Pemanfaatan Tumbuhan Pangan Dan Obat Oleh Masyarakat Desa Sembalun Bumbung Di Sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani
PEMANFAATAN TUMBUHAN PANGAN DAN OBAT OLEH
MASYARAKAT DESA SEMBALUN BUMBUNG DI
SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI
ARMY SELVILIA RIFFANI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan
Tumbuhan Pangan dan Obat oleh Masyarakat Desa Sembalun Bumbung di sekitar
Taman Nasional Gunung Rinjani adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016
Army Selvilia Riffani
NIM E34110101
ABSTRAK
ARMY SELVILIA RIFFANI. Pemanfaatan Tumbuhan Pangan dan Obat oleh
Masyarakat Desa Sembalun Bumbung di sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani.
Dibimbing oleh SISWOYO dan ERVIZAL AM ZUHUD.
Pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pemanfaatan tumbuhan pangan
dan obat oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung erat kaitannya dengan
kebutuhan akan pangan dan kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi keanekaragaman serta peranan tumbuhan pangan dan obat yang
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Sembalun Bumbung.
Pengambilan data dilaksanakan dari bulan Juni – Juli 2015 di Desa Sembalun
Bumbung melalui observasi langsung dan wawancara dilakukan terhadap 34
responden dengan metode snowball sampling. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat 127 spesies dari 48 famili tumbuhan pangan dan 102 spesies dari
44 famili tumbuhan obat yang dimanfaatkan. Selain digunakan sebagai tumbuhan
pangan dan obat, tumbuhan tersebut juga digunakan sebagai pakan ternak,
pewarna, rekreasi, ritual adat, pestisida nabati, dan lainnya. Masyarakat Desa
Sembalun Bumbung dalam hal ini juga sudah mampu memenuhi kebutuhan akan
pangan dan obat secara mandiri.
Kata kunci: desa Sembalun Bumbung, pemanfaatan, tumbuhan obat, tumbuhan
pangan.
ABSTRACT
ARMY SELVILIA RIFFANI. Edible and Medicinal Plants Utilization by
Sembalun Bumbung Village Community Around Gunung Rinjani National Park.
Supervised by SISWOYO and ERVIZAL AM ZUHUD.
Edible and medicinal plants is an unity that can not be separated from
human life. Utilization of edible and medicinal plants by Sembalun Bumbung
Village in daily lives were closely related to fulfillment of food and health. This
study aimed to identify the diversity and the role of edible and medicinal plants in
community daily lives. The data was collected on June until July 2015 at
Sembalun Bumbung Village through direct observation and interview with 34
respondents determined using snowball sampling method. The result showed that
there were 127 spesies from 48 family that used as food plants and 102 spesies
from 44 family that used as medicinal plants. Besides its use as food and
medicine, the plants were also used as animal feed, dyes, recreation, traditional
ceremony, pesticides, etc. In this case, Sembalun Bumbung Village community
has been able to fulfillment of food and medicine independently.
Keywords: edible plants, medicinal plants, Sembalun Bumbung village,
utilization.
PEMANFAATAN TUMBUHAN PANGAN DAN OBAT OLEH
MASYARAKAT DESA SEMBALUN BUMBUNG DI
SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI
ARMY SELVILIA RIFFANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Judul Skripsi: Pemanfaatan Tumbuhan Pangan dan Obat oleh Masyarakat Desa
Sembalun Bumbung di sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani
Nama
: Army Selvilia Riffani
NIM
: E34110101
Disetujui oleh
r Siswo o MSi
P embimbing I
Tanggal Lulus:
2 7 JAN 2 010
Prof Dr Ir Ervizal AM Zuhud, MS
Pembimbing II
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya
ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Juni 2015 sampai Juli 2015 ini ialah etnobotani, dengan
judul Pemanfaatan Tumbuhan Pangan dan Obat oleh Masyarakat Desa Sembalun
Bumbung di sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Siswoyo, MSi dan Prof Dr Ir
Ervizal AM Zuhud, MS selaku dosen pembimbing. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Dr Ir Harnios Arief, MSc dan Dr Ir Noor Farikhah
Haneda, MScF selaku ketua sidang dan dosen penguji atas arahan, saran, dan
motivasi yang diberikan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Bapak Agus Budiono selaku kepala Taman Nasional Gunung Rinjani, Bapak
Zulfahri selaku kepala SPTN II Resort Sembalun, Bapak Abdul Basit beserta
jajaran staf Taman Nasional Gunung Rinjani, Bapak Mantan, Bapak Supardi, dan
Bapak Tika yang telah membantu selama pengumpulan informasi dan data di
lapang. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayahanda Arif
Riyanto, Ibunda Iswahyuni Puji Rahayu, Argavian Yudha Algani, Arviolisa
Nindya Elsani, serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya. Terima kasih
kepada seluruh teman-teman KSHE 48 atas dukungan dan bantuan selama
penyusunan data.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor, Januari 2016
Army Selvilia Riffani
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Alat, Bahan, dan Instrument Penelitian
2
Jenis Data yang Dikumpulkan
3
Metode Pengambilan Data
4
Pengolahan dan Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
6
Karakteristik Responden
8
Keanekaragaman Famili Tumbuhan Pangan dan Obat
9
Tumbuhan Pangan
10
Pembagian Manfaat Kelompok Tumbuhan Pangan
19
Tumbuhan Pangan Fungsional
23
Tumbuhan Obat
25
Penggunaan Tumbuhan Obat Berdasarkan Kelompok Penyakit
33
Kearifan Tradisional Masyarakat dalam Pemanfaatan Tumbuhan
36
SIMPULAN DAN SARAN
37
Simpulan
37
Saran
37
DAFTAR PUSTAKA
38
LAMPIRAN
42
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Jenis dan metode pengambilan data
Tata guna lahan di Desa Sembalun Bumbung
Famili dan spesies tumbuhan pangan dan obat yang dimanfaatkan
Contoh spesies tumbuhan pangan hutan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Desa Sembalun Bumbung
Contoh spesies tumbuhan pangan non hutan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Desa Sembalun Bumbung
Cara pengolahan tumbuhan pangan
Status pembudidayaan dan contoh tumbuhan pangan di alam yang
dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung
Pengelompokan spesies tumbuhan pangan berdasarkan manfaat
Bahan pangan kelompok sereal dan umbi
Bahan pangan kelompok sayur-sayuran
Bahan pangan kelompok buah-buahan
Bahan pangan kelompok kacang-kacangan
Bahan pangan kelompok minuman
Bahan pangan kelompok rempah-rempah
Famili tumbuhan pangan fungsional
Contoh spesies tumbuhan pangan fungsional yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Desa Sembalun Bumbung
Contoh spesies tumbuhan obat hutan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Desa Sembalun Bumbung
Contoh spesies tumbuhan obat non hutan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Desa Sembalun Bumbung
Cara pengolahan tumbuhan obat
Cara pemakaian tumbuhan obat
Status pembudidayaan dan contoh tumbuhan obat di alam yang
dimanfaatkan oleh masyarakat Desa sembalun Bumbung
Persentase spesies tumbuhan obat berdasarkan kelompok
penyakit/penggunaan tumbuhan obat di Desa Sembalun Bumbung
Contoh spesies tumbuhan obat berdasarkan kelompok penyakit/
penggunaan tumbuhan obat di Desa Sembalun Bumbung
3
6
10
11
14
18
18
19
20
20
21
22
22
22
24
24
25
27
32
32
33
34
35
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
Peta lokasi penelitian
Karakteristik kelas umur responden
Tingkat pendidikan responden
Mata pencaharian responden
Aren (Arenga pinnata)
(a) Lebui (Cajanus cajan); (b) Lembuktung (Rubus rosifolius).
Bambu (Dendrocalamus asper) yang diberi sekat pembatas
2
8
8
9
12
13
13
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Kebun strawberry (Fragaria x ananassa) di Desa Sembalun
Bumbung
Habitus tumbuhan pangan yang dimanfaatkan
Bagian tumbuhan pangan yang dimanfaatkan
Kondisi penyebaran tumbuhan pangan di alam
Rempah-rempah yang diperdagangkan di Desa Sembalun Bumbung
Ashitaba (Angelica keiskei koidzumi)
Pembuatan ‘sembe’ dari campuran tumbuhan leko (Piper betle), buaq
(Areca catechu), dan kapur oleh Mangku Patara Guru
(a) Memangge (Drymaria cordata); (b) Pekarangan: Mint (Mentha
piperita).
Habitus tumbuhan obat yang dimanfaatkan
Bagian tumbuhan obat yang dimanfaatkan
Kondisi penyebaran tumbuhan obat di alam
15
16
17
18
23
28
29
30
30
31
33
LAMPIRAN
1 Responden yang diwawancarai di Desa Sembalun Bumbung
2 Tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa
Sembalun Bumbung
3 Status pembudidayaan dan kondisi penyebaran tumbuhan pangan di
alam
4 Tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun
Bumbung
5 Status pembudidayaan dan kondisi penyebaran tumbuhan obat di
alam
6 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok
penyakit
7 Bentuk ramuan berdasarkan jenis penyakit atau penggunaannya.
8 Tumbuhan pangan fungsional
9 Manfaat lainnya dari setiap jenis tumbuhan pangan dan obat
42
43
49
55
63
68
72
74
77
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Interaksi antara manusia dengan tumbuhan sudah lama terjadi, karena secara
alamiah manusia selalu bergantung pada tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Interaksi tersebut sudah berjalan lama dan umumnya memiliki tatanan
yang telah disepakati dan dilaksanakan bersama dalam menjaga keseimbangan
dengan alam lingkungan sekitarnya (Purwanto 1999). Pengetahuan tentang
tumbuhan yang bisa dimanfaatkan oleh manusia tidak didapatkan dalam waktu
singkat, mereka mendapatkannya dengan sistem trial and error selama puluhan
bahkan ribuan tahun pengalaman (Pharmacotherapy 2009). Sejalan dengan
pemanfaatan tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan pangan, tumbuhan untuk
memenuhi kebutuhan akan kesehatan juga telah berlangsung sejak munculnya
peradaban manusia dimuka bumi (Walujo 2011). Dengan kata lain, pemanfaatan
tumbuhan sebagai bahan pangan dan obat merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan karena sifatnya yang saling melengkapi satu sama lain.
Kebutuhan pangan dan obat dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini
ditunjukkan dengan masih adanya kegiatan impor untuk memenuhi kebutuhan
pangan dan obat (Rahayu 2013). Nilai impor pangan periode tahun 2010 – 2013
mencapai US$ 61.25 miliar dengan volume 76.63 juta ton (didominasi sub sektor
hortikultura) namun cenderung mengalami penurunan sebesar 3.07% tiap
tahunnya (Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 2014).
Nilai impor obat herbal periode Januari – Juni 2013 mencapai US$ 7.26 juta
dengan volume 7.2 juta ton, sedangkan periode Januari – Juni 2014 sebesar US$
1.54 juta dengan volume 1.6 juta ton (didominasi oleh jahe). Nilai tersebut turun
68.65% dari tahun 2013 (Murdopo 2014).
Sebagian besar penduduk Indonesia hidup di desa. Menurut Badan Pusat
Statistik Indonesia (2015), jumlah desa di Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 81
626 desa dan menurut Departemen Kehutanan (2007), terdapat lebih dari 50%
kampung (di dalam desa) di Indonesia berada di dalam dan sekitar hutan dimana
keberadaan hutan tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Desa Sembalun Bumbung merupakan salah satu desa yang
berada di sekitar kawasan hutan dan berbatasan dengan kawasan Taman Nasional
Gunung Rinjani (TNGR). Karena adanya pemanfaatan sumberdaya yang berasal
dari hutan, masyarakat Desa Sembalun Bumbung juga memandang hutan sebagai
satu kesatuan yang memiliki fungsi ekologis, ekonomi, dan sosial budaya.
Masyarakat Desa Sembalun Bumbung memanfaatkan sumberdaya alam yang ada
terutama tumbuhan pangan dan obat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam
memanfaatkan tumbuhan pangan dan obat baik yang berasal dari hutan maupun
non hutan, masyarakat Desa Sembalun Bumbung juga memiliki kearifan
tersendiri berdasarkan pengetahuan lokal yang didapatkan secara turun-temurun
untuk menjaga keseimbangan dengan alam. Namun, pendokumentasian jenis
tumbuhan pangan dan obat lokal yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa
Sembalun Bumbung sampai saat ini belum ada. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
penelitian terkait pemanfaatan dan ketergantungan tumbuhan pangan dan obat
lokal oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung.
2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keanekaragaman spesies
tumbuhan pangan dan tumbuhan obat lokal yang dimanfaatkan oleh masyarakat
Desa Sembalun Bumbung
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu :
1. Dapat memberikan informasi mengenai jenis-jenis tumbuhan pangan dan obat
lokal yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung.
2. Data dan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam menentukan strategi
bagi masyarakat sekitar dan pemerintah setempat dalam pengembangan dan
pengelolaan sumberdaya hayati pangan dan obat lokal yang berkelanjutan
berbasis pengetahuan lokal.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan
Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (Gambar 1).
Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni - Juli 2015.
Gambar 1 Peta lokasi penelitian
3
Alat, Bahan, dan Instrument penelitian
1.
2.
3.
4.
5.
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
Instrument penelitian: tally sheet dan panduan wawancara.
Perlengkapan wawancara: alat tulis, kamera, dan alat perekam suara.
Perlengkapan pembuatan herbarium: alkohol 70%, sprayer, kertas koran,
plastik spesimen, selotif, dan benang.
Pengolahan data: program Microsoft Office Excel 2010.
Dokumen atau pustaka yang terkait dengan penelitian.
Objek penelitian ini adalah spesies tumbuhan pangan dan obat lokal yang
diketahui dan dimanfaatkan masyarakat di Desa Sembalun Bumbung.
Jenis Data yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Jenis data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini secara
rinci dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis dan metode pengambilan data.
No
Jenis data
Uraian
Sumber data
Metode
1. Kondisi
Letak, luas, batas kawasan,
Masyarakat, Wawancara,
umum
aksesibilitas, demografi, pola Pegawai
literatur
penggunaan lahan, dan
balai desa
kondisi sosial ekonomi
budaya masyarakat
2.
Karakteristik Jenis kelamin, umur,
responden
pendidikan, dan pekerjaan
Masyarakat
Wawancara
3.
Jenis-jenis
tumbuhan
Nama lokal, nama ilmiah,
nama famili, dan habitus
Masyarakat
Wawancara,
observasi
lapang,
literatur
4.
Pemanfaatan
tumbuhan
pangan dan
obat
Bagian yang digunakan, cara
pengolahan, cara pemakaian
tumbuhan obat, kondisi
penyebaran, sifat
pemanfaatan,status
pembudidayaan, pangan
fungsional, kelompok bahan
pangan, penggunaan
tumbuhan obat
Masyarakat
Wawancara,
observasi
lapang,
literatur
5.
Kearifan
tradisional
Bentuk kearifan tradisonal
dalam pemanfaatan
tumbuhan pangan dan obat
Masyarakat
Wawancara
4
Metode Pengambilan Data
Studi literatur
Data sekunder berupa kondisi umum Desa Sembalun Bumbung dan data
demografi penduduk dikumpulkan melalui kajian pustaka. Kajian pustaka
dilakukan dengan merekapitulasi informasi dari berbagai literatur dan penelitian
yang telah dilakukan oleh pihak lain dengan lokasi penelitian dan/atau topik
kajian yang sama dengan penelitian ini.
Survei lapang
Kegiatan survei lapang dilakukan untuk mengetahui kondisi umum lokasi
pengambilan data. Desa Sembalun Bumbung dipilih menjadi lokasi untuk
pengambilan data. Lokasi ini dipilih karena sebelumnya belum ada yang
melakukan pengumpulan informasi dan data mengenai tumbuhan pangan dan obat
yang dimanfaatkan oleh masyarakat.
Wawancara
Wawancara mengenai bentuk pemanfaatan tumbuhanoleh masyarakat Desa
Sembalun Bumbung dilakukan secara mendalam dengan menggunakan panduan
wawancara semi terstruktur. Teknik penarikan contoh untuk menentukan
responden dilakukan dengan menggunakan metode snowball sampling. Metode
ini dilakukan dengan cara memilih responden kunci (key person), selanjutnya
responden kunci menyarankan responden berikutnya untuk diwawancarai hingga
tidak ditemukan informasi baru dari responden selanjutnya. Dalam penelitian ini
total jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 34 orang.
Dokumentasi, pengambilan contoh tumbuhan pangan maupun obat dan
pembuatan herbarium
Dokumentasi spesies tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat dengan
cara pengambilan gambar atau foto. Pengambilan contoh tumbuhan dilakukan
untuk memverifikasi spesies tumbuhan yang dimanfaatkan berdasarkan hasil
wawancara sebelumnya. Spesies-spesies yang tidak dapat diidentifikasi, diambil
beberapa contoh untuk diherbarium dan selanjutnya diidentifikasi di Herbarium
Bogoriense, bidang Botani, LIPI Cibinong.
Pengolahan dan Analisis Data
Karakteristik responden
Karakterisistik responden dibedakan ke dalam kelas umur, jenis kelamin,
pendidikan dan mata pencaharian.
Persen famili
%Famili =
Σ Spesies famili tertentu
x
Σ Seluruh famili spesies
%
Persen habitus
Habitus (perawakan fisik) tumbuhan yang dimanfaatkan meliputi pohon,
bambu, semak, perdu, epifit, liana, dan herba. Menurut Tanjungsari (2014), rumus
5
yangdigunakan untuk menghitung persentase habitus, yaitu sebagai berikut :
%Habitus =
Σ Spesies habitus tertentu
x
Σ Seluruh habitus spesies
%
Persen bagian yang dimanfaatkan
Persentase bagian tumbuhan yang dimanfaatkan meliputi bagian tumbuhan
yang dimanfaatkan mulai dari bagian tumbuhan yang paling atas/daun sampai ke
bagian bawah/akar (Tanjungsari 2014). Satu spesies tumbuhan memungkinkan
beberapa bagiannya dimanfaatkan oleh masyarakat.
%Bagian yang dimanfaatkan =
Σ Bagian tertentu yang dimanfaatkan
x
Σ Seluruh bagian yang dimanfaatkan
%
Cara pengolahan dan pemakaian tumbuhan
Satu spesies tumbuhan memungkinkan untuk diolah dan digunakan dalam
berbagai cara. Menurut Tanjungsari (2014), persentase cara pengolahan tumbuhan
obat dan pangan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
%Cara pengolahan =
Σ Spesies dengan pengolahan tertentu
x
Σ Seluruh cara pengolahan
%
Σ Spesies dengan pemakaian tertentu
x
Σ Seluruh cara pemakaian
%
Pemakaian satu spesies tumbuhan obat dapat dilakukan dengan beberapa
cara sesuai dengan kebutuhan. Menurut Tanjungsari (2014), persentase cara
pemakaian tumbuhan obat dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
%Cara pemakaian =
Penyebaran dan status pembudidayaan tumbuhan
Tumbuhan obat di Desa Sembalun Bumbung menyebar pada beberapa tipe
habitat. Satu spesies tumbuhan memungkinkan untuk tumbuh di berbagai tipe
habitat. Menurut Tanjungsari (2014), penyebaran tumbuhan dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
%Penyebaran =
Σ Spesies yang tersebar pada habitat tertentu
x
Σ Seluruh habitat spesies
%
Status tumbuhan di alam terdiri dari 2 kategori, yaitu kategori liar dan
budidaya. Dihitung dengan rumus :
%Status pembudidayaan =
Σ Spesies kategori status pembudidayaan
x
Σ Seluruh status pembudidayaan spesies
%
Sifat pemanfaatan
Sifat pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat dibagi menjadi 3 kategori,
yaitu subsisten, komersial, subsisten-komersial. Menurut Tanjungsari (2014), sifat
pemanfaatan dari tumbuhan dianalisis dengan menggunakan persentase di bawah
ini:
6
%Pemanfaatan =
Σ Spesies tumbuhan kategori pemanfaatan tertentu
x
Σ Seluruh kategori pemanfaatan spesies
%
Kelompok penyakit dan penggunaan tumbuhan obat
Pembagian kelompok penyakit/penggunaan tumbuhan obat dilakukan
dengan cara penyaringan (screening) terhadap khasiat masing-masing tumbuhan
obat sesuai kelompok penyakit/penggunaannya (Oktaviana 2008).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Letak, luas, dan wilayah
Desa Sembalun Bumbung terletak di Kecamatan Sembalun, Kabupaten
Lombok Timur. Desa ini memiliki ketinggian tempat 1 117 mdpl dengan
topografi relatif berbukit dan suhu rata-rata 30⁰ C. Desa Sembalun Bumbung yang
berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, memiliki luas
wilayah 5 797 Ha atau setara dengan 26.76% dari luas total Kecamatan Sembalun
(21 661 Ha). Desa Sembalun Bumbung terbagi menjadi beberapa dusun, antara
lain Dusun Jorong, Jorong Utara, Daya Rurung Barat, Daya Rurung Timuk, Lauk
Rurung Barat, Lauk Rurung Timuk, dan Batu Jalik. Untuk batas-batas
wilayahnya, yaitu sebelah utara Desa Sembalun Bumbung berbatasan dengan
Desa Sembalun Timba Gading, sebelah selatannya berbatasan dengan Desa Sapit,
sebelah timurnya berbatasan dengan Desa Belantung dan sebelah baratnya
berbatasan dengan Desa Bayan. Kondisi jalan menuju Desa Sembalun Bumbung
beraspal sehingga untuk menuju ke lokasi ini dapat ditempuh dengan
menggunakan kendaraan bermotor ±3 jam dari Kota Mataram.
Penggunaan lahan sebagian besar diperuntukan sebagai lahan pertanian dan
perkebunan. Pemanfaatan lahan lainnya berupa pemukiman, pusat desa, sawah,
pekarangan, kebun TPU, dan fasilitas umum seperti lapangan, sekolah, masjid,
wisma pemda dan pusat kesehatan (Tabel 2).
Tabel 2 Tata guna lahan di Desa Sembalun Bumbung.
No
1
2
3
4
5
6
7
Penggunaan lahan
Pekarangan
Sawah
Kebun
Fasilitas umum
Pemukiman
Hutan
Lain-lain
Luas (Ha)
35.75
1 326
623.64
2.79
3 311.39
394.933
102.497
Sumber: Balai Desa Sembalun Bumbung (2014).
Pusat kegiatan atau pusat desa berada di tengah desa sebagai pusat adat dan
pemerintahan desa. Areal pertanian berada tidak merata seperti ada beberapa yang
dekat dan adapula yang jauh dari pemukiman. Areal perkebunan juga menyebar
tidak merata, beberapa berada di belakang rumah, di pinggir jalan raya bahkan di
7
atas bukit. Sektor perkebunan yang dikembangkan di Desa Sembalun Bumbung
adalah kopi (Coffea sp) dan tembakau (Nicotiana tabacum).
Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
Jumlah penduduk Desa Sembalun Bumbung sebanyak 6 958 jiwa, terdiri
dari laki-laki sebanyak 3 280 jiwa dan perempuan 3 678 jiwa dengan total kepala
keluarga (KK) sebanyak 2 380 KK. Mata pencaharian masyarakat Desa Sembalun
Bumbung beragam sesuai dengan latar belakang kehidupan seperti Petani, PNS,
pedagang, buruh, porter dan tukang ojek. Tetapi secara umum, mata pencaharian
masyarakat Desa Sembalun Bumbung adalah petani. Berkaitan dengan kehidupan
sosial masyarakat, hubungan emosional dalam keluarga sangatlah kuat karena,
dalam satu desa umumnya masih memiliki hubungan kekerabatan. Prinsip gotong
royong dijunjung masyarakat di desa ini yang terlihat ketika tetangga sekitar turut
membantu jika hajatan suatu keluarga mengalami hambatan. Pembagian peran
dilakukan untuk mempermudah kegiatan hajatan yakni wanita memasak dan/atau
memberikan bantuan bahan masakan yang dibutuhkan, sedangkan para lelaki
mencari kayu bakar di hutan dan kebun sekitar.
Penduduk Desa Sembalun Bumbung sebagian besar merupakan penduduk
asli Pulau Lombok (Suku Sasak), tetapi terdapat juga warga pendatang yang
berasal dari Pulau Bali, Jawa, Sumatera dan Sumbawa. Kata ‘Sasak’ secara
etimilogis menurut Dr. Goris S. berasal dari kata ‘Sah’ yang berarti pergi dan
‘Shaka’ yang berarti leluhur. Berarti kata ‘Sasak’ bisa diartikan pergi ke tanah
leluhur. Dari etimologis ini diduga leluhur orang Sasak adalah orang Jawa.
Terbukti pula dari tulisan Sasak yang oleh penduduk Lombok disebut Jejawan,
yakni aksara Jawayang selengkapnya diresepsi oleh kesusastraan Sasak (Aloevera
2011 diacu dalam Metananda 2012).
Sebagian besar masyarakat di Desa Sembalun Bumbung menganut agama
Islam dan bahasa sehari-hari menggunakan bahasa Sasak. Namun, pengaruh Islam
yang masuk ke Lombok (diperkirakan masuk sekitar abad ke-16) juga
berakulturasi dengan kepercayaan lokal sehingga terbentuk aliran seperti ‘wektu
telu’. ‘Wektu telu’ merupakan waktu peralihan dari kepercayaan Animisme ke
Islam. Pada saat ini, keberadaan ‘wektu telu’ sudah kurang mendapat tempat
karena tidak sesuai dengan syariat Islam (Metananda 2012). Pengaruh Islam yang
kuat menggeser kekuasaan Hindu di Pulau Lombok, hingga saat ini dapat dilihat
keberadaannya hanya di bagian barat Pulau Lombok saja khususnya di Kota
Mataram (Metananda 2012). Hal tersebut dibuktikan dengan masih ditemukannya
beberapa bangunan di sepanjang Kota Mataram yang memiliki corak Hindu
seperti Pure yang ada di Bali.
Struktur organisasi di Desa Sembalun Bumbung sendiri terdiri dari
prebekel, pemangku, penghulu, dan pande. Prebekel berhubungan dengan urusan
masyarakat/pemerintahan Desa Sembalun Bumbung dan dipimpin oleh seorang
Kepala Desa. Pemangku berhubungan dengan urusan adat istiadat di Desa
Sembalun Bumbung yang dipimpin oleh seorang Kepala Adat. Biasanya seorang
pemangku dipilih dari satu keturunan dan mempunyai tugas masing-masing sesuai
dengan jabatannya. Penghulu berhubungan dengan urusan keagamaan sedangkan
pande berhubungan dengan peralatan pertanian dan besi-besi.
8
Karakteristik Responden
Wawancara dilakukan terhadap 34 orang responden, yang terdiri dari 21
orang laki-laki (61.76%) dan 13 orang perempuan (38.24%). Sebagaian besar
responden merupakan penduduk asli Pulau Lombok (91.18%) dan sisanya adalah
pendatang dari Jawa, Bali, dan Bima (8.82%) Umumnya responden yang
diwawancarai adalah laki-laki karena laki-laki memiliki pengalaman, aktivitas,
dan pengetahuan yang lebih tentang pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat,
terutama yang berasal dari hutan.
Persentase (%)
Kelompok umur, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian
Responden dibagi menjadi 4 kelompok umur, yaitu kelas umur remaja 12 25 tahun, dewasa 26 - 45 tahun, lansia 46 - 65 tahun dan manula >65 tahun
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2009). Sebagaian besar responden
(52.94%) berada pada kelas umur dewasa 26 – 45 tahun (Gambar 2).
52.94
100
10
32.35
8.82
5.88
1
12-25
26-45
46-65
>65
Selang Kelas Umur
Gambar 2 Karakteristik kelas umur responden.
Persentase (%)
Selang kelas umur 26 – 45 tahun menurut Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (2009) merupakan kelas umur dewasa produktif. Menurut Kodir (2009),
tingkat usia merupakan faktor penting yang mempengaruhi pengetahuan
masyarakat. Semakin bertambahnya usia, pengetahuan tentang jenis-jenis
tumbuhan juga semakin bertambah. Akan tetapi semakin lanjut usia seseorang,
kapasitas untuk menambah pengalaman, pengetahuan, daya ingat, dan kesempatan
untuk menginformasikan jenis tumbuhan pangan dan obat semakin menurun.
Tingkat pendidikan responden di Desa Sembalun Bumbung didominasi oleh
lulusan Sekolah Dasar (SD), yaitu sebesar 44.12% (Gambar 3).
44.12
38.24
20
14.71
2.94
10
0
SD
SMP
SMA
sarjana
Tingkat pendidikan
Gambar 3 Tingkat pendidikan responden.
9
Persentase (%)
Tingkat pendidikan tidak terlalu berpengaruh terhadap pengetahuan
mengenai pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat. Berdasarkan hasil wawancara,
sumber pengetahuan yang responden dapatkan mengenai pemanfaatan tumbuhan
pangan dan obat mayoritas berasal dari nenek moyang (turun temurun) maupun
pengalaman pribadi.
Masyarakat Desa Sembalun Bumbung sebagian besar (46.67%)
bermatapencaharian sebagai petani (Gambar 4). Hal tersebut sesuai dengan
potensi sumberdaya alam yang ada yaitu lahan yang luas, tanah yang subur, dan
iklim yang sesuai untuk bercocok tanam.
50
40
30
20
10
0
46.67
10.87
8.70 6.52
2.17
17.39
6.52
2.17
Mata pencaharian
Gambar 4 Mata pencaharian responden
Beberapa masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani juga
memiliki pekerjaan lain untuk menunjang perekonomiannya karena hasil panen
tidak selalu bisa diandalkan setiap saat. Beberapa pekerjaan tersebut antara lain
peternak dan lainnya yang terdiri dari porter, ojek, pedagang, wiraswasta, dan
karyawan (Balai Desa Sembalun Bumbung 2014). Kegiatan berkebun masyarakat
Desa Sembalun Bumbung rutin dilakukan, karena setiap keluarga mempunyai
kebun masing-masing walaupun telah bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil
(PNS) atau pensiunan.
Keanekaragaman Famili Tumbuhan Pangan dan Obat
Teridentifikasi sebanyak 127 spesies dari 48 famili tumbuhan pangan dan
102 spesies dari 44 famili tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat
Desa Sembalun Bumbung. Spesies tumbuhan tersebut bisa ditemukan di hutan
maupun non hutan (Tabel 3). Hasil penelitian Metananda (2012), masyarakat
Desa Jeruk Manis, Kabupaten Lombok Timur memanfaatkan 136 spesies dari 53
famili sebagai tumbuhan pangan dan 156 spesies dari 62 famili sebagai tumbuhan
obat. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah tumbuhan pangan
dan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat antar desa dalam satu kabupaten.
Salah satu contoh perbedaannya adalah dalam memanfaatkan tumbuhan
bage (Tamarindus indica) sebagai bahan penyedap masakan yang ternyata
ditemukan di Desa Jeruk Manis dan Sembalun Bumbung. Masyarakat Desa Jeruk
Manis memanfaatkan bagesebagai ‘tanda gedeng nao’ (supaya hama tidak masuk
dan menyerang padi yang baru ditanam) dalam upacara bercocok tanam.
10
Sedangkan masyarakat Desa Sembalun Bumbung memanfaatkan tumbuhan
tersebut sebagai campuran minumam dalam ritual adat ‘sembe’. Menurut Rahayu
et al. (2012), perbedaan pengetahuan masyarakat tradisional akan pemanfaatan
tumbuhan dipengaruhi oleh tingkat kebudayaan, kondisi lingkungan, transformasi
budaya, intervensi teknologi, dan interaksi antar masyarakat. Pengetahuan lokal
tersebut umumnya dipelajari secara in situ dari satu generasi ke generasi
berikutnya (Purwanto 2002).
Tabel 3 Famili dan spesies tumbuhan pangan dan obat yang dimanfaatkan
Pangan
Obat
Persentase
Persentase
Jumlah
Jumlah
Famili
spesies
Famili
spesies
spesies
spesies
(%)
(%)
Hutan
Hutan
Arecaceae
3
17.65 Moraceae
2
9.09
Lauraceaea
2
11.76 Fabaceae
2
9.09
Myrtaceaea
2
11.76 Apocynaceae
2
9.09
Lain-lain
Lain-lain
10
58.82
16
72.73
(10 famili)
(16 famili)
Total
17
100.00
Total
22
100.00
Non hutan
Non hutan
Solanaceae
9
7.76 Zingiberaceae
8
9.30
Fabaceae
9
7.76 Apiaceaea
7
8.14
Cucurbitaceae
8
6.90 Solanaceae
6
6.98
Poaceaea
7
6.03 Euphorbiaceae
6
6.98
Zingiberaceae
5
4.31 Poaceae
5
5.81
Rutaceae
5
4.31 Musaceae
4
4.65
Apiacaea
5
4.31 Piperaceae
3
3.49
Lain-lain
Lain-lain
68
58.62
47
62.79
(37 famili)
(32 famili)
Total
116
100.00
Total
86
100.00
Tumbuhan Pangan
Spesies tumbuhan pangan di Desa Sembalun Bumbung
Pangan merupakan salah satu kebutuhan hidup terpenting bagi manusia,
selain sandang dan papan (Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian
2011). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012
tentang pangan menyatakan bahwa pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari
sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan,
perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan
sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam
proses penyiapan, pengolahan,dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Ada
dua macam bahan pangan, yaitu bahan pangan hewani dan nabati (tumbuhtumbuhan).
Padi (Oryza sativa) merupakan bahan pangan nabati yang dikonsumsi oleh
sebagian besar penduduk di Indonesia. Di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB),
11
padi merupakan penyumbang energi tertinggi dalam ketersediaan pangan dengan
produksi beras bersih sebesar 995 035 ton dan konsumsinya sebesar 118.1
kg/kapita/tahun atau setara dengan 323.5 gr/kap/hari pada tahun 2010 (Pemerintah
Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012). Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumsi
secara umum di Provinsi Nusa Tenggara Barat (dalam hal ini juga termasuk Desa
Sembalun Bumbung) masih bertumpu pada beras. Untuk memenuhi kebutuhan
pangan nabati, masyarakat Desa Sembalun Bumbung mendapatkannya dari hutan
maupun hasil budidaya tanpa harus membeli. Sedangkan untuk memenuhi
kebutuhan pangan hewani, masyarakat harus membelinya di pasar terdekat atau
penjual keliling.
Desa Sembalun Bumbung termasuk salah satu desa yang sudah mampu
untuk memenuhi kebutuhan pangan nabati secara mandiri melalui hasil budidaya,
namun ketergantungan masyarakat terhadap pemanfaatan sumberdaya hutan tidak
bisa lepas begitu saja. Hal tersebut dibuktikan dengan masih adanya pemanfaatan
beberapa jenis tumbuhan pangan yang berasal dari hutan (Tabel 4).
Tabel 4 Contoh spesies tumbuhan pangan hutan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Desa Sembalun Bumbung.
Contoh
Bagian yang
Nama ilmiah
Manfaat
spesies
dimanfaatkan
Aren
Arenga pinnata*)
Buah, pangkal Buah1), minuman2)
batang
Rotan
Daemonorops sp.
Batang muda,
Sayur3), buah
**)
buah
Sagu
Metroxylon sp.
Batang
Karbohidrat
*)
Kayu manis Cinnamomum burmannii
Kulit batang
Rempah-rempah4)
Jot
Syzygium cumini
Buah
Buah
Lebui
Cajanus cajan*)
Biji
Kacangkacangan5)
Lelencing
Melastoma sanguineum
Daun muda
Sayur
Lembuktung Rubus rosufolius
Buah
Buah
*)
Bambu
Dendrocalamus asper
Batang
Sayur
muda/rebung
Kulat
Pleurotus ostreatus*)
Seluruh bagian Sayur
Pengeang
Trevesia burckii
Daun muda
Sayur
Pakis
Diplazium esculentum
Daun muda
Sayur
Keterangan : *): sudah dibudidayakan; **): Pangan darurat;1): Buah sebagai sumber serat pangan,
vitamin, dan mineral;2): Minuman sebagai sumber mineral dan ion tubuh; 3): Sayur
sebagai sumber serat pangan, vitamin, mineral, dan karbohidrat; 4): Rempah-rempah
sebagai sumber vitamin dan stimulan; 5) Kacang-kacangan sebagai sumber serat
pangan, mineral, protein, zat besi dan vitamin.
Aren atau Arenga pinnata (Gambar 5) merupakan salah satu jenis tumbuhan
palma yang memproduksi buah, nira dan pati atau tepung dalam batang (Lempang
2012). Hasil produksi aren ini semuanya dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai
ekonomi. Masyarakat Desa Sembalun Bumbung memanfaatkan buah aren untuk
diolah menjadi bahan campuran makanan dan minuman yang biasa disebut
dengan kolang-kaling. Walaupun nilai gizi yang terkandung dalam buah aren
12
rendah, akan tetapi serat kolang-kaling baik untuk kesehatan tubuh terutama untuk
saluran pencernaan (Lempang 2012). Selama ini, permintaan produk yang bahan
bakunya dari pohon aren masih dipenuhi dengan mengandalkan pohon aren yang
tumbuh liar (Lempang 2012). Oleh karena itu, pemanfaatan tumbuhan aren harus
diimbangi dengan kegiatan penanaman karena pada prinsipnya pengembangan
pohon aren di Indonesia sangat prospektif (Lempang 2012).
Gambar 5 Aren (Arenga pinnata).
Pakis (Diplazium esculentum) juga merupakan tumbuhan pangan hutan
yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Desa Sembalun Bumbung. Tingkat
permintaan yang tinggi terhadap pakis mendorong beberapa masyarakat untuk
menjadikannya sebagai sumber pendapatan finansial. Pedagang di Sembalun
Bumbung menjual pakis dengan harga Rp 3 000 per ikat. Pedagang pakis mencari
pakis di hutan seminggu sekali, hal tersebut disebabkan karena pasar yang berada
di Desa Sembalun Bumbung hanya buka 2 kali dalam seminggu. Sedangkan
masyarakat yang bukan pedagang, akan mencari pakis ketika mereka
membutuhkannya (waktu pencarian tidak menentu).
Lebui (Cajanus cajan) merupakan jenis kacang-kacangan yang dikonsumsi
oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung dan bisa ditemukan di hutan maupun
kebun (Gambar 6a). Tumbuhan ini toleran terhadap lahan yang kurang subur dan
relatif kering, bahkan bisa tumbuh di berbagai kondisi tanah (Fathurrahman
2005). Bentuk kulit pembungkus bijinya berwarna hijau seperti kedelai, hanya
saja sedikit berbulu dan lengket. Biji lebui berbentuk bulat, berwarna hitam dan
berukuran sebesar biji kacang tanah. Lebui diolah dengan cara dijadikan sayur
berkuah/sup. Masyarakat Desa Sembalun Bumbung memanfaatkan tumbuhan ini
sebagai salah satu pangan sumber protein.
Lembuktung (Rubus rosifolius) memiliki bentuk yang mirip seperti buah
raspberry (Rubus idaeus). Tumbuhan ini merupakan salah satu tumbuhan dari
famili Rosaceaea (mawar-mawaran) dari genus Rubus. Lembuktung dapat tumbuh
di ketinggian tempat 800 – 1 500 mdpl. Buah yang masih muda berwarna hijau,
sedangkan yang sudah matang akan berwarna merah dan dapat dikonsumsi secara
langsung. Di indonesia sendiri buah ini belum banyak dikenal namun sangat
potensial apabila dikembangkan karena rasanya yang manis dan lezat terlebih lagi
buah ini mengandung nutrisi berupa Vitamin C, Vitamin B1, niacin, potassium,
dan serta serat pangan (Nyambo et al. 2005). Tumbuhan ini dapat dijumpai di
hutan yang berada di sekitar Desa Sembalun Bumbung (Gambar 6b).
13
(a)
(b)
Gambar 6 (a) Lebui (Cajanus cajan); (b) Lembuktung (Rubus rosifolius).
Bambu (Dendrocalamus asper) merupakan salah satu tumbuhan liar yang
berasal dari hutan dan sudah dibudidayakan oleh masyarakat Desa Sembalun
Bumbung. Tumbuhan ini dimanfaatkan bagian batangnya oleh masyarakat Desa
Sembalun Bumbung sebagai bahan bangunan, anyaman dan kerajinan, ajir, dan
pangan (rebung). Di Desa Sembalun Bumbung, bambu yang tumbuh dekat dengan
kebun masyarakat diberi sekat-batas berbentuk lingkaran yang terbuat dari
anyaman bambu. Hal tersebut bertujuan supaya hewan ternak tidak merusak
bambu-bambu tersebut (Gambar 7).
Gambar 7 Bambu (Dendrocalamus asper) yang diberi sekat pembatas.
Lelencing (Melastoma sanguineum) merupakan tumbuhan pangan hutan
yang berpotensi untuk dikembangkan dan sampai saat ini belum tersentuh oleh
teknologi. Bagian pucuk daun lelencing dapat dikonsumsi secara langsung
maupun dengan pengolahan terlebih dahulu. masyarakat Desa Sembalun
Bumbung memanfaatkan pucuk daun lelencing sebagai bahan campuran ke
daging rusa yang akan dikonsumsi.
Tumbuhan pangan non hutan rata-rata merupakan tumbuhan yang sengaja
dibudidayakan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung untuk memenuhi
kebutuhan pangan (Tabel 5). Tumbuhan pangan tersebut sengaja dibudidayakan
sebagai tumbuhan hortikultura karena kondisi biofisik tempat tumbuhnya yang
sesuai dan memiliki banyak manfaat, baik dari segi ekonomi maupun kesehatan.
Kawasan komplek hutan Gunung Rinjani lebih didominasi oleh bahan vulkanik
dengan klasifikasi tanah pembentuk yang dominan yaitu Andosol okrik (BTNGR
2015). Tanah abu vulkanik atau tanah Andosol yang berkembang dari abu
vulkanik merupakan salah satu tanah subur dan paling produktif dibandingkan
14
dengan tanah lainnya (Sukarman dan Ai 2014). Daerah penyebaran tanah Andosol
di Pulau Lombok adalah di sekitar Gunung Rinjani yang meliputi Kabupaten
Lombok Barat sampai Lombok Timur. Di Kabupaten Lombok Barat tanah
Andosol terdapat di daerah Gondang-Selengan, sementara itu di Kabupaten
Lombok Timur tanah Andosol menyebar di sekitar Sembalun (Tim Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian 2013 yang diacu dalam Sukarman dan Ai
2014).
Tabel 5 Contoh spesies tumbuhan pangan non hutan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Desa Sembalun Bumbung.
Contoh
Bagian yang
Nama ilmiah
Manfaat
spesies
dimanfaatkan
Cabai merah
Capsicum Annum
Buah
Rempah-rempah4)
Kentang
Solanum tuberosum
Umbi
Sayur3) (sumber
karbohidrat)
Antap
Vigna sinensis
Buah
Sayur
Buncis
Phaseolus angularis
Biji
Kacang-kacangan5)
Arcis
Pisum sativum
Buah
Sayur
Komak
Dolichos lablab
Buah
Sayur
Kol
Brassica oleracea
Daun
Sayur
Bage
Tamarindus indica
Buah
Rempah-rempah,
minuman2)
Turi
Sesbania grandiflora
Bunga
Sayur
Jambu jebet
Annacardium ocidentale Buah, biji
Buah1), kacangkacangan
Padi
Oryza sativa
Biji
Sereal (pangan
utama sumber
karbohidrat)
Rumput
Tithonium diversifolium Daun muda
Sayur
kapuk*)
Bebalung
Euphorbia pulcehrrima
Daun muda
Sayur
*)
adang
(merah)
Fragaria x ananassa
Strawberry
Buah
Buah
Keterangan: *): liar; 1): Buah sebagai sumber serat pangan, vitamin, karbohidrat,dan mineral; 2):
Minuman sebagai sumber mineral dan ion tubuh; 3): Sayur sebagai sumber serat
pangan, vitamin, mineral, dan karbohidrat; 4): Rempah-rempah sebagai sumber
vitamin dan stimulan; 5) Kacang-kacangan sebagai sumber serat pangan, mineral,
protein, dan vitamin.
Jenis tumbuhan budidaya seperti tomat, kentang, cabai dan terong memiliki
nilai ekonomi tinggi di beberapa negara (Rigano et al. 2013). Jenis tersebut
banyak dimanfaatkan sebagai bumbu penyedap masakan, obat maupun makanan
sekunder yang mengandung protein, mineral, dan vitamin (Rigano et al. 2013).
Cabai merah (Capsicum annum) merupakan salah satu bahan pangan pelengkap
yang digunakan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung dalam setiap
masakan. Masyarakat di Desa Sembalun Bumbung menyukai masakan bercita
rasa pedas karena dapat menambah selera dan nafsu makan. Tingkat kepedasan
15
merupakan salah satu indikator mutu cabai merah yang dicerminkan oleh
kandungan capsaicin. Capsaicin merupakan senyawa utama dari capsaicinoid
yang terdapat dalam buah cabai (Renate et al. 2014).
Komak (Dolichos lablab), buncis (Phaseolus angularis), kedelai (Glycine
max), dan antap (Vigna sinensis) merupakan tumbuhan famili Fabaceae yang
dibudidayakan di kebun, pekarangan maupun sawah oleh masyarakat sebagai
bahan pangan sayur. Tumbuhan ini banyak mengandung protein, nitrogen dan
kalsium, toleran terhadap pemangkasan dan kekeringan, dan potensial sebagai
hijauan pakan ternak (Zaed et al. 2008). Dari sisi konservasi, lahan yang
ditumbuhi spesies dari famili Fabaceae ini dapat berperan sebagai penutup lahan
(cover crop) sehingga mengurangi aliran permukaan dan laju erosi (Zaed et al.
2008). Menurut Lewis et al. (2005) yang diacu dalam Danarto (2013) menyatakan
bahwa famili Fabaceae bermanfaat untuk menyuburkan tanah karena
kemampuannya untuk memfiksasi nitrogen dari atmosfer melalui bintil akar.
Masyarakat Desa Sembalun Bumbung juga memanfaatkan jenis tumbuhan
tersebut sebagai obat, pakan ternak, tumbuhan selingan, dan peralihan baik di
kebun maupun sawah.
Strawberry (Fragaria x ananassa) merupakan tumbuhan dari famili
Rosaceae (mawar-mawaran) genus Fragaria. Strawberry yang dibudidayakan di
pekarangan rumah biasanya dimanfaatkan sebagai tanaman selingan supaya
pekarangan tetap produktif, sedangkan yang dibudidayakan di kebun biasanya
dimanfaatkan sebagai objek wisata, yaitu wisata petik strawberry (Gambar 8).
Harga per kg strawberry yang sudah dipetik bisa dijual dengan harga Rp 30 000 –
50 000. Masyarakat Desa Sembalun Bumbung bisa menambah pendapatan
finansial mereka melalui kegiatan penjualan strawberry, baik hasil yang dijual
secara langsung ke pengunjung maupun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
umum, di pasar-pasar tradisional dan super market.
Gambar 8 Kebun strawberry (Fragaria x ananassa) di Desa Sembalun Bumbung.
Bebalung adang (Euphorbia pulcherrima) merupakan tumbuhan liar
berhabitus perdu dari famili Euphorbiaceae yang dimanfaatkan oleh masyarakat
Desa Sembalun Bumbung sebagai pangan alternatif. Tumbuhan ini dapat dengan
mudah dijumpai di pinggir jalan, kebun, maupun pekarangan. Bagian yang
dimanfaatkan adalah daun mudanya yang berwarna merah. Masyarakat
mengkonsumsinya dengan cara dimasak terlebih dahulu. Getah tumbuhan ini juga
dimanfaatkan sebagai obat sakit gigi. Selain dimanfaatkan sebagai tumbuhan
pangan dan obat, bebalung adang juga dimanfaatkan sebagai tanaman hias karena
banyak ditemukan tumbuh di pekarangan rumah sebagai pagar hidup.
16
Dilihat dari ketersediaan bahan pangan yang melimpah menunjukkan bahwa
masyarakat di Desa Sembalun Bumbung tidak perlu bergantung terhadap pangan
luar dan dapat memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri. Karena berdasarkan
sifat pemanfaatannya, sebesar 56.69% tumbuhan pangan lokal yang
dibudidayakan memang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri (subsisten), sisanya
43.31% tumbuhan pangan dimanfaatkan secara subsisten-komersial sebagai
penghasilan utama.
Pangan Lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat
sesuai dengan potensi dan kearifan lokal (Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2012). Tumbuhan pangan lokal yang sudah ada sejak dulu, kini
memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari
(Metananda 2012). Cukup dengan ketersedian tumbuhan pangan lokal yang
tumbuh melimpah di desa ini, masyarakat Desa Sembalun Bumbung dapat
mencapai kesejahteraannya di bidang pangan. Bahan pangan lokal yang
dibudidayakan dan merupakan komoditas unggulan juga dapat dijadikan sebagai
sumber pendapatan finansial. Untuk pangan pokok, penyediaannya harus dipenuhi
dari produksi domestik dengan memanfaatan sumberdaya yang ada secara optimal
(Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 2011).
Habitus tumbuhan pangan
Habitus merupakan perawakan dari suatu jenis tumbuhan. Terdapat 7
habitus tumbuhan pangan hutan dan non hutan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Desa Sembalun Bumbung, antara lain herba, pohon, liana, perdu,
semak, bambu, dan epifit. Habitus tumbuhan pangan hutan yang paling banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat adalah pohon, yaitu sebesar 64.71%. Sedangkan
pangan non hutanadalah herba, yaitu sebesar 43.10% (Gambar 9).
Persentase (%)
64.71
70
60
43.10
50
31.03
40
30
11.21
20 11.76
8.62
5.88
5.88
4.31 5.88 0.86 5.88 0.86
10
0
0
Herba
Pohon
Liana
Perdu
Semak Bambu Epifit
Habitus
Hutan
Non hutan
Gambar 9 Habitus tumbuhan pangan yang dimanfaatkan.
Pohon terdiri dari berbagai bagian yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
karena tidak hanya bagian buah saja yang dimanfaatkan untuk pangan tetapi juga
bagian lainnya seperti daun (Rahayu 2013). Habitus herba tidak membutuhkan
ruang yang luas untuk tumbuh karena hanya memerlukan pekarangan rumah
untuk melakukan penanaman (Arizona 2011), selain itu perlakuan dan
17
perawatannya tergolong mudah. Habitus herba banyak ditemukan dan
dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung karena habitus ini
memiliki daya saing yang kuat dan mudah beradaptasi terhadap tumbuhan
disekitarnya seperti semak, perdu bahkan pohon (Hutasuhut 2011).
Persentase (%)
Bagian tumbuhan pangan yang dimanfaatkan
Tumbuhan pangan yang dimanfaatkan masyarakat Desa Sembalun
Bumbung berdasarkan bagiannya yang digunakan terdiri atas 12 kelompok
bagian, yaitu buah, daun, daun muda, biji, umbi, batang, bunga, seluruh bagian,
rimpang, batang muda, buah muda, dan kulit batang (Gambar 10).
50
40
30
20
10
0
41.10
15.75
12.33
4.11 2.74
0.68
0.68
4.11
5.48 3.42 4.11 5.48
Bagian tumbuhan
Gambar 10 Bagian tumbuhan pangan yang dimanfaatkan.
Bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan sebagai pangan adalah
buah, yaitu sebesar 41.10%. Bagian buah bisa dikonsumsi secara langsung
maupun diolah sebagai bahan untuk dijadikan sayur sesuai kebutuhan masyarakat.
Buah yang dimanfaatkan sebagai sayur tergolong mudah didapatkan di Desa
Sembalun Bumbung dan pemanfaatan bagian buah sebagai bahan pangan tidak
memberikan dampak negatif pada tumbuhan. Tidak seperti pemanfaatan bagian
akar atau batang yang merupakan salah satu bagian vital tumbuhan. Namun,
terdapat pula tumbuhan seperti pisang (Musa sp) yang lebih dari satu bagian dapat
diambil manfaatnya sehingga menyebabkan tingginya laju pemanfaatan tumbuhan
tersebut.
Cara pengolahan tumbuhan pangan
Pengolahan merupakan proses penting pada tumbuhan pangan sebelum
dikonsumsi. Cara pengolahan tumbuhan pangan masyarakat Desa Sembalun
Bumbung masih sangat sederhana, baik dimasak atau dikonsumsi langsung.
Tumbuhan pangan dimasak dalam berbagai cara, antara lain dibakar,
direbus, digoreng, dan sebagai campuran bahan lain (Ayu 2012). Pengolahan
tumbuhan pangan paling banyak dilakukan dengan cara dimasak, yaitu sebesar
60.69%, karena cara ini merupakan cara yang paling praktis dilakukan (Tabel 6).
18
Tabel 6 Cara pengolahan tumbuhan pangan.
No
Pengolahan
Persentase (%)
1 Dimasak (‘kla’)
2 Tanpa pengolahan
3 Diambil airnya/sarinya
4 Dikeringkan
Total
60.69
33.79
2.76
2.76
100.00
Status pembudidayaan dan kondisi penyebaran tumbuhan pangan
Tumbuhan pangan yang terdapat di Desa Sembalun Bumbung menurut
statusnya pembudidayaannya tergolong ke dalam tumbuhan budidaya dan liar
(Tabel 7). Tumbuhan pangan liar hutan maupun non hutan yang dimanfaatkan
oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung, yaitu sebesar 18.90% sedangkan
sebesar 81.10% tumbuhan pangan sengaja dibudidayakan oleh masyarakat baik di
sawah, kebun maupun pekarangan (Tabel 7).
Tabel 7 Status pembudidayaan dan contoh tumbuhan pangan di alam yang
dimanfaatkan oleh masyarakat Desa sembalun Bumbung.
Status
Jumlah Persentase
Contoh spesies
pembudidayaan
spesies spesies (%)
Liar(hutan+non hutan)
24
18.90 Dame (Syzygium sp)
Budidaya
102
81.10 Komak (Dolichos lablab)
Total
127
100.00
Persentase (%)
Pemanfaatan tumbuhan pangan yang dibudidayakan oleh masyarakat Desa
Sembalun Bumbung lebih banyak dibandingkan dengan tumbuhan liar dari hutan
maupun non hutan. Hal tersebut disebabkan karena tumbuhan liar yang
dimanfaatkan oleh masyarakat hanya sebagai pangan alternatif bukan sebagai
pangan pokok, sedangkan pangan pokok rata-rata dibudidayakan.
Terdapat beberapa habitat tumbuhan pangan yang dimanfaatkan masyarakat
Desa Sembalun Bumbung, diantaranya adalah pekarangan, kebun, sawah, pinggir
jalan, dan hutan. Spesies tumbuhan pangan yang dibudidayakan selain berkaitan
dengan kondisi biofisik lingkungan yang sesuai, juga berkaitan dengan kondisi
penyebaran tumbuhan tersebut. Tumbuhan pangan yang dimanfaatkan masyarakat
paling banyak terdapat di pekarangan rumah, yaitu sebesar 43.15% (Gambar 11).
43.15
50
40
30
20
10
0
33.50
8.63
9.64
5.08
Penyebaran
Gambar 11 Kondisi penyebaran tumbuhan pangan di alam.
19
Tumbuhan yang dibudidayakan di pekarangan dapat menghemat biaya dan
tenaga karena mudah diperoleh (letaknya yang berada di dekat rumah). Hal
tersebut menunjukkan bahwa masyarakat di desa ini sudah memanfaatkan
pekarangan secara optimal sehingga bisa mendatangkan berbagai manfaat.
Pekarangan disebut sebagai warung hidup karena dapat memenuhi kebutuhan
konsumsi keluarga tanpa harus membelinya (Irianti et al. 2013). Selain untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, tumbuhan dari pekarangan juga dapat dijual
sehingga bisa memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga. Menurut hasil
wawancara, budaya bertani sudah ada sejak zaman dahulu sehingga bibit yang
diperoleh berasal dari turun temurun dan hutan. Namun,ada juga bibit yang
berasal dari luar negeri, contohnya ashitaba (Angelica keiskei koidzumi) yang
berasal dari Jepang dan kentang (Solan
MASYARAKAT DESA SEMBALUN BUMBUNG DI
SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI
ARMY SELVILIA RIFFANI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan
Tumbuhan Pangan dan Obat oleh Masyarakat Desa Sembalun Bumbung di sekitar
Taman Nasional Gunung Rinjani adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016
Army Selvilia Riffani
NIM E34110101
ABSTRAK
ARMY SELVILIA RIFFANI. Pemanfaatan Tumbuhan Pangan dan Obat oleh
Masyarakat Desa Sembalun Bumbung di sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani.
Dibimbing oleh SISWOYO dan ERVIZAL AM ZUHUD.
Pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pemanfaatan tumbuhan pangan
dan obat oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung erat kaitannya dengan
kebutuhan akan pangan dan kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi keanekaragaman serta peranan tumbuhan pangan dan obat yang
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Sembalun Bumbung.
Pengambilan data dilaksanakan dari bulan Juni – Juli 2015 di Desa Sembalun
Bumbung melalui observasi langsung dan wawancara dilakukan terhadap 34
responden dengan metode snowball sampling. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat 127 spesies dari 48 famili tumbuhan pangan dan 102 spesies dari
44 famili tumbuhan obat yang dimanfaatkan. Selain digunakan sebagai tumbuhan
pangan dan obat, tumbuhan tersebut juga digunakan sebagai pakan ternak,
pewarna, rekreasi, ritual adat, pestisida nabati, dan lainnya. Masyarakat Desa
Sembalun Bumbung dalam hal ini juga sudah mampu memenuhi kebutuhan akan
pangan dan obat secara mandiri.
Kata kunci: desa Sembalun Bumbung, pemanfaatan, tumbuhan obat, tumbuhan
pangan.
ABSTRACT
ARMY SELVILIA RIFFANI. Edible and Medicinal Plants Utilization by
Sembalun Bumbung Village Community Around Gunung Rinjani National Park.
Supervised by SISWOYO and ERVIZAL AM ZUHUD.
Edible and medicinal plants is an unity that can not be separated from
human life. Utilization of edible and medicinal plants by Sembalun Bumbung
Village in daily lives were closely related to fulfillment of food and health. This
study aimed to identify the diversity and the role of edible and medicinal plants in
community daily lives. The data was collected on June until July 2015 at
Sembalun Bumbung Village through direct observation and interview with 34
respondents determined using snowball sampling method. The result showed that
there were 127 spesies from 48 family that used as food plants and 102 spesies
from 44 family that used as medicinal plants. Besides its use as food and
medicine, the plants were also used as animal feed, dyes, recreation, traditional
ceremony, pesticides, etc. In this case, Sembalun Bumbung Village community
has been able to fulfillment of food and medicine independently.
Keywords: edible plants, medicinal plants, Sembalun Bumbung village,
utilization.
PEMANFAATAN TUMBUHAN PANGAN DAN OBAT OLEH
MASYARAKAT DESA SEMBALUN BUMBUNG DI
SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI
ARMY SELVILIA RIFFANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Judul Skripsi: Pemanfaatan Tumbuhan Pangan dan Obat oleh Masyarakat Desa
Sembalun Bumbung di sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani
Nama
: Army Selvilia Riffani
NIM
: E34110101
Disetujui oleh
r Siswo o MSi
P embimbing I
Tanggal Lulus:
2 7 JAN 2 010
Prof Dr Ir Ervizal AM Zuhud, MS
Pembimbing II
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya
ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Juni 2015 sampai Juli 2015 ini ialah etnobotani, dengan
judul Pemanfaatan Tumbuhan Pangan dan Obat oleh Masyarakat Desa Sembalun
Bumbung di sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Siswoyo, MSi dan Prof Dr Ir
Ervizal AM Zuhud, MS selaku dosen pembimbing. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Dr Ir Harnios Arief, MSc dan Dr Ir Noor Farikhah
Haneda, MScF selaku ketua sidang dan dosen penguji atas arahan, saran, dan
motivasi yang diberikan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Bapak Agus Budiono selaku kepala Taman Nasional Gunung Rinjani, Bapak
Zulfahri selaku kepala SPTN II Resort Sembalun, Bapak Abdul Basit beserta
jajaran staf Taman Nasional Gunung Rinjani, Bapak Mantan, Bapak Supardi, dan
Bapak Tika yang telah membantu selama pengumpulan informasi dan data di
lapang. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayahanda Arif
Riyanto, Ibunda Iswahyuni Puji Rahayu, Argavian Yudha Algani, Arviolisa
Nindya Elsani, serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya. Terima kasih
kepada seluruh teman-teman KSHE 48 atas dukungan dan bantuan selama
penyusunan data.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor, Januari 2016
Army Selvilia Riffani
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Alat, Bahan, dan Instrument Penelitian
2
Jenis Data yang Dikumpulkan
3
Metode Pengambilan Data
4
Pengolahan dan Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
6
Karakteristik Responden
8
Keanekaragaman Famili Tumbuhan Pangan dan Obat
9
Tumbuhan Pangan
10
Pembagian Manfaat Kelompok Tumbuhan Pangan
19
Tumbuhan Pangan Fungsional
23
Tumbuhan Obat
25
Penggunaan Tumbuhan Obat Berdasarkan Kelompok Penyakit
33
Kearifan Tradisional Masyarakat dalam Pemanfaatan Tumbuhan
36
SIMPULAN DAN SARAN
37
Simpulan
37
Saran
37
DAFTAR PUSTAKA
38
LAMPIRAN
42
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Jenis dan metode pengambilan data
Tata guna lahan di Desa Sembalun Bumbung
Famili dan spesies tumbuhan pangan dan obat yang dimanfaatkan
Contoh spesies tumbuhan pangan hutan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Desa Sembalun Bumbung
Contoh spesies tumbuhan pangan non hutan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Desa Sembalun Bumbung
Cara pengolahan tumbuhan pangan
Status pembudidayaan dan contoh tumbuhan pangan di alam yang
dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung
Pengelompokan spesies tumbuhan pangan berdasarkan manfaat
Bahan pangan kelompok sereal dan umbi
Bahan pangan kelompok sayur-sayuran
Bahan pangan kelompok buah-buahan
Bahan pangan kelompok kacang-kacangan
Bahan pangan kelompok minuman
Bahan pangan kelompok rempah-rempah
Famili tumbuhan pangan fungsional
Contoh spesies tumbuhan pangan fungsional yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Desa Sembalun Bumbung
Contoh spesies tumbuhan obat hutan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Desa Sembalun Bumbung
Contoh spesies tumbuhan obat non hutan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Desa Sembalun Bumbung
Cara pengolahan tumbuhan obat
Cara pemakaian tumbuhan obat
Status pembudidayaan dan contoh tumbuhan obat di alam yang
dimanfaatkan oleh masyarakat Desa sembalun Bumbung
Persentase spesies tumbuhan obat berdasarkan kelompok
penyakit/penggunaan tumbuhan obat di Desa Sembalun Bumbung
Contoh spesies tumbuhan obat berdasarkan kelompok penyakit/
penggunaan tumbuhan obat di Desa Sembalun Bumbung
3
6
10
11
14
18
18
19
20
20
21
22
22
22
24
24
25
27
32
32
33
34
35
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
Peta lokasi penelitian
Karakteristik kelas umur responden
Tingkat pendidikan responden
Mata pencaharian responden
Aren (Arenga pinnata)
(a) Lebui (Cajanus cajan); (b) Lembuktung (Rubus rosifolius).
Bambu (Dendrocalamus asper) yang diberi sekat pembatas
2
8
8
9
12
13
13
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Kebun strawberry (Fragaria x ananassa) di Desa Sembalun
Bumbung
Habitus tumbuhan pangan yang dimanfaatkan
Bagian tumbuhan pangan yang dimanfaatkan
Kondisi penyebaran tumbuhan pangan di alam
Rempah-rempah yang diperdagangkan di Desa Sembalun Bumbung
Ashitaba (Angelica keiskei koidzumi)
Pembuatan ‘sembe’ dari campuran tumbuhan leko (Piper betle), buaq
(Areca catechu), dan kapur oleh Mangku Patara Guru
(a) Memangge (Drymaria cordata); (b) Pekarangan: Mint (Mentha
piperita).
Habitus tumbuhan obat yang dimanfaatkan
Bagian tumbuhan obat yang dimanfaatkan
Kondisi penyebaran tumbuhan obat di alam
15
16
17
18
23
28
29
30
30
31
33
LAMPIRAN
1 Responden yang diwawancarai di Desa Sembalun Bumbung
2 Tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa
Sembalun Bumbung
3 Status pembudidayaan dan kondisi penyebaran tumbuhan pangan di
alam
4 Tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun
Bumbung
5 Status pembudidayaan dan kondisi penyebaran tumbuhan obat di
alam
6 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok
penyakit
7 Bentuk ramuan berdasarkan jenis penyakit atau penggunaannya.
8 Tumbuhan pangan fungsional
9 Manfaat lainnya dari setiap jenis tumbuhan pangan dan obat
42
43
49
55
63
68
72
74
77
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Interaksi antara manusia dengan tumbuhan sudah lama terjadi, karena secara
alamiah manusia selalu bergantung pada tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Interaksi tersebut sudah berjalan lama dan umumnya memiliki tatanan
yang telah disepakati dan dilaksanakan bersama dalam menjaga keseimbangan
dengan alam lingkungan sekitarnya (Purwanto 1999). Pengetahuan tentang
tumbuhan yang bisa dimanfaatkan oleh manusia tidak didapatkan dalam waktu
singkat, mereka mendapatkannya dengan sistem trial and error selama puluhan
bahkan ribuan tahun pengalaman (Pharmacotherapy 2009). Sejalan dengan
pemanfaatan tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan pangan, tumbuhan untuk
memenuhi kebutuhan akan kesehatan juga telah berlangsung sejak munculnya
peradaban manusia dimuka bumi (Walujo 2011). Dengan kata lain, pemanfaatan
tumbuhan sebagai bahan pangan dan obat merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan karena sifatnya yang saling melengkapi satu sama lain.
Kebutuhan pangan dan obat dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini
ditunjukkan dengan masih adanya kegiatan impor untuk memenuhi kebutuhan
pangan dan obat (Rahayu 2013). Nilai impor pangan periode tahun 2010 – 2013
mencapai US$ 61.25 miliar dengan volume 76.63 juta ton (didominasi sub sektor
hortikultura) namun cenderung mengalami penurunan sebesar 3.07% tiap
tahunnya (Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 2014).
Nilai impor obat herbal periode Januari – Juni 2013 mencapai US$ 7.26 juta
dengan volume 7.2 juta ton, sedangkan periode Januari – Juni 2014 sebesar US$
1.54 juta dengan volume 1.6 juta ton (didominasi oleh jahe). Nilai tersebut turun
68.65% dari tahun 2013 (Murdopo 2014).
Sebagian besar penduduk Indonesia hidup di desa. Menurut Badan Pusat
Statistik Indonesia (2015), jumlah desa di Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 81
626 desa dan menurut Departemen Kehutanan (2007), terdapat lebih dari 50%
kampung (di dalam desa) di Indonesia berada di dalam dan sekitar hutan dimana
keberadaan hutan tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Desa Sembalun Bumbung merupakan salah satu desa yang
berada di sekitar kawasan hutan dan berbatasan dengan kawasan Taman Nasional
Gunung Rinjani (TNGR). Karena adanya pemanfaatan sumberdaya yang berasal
dari hutan, masyarakat Desa Sembalun Bumbung juga memandang hutan sebagai
satu kesatuan yang memiliki fungsi ekologis, ekonomi, dan sosial budaya.
Masyarakat Desa Sembalun Bumbung memanfaatkan sumberdaya alam yang ada
terutama tumbuhan pangan dan obat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam
memanfaatkan tumbuhan pangan dan obat baik yang berasal dari hutan maupun
non hutan, masyarakat Desa Sembalun Bumbung juga memiliki kearifan
tersendiri berdasarkan pengetahuan lokal yang didapatkan secara turun-temurun
untuk menjaga keseimbangan dengan alam. Namun, pendokumentasian jenis
tumbuhan pangan dan obat lokal yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa
Sembalun Bumbung sampai saat ini belum ada. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
penelitian terkait pemanfaatan dan ketergantungan tumbuhan pangan dan obat
lokal oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung.
2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keanekaragaman spesies
tumbuhan pangan dan tumbuhan obat lokal yang dimanfaatkan oleh masyarakat
Desa Sembalun Bumbung
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu :
1. Dapat memberikan informasi mengenai jenis-jenis tumbuhan pangan dan obat
lokal yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung.
2. Data dan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam menentukan strategi
bagi masyarakat sekitar dan pemerintah setempat dalam pengembangan dan
pengelolaan sumberdaya hayati pangan dan obat lokal yang berkelanjutan
berbasis pengetahuan lokal.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan
Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (Gambar 1).
Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni - Juli 2015.
Gambar 1 Peta lokasi penelitian
3
Alat, Bahan, dan Instrument penelitian
1.
2.
3.
4.
5.
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
Instrument penelitian: tally sheet dan panduan wawancara.
Perlengkapan wawancara: alat tulis, kamera, dan alat perekam suara.
Perlengkapan pembuatan herbarium: alkohol 70%, sprayer, kertas koran,
plastik spesimen, selotif, dan benang.
Pengolahan data: program Microsoft Office Excel 2010.
Dokumen atau pustaka yang terkait dengan penelitian.
Objek penelitian ini adalah spesies tumbuhan pangan dan obat lokal yang
diketahui dan dimanfaatkan masyarakat di Desa Sembalun Bumbung.
Jenis Data yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Jenis data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini secara
rinci dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis dan metode pengambilan data.
No
Jenis data
Uraian
Sumber data
Metode
1. Kondisi
Letak, luas, batas kawasan,
Masyarakat, Wawancara,
umum
aksesibilitas, demografi, pola Pegawai
literatur
penggunaan lahan, dan
balai desa
kondisi sosial ekonomi
budaya masyarakat
2.
Karakteristik Jenis kelamin, umur,
responden
pendidikan, dan pekerjaan
Masyarakat
Wawancara
3.
Jenis-jenis
tumbuhan
Nama lokal, nama ilmiah,
nama famili, dan habitus
Masyarakat
Wawancara,
observasi
lapang,
literatur
4.
Pemanfaatan
tumbuhan
pangan dan
obat
Bagian yang digunakan, cara
pengolahan, cara pemakaian
tumbuhan obat, kondisi
penyebaran, sifat
pemanfaatan,status
pembudidayaan, pangan
fungsional, kelompok bahan
pangan, penggunaan
tumbuhan obat
Masyarakat
Wawancara,
observasi
lapang,
literatur
5.
Kearifan
tradisional
Bentuk kearifan tradisonal
dalam pemanfaatan
tumbuhan pangan dan obat
Masyarakat
Wawancara
4
Metode Pengambilan Data
Studi literatur
Data sekunder berupa kondisi umum Desa Sembalun Bumbung dan data
demografi penduduk dikumpulkan melalui kajian pustaka. Kajian pustaka
dilakukan dengan merekapitulasi informasi dari berbagai literatur dan penelitian
yang telah dilakukan oleh pihak lain dengan lokasi penelitian dan/atau topik
kajian yang sama dengan penelitian ini.
Survei lapang
Kegiatan survei lapang dilakukan untuk mengetahui kondisi umum lokasi
pengambilan data. Desa Sembalun Bumbung dipilih menjadi lokasi untuk
pengambilan data. Lokasi ini dipilih karena sebelumnya belum ada yang
melakukan pengumpulan informasi dan data mengenai tumbuhan pangan dan obat
yang dimanfaatkan oleh masyarakat.
Wawancara
Wawancara mengenai bentuk pemanfaatan tumbuhanoleh masyarakat Desa
Sembalun Bumbung dilakukan secara mendalam dengan menggunakan panduan
wawancara semi terstruktur. Teknik penarikan contoh untuk menentukan
responden dilakukan dengan menggunakan metode snowball sampling. Metode
ini dilakukan dengan cara memilih responden kunci (key person), selanjutnya
responden kunci menyarankan responden berikutnya untuk diwawancarai hingga
tidak ditemukan informasi baru dari responden selanjutnya. Dalam penelitian ini
total jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 34 orang.
Dokumentasi, pengambilan contoh tumbuhan pangan maupun obat dan
pembuatan herbarium
Dokumentasi spesies tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat dengan
cara pengambilan gambar atau foto. Pengambilan contoh tumbuhan dilakukan
untuk memverifikasi spesies tumbuhan yang dimanfaatkan berdasarkan hasil
wawancara sebelumnya. Spesies-spesies yang tidak dapat diidentifikasi, diambil
beberapa contoh untuk diherbarium dan selanjutnya diidentifikasi di Herbarium
Bogoriense, bidang Botani, LIPI Cibinong.
Pengolahan dan Analisis Data
Karakteristik responden
Karakterisistik responden dibedakan ke dalam kelas umur, jenis kelamin,
pendidikan dan mata pencaharian.
Persen famili
%Famili =
Σ Spesies famili tertentu
x
Σ Seluruh famili spesies
%
Persen habitus
Habitus (perawakan fisik) tumbuhan yang dimanfaatkan meliputi pohon,
bambu, semak, perdu, epifit, liana, dan herba. Menurut Tanjungsari (2014), rumus
5
yangdigunakan untuk menghitung persentase habitus, yaitu sebagai berikut :
%Habitus =
Σ Spesies habitus tertentu
x
Σ Seluruh habitus spesies
%
Persen bagian yang dimanfaatkan
Persentase bagian tumbuhan yang dimanfaatkan meliputi bagian tumbuhan
yang dimanfaatkan mulai dari bagian tumbuhan yang paling atas/daun sampai ke
bagian bawah/akar (Tanjungsari 2014). Satu spesies tumbuhan memungkinkan
beberapa bagiannya dimanfaatkan oleh masyarakat.
%Bagian yang dimanfaatkan =
Σ Bagian tertentu yang dimanfaatkan
x
Σ Seluruh bagian yang dimanfaatkan
%
Cara pengolahan dan pemakaian tumbuhan
Satu spesies tumbuhan memungkinkan untuk diolah dan digunakan dalam
berbagai cara. Menurut Tanjungsari (2014), persentase cara pengolahan tumbuhan
obat dan pangan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
%Cara pengolahan =
Σ Spesies dengan pengolahan tertentu
x
Σ Seluruh cara pengolahan
%
Σ Spesies dengan pemakaian tertentu
x
Σ Seluruh cara pemakaian
%
Pemakaian satu spesies tumbuhan obat dapat dilakukan dengan beberapa
cara sesuai dengan kebutuhan. Menurut Tanjungsari (2014), persentase cara
pemakaian tumbuhan obat dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
%Cara pemakaian =
Penyebaran dan status pembudidayaan tumbuhan
Tumbuhan obat di Desa Sembalun Bumbung menyebar pada beberapa tipe
habitat. Satu spesies tumbuhan memungkinkan untuk tumbuh di berbagai tipe
habitat. Menurut Tanjungsari (2014), penyebaran tumbuhan dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
%Penyebaran =
Σ Spesies yang tersebar pada habitat tertentu
x
Σ Seluruh habitat spesies
%
Status tumbuhan di alam terdiri dari 2 kategori, yaitu kategori liar dan
budidaya. Dihitung dengan rumus :
%Status pembudidayaan =
Σ Spesies kategori status pembudidayaan
x
Σ Seluruh status pembudidayaan spesies
%
Sifat pemanfaatan
Sifat pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat dibagi menjadi 3 kategori,
yaitu subsisten, komersial, subsisten-komersial. Menurut Tanjungsari (2014), sifat
pemanfaatan dari tumbuhan dianalisis dengan menggunakan persentase di bawah
ini:
6
%Pemanfaatan =
Σ Spesies tumbuhan kategori pemanfaatan tertentu
x
Σ Seluruh kategori pemanfaatan spesies
%
Kelompok penyakit dan penggunaan tumbuhan obat
Pembagian kelompok penyakit/penggunaan tumbuhan obat dilakukan
dengan cara penyaringan (screening) terhadap khasiat masing-masing tumbuhan
obat sesuai kelompok penyakit/penggunaannya (Oktaviana 2008).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Letak, luas, dan wilayah
Desa Sembalun Bumbung terletak di Kecamatan Sembalun, Kabupaten
Lombok Timur. Desa ini memiliki ketinggian tempat 1 117 mdpl dengan
topografi relatif berbukit dan suhu rata-rata 30⁰ C. Desa Sembalun Bumbung yang
berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, memiliki luas
wilayah 5 797 Ha atau setara dengan 26.76% dari luas total Kecamatan Sembalun
(21 661 Ha). Desa Sembalun Bumbung terbagi menjadi beberapa dusun, antara
lain Dusun Jorong, Jorong Utara, Daya Rurung Barat, Daya Rurung Timuk, Lauk
Rurung Barat, Lauk Rurung Timuk, dan Batu Jalik. Untuk batas-batas
wilayahnya, yaitu sebelah utara Desa Sembalun Bumbung berbatasan dengan
Desa Sembalun Timba Gading, sebelah selatannya berbatasan dengan Desa Sapit,
sebelah timurnya berbatasan dengan Desa Belantung dan sebelah baratnya
berbatasan dengan Desa Bayan. Kondisi jalan menuju Desa Sembalun Bumbung
beraspal sehingga untuk menuju ke lokasi ini dapat ditempuh dengan
menggunakan kendaraan bermotor ±3 jam dari Kota Mataram.
Penggunaan lahan sebagian besar diperuntukan sebagai lahan pertanian dan
perkebunan. Pemanfaatan lahan lainnya berupa pemukiman, pusat desa, sawah,
pekarangan, kebun TPU, dan fasilitas umum seperti lapangan, sekolah, masjid,
wisma pemda dan pusat kesehatan (Tabel 2).
Tabel 2 Tata guna lahan di Desa Sembalun Bumbung.
No
1
2
3
4
5
6
7
Penggunaan lahan
Pekarangan
Sawah
Kebun
Fasilitas umum
Pemukiman
Hutan
Lain-lain
Luas (Ha)
35.75
1 326
623.64
2.79
3 311.39
394.933
102.497
Sumber: Balai Desa Sembalun Bumbung (2014).
Pusat kegiatan atau pusat desa berada di tengah desa sebagai pusat adat dan
pemerintahan desa. Areal pertanian berada tidak merata seperti ada beberapa yang
dekat dan adapula yang jauh dari pemukiman. Areal perkebunan juga menyebar
tidak merata, beberapa berada di belakang rumah, di pinggir jalan raya bahkan di
7
atas bukit. Sektor perkebunan yang dikembangkan di Desa Sembalun Bumbung
adalah kopi (Coffea sp) dan tembakau (Nicotiana tabacum).
Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
Jumlah penduduk Desa Sembalun Bumbung sebanyak 6 958 jiwa, terdiri
dari laki-laki sebanyak 3 280 jiwa dan perempuan 3 678 jiwa dengan total kepala
keluarga (KK) sebanyak 2 380 KK. Mata pencaharian masyarakat Desa Sembalun
Bumbung beragam sesuai dengan latar belakang kehidupan seperti Petani, PNS,
pedagang, buruh, porter dan tukang ojek. Tetapi secara umum, mata pencaharian
masyarakat Desa Sembalun Bumbung adalah petani. Berkaitan dengan kehidupan
sosial masyarakat, hubungan emosional dalam keluarga sangatlah kuat karena,
dalam satu desa umumnya masih memiliki hubungan kekerabatan. Prinsip gotong
royong dijunjung masyarakat di desa ini yang terlihat ketika tetangga sekitar turut
membantu jika hajatan suatu keluarga mengalami hambatan. Pembagian peran
dilakukan untuk mempermudah kegiatan hajatan yakni wanita memasak dan/atau
memberikan bantuan bahan masakan yang dibutuhkan, sedangkan para lelaki
mencari kayu bakar di hutan dan kebun sekitar.
Penduduk Desa Sembalun Bumbung sebagian besar merupakan penduduk
asli Pulau Lombok (Suku Sasak), tetapi terdapat juga warga pendatang yang
berasal dari Pulau Bali, Jawa, Sumatera dan Sumbawa. Kata ‘Sasak’ secara
etimilogis menurut Dr. Goris S. berasal dari kata ‘Sah’ yang berarti pergi dan
‘Shaka’ yang berarti leluhur. Berarti kata ‘Sasak’ bisa diartikan pergi ke tanah
leluhur. Dari etimologis ini diduga leluhur orang Sasak adalah orang Jawa.
Terbukti pula dari tulisan Sasak yang oleh penduduk Lombok disebut Jejawan,
yakni aksara Jawayang selengkapnya diresepsi oleh kesusastraan Sasak (Aloevera
2011 diacu dalam Metananda 2012).
Sebagian besar masyarakat di Desa Sembalun Bumbung menganut agama
Islam dan bahasa sehari-hari menggunakan bahasa Sasak. Namun, pengaruh Islam
yang masuk ke Lombok (diperkirakan masuk sekitar abad ke-16) juga
berakulturasi dengan kepercayaan lokal sehingga terbentuk aliran seperti ‘wektu
telu’. ‘Wektu telu’ merupakan waktu peralihan dari kepercayaan Animisme ke
Islam. Pada saat ini, keberadaan ‘wektu telu’ sudah kurang mendapat tempat
karena tidak sesuai dengan syariat Islam (Metananda 2012). Pengaruh Islam yang
kuat menggeser kekuasaan Hindu di Pulau Lombok, hingga saat ini dapat dilihat
keberadaannya hanya di bagian barat Pulau Lombok saja khususnya di Kota
Mataram (Metananda 2012). Hal tersebut dibuktikan dengan masih ditemukannya
beberapa bangunan di sepanjang Kota Mataram yang memiliki corak Hindu
seperti Pure yang ada di Bali.
Struktur organisasi di Desa Sembalun Bumbung sendiri terdiri dari
prebekel, pemangku, penghulu, dan pande. Prebekel berhubungan dengan urusan
masyarakat/pemerintahan Desa Sembalun Bumbung dan dipimpin oleh seorang
Kepala Desa. Pemangku berhubungan dengan urusan adat istiadat di Desa
Sembalun Bumbung yang dipimpin oleh seorang Kepala Adat. Biasanya seorang
pemangku dipilih dari satu keturunan dan mempunyai tugas masing-masing sesuai
dengan jabatannya. Penghulu berhubungan dengan urusan keagamaan sedangkan
pande berhubungan dengan peralatan pertanian dan besi-besi.
8
Karakteristik Responden
Wawancara dilakukan terhadap 34 orang responden, yang terdiri dari 21
orang laki-laki (61.76%) dan 13 orang perempuan (38.24%). Sebagaian besar
responden merupakan penduduk asli Pulau Lombok (91.18%) dan sisanya adalah
pendatang dari Jawa, Bali, dan Bima (8.82%) Umumnya responden yang
diwawancarai adalah laki-laki karena laki-laki memiliki pengalaman, aktivitas,
dan pengetahuan yang lebih tentang pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat,
terutama yang berasal dari hutan.
Persentase (%)
Kelompok umur, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian
Responden dibagi menjadi 4 kelompok umur, yaitu kelas umur remaja 12 25 tahun, dewasa 26 - 45 tahun, lansia 46 - 65 tahun dan manula >65 tahun
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2009). Sebagaian besar responden
(52.94%) berada pada kelas umur dewasa 26 – 45 tahun (Gambar 2).
52.94
100
10
32.35
8.82
5.88
1
12-25
26-45
46-65
>65
Selang Kelas Umur
Gambar 2 Karakteristik kelas umur responden.
Persentase (%)
Selang kelas umur 26 – 45 tahun menurut Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (2009) merupakan kelas umur dewasa produktif. Menurut Kodir (2009),
tingkat usia merupakan faktor penting yang mempengaruhi pengetahuan
masyarakat. Semakin bertambahnya usia, pengetahuan tentang jenis-jenis
tumbuhan juga semakin bertambah. Akan tetapi semakin lanjut usia seseorang,
kapasitas untuk menambah pengalaman, pengetahuan, daya ingat, dan kesempatan
untuk menginformasikan jenis tumbuhan pangan dan obat semakin menurun.
Tingkat pendidikan responden di Desa Sembalun Bumbung didominasi oleh
lulusan Sekolah Dasar (SD), yaitu sebesar 44.12% (Gambar 3).
44.12
38.24
20
14.71
2.94
10
0
SD
SMP
SMA
sarjana
Tingkat pendidikan
Gambar 3 Tingkat pendidikan responden.
9
Persentase (%)
Tingkat pendidikan tidak terlalu berpengaruh terhadap pengetahuan
mengenai pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat. Berdasarkan hasil wawancara,
sumber pengetahuan yang responden dapatkan mengenai pemanfaatan tumbuhan
pangan dan obat mayoritas berasal dari nenek moyang (turun temurun) maupun
pengalaman pribadi.
Masyarakat Desa Sembalun Bumbung sebagian besar (46.67%)
bermatapencaharian sebagai petani (Gambar 4). Hal tersebut sesuai dengan
potensi sumberdaya alam yang ada yaitu lahan yang luas, tanah yang subur, dan
iklim yang sesuai untuk bercocok tanam.
50
40
30
20
10
0
46.67
10.87
8.70 6.52
2.17
17.39
6.52
2.17
Mata pencaharian
Gambar 4 Mata pencaharian responden
Beberapa masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani juga
memiliki pekerjaan lain untuk menunjang perekonomiannya karena hasil panen
tidak selalu bisa diandalkan setiap saat. Beberapa pekerjaan tersebut antara lain
peternak dan lainnya yang terdiri dari porter, ojek, pedagang, wiraswasta, dan
karyawan (Balai Desa Sembalun Bumbung 2014). Kegiatan berkebun masyarakat
Desa Sembalun Bumbung rutin dilakukan, karena setiap keluarga mempunyai
kebun masing-masing walaupun telah bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil
(PNS) atau pensiunan.
Keanekaragaman Famili Tumbuhan Pangan dan Obat
Teridentifikasi sebanyak 127 spesies dari 48 famili tumbuhan pangan dan
102 spesies dari 44 famili tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat
Desa Sembalun Bumbung. Spesies tumbuhan tersebut bisa ditemukan di hutan
maupun non hutan (Tabel 3). Hasil penelitian Metananda (2012), masyarakat
Desa Jeruk Manis, Kabupaten Lombok Timur memanfaatkan 136 spesies dari 53
famili sebagai tumbuhan pangan dan 156 spesies dari 62 famili sebagai tumbuhan
obat. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah tumbuhan pangan
dan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat antar desa dalam satu kabupaten.
Salah satu contoh perbedaannya adalah dalam memanfaatkan tumbuhan
bage (Tamarindus indica) sebagai bahan penyedap masakan yang ternyata
ditemukan di Desa Jeruk Manis dan Sembalun Bumbung. Masyarakat Desa Jeruk
Manis memanfaatkan bagesebagai ‘tanda gedeng nao’ (supaya hama tidak masuk
dan menyerang padi yang baru ditanam) dalam upacara bercocok tanam.
10
Sedangkan masyarakat Desa Sembalun Bumbung memanfaatkan tumbuhan
tersebut sebagai campuran minumam dalam ritual adat ‘sembe’. Menurut Rahayu
et al. (2012), perbedaan pengetahuan masyarakat tradisional akan pemanfaatan
tumbuhan dipengaruhi oleh tingkat kebudayaan, kondisi lingkungan, transformasi
budaya, intervensi teknologi, dan interaksi antar masyarakat. Pengetahuan lokal
tersebut umumnya dipelajari secara in situ dari satu generasi ke generasi
berikutnya (Purwanto 2002).
Tabel 3 Famili dan spesies tumbuhan pangan dan obat yang dimanfaatkan
Pangan
Obat
Persentase
Persentase
Jumlah
Jumlah
Famili
spesies
Famili
spesies
spesies
spesies
(%)
(%)
Hutan
Hutan
Arecaceae
3
17.65 Moraceae
2
9.09
Lauraceaea
2
11.76 Fabaceae
2
9.09
Myrtaceaea
2
11.76 Apocynaceae
2
9.09
Lain-lain
Lain-lain
10
58.82
16
72.73
(10 famili)
(16 famili)
Total
17
100.00
Total
22
100.00
Non hutan
Non hutan
Solanaceae
9
7.76 Zingiberaceae
8
9.30
Fabaceae
9
7.76 Apiaceaea
7
8.14
Cucurbitaceae
8
6.90 Solanaceae
6
6.98
Poaceaea
7
6.03 Euphorbiaceae
6
6.98
Zingiberaceae
5
4.31 Poaceae
5
5.81
Rutaceae
5
4.31 Musaceae
4
4.65
Apiacaea
5
4.31 Piperaceae
3
3.49
Lain-lain
Lain-lain
68
58.62
47
62.79
(37 famili)
(32 famili)
Total
116
100.00
Total
86
100.00
Tumbuhan Pangan
Spesies tumbuhan pangan di Desa Sembalun Bumbung
Pangan merupakan salah satu kebutuhan hidup terpenting bagi manusia,
selain sandang dan papan (Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian
2011). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012
tentang pangan menyatakan bahwa pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari
sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan,
perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan
sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam
proses penyiapan, pengolahan,dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Ada
dua macam bahan pangan, yaitu bahan pangan hewani dan nabati (tumbuhtumbuhan).
Padi (Oryza sativa) merupakan bahan pangan nabati yang dikonsumsi oleh
sebagian besar penduduk di Indonesia. Di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB),
11
padi merupakan penyumbang energi tertinggi dalam ketersediaan pangan dengan
produksi beras bersih sebesar 995 035 ton dan konsumsinya sebesar 118.1
kg/kapita/tahun atau setara dengan 323.5 gr/kap/hari pada tahun 2010 (Pemerintah
Provinsi Nusa Tenggara Barat 2012). Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumsi
secara umum di Provinsi Nusa Tenggara Barat (dalam hal ini juga termasuk Desa
Sembalun Bumbung) masih bertumpu pada beras. Untuk memenuhi kebutuhan
pangan nabati, masyarakat Desa Sembalun Bumbung mendapatkannya dari hutan
maupun hasil budidaya tanpa harus membeli. Sedangkan untuk memenuhi
kebutuhan pangan hewani, masyarakat harus membelinya di pasar terdekat atau
penjual keliling.
Desa Sembalun Bumbung termasuk salah satu desa yang sudah mampu
untuk memenuhi kebutuhan pangan nabati secara mandiri melalui hasil budidaya,
namun ketergantungan masyarakat terhadap pemanfaatan sumberdaya hutan tidak
bisa lepas begitu saja. Hal tersebut dibuktikan dengan masih adanya pemanfaatan
beberapa jenis tumbuhan pangan yang berasal dari hutan (Tabel 4).
Tabel 4 Contoh spesies tumbuhan pangan hutan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Desa Sembalun Bumbung.
Contoh
Bagian yang
Nama ilmiah
Manfaat
spesies
dimanfaatkan
Aren
Arenga pinnata*)
Buah, pangkal Buah1), minuman2)
batang
Rotan
Daemonorops sp.
Batang muda,
Sayur3), buah
**)
buah
Sagu
Metroxylon sp.
Batang
Karbohidrat
*)
Kayu manis Cinnamomum burmannii
Kulit batang
Rempah-rempah4)
Jot
Syzygium cumini
Buah
Buah
Lebui
Cajanus cajan*)
Biji
Kacangkacangan5)
Lelencing
Melastoma sanguineum
Daun muda
Sayur
Lembuktung Rubus rosufolius
Buah
Buah
*)
Bambu
Dendrocalamus asper
Batang
Sayur
muda/rebung
Kulat
Pleurotus ostreatus*)
Seluruh bagian Sayur
Pengeang
Trevesia burckii
Daun muda
Sayur
Pakis
Diplazium esculentum
Daun muda
Sayur
Keterangan : *): sudah dibudidayakan; **): Pangan darurat;1): Buah sebagai sumber serat pangan,
vitamin, dan mineral;2): Minuman sebagai sumber mineral dan ion tubuh; 3): Sayur
sebagai sumber serat pangan, vitamin, mineral, dan karbohidrat; 4): Rempah-rempah
sebagai sumber vitamin dan stimulan; 5) Kacang-kacangan sebagai sumber serat
pangan, mineral, protein, zat besi dan vitamin.
Aren atau Arenga pinnata (Gambar 5) merupakan salah satu jenis tumbuhan
palma yang memproduksi buah, nira dan pati atau tepung dalam batang (Lempang
2012). Hasil produksi aren ini semuanya dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai
ekonomi. Masyarakat Desa Sembalun Bumbung memanfaatkan buah aren untuk
diolah menjadi bahan campuran makanan dan minuman yang biasa disebut
dengan kolang-kaling. Walaupun nilai gizi yang terkandung dalam buah aren
12
rendah, akan tetapi serat kolang-kaling baik untuk kesehatan tubuh terutama untuk
saluran pencernaan (Lempang 2012). Selama ini, permintaan produk yang bahan
bakunya dari pohon aren masih dipenuhi dengan mengandalkan pohon aren yang
tumbuh liar (Lempang 2012). Oleh karena itu, pemanfaatan tumbuhan aren harus
diimbangi dengan kegiatan penanaman karena pada prinsipnya pengembangan
pohon aren di Indonesia sangat prospektif (Lempang 2012).
Gambar 5 Aren (Arenga pinnata).
Pakis (Diplazium esculentum) juga merupakan tumbuhan pangan hutan
yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Desa Sembalun Bumbung. Tingkat
permintaan yang tinggi terhadap pakis mendorong beberapa masyarakat untuk
menjadikannya sebagai sumber pendapatan finansial. Pedagang di Sembalun
Bumbung menjual pakis dengan harga Rp 3 000 per ikat. Pedagang pakis mencari
pakis di hutan seminggu sekali, hal tersebut disebabkan karena pasar yang berada
di Desa Sembalun Bumbung hanya buka 2 kali dalam seminggu. Sedangkan
masyarakat yang bukan pedagang, akan mencari pakis ketika mereka
membutuhkannya (waktu pencarian tidak menentu).
Lebui (Cajanus cajan) merupakan jenis kacang-kacangan yang dikonsumsi
oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung dan bisa ditemukan di hutan maupun
kebun (Gambar 6a). Tumbuhan ini toleran terhadap lahan yang kurang subur dan
relatif kering, bahkan bisa tumbuh di berbagai kondisi tanah (Fathurrahman
2005). Bentuk kulit pembungkus bijinya berwarna hijau seperti kedelai, hanya
saja sedikit berbulu dan lengket. Biji lebui berbentuk bulat, berwarna hitam dan
berukuran sebesar biji kacang tanah. Lebui diolah dengan cara dijadikan sayur
berkuah/sup. Masyarakat Desa Sembalun Bumbung memanfaatkan tumbuhan ini
sebagai salah satu pangan sumber protein.
Lembuktung (Rubus rosifolius) memiliki bentuk yang mirip seperti buah
raspberry (Rubus idaeus). Tumbuhan ini merupakan salah satu tumbuhan dari
famili Rosaceaea (mawar-mawaran) dari genus Rubus. Lembuktung dapat tumbuh
di ketinggian tempat 800 – 1 500 mdpl. Buah yang masih muda berwarna hijau,
sedangkan yang sudah matang akan berwarna merah dan dapat dikonsumsi secara
langsung. Di indonesia sendiri buah ini belum banyak dikenal namun sangat
potensial apabila dikembangkan karena rasanya yang manis dan lezat terlebih lagi
buah ini mengandung nutrisi berupa Vitamin C, Vitamin B1, niacin, potassium,
dan serta serat pangan (Nyambo et al. 2005). Tumbuhan ini dapat dijumpai di
hutan yang berada di sekitar Desa Sembalun Bumbung (Gambar 6b).
13
(a)
(b)
Gambar 6 (a) Lebui (Cajanus cajan); (b) Lembuktung (Rubus rosifolius).
Bambu (Dendrocalamus asper) merupakan salah satu tumbuhan liar yang
berasal dari hutan dan sudah dibudidayakan oleh masyarakat Desa Sembalun
Bumbung. Tumbuhan ini dimanfaatkan bagian batangnya oleh masyarakat Desa
Sembalun Bumbung sebagai bahan bangunan, anyaman dan kerajinan, ajir, dan
pangan (rebung). Di Desa Sembalun Bumbung, bambu yang tumbuh dekat dengan
kebun masyarakat diberi sekat-batas berbentuk lingkaran yang terbuat dari
anyaman bambu. Hal tersebut bertujuan supaya hewan ternak tidak merusak
bambu-bambu tersebut (Gambar 7).
Gambar 7 Bambu (Dendrocalamus asper) yang diberi sekat pembatas.
Lelencing (Melastoma sanguineum) merupakan tumbuhan pangan hutan
yang berpotensi untuk dikembangkan dan sampai saat ini belum tersentuh oleh
teknologi. Bagian pucuk daun lelencing dapat dikonsumsi secara langsung
maupun dengan pengolahan terlebih dahulu. masyarakat Desa Sembalun
Bumbung memanfaatkan pucuk daun lelencing sebagai bahan campuran ke
daging rusa yang akan dikonsumsi.
Tumbuhan pangan non hutan rata-rata merupakan tumbuhan yang sengaja
dibudidayakan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung untuk memenuhi
kebutuhan pangan (Tabel 5). Tumbuhan pangan tersebut sengaja dibudidayakan
sebagai tumbuhan hortikultura karena kondisi biofisik tempat tumbuhnya yang
sesuai dan memiliki banyak manfaat, baik dari segi ekonomi maupun kesehatan.
Kawasan komplek hutan Gunung Rinjani lebih didominasi oleh bahan vulkanik
dengan klasifikasi tanah pembentuk yang dominan yaitu Andosol okrik (BTNGR
2015). Tanah abu vulkanik atau tanah Andosol yang berkembang dari abu
vulkanik merupakan salah satu tanah subur dan paling produktif dibandingkan
14
dengan tanah lainnya (Sukarman dan Ai 2014). Daerah penyebaran tanah Andosol
di Pulau Lombok adalah di sekitar Gunung Rinjani yang meliputi Kabupaten
Lombok Barat sampai Lombok Timur. Di Kabupaten Lombok Barat tanah
Andosol terdapat di daerah Gondang-Selengan, sementara itu di Kabupaten
Lombok Timur tanah Andosol menyebar di sekitar Sembalun (Tim Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian 2013 yang diacu dalam Sukarman dan Ai
2014).
Tabel 5 Contoh spesies tumbuhan pangan non hutan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Desa Sembalun Bumbung.
Contoh
Bagian yang
Nama ilmiah
Manfaat
spesies
dimanfaatkan
Cabai merah
Capsicum Annum
Buah
Rempah-rempah4)
Kentang
Solanum tuberosum
Umbi
Sayur3) (sumber
karbohidrat)
Antap
Vigna sinensis
Buah
Sayur
Buncis
Phaseolus angularis
Biji
Kacang-kacangan5)
Arcis
Pisum sativum
Buah
Sayur
Komak
Dolichos lablab
Buah
Sayur
Kol
Brassica oleracea
Daun
Sayur
Bage
Tamarindus indica
Buah
Rempah-rempah,
minuman2)
Turi
Sesbania grandiflora
Bunga
Sayur
Jambu jebet
Annacardium ocidentale Buah, biji
Buah1), kacangkacangan
Padi
Oryza sativa
Biji
Sereal (pangan
utama sumber
karbohidrat)
Rumput
Tithonium diversifolium Daun muda
Sayur
kapuk*)
Bebalung
Euphorbia pulcehrrima
Daun muda
Sayur
*)
adang
(merah)
Fragaria x ananassa
Strawberry
Buah
Buah
Keterangan: *): liar; 1): Buah sebagai sumber serat pangan, vitamin, karbohidrat,dan mineral; 2):
Minuman sebagai sumber mineral dan ion tubuh; 3): Sayur sebagai sumber serat
pangan, vitamin, mineral, dan karbohidrat; 4): Rempah-rempah sebagai sumber
vitamin dan stimulan; 5) Kacang-kacangan sebagai sumber serat pangan, mineral,
protein, dan vitamin.
Jenis tumbuhan budidaya seperti tomat, kentang, cabai dan terong memiliki
nilai ekonomi tinggi di beberapa negara (Rigano et al. 2013). Jenis tersebut
banyak dimanfaatkan sebagai bumbu penyedap masakan, obat maupun makanan
sekunder yang mengandung protein, mineral, dan vitamin (Rigano et al. 2013).
Cabai merah (Capsicum annum) merupakan salah satu bahan pangan pelengkap
yang digunakan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung dalam setiap
masakan. Masyarakat di Desa Sembalun Bumbung menyukai masakan bercita
rasa pedas karena dapat menambah selera dan nafsu makan. Tingkat kepedasan
15
merupakan salah satu indikator mutu cabai merah yang dicerminkan oleh
kandungan capsaicin. Capsaicin merupakan senyawa utama dari capsaicinoid
yang terdapat dalam buah cabai (Renate et al. 2014).
Komak (Dolichos lablab), buncis (Phaseolus angularis), kedelai (Glycine
max), dan antap (Vigna sinensis) merupakan tumbuhan famili Fabaceae yang
dibudidayakan di kebun, pekarangan maupun sawah oleh masyarakat sebagai
bahan pangan sayur. Tumbuhan ini banyak mengandung protein, nitrogen dan
kalsium, toleran terhadap pemangkasan dan kekeringan, dan potensial sebagai
hijauan pakan ternak (Zaed et al. 2008). Dari sisi konservasi, lahan yang
ditumbuhi spesies dari famili Fabaceae ini dapat berperan sebagai penutup lahan
(cover crop) sehingga mengurangi aliran permukaan dan laju erosi (Zaed et al.
2008). Menurut Lewis et al. (2005) yang diacu dalam Danarto (2013) menyatakan
bahwa famili Fabaceae bermanfaat untuk menyuburkan tanah karena
kemampuannya untuk memfiksasi nitrogen dari atmosfer melalui bintil akar.
Masyarakat Desa Sembalun Bumbung juga memanfaatkan jenis tumbuhan
tersebut sebagai obat, pakan ternak, tumbuhan selingan, dan peralihan baik di
kebun maupun sawah.
Strawberry (Fragaria x ananassa) merupakan tumbuhan dari famili
Rosaceae (mawar-mawaran) genus Fragaria. Strawberry yang dibudidayakan di
pekarangan rumah biasanya dimanfaatkan sebagai tanaman selingan supaya
pekarangan tetap produktif, sedangkan yang dibudidayakan di kebun biasanya
dimanfaatkan sebagai objek wisata, yaitu wisata petik strawberry (Gambar 8).
Harga per kg strawberry yang sudah dipetik bisa dijual dengan harga Rp 30 000 –
50 000. Masyarakat Desa Sembalun Bumbung bisa menambah pendapatan
finansial mereka melalui kegiatan penjualan strawberry, baik hasil yang dijual
secara langsung ke pengunjung maupun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
umum, di pasar-pasar tradisional dan super market.
Gambar 8 Kebun strawberry (Fragaria x ananassa) di Desa Sembalun Bumbung.
Bebalung adang (Euphorbia pulcherrima) merupakan tumbuhan liar
berhabitus perdu dari famili Euphorbiaceae yang dimanfaatkan oleh masyarakat
Desa Sembalun Bumbung sebagai pangan alternatif. Tumbuhan ini dapat dengan
mudah dijumpai di pinggir jalan, kebun, maupun pekarangan. Bagian yang
dimanfaatkan adalah daun mudanya yang berwarna merah. Masyarakat
mengkonsumsinya dengan cara dimasak terlebih dahulu. Getah tumbuhan ini juga
dimanfaatkan sebagai obat sakit gigi. Selain dimanfaatkan sebagai tumbuhan
pangan dan obat, bebalung adang juga dimanfaatkan sebagai tanaman hias karena
banyak ditemukan tumbuh di pekarangan rumah sebagai pagar hidup.
16
Dilihat dari ketersediaan bahan pangan yang melimpah menunjukkan bahwa
masyarakat di Desa Sembalun Bumbung tidak perlu bergantung terhadap pangan
luar dan dapat memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri. Karena berdasarkan
sifat pemanfaatannya, sebesar 56.69% tumbuhan pangan lokal yang
dibudidayakan memang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri (subsisten), sisanya
43.31% tumbuhan pangan dimanfaatkan secara subsisten-komersial sebagai
penghasilan utama.
Pangan Lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat
sesuai dengan potensi dan kearifan lokal (Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2012). Tumbuhan pangan lokal yang sudah ada sejak dulu, kini
memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari
(Metananda 2012). Cukup dengan ketersedian tumbuhan pangan lokal yang
tumbuh melimpah di desa ini, masyarakat Desa Sembalun Bumbung dapat
mencapai kesejahteraannya di bidang pangan. Bahan pangan lokal yang
dibudidayakan dan merupakan komoditas unggulan juga dapat dijadikan sebagai
sumber pendapatan finansial. Untuk pangan pokok, penyediaannya harus dipenuhi
dari produksi domestik dengan memanfaatan sumberdaya yang ada secara optimal
(Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 2011).
Habitus tumbuhan pangan
Habitus merupakan perawakan dari suatu jenis tumbuhan. Terdapat 7
habitus tumbuhan pangan hutan dan non hutan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Desa Sembalun Bumbung, antara lain herba, pohon, liana, perdu,
semak, bambu, dan epifit. Habitus tumbuhan pangan hutan yang paling banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat adalah pohon, yaitu sebesar 64.71%. Sedangkan
pangan non hutanadalah herba, yaitu sebesar 43.10% (Gambar 9).
Persentase (%)
64.71
70
60
43.10
50
31.03
40
30
11.21
20 11.76
8.62
5.88
5.88
4.31 5.88 0.86 5.88 0.86
10
0
0
Herba
Pohon
Liana
Perdu
Semak Bambu Epifit
Habitus
Hutan
Non hutan
Gambar 9 Habitus tumbuhan pangan yang dimanfaatkan.
Pohon terdiri dari berbagai bagian yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
karena tidak hanya bagian buah saja yang dimanfaatkan untuk pangan tetapi juga
bagian lainnya seperti daun (Rahayu 2013). Habitus herba tidak membutuhkan
ruang yang luas untuk tumbuh karena hanya memerlukan pekarangan rumah
untuk melakukan penanaman (Arizona 2011), selain itu perlakuan dan
17
perawatannya tergolong mudah. Habitus herba banyak ditemukan dan
dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung karena habitus ini
memiliki daya saing yang kuat dan mudah beradaptasi terhadap tumbuhan
disekitarnya seperti semak, perdu bahkan pohon (Hutasuhut 2011).
Persentase (%)
Bagian tumbuhan pangan yang dimanfaatkan
Tumbuhan pangan yang dimanfaatkan masyarakat Desa Sembalun
Bumbung berdasarkan bagiannya yang digunakan terdiri atas 12 kelompok
bagian, yaitu buah, daun, daun muda, biji, umbi, batang, bunga, seluruh bagian,
rimpang, batang muda, buah muda, dan kulit batang (Gambar 10).
50
40
30
20
10
0
41.10
15.75
12.33
4.11 2.74
0.68
0.68
4.11
5.48 3.42 4.11 5.48
Bagian tumbuhan
Gambar 10 Bagian tumbuhan pangan yang dimanfaatkan.
Bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan sebagai pangan adalah
buah, yaitu sebesar 41.10%. Bagian buah bisa dikonsumsi secara langsung
maupun diolah sebagai bahan untuk dijadikan sayur sesuai kebutuhan masyarakat.
Buah yang dimanfaatkan sebagai sayur tergolong mudah didapatkan di Desa
Sembalun Bumbung dan pemanfaatan bagian buah sebagai bahan pangan tidak
memberikan dampak negatif pada tumbuhan. Tidak seperti pemanfaatan bagian
akar atau batang yang merupakan salah satu bagian vital tumbuhan. Namun,
terdapat pula tumbuhan seperti pisang (Musa sp) yang lebih dari satu bagian dapat
diambil manfaatnya sehingga menyebabkan tingginya laju pemanfaatan tumbuhan
tersebut.
Cara pengolahan tumbuhan pangan
Pengolahan merupakan proses penting pada tumbuhan pangan sebelum
dikonsumsi. Cara pengolahan tumbuhan pangan masyarakat Desa Sembalun
Bumbung masih sangat sederhana, baik dimasak atau dikonsumsi langsung.
Tumbuhan pangan dimasak dalam berbagai cara, antara lain dibakar,
direbus, digoreng, dan sebagai campuran bahan lain (Ayu 2012). Pengolahan
tumbuhan pangan paling banyak dilakukan dengan cara dimasak, yaitu sebesar
60.69%, karena cara ini merupakan cara yang paling praktis dilakukan (Tabel 6).
18
Tabel 6 Cara pengolahan tumbuhan pangan.
No
Pengolahan
Persentase (%)
1 Dimasak (‘kla’)
2 Tanpa pengolahan
3 Diambil airnya/sarinya
4 Dikeringkan
Total
60.69
33.79
2.76
2.76
100.00
Status pembudidayaan dan kondisi penyebaran tumbuhan pangan
Tumbuhan pangan yang terdapat di Desa Sembalun Bumbung menurut
statusnya pembudidayaannya tergolong ke dalam tumbuhan budidaya dan liar
(Tabel 7). Tumbuhan pangan liar hutan maupun non hutan yang dimanfaatkan
oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbung, yaitu sebesar 18.90% sedangkan
sebesar 81.10% tumbuhan pangan sengaja dibudidayakan oleh masyarakat baik di
sawah, kebun maupun pekarangan (Tabel 7).
Tabel 7 Status pembudidayaan dan contoh tumbuhan pangan di alam yang
dimanfaatkan oleh masyarakat Desa sembalun Bumbung.
Status
Jumlah Persentase
Contoh spesies
pembudidayaan
spesies spesies (%)
Liar(hutan+non hutan)
24
18.90 Dame (Syzygium sp)
Budidaya
102
81.10 Komak (Dolichos lablab)
Total
127
100.00
Persentase (%)
Pemanfaatan tumbuhan pangan yang dibudidayakan oleh masyarakat Desa
Sembalun Bumbung lebih banyak dibandingkan dengan tumbuhan liar dari hutan
maupun non hutan. Hal tersebut disebabkan karena tumbuhan liar yang
dimanfaatkan oleh masyarakat hanya sebagai pangan alternatif bukan sebagai
pangan pokok, sedangkan pangan pokok rata-rata dibudidayakan.
Terdapat beberapa habitat tumbuhan pangan yang dimanfaatkan masyarakat
Desa Sembalun Bumbung, diantaranya adalah pekarangan, kebun, sawah, pinggir
jalan, dan hutan. Spesies tumbuhan pangan yang dibudidayakan selain berkaitan
dengan kondisi biofisik lingkungan yang sesuai, juga berkaitan dengan kondisi
penyebaran tumbuhan tersebut. Tumbuhan pangan yang dimanfaatkan masyarakat
paling banyak terdapat di pekarangan rumah, yaitu sebesar 43.15% (Gambar 11).
43.15
50
40
30
20
10
0
33.50
8.63
9.64
5.08
Penyebaran
Gambar 11 Kondisi penyebaran tumbuhan pangan di alam.
19
Tumbuhan yang dibudidayakan di pekarangan dapat menghemat biaya dan
tenaga karena mudah diperoleh (letaknya yang berada di dekat rumah). Hal
tersebut menunjukkan bahwa masyarakat di desa ini sudah memanfaatkan
pekarangan secara optimal sehingga bisa mendatangkan berbagai manfaat.
Pekarangan disebut sebagai warung hidup karena dapat memenuhi kebutuhan
konsumsi keluarga tanpa harus membelinya (Irianti et al. 2013). Selain untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, tumbuhan dari pekarangan juga dapat dijual
sehingga bisa memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga. Menurut hasil
wawancara, budaya bertani sudah ada sejak zaman dahulu sehingga bibit yang
diperoleh berasal dari turun temurun dan hutan. Namun,ada juga bibit yang
berasal dari luar negeri, contohnya ashitaba (Angelica keiskei koidzumi) yang
berasal dari Jepang dan kentang (Solan