitung kandungan zat gizi dengan
menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) Indonesia tahun 2008.
Frekuensi konsumsi buah dan sayur dihitung berdasarkan rata-rata konsumsi dari
masing-masing jenis buah dan sayur. Rata-rata jumlah dan frekuensi konsumsi
jenis buah dan sayur diperoleh dengan cara membagi total jumlah konsumsi per
jenis buah dan per jenis sayur dengan jumlah siswa kemudian dikategorikan
menjadi kali/minggu dengan tujuan mempermudah perhitungan. Data kontribusi
vitamin A dan C dari buah dan sayur diperoleh dari data konsumsi pangan yang
dikonversi ke dalam kandungan zat gizi dengan menggunakan DKBM.
Pengukuran status gizi dilakukan dengan metode antropometri melalui
perhitungan indeks TB/U dan IMT/U.

6
Analisis statistik yang dilakukan adalah analisis deskriptif yang meliputi
karakteristik siswa dan sosial ekonomi keluarga, konsumsi pangan meliputi
frekuensi konsumsi dan jenis buah dan sayur dan status gizi; analisis T-test MannWhitney digunakan untuk menguji beda antara dua kelompok yaitu sekolah
akreditasi A dan akreditasi B. Uji korelasi Spearman dilakukan untuk menguji
hubungan antara sosial ekonomi keluarga dengan frekuensi konsumsi buah dan
sayur dan kontribusi vitamin A dan C buah dan sayur; dan menguji hubungan
frekuensi konsumsi buah dan sayur dengan status gizi. Kategori variabel
penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Pengategorian variabel penelitian
No

Variabel
A. Karakteristik Siswa
1. Usia

2.

1.

2.

3.

4.

Pengategorian Data









< 10 tahun
10 tahun
11 tahun
12 tahun
>=13 tahun
Jenis kelamin
1 = Laki-laki
2 = Perempuan
B. Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga
Suku
 Sunda
 Jawa
 Lainnya
Besar keluarga
 kecil (≤ 4 orang)
 sedang (5-7 orang
 besar (≥ 8 orang)
Pendidikan orangtua
 Tidak sekolah
 SD/sederajat
 SMP/sederajat
 SMA/sederajat
 Perguruan Tinggi
Pekerjaan orang tua
Ayah:
 PNS/TNI/POLRI
 Swasta
 Petani/Buruh
 Wiraswasta
 Lainnya
Ibu:
 PNS/TNI/POLRI
 Swasta
 Petani/Buruh
 Wiraswasta
 IRT
 Lainnya

Referensi
AKG
(2012)

Hurlock
(1999)
Jenjang
pendidikan
formal
Indonesia

7
No
Variabel
5. Pendapatan keluarga

6.

Uang saku siswa











Pengategorian Data
< 1 juta/bulan
1-1.9 juta/bulan
2-3.9 juta/bulan
4-6 juta/bulan
> 6 juta/bulan
Rendah (1000-4000)
Sedang (4000-7000)
Tinggi (7000-10000)
Sangat tinggi (>= 10000)

Referensi

C. Konsumsi Pangan Siswa
1.

2.

3.

Jumlah konsumsi buah dan Dikonversi beratnya dalam gram dan
sayur
dihitung kandungan gizinya
 Vitamin A (RE)
 Vitamin C (mg)
Jenis buah dan sayur yang
 Konsumi
dikonsumsi dan jumlah
 Tidak konsumsi
yang mengonsumsi
Frekuensi konsumsi buah
 Tidak pernah
dan sayur
 1-2 kali/minggu
 3-6 kali/minggu
 >7 kali/minggu

4.

Kontribusi vitamin A dan
C dari buah dan sayur
terhadap konsumsi dan
kecukupan
D. Status gizi siswa
1. TB/U

IMT/U

DKBM
(2008)

DKBM
(2008)




Kurang (< 77%)
Cukup (> 77%)











Sangat pendek (Z-score 40% (sangat curam) seluas 119.94 ha.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 16 tahun 1950 Kota Bogor ditetapkan
menjadi Kota Besar dan Kota Praja yang terbagi dalam 2 wilayah Kecamatan 22
kelurahan, 5 kecamatan dan 1 perwakilan kecamatan. Terakhir berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1992, perwakilan kecamatan Tanah Sareal
ditingkatkan statusnya menjadi kecamatan, kini terdapat 6 kecamatan dan 68
kelurahan. Lokasi Kota Bogor yang dekat dengan ibukota negara dan
kedudukannya diantara jalur tujuan Puncak-Cianjur merupakan potensi yang
strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Adanya
Kebun Raya yang di dalamnya terdapat Istana Bogor merupakan tujuan wisata
yang menarik.
Mayoritas penduduk Kota Bogor sebagian besar bermata pencaharian
sebagai karyawan (PNS/BUMN/SWASTA) dan wiraswasta/pedagang. Mereka
berdagang dengan memanfaatkan hasil pertanian dan perkebunan yang tersebar di
daerah pinggiran Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Sebagian kecil lainnya
bekerja di bidang pertukangan dan pertanian.
Karakteristik Siswa
Umur dan Jenis Kelamin
Anak sekolah dasar yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa
laki-laki dan perempuan dengan jumlah masing-masing 263 siswa laki-laki
(49.9%) dan 264 siswa perempuan (50.1%). Pada SD akreditasi A memiliki
persentase laki-laki lebih banyak yaitu 50.2%; sedangkan SD akreditasi B, siswa
perempuan relatif lebih banyak yaitu 50.4% perempuan.
Tabel 2 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin siswa dan akreditasi sekolah
Variabel
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total

Akreditasi A
n
%
147
146
293

50,2
49,8
100

Akreditasi B
n
%
116
118
234

49,6
50,4
100

Total
n

%

263
264
527

49,9
50,1
100

10
Sebaran usia siswa adalah berkisar antara di bawah 9 tahun sampai lebih
dari 13 tahun, dan sebagian besar siswa berumur 11 tahun yaitu 49% di SD
akreditasi A dan 50% di SD akreditasi B. Median umur siswa adalah 11(9;13)
tahun.
Tabel 3 Statistik deskriptif sebaran umur siswa berdasarkan jenis kelamin
Umur (tahun)
< 10 tahun
10 tahun
11 tahun
12 tahun
≥ 13 tahun
Total
Median
Minimum
Maksimum

n

Laki-laki
%

4
78
129
44
8
263

1.5
29.7
49.0
16.7
3.0
100
11
9
13

Perempuan
n
%
6
95
132
29
2
264

2.3
36.0
50.0
11.0
0.8
100
11
9
13

Total
n
10
173
261
73
10
527

%
1.9
32.8
49.5
13.9
1.9
100
11
9
13

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga
Besar keluarga
Besar keluarga adalah banyaknya anggota rumah tangga yang bertempat
tinggal di rumah tangga tersebut (Depkes 2008). Median besar keluarga siswa SD
akreditasi A dan B adalah sama yaitu 5(2;12) orang. Sebagian besar (lebih dari
95%) keluarga siswa merupakan keluarga kecil dan sedang (besar keluarga 2
sampai 7 orang); hanya kurang dari 5% yang termasuk keluarga besar (besar
keluarga 8 orang atau lebih). Tidak terdapat perbedaan antara besar keluarga
siswa SD akreditasi A dan B (p=0.730).
Tabel 4 Statistik deskriptif sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan
akreditasi sekolah
Besar Keluarga
Kecil
Sedang
Besar
Total
Median
Minimum
Maximum

Akreditasi A
n
%
133
45.4
150
51.2
10
3.4
293
100
5
2
2

Akreditasi B
n
%
107
45.7
111
47.4
16
6.8
234
100
5
2
12

Total
n
%
240 45.5
261 49.5
26
4.9
527
100
5
2
12

Uji Statistik
x2
p

0.345

0.730

Pendidikan Orang tua
Tingkat pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan, dan
status gizi. Tingkat pendidikan ayah dan ibu siswa di sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibandingkan dengan akreditasi B. Sebagian besar ayah siswa SD

11
akreditasi A dan B adalah SMA/sederajat, kemudian diikuti perguruan tinggi pada
sekolah akreditasi A, dan SD dan SMP pada sekolah akreditasi B. Terdapat
perbedaan antara pendidikan ayah siswa di SD akreditasi A dan B (p=0.000).
Sebagian besar ibu siswa SD akreditasi A berpendidikan SMA (42%) dan diikuti
Perguruan Tinggi (26.3%); sedangkan di SD akreditasi B, ibu siswa umumnya
berpendidikan SD, SMP dan SMA. Terdapat perbedaan nyata antara pendidikan
ibu siswa di SD akreditasi A dan B (p=0.000).
Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi
sekolah
Tingkat Pendidikan

Akreditasi A
n
%

Akreditasi B
n
%

Ayah
4
1.4
8
Tidak sekolah
39
13.3
53
SD/Sederajat
SMP/Sederajat
28
9.6
56
SMA/Sederajat
125
42.7
101
Perguruan tinggi
97
33.1
16
Total
293
100
234
Ibu
0
0.0
4
Tidak sekolah
52
17.7
83
SD/Sederajat
SMP/Sederajat
41
14.0
70
SMA/Sederajat
123
42.0
64
Perguruan tinggi
77
26.3
13
Total
293
100
234
Keterangan: *) Sangat signifikan (< 0.01)

n

Total
%

Uji Statistik*
x2
p

3.4
22.6
23.9
43.2
6.8
100

12
92
84
26
113
527

2.3
17.5
15.9
42.9
21.4
100 -7.537

0.000

1.7
35.5
29.9
27.4
5.6
100

4
135
111
187
90
527

0.8
25.6
21.1
35.5
17.1
100 -8.296

0.000

Pekerjaan Orangtua
Pekerjaan adalah jenis kegiatan yang menggunakan waktu terbanyak
seseorang atau yang memberikan penghasilan terbesar (Depkes 2008). Jenis
pekerjaan orangtua merupakan salah satu indikator dari besarnya pendapatan
keluarga. Pekerjaan berhubungan langsung dengan tingkat pendapatan dan dapat
berpengaruh terhadap besar-kecilnya perhatian seseorang terhadap konsumsi
makanan.
Sebagian besar pekerjaan ayah siswa yaitu sebagai pegawai swasta
kemudian diikuti wiraswasta. Di SD akreditasi A ayah siswa yang bekerja sebagai
PNS/POLRI/TNI lebih banyak, sedangkan di SD akreditasi B ayah siswa yang
bekerja sebagai petani/buruh tani lebih bnayak. Terdapat perbedaan antara
pekerjaan ayah pada siswa SD akreditasi A dan B (p=0.001). Sebagian besar ibu
siswa (80.6%) bekerja sebagai ibu rumahtangga baik di akreditasi A dan B,
namun persentase lebih tinggi pada siswa sekolah berakreditasi B. Terdapat
perbedaan antara pekerjaan ibu pada siswa SD akreditasi A dan B (p=0.001).

12
Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah
Jenis Pekerjaan

Akreditasi A
n
%

Akreditasi B
n
%

Ayah
PNS/POLRI/TNI
41
14.0
10
Swasta
118
40.3
86
Wiraswasta
86
29.4
69
Petani/buruh tani
9
3.1
20
Lainnya
39
13.3
49
Total
293
100 234
Ibu
PNS/POLRI/TNI
14
4.8
2
Swasta
24
8.2
9
Petani/buruh tani
0
0.0
0
Wiraswasta
20
6.8
12
Ibu rumah tangga
226
77.1 199
Lainnya
9
3.1
12
Total
293
100 234
Keterangan: *) Sangat signifikan (< 0.01)

Total
n
%

Uji Statistik*
x2
p

4.3
36.8
29.5
8.5
20.9
100

51
204
155
29
88
527

9.7
38.7
29.4
5.5
16.7
100 -3.472

0.001

0.9
3.8
0.0
5.1
85.0
5.1
100

16
33
0
32
425
21
527

3.0
6.3
0.0
6.1
80.6
4.0
100 -3.370

0.001

Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga merupakan jumlah penghasilan yang diperoleh dari
pekerjaan anggota keluarga dalam satu bulan yang dinilai dalam bentuk uang.
Menurut Soekirman (2000), konsumsi makanan baik jumlah maupun mutunya
dipengaruhi oleh faktor pendapatan keluarga. Tingginya tingkat pendapatan
cenderung diikuti dengan tingginya jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi.
Pendapatan keluarga siswa SD akreditasi A lebih baik, siswa yang keluarga
berpendapatan diatas Rp 6 juta/bulan banyak terdapat pada siswa SD akreditasi A,
sedangkan sebanyak 55.1% keluarga siswa akreditasi B berpendapatan 6 juta
46 15.7
0
0.0
Total
293
100
234
100
Keterangan: *) Sangat signifikan (< 0.01)

Total
n
%
211 40.0
136 25.8
86 16.3
48
9.1
46
8.7
527
100

Uji Statistik*
x2
P

-8.692

0.000

13
Uang saku
Seseorang akan menggunakan uang yang diperolehnya untuk melakukan
pembelian terhadap suatu produk barang atau jasa tertentu. Begitu pula halnya
dengan anak usia sekolah yang biasanya diberi uang saku oleh orangtuanya baik
dari keluarga berpendapatan tinggi maupun keluarga berpendapatan rendah.
Uang saku yang dimiliki siswa berkisar antara Rp 0 sampai Rp 30
000/orang/hari, yang biasa digunakan untuk membeli makanan jajanan. Median
uang saku siswa sekolah akreditasi A sebesar Rp 5 000(0-30 000) dan sekolah
akreditasi B sebesar Rp 5 000(0-15 000). Sebagian besar siswa baik akreditasi A
dan B memiliki uang saku kategori sedang. Untuk kategori rendah banyak
terdapat pada siswa SD akreditasi B (42.3%) dan kategori sangat tinggi banyak
terdapat pada siswa SD akreditasi A (26.3%). Terdapat perbedaan yang signifikan
antara besar uang saku siswa di sekolah berakreditasi A dan B (p=0.000).
Tabel 8 Statistik deskriptif sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi
sekolah
Akreditasi A Akreditasi B
Total
Uji Statistik
2
n
%
n
%
n
%
x
p
Rendah
63
21.5
99
42.3
62 30.7
Sedang
136
46.4 104
44.4 240 45.5
Tinggi
17
5.8
10
4.3
27
5.1
Sangat tinggi
77
26.3
21
9.0
98 18.6
Total
293
100 234
100 527
100 -6.246
0.000
Median
5000
5000
5000
Minimum
0
0
0
Maksimum
30000
15000
30000
Keterangan: *) Sangat signifikan (< 0.01)
Uang Saku (Rp/hari)

Frekuensi Konsumsi Buah dan Sayur
Menurut Truswell (2007) buah adalah indung telur matang yang manis dan
biasanya dimakan sebagai hidangan pembuka atau penutup, sedangkan sayur
merupakan bagian dari tanaman, selain buah yang digunakan sebagai makanan.
Menurut Sediaoetomo (2006), buah adalah bagian dari tanaman yang strukturnya
mengelilingi biji dimana struktur tersebut berasal dari indung telur atau sebagai
fundamen (bagian) dari bunga itu sendiri, sedangkan sayur adalah bahan makanan
yang berasal dari tumbuhan. Semua bagian tumbuhan dapat dijadikan bahan
makanan sayur antara lain daun (sebagian besar sayur adalah daun), batang
(wortel adalah umbi batang), bunga (jantung pisang), dan buah muda (labu).
Dari sudut pengetahuan gizi, buah dan sayur merupakan sumber zat
pengatur, yaitu sumber vitamin dan mineral. Sayuran merupakan salah satu
sumber vitamin A, vitamin C, vitamin B, Ca, Fe, menyumbang sedikit kalori serta
sejumlah mikronutrien. Vitamin dan mineral dibutuhkan oleh tubuh, apabila orang
kekurangan vitamin dan mineral dalam susunan hidangannya sehari-hari dalam
waktu yang lama, maka akan menderita berbagai penyakit kekurangan vitamin
dan mineral. Selain itu sayuran juga merupakan sumber serat pangan (dietary

14
fiber) serta sejumlah antioksidan yang telah terbukti mempunyai peranan penting
untuk menjaga kesehatan tubuh (Muchtadi 2000).
Berdasarkan data statistik pertanian hortikultura 2011, selama tahun 20072009 produksi sayuran nasional meningkat dari 9.5 juta ton menjadi 10.6 juta ton
dengan laju kenaikan sebesar 6.0% per tahun. Adapun produksi buah-buahan pada
tahun 2007-2009 meningkat dari 17.1 juta ton menjadi 18.7 juta ton dengan laju
kenaikan sebesar 4.4% (Deptan 2013).
Konsumsi Buah
Buah yang paling banyak dikonsumsi oleh siswa baik di sekolah
berakreditasi A dan B adalah pisang (64.9%). Data Deptan (2013) menunjukkan
bahwa Jawa Barat merupakan provinsi penghasil pisang terbesar dengan produksi
1.415.694 ton atau sekitar 22.2% dari total produksi pisang nasional. Siswa yang
mengonsumsi buah-buahan lainnya berturut-turut yaitu jeruk (55.0%), mangga
(41.1%), jambu biji (39.3%), melon (38.1%), pepaya (31.3%), alpukat (26.9%),
anggur (21.8%), dan nanas (15.6%) yang memiliki persentase terkecil. Median
konsumsi buah siswa sebanyak 63.0(2.5;374.0) g/hari. Pada sekolah berakreditasi
A median sebesar 63.0(13.5;314.5) g/hari dan pada sekolah berakreditasi B
sebesar 63.8(2.5;374) g/hari. Menurut anjuran pedoman gizi seimbang, konsumsi
buah seharusnya 200 g/hari (4 porsi) (Depkes 2005).
Tabel 9 Statistik deskriptif sebaran siswa menurut jenis buah yang dikonsumsi
berdasarkan akreditasi sekolah
Jenis Buah-buahan
Pisang
Melon
Jeruk
Nanas
Mangga
Anggur
Pepaya
Jambu biji
Alpukat
Total
Median (Min-Max) (g/hari)

Akreditasi A
n
%
192
65.5
117
39.9
159
54.3
51
17.4
123
42.0
74
25.3
90
30.7
101
34.5
87
29.7
293
100
63.0(13.5-314.5)

Akreditasi B
n
%
150
64.1
84
35.9
131
56.0
31
13.2
95
40.6
41
17.5
75
32.1
106
45.3
55
23.5
234
100
63.8(2.5-374)

Total
n
%
342
64.9
201
38.1
290
55.0
82
15.6
218
41.1
115
21.8
165
31.3
207
39.3
142
26.9
527
100
63.0(2.5-374.0)

Penduduk dikategorikan ‘cukup’ mengonsumsi buah dan sayur apabila
makan sayur dan/atau buah minimal 5 porsi per hari selama 7 hari dalam
seminggu. Dikategorikan ‘kurang’ apabila konsumsi sayur dan buah kurang dari
ketentuan di atas (Riskesdas 2007). Persentase konsumsi buah siswa yang
tertinggi yaitu 51.2% siswa di SD akreditasi A mengonsumsi buah lebih dari 7
kali/minggu, kemudian berturut-turut 25.6% sebanyak 3-6 kali/minggu, 15.7%
sebanyak 1-2 kali/minggu dan hanya 7.5% yang tidak pernah mengonsumsi buah.
Sedangkan pada siswa SD akreditasi B juga persentase tertinggi yaitu 49.1% lebih
dari 7 kali/minggu mengonsumsi buah, sebanyak 25.2% mengonsumsi buah 3-6
kali/minggu, 20.5% mengonsumsi 1-2 kali/minggu dan 5.1% tidak pernah
mengonsumsi buah. Sehingga, keseluruhan siswa paling banyak mengonsumsi
buah lebih dari 7 kali/minggu. Tidak terdapat perbedaan frekuensi buah siswa
antara SD akreditasi A dan B (p=0.665). Sejalan dengan Rasmussen et al. (2006)

15
dalam penelitiannya menunjukkan tidak adanya perbedaan pengaruh tipe sekolah
dengan tingginya konsumsi buah siswa.
Tabel 10 Sebaran siswa menurut frekuensi konsumsi buah berdasarkan akreditasi
sekolah
Frekuensi Buah

Akreditasi A
n
%

Tidak Pernah
1-2 kali/minggu
3-6 kali/minggu
>7 kali/minggu
Total

22
46
75
150
293

7.5
15.7
25.6
51.2
100

Akreditasi B
n
%
12
48
59
115
234

Total
n
%

5.1
20.5
25.2
49.1
100

34
94
134
265
527

6.5
17.8
25.4
50.3
100

Uji Statistik
x2
P

-0.318

0.751

Konsumsi Sayur
Siswa SD baik akreditasi A dan B paling banyak mengonsumsi bayam
(67.4%). Kemudian diikuti sayuran lainnya berturut-turut wortel (60.0%),
kangkung (56.4%), sawi (21.1%), kol (20.9%), kacang panjang (18.4%), daun
singkong (14.8%), kembang kol (14.0%), katuk (8.2%), selada (8.0%) dan
sayuran yang paling sedikit dikonsumsi adalah brokoli (4.4%). Median konsumsi
sayur siswa penelitian adalah 30(0;128) g/hari. Pada siswa SD akreditasi A
median sebesar 25.0(0;128) g/hari dan siswa SD akreditasi B 36.5(5;110.5) g/hari.
Bila dibandingkan dengan anjuran pedoman gizi seimbang, tingkat konsumsi
tersebut masih sangat rendah, dimana anjuran yang seharusnya dikonsumsi
sebanyak 300 g/hari (3 porsi) (Depkes 2005). Berdasarkan status sosial ekonomi
keluarga, siswa dengan sosial ekonomi yang rendah (akreditasi B) lebih banyak
mengonsumsi sayur. Hal ini terjadi karena siswa tersebut lebih sering
mengonsumsi sayur sebagai lauk makan nasi.
Tabel 11 Statistik deskriptif sebaran siswa menurut jenis sayur yang dikonsumsi
berdasarkan akreditasi sekolah
Jenis Sayur-sayuran
Bayam
Kangkung
Selada
Kacang panjang
Daun singkong
Katuk
Wortel
Sawi
Kembang kol
Kol
Brokoli
Total
Median(Min-Max) (g/hari)

Akreditasi A
n
%
204
69.6
162
55.3
27
9.2
57
19.5
40
13.7
20
6.8
178
60.8
61
20.8
47
16.0
69
23.5
11
3.8
293
100
25.0(0.0-128.0)

Akreditasi B
n
%
151
64.5
135
57.7
15
6.4
40
17.1
38
16.2
23
9.8
138
59.0
50
21.4
27
11.5
41
17.5
12
5.1
234
100
36.5(5.0-110.5)

Total
n
%
355
67.4
297
56.4
42
8.0
97
18.4
78
14.8
43
8.2
316
60.0
111
21.1
74
14.0
110
20.9
23
4.4
527
100
30.0(0.0-128.0)

16
Secara keseluruhan siswa SD akreditasi A dan B paling banyak
mengonsumsi sayur lebih dari 7 kali/minggu (48.0%). Pada SD akreditasi A siswa
yang tidak pernah mengonsumsi sayur sebanayk 7.8%, 1-2 kali/minggu sebanyak
11.6%, 3-6 kali/minggu sebanyak 29.0% dan tertinggi lebih dari 7 kali/minggu
sebanyak 51.5%. Sedangkan pada SD akreditasi B, hanya 7.7% siswa yang tidak
pernah mengonsumsi sayur, 1-2 kali/minggu sebanyak 15.8%, 3-6 kali/minggu
sebanyak 32.9% dan lebih dari 7 kali/minggu sebanyak 43.6%. Tidak terdapat
perbedaan yang nyata antara frekuensi konsumsi sayur siswa SD akreditasi A dan
B (p=0.088). Rasmussen et al. (2006) dalam penelitiannya menunjukkan pengaruh
tipe sekolah yang diteliti dari empat penelitian berbeda, siswa dari dua sekolah
non-public schools mengonsumsi sayur yang paling tinggi.
Tabel 12 Sebaran siswa menurut frekuensi konsumsi sayur berdasarkan akreditasi
sekolah
Frekuensi Sayur
Tidak Pernah
1-2 kali/minggu
3-6 kali/minggu
>7 kali/minggu
Total

Akreditasi A
n
%
23
34
85
151
293

7.8
11.6
29.0
51.5
100

Akreditasi B
n
%
18
37
77
102
234

7.7
15.8
32.9
43.6
100

Total
n

%

41
71
162
253
527

7.8
13.5
30.7
48.0
100

Uji Statistik
x2
P

-1.431

0.152

Menurut Hardono (1998) dalam Setiowati (2000), masih rendahnya
konsumsi buah dan sayur di Indonesia terkait dengan beberapa faktor, disamping
pendapatan, konsumsi tersebut tampaknya juga terkait dengan masalah masih
rendahnya kesadaran mengonsumsi buah dan sayur, rendahnya ketersediaan buah
dan sayur dan kurangnya keterjangkauan konsumsi produk oleh rumahtangga.
Padahal menurut Rust et al. (2005), studi epidemologi menunjukkan bahwa
tingginya konsumsi buah dan sayur berkorelasi dengan penurunan risiko penyakit
jantung koroner, berbagai jenis kanker, dan penyakit lainnya. Selain itu,
rendahnya konsumsi buah dan sayur merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan kematian karena kanker di seluruh dunia (Danaei et al. (2005).
Penelitian Wind et al. (2005) menunjukkan bahwa faktor yang
berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur yaitu faktor personal (positive
health beliefs, preferensi, kurangnya pengetahuan dan praktik) dan faktor
lingkungan (ketersediaan buah dan sayur di rumah dan sekolah serta praktik dari
orangtua). Dalam rangka meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta
ketersediaannya, tindakan yang dapat dilakukan antara lain dengan memberi
pendidikan/penyuluhan dan motivasi kepada anak dan faktor lingkungannya
(orangtua dan sekolah).
Anak-anak yang berada di sekolah dengan “school fruit program”
mengalami penurunan frekuensi konsumsi snack tidak sehat, yang
mengindikasikan adanya peningkatan pada konsumsi bauh-buahan untuk
menggantikan konsumsi snack tidak sehat. Penurunan konsumsi snack tidak sehat
tersebut lebih banyak terjadi pada anak-anak dengan orangtua berpendidikan
rendah (Overby et al. 2012). Hasil metanalisis Evans et al. (2012) menunjukkan
bahwa program intervensi multi komponen terbukti dapat meningkatkan konsumsi

17
lebih banyak daripada program intervensi satu komponen saja. Program multi
komponen merupakan program yang memberikan motivasi dan mengikutsertakan
anak-anak dan keluarganya untuk merubah kebiasaan makan serta menyediakan
buah dan sayur yang gratis. Program ini dapat meningkatkan konsumsi harian
buah dan sayur dengan rata-rata 20-30 gram/hari.

Kontribusi Vitamin A dan C dari Buah dan Sayur
Mengingat Indonesia sebagai negara tropis yang kaya akan buah dan sayur,
sangat disayangkan jika konsumsi buah dan sayur masyarakat masih relatif rendah
dibandingkan negara lain yang bukan penghasil buah dan sayur. Kekurangan buah
dan sayur dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat-zat gizi seperti vitamin dan
mineral yang sangat bermanfaat dan dibutuhkan tubuh. Sedangkan kelebihan buah
dan sayur dapat berakibat membebani kerja dan fungsi ginjal.
Vitamin merupakan zat organik yang diperlukan dalam jumlah relatif kecil
namun sangat penting untuk pertumbuhan normal serta pemeliharaan kesehatan,
dan harus selalu tersedia dalam makanan karena tak dapat disintesa oleh tubuh.
Berdasarkan kelarutannya, terdapat 2 kelompok vitamin yaitu vitamin larut lemak
(vitamin A, D, E, dan K) dan vitamin larut air (vitamin B kompleks dan C).
Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Sumber
vitamin A adalah hati, telur, susu (di dalam lemaknya), dan mentega. Sumber
karoten adalah daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang,
buncis, wortel, tomat, jagung kuning, pepaya, nangka masak, dan jeruk (Almatsier
2004). Vitamin A berfungsi dalam penglihatan, diferensiasi sel, fungsi kekebalan
tubuh, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, pencegahan kanker dan
penyakit jantung. Selain itu, vitamin A juga berperan dalam pembentukan sel
darah merah, kemungkinan melalui interaksi dengan zat besi (Fe). Kelebihan
konsumsi vitamin A dapat menyebabkan toksisitas dan mempunyai efek
teratogenik bagi wanita hamil. Oleh karena itu, asupan vitamin A harus sesuai dan
memenuhi kebutuhan serta menghindari kelebihan vitamin A (Almatsier 2004).
Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, yaitu untuk
mensintesis kolagen, karnitin, serotinin, noradrenalin, absorpsi kalsium, mencegah
infeksi, mencegah kanker, dan penyakit jantung (Almatsier 2004). Wirakusumah
(1998) menambahkan bahwa banyak fungsi yang dapat diperoleh dari vitamin C
yang secara alami diperoleh dari buah-buahan, antara lain untuk menyembuhkan
luka, kesehatan gusi, dan mencegah terjadinya luka memar. Pada derajat yang
lebih ringan, kekurangan vitamin C berpengaruh pada sistem pertahanan tubuh
dan kecepatan penyembuhan luka. Asupan vitamin C yang tinggi akan
meningkatkan risiko timbulnya batu ginjal karena meningkatnya produksi oksalat,
rebound scurvy akibat penurunan yang mendadak. Selain itu pada beberapa orang
dapat mengakibatkan gangguan pada lambung dan diare.
Secara alami vitamin C dapat diperoleh dari buah-buahan. Buah yang tinggi
kandungan vitamin C-nya adalah jambu biji, jeruk, tomat, mangga, dan sirsak.
Sayuran juga banyak mengandung vitamin C terutama brokoli, cabai, dan kentang.
Vitamin C rusak oleh udara, oleh karena itu untuk mendapatkannya secara
maksimal sebaiknya memakan buah dan sayur dalam keadaan segar dan sesegera

18
mungkin (belum terlalu lama dalam kondisi terbuka atau sudah dikupas di udara
bebas) (Wirakusumah 1998).
Kontribusi terhadap Total Konsumsi
Kontribusi vitamin A dari buah di kedua kelompok akreditasi sekolah masih
rendah yaitu (2.2% di SD akreditasi A dan 2.3% di SD akreditasi B). Hasil
tersebut sejalan dengan penelitian Wulansari (2009) pada remaja perkotaan dan
perdesaan dengan nilai masing-masing 3.1% dan 3.1%. Sedangkan kontribusi
vitamin C dari buah di kedua kelompok akreditasi sekolah juga masih rendah
yaitu 14.9% di SD akreditasi A dan 19.8% di SD akreditasi B. Hasil ini berbeda
dengan Wulansari (2009) bahwa kontribusi vitamin C dari buah sudah mencapai
61.7% di perkotaan dan 65.9% di perdesaan.
Kontribusi vitamin A dari sayur terhadap total konsumsi vitamin A di SD
akreditasi A dan B berturut-turut adalah 15.9% dan 21.4%. Kontribusi vitamin C
dari sayur terhadap total konsumsi hampir sama antara SD akreditasi A dan B
yaitu masing-masing 6.0% di SD akreditasi A dan 10.6% di SD akreditasi B.
Hasil tersebut berbeda dengan penelitian Wulansari (2009) bahwa kontribusi
vitamin A dan C dari sayur nilainya mencapai lebih dari 20.0%. Pada kedua
kelompok akreditasi sekolah, terdapat perbedaan vitamin A dan C dari konsumsi
sayur siswa (p=0.013, p=0.000) dan terdapat perbedaan kontribusi vitamin A dan
C sayur terhadap konsumsi (p=0.008, p=0.001).
Tabel 13 Kontribusi buah dan sayur terhadap total konsumsi vitamin A dan C
berdasarkan akreditasi sekolah
Parameter Kontribusi Gizi

Akreditasi A

Akreditasi B

Total Konsumsi (RE)

Uji Statistik
x2

Vitamin A

P

415.0

405.7

-1.442

0.149

Konsumsi dari Buah (RE)

9.2

9.5

-0.387

0.699

Konsumsi dari Sayur (RE)

66.0

86.7

-2.481

Kontribusi Buah terhadap Total Konsumsi (%)

2.2

2.3

-0.332

0.013
0.740

Kontribusi Sayur terhadap Total Konsumsi (%)

15.9

21.4

-2.670

0.008

32.3

27.8

-0.449

0.740

Konsumsi dari Buah (mg)

4.8

5.5

-1.363

0.173

Konsumsi dari Sayur (mg)

1.9

2.9

-3.637

Kontribusi Buah terhadap Total Konsumsi (%)

14.9

19.8

-1.338

0.000
0.181

Kontribusi Sayur terhadap Total Konsumsi (%)

6.0

10.6

-3.466

0.001

Vitamin C
Total Konsumsi (mg)

Kontribusi terhadap Kecukupan
Kontribusi vitamin A dari buah di kedua kelompok akreditasi sekolah masih
sangat rendah yaitu 1.5% di SD akreditasi A dan 1.6% di SD akreditasi B.
Demikian juga kontribusi vitamin C dari buah di kedua kelompok akreditasi
sekolah masih sangat rendah yaitu 9.6% di SD akreditasi A dan 11.0% di SD
akreditasi B. Kontribusi vitamin A dari sayur terhadap kecukupan vitamin A di
SD akreditasi A dan B juga masih rendah, berturut-turut adalah 11.0% dan 14.5%.
Kontribusi vitamin C dari sayur terhadap kecuk