Gambaran Konsumsi Buah, Sayur Dan Kecukupan Serat Pada Anak Sekolah Dasar Di SD Negeri 060870 Medan

(1)

FORMULIR METODE RECALL 24 JAM

Nomor Responden : Jenis Kelamin :

Nama : Berat Badan :

Umur : Pendapatan orangtua :

Hari :

Waktu Makanan

Nama Masakan

Bahan Makanan

Jenis Banyaknya

URT g

Pagi / Jam

Snack

Siang / jam

Snack


(2)

54

FORMULIR FREKUENSI MAKANAN Nomor Responden :

Nama Bahan Makanan Frekuensi Makanan Ket 2-3 x/hari 1 x/hari Setiap Hari 2-4 x/minggu 1x /minggu Tidak Pernah 1. Sayuran a. Bayam b. Kangkung c. Sawi Hijau d. Sawi Putih e. Daun Ubi f. Kcg. Panjang g. Wortel h. Kentang i. Buncis j. Tauge k. Labu Jipang l. Brokoli 2. Buah

a. Apel b. Anggur c. Jeruk d. Jambu Air e. Jambu Biji f. Salak g. Rambutan h. Semangka i. Pepaya j. Mangga k. Pir l. Alpukat m. Pisang n. Manggis


(3)

(4)

(5)

Lampiran 6


(6)

(7)

Lampiran 5

Frequencies

[DataSet1] C:\Users\BIMA\Documents\spss skripsi FKM.sav Statistics

umur (Tahun)

jenis kelamin

responden IMT/U

Pendapatan

orangtua frekuensi buah

N Valid 72 72 72 72 72

Missing 0 0 0 0 0

Statistics

frekuensi sayur jumlah buah jumlah sayur jenis buah

N Valid 72 72 72 72

Missing 0 0 0 0

Statistics jenis sayur

kecukupan serat

N Valid 72 72

Missing 0 0

Frequency Table

umur (Tahun)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid < 10 Tahun 48 66.7 66.7 66.7

10-12 tahun 24 33.3 33.3 100.0

Total 72 100.0 100.0

jenis kelamin responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 37 51.4 51.4 51.4

perempuan 35 48.6 48.6 100.0


(8)

60

IMT/U

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Kurus ( -3 SD - <-2 SD

)

11 15.3 15.3 15.3

Normal ( -2 SD - 1 SD ) 34 47.2 47.2 62.5 Gemuk ( >1 SD - 2 SD ) 22 30.6 30.6 93.1

Obesitas ( >2 SD ) 5 6.9 6.9 100.0

Total 72 100.0 100.0

Pendapatan orangtua

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tinggi (> Rp 3.500.000) 21 29.2 29.2 29.2

Sedang ( Rp 1.500.000 - Rp. 3.500.000)

47 65.3 65.3 94.4

Rendah (< Rp. 1.500.000) 4 5.6 5.6 100.0

Total 72 100.0 100.0

frekuensi buah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid >5 kali seminggu 4 5.6 5.6 5.6

2-4 kali seminggu 61 84.7 84.7 90.3

1kali seminggu 7 9.7 9.7 100.0

Total 72 100.0 100.0

frekuensi sayur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid >5 kali seminggu 1 1.4 1.4 1.4

2-4 kali seminggu 36 50.0 50.0 51.4

1kali seminggu 6 8.3 8.3 59.7

Tidak Pernah (0) 29 40.3 40.3 100.0


(9)

jumlah buah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid cukup (200-300 gr/hari) 13 18.1 18.1 18.1

Tidak Cukup (<200 gr/hari)

59 81.9 81.9 100.0

Total 72 100.0 100.0

jumlah sayur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Cukup (<300

gr/hari)

44 61.1 61.1 61.1

tidak pernah 28 38.9 38.9 100.0

Total 72 100.0 100.0

kecukupan serat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid kurang (<19gr/hari) 72 100.0 100.0 100.0


(10)

(11)

(12)

49

DAFTAR PUSTAKA

[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X, 2012. Pemantapan Ketahanan Pangan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal. Jakarta : 20-21 November 2012

Adriani dan Wirjatmadi, 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Kencana, Jakarta.

Ali Rosidi dan Enik Sulistyowati, 2012. Peran Pendidikan Dan Pekerjaan Ibu Dalam Konsumsi Sayur Anak Prasekolah. Jurnal Unimus 1 (1). November 2012

Almatsier, Sunita, 2006. Prinsip Dasar Ilmu gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Arisman, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC, Jakarta.

Asrinaldi, 2006. Gambaran Konsumsi Susu, Sayuran dan Buah Pada anak Prasekolah TK Amanah Desa Sigara Gara Patumbak Deli Serdang. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara

Astawan, Made, 2004. Sehat Bersama Aneka Serat Pangan Alami. Tiga Serangkai, Solo.

Badan Pusat Statistik (BPS), 2002. Statistik Indonesia. Jakarta

Cakrawati dan NH, 2012. Bahan Pangan Gizi dan Kesehatan. Alfabeta, Bandung. Depkes. 2008 Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia

Tahun 2007. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI.

Depkes.2008.Warga Sumut rendah konsumsi serat. 20 April 2014. http://www.waspada.co.id/index.

Desak Made Rari dan Ni Ketut Sutiari. 2014. Konsumsi Serat Pada Anak Sekolah Dasar Kota Denpasar. Community Health. II(1):133-144. Januari 2014 Devi, Nirmala, 2012. Gizi Anak Sekolah. Kompas Media Nusantara, Jakarta.

Dwifitri, Uthu, 2012. Konsumsi Buah dan Sayur Pada Anak Sekolah Dasar Menurut Status Sosial Ekonomi Berbeda Di Kota Bogor. Skripsi. Bogor Institut Pertanian Bogor.


(13)

Ellyzabeth, Siti dan Naufal, 2014. Hubungan Asupan Serat Makanan Dan Air Dengan Pola Defekasi Anak Sekolah Dasar Di Kota Bogor. Jurnal gizi dan Pangan. 9(1):7-14. Maret 2014

Farisa, Soraya, 2012. Hubungan Sikap Pengetahuan Ketersediaan Dan Keterpaparan Media Massa Dengan Konsumsi Buah Dan Sayur Pada Siswa SMPN 8 Depok. Skripsi. Universitas Indonesia

Fibrihirzani,Hafsah, 2012. Hubungan Antara Karakteristik Individu Orang Tua Dan Lingkungan Dengan Konsumsi Buah Dan Sayur Pada Siswa SDN Beji 5 Dan 7 Depok. Skripsi. Universitas Indonesia

Gustiara, Ivo, 2012. Konsumsi Sayur dan Buah Pada Siswa SMA Negeri 1 Pekanbaru. Jurnal Precure. 1(1):50-57. April 2013

Hadiriyadi, 2012. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak & Serat Makanan. WNPG X

Indartono dan Kurniasari, 2013. Cerdas dan Pintar Memilih Jajanan Sehat. Citra Aji Parama, Yogyakarta.

Irianto dan Waluyo, 2007. Gizi dan Pola Hidup Sehat.Yrama Widya, Bandung. Irianto, Koes, 2013. Solusi Sehat Peranan Vitamin dan Mineral Bagi Kesehatan.

Yrama Widya, Bandung.

Kartasapoetra dan Marsetyo, 2010. Ilmu Gizi Korelasi Gizi Kesehatan dan Produktivitas Kerja. Rineka Cipta, Jakarta.

Kemenkes RI. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1995/Menkes/SK/XII/2010 standar Antropometri Penilaian status Gizi Anak. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta. Kementerian Kesehatan R.I. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 2014.

Buku Foto Makanan Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI-2014. Jakarta

Khomsan, Ali, 2003. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Lubis, Zulhaida, 2009. Hidup Sehat dengan Makanan Kaya Serat. IPB Press, Bogor.

Mahmud dan Aria, 2008. Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Elex Media Komputindo Kompas Gramedia, Jakarta.


(14)

51

Mahyar, Veny, 2010. Studi Konsumsi Serat dan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar Di Kota dan Kabupaten Bogor. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Muchtadi D. 2000. Sayur-sayuran Sumber Serat dan Antioksidan Mencegah Penyakit Degeneratif. Fakultas Teknologi Pertanian, Bogor.

Notoatmodjo, soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, soekidjo, 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta, Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik indonesia Nomor 41 Tahun 2014, Pedoman Gizi Seimbang. 2014

Ratu Ayu Dewi Sartika. 2011. Faktor Risiko Obesitas Pada Anak 5-15 Tahun di Indonesia. Makara Kesehatan. 15(1):37-43. Juni 2011

Riskesdas, 2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas Indonesia. Kiat Nusa, Jakarta.

Ruslianti dan Kusharto, 2007. Sehat dengan Makanan Berserat. Cet.I. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Santoso dan Ranti, 2009. Kesehatan dan Gizi. Rineka Cipta, Jakarta.

Sitorus, Ronald, 2009. Makanan Sehat dan Bergizi. Yrama Widya, Bandung. Sulistijani, Dina Agoes, 2001. Sehat Dengan Menu Berserat. Trubus Agriwidya,

Jakarta.

Waspadji dan Suyono, 2011. Daftar Bahan Makanan Penukar. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Winarti, Sri, 2010. Makanan Fungsional. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Wind M, Bobelijin K, de Bourdeaudhuij I, Kleep K-I, Brug J. 2005. A Qualitative Exploration of Determinants of fruit and Vegetable Intake among 10 and 11 year old Schoolchildren in the Low Countries. Ann Nutr Metab, 49, 228-235

Yessica, Dewi, 2013. Persepsi dan Perilaku Makan Buah dan Sayuran Pada Anak Obesitas dan Orangtua. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Unoversitas Surabaya 2(1). 2013


(15)

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah survei yang bersifat deskriptif dengan desain cross sectional, yaitu untuk melihat gambaran konsumsi buah, sayur dan kecukupan serat pada anak sekolah dasar di SDN 060870 Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN 060870 Medan. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah sebagai berikut :

1. Di SDN 060870 belum pernah dilakukan penelitian tentang gambaran konsumsi buah, sayur dan kecukupan serat pada anak sekolah dasar.

2. Lokasi SDN 060870 sangat strategis dari lokasi pasar yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan transportasi yang lancar, sehingga mudah untuk penyediaan bahan makanan termasuk buah dan sayuran setiap saat.

3. Lokasi penelitian ini dipilih karena berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di beberapa sekolah, SDN 060870 Medan mewakili hal yang terkait dalam penelitian ini yaitu beberapa siswa yang dilakukan survey awal tidak mengonsumsi buah dan sayur.

4. Berdasarkan survei awal anak SDN 060870 Medan yang berjumlah 12 orang dengan hasil suka sayur dan buah 3 orang, hanya menyukai 1 jenis sayur dan buah 3 orang, dan yang sama sekali tidak suka


(17)

sayur dan buah 6 orang dan mengonsumsi buah dan sayur jika tersedia di rumah.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari sampai bulan September 2014 3.3 Populasi Dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah siswa di SDN 060870 Medan yang tercatat sebagai siswa kelas 4, 5 dan 6 yang berjumlah 259 siswa. Populasi adalah siswa sekolah dasar yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Siswa kelas 4, 5 dan 6 dijadikan sebagai sampel karena anak usia tersebut sudah dapat memahami dan menjawab pertanyaan dengan baik dibandingkan dengan siswa kelas 1, 2 dan 3.

2. Siswa kelas 4, 5 dan 6 juga memiliki daya ingat yang baik dibandingkan dengan siswa kelas 1, 2 dan 3 sehingga memudahkan untuk dilakukan food recall.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah siswa di SDN 060870 Medan. Jumlah sampel yang akan diteliti dihitung dengan menggunakan rumus Notoatmodjo (2005), sebagai berikut:

N n =

1 + N (d²) 259 =


(18)

33

= 72,14 = 72 Keterangan : n = Besar sampel N = Besar populasi

d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0,10)

Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus di atas, maka diketahui jumlah sampel penelitian sebanyak 72 orang responden. Kemudian untuk menentukan jumlah sampel setiap kelas dilakukan secara stratified random sampling. Digunakan rumus sampel perkelas sebagai berikut :

n

n = x jumlah populasi setiap kelas N

Tabel 3 Jumlah Sampel Pada Tiap-Tiap Kelas

Kelas Jumlah Siswa Jumlah Sampel

4 5 6 101 81 77 28 23 21

Jumlah 259 72

Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel di tiap kelas dengan secara simple

random sampling.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari wawancara langsung pada responden yang terdiri atas frekuensi, jumlah dan jenis buah dan sayuran yang dikonsumsi dengan


(19)

menggunakan food recall 24 jam yang dilakukan 2 kali tidak berturut-turut, yaitu satu hari senin untuk merecall hari libur dan satu hari kamis untuk merecall hari sekolah.

Untuk konsumsi recall yang diperoleh dikonversikan dari ukuran rumah tangga ke satuan gram dan untuk melihat kandungan serat dilihat dari jumlah buah dan sayur yang dikonsumsi, jumlah serat yang terkandung dalam buah dan sayur dapat dilihat dengan menggunakan Nutrisurvey. Frekuensi buah dan sayuran diperoleh dengan menggunakan FFQ (food frequency questionnaires).

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder meliputi jumlah anak SDN 060870 Medan. 3.5 Defenisi Operasional

1. Frekuensi konsumsi buah adalah berapa kali buah yang dikonsumsi anak SDN 060870 Medan dalam kurun waktu tertentu.

2. Frekuensi konsumsi sayuran adalah berapa kali sayuran yang dikonsumsi anak SDN 060870 Medan dalam kurun waktu tertentu.

3. Jumlah konsumsi buah adalah banyaknya buah yang dikonsumsi oleh anak SDN 060870 Medan dalam sehari.

4. Jumlah konsumsi sayuran adalah banyaknya sayuran yang dikonsumsi anak SDN 060870 Medan dalam sehari.

5. Jenis buah adalah macam buah yang dikonsumsi anak SDN 060870 Medan. 6. Jenis sayuran adalah macam sayur yang dikonsumsi anak SDN 060870

Medan.

7. Kecukupan serat adalah jumlah serat yang terdapat dalam buah dan sayur yang dikonsumsi anak SDN 060870 Medan dalam sehari.


(20)

35

3.6 Aspek Pengukuran

a. Data frekuensi mengonsumsi buah dikategorikan : 1. Frekuensi buah setiap hari.

2. Frekuensi buah 2-4 kali seminggu. 3. Frekuensi buah 1 kali seminggu. 4. Tidak pernah mengonsumsi buah

b. Data frekuensi mengonsumsi sayuran dikategorikan : 1. Frekuensi sayuran setiap hari.

2. Frekuensi sayuran 2-4 kali seminggu. 3. Frekuensi sayuran 1 kali seminggu. 4. Tidak pernah mengonsumsi sayur

c. Data jumlah buah yang dikonsumsi dalam gram per hari dikategorikan (Depkes, 2014) :

1. Cukup : 200- 300 gram sehari. 2. Tidak Cukup : < 200 gram sehari.

d. Data jumlah sayuran yang dikonsumsi dalam gram per hari dikategorikan (Depkes, 2014) :

1. Cukup : 300-400 gram sehari. 2. Tidak Cukup : < 300 gram sehari.

e. Data kecukupan serat yang dikonsumsi dalam gram per hari (WNPG, 2012) : 1. Kurang : < 19 gram sehari.

2. Cukup : 19 - 30 gram sehari. 3. Lebih : > 30 gram sehari.


(21)

3.7 Analisis Data

Data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dianalisis secara deskripsi.

1. Buah dan sayur yang dikonsumsi siswa dianalisis dengan menggunakan food

recall dan untuk melihat frekuensi buah dan sayur dianalisis dengan

menggunakan FFQ (food frequency questionnaires).

2. Jumlah serat yang terkandung dalam buah dan sayur dilihat dari konsumsi buah dan sayur yang dikonversikan dari ukuran rumah tangga ke satuan gram kemudian dianalisis menggunakan Nutrisurvey. Kemudian dikategorikan sebagai berikut :

1. Kurang : < 19 gram sehari. 2. Cukup : 19 – 30 gram sehari. 3. Lebih : > 30 gram sehari.


(22)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, oleh karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Sekolah yang diteliti adalah Sekolah Dasar Negeri 060870 Medan yang terletak di Kota Medan dengan Akreditasi A yang beralamat di Jalan G. Krakatau Pulo Brayan Darat I Kec. Medan Timur 20239, berada dekat jalur kendaraan umum. Sekolah ini memiliki luas perkarangan kurang lebih 64 m2. Jumlah guru dan staf pegawai sekolah sebanyak 20 orang. Jumlah siswa sebanyak 570 orang yang terdiri dari 293 laki-laki dan 277 perempuan, dengan jumlah kelas sebanyak 16 kelas.

4.2 Karakteristik Siswa

Siswa pada penelitian ini adalah siswa kelas IV-VI, siswa dalam penelitian ini lebih banyak berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan. siswa lebih banyak berada pada kelompok umur < 10 tahun dibandingkan dengan kelompok umur 10-12 tahun. Dalam hasil penelitian menunjukan status gizi siswa lebih banyak berada pada kategori normal, sedangkan pendapatan orangtua siswa lebih banyak berada pada kategori sedang. Gambaran umum tentang sebaran sampel menurut karakteristik siswa yaitu jenis kelamin, kelompok umur, status gizi serta pendapatan orangtua disajikan dalam tabel 4 berikut ini.


(23)

Tabel 4. Distribusi Siswa SDN 060870 Berdasarkan Karakteristik Siswa

No Karakteristik Siswa n %

1. Jenis Kelamin

- Laki-laki 37 51,4

- Perempuan 35 48,6

Total 72 100,0

2. Umur

- <10 Tahun 48 66,7

- 10-12 Tahun 24 33,3

- >12 Tahun 0 0,0

Total 72 100,0

3. Status Gizi (IMT/U)

- Sangat Kurus 0 0,0

- Kurus 11 15,3

- Normal 34 47,2

- Gemuk 22 30,6

- Obesitas 5 6,9

Total 72 100,0

4. Pendapatan Orang Tua

- Tinggi 21 29,2

- Sedang 47 65,3

- Rendah 4 5,6

Total 72 100,0

4.3 Frekuensi Konsumsi Buah dan Sayur Siswa SDN 060870

Frekuensi konsumsi buah dan sayur adalah berapa kali buah dan sayur yang dikonsumsi anak SDN 060870 Medan dalam kurun waktu tertentu.

4.3.1 Frekuensi dan Jenis Buah Yang Dikonsumsi Siswa SDN 060870 Medan Hasil penelitian tentang frekuensi konsumsi dan jenis buah siswa di SDN 060870 menunjukan bahwa siswa lebih banyak mengonsumsi buah jeruk dengan frekuensi 1 kali seminggu, untuk frekuensi 2-4 kali seminggu siswa lebih banyak mengonsumsi buah pisang. Gambaran umum tentang sebaran sampel menurut frekuensi konsumsi dan jenis buah disajikan dalam tabel 5 berikut ini


(24)

39

Tabel 5. Distribusi Siswa SDN 060870 Berdasarkan Frekuensi dan Jenis Buah Yang Dikonsumsi

No Jenis

Buah

Frekuensi Konsumsi Buah Setiap Hari 2-4 Kali/ Minggu 1 Kali/ Minggu Tidak Pernah Total

n % n % n % n % n %

1. Pisang 2 2,8 16 22,2 14 19,4 40 55,6 72 100,0 2. Jeruk 0 0,0 15 20,9 20 27,8 37 51,3 72 100,0 3. Mangga 0 0,0 0 0,0 4 5,6 68 94,4 72 100,0 4. Apel 0 0,0 0 0,0 8 11,1 64 88,9 72 100,0 5. Pir 0 0,0 0 0,0 13 18,1 59 81,9 72 100,0 6. Semangka 0 0,0 2 2,8 14 19,4 56 77,8 72 100,0 7. Duku 0 0,0 1 1,4 3 4,2 68 94,4 72 100,0 8. Anggur 0 0,0 0 0,0 2 2,8 70 97,2 72 100,0 9. Melon 0 0,0 0 0,0 2 2,8 70 97,2 72 100,0 10. Pepaya 0 0,0 2 2,8 10 13,9 60 83,3 72 100,0 11. Rambutan 0 0,0 0 0,0 5 6,9 67 93,1 72 100,0 12. Salak 0 0,0 0 0,0 4 5,6 68 94,4 72 100,0 13. Kuini 0 0,0 0 0,0 1 1,4 71 98,6 72 100,0 14. Alpukat 0 0,0 0 0,0 2 2,8 70 97,2 72 100,0 15. Durian 0 0,0 0 0,0 1 1,4 71 98,6 72 100,0 16. Manggis 0 0,0 0 0,0 6 8,3 66 91,7 72 100,0 17. Nangka 0 0,0 0 0,0 1 1,4 71 98,6 72 100,0 18. Jambu Biji 0 0,0 0 0,0 2 2,8 70 97,2 72 100,0 19. Kelengkeng 0 0,0 0 0,0 1 1,4 71 98,6 72 100,0 4.3.2 Frekuensi dan Jenis Sayur Yang Dikonsumsi siswa SDN 060870 Medan

Hasil penelitian tentang frekuensi dan jenis sayur yang dikonsumsi siswa SDN 060870 Medan menunjukan bahwa siswa lebih banyak mengonsumsi sayur bayam dan sayur sop dengan frekuensi 1 kali seminggu, sedangkan untuk frekuensi 2-4 kali seminggu banyak siswa yang mengonsumsi sayur kangkung. Gambaran umum tentang sebaran sampel menurut frekuensi dan jenis sayur disajikan dalam tabel 6 berikut ini


(25)

Tabel 6. Distribusi Siswa SDN 060870 Berdasarkan Frekuensi dan Jenis Sayur Yang Dikonsumsi

No Jenis

Sayur

Frekuensi Konsumsi Sayur Setiap Hari 2-4 Kali/ Minggu 1 Kali/ Minggu Tidak Pernah Total

n % n % n % n % n %

1. Bayam 0 0,0 2 2,8 14 19,4 56 77,8 72 100,0 2. Kangkung 0 0,0 8 11,1 12 16,7 52 72,2 72 100,0 3. Daun ubi 0 0,0 1 1,4 10 13,9 61 84,7 72 100,0 4. Sop 0 0,0 1 1,4 14 19,4 57 79,2 72 100,0 5. Kcg. Panjang 0 0,0 0 0,0 7 9,7 65 90,3 72 100,0 6. Brokoli 0 0,0 0 0,0 7 9,7 65 90,3 72 100,0 7. Terong 0 0,0 0 0,0 3 4,2 69 95,8 72 100,0 8. Sayur Asem 0 0,0 0 0,0 4 5,6 68 94,4 72 100,0 9. Touge 0 0,0 0 0,0 6 8,3 66 91,7 72 100,0 10. Sawi 0 0,0 0 0,0 1 1,4 71 98,6 72 100,0 11. Bayam Merah 0 0,0 0 0,0 3 4,2 69 95,8 72 100,0 12. Kol 0 0,0 0 0,0 1 1,4 71 98,6 72 100,0

4.4 Jumlah Konsumsi Buah dan Sayur Siswa SDN 060870

Jumlah konsumsi buah dan sayur adalah banyaknya buah dan sayur yang dikonsumsi oleh siswa di SDN 060870 Medan.

4.4.1 Jumlah Konsumsi Buah

Hasil penelitian tentang jumlah konsumsi buah siswa SDN 060870 lebih banyak berada pada kategori tidak cukup. Gambaran umum tentang sebaran sampel menurut jumlah konsumsi buah disajikan dalam tabel 7 berikut ini

Tabel 7. Distribusi Siswa SDN 060870 Berdasarkan Jumlah Konsumsi Buah

No Jumlah Buah yang dikonsumsi n %

1. Cukup 13 18,1

2. 3. Tidak Cukup Tidak Pernah 59 0 81,9 0,0


(26)

41

4.4.2 Jumlah Konsumsi Sayur

Gambaran umum tentang sebaran sampel menurut jumlah konsumsi sayur yang dikonsumsi siswa SDN 060870 disajikan dalam tabel 8 berikut ini

Tabel 8. Distribusi Siswa SDN 060870 Berdasarkan Jumlah Konsumsi Sayur

No Jumlah Sayur yang dikonsumsi n %

1. Cukup 0 0,0

2. Tidak Cukup 44 61,1

3. Tidak Pernah 28 38,9

Total 72 100,0

Hasil penelitian tentang jumlah konsumsi sayur yang dikonsumsi siswa SDN 060870 lebih banyak berada pada kategori tidak cukup dibandingkan dengan siswa yang tidak pernah mengonsumsi sayur.

4.5 Kecukupan Serat Siswa SDN 060870

Kecukupan serat adalah jumlah serat yang terdapat dalam buah dan sayur yang dikonsumsi anak SDN 060870 Medan dalam sehari. Hasil penelitian tentang kecukupan serat siswa di SDN 060870 seluruhnya <19 gr/hari sehingga berada pada kategori kurang. Gambaran umum tentang sebaran sampel menurut kecukupan serat disajikan dalam tabel 9 berikut ini

Tabel 9. Distribusi Siswa SDN 060870 Berdasarkan Kecukupan Serat

No Kecukupan Serat n %

1. Kurang 72 100,0

2. Cukup 0 0,0

3. Lebih 0 0,0


(27)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Konsumsi Buah , Sayur Dan Kecukupan Serat

Buah dan sayuran mengandung serat yang sangat penting bagi kesehatan tubuh. Serat sangat bermanfaat untuk tubuh sehingga jika kecukupan serat tidak terpenuhi akan menimbulkan efek pada tubuh.

Buah dan sayur merupakan sumber zat pengatur, yaitu sumber vitamin dan mineral. Sayuran merupakan salah satu sumber vitamin A, Vitamin C, Vitamin B, Ca, Fe, menyumbang sedikit kalori serta sejumlah mikronutrien. Vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, apabila kekurangan dalam susunan hidangannya sehari-hari dalam waktu yang lama, maka akan menderita berbagai penyakit kekurangan vitamin dan mineral. Selain itu buah dan sayuran juga merupakan sumber serat pangan (dietary fiber) serta sejumlah antioksidan yang telah terbukti mempunyai peranan penting untuk menjaga kesehatan tubuh (Muchtadi, 2000).

Menurut Riskesdas (2007), Penduduk dikategorikan cukup mengonsumsi buah dan sayur apabila makan sayur atau buah minimal 5 porsi per hari selama 7 hari dalam seminggu, dikategorikan kurang apabila konsumsi sayur dan buah kurang dari ketentuan tersebut.

Sebanyak 93,5 % anak usia 10 tahun ke atas tidak mengonsumsi buah dan sayur dan hanya 6,4 % anak usia 10-14 tahun di Indonesia yang mengonsumsi buah dan sayur 5 porsi per hari selama 7 hari dalam seminggu (Riskesdas, 2007). Di provinsi Sumatera Utara (2007), konsumsi serat masyarakat Sumatera Utara tergolong rendah dan secara keseluruhan hanya 5,5 % warga Sumatera Utara usia


(28)

43

diatas 10 tahun yang mengonsumsi buah dan sayur sesuai dengan anjuran WHO. Menurut Riskesdas (2007) prevalensi kurang makan buah dan sayur penduduk 10 tahun ke atas menurut provinsi sumatera utara adalah 94,4 %.

5.1.1 Konsumsi Buah

Hasil penelitian di SDN 060870 Medan menunjukan bahwa siswa mengonsumsi buah jeruk dengan frekuensi yaitu 1 kali seminggu (27,8 %) dan buah pisang dikonsumsi 2-4 kali seminggu (22,2 %). Menurut BPS (2002) frekuensi konsumsi buah dikategorikan menjadi baik (10-14 kali/minggu), sedang (7-9 kali/minggu), kurang (1-6 kali/minggu). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ivo (2012) yang menunjukan bahwa mayoritas frekuensi konsumsi buah responden berada pada frekuensi tidak baik <2x sehari.

Menurut penelitian Hafsah (2012) konsumsi buah pada siswa kelas V SDN Beji 5 dan 7 Depok masih tetap rendah, 81,1% siswa kurang mengonsumsi buah. Berbeda dengan penelitian Veni Mahyar (2010) tentang studi konsumsi serat dan status gizi pada anak Sekolah Dasar di Kota dan Kabupaten Bogor yang menunjukan bahwa frekuensi konsumsi buah termasuk kategori sering yaitu 50 %.

5.1.2 Konsumsi Sayur

Hasil penelitian frekuensi konsumsi sayur di SDN 060870 siswa mengonsumsi sayur bayam dan sop 1 kali seminggu (19,4 %) dan sayur kangkung 2-4 kali seminggu (11,1 %). Menurut BPS (2002) kategori frekuensi sayur dibedakan menjadi baik (15-21 kali/minggu), sedang (10-14 kali seminggu), kurang (1-9 kali/minggu).


(29)

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali dan Enik (2012) tentang peran pendidikan dan pekerjaan ibu dalam konsumsi sayur anak prasekolah, dimana sebagian besar sampel mengonsumsi sayur dalam kategori kurang yaitu 85,7 %.

5.1.3 Jumlah Konsumsi Buah dan Sayur

Menurut Depkes melalui Pedoman Gizi Seimbang (2014) cukup mengonsumsi buah bila dalam sehari mengonsumsi buah sebanyak 200-300 gram sehari, sedangkan untuk jumlah sayur yang harus dikonsumsi seharinya dikatakan cukup bila mengonsumsi 300-400 gram per harinya.

5.1.3.1 Jumlah Konsumsi Buah

Dalam penelitian ini menunjukan bahwa tidak cukupnya jumlah buah yang dikonsumsi per hari dikarenakan jumlah buah yang dikonsumsi siswa SDN 060870 per hari lebih banyak berada pada kategori tidak cukup yaitu <200 gram/hari (81,9 %).

Hal ini sejalan dengan penelitian Yessica (2013), menunjukan bahwa rata-rata dalam satu hari anak mengonsumsi satu porsi buah (45,2%) dan satu porsi sayuran (32,3%). Hasil ini juga didapatkan melalu penelitian Ratu (2011) yang menunjukan bahwa sekitar 90% anak mengonsumsi buah dengan ukuran <3 porsi/hari.

5.1.3.2 Jumlah Konsumsi Sayur

Penelitian Wind (2005) menunjukan bahwa faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur yaitu faktor personal (positive health beliefs, preferensi, kurangnya pengetahuan dan praktik) dan faktor lingkungan (ketersediaan buah dan sayur di rumah dan sekolah serta praktik orangtua).


(30)

45

Hasil penelitian di SDN 060870 Medan siswa menunjukan bahwa jumlah konsumsi sayur per hari masih dalam kategori tidak cukup yaitu <300 gram/hari (61,1 %). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian (Soraya, 2012), bahwa terdapat 58,5 % siswa SMP Negeri 8 Depok memenuhi anjuran WHO yaitu sebesar 400 gram/hari. 5.1.4 Kecukupan Serat

Kecukupan serat adalah jumlah serat yang terdapat dalam buah dan sayur yang dikonsumsi anak SD Negeri 060870 Medan dalam sehari. Kategori kecukupan serat yaitu kurang (<19 gram sehari), cukup (19-30 gram sehari) dan lebih (>30 gram sehari). Penelitian Litbangkes Gizi DepKes RI menunjukkan bahwa konsumsi serat orang Indonesia masih tergolong rendah, hanya sekitar 12 gram/hari, atau hanya sekitar 50% dari yang dianjurkan sebanyak 25 gram/hari. sedangkan anjuran asupan serat bagi anak yang berusia 9-13 tahun adalah 20-30 gram (WNPG, 2012).

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa seluruh siswa di SDN 060870 Medan masih kurang kecukupan seratnya (100 %). Dikarenakan jumlah konsumsi buah dan sayur sebagai sumber serat masih kurang, bahkan 30,6% siswa tidak pernah mengonsumsi sayur sehingga belum dapat memenuhi kecukupan serat seperti yang dianjurkan per harinya, untuk jenis buah dan sayur yang dikonsumsi belum cukup memenuhi serat karena memiliki kandungan serat yang rendah.

Hal ini sejalan dengan penelitian Desak dan Ni Ketut (2014) tentang konsumsi serat pada anak sekolah dasar Kota Denpasar yang menunjukan sangat sedikit yang mengonsumsi serat >10 gram/harinya. Hanya 7,1 % yang mengonsumsi serat dengan kategori baik, dengan demikian sekolah yang berada di Kota Denpasar memiliki asupan serat yang masih sangat kurang dari asupan yang dianjurkan.


(31)

Penelitian yang dilakukan oleh Elyzzabeth, Siti dan Naufal (2014) menunjukan hasil yang sama yaitu rata-rata asupan serat subjek penelitian pada umumnya termasuk kategori kurang yaitu sebesar 89,2 %.


(32)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini maka dapat dibuat kesimpulan dan saran sebagai berikut

6.1 Kesimpulan

1. Buah yang sering dikonsumsi Siswa SDN 060870 Medan adalah jeruk dengan frekuensi 1 kali seminggu dan pisang dengan frekuensi 2-4 kali seminggu, karena jenis buah ini bukan merupakan buah musiman, mudah didapat dan harga yang terjangkau dan jumlah konsumsi buah masih dalam kategori tidak cukup.

2. Sayur yang sering dikonsumsi Siswa SDN 060870 Medan adalah Bayam dan Sop dengan frekuensi 1 kali seminggu, karena bayam mudah didapat dan sop merupakan sayur kegemaran siswa, untuk jumlah konsumsi sayur masih dalam kategori tidak cukup.

3. Kecukupan serat anak SD Negeri 060870 Medan seluruhnya masih kurang karena jumlah konsumsi buah dan sayur juga tidak cukup seperti yang dianjurkan bahkan masih ada siswa yang tidak mengonsumsi sayur setiap hari dikarenakan siswa tersebut tidak suka dengan rasa sayur, dan jenis buah dan sayur yang dikonsumsi memiliki kandungan serat yang rendah sehingga kecukupan serat belum cukup terpenuhi seperti yang dianjurkan.


(33)

6.2 Saran

Pihak Dinas Kesehatan khususnya Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) memberikan informasi tentang pentingnya konsumsi buah dan sayur setiap hari sesuai anjuran, selain itu membuat poster-poster buah dan sayur yang menarik di seluruh sekolah dasar terutama SD Negeri 060870 Medan dan kepada pihak sekolah terutama guru-guru SD Negeri 060870 Medan sebaiknya memberikan penyuluhan kepada seluruh siswa tentang pentingnya konsumsi sayur dan buah disela-sela pelajaran.


(34)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak Usia Sekolah

Sekolah Dasar (SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Anak sekolah yang dimaksudkan di sini adalah anak usia 6-12 tahun, di mana saat ini mereka sedang duduk di bangku SD. Anak usia ini sedang menjalani pendidikan dasar yang merupakan titik awal anak mengenal sekolah yang sesungguhnya dengan kurikulum dan mata pelajaran yang serius (Devi, 2012).

Pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur-angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkret, rasional, dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar. Anak mengalami perkembangan kognitif yaitu perkembangan memori, perkembangan pemikiran kritis, perkembangan kreativitas, dan perkembangan bahasa (Devi, 2012).

Pada periode ini anak sudah mulai mengikuti kegiatan-kegiatan tambahan yang diadakan di sekolah serta lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman di luar rumah, sehingga anak sering kali mengonsumsi makanan-makanan yang tersedia di sekolah maupun di sekitar sekolah. Anak menjadi konsumtif untuk makanan-makanan cepat saji yang biasanya mengandung kalori yang tinggi namun rendah kandungan seratnya. Karena itu, saat ini benar-benar membutuhkan perhatian dan dukungan dari orangtua dalam menghadapi perkembangan yang pesat.


(35)

Anak memerlukan nutrisi yang cukup dan seimbang agar proses berpikir, belajar, dan beraktivitas tidak terhambat. Anak-anak lebih memilih makanan yang ditentukan oleh lingkungan dan keluarga. Iklan yang ditayangkan di televisi, akan mempengaruhi pola pikir anak, sehingga mereka cenderung konsumtif dan memilih makanan yang diiklankan saat jajan atau makan di luar (Devi, 2012).

2.2 Buah dan sayuran

Buah-buahan merupakan santapan terakhir dalam suatu acara makan atau dimakan kapan saja, buah-buahan dapat diolah atau diawetkan. Buah-buahan juga merupakan sumber vitamin bagi manusia (Santoso & Ranti, 2009). Buah merupakan sumber zat pengatur yaitu vitamin dan mineral yang sangat diperlukan oleh tubuh begi kelancaran metabolisme dalam pencernaan makanan untuk menjaga kesehatan (Winarti, 2010).

Ada bermacam-macam buah-buahan yang terdapat di Indonesia. Dari yang kecil sampai yang besar, warnanya juga beragam ada yang merah, kuning sampai warna hijau. Umumnya buah yang berasa manis dan segar ini diminati sebagian orang sedangkan sebagian lainnya bahkan tidak tertarik mengonsumsi buah.

Sayuran di definisikan sebagai bagian dari tanaman yang umum dimakan untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang. Meskipun rasanya tidak selezat bahan makanan hewani namun sayuran perlu di konsumsi setiap hari agar tubuh kita tetap sehat karena di dalamnya tidak hanya mengandung serat saja namun juga banyak mengandung zat gizi yang penting bagi kesehatan tubuh seperti berbagai macam vitamin dan mineral (Yuliarti, 2008).


(36)

8

Sayuran dapat dikonsumsi baik secara langsung atau sering disebut lalapan maupun yang dimakan melalui proses masak. Tergantung dari bagaimana seseorang menyajikannya atau sebagai aneka ragam penyajian agar tidak bosan saat mengonsumsinya. Buah dan sayuran memiliki kandungan gizi yang berbeda-beda dan jenis yang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh cuaca dan iklim di tempat buah dan sayur itu tumbuh.

2.3. Kandungan Zat Gizi Pada Buah dan Sayuran

Kandungan gizi utama dalam buah dan sayuran adalah vitamin dan mineral. Vitamin yang terdapat dalam buah dan sayuran adalah pro vitamin A, vitamin C, K, E, dan berbagai kelompok vitamin B kompleks. Buah dan sayur juga kaya akan berbagai jenis mineral, diantaranya kalium (K), kalsium (Ca), natrium (Na), zat besi (Fe), magnesium (Mg), mangan (Mn), seng (Zn), selenium (Se), dan boron (Bo) (Yuliarti, 2008).

Buah dan sayuran juga mengandung serat yang sangat penting bagi kesehatan tubuh. Serat sangat bermanfaat untuk tubuh sehingga jika kecukupan serat tidak terpenuhi akan menimbulkan efek pada tubuh.

2.3.1 Vitamin

Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil. Vitamin berperan sebagai zat pengatur. Vitamin di kelompokkan menjadi dua yakni vitamin yang larut lemak dan vitamin yang larut air (Yuliarti, 2008).

Vitamin larut lemak meliputi vitamin A, D, E, dan K (Cakrawati & NH, 2012):


(37)

a. Vitamin A

Fungsi dari vitamin A adalah untuk penglihatan normal pada cahaya remang, diferensiasi sel, kekebalan tubuh, pertumbuhan dan perkembangan serta reproduksi. Menurut Almatsier (2006), angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk vitamin A bagi wanita umur 10 – 12 tahun adalah 500 mg, sedangkan untuk laki-laki umur 10 – 12 tahun 600 mg.

Sumber vitamin A hewani adalah hati, kuning telur, susu, mentega sedangkan sumber vitamin A nabati adalah sayuran berwarna hijau tua, sayuran dan buah berwarna kuning-jingga, daun singkong, kangkung, bayam, kacang panjang, wortel, pepaya, tomat, jagung kuning dan mangga (Cakrawati & NH, 2012).

b. Vitamin D

Fungsi dari vitamin D adalah mengatur kadar kapur dan fosfor dalam darah bersama-sama kelenjar gondok, memperbesar penyerapan kapur dan fosfor dari usus, mempengaruhi penyerapan kapur dan fosfor dari usus, serta mempengaruhi kerja kelenjar endoktin (Kartasapoetra & Marsetyo, 2010).

Angka kecukupan gizi yang di anjurkan untuk vitamin D bagi wanita dan laki-laki umur 10 – 12 tahun adalah 10 µg. Sumber vitamin D bisa didapat dari sinar matahari. Sedangkan untuk bahan pangan sumber vitamin D terdapat pada sumber hewani khususnya ikan laut seperti salmon, sarden dan minyak ikan, dan untuk butter, kuning telur, minyak sayur, hati dan tumbuhan hanya sedikit mengandung vitamin D (Cakrawati & NH, 2012).


(38)

10

c. Vitamin E

Fungsi utama vitamin E di dalam tubuh adalah sebagai antioksidan alami yang membuang radikal bebas dan molekul oksigen, mencegah penyakit hati, mengurangi kelelahan, membantu memperlambat penuaan karena vitamin E berperan dalam suplai oksigen ke darah sampai dengan ke seluruh organ tubuh serta menguatkan dinding pembuluh kapiler darah dan mencegah kerusakan sel darah merah akibat racun (Cakrawati & NH, 2012).

Menurut Almatsier (2006), Angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk vitamin E bagi wanita umur 10 – 12 tahun adalah 8 mg, sedangkan untuk laki-laki umur 10 – 12 tahun adalah 10 mg. Vitamin E terdapat pada tauge, kacang-kacangan, mentega, wortel, selada, bayam, biji bunga matahari, dan biji gandum (Irianto, 2013).

d. Vitamin K

Vitamin K berfungsi dalam pembekuan darah. Menurut Almatsier (2006) angka kecukupan gizi wanita da laki-laki yang berumur 10 – 12 tahun adalah sebesar 45 µg. Sumber dari vitamin K yang paling utama adalah hati, sayuran hijau, buncis, kacang polong, kol, dan brokoli (Cakrawati & NH, 2012).

Vitamin larut air terdiri dari vitamin C, dan B kompleks. Vitamin B kompleks terdiri dari Tiamin (vitamin B1), Riboflavin (vitamin B2), Niacin (vitamin B3), Asam Pantotenat (vitamin B5), vitamin B6, Biotin (vitamin B8), Folat, Kobaltamin (vitamin B12) (Cakrawati & NH, 2012).

a. Vitamin C

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan alami yang paling efektif, memperkuat dinding saluran pembuluh darah sehingga mencegah sariawan, wasir,


(39)

atau varises. Vitamin C juga berperan dalam penyembuhan luka serta daya tahan tubuh melawan infeksi dan stress (Irianto, 2013). Kebutuhan vitamin C bagi setiap individu berbeda, untuk anak-anak sekitar 60 mg per hari. Menurut Almatsier (2006), angka kecukupan gizi untuk vitamin C bagi wanita dan laki-laki umur 10 – 12 tahun adalah 50 mg.

Vitamin C umumnya hanya terdapat pada pangan nabati yaitu sayur dan buah. Kandungan vitamin C tertinggi diperoleh dari jambu, selanjutya pepaya, jeruk, paprika sedangkan sayuran seperti tomat, kol dan bayam hanya mengandung sedikit sekitar 15-25 mg vitamin C (Cakrawati & NH, 2012).

b. Vitamin B1 (Tiamin)

Vitamin B1 atau tiamin berfungsi untuk metabolisma karbohidrat, mempengaruhi keseimbangan air di dalam tubuh dan mempengaruhi penyerapan zat lemak usus (Kartasapoetra & Marsetyo, 2010).

Gandum, sayur-sayuran, buah-buahan, susu, kuning telur, daging segar, hati sapi, dan kacang hijau merupakan sumber penting bagi tiamin (Irianto, 2013). Menurut Almatsier (2006), angka kecukupan gizi untuk vitamin B1 pada wanita dan laki-laki untuk umur 10 – 12 tahun sama yaitu 1,0 µg.

c. Vitamin B2 (Riboflavin)

Vitamin B2 berfungsi sebagai koenzim karena kemampuannya untuk melangsungkan reaksi oksidasi-reduksi. Sumber dan produk susu, misalnya keju, merupakan sumber yang baik untuk vitamin B2. Hampir semua sayuran hijau dan biji-bijian mengandung riboflavin misalnya brokoli, jamur dan bayam. Sumber


(40)

12

hewani yang mengandung vitamin B2 antara lain daging, telur, ikan (Cakrawati & NH, 2012).

Menurut Almatsier (2006), angka kecukupan gizi untuk vitamin B2 bagi wanita dan laki-laki yang berumur 10 – 12 tahun sama yaitu 1,0 mg.

d. Vitamin B3 (Niasin)

Ragi, hati, ikan, telur, sayur-sayuran hijau, jamur, asparagus, daging, unggas, dan kacang-kacangan merupakan sumber utama niasin (Irianto, 2013). Menurut almatsier (2006), angka kebutuhan gizi untuk vitamin B3 (Niasin) bagi wanita umur 10 – 12 tahun adalah 8 mg sedangkan untuk laki-laki umur 10 – 12 tahun adalah 9 mg.

e. Vitamin B5 (Pantotenat)

Asam pantotenat berfungsi dalam pengeluaran hormon adrenal dan pembentukan antibodi, membantu dalam penggunaan vitamin, dan membantu mengubah lemak, karbohidrat dan protein menjadi tenaga. Sumber asam pantotenat ada dalam daging, ikan, unggas, semua biji-bijian, kacang-kacangan, ragi, tape, sayuran dan buah-buahan. Dosis yang diperbolehkan 6 mg per hari (Cakrawati & NH, 2012).

f. Vitamin B6

Fungsi vitamin B6 yaitu berguna dalam pembuatan sel-sel darah dan berguna dalam proses pertumbuhan dan pekerjaan urat syaraf. Sumber vitamin B6 cukup banyak terkandung dalam hati, ikan, daging, dan sayur mayur (Kartasapoetra & Marsetyo, 2010).


(41)

Menurut Almatsier (2006), angka kecukupan gizi untuk vitamin B6 bagi wanita umur 10 – 12 tahun adalah 1,4 mg sedangkan untuk laki-laki yang berumur 10 – 12 tahun adalah 1,7 mg.

g. Vitamin B8 (Biotin)

Fungsi vitamin B8 berperan penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein untuk menghasilkan energi. Selain itu juga membantu dalam pertumbuhan sel, memelihara kesehatan jaringan tubuh dan sumsum tulang, meringankan sakit otot dan dalam penggunaan B kompleks yang lain. Sumber vitamin B8 berasal dari telur, susu, daging, ikan, tomat, anggur, semangka, cherry, kenari dan kemiri. Untuk dosis yang diizinkan adalah 0,15 mg per hari (Cakrawati & NH, 2012).

h. Asam Folat

Hati, ginjal, daging, telur, daging ayam, ragi, ikan, roti, nasi, tepung dan jamur serta sayuran hijau merupakan sumber asam folat. Asam folat diperlukan tubuh dalam melangsungkan metabolik dan pembentukan sel-sel darah merah yang baru serta baik dimanfaatkan dalam pengobatan anemia (Irianto, 2013).

Menurut Almatsier (2006), angka kecukupan gizi untuk asam folat bagi wanita umur 10 – 12 tahun adalah 100 µg dan untuk laki-laki umur 10 – 12 tahun sebesar 90 µg.

i. Vitamin B12 (kobaltamin)

Vitamin B12 sumbernya yaitu hati dan memiliki fungsi dalam tubuh yaitu sebagai koenzim yang penting dalam metabolisma asam amino, berperan dalam merangsang pembentukan eritrosit, diperkirakan berperan dalam sintesis asam


(42)

14

nukleat serat berperan dalam proses pembentukan darah merah (Kartasapoetra & Marsetyo, 2010).

Menurut Almatsier (2006), angka kecukupan gizi untuk vitamin B12 wanita dan laki-laki berumur 10 – 12 tahun sama yaitu 1,0 µg. Sumber vitamin B12 terdapat hanya dalam bahan makanan yang berasal dari hewan seperti daging, unggas, ikan, telur, usus, hati, keju, udang, dan kerang.

2.3.2 Mineral

Mineral adalah substansi yang sangat diperlukan oleh manusia untuk mengatur pertumbuhan, reproduksi, maupun kesehatan. Mineral yang diperlukan oleh tubuh dibagi menjadi dua jenis, yakni makro mineral (yang diperlukan dalam jumlah besar) dan mikro mineral (yang diperlukan dalam jumlah kecil) (Yuliarti, 2008). Makro mineral yang terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang besar terdiri dari natrium, kalium, kalsium, fosfor, magnesium, klor, belerang/sulfur (Irianto, 2013).

a. Natrium

Fungsi natrium adalah mempertimbangkan keseimbangan air karena natrium menahan air dalam tubuh, mempertahankan tekanan osmosis, mempertahankan keseimbangan asam-basa, membantu jantung lebih rileks, membantu mempertahankan tekanan darah, membantu mengirimkan sinyal atau rangsangan syaraf (Cakrawati & NH, 2012).

b. Kalium

Fungsi dari kalium adalah kalium bersama natrium memegang peranan dalam pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit dan keseimbangan asam serta tekanan darah normal, bersama kalsium berfungsi sebagai katalisator dalam banyak


(43)

reaksi metabolisme energi dan sintesis glikogen dan protein, kalium juga berperan dalam pertumbuhan sel, taraf kalium dalam otot berhubungan dengan massa otot dan simpanan glikogen. Kalium banyak terdapat dalam bahan pangan hewani dan nabati. Sumber utama kalium adalah sayuran, buah, dan kacang-kacangan. Kebutuhan minimum kalium ditaksir sebanyak 2000 mg per hari (Cakrawati & NH, 2012).

c. Kalsium

Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang dan gigi, mencegah osteoporosis, pertumbuhan, mengaktifkan syaraf, kontraksi otot, mencegah penyakit jantung, mengurangi keluhan saat haid dan menopause, mencegah hipertensi, melancarkan peredaran darah, mencegah obesitas, mencegah kencing manis, mengatasi kram, sakit pinggang, wasir dan rematik, menurunkan risiko kanker usus dan mencegah keseimbangan cairan (Devi, 2012).

Menurut Almatsier (2006), angka kecukupan gizi untuk kalsium bagi anak-anak adalah 500 mg per hari. Kebutuhan kalsium meningkat tinggi saat usia anak-anak 10 tahun sampai 18 tahun, yang mencapai 1.000 mg per hari. Hal ini disebabkan karena pada masa tersebut pertumbuhan tinggi badan dan pembentukan masa tulang atau kepadatan tulang begitu pesat (Devi, 2012).

Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil susu seperti keju, ikan dimakan dengan tulang termasuk ikan kering, serealia, kacang-kacangan, dan sayuran hijau (Adriani & Wirjatmadi, 2012).

d. Fosfor

Fosfor diperlukan untuk pembentukan matriks tulang dan gigi, mengatur keseimbangan asam-basa dalam tubuh (darah), mengerutkan kontraksi otot dan


(44)

16

memacu metabolisme. Sumber fosfor hewani antara lain adalah daging sapi, ayam, telur, ikan, udang, kepiting, susu. Sedangkan untuk sumber fosfor nabati adalah cabe, merica, jahe, jamur, tempe, bawang, jamur kuping, asparagus, brokoli, kembang kol, selada, bayam, wortel, jagung, tomat, nanas, semangka, apel (Irianto, 2013).

Menurut Almatsier (2006) angka kecukupan gizi untuk fosfor golongan usia anak-anak adalah 250-400 mg.

e. Magnesium

Magnesium diperlukan untuk membantu penyerapan dan penggunaan yang tepat untuk beberapa vitamin dan mineral seperti vitamin C, E, Kalsium, fosfor, sodium, dan potasium. Fosfor banyak terdapat pada sayuran hijau, kacang-kacangan, dan biji-bijian (Yuliarti, 2008). Angka kecukupan gizi untuk magnesium pada anak-anak adalah 4,5 mg/kg/ bb (Almatsier, 2006).

f. Klor

Klor dikonsumsi bersama dengan natrium dalam bentuk NaCI atau garam dapur, fungsinya membantu pengaturan cairan ke dalam dan keluar sel tubuh, sebagai komponen asam lambung, membantu pencernaan protein oleh pepsin, membantu pengiriman rangsangan syaraf. Kebutuhan klor belum ditentukan tetapi konsumsi 750 mg per hari dapat memenuhi konsumsi kebutuhan tubuh akan klor (Cakrawati & NH, 2012). Sumbernya hampir terdapat pada semua makanan (Irianto & Waluyo, 2007).

g. Belerang/sulfur

Sulfur merupakan bagian dari zat essensial seperti vitamin, tiamin, dan biotin, serta metinin dan sistein. Sulfur diserap dalam bentuk organik sebagai asam amino (Cakrawati & NH, 2012).


(45)

Mikro mineral yang terdapat dalam tubuh dalam jumlah sedikit terdiri dari Kobalt, Tembaga, Besi, Seng (Zinc), Mangan, Selenium, Fluor, Iodium, Kromium (Cakrawati & NH, 2012).

a. Kobalt

Mineral kobalt merupakan sebagian dari molekul vitamin B12 (Sianokobalamin) dan fungsinya berhubungan dengan fungsi vitamin. Kobalt terdapat dalam bahan-bahan makanan yang mengandung vitamin B12 seperti ikan, ginjal, hati dan olahannya, telur, kedelai dan olahannya (tempe, oncom, tahu), wortel, gandum (Irianto, 2013).

b. Tembaga

Tembaga dianggap zat gizi essensial ketika ditemukan bahwa anemia hanya dapat dicegah apabila tembaga dan besi terdapat dalam tubuh. Tembaga terdapat dalam makanan sebagai bagian dari beberapa enzim yang mengandung tembaga seperti polifenolase (Cakrawati & NH, 2012).

c. Besi

Zat besi dibutuhkan tubuh manusia dalam pembentukan hemoglobin dan dalam enzim oksidasi pada sel. Tiap sel darah merah mengandung 250.000.000 molekul hemoglobin dan 1.000.000.000 atom zat besi (Sitorus, 2009).

Besi berfungsi sebagai cadangan untuk memproduksi hemoglobin. Senyawa-senyawa besi berperan dalam transportasi dan pendayagunaan oksigen serta sistem kekebalan tubuh. Angka kecukupan besi untuk anak sekolah adalah 10 mg (Adriani & Wirjatmadi, 2012). Sumber zat besi terdapat pada hati, daging, telur,


(46)

kacang-18

kacangan, keju, ikan, sayuran hijau, sereal, dan buah-buahan (Irianto & Waluyo, 2007).

d. Seng (Zinc)

Merupakan suatu unsur yang sangat penting, yang banyak terdapat pada berbagai bahan makanan, seperti biji-bijian, sayuran hijau, jamur, tepung, dan makanan yang diragikan. Kebutuhan zinc tidak kurang dari 15 – 30 mg per hari (Sitorus, 2009).

Sumber seng yang tinggi dapat ditemukan pada kenari, kemiri, seledri, biji buah semangka, jahe, lombok, buncis, sawi hijau, lobak dan merica hitam (Irianto, 2013).

e. Mangan

Mangan bermanfaat untuk memacu tubuh untuk menyerap asupan kalsium dari proses pencernaan makanan yang kaya akan mineral kalsiun hingga dua kali lipat dari biasanya. Anak-anak sedikitnya memerlukan 200 µg tiap kg berat badan per hari. Mangan terdapat pada banyak bahan makanan, terutama pada serealia, kacang-kacangan, teh, asparagus, nanas, manisan buah, kentang, kacang panjang, kakao, dan sedikit sayuran berupa daun-daunan (Irianto, 2013).

f. Selenium

Selenium bekerja sama dengan vitamin E yang berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang bisa menghancurkan sel dan menimbulkan berbagai penyakit kronis, seperti kanker, penyakit jantung, dan penuaan dini. Selenium berperan juga dalam meningkatkan kekebalan tubuh dan mempertahankan elastisitas jaringan dan terbukti dapat membantu menurunkan risiko pengentalan darah dan meningkatkan


(47)

rasio HDL (kolesterol baik). Selenium terdapat pada daging, makanan laut, serealia, produk susu, sayuran dan buah-buahan (Devi, 2012).

g. Fluor

Merupakan komponen pengisi tulang dan gigi, berpengaruh dalam menjaga keseimbangan kalsium dan fosfor. Fluor banyak terdapat pada masakan laut, teh hitam, walnut (semacam kenari), hati, susu, sayuran polong-polongan dan air mineral (Yuliarti, 2008).

h. Iodium

Fungsi dari Yodium dalam tubuh adalah sebagai komponen penting dalam pembentukan tiroksin pada kelenjar gondok (tiroid) dan pengendali transduksi energi selular. Yodium banyak terdapat pada garam, ikan laut, masakan laut, dan bawang putih (Kartasapoetra & Marsetyo, 2010).

i. Kromium

Fungsi dari kromium adalah mengatur jumlah kolesterol dan asam lemak dan berperan penting untuk membuat sel sensitif terhadap hormon insulin. Kromium terdapat pada kacang-kacangan, tepung gandum, hati, jamur, sayur polong-polongan, asparagus dan brokoli (Yuliarti, 2008).

2.4 Manfaat Buah dan Sayur Bagi Tubuh

Buah dan sayur telah diketahui sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Mulai dari menyehatkan pencernaan sampai melindungi tubuh dari beragam jenis-jenis penyakit. Sehingga buah dan sayur merupakan salah satu zat gizi yang harus terpenuhi kecukupannya.


(48)

20

Menurut Devi (2012) manfaat buah dan sayur bagi kesehatan tubuh adalah a. Mengandung enzim yang penting untuk sistem saluran pencernaan dan sistem

penyerapan gizi yang terkandung dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari.

b. Kaya akan kandungan potasium dan sedikit kandungan sodium untuk mencegah hipertensi dan menjaga kesehatan pembuluh darah jantung.

c. Buah dan sayur yang berwarna kuning, ungu, merah dan hijau mengandung karotin yang berfungsi sebagai antioksidan kuat yang melawan pertumbuhan sel kanker dan menangkal radikal bebas.

d. Kandungan flavonoid di dalam buah dan sayur bermanfaat untuk menghalau zat potensial penyebab kanker, juga berfungsi sebagai antivirus, antialergi, antiperadangan.

e. Buah dan sayur mengadung serat yang berfungsi membawa lemak dan kolesterol ke luar tubuh serta melancarkan buang air besar.

2.5 Konsumsi Buah dan Sayur Serta Serat Pada Anak Sekolah

Menurut Astawan (2004) buah dan sayuran dapat dibedakan dalam beberapa kategori :

a. Jenis buah musiman (durian, mangga, dan rambutan) dan jenis buah tidak musiman (pisang, nanas, alpukat, pepaya dan semangka).

b. Jenis sayuran daun (kangkung, katuk, sawi, bayam, dan selada) , sayuran bunga (brokoli, kembang kol), sayuran buah (terong, cabe, paprika, labu, ketimun, dan tomat), sayuran biji muda (kapri muda, jagung muda, kacang panjang, buncis), sayuran batang muda (asparagus, rebung dan jamur),


(49)

sayuran akar (bit, lobak, wortel), sayuran umbi (kentang, bawang bombay, dan bawang merah).

Jenis buah musiman lebih banyak dikonsumsi karena hanya pada saat musim tersebut buah-buah itu mudah di dapatkan, sehingga lebih menarik bagi masyarakat untuk mengonsumsinya. Untuk memenuhi gizi seimbang pada anak sekolah salah satunya adalah dengan mengonsumsi buah dan sayur yang cukup dan beranekaragam. Karena jika anak sekolah tidak mengonsumsi buah dan sayur yang cukup setiap hari dapat berakibat bagi kesehatannya.

Menurut Riskesdas (2007) bahwa sebanyak 93,5 % anak usia 10 tahun ke atas tidak mengonsumsi buah dan sayur. Menurut Depkes (2014) untuk anak usia 9-12 tahun dianjurkan mengonsumsi sayur 3-4 porsi perhari atau 300-400 gram sehari dan mengonsumsi buah 2-3 porsi perhari atau 200-300 gram sehari. Porsi buah yang dianjurkan sehari untuk anak sekolah dasar adalah 2 potong atau 200 gram buah sehari. Porsi sayuran yang dianjurkan sehari untuk anak sekolah dasar adalah 1 ½ mangkok atau 150 gram sayur sehari (Santoso & Ranti, 2009).

Tabel 1. Anjuran Konsumsi Buah dan Sayur Sehari

Buah Sayur Keterangan

2x B 3 x S

S = Sayur (semangkuk sayur = 100 gr)

B = Buah (Sepotong buah = 100 gr) Sumber : Depkes, 2014

2.6 Buah dan Sayur Sebagai Sumber Serat Makanan

Buah dan sayuran merupakan sumber serat (dietary fiber) yang baik. Kandungan serat pada buah berkisar antara 0,5-5 gram dalam 100 gram buah.


(50)

22

Dibandingkan dengan buah, sayur mengandung serat yang lebih banyak (Yuliarti, 2008).

Serat yang terkandung dalam sayuran maupun buah-buahan sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Meskipun tidak diserap oleh tubuh, namun serat berguna untuk melancarkan pembuangan kotoran dalam tubuh (Winarti, 2010).

Makanan berserat tinggi dan rendah lemak memberi efek rasa kenyang tanpa menambah kalori, sehingga dapat mengurangi keinginan untuk makan atau jarak waktu untuk kembali makan makin lama (Notoatmodjo, 2007)

Dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Depkes (2005) konsumsi serat yang dianjurkan sebesar 25- 35 gram sehari. Menurut Lubis (2009) jumlah asupan serat makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi untuk masyarakat Indonesia sebesar 25-30 gram setiap hari, untuk tujuan terapi lebih tinggi lagi. Berdasarkan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2012), kecukupan serat makanan dianjurkan sebesar 26-35 gram setiap hari. Asupan serat bagi anak yang berusia 9-13 tahun adalah 19-30 gram setiap hari. Beberapa peneliti mengemukakan adanya keragaman respon tubuh untuk meningkatkan intake serat makanan karena komponen serat yang berbeda akan memberikan efek fisiologis yang berbeda pula (Rusilanti & Kusharto, 2007). Sedangkan menurut rekomendasi American Heart Association (AHA) konsumsi serat anak-anak berdasarkan jenis kelamin pada usia 9-13 tahun konsumsi serat pada anak laki-laki yaitu 31 g/hari, sedangkan pada perempuan yaitu 26 g/hari (Yuliarti, 2008).


(51)

2.6.1 Jenis Dan Fungsi Serat Makanan

Serat makanan adalah komponen karbohidrat kompleks tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan, tetapi dapat dicerna oleh mikro bakteri pencernaan (Lubis, 2009). Serat tergolong zat non-gizi dan kini konsumsinya makin dianjurkan agar bisa dilakukan secara teratur dan seimbang setiap hari. Serat adalah zat non-gizi yang berguna untuk diet (dietary fiber). Serat makanan sebagai salah satu jenis polisakarida yang lebih lazim disebut karbohidrat kompleks (Sulistijani, 2001).

Serat makanan tidak dapat diserap oleh dinding usus halus dan tidak dapat masuk ke dalam sirkulasi darah. Namun, akan dilewatkan menuju usus besar (kolon) dengan gerakan peristaltik usus. Serat makanan yang tersisa di dalam kolon tidak membahayakan organ usus, justru kehadirannya berpengaruh positif terhadap proses-proses di dalam saluran pencernaan dan metabolisme zat-zat gizi, asalkan jumlahnya tidak berlebihan (Sulistijani, 2001).

Serat makanan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu serat larut dan serat tak larut air. Serat larut tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia tetapi larut dalam air panas, sedangkan serat tak larut tidak dapat dicerna dan juga tidak larut dalam air panas. Pektin dan getah tanaman (gum) adalah zat-zat yang termasuk dalam serat makanan larut, sedangkan lignin, selulosa dan hemilulosa tergolong ke dalam kelompok serat tak larut (Lubis, 2009).

Serat makanan yang larut dalam air dan mudah terfermentasi akan menyerap air dan menjadi lengket ketika melewati saluran pencernaan. Komponen ini mengalami fermentasi oleh bakteri baik dalam usus. Serat tersebut akan mengikat asam lemak dan memperlama rasa kenyang. Manfaat serat nakanan yang larut dalam


(52)

24

air adalah menurunkan kolesterol jahat (low density lipoprotein/LDL) sehingga mengurangi risiko penyakit jantung dan membantu mengatur kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes (Indartono & Widia, 2013). Sumber serat yang larut dalam air adalah rumput laut, agar-agar, apel, pisang, jeruk, wortel, bekatul, kacang merah dan buncis (Lubis, 2009).

Serat makanan yang tidak larut dalam air dan lambat fermentasi sangat efektif untuk mencegah sembelit, peradangan pada usus besar, wasir, mengikat racun di kolon, dan meminimalkan munculnya kanker kolon karena serat tidak larut bersifat memenuhi usus, memperlunak, dan memperpendek sisa-sisa makanan. Serat ini juga berfungsi mengontrol derajat keasaman (pH) saluran pencernaan sehingga bermanfaat untuk mencegah tumbuhnya mikrobia jahat pada usus besar (Indartono & Widia, 2013).

Sumber serat tak larut antara lain, kelompok padi-padian yang ada pada kulit bulirnya yaitu padi, gandum, sorgum. Kelompok batang sayuran yaitu bayam, kangkung, sawi, selada, kol, lidah buaya atau tangkai daun, dan jari-jari daun seperti daun pepaya dan daun singkong. Kelompok kacang-kacangan yang ada pada bagian luar dari butirnya yaitu kacang hijau, kacang polong, kacang bogor, kacang merah, kedelai. Kelompok makanan olahan yaitu roti, sayur buah nangka, sayur gudeg, sayur asem, gado-gado, cingcau, salad, es krim, selai, dan jelly. Kelompok buah-buahan yaitu semangka, pisang, jeruk, alpukat, stroberi, mangga, apel, pepaya, belimbing dan nanas (Lubis, 2009).

Manfaat serat makanan yang larut dalam air adalah menurunkan kolesterol jahat (low density lipoprotein/LDL) sehingga mengurangi risiko penyakit jantung dan


(53)

membantu mengatur kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes. Serat makanan yang tidak larut air bermanfaat untuk mencegah sembelit, peradangan pada usus besar, wasir, mengikat racun di kolon, meminimalkan munculnya kanker kolon karena serat tidak larut bersifat memenuhi usus, memperlunak, memperpendek sisa-sisa makanan serta mengontrol derajat keasaman (pH) saluran pencernaan sehingga mencegah timbulnya mikrobia jahat pada usus besar (Indartono & Widia, 2013).

Sebagian besar jenis buah dan sayuran mengandung kedua jenis serat makanan. Beberapa diantaranya ada yang mengandung serat yang larut dalam air lebih banyak daripada serat yang tidak larut dalam air dan sebaliknya. Oleh karena itu, buah dan sayuran sangat baik dikonsumsi sebagai sumber serat.

2.6.2 Dampak Kelebihan Dan Kekurangan Serat

Secara garis besar, risiko kekurangan dan kelebihan serat makanan dalam perut diuraikan sebagai berikut :

Dampak yang terjadi akibat kekurangan serat makanan, antara lain :

1. Tekstur dan struktur tinja menjadi keras, padat, dan berbutiran kecil-kecil 2. Susah buang air besar atau konstipasi

3. Dinding usus menjadi mudah luka dan mudah terinfeksi 4. Meningkatkan gerak peristaltik usus secara berlebihan

5. Mendatangkan beragam jenis penyakit mematikan, seperti kanker kolon, penyakit gula darah, infeksi difertikula, jantung koroner, stroke, tekanan darah tinggi, dan penyempitan pembuluh darah (Lubis, 2009)


(54)

26

Dampak yang terjadi akibat kelebihan serat makanan, antara lain :

1. Dehidrasi yaitu kekurangan cairan tubuh akibat diserap oleh serat dan kurang minum

2. Terjadi peningkatan jumlah gas yang dihasilkan oleh mikroorganisme berbahaya dalam usus besar

3. Menurunkan kemampuan sel usus dalam menyerap vitamin larut lemak (ADEK) dan vitamin larut air, sehingga jumlah vitamin tersebut di dalam tubuh menjadi berkurang

4. Menghambat ketersediaan asam empedu dan beberapa enzim yang dibutuhkan dalam proses pencernaan, sehingga dapat mengganggu ketersediaan lemak dan protein

5. Menurunkan ketersediaan mineral karena serat dapat menghambat proses penyerapan (Lubis, 2009)

2.6.3 Efek Fungsional Serat Pangan Untuk Kesehatan a. Serat Makanan dan Kontrol Berat Badan

Serat larut air (Soluble fiber) mempunyai kemampuan menahan air dan dapat membentuk cairan kental dalam saluran pencernaan. Dengan kemampuan ini serat larut dapat menunda pengosongan makanan dari lambung, menghambat percampuran isi saluran cerna dengan enzim-enzim pencernaan, sehingga terjadi pengurangan penyerapan zat-zat makanan di bagian proksimal. Mekanisme tersebut menyebabkan terjadinya penurunan penyerapan (absorpsi) asam amino dan asam lemak oleh serat larut air. Cairan kental ini mengurangi keberadaan asam amino dalam tubuh melalui penghambatan peptida usus (Winarti, 2010).


(55)

Makanan dengan kandungan serat kasar yang tinggi dapat menurunkan bobot badan. Makanan akan tinggal dalam saluran pencernaan dalam saluran pencernaan dalam waktu yang relatif singkat sehingga absorpsi zat makanan akan berkurang. Makanan yang mengandung serat relatif tinggi akan memberi rasa kenyang sehingga menurunkan konsumsi makanan. Makanan serat kasar yang tinggi biasanya mengandung rendah kalori, kadar gula dan lemak rendah yang dapat membantu mengurangi terjadinya obesitas (Winarti, 2010).

b. Serat Makanan Mencegah Kanker Kolon

Diverticulitis merupakan penyakit pada saluran usus besar berupa luka dan benjolan. Benjolan dan luka ini dapat mempermudah terbentuknya sel-sel kanker, jika kontak dengan senyawa karsinogenik. Timbulnya diverticulitis disebabkan oleh pembentukan feses yang kecil-kecil dan keras. Untuk mengeluarkan feses yang yang kecil dan keras ini perlu tekanan tinggi pada dinding usus. Akibatnya, lama kelamaan akan timbul luka. Ini terjadi pada orang yang jarang makan makanan berserat seperti buah-buahan dan sayur-sayuran (Winarti, 2010).

Adanya serat makanan dalam usus besar terutama serat tak larut air menyebabkan feses banyak menyerap air sehingga konsistensinya menjadi lunak dan volumenya besar. Hal ini menyebabkan feses enak saja keluar tanpa menimbulkan luka pada dinding usus besar (Winarti, 2010).

c. Serat Makanan Mencegah Kolesterol

Diet serat larut, menurunkan kadar kolesterol darah dan membantu mengurangi risiko penyakit jantung koroner. Karena mampu menjerat lemak dalam


(56)

28

usus, berarti serat larut mencegah penyerapan lemak oleh tubuh. Dengan demikian, serat ini membantu mengurangi kadar kolesterol dalam darah (Winarti, 2010).

Dalam saluran pencernaan, serat larut mengikat asam empedu yaitu produk akhir kolesterol dan kemudian dikeluarkan bersama tinja. Dengan demikian, makin tinggi konsumsi serat larut yaitu tidak dapat dicerna namun larut dalam air panas, akan semakin banyak asam empedu dan lemak yang dikeluarkan oleh tubuh (Winarti, 2010).

d. Serat Makanan Mencegah Kardiovaskular (Penyakit Jantung)

Kardiovaskular adalah penyumbatan pembuluh darah jantung yang penyebab utamanya adalah kolesterol. Di dalam tubuh salah satu fungsi kolesterol adalah sebagai bahan dasar pembentukan asam empedu. Serat makanan bersifat menyerap asam empedu, yang kemudian akan terbuang bersama-sama dengan feses. Penurunan kadar kolesterol dalam darah mengurangi kemungkinan terjadinya penyumbatan pembuluh darah jantung (Winarti, 2010).

e. Serat Makanan Dan Kontrol Gula Darah

Diabetes melitus adalah suatu kondisi dimana kadar gula dalam darah lebih tinggi dari normal (normal : 60 mg/dl sampai 145 mg/dl). Mekanisme serat yang tinggi dapat memperbaiki kadar gula darah yaitu berhubungan dengan kecepatan penyerapan makanan (karbohidrat) masuk ke dalam aliran darah yang dikenal dengan glycaemic index (GI). Kenaikan gula darah dapat ditekan jika karbohidrat dikonsumsi bersama serat makanan. Hal ini sangat bermanfaat bagi penderita diabetes, baik tipe I maupun tipe II (Winarti, 2010).


(57)

f. Serat Pangan Sebagai Prebiotik

Prebiotik adalah suatu ingredient pangan yang tak tercerna yang mempunyai efek menguntungkan bagi orang yang mengonsumsinya dengan memacu pertumbuhan Bifidobakteria dan probiotik dalam saluran pencernaan, sehingga meningkatkan kesehatan. Konsumsi serat makanan sangat dianjurkan sejak balita hingga lanjut usia agar kesehatan usus senantiasa terjaga. Kesehatan usus merupakan kunci terjaganya kesehatan tubuh secara keseluruhan, karena seluruh konsumsi makanan untuk tubuh diolah di dalam usus (Winarti, 2010).

2.6.4 Asupan Serat Yang Dianjurkan

Jumlah asupan serat makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi untuk masyarakat Indonesia sebesar 25-30 gram setiap hari, untuk tujuan terapi lebih tinggi lagi. Kebutuhan serat makanan berbeda pada jenjang usia yang berbeda. Asupan serat makanan pada bayi, anak-anak, usia remaja, usia dewasa dan orang tua tidak sama karena penyebab yang melatar belakangi memang berbeda (Lubis, 2009).

Konsumsi serat makanan yang dianjurkan untuk pria dewasa sebanyak 27-35 g/hari (dengan rata-rata konsumsi energi 2700 kal/hari) dan untuk wanita dewasa sebanyak 21-27 g/hari (dengan rata-rata konsumsi energi 2100 kal/hari) (Sulistijani,2001). Asupan serat bagi anak yang berusia 9-13 tahun adalah 19-30 gram (WNPG, 2012).

2.7 Kerangka Konsep

Buah adalah sumber serat, zat gizi dan non gizi yang sangat penting bagi kesehatan tubuh. Sedangkan Sayur-sayuran adalah bagian dari tanaman yang umum dimakan untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang. Buah dan sayuran merupakan


(58)

30

sumber dietary fiber yang dibutuhkan oleh tubuh. Buah dan sayur merupakan sumber zat gizi vitamin dan mineral. (Devi 2012).

Serat merupakan zat non gizi yang sangat dibutuhkan bagi tubuh karena perannya sangat besar bagi kesehatan. Kekurangan serat dalam tubuh dapat mengakibatkan timbulnya berbagai jenis penyakit seperti penyakit degeneratif yang dapat disebabkan kegemukan dan penyakit saluran pencernaan. Karena peran serat dapat membantu melancarkan pencernaaan dan bagi yang kegemukan serat dapat mencegah/mengurangi resiko penyakit akibat kegemukan. Masalah konsumsi makanan berserat yang terdapat pada buah dan sayur-sayuran berkaitan dengan status ekonomi, pengetahuan, kurang asupan dan frekuensi konsumsi serat (Sulistijani, 2001).

Tabel 2 : Kerangka Konsep Penelitian Konsumsi buah dan sayur

Frekuensi Jumlah Jenis


(59)

1.1 Latar Belakang

Anak usia sekolah adalah generasi penerus bangsa, kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang akan datang harus dilakukan sejak dini, terutama pada anak sekolah. Tumbuh kembang anak usia sekolah yang optimal tergantung pada pemberian gizi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Untuk melihat tumbuh kembang yang optimal dapat dilihat melalui status gizi anak usia sekolah tersebut.

Kebutuhan keseimbangan gizi pada anak usia sekolah sangat dipengaruhi oleh pola konsumsi pangannya, menu yang disediakan baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah akan mempengaruhi tingkat asupan gizi anak usia sekolah tersebut. Makanan yang disediakan kebanyakan makanan-makanan cepat saji atau yang disebut dengan fastfood. Pada umumnya makanan cepat saji ini mengandung tinggi kalori namun rendah serat.

Dewasa ini pola makan modern sering dihubungkan dengan tingginya kolesterol yang berasal dari pangan hewani. Kolesterol adalah pemicu munculnya penyakit degeneratif seperti stroke dan penyakit jantung koroner. Salah satu upaya untuk menekan tingginya kolesterol darah adalah dengan meningkatkan konsumsi serat larut yang tidak dapat dicerna, namun larut dalam air (Khomsan, 2003).


(60)

2

Buah dan sayur memiliki berbagai manfaat bagi tubuh, kurang mengonsumsi buah dan sayur dapat mengakibatkan kekurangan zat gizi seperti mineral, vitamin terutama serat sehingga dapat menimbulkan terjadinya berbagai penyakit. WHO merekomendasikan agar mengonsumsi buah dan sayur sebanyak 400 gram per hari. Di Indonesia menurut kepala pusat Promkes Depkes menganjurkan agar makan buah dan sayur sebanyak 5 kali atau 5 porsi per hari dengan jenis yang berbeda.

Menurut Winarti (2010) sumber serat pangan yang baik adalah sayur-sayuran dan buah-buahan, serealia dan kacang-kacangan. Menurut Lubis (2009) jumlah asupan serat makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi untuk masyarakat Indonesia sebesar 25-30 gram setiap hari, untuk tujuan terapi lebih tinggi lagi.

Dalam hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2012), kecukupan serat makanan dianjurkan untuk anak yang berusia 9-13 tahun sebesar 19-30 g setiap hari. Beberapa peneliti mengemukakan adanya keragaman respon tubuh untuk meningkatkan intake serat makanan karena komponen serat yang berbeda akan memberikan efek fisiologis yang berbeda pula (Rusilanti & Kusharto, 2007).

Pentingnya mengonsumsi sayur dan buah yang merupakan sumber serat paling banyak masih kurang disadari oleh masyarakat Indonesia khususnya penduduk yang ada di Sumatera Utara. Di Indonesia prevalensi konstipasi adalah sebesar 3. 857.327 jiwa pada tahun 2003. Menurut Departemen Kesehatan pada tahun 2008 rata-rata konsumsi serat makanan per orang di Indonesia adalah 10,5 gram. Di perkotaan rata-ratanya 9,9 gram dan di pedesaan adalah 10,7 gram per hari.

Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) provinsi Sumatera Utara (2007), konsumsi serat masyarakat Sumatera Utara tergolong rendah dan secara


(61)

keseluruhan hanya 5,5 % warga Sumatera Utara usia diatas 10 tahun yang mengonsumsi buah dan sayur sesuai dengan anjuran WHO. Menurut Riskesdas (2007) prevalensi kurang makan buah dan sayur penduduk 10 tahun ke atas menurut provinsi sumatera utara adalah 94,4 %.

Dari hasil survei awal yang saya lakukan ternyata anak sekolah dasar khususnya Sekolah Dasar Negeri (SDN) 060870 Medan sebanyak 12 siswa yang menjadi sampel survei awal dengan hasil suka sayur dan buah 3 orang, hanya menyukai 1 jenis sayur dan buah 3 orang, dan yang sama sekali tidak suka buah dan sayur 6 orang.

Frekuensi siswa SDN 060870 mengonsumsi buah adalah 2 kali seminggu yaitu hari sabtu dan minggu, 1 kali seminggu yaitu hanya hari minggu, dan ada juga yang mengonsumsi buah hanya saat keluarga lain datang berkunjung. Dan beberapa siswa mengonsumsi hanya 1 jenis sayur seperti kangkung dan tidak mau makan sayur yang lain, siswa SDN 060870 lebih sering mengonsumsi buah jeruk dan pisang sedangkan sayur hanya kangkung sehingga tidak beranekaragam dan kantin yang tersedia di dalam sekolah maupun di halaman luar sekolah tidak menyediakan jajanan sayur yang diolah dan buah-buahan.

Lokasi SDN 060870 ini sangat strategis dari lokasi pasar yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan transportasi yang lancar, sehingga mudah untuk penyediaan bahan makanan termasuk buah dan sayuran setiap saat.

Pola konsumsi buah dan sayur ini perlu diperhatikan, khususnya pada anak sekolah. Anak sekolah perlu mendapatkan perhatian yang besar karena kualitas


(62)

4

sumber daya manusia masa datang ditentukan oleh kualitas generasi muda masa kini, sehingga untuk menunjang tercapainya kualitas tersebut diperlukan zat gizi seimbang. Umumnya anak kota banyak mengonsumsi makanan kurang serat seperti

fastfood dan junkfood dan sangat sedikit mengonsumsi sayuran dan buah. Ditambah

lagi gaya hidup kurang bergerak atau lebih banyak duduk di depan televisi, komputer, dan bahkan sambil ngemil dan makan makanan manis (Devi 2012). Menurut Khomsan (2003), gemuk saat usia belum dewasa akan memberi peluang untuk gemuk saat usia dewasa. Bila saat usia 7 tahun gemuk, maka peluang gemuk saat dewasa adalah sebanyak 40 %. Bila usia remaja gemuk, maka peluang gemuk saat dewasa adalah 70 %.

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana gambaran konsumsi buah, sayur dan kecukupan serat pada anak sekolah dasar di SDN 060870 Medan pada tahun 2014.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsumsi buah, sayur dan kecukupan serat pada anak sekolah dasar di SDN 060870 Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui frekuensi konsumsi buah dan sayur pada anak SDN 060870 Medan.

2. Mengetahui jumlah buah dan sayuran yang dikonsumsi anak SDN 060870 Medan.


(63)

4. Mengetahui kecukupan serat anak SDN 060870 Medan. 1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai tambahan pengetahuan tentang manfaat buah dan sayur serta kecukupan serat.

2. Sebagai masukan kepada pihak sekolah dalam perbaikan gizi khususnya kecukupan serat anak SDN 060870 Medan.


(64)

ABSTRAK

Buah dan sayur memiliki berbagai manfaat bagi tubuh, kurang mengonsumsi buah dan sayur dapat mengakibatkan kekurangan zat gizi seperti mineral, vitamin, terutama serat sehingga dapat menimbulkan terjadinya berbagai penyakit. Pentingnya mengonsumsi buah dan sayur yang merupakan sumber serat paling banyak masih kurang disadari oleh masyarakat Indonesia khususnya penduduk yang ada di Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsumsi buah, sayur dan kecukupan serat pada anak sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri 060870 Medan.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional, populasi penelitian adalah siswa kelas 4, 5 dan 6 yang berjumlah 259 siswa, dan pengambilan sampel diambil dengan simple random sampling dan didapat sampel sebanyak 72 siswa. Data frekuensi konsusmsi buah dan sayur, jumlah konsumsi buah dan sayur, jenis buah dan sayur, jumlah serat diperoleh dari wawancara dengan menggunakan

form food recall dan food frequency questionnaires. Analisa data disajikan dalam

bentuk distribusi frekuensi dan dianalisis secara deskripsi.

Hasil penelitian menunjukan frekuensi konsumsi buah pada siswa SDN 060870 adalah 1 kali seminggu (27,8%), frekuensi konsumsi sayur siswa yaitu 1 kali seminggu (19,4%). Jumlah buah yang dikonsumsi siswa berada pada kategori tidak cukup (81,9%) dan jumlah sayur yang dikonsumsi juga berada pada kategori tidak cukup (61,1%). Buah yang paling banyak dikonsumsi adalah jeruk (27,8 %) dan sayur yang paling banyak dikosumsi siswa adalah bayam dan sop (19,4%). Kecukupan serat siswa SDN 060870 seluruhnya berada pada kategori kurang (100%). Diharapkan pihak Dinas Kesehatan khususnya Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) memberikan informasi tentang pentingnya konsumsi buah dan sayur setiap hari sesuai anjuran, selain itu membuat poster-poster buah dan sayur yang menarik di seluruh sekolah dasar terutama SD Negeri 060870 Medan dan kepada pihak sekolah terutama guru-guru SD Negeri 060870 Medan sebaiknya memberikan penyuluhan kepada seluruh siswa tentang pentingnya konsumsi sayur dan buah disela-sela pelajaran.


(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis Ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Konsumsi Buah, Sayur Dan Kecukupan Serat Pada Anak Sekolah Dasar Di SD Negeri 060870 Medan”. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia kealam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai tak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr.Drs.Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat 2. Bapak Prof.Dr.Ir.Albiner Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Gizi

Kesehatan Masyarakat

3. Ibu Dr.Ir.Zulhaida Lubis, M.Kes, dan Ibu Ernawati Nasution SKM,M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu serta dukungan

4. Ibu Dra. Jumirah, Apt, M.Kes dan Dr.Ir.Evawany Y Aritonang, M.Si, selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan yang terbaik.


(2)

vi

5. Ibu Siti Khadijah,NST. SKM,M.Kes selaku dosen pembimbing akademik 6. Seluruh dosen dan staf yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan

7. Bapak Zamri, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri 060870 Medan yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di Sekolah Dasar Negeri 060870 Medan

8. Berbagai pihak di Sekolah Dasar Negeri 060870 Medan yang telah memberikan banyak bantuan dan kemudahan selama melakukan penelitian

9. Seluruh keluarga yang telah memberikan banyak bantuan baik secara moril dan materil

10. Teman-teman seangkatan yang saling memberikan semangat dan kesan yang tak terlupakan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran membangun diharapakan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya untuk menambah pengetahuan dalam bidang kesehatan dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu.

Medan, Oktober 2014 Penulis,

Anggi Rara


(3)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN . ... i

ABSTRAK . ... ii

ABSTRACT . ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP . ... iv

KATA PENGANTAR . ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL. ... ix

DAFTAR LAMPIRAN. ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Anak Usia Sekolah ... 6

2.2 Buah dan sayuran ... 7

2.3 Kandungan Zat Gizi Pada Buah dan sayuran ... 8

2.3.1 Vitamin . ... 8

2.3.2 Mineral . ... 14

2.4 Manfaat Buah dan Sayur Bagi Tubuh ... 19

2.5 Konsumsi Buah dan Sayur Serta Serat pada Anak Sekolah ... 20

2.6 Buah dan Sayur Sebagai Sumber Serat Makanan ... 21

2.6.1 Jenis dan Fungsi Serat Makanan . ... 23

2.6.2 Dampak Kelebihan dan Kekurangan Serat . ... 25

2.6.3 Efek Fungsional Serat Pangan Untk Kesehatan . ... 26

2.6.4 Asupan Serat Yang Dianjurkan . ... 29

2.7 Kerangka Konsep . ... 29

BAB III METODE PENELITIAN... 31

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 31

3.2.2 Waktu Penelitian ... 32

3.3 Populasi dan Sampel ... 32

3.3.1 Populasi Penelitian . ... 32

3.3.2 Sampel Penelitian . ... 32

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.4.1 Data Primer . ... 33


(4)

viii

3.5 Defenisi Operasional ... 34

3.6 Aspek Pengukuran . ... 35

3.7 Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN. ... 37

4.1 Gambaran Umum Sekolah. ... 37

4.2 Karakteristik Siswa. ... 37

4.3 Frekuensi Konsumsi Buah dan Sayur Siswa SDN 060870. ... 38

4.3.1 Frekuensi dan Jenis BuahYang Dikonsumsi Siswa ... 38

4.3.2 Frekuensi dan Jenis Sayur Yang Dikonsumsi Siswa ... 39

4.4 Jumlah Konsumsi Buah dan Sayur Siswa SDN 060870. ... 40

4.4.1 Jumlah Konsumsi Buah. ... 40

4.4.2 Jumlah Konsumsi Sayur. ... 41

4.5 Kecukupan Serat Siswa SDN 060870. ... 41

BAB V PEMBAHASAN. ... 42

5.1 Konsumsi Buah, Sayur dan Kecukupan Serat. ... 42

5.1.1 Konsumsi Buah. ... 43

5.1.2 Konsumsi Sayur. ... 43

5.1.3 Jumlah Konsumsi Buah dan Sayur. ... 44

5.1.3.1 Jumlah Konsumsi Buah. ... 44

5.1.3.2 Jumlah Konsumsi Sayur. ... 44

5.1.4 Kecukupan Serat . ... 45

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. ... 47

6.1 Kesimpulan. ... 47

6.2 Saran. ... 48 DAFTAR PUSTAKA


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Anjuran konsumsi buah dan sayur sehari . ... 21 Tabel 2 Kerangka konsep penelitian . ... 30 Tabel 3 Jumlah Sampel Pada Tiap-tiap Kelas. ... 33 Tabel 4 Distribusi Siswa SDN 060870 Berdasarkan Karakteristik

Siswa ... 38 Tabel 5 Distribusi Siswa SDN 060870 Berdasarkan Frekuensi dan

Jenis Buah Yang Dikonsumsi ... 39 Tabel 6 Distribusi Siswa SDN 060870 Berdasarkan Frekuensi dan

Jenis Sayur Yang Dikonsumsi . ... 40 Tabel 7 Distribusi Siswa SDN 060870 Berdasarkan Jumlah Konsumsi

Buah ... 40 Tabel 8 Distribusi Siswa SDN 060870 Berdasarkan Jumlah Konsumsi

Sayur ... 41 Tabel 9 Distribusi Siswa SDN 060870 Berdasarkan Kecukupan


(6)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir Food Recall

Lampiran 2 Formulir Food Frequency

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 5 Output Hasil Penelitian

Lampiran 6 Master Data

Lampiran 7 Dokumentasi