Persepsi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor untuk Berkiprah di Bidang Kehutanan

PERSEPSI MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
UNTUK BERKIPRAH DI BIDANG KEHUTANAN

DITA MUWARTAMI

MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persepsi Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor untuk Berkiprah Di Bidang Kehutanan adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Dita Muwartami
E14100041

ABSTRAK
DITA MUWARTAMI. Persepsi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor untuk
Berkiprah Di Bidang Kehutanan. Dibimbing oleh BAHRUNI
Peran Sumber Daya Manusia (SDM) terdidik di bidang kehutanan menjadi
harapan besar dalam upaya mengatasi persoalan-persoalan dalam pengelolaan
hutan di Indonesia, namun untuk mengatasinya diperlukan adanya kolaborasi,
koordinasi, dan komunikasi dengan lulusan pertanian lain. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kecenderungan Mahasiswa IPB untuk berkiprah di bidang
kehutanan dengan bekerja di institusi pemerintah, perusahaan swasta, atau
berwirausaha serta ketertarikan Mahasiswa IPB untuk berkolaborasi dalam bisnis
kehutanan. Pengambilan data menggunakan kuesioner dengan responden
mahasiswa IPB angkatan 2010 dari 10 departemen yang memiliki kedekatan
bidang ilmu dengan kehutanan. Hasil penelitian menunjukkan hanya sebanyak
1.6% responden yang menjadikan kehutanan sebagai prioritas utamanya dalam
berkarir dan 17.5% responden memilih untuk mengembangkan wirausaha di

bidang pertanian. Kecenderungan mahasiswa untuk berkolaborasi dengan lulusan
kehutanan, pertanian lainnya, dan masyarakat dalam pengembangan wirausaha
kehutanan tergolong tinggi dengan persentase di atas 90 %.
Kata kunci: kolaborasi, sumber daya manusia

ABSTRACT
DITA MUWARTAMI. Perception of Bogor Agricultural Institute’s Students to
Work in Forestry Sector. Supervised by BAHRUNI.
Role of educated Human Resources (HR) in forestry field is becoming a
great hope for effort to address the issues in forest management in Indonesia,
however, it required to overcome the collaboration, coordination, and
communication with other agricultural graduates. This study aims to identify the
tendency of IPB students to take part in the forestry sector by working in
government institutions, private companies, or entrepreneurship as well as the IPB
student interest to collaborate in the forestry business. Data is collected by using
questionnaires with IPB student class 2010 from 10 departments which have
proximity to forest science as respondents. The result shows that only 12.2% of
respondents chose to work in forestry company as their first priority and as much
as 17.5% of respondents chose to develop entrepreneurship in agriculture. The
tendency of students to collaborate with forestry graduates, other agricultural

graduate and communities in the development of entrepreneurship is high with
percentage over than 90%
.
Keywords: collaboration, human resources

PERSEPSI MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
UNTUK BERKIPRAH DI BIDANG KEHUTANAN

DITA MUWARTAMI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada
Departemen Manajemen Hutan

MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


Judul Skripsi : Persepsi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor untuk Berkiprah di
Bidang Kehutanan
Nama
: Dita Muwartami
NIM
: E14100041

Disetujui oleh

Dr Ir Bahruni, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc.F.Trop
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 ini ialah
persepsi, dengan judul Persepsi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk
Berkiprah di Bidang Kehutanan. Penelitian memberikan informasi mengenai
kecenderungan mahasiswa IPB untuk berkiprah di bidang kehutanan, spesifikasi
dalam pemilihan bidang pekerjaan, faktor yang memengaruhi pilihan karir, serta
kecenderungan untuk berkolaborasi dengan lulusan kehutanan, dan lulusan
pertanian lainnya, dan masyarakat dalam upaya pengembangan ekonomi
masyarakat melalui pengembangan wirausaha kehutanan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Bahruni, MS selaku
pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada para pihak
yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, dan teman-teman Fahutan
IPB terutama para sahabat dan teman seperjuangan di Manajemen Hutan 47 yang
tidak dapat disebutkan namanya satu persatu atas segala bantuan dan
dukungannya atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Juni 2014
Dita Muwartami

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Kerangka Pikir

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

3

METODE

3


Waktu dan Tempat

3

Alat dan Bahan

3

Penentuan Responden

3

Jenis Data yang Dikumpulkan

4

Pengolahan dan Analisis Data

4


HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Karakteristik Responden

6

Pengetahuan Umum di Bidang Kehutanan

6

Kecenderungan Pemilihan Karir setelah Lulus

8

Kecenderungan Mahasiswa Pertanian dalam Pengembangan Wirausaha
Pertanian dan Kehutanan

10


SIMPULAN DAN SARAN

15

Simpulan

15

Saran

15

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

17


RIWAYAT HIDUP

20

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach
Skor pertanyaan pengetahuan umum di bidang pertanian
Kategori tingkat pengetahuan umum di bidang pertanian
Rata-rata tingkat pengetahuan umum pertanian Mahasiswa IPB
Unsur-unsur faktor internal dalam penentuan pemilihan karir
Unsur-unsur faktor eksternal dalam penentuan pemilihan karir
Minat Mahasiswa IPB dalam pengembangan usaha pertanian

4
5
5
7
9
10
12

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Kerangka pemikiran penelitian
Tingkat pengetahuan di bidang pertanian Mahasiswa IPB
Prioritas utama Mahasiswa IPB dalam memilih karir setelah lulus
Penghasilan yang diinginkan saat pertama kali bekerja
Pengembangan bisnis yang ingin dikembangkan responden
Kebutuhan kolaborasi antar lulusan kehutanan dan pertanian lain untuk
berkiprah dalam wirausaha kehutanan
7 Kebutuhan kolaborasi dengan masyarakat dalam mengembangkan
wirausaha kehutanan
8 Minat utuk berkolaborasi dengan masyarakat dalam mengembangkan
wirausaha kehutanan

2
7
8
10
11
13
14
15

DAFTAR LAMPIRAN
1 Uji validitas dan reliabilitas pengetahuan umum di bidang pertanian
dengan corrected item-correlation
2 Uji validitas dan reliabilitas pengetahuan umum di bidang pertanian
dengan bivariate pearson
3 Chi square-test

17
18
19

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengelolaan hutan di Indonesia tidak dapat dipungkiri telah menjadi
sorotan berbagai pihak. Terdapat beberapa isu yang mendasar dan menjadi
permasalahan pengelolaan hutan di Indonesia. Bappenas pada tahun 2010
melakukan konsultasi regional dan analisis terhadap permasalahan mendasar
kehutanan Indonsesia. Hal tersebut terkait dengan tata kelola, penataan ruang,
tenurial, manajemen hutan, penegakan hukum yang pada akhirnya mempengaruhi
kondisi sumberdaya hutan dan nantinya akan mengganggu pendapatan negara.
Indonesia sebagai negara yang memiliki luasan hutan tropis yang besar,
seharusnya dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan di Indonesia dan
dapat mengatasi persoalan kemiskinan namun dengan permasalah pengelolaan
yang tidak tepat, hal tersebut terasa sulit untuk diatasi (Indrarto et al. 2011).
Persoalan-persoalan tersebut dapat diatasi dengan berintegrasi dengan
berbagai pihak salah satunya dengan peran sumber daya manusia (SDM) terdidik.
Peran SDM terdidik di bidang kehutanan tentunya merupakan suatu harapan besar
untuk dapat mengatasi persoalan tersebut. Permasalahan kehutanan terintegrasi
dengan kebijakan-kebijakan yang ada, maka dari itu perlu juga adanya integrasi,
koordinasi, dan komunikasi dengan bidang keilmuan lain untuk menyelesaikan
persoalan tersebut dengan lebih efektif.
Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai institusi yang setiap tahunnya
meluluskan SDM terdidik dengan kompetensi pertanian luas tentu turut
mengambil peran dalam pendidikan SDM pertanian di Indonesia. Berdasarkan
data Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni Institut Pertanian
Bogor (DPKHA IPB) (2013), lebih dari 50% alumni IPB dari setiap fakultasnya
yang lulus pada tahun 2011 bekerja sesuai dengan bidang keilmuannya.
Diperlukan kajian mengenai kecenderungan mahasiswa IPB untuk
berkiprah di bidang pertanian dan di bidang kehutanan. Kajian tersebut
dikembangkan dengan mengidentifikasi kemungkinan adanya kolaborasi calon
lulusan pertanian dengan calon lulusan kehutanan untuk mengembangkan bisnis
kehutanan pada khususnya dan bisnis pertanian pada umumnya. Kecenderungan
untuk bekerja sama dalam rangka pengembangan ekonomi masyarakat melalui
wirausaha kehutanan khususnya di desa sekitar hutan untuk pengamalan dan
pengembangan kapasitas SDM lulusan pertanian secara luas.
Kerangka Pikir
Kajian mengenai persepsi mahasiswa pertanian terhadap pemilihan bidang
karir ini dilakukan untuk memberikan informasi mengenai kecenderungan
mahasiswa untuk bekerja sesuai dengan bidang keilmuannya serta adanya
kemungkinan bersinergi dengan bidang keilmuan kehutanan. Informasi ini penting
untuk menemukan alternatif atau solusi permasalahan kecenderungan minat
lulusan terhadap pilihan karir setelah lulus.

2
Informasi kecenderungan tersebut dapat juga diketahui korelasi antara
tingkat minat untuk pengamalan ilmu pengetahuan khususnya kehutanan bersama
masyarakat demi kelangsungan hutan dan kehutanan di masa mendatang.
Kerangka pemikiran penelitian persepsi mahasiswa kehutanan untuk berkiprah di
bidang kehutanan disajikan pada Gambar 1.

Pendidikan SDM pertanian

Kajian kecenderungan mahasiswa pertanian untuk
berkiprah di kehutanan

Kecenderungan kolaborasi mahasiswa pertanian

Pertanian
 Preferensi orientasi kerja
 Kebutuhan IPTEK untuk
orientasi kerja
 Kebutuhan kolaborasi antar
SDM terdidik

Masyarakat Desa Sekitar Hutan
 Kebutuhan
pengembangan kapasitas
 Peran SDM terdidik
dalam pengembangan
kapasitas

Pendayagunaan SDM terdidik, kolaborasi para pihak, dan
kapasitas SDM

Pengelolaan hutan dan pengembangan ekonomi masyarakat

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Tujuan Penelitian
1. Mengkaji kecenderungan SDM terdidik di bidang pertanian non kehutanan
untuk berkiprah di bidang kehutanan.
2. Mengkaji kecenderungan sinergi SDM terdidik di bidang pertanian lainnya
dengan bidang kehutanan dalam bisnis atau usaha kehutanan.
3. Mengkaji kecenderungan sinergi tenaga terdidik di bidang pertanian non
kehutanan dengan masyarakat dalam rangka pengembangan ekonomi
masyarakat pedesaan berbasis hutan.

3
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai kecenderungan
mahasiswa kehutanan dan pertanian untuk bersinergi untuk mengembangkan
bisnis kehutanan serta sinergi dengan masyarakat dalam upaya pengembangan
ekonomi masyarakat pedesaan. Memberi bahan evaluasi pembentukan kompetensi
soft skill untuk mahasiswa untuk berkiprah, serta untuk memberikan bahan
rumusan untuk membuka ruang kiprah nyata (usaha) atau pengembangan usaha
pertanian terhadap pemerintah, swasta, dan perguruan tinggi.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Institut Pertanian Bogor pada bulan
Desember 2013 sampai April 2014 untuk pengambilan data. Pengolahan data dan
penyusunan laporan dilaksanakan bulan April sampai Mei 2014.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, satu unit
komputer yang disertai dengan perangkat lunak pengolah angka dan pengolah
data statistik untuk ilmu sosial. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner sebagai panduan wawancara.

Penentuan Responden
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa IPB angkatan 2010 dari
10 departemen yang dipilih secara purposive dengan pertimbangan memiliki
kedekatan bidang keilmuan dengan kehutanan. Kesepuluh departemen tersebut
adalah Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan (ITSL), Agronomi dan Holtikultura
(AGH), Arsitektur Lanskap (ARL), Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
(IPTP), Teknik Mesin dan Biosistem (TMB), Teknologi Industri Pertanian (TIN),
Teknik Sipil dan Lingkungkan (SIL), Agribisnis (AGB), Ekonomi Sumberdaya
dan Lingkungan (ESL), dan Komunikasi Pembangunan Masyarakat (KPM)
sebagai pembanding ketertarikan untuk bersinergi dengan lulusan kehutanan
dalam bisnis kehutanan. Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah
sampel adalah menggunakan rumus Slovin (Sevilla et. al. 1960:182).
N
n=
1 + Ne2

Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = batas toleransi kesalahan (10%)

4
Berdasarkan rumus tersebut dengan populasi mahasiswa IPB angkatan 2010
dari kesepuluh departemen tersebut berjumlah 1056 maka dipreroleh n sebesar
91,38 kemudian digenapkan menjadi 100 responden. Distribusi responden di
setiap departemen ditetapkan sama yaitu 10. Pemilihan responden ditentukan
secara acak dengan teknik perjumpaan kesediaan mahasiswa untuk menjadi
responden.
Jenis Data yang Dikumpulkan
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diambil menggunakan kuesioner dan wawancara, terdiri dari data identitas
responden seperti nama, jenis kelamin, angkatan, dan departemen serta data yang
berkaitan dengan informasi yang ingin diperoleh pada penelitian ini. Data
sekunder, terdiri dari data literatur dan data yang tersedia dari fakultas dan
departemen yang terkait dengan penelitian.
Pengolahan dan Analisis Data
Kualitas data dalam penelitian yang menggunakan metode kualitatif
diukur dari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner. Kuesioner
dikatakan berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan pemakaiannya, apabila
telah diuji validitas dan reabilitasnya.
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas menurut Siregar (2013) menunjukkan sejauh mana alat
ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur, menggunakan korelasi
bivariate pearson dan corrected item-total correlation menggunakan program
pengolah data statistik. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana suatu kuesioner dapat digunakan secara berulang dan akan
menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas menggunakan metode koefisien
Alpha Cronbach pada perangkat lunak pengolah data. Tingkat reliabilitas
pada metode Alpha Cronbach disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach
Alpha
Tingkat Reliabilitas
0.00 – 0.20
Kurang reliabel
>0.20 – 0.40
Agak reliabel
>0.40 – 0.60
Cukup reliabel
>0.60 – 0.80
Reliabel
>0.80 – 1.00
Sangat reliabel
2. Pengetahuan Umum di Bidang Pertanian
Pengetahuan umum di bidang pertanian diukur berdasarkan jumlah skor
dari lima pertanyaan pada kuesioner dengan menggunakan skala likert. Skala
likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
tentang kejadian atau gejala sosial. Skor untuk pertanyaan mengenai
pengetahuan umum di bidang pertanian disajikan pada Tabel 2.

5

No
1
2
3
4
5

Tabel 2 Skor pertanyaan pengetahuan umum di bidang pertanian
Kategori
Skor
Sangat tinggi
5
Tinggi
4
Sedang
3
Rendah
2
Sangat rendah
1

Pertanyaan lainnya diukur dan dianalisis secara deskriptif, hasilnya
disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik. Interval tingkat pengetahuan
diukur menggunakan rumus yang terdapat pada Supranto (2000) yaitu
dengan cara:

Keterangan : C
Xn
Xi
K

= interval
= nilai observasi terbesar
= nilai observasi terkecil
= jumlah kelas/kategori

Tabel 3 Kategori tingkat pengetahuan umum di bidang pertanian
No
1
2
3
4
5

Kategori
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah

Skor
4.2 ≤ X < 5.0
3.4 ≤ X < 4.2
2.6 ≤ X < 3.4
1.8 ≤ X < 2.6
1.0 ≤ X < 1.8

3. Kecenderungan pemilihan karir setelah lulus
Pengukuran faktor pekerjaan (internal) dan luar pekerjaan (eksternal)
ataupun pengaruh kedua faktor tersebut yang mempengaruhi motivasi dalam
pemilihan karir menggunakan skala prioritas 1 sampai 3. Data mengenai
kecenderungan pemilihan karir setelah lulus pada unsur-unsur faktor internal
maupun eksternal diukur dengan mengurutkan prioritas 1 sampai n (sesuai
dengan jumlah pilihan lapangan pekerjaan yang ditawarkan).
Pengolahan data akan menyajikan jumlah responden yang memilih
prioritas utama untuk jenis prioritas utama untuk jenis pekerjaan yang
ditawarkan.
4. Kecenderungan minat untuk bekerja di perusahaan atau instansi kehutanan
Data mengenai kebutuhan sinergi dalam bekerja di perusahaan atau
instansi kehutanan diukur dengan menggunakan skala guttman. Skala
guttman yaitu skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat tegas (jelas)
dan konsisten dengan dua pilihan misalnya ya atau tidak, perlu atau tidak
perlu, maupun minat atau tidak berminat (Siregar 2013).

6
5. Kebutuhan sinergi dalam berkarir di wirausaha atau bisnis kehutanan
Data mengenai kebutuhan sinergi dalam berkarir dengan berwirausaha
atau bisnis kehutanan diukur menggunakan skala guttman untuk pertanyaan
mengenai kolaborasi dengan masyarakat. Sedangkan skala likert digunakan
untuk pertanyaan mengenai tingkat kesanggupan dan ketertarikan berbisnis di
usaha primer dan sekunder, serta jenis usaha yang diminati.
6. Uji Signifikansi
Pendekatan atau metode analisis dalam penelitian ini adalah
menggunakan pendekatan gabungan metode kuantitatif deskriptif yang
digunakan untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi kecukupan
kompetensi, tingkat pengetahuan, dan pilihan bidang berkiprah. Analisis
kuantitatif digunakan uji korelasi chi-square test. Menurut Sufren dan
Natanael (2013) chi-square test digunakan untuk menguji data yang mana
salah satu data bersifat nominal atau berupa kategori.
.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini adalah 100 orang mahasiswa Institut
Pertanian Bogor (IPB) dari departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
(ITSL), Agronomi dan Holtikultura (AGH), Arsitektur Lanskap (ARL), Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Teknik Mesin dan Biosistem (TMB),
Teknologi Industri Pertanian (TIN), Teknik Sipil dan Lingkungkan (SIL),
Agribisnis (AGB), Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL), dan Sains
Komunikasi Pengembangan Masyarakat (SKPM) angkatan 2010 yang merupakan
mahasiswa tingkat akhir. Jumlah responden tersebar merata dengan komposisi 10
orang responden dari masing-masing departemen.
Pengetahuan Umum di Bidang Pertanian
Notoatmojo (2003) menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang
(overt behavior). Pengetahuan menurut Sunaryo dan Joshi (2003) adalah
kapasitas manusia untuk memahami dan menginterpretasikan baik hasil
pengamatan maupun pengalaman, sehingga bisa digunakan untuk meramalkan
ataupun sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Hasil
menunjukkan 58% responden memiliki pengetahuan umum tentang pertanian
yang baik, hal ini dikarenakan seluruh responden berasal dari mahasiswa tingkat
akhir dan berlatar belakang keilmuan pertanian (Gambar 2). Responden telah
memperoleh lebih banyak pengalaman kerena telah terjun langsung menerapkan
ilmu pengetahuan yang telah diajarkan melalui praktik lapang maupun praktik
kerja. Dariyo (2004) dalam Aprilyan (2011) menyatakan salah satu faktor yang
memengaruhi pengetahuan seseorang adalah faktor belajar.

7

Jumlah responden (%)

70
58

60

50
40
25

30
20

16

10

1

0

0
Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang Sangat Kurang

Gambar 2 Tingkat pengetahuan umum di bidang pertanian mahasiswa IPB
Mahasiswa IPB yang memiliki pengetahuan pertanian paling baik dengan
rata-rata skor paling tinggi adalah mahasiswa Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan (ESL). Hal ini dikarenakan mahasiswa ESL mendapatkan seluruh
mata kuliah pertanian luas dibandingkan dengan departemen lain (Tabel 4).
Tabel 4 Rata-rata tingkat pengetahuan umum pertanian Mahasiswa IPB
Departemen
Rata-rata skor Tingkat pengetahuan
Agribisnis
3,94
Baik
Komunikasi Pengembangan Masyarakat
3,48
Baik
Arsitektur Lanskap
3,52
Baik
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
3,86
Baik
Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
3,58
Baik
Teknik Sipil dan Lingkungan
3,64
Baik
Agronomi dan Holtikultura
3,54
Baik
Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
4,02
Baik
Teknik Industri Pertanian
3,54
Baik
Teknik Mesin dan Biosistem
3,82
Baik
Hasil chi-square test menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara
departemen asal responden dengan pengetahuan umum bidang pertanian. Hasil
pengolahan diperoleh p sebesar 0.049 yang artinya
. Uji validitas dan
reliabilitas untuk 11 pertanyaan yang diajukan dalam bentuk skala likert
menghasilkan nilai reliabilitas (Cronbach’s Alpha) sebesar 0.754 sehingga dapat
disimpulkan bahwa pertanyaan tersebut valid dan reliabel.
Kecenderungan Pemilihan Karir Setelah Lulus
Setyawardani (2009) menyatakan bahwa secara umum pemilihan karir
merupakan proses dari individu sebagai usaha mempersiapkan dirinya untuk
memasuki tahapan yang berhubungan dengan pekerjaan. Sebelum melakukan
pemilihan karir, setiap individu tentunya telah memiliki sebuah rencana karir

8
setelah lulus dari perguruan tinggi. Perencanaan karir sendiri menurut Panggabean
(2002) suatu proses yang digunakan seseorang untuk memilih tujuan karir dan
jalur karir untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Penelitian ini mengkaji pilihan prioritas utama pekerjaan yang dipilih
responden dan didapatkan hasil sebanyak 17.5% responden memilih berkarir
dengan berbisnis di bidang pertanian dan 15.1% memilih untuk bekerja di
Kementrian Pertanian dan sisanya tersebar hampir merata di berbagai bidang karir
yang berbeda (Gambar 3). Hal ini terjadi karena latar belakang keilmuan yang
berbeda namun responden memiliki dasar ilmu pertanian. Holland dalam
Panggabean (2006) menyatakan individu tertarik pada suatu karir tertentu karena
kepribadiannya dan berbagai variabel yang melatarbekanginya.
Bisnis Pertanian
Kementrian Pertanian
Perindustrian
Kementrian Lingkungan Hidup
Perusahaan Konsultan
Bisnis Non Pertanian
Kementrian Keuangan
Perusahaan Perkebunan
Jurnalistik
Lembaga Pendidikan
Perbankan
Lembaga Penelitian
Lembaga Pembiayaan (Non Bank)
Kementrian Kehutanan
Perusahaan Hutan

17.5
15.1
13.5
8.7
7.9
7.1
7.1
5.6
4.8
4.0
3.2
2.4
1.6
1.6
0
0

2
4
6
8
10 12 14 16 18 20
Distribusi prioritas utama pilihan responden (%)

Gambar 3 Prioritas utama Mahasiswa IPB dalam memilih karir setelah lulus
Minat responden untuk bekerja di instansi kehutanan tergolong rendah, ini
dinyatakan oleh 1.6% responden yang memilih untuk bekerja di instansi
kehutanan. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dan rendahmya
kompetensi responden tentang kehutanan. Minat 1.6% mahasiswa IPB untuk
bekerja di Kementrian Kehutanan perlu direspon secara positif, karena dalam
melakukan pengelolaannya masih diperlukannya integrasi dengan lulusan terdidik
dari bidang keilmuan lain untuk membantu mengembangkan kehutanan. Data
mengenai minat mahasiswa IPB untuk berkarir dijelaskan pada Gambar 3.
Berdasarkan rincian jenis pekerjaan yang terdapat pada Gambar 3
dikelompokan menjadi 3 sektor besar yaitu sektor pemerintah, sektor swasta, dan
wiraswasta. Responden lebih berminat untuk bekerja di sektor pemerintah
dinyatakan oleh 43.7% responden, sebanyak 31.7% memilih untuk bekerja di
sektor swasta, dan 24.6% responden memilih untuk berwirausaha. Hal ini dapat
dianalisis karena kehidupan sebagai PNS kedepannya lebih terjamin, seperti

9
tersedianya tunjangan untuk pegawai yang telah pensiun, ini sejalan dengan
undang-undang ketenagakerjaan no 13 tahun 2003.
Penelitian ini juga menganalisis sejauh mana minat mahasiswa IPB untuk
berkiprah di bidang kehutanan dengan membangun sebuah kasus simulasi, jika
setelah beberapa tahun lulus dari perguruan tinggi, responden belum juga
memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan keinginan, kemudian mendapat
kesempatan untuk bekerja di bidang kehutanan. Hasil menunjukkan sebanyak
81% responden berminat untuk bekerja di perusahaan maupun instansi kehutanan
dengan berbagai pertimbangan, sebanyak 40% beralasan bahwa bidang keilmuan
mereka memiliki kemiripan dengan bidang kehutanan. Beberapa responden tidak
berminat untuk bekerja di bidang kehutanan ini dinyatakan oleh 19% responden
yang lebih memilih untuk membangun bisnis di bidang pertanian. Hasil chisquare test diperoleh nilai p sebesar 0.198 yang artinya
ini menunjukkan
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara departemen asal responden
dengan minat bekerja di instansi kehutanan.
Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal dalam Pemilihan Pekerjaan
Wayne F. Cascio dalam Umar 1997 menyebutkan bahwa motivasi adalah
suatu usaha yang dihasilkan dari keinginan seseorang untuk memuaskan
kebutuhan mereka. Pemilihan karir sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
dapat memotivasi.
Peranan faktor internal, faktor eksternal, maupun keduanya dapat
mempengaruhi responden dalam pemilihan karir. Responden menyatakan faktor
internal merupakan faktor yang paling mempengaruhi dalam pertimbangan utama
dalam dalam pemilihan karir, ini dinyatakan oleh 46% responden. Faktor
eksternal merupakan faktor yang hanya sedikit mempengaruhi responden dalam
pertimbangan utama dalam pemilihan karir, dinyatakan oleh 5% responden,
sedangkan responden yang menyatakan bahwa kedua faktor tersebut sangat
mempengaruhi dalam pertimbangan utama pemilihan karir sebanyak 45%.
Unsur faktor internal yang paling mempengaruhi responden dalam memilih
pekerjaan adalah penghasilan, dinyatakan oleh 35.5% responden sebagai motivasi
dalam pemilihan pekerjaan (Tabel 5). Rahayu et al (2002) dalam Aprilyan (2011)
mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karir terdiri dari
penghargaan finansial, pelatihan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja,
pertimbangan pasar kerja, dan personalitas. Penghasilan dianggap sebagai suatu
penghargaan atas jasa dan pengabdian mereka terhadap suatu pekerjaan yang
mereka lakukan.
Tabel 5 Faktor internal dalam penentuan pemilihan karir
Unsur faktor pekerjaan
Orang
Persentase
Penghasilan
55
35.5
Lokasi kerja
30
19.4
Jenjang karir
29
18.7
Fasilitas perusahaan
12
7.7
Kenyamanan fasilitas
29
18.7
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Harris dan Djamhuri (2001)
yang menyatakan dalam pemilihan profesi, pemilih lebih mempertimbangkan nilai

10

Jumlah responden (%)

intrinsik pekerjaan dan gaji awal yang lebih besar serta gaji jangka panjang dan
kesempatan yang lebih menjanjikan. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat
dilihat bahwa responden telah mengetahui besaran penghasilan pokok sarjana baru
dan Upah Minimum Regional (UMR) serta telah dapat mengukur kompetensi
yang dimilikinya. Responden memiliki harapan memperoleh penghasilan pertama
sebesar Rp2 500 000-Rp4 999 000 dan Rp5 000 000-Rp7 499 000 (Gambar 4),
hal ini berdasarkan pertimbangan sebagai sarjana baru dan standar UMR, tetapi
responden ingin mendapatkan penghasilan yang wajar sesuai kompetensi yang
mereka miliki.
60
48.0

50

41.0

40
30
20
10

8.0

3.0

0
1-2.49

2.5-4.99

5-7.49

7.5-10

Juta (Rp)

Gambar 4 Penghasilkan yang diinginkan saat pertama kali bekerja
Faktor eksternal memiliki unsur-unsur yang dianggap mempengaruhi dalam
pemilihan karir responden. Responden memilih keluarga sebagai motivasi utama
mereka dalam pemilihan karir, ini dinyatakan oleh 76.2% responden (Tabel 6).
Hal ini dapat dianalisis karena keluarga merupakan orang terdekat yang mampu
memotivasi dan mempengaruhi pilihan responden terhadap karir.
Tabel 6 Faktor ekternal dalam penentuan pemilihan karir
Unsur faktor luar
Orang
Persentase
Keluarga
80
76.2
Teman
8
7.6
Donatur/beasiswa
15
14.3
Universitas
2
1.9

Kecenderungan Mahasiswa Pertanian dalam Pengembangan Wirausaha
Pertanian dan Kehutanan

Minat responden dalam mengembangkan wirausaha kehutanan tergolong
rendah, ini dinyatakan oleh 12.2% responden. Sebanyak 10 orang dari 12.2% yang
tertarik untuk berbisnis di kehutanan, memilih untuk mengembangkan jenis bisnis
ekowisata dan jasa lingkungan, dikarenakan responden memiliki cukup
pengetahuan di bidang tersebut. Responden yang berminat dalam
mengembangkan wirausaha kehutanan ini menyatakan pernah mengambil mata
kuliah pendukung (supporting course) di Fakultas Kehutanan.

11

12%

Pertanian
Kehutanan

88%

Gambar 5 Pengembangan bisnis yang diinginkan responden
Alasan responden tidak berminat untuk mengembangkan wirausaha
kehutanan adalah dikarenakan resiko untuk berbisnis di kehutanan sangat besar,
selain itu alasan responden tidak ingin terjun ke dalam bisnis kehutanan adalah
alasan permodalan, ini dinyatakan oleh 88% responden yang memilih untuk
berbisnis di bidang pertanian pada Gambar 5. Permodalan dalam bisnis kehutanan
pun dirasakan sulit, karena perbankan belum bersedia untuk memberikan
pinjaman modal untuk bisnis kehutanan hal ini dikarenakan daur tanaman yang
cukup panjang misalnya antara enam sampai tujuh tahun untuk fast growing
species (Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia 2010) hal ini tentu saja mengandung
risiko yang tinggi pula, selain itu tingkat pengembalian dalam bisnis ini lama.
Faktor lain responden enggan untuk mengembangkan bisnis kehutanan adalah
birokrasi yang terlalu rumit, tingginya biaya transaksi, dan harga jual kayu yang
belum stabil.
Menurut Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (2012) permasalahan bisnis
kehutanan yang ada di Indonesia adalah ketidakberlanjutan supply bahan baku
dari hutan alam, lemahnya daya saing, harga jual kayu bulat sangat rendah,
kebijakan dan skema pendanaan industri kehutanan yang kurang mendukung,
ketidakpastian status kawasan hutan dan merebaknya konflik lahan dan sosial,
serta penegakkan hukum sangat lemah.
Bagi responden yang berlatar belakang ilmu pertanian, kesulitan dalam
pengembangan usaha kehutanan tidak hanya terjadi pada pengelolaan hutan alam,
untuk mengembangkan usaha hutan tanaman berbasis masyarakat pun sulit untuk
dilakukan. Walaupun kini telah ada program pendanaan untuk pengusaha hutan
skala mikro, kecil, dan menengah dari pemerintah namun hal tersebut masih
dirasa sulit. Waktu panen yang tergolong lama bahkan untuk tanaman fast
growing yang memerlukan waktu enam tahun untuk panen. Nugroho (2011)
menyatakan usaha hutan tanaman memerlukan jangka waktu investasi dan masa
tunggu yang relatif lama sejak penanaman hingga usaha tersebut menghasilkan.

12
Berbeda dengan bisnis kehutanan, pengembangan bisnis pertanian dirasa
lebih mudah bagi mahasiswa IPB. Risiko dalam mengembangkan usaha pertanian
lebih rendah dan telah banyak perbankan yang menawarkan pinjaman modal
untuk bisnis pertanian. Masa panen komoditi pertanian cenderung lebih singkat
dan tingkat pengembalian modal lebih cepat.
Pengembangan wirausaha pertanian maupun kehutanan merupakan salah
satu kegiatan yang berpengaruh terhadap pembangunan perekonomian nasional
(Saragih 1995). Hasil penelitian, minat mahasiswa IPB dalam pengembangan
bisnis pertanian cenderung baik, dengan rata-rata skor 4.05, sedangkan untuk
bisnis kehutanan rata-rata skor adalah 3.1 dapat dikategorikan cukup baik dari
rentang nilai 1 sampai 5. Mahasiswa yang berminat untuk mengembangkan
wirausaha di bidang pertanian memiliki minat yang sama dalam pengelolaan
wirausaha primer maupun sekunder seperti yang tersaji pada Tabel 7. Hal ini
dapat dianalisis karena latar belakang keilmuan responden adalah pertanian dan
responden lebih memahami cara-cara untuk mengembangkan usaha pertanian.
Hasil chi-square test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara departemen asal dengan minat untuk mengembangkan bisnis pertanian,
hasil diperoleh p sebesar 0.089.
Tabel 7 Minat mahasiswa IPB dalam pengembangan usaha pertanian
Minat
Rata-rata skor Tingkat minat
Minat mengembangkan usaha pertanian primer
3.53
Berminat
Minat mengembangkan usaha pertanian sekunder
3.68
Berminat

Kolaborasi antara Lulusan Kehutanan dan Pertanian dalam Berkiprah di
Wirausaha Kehutanan
Penelitian ini mengkaji persepsi mahasiswa pertanian terhadap keperluan
kolaborasi lulusan kehutanan dengan lulusan non kehutanan dalam pengembangan
wirausaha kehutanan. Responden menyatakan perlu adanya kolaborasi antara
lulusan kehutanan dengan lulusan non kehutanan dalam pengembangan usaha
kehutanan primer maupun sekunder, ini dinyatakan oleh 98% responden pada
Gambar 6. Responden berpendapat dalam suatu pengelolaan bisnis terutama
bisnis kehutanan, memerlukan ahli berbagai bidang lain untuk menyempurnakan
dan memajukan bisnis tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Kusumaryani
(2011) yang menyatakan setiap profesi memiliki keunggulan dan keunikan yang
tidak bisa digantikan oleh profesi lain namun setiap profesi memiliki kemiripan
dan kedekatan hubungan yang luar biasa.

Jumlah responden
(%)

13
100
80
60
40
20
0

99

1
Butuh

Tidak butuh

Gambar 6 Kebutuhan kolaborasi antara lulusan kehutanan dan pertanian lain
untuk berkiprah dalam wirausaha kehutanan
Responden menyatakan bahwa bidang keilmuan lain yang sangat
dibutuhkan untuk mengembangkan bisnis kehutanan adalah lulusan dari bidang
keilmuan agribisnis dan manajemen (35.6%), ekonomi (10.9%), dan teknik
(6.8%). Bidang keilmuan agribisnis sangat diperlukan untuk memudahkan dalam
strategi pemasaran, perencanaan bisnis, serta inovasi produk. Menurut responden
hal ini dapat menunjang untuk meningkatkan harga jual suatu produk dari
pengelolaan hilir suatu bisnis. Nugroho (2004) menyatakan produk yang
dihasilkan harus dapat bersaing di pasaran internasional, sehingga harga jual
produk harus kompetitif.
Tidak hanya ketiga bidang keilmuan tersebut, dalam pengembangan
bisnisnya lulusan kehutanan juga memerlukan kolaborasi dengan bidang keilmuan
lain seperti peternakan, komunikasi, agronomi, dan arsitektur lanskap. Hal ini
diperlukan untuk memperbaiki atau memunculkan inovasi baru dalam
pengembangan pengelolaan hulu dari bisnis kehutanan. Sejalan dengan pendapat
Gray (1989) dalam Sumardjo (2010) yang menggambarkan bahwa kolaborasi
sebagai suatu proses berpikir dimana pihak yang terlibat memandang aspek-aspek
perbedaan dari suatu masalah serta menemukan solusi dari perbedaan tersebut dan
keterbatasan pandangan mereka terhadap apa yang dapat dilakukan.
Kolaborasi dengan Masyarakat dalam Pengembangan Wirausaha
Kehutanan
Peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan dapat dilakukan
dengan cara berkolaborasi dalam pengembangan wirausaha kehutanan. Tidak
hanya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, kolaborasi juga dapat
dilakukan untuk mencegah konflik-konflik yang mungkin muncul dari masyarakat
sekitar hutan pada kegiatan usaha pengelolaan kehutanan. Inovasi yang saat ini
sedang marak dikembangkan adalah manajemen kolaborasi. Menurut Theresia
(2008), manajemen kolaborasi adalah suatu bentuk manajemen yang
mengakomodasikan kepentingan-kepentingan seluruh stakeholder secara adil
sesuai dengan peran yang dimainkannya dan ditempatkan dalam posisi yang
setara dalam setiap proses pengambilan keputusan pada setiap tahapan manajemen
kegiatan, dalam hal ini manajemen pengelolaan hutan. Menurut Suharjito (2004)
dalam Theresia (2008), manajemen kolaborasi sudah dikembangkan dalam usaha
pertanian di berbagai negara, seperti Afrika Selatan dan Filipina.

14

Jumlah responden (%)

Sebanyak 95% berpendapat bahwa kolaborasi dengan masyarakat dalam
pengembangkan wirausaha kehutanan sangatlah perlu (Gambar 7). Baik
masyarakat sebagai pemilik lahan maupun masyarakat sebagai pekerja dalam
bisnis kehutanan. Menurut pendapat responden, kolaborasi dengan masyarakat
penting dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Kolaborasi yang dapat dilakukan oleh pengusaha hutan kepada masyarakat adalah
dengan membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat atau dapat pula dilakukan
pengelolaan hutan bersama masyarakat, selain itu dengan diadakannya
penyuluhan dan kolaborasi dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
masyarakat sekitar hutan. Pada dasarnya pengelolaan hutan akan sulit dilakukan
tanpa partisipasi aktif dari masyarakat sekitar hutan.

100

95

80
60

Butuh

40

Tidak Butuh

20
0

Gambar 7

Kebutuhan kolaborasi dengan masyarakat dalam mengembangkan
wirausaha kehutanan.

Sebaliknya, saat masyarakat sebagai pemilik lahan pun perlu adanya
kolaborasi dengan mahasiswa dan lulusan kehutanan. Sebagai masyarakat awam
tentunya sangat sulit untuk melakukan pengelolaan sumber daya yang
dimilikinya. Sebagian besar petani hutan rakyat hanya menggunakan hasil hutan
yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, tidak sedikit terjadinya
kegagalan panen karena kurangnya pengetahuan dalam pengelolaan. Lulusan dan
mahasiswa kehutanan diperlukan sebagai tenaga ahli dalam pengelolaan hutan dan
diperlukan untuk sharing ilmu yang dimilikinya.
Sebanyak 98% responden pun berminat jika masyarakat memerlukan
kolaborasi dengan mereka sebagai lulusan pertanian arti luas dalam menjalankan
bisnis kehutanan yang dimiliki oleh masyarakat (Gambar 8). Mereka berpendapat,
banyak petani hutan rakyat yang tidak memiliki pengetahuan dalam melakukan
pemasaran produknya bahkan tidak memiliki koneksi dan informasi dalam
memasarkan produknya. Wijoyo (2005) dalam Nugroho (2011) menyatakan salah
satu faktor penghambat pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) adalah terbatasnya akses terhadap sumber-sumber pembiayaan dan
lembaga-lembaga keuangan formal khususnya perbankan. Kolaborasi dengan
lulusan non kehutanan dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan petani
hutan dari segi pengelolaan, teknologi, inovasi maupun pemasaran produknya.

Jumlah responden (%)

15
120
100

98

80
60
40
20

2

0
Berminat

Tidak berminat

Gambar 8 Minat untuk berkolaborasi dengan masyarakat dalammengembangkan
wirausaha kehutanan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Minat mahasiswa pertanian (di luar kehutanan) IPB untuk berkiprah di
bidang kehutanan tergolong rendah, ini dapat dilihat hanya sebanyak 1.6%
responden yang memilih bidang kehutanan sebagai prioritas utama dalam
pemilihan karir. Responden lebih memilih untuk berwirausaha di bidang pertanian
dalam pemilihan prioritas karir, ini dinyatakan oleh 17.5% responden, serta
bekerja di Kementrian Pertanian, ini dinyatakan oleh 15.1% responden.
Responden memiliki minat yang rendah dalam pengembangan wirausaha
kehutanan, ini dinyatakan oleh 87.8% responden. Hal ini dikarenakan
pengetahuan responden terhadap wirausaha kehutanan masih rendah, namun
sebanyak 98% responden berpendapat perlu adanya kolaborasi antara lulusan
pertanian lainnya dan lulusan kehutanan dalam pengembangan wirausaha
kehutanan. Responden memiliki persepsi bahwa masyarakat membutuhkan
kolaborasi dengan SDM terdidik di bidang pertanian dalam pengembangan
wirausaha kehutanan dalam rangka peningkatan keterampilan dan kesejahteraan
masyarakat, ini dinyatakan oleh 95% responden.

Saran
1. Perlu adanya kajian lanjutan mengenai minat mahasiswa untuk berkiprah
setelah lulus.
2. Perlu adanya kajian mengenai dampak kolaborasi lulusan kehutanan dan
lulusan pertanian lain dalam pengembangan usaha kehutanan serta
efektivitasnya dalam peningkatan income serta PDB nasional.
3. Perlu adanya kajian mengenai efektivitas kolaborasi antara lulusan pertanian
dengan masyarakat sekitar hutan dalam pengembangan usaha kehutanan untuk
peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat hutan.

16

DAFTAR PUSTAKA
[APHI] Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (ID). 2012. Perkembangan Bisnis
Kehutanan Indonesia dan Permasalahannya: APHI
Aprilyan L. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mahasiswa Akuntansi
dalam Pemilihan Karir menjadi Akuntan Publik [Skripsi]. Semarang (ID):
Program Sarjana, Universitas Diponegoro
[DIKTI] Diretorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2010. Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia. Jakarta (ID): Dikti.
Djamhuri A, Harris L. 2001. Analisis Tentang Faktor-Faktor yang
Melatarbelakangi Pemilihan Karir Bagi Mahasiswa Akuntansi: Antara
Akuntan Publik Versus Non Akuntan Publik [Jurnal]. Malang (ID): Fakultas
Ekonomi Universitas Brawijaya
[DPKHA, IPB] Direktorat Pengembangan Karir dan Himpunan Alumni, Institut
Pertanian Bogor. 2012. Tracer Study Himpunan Alumni 2012 [Internet].
[diunduh pada 15 Mei 2014]. Tersedia pada: http://issuu.com/cdaipb2
/docs/tracer-study-alumni ipb2012?e=8606985/3790456.
Indrarto G, Purba C, Steni B. 2013. Potret Pelaksanaan Tata Kelola Hutan:
Sebuah Studi Mendalam di Provinsi Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara
Barat [Laporan Penelitian]. Bogor (ID): World Resource Institute.
Kusumaryani R. 2011. Membangun Sinergi Antar Profesi dalam Upaya
Menghargai Keberagaman. Fakultas Ilmu Psikologi dan Bimbingan UNY.
Notoatmodjo S. 2010. Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta (ID): Rineka
Cipta
Nugroho B. 2004. Ekonomi Keteknikan. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan.
Nugroho B. 2010. Pembangunan Kelembagaan Pinjaman Dana Bergulir Hutan
Rakyat [Jurnal]. Bogor (ID): Manajemen Hutan IPB.
Panggabean M. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor (ID): Ghalia
Indonesia.
Riduwan S. 2011. Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial,
Komunikasi, Ekonomi dan Bisnis. Bandung (ID): CV Alfabeta.
Saragih B. 1995. Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Ekonomi
Nasional Abad ke-21 [Orasi Ilmiah]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Siregar S. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta (ID): Kencana Prenada
Media Group.
Sufren N. 2013. Mahir Menggunakan SPSS Secara Otodidak. Jakarta (ID): PT.
Elex Media Komputindo.
Supranto J. 2000. Statistik Teori dan Aplikasi. Jilid 1 Edisi 6. Jakarta (ID):
Erlangga.
Theresia C. 2008. Efektifitas Pengelolaan Hutan Kolaboratif antara Masyarakat
dengan Perum Perhutani: Studi Kasus PHBM di KPH Kuningan dan KPH
Majalengka Perum Perhutani Unit III Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID):
Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Umar H. 1997. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka
Utama

17
Lampiran 1 Uji validitas dan Reliabilitas pengetahuan umum bidang pertanian
Uji validitas dan Reliabilitas minat pengetahuan umum bidang pertanian
dengan corrected item-correlation

Pengetahuan bidang karir yang sesuai

Scale Mean if
Item Deleted
14.2800

Scale
Variance
if Item
Deleted
4.830

Corrected
Item-Total
Correlation
0.273

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
0.821

Pengetahuan tentang kondisi pertanian

14.9800

4.363

0.571

0.723

Pengetahuan tentang peran sarjana pertanian

14.8200

3.907

0.696

0.677

Pengetahuan tentang peluang kerja di bidang
pertanian

14.6600

3.924

0.644

0.694

Pengetahuan tentang peluang bisnis

14.7000

3.990

0.582

0.716

Uji Reliabilitas
Cronbach's Alpha
0.772

N of Items
5

18
Lampiran 2 Uji Validitas dan Reliabilitas (lanjutan)
Uji Validitas Pengetahuan umum tentang karir dengan bivariate pearson
Pengetahuan
bidang karir
yang sesuai

Pengetahuan
bidang karir
yang sesuai

Pearson
Correlation
Sig. (2tailed)
N

Pengetahuan
tentang
kondisi
pertanian

Pearson
Correlation

Pengetahuan
tentang
peran
sarjana
pertanian

Pearson
Correlation

Pengetahuan
tentang
peluang
kerja di
bidang
pertanian
Pengetahuan
tentang
peluang
bisnis

Pearson
Correlation

Sig. (2tailed)
N

Pengetahuan
tentang
kondisi
pertanian

Pengetahuan
tentang peran
sarjana
pertanian

Pengetahuan
tentang
peluang
kerja di
bidang
pertanian

Pengetahuan
tentang
peluang
bisnis

0.181

0.327**

0.207*

0.168

0.071

0.001

0.038

0.095

100

100

100

100

100

0.181

1

0.572**

0.522**

0.426**

0.000

0.000

0.000

1

0.071
100

100

100

100

100

0.327**

0.572**

1

0.559**

0.544**

0.001

0.000

0.000

0.000

100

100

100

100

100

0.207*

0.522**

0.559**

1

0.588**

0.038

0.000

0.000

100

100

100

100

100

0.168

0.426**

0.544**

0.588**

1

0.095

0.000

0.000

0.000

100
100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

100

100

Sig. (2tailed)
N

Sig. (2tailed)
N
Pearson
Correlation
Sig. (2tailed)
N

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

0.000

100

19
Lampiran 3 Chi square-test
Pengetahuan umum di bidang pertanian
Ha: Mahasiswa IPB memiliki pengetahuan umum di bidang pertanian yang
berbeda
Ho: Mahasiswa IPB memiliki pengetahuan umum di bidang pertanian yang
sama
Hasil pengujian
Karakteristik
2
2
df
X hitung
X tabel
Assymp.sign
Kesimpulan
Departemen

99

123.369

123.225

0.049

Ho ditolak

Minat Mahasiswa IPB untuk mengembangkan bisnis
Ha : Mahasiswa IPB memiliki minat yang berbeda untuk mengembangkan bisnis
Ho : Mahasiswa IPB memiliki minat yang sama untuk mengembangkan bisnis
Hasil pengujian
Karakteristik
2
2
df
X hitung
X tabel
Assymp.sign
Kesimpulan
Departemen

36

48.224

50.998 0.083

Ho diterima

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 2 Desember 1991 dari ayah
Achmad Muwarman dan Ibu Elita Handriyanti. Penulis adalah putri pertama dari
dua bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMAN 1 Bogor dan pada tahun
yang sama penulis lulus seleksi Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan
diterima pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif di beberapa organisasi dan
kepanitiaan, penulis pernah menjadi anggota Divisi Kesejahteraan Paduan Suara
Mahasiswa IPB Agria Swara pada tahun 2011-2012 dan 2012-2013, anggota
Divisi Kesekretariatan Forest Management Student Club (FMSC) pada tahun
2011-2012, anggota kelompok studi Pemanfaatan Forest Management Student
Club (FMSC) pada tahun 2011-2012, bendahara kelompok studi Kebijakan,
Sosial, dan Ekonomi Forest Management Student Club (FMSC) pada tahun 20122013. Penulis juga pernah menjadi panitia Bina Corps Rimbawan divisi PDD pada
tahun 2012. Selain itu penulis juga pernah melakukan kegiatan Praktek
Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Pangandaran-Gunung Sawal, Praktek
Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, dan Praktek Kerja
Lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT Timberdana Kalimantan Timur.