Kajian interaksi masyarakat desa sekitar taman nasional gunung rinjani provinsi nusa tenggara barat (studi kasus di desa pengadangan, desa loloan dan desa sembalun lawang)

BAHARUDDIN

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Kajian Interaksi Masyarakat Desa
Sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani Provinsi Nusa Tenggara Barat (studi kasus
di Desa Pengadangan, Desa Loloan dan Desa Sembalun Lawang)” adalah karya
saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, 11 April 2006

Baharuddin

NRP. E051014345/IPK

© Hak cipta Milik Baharuddin, tahun 2006
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

KAJIAN INTERAKSI MASYARAKAT DESA SEKITAR
TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
(Studi Kasus di Desa Pengadangan, Desa Loloan, Desa Sembalun Lawang)

BAHARUDDIN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional
pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan


SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

Judul

Nama
Nomor Pokok
Program Studi
Sub Program Studi

: Kajian Interaksi Masyarakat Desa Sekitar Taman
Nasional Gunung Rinjani Provinsi Nusa Tenggara
Barat (Studi Kasus di Desa Pengadangan, Desa
Loloan, Desa Sembalun Lawang)
: Baharuddin
: E. 051040345
: Ilmu Pengetahuan Kehutanan
: Konservasi Biodiversitas


Disetujui;
Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Rinekso Soekmadi, MSc.F
Ketua

Ir. Haryanto R. Putro, MS
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dede Hermawan, MSc.F

Prof. Dr. Ir. Safrida Manuwoto , MSc


Tanggal Ujian : 31 Maret 2006

Tanggal Lulus :

ABSTRAK
BAHARUDDIN. Kajian Interaksi Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional
Gunung Rinjani Provinsi Nusa Tenggara Barat (Studi Kasus di Desa Pengadangan,
Desa Loloan dan Desa Sembalun Lawang). Dibimbing oleh RINEKSO
SOEKMADI dan HARYANTO R. PUTRO.
Pertumbuhan penduduk, eksploitasi yang berlebihan dan adanya
ketidakadilan dalam akses terhadap sumberdaya alam telah menjadi penyebab
terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya alam, seperti kerusakan
hutan yang semakin meluas dengan laju kerusakan 20.000 ha/tahun dan telah
menyebabkan lahan kritis di NTB mencapai 161.193 ha. Rusaknya sumberdaya
hutan telah berakibat pada hilangnya sumber mata air sebanyak 440 titik dari 702
titik selama 15 tahun terakhir. Jika kondisi ini terus berlangsung, maka beberapa
tahun ke depan Pulau Lombok akan mengalami krisis air.
Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) merupakan salah satu kawasan
konservasi dan potensi pembangunan Provinsi NTB yang ditetapkan dengan tujuan
utama mempertahankan fungsi hidrologi dan iklim mikro Pulau Lombok,

mempertahankan sumber plasma nutfah, habitat berbagai jenis flora dan fauna yang
beberapa diantaranya endemik. TNGR mempunyai peranan vital bagi sistem
ekologis Pulau Lombok mengingat Pulau Lombok termasuk kategori pulau kecil
(5656 km2 ) yang dihuni ± 3 juta jiwa, 600.000 jiwa diantaranya tinggal disekitar
Gunung Rinjani. Untuk mengurangi dampak negatif dari interaksi tersebut, maka
perlu kajian-kajian yang menyeluruh tentang interaksi masyarakat dengan kawasan
hutan dan tetap memperhatikan peningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Teknik yang digunakan dalam pengambilan data adalah pendekatan
kualitatif dengan didukung oleh pengumpulan data kuantitatif. Pendekatan kualitatif
dilakukan melalui observasi lapangan, wawancara. Data kuantitatif disajikan dalam
bentuk tabulasi selanjutnya diinterpretasikan. Data kualitatif diolah dan dianalisis
dengan tahapan melakukan verifikasi data, penggolongan, penyederhanaan,
penelurusan dan pengaitan antar tema dan disajikan secara deskriptif sesuai dengan
tema pembahasan guna mendukung dalam penarikan kesimpulan atau penentuan
rekomendasi tindak lanjut.
Hasil kajian menunjukkan bahwa masyarakat memiliki pola pemanfaatan
lahan kawasan konservasi dalam bentuk pertanian intensif untuk tanaman pangan
dan dalam bentuk kebun tanaman tahunan. Pola pemanfaatan hasil hutan dilakukan
secara musiman, tergantung keberadaan sumberdaya dalam hutan. Ketergantungan
masyarakat terhadap sumberdaya dalam kawasan taman nasional sangat tinggi hal

ini ditunjukkan dengan tingginya kontribusi pendapatan dari kawasan taman
nasional terhadap pendapatan total mencapai 54,5%. Interaksi masyarakat dengan
kawasan TNGR yang menonjol adalah pengambilan kayu bakar dan kayu
bangunan, pengembalaan ternak dalam kawasan dan perambahan hutan untuk
pertanian. Tekanan ini sebagai dampak dari tuntutan kebutuhan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Di samping itu masyarakat memiliki pengetahuan
dan norma- norma sosial dalam berinteraksi dengan kawasan yang bernilai positif
untuk dikembangkan dan diakomodasi dalam pengelolaan kawasan TNGR antara
lain pengetahuan memproduksi madu.
Keywords : taman nasional, interaksi, masyarakat sekitar hutan, sumberdaya hutan

ABSTRACT
BAHARUDDIN. Study on Interaction of Local People at Gunung Rinjani National
Park Province of West Nusa Tenggara (Case studies in Villages of Pengadangan,
Loloan, Sembalun Lawang). Under Direction of RINEKSO SOEKMADI and
HARYANTO R. PUTRO.

Keyword : gunung rinjani national park, interaction, local people, forest resources

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang diberikan kepada
kita semua, khususnya kepada penulis sehingga tesis
Interaksi Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung

yang berjudul “

Kajian

Rinjani Provinsi Nusa

Tenggara Barat (Studi Kasus di Desa Pengadangan, Desa Loloan dan Desa
Sembalun Lawang)” dapat diselesaikan dengan baik. Tema ini dipilih untuk dapat
mengidentifikasi pola pemanfaatan hasil hutan dan lahan hutan dan mengetahui
akar permasalahan ya ng ada pada masyarakat yang dapat dijadikan salah satu acuan
bagi stakeholders dalam penyusunan program pengelolaan TNGR dan pembinaan
masyarakat desa sekitar TNGR.
Dalam penulisan tesis ini, penulis memperoleh banyak bimbingan, arahan
dan masukan yang sangat berguna. Oleh karenanya diucapkan terimakasih yang
tulus kepada bapak Dr. Ir. Rinekso Soekmadi MSc.F selaku ketua komisi
pembimbing, bapak Ir. Haryanto R Putro MS selaku anggota komisi pembimbing

dan bapak Dr. Ir. Hardjanto MS selaku penguji luar komisi yang telah banyak
memberikan bantuan tersebut.
Selanjutnya ucapan terima kasih juga disampaikan kepada pihak Balai
TNGR, Participatory Action Research Rinjani (PAR Rinjani), World Wide Fund
for Nature Nusa Tenggara (WWF Nusa Tenggara), Dinas Kehutana n Nusa
Tenggara Barat, Lombok Barat dan Lombok Timur, yang telah memberikan
kesempatan untuk melakukan observasi dan menunjang penelitian ini.
Terima kasih penulis juga sampaikan kepada Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor dan Program Studi Ilmu Penge tahuan Kehutanan Sub Program
Studi Konservasi Biodiversitas tempat penulis menempuh studi. Kepada semua
keluarga khususnya istri dan anak tercinta, serta pihak lain yang telah banyak
membantu, dan tidak dapat untuk disebutkan satu persatu.
Tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya penulis sangat terbuka
terhadap kritik dan saran konstruktif dari pembaca guna penyempurnaannya.

Bogor, April 2006

Baharuddin

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Timoreng Panua-Sidrap, Sulawesi Selatan pada
tanggal 31 Januari 1970 sebagai anak kedua dari pasangan Achmad Cuma (Alm)
dan I Nanno. Pendidikan Dasar sampai Pendidikan Menengah penulis selesaikan di
Sidrap. Pendidikan Diploma III ditempuh di Fakultas Teknologi Pertania n IPB,
lulus pada tahun 1992. Pendidikan sarjana ditempuh di Fakultas Pertanian dan
Kehutanan Universitas Hasanuddin, lulus pada tahun 1996. Pada tahun 2004, lewat
sponsor Direktorat Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional, penulis
diterima di Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan Sub Program Studi
Konservasi Biodiversitas Pascasarjana IPB dan menamatkannya pada tahun 2006.
Sejak tahun 1998 sampai sekarang, penulis bekerja sebagai staf pengajar
pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri I Kuripan Kabupaten Lombok
Barat. Pada tahun 1999 penulis menikah dengan Baiq Aprina Rohmawiyanti dan
telah dikaruniai putra Ahmad Dzaky Ghalib Akbar.

DAFTAR ISI

Hal
DAFTAR TABEL ………………………………………………….………

i


DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

ii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………….…………

iii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ………………………………………………………....

1

Rumusan Masalah …………………………………..……….……........

3

Kerangka Berpikir …………………………………..………………….


5

Tujuan ……………………………………………….……………........

6

Manfaat…………………………………………………………………

7

TINJAUAN PUSTAKA
Taman Nasional, Fungsi dan Sistem Pengelolaannya …………………

8

Paradigma Kerjasama Pengelolaan Sumberdaya ………………………

11

Kawasan Konservasi dan Permasalahannya ……………………...........

14

Partisipasi Masyarakat …………………………………………………

15

Kemiskinan dan Petani Miskin ………………….……………………..

16

Kemiskinan masyarakat Hutan ………………………………………...

19

Konflik Pengelolaan Sumberdaya Hutan …………………………... …

19

Pembinaan Daerah Penyangga Taman Nasional …………………........

22

Karakteristik Sosial Budaya ……………………………………………

23

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak Geografis dan Aksesibilitas……………...…………………........

27

Pengelolaan Taman Nasional Gunung Rinjani ...………………….......

28

Profil Desa Lokasi Penelitian .................................................................

30

METODOLOGI
Batasan Penelitian ………………………………………………..........

34

Waktu dan Lokasi………………………………………………….......

34

Pengumpulan Data…………………………………………..….….......

35

Analisis Data………………………………………………………......

37

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden ………………………………….....….……...

41

Pola Pemanfaatan Lahan Hutan ………………………………..…........

45

Pola Pemanfaatan Hasil Hutan …………………………………..……..

56

Distribusi/Pemasaran Hasil Pemanfaatan Kawasan Hutan …….………

67

Nilai Pemanfaatan Hasil Hutan dan Lahan Hutan ………………..……

72

Kontribusi Pemanfaatan Kawasan Hutan ..………..…………………..

75

Perbandingan Kontribusi di Dalam dengan di Luar Kawasan Hutan….

79

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ………………………………………….....………..…….

82

Saran …………………………………………………………………...

83

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………...………

84

LAMPIRAN ……………………………………………………..…………

88

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Jumlah KK Responden Tiap Desa ......................................................

37

2

Rata-Rata Umur, Pendidikan dan Jumlah Anggota Keluarga
Responden pada Masing-Masing Desa Pemelitian ...............................

41

Kalender Musim Kegiatan Bertani Responden Masyarakat
Desa Pengadangan ..............................................................................

45

Pemanfaan Lahan Hutan oleh Responden Masyarakat
Desa Pengadangan…………………………………………………….

47

Pemanfaatan Lahan Hutan oleh Responden Masyarakat
Desa Loloan …………………………………………………………...

50

Kalender Musim Kegiatan Bertani Responden Masyarakat
Desa Loloan ……………………………………………………..……

52

Pemanfaatan Lahan Hutan oleh Responden Masyarakat
Desa Sembalun Lawang ……………………………………………..

55

Kalender Musim Kegiatan Bertani Responden Masyarakat
Desa Sembalun Lawang .....................................................................

56

Kalender Musim Pengambilan Hasil Hutan Responden Masyarakat
Desa Pengadangan ...............................................................................

57

10 Kalender Musim Pengambilan Hasil Hutan Responden Masyarakat
Desa Loloan ........................................................................................

59

11 Kalender Musim Pengambilan Hasil Hutan Responden Masyarakat
Desa Sembalun Lawang ......................................................................

62

12 Nilai Pemanfaatan Kawasan Hutan oleh Responden Masyarakat
Desa Penelitian ....................................................................................

72

13 Kontribusi Pemanfaatan Kawasan Hutan oleh Responden
Masyarakat Desa Penelitian..................................................................

75

14 Kontribusi Kawasan Hutan terhadap Pendapatan Total per Kepala
Keluarga Responden Masyarakat Desa Penelitian ..............................

79

3
4
5
6
7
8
9

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................

6

2

Letak Administrasi Taman Nasional Gunung Rinjani .. ......................

28

3

Hubungan Antara Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi, Barang
Sumberdaya Alam dan Lingkungan ...................................................

44

4

Aktivitas Pertanian Masyarakat di Luar Kawasan Hutan ...................

46

5

Kebun Masyarakat di dalam Kawasan Hutan .....................................

49

6

Pembersihan Lahan (Land clearing) ...................................................

53

7

Lahan Siap ditanami ............................................................................

54

8

Pemeliharaan dan Panen Padi Ladang .................................................

54

9

Sekumpulan Sapi Masyarakat yang Diliarkan dalam kawasan TNGR

67

10 Distribusi/Pemasaran Hasil Hutan di Desa Pengadangan ....................

70

11 Distribusi/Pemasaran Hasil Hutan di Desa Loloan ......... ....................

71

12 Distribusi/Pemasaran Hasil Hutan di Desa Sembalun Lawang ...........

72

13 Aktivitas Masyarakat di Dalam Kawasan TNGR Sektor Pariwisata.....

81

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Profil Penduduk Desa Penelitian .........................................................

102

2

Potensi Desa Sektor Pertanian .............................................................

104

3

Pedoman dan Daftar Pertanyaan...........................................................

4

Kuesioner Penelitian ...........................................................................

5

Identitas Responden Desa Pengadangan ..............................................

105

6

Identitas Responden Desa Loloan ........................................................

106

7

Identitas Responden Desa Sembalun Lawang......................................

107

8

Rekapitulasi Pendapatan Responden Desa Pengadangan ...................

108

9

Rekapitulasi Pendapatan Responden Desa Loloan...............................

109

10 Rekapitulasi Pendapatan Responden Desa Sembalun Lawang ..........

110

11 Jadwal Kegiatan Bertani Masyarakat ....................................................

111

12 Jadwal Pengambilan Sumberdaya Hutan oleh Masyarakat ....................

112

Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) merupakan salah satu kawasan
konservasi dan potensi pembangunan Provinsi NTB yang ditetapkan dengan tujuan
utama mempertahankan fungsi hidrologi dan iklim mikro Pulau Lombok,
mempertahankan sumber plasma nutfah, habitat berbagai jenis flora dan fauna yang
beberapa diantaranya endemik. TNGR mempunyai peranan vital bagi sistem
ekologis Pulau Lombok mengingat Pulau Lombok termasuk kategori pulau kecil
(5656 km2 ) yang dihuni ± 3 juta jiwa, 600.000 jiwa diantaranya tinggal disekitar
Gunung Rinjani. Untuk mengurangi dampak negatif dari interaksi tersebut, maka
perlu kajian-kajian yang menyeluruh tentang interaksi masyarakat dengan kawasan
hutan dan tetap memperhatikan peningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Keywords : taman nasional, interaksi, masyarakat sekitar hutan, sumberdaya hutan

Growth of resident, abundant exploitation and existence of ketidakadilan in accessing to
natural sumberdaya have come to cause the happening of degradation of amount
and quality of sumberdaya natural,
like damage of forest which progressively extend fastly damage 20.000 ha / year and have
caused critical farm [in] tired NTB 161.193 ha.
Destroy him of sumberdaya forest have caused [at] loss of wellspring source counted 440
dots from 702 dot during 15 the last year. If this condition continue to take place,
hence some years forwards Lombok islands will experience of water crisis.
National Park Mount of Rinjani ( TNGR) is one of [the] conservation area and potency
development of especial to specified Provinsi NTB with a purpose to maintain
function of hidrologi micro climate and [of] Lombok island, maintaining the source
of plasma of nutfah, habitat various flora type and fauna which some endemic
among others. TNGR have vital role for ecological system [of] Lombok island
remember Lombok island of[is including isle category ( 5656 km2) dwelt ± 3 million
[soul/ head] 600.000 [soul/ head] among others remain around Mount of Rinjani. To
lessen negative impact of interaction. hence needing studies which totally
concerning society interaction with forest area and remain to pay attention isn't it
prosperity of society [about/around].

Technique which used in intake of data is approach qualitative pickaback by quantitative
data collecting. Approach qualitative [pass/through] field observation, interview.
Quantitative data presented in the form of tabulation is hereinafter interpreted.
Quantitative data presented in the form of tabulation is hereinafter interpreted.
Data is qualitative processed [by] lah and analysed with step [do/conduct] data
verification, classification, moderation, and penelurusan of pengaitan between
theme and presented descriptively as according to solution theme to support in
withdrawal of conclusion or determination of follow-up recommendation.

Study result indicate that society have pattern exploiting of conservation area farm in the
form of intensive agriculture for the crop of food and in the form of annual crop
garden. Pattern exploiting of forest result [done/conducted] seasonally, depended
existence of sumberdaya in forest. . Depended society to sumberdaya in very high
national park area [of] this matter is shown with earnings contribution height of
national park area to total earnings reach 54,5%. Society interaction with area of

TNGR the uppermostness is intake of timber and firewood, pengembalaan of
livestock in area and perambahan of forest for agriculture. This pressure as impact
of demand requirement of society to fulfill the requirement of life of Despitefully
society have social norms and knowledge in have interaction [to] with positive
valuable area to be developed and accommodated in management of area of
TNGR for example knowledge produce honey.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan perubahan kondisi sosial
politik sekarang, menjadikan tuntutan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya
alam juga semakin besar, termasuk kekayaan alam yang ada dalam kawasan
konservasi. Di sisi lain keberadaan kawasan konservasi harus tetap dipertahankan
karena memegang peranan yang strategis sebagai penyangga kehidupan,
perlindungan keanekaragaman hayati dan segala ekosistemnya, dan menunjang
pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan segala ekosistemnya.
Dalam mempertahankan keberadaan potensi kawasan konservasi, maka salah satu
konsep pengelolaan yang diterapkan adalah mengeluarkan segala kegiatan
masyarakat dari kawasan konservasi, terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan
hasil hutan dan lahan hutan. Konsep mengeluarkan aktivitas masyarakat tersebut
banyak dipilih oleh pengelola kawasan konservasi karena dinilai memiliki dampak
yang lebih kecil terhadap kerusakan ekosistem hutan. Akan tetapi konsep tersebut
juga memiliki banyak kekurangan yaitu tertutupnya akses masyarakat sekitar
terhadap kawasan hutan yang selama ini menjadi sumber penghasilan guna
memenuhi kebutuhan sehari- hari. Dampak dari terputusnya akses tersebut adalah
masyarakat mencoba merambah hutan/kawasan konservasi dan memanfaatkan
sumberdaya hutan secara illegal yang berakibat pada semakin rusaknya kawasan
konservasi.
Keberhasilan pelestarian kawasan konservasi dengan konsep ini sangat
tergantung pada keberhasilan dalam menangani masalah sosial ekonomi masyarakat
di sekitarnya. Gangguan terhadap kawasan konservasi akan berkurang bila
kesejahteraan masyarakat sekitar sudah dapat dipenuhi dari hasil usaha di luar
pemanfaatan hutan. Untuk itu diperlukan solusi-solusi terhadap berkurangnya/
tertutupnya

akses

masyarakat

terhadap

kawasan

hutan/konservasi,

sebab

masyarakat telah hidup di sekitar kawasan konservasi tersebut jauh sebelum
kawasan ini dijadikan kawasan konservasi. Pemahaman terhadap kepentingan
masyarakat secara sosial ekonomi perlu diperhatikan oleh pengelola kawasan, sebab
masyarakat berpotensi sebagai pendukung upaya konservasi sekaligus ancaman

2

terhadap upaya konservasi. Daerah dimana kawasan konservasi sebagai penghalang
dan tidak mendatangkan manfaat bagi masyarakat, maka masyarakat sekitar akan
menjadi ancaman. Sebaliknya jika kawasan pelestarian alam dianggap sesuatu yang
mendatangkan manfaat bagi masyarakat sekitar, maka masyarakat menjadi
pendukung dalam usaha pelestarian kawasan.
Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) merupakan salah satu kawasan
konservasi dan potensi pembangunan Provinsi NTB yang ditetapkan dengan tujuan
utama mempertahankan fungsi hidrologi dan iklim mikro Pulau Lombok,
mengingat hampir semua sungai di Lombok berhulu pada TNGR. Fungsi lainnya
adalah mempertahankan sumber plasma nutfah serta habitat berbagai jenis flora dan
fauna yang beberapa diantaranya endemik. Kekayaan biodiversitas yang dimiliki
TNGR berupa fauna dan flora yang telah diinventarisasi 66 jenis flora dan 126
jenis fauna (Kitchner et al. 1990; Haryono et al. 1994; Coates BJ and Bishop 1997).
Flora yang terdapat di TNGR antara lain adalah beringin (Ficus sp), jelateng
(Laportea stimulan), jambu-jambuan (Syzigium spp), randu hutan (Gossampinus
heptophylla), anggrek (Vandan, sp), bunga abadi (Anaphalis viscida). Sedangkan
fauna yang terdapat dalam kawasan TNGR diantaranya babi hutan, kera abu-abu
(Macaca fascicularis), lutung (Tracyphitecus auratus cristatus), Rusa timor
(Cervus timorensis), landak (Hystrix javanica), kakatua jambul kuning (Cacatua
shulphurea parvula) dan masih banyak ya ng lainnya (Dinas Kehutanan NTB 1997).
TNGR sebagai salah satu aset daerah yang bernilai estetika, ilmiah, ekologis
dan ekonomis yang harus dikelola untuk kepentingan pembangunan daerah. Dilihat
dari tujuan penetapan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa TNGR mempunyai
peranan vital bagi sistem ekologis Pulau Lombok. Kerusakan atau degradasi sekecil
apapun kawasan TNGR akan berdampak negatif

pada sistem ekologis Pulau

Lombok yang selanjutnya akan mempengaruhi keadaan sosial ekonomi dan sosial
budaya masyarakat. Keberadaan dan kelestarian TNGR menjadi semakin penting
mengingat Pulau Lombok dikategorikan sebagai pulau kecil (5656 km2 ), sehingga
sangat rentan dan labil akan perubahan. Gambaran mengenai labil dan rentannya
Pulau Lombok (yang dihuni ± 3 juta jiwa, 600.000 jiwa diantaranya tinggal di
sekitar Gunung Rinjani) sebagai pulau kecil dapat diabstraksikan sebagai sebuah
jaring laba-laba, satu komponen dengan kompenen lainnya saling berhubungan dan

3

saling tergantung. Perubahan yang terjadi terhadap sumberdaya hutan akan
berdampak luas pada sumberdaya yang lainnya seperti air, tanah dan udara.
Namun demikian dalam pengelolaannya masih dijumpai beberapa
permasalahan pokok yang merupakan potensi konflik. Sebagaimana disebutkan
dalam Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Rinjani (RPTNGR 19982023), bahwa issue konflik dalam pengelolaan kawasan terdiri atas permasalahan
kawasan seperti perambahan hutan, pencurian kayu, perburuan liar, pengembalaan
ternak dalam kawasan, tumpang tindih kawasan di Pesugulan untuk jalan
Pesugulan-Sembalun dan permasalahan pengelolaan yaitu masalah institusional
(organisasi yang belum tertata dengan baik, belum ditetapkannya pembagian
zonasi), sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, database yang minim,
pendanaan dan masalah teknis lainnya.
Pertumbuhan

penduduk,

eksploitasi

yang

berlebihan

dan

adanya

ketidakadilan dalam akses terhadap sumberdaya alam telah menjadi penyebab
terjadi penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya alam, seperti kerusakan hutan
yang semakin meluas dengan laju kerusakan 20.000 ha/tahun dan telah
menyebabkan lahan kritis di NTB mencapai 161.193 ha. Rusaknya sumberdaya
hutan telah berakibat pada hilangnya sejumlah mata air. Data Bappeda NTB (2003)
menyebutkan bahwa dalam kurung waktu 15 tahun telah terjadi kehilangan titik
mata air sebanyak 440 titik dari 702 titik. Jika kondisi ini terus berlangsung, tanpa
ada usaha nyata untuk menahan laju kerusakan hutan, maka beberapa tahun ke
depan Pulau Lombok akan mengalami krisis air.
Permasalahan kawasan yang dihadapi TNGR seperti yang disebutkan di
atas semakin meningkat volume dan intensitasnya sebagai dampak dari interaksi
masyarakat sekitar hutan dengan kawasan hutan, sehingga akan mengancam
kelestarian fungsi- fungsi tersebut dan mengancan kelangsungan ekologis Pulau
Lombok secara keseluruhan. Untuk dapat mengurangi dampak negatif dari interaksi
tersebut maka perlu kajian-kajian yang menyeluruh terhadap interaksi masyarakat
dengan kawasan hutan dan tetap memperhatikan peningkatkan kesejahteraan
masyarakat sekitar.

4

Perumusan Masalah
Perencanaan taman nasional dapat mengarah pada dua kemungkinan yakni
pertama, meningkatkan manfaat taman dan melestarikan ekosistem jika
perencanaannya tepat, serta kedua menimbulkan dampak negatif pada tama n dan
masyarakat yang selanjutnya berdampak pada ketidaklestarian jika perencanaannya
kurang tepat. Tolok ukur yang menjadi pedoman keberhasilan adalah seperti yang
disebutkan dalam UU no 5/1990 yakni keberlanjutan fungsi taman nasional dalam
menunjang kehidupan manusia. Keadaan saat ini adalah banyaknya terjadi
penurunan kualitas taman nasional, di sisi lain juga kurang terlihat peningkatan
kesejahteraan masyarakat sekitar dengan keberadaan taman sehingga untuk ke
depan,

manajemen

partisipatif

dan

menyeluruh sangat diperlukan untuk

memperbaiki kondisi taman nasional (MacKinnon et al. 1993; Wells et al. 1992)
Tujuan pengelolaan TNGR yang dituangkan dalam RPTN 1998-2023 adalah
mempertahankan keutuhan dan fungsi kawasan serta keanekaragaman hayatinya,
meningkatkan upaya penelitian dan pendidikan konservasi, meningkatkan peran
TNGR bagi kegiatan budidaya dan pariwisata, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sekitar dan me ngintegrasikan pengembangan taman nasional dengan
pembangunan daerah. Tujuan ini mengacu pada tujuan penetapan taman nasional
yang diamanatkan oleh IUCN dan UU no 5/1990. Namun demikian dalam RPTN
belum

tertuang

secara

jelas

tentang peranserta

masyarakat

dan

belum

mengakomodir kepentingan masyarakat sekitar kawasan. Pengelolaan terlihat hanya
dilakukan oleh taman nasional saja sehingga terkesan bersifat top down, searah,
kurang memotivasi/ membangkitkan partisipasi masyarakat dan kurang terintegrasi.
Permasalahan yang sering menjadi penyebab gagalnya atau kurang
berhasilnya upaya mengurangi ketergantungan masyarakat atau mengurangi
dampak negatif dari interaksi masyarakat dengan kawasan konservasi adalah
kurang memadainya pemahaman dan informasi tentang karakteristik interaksi
masyarakat sekitar kawasan dengan kawasan konservasi atau kawasan hutan secara
umum.
Sebagai indikator kegagalan program pembinaan yang selama ini
diterapkan adalah tetap tingginya tingkat pencurian kayu, perambahan hutan
lindung dan terjadinya konflik di beberapa tempat antara pengelola kawasan dengan

5

masyarakat sekitar. Sebelum membuat program pemberdayaan masyarakat, maka
terlebih dahulu dilakukan upaya pemahaman karakteristik interaksi masyarakat
dengan kawasan untuk mencari bentuk interaksi yang ideal bagi masyarakat dan
bagi taman nasional untuk menjamin terciptanya kondisi ideal bagi taman nasional.
Dengan demikian secara umum permasalahan penelitian dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana interaksi masyarakat dengan kawasan TNGR dalam hal
pemanfaatan lahan hutan dan hasil hutan ditinjau dari segi bentuk
pemanfaatan, jenis, motivasi dan nilai ekonomi sumberdaya yang
dimanfaatkan, dan kontribusinya terhadap pendapatan masyarakat
2. Bagaimana kalender musim kegiatan masyarakat dalam berinteraksi dengan
kawasan TNGR.

Kerangka Pemikiran
Kemampuan untuk menggali semua potensi desa seperti potensi
sumberdaya manusia, potensi sosial budaya, sumberdaya alam dan memaksimalkan
potensi tersebut akan sangat mendukung dalam menyusun suatu program
pemberdayaan (Kristian, 2004). Dalam menggali potensi ini berbagai pihak dapat
dilibatkan seperti Pemerintah Daerah, LSM dan Perguruan tinggi, serta masyarakat
itu sendiri. Potensi yang perlu digali adalah karakteristik interaksi masyarakat
dengan kawasan konservasi. Pada umumnya bentuk interaksi masyarakat dengan
kawasan konservasi berupa pemanfaatan hasil hutan dan lahan hutan kawasan
konservasi.

Dengan

mengetahui

karakteristik

tersebut,

dapat

diketahui

kecenderungan bentuk pemanfaatan kawasan konservasi, motivasi pemanfaatan,
jenis dan volume hasil hutan, waktu pemanfaatan. Dengan demikian pengelola
kawasan dapat mengetahui sumberdaya hutan yang dimanfaatkan/ dibutuhkan
masyarakat sekitar, sehingga dapat mengupayakan program pengadaan jenis
sumberdaya tersebut. Program pengadaan dapat dilakukan di dalam kawasan
ataupun di luar kawasan. Di samping itu dengan mengatahui karakteristik interaksi
masyarakat dengan kawasan, pengelola kawasan dapat menyusun jadwal
pengaturan pemanfaatan serta melakukan pengamanan terhadap kawasan dan
potensinya.

6

P enelitian ini difokuskan pada analisis interaksi masyarakat desa sekitar

taman nasional dengan kawasan taman nasional dalam memanfaatkan sumberdaya
dalam kawasan taman nasional. Tahapan-tahapan penelitian adalah sebagai berikut :
inventarisasi kegiatan masyarakat baik di dalam maupun di luar kawasan, analisis
dan pengelompokan data, analisis interaksi. Kerangka pemikiran ini dapat
diilustrasikan sebagai berikut :

Masyarakat Sekitar
Taman Nasional
Kondisi faktual
Interaksi

Sintesis Interaksi

Upaya Penanggulangan

Akses pemanfaatan

Analisis Interaksi

Peningkatan kesejahteraan

Keberlanjutan taman nasional

TNGR

Pilihan-Pilihan
Program

Gambar 1. Kerangka Tahapan Penelitian

7

Tujuan
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji interaksi yang terjadi
antara masyarakat sekitar TNGR dengan sumber daya alam yang terdapat di dalam
kawasan taman nasional khususnya dalam hal pemanfaatan lahan hutan dan hasil
hutan. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemanfaatan
hasil hutan dan lahan hutan oleh masyarakat desa sekitar TNGR ditinjau dari segi
jenis pemanfaatan, waktu pemanfaatan, intensitas pemanfaatan, volume dan nilai
ekonomi dari hasil hutan yang diambil, kontribusinya terhadap pendapatan
masyarakat.

Manfaat
1. Bagi pengelola kawasan konservasi dapat digunakan sebagai bahan masukan
dalam menentukan bentuk atau jenis dan waktu pelaksanaan program
pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan konservasi.
2. Bagi masyarakat sekitar adalah memberikan motivasi untuk meningkatkan
kesejahteraannya berdasarkan potensi sumber daya yang mereka miliki, dan
dapat merupakan suatu pembelajaran bagi masyarakat untuk memahami arti
penting melestarikan kawasan hutan.

TINJAUAN PUSTAKA
Taman Nasional, Fungsi dan Sistem Pengelolaannya
Istilah dan konsep taman nasional sudah diterima oleh hampir seluruh
negara di dunia. IUCN (1985) mendefinisikan taman nasional sebagai areal yang
cukup luas dimana: 1) Satu atau beberapa ekosistem tidak berubah oleh kegiatan
eksploitasi atau pemilikan lahan; spesies flora dan fauna, kondisi geomorfologi dan
kondisi habitatnya memiliki nilai ilmiah, pendidikan dan nilai rekreasi atau yang
memiliki nilai lanskap alam dengan keindahan yang tinggi, 2) Pemerintah
memandang perlu dan memberikan perhatian untuk mencegah kegiatan eksploitasi
atau penyerobotan lahan serta mencari upaya yang efektif untuk mempertahankan
kepentingan ekologi, geomorfologi atau keindahan alamnya, dan 3) Pengunjung
diperbolehkan masuk dalam kondisi tertentu dengan tujuan mendapatkan inspirasi,
pendidikan, kebudayaan dan rekreasi.
Definisi tersebut sejalan dengan definisi taman nasional Indonesia yang
dinyatakan dalam UU no 5/1990 tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati dan
Ekosistemnya. Dalam UU no 5/1990 dinyatakan bahwa taman nasional merupakan
“kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem
zonasi dan dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
penunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi”.
Dilihat dari kedua definisi di atas, maka beberapa kegiatan pengelolaan
dimungkinkan untuk dilakukan pada taman nasional. Oleh karenanya diperlukan
kehati-hatian karena beberapa kegiatan mempunyai peluang eksploitatif seperti
pariwisata dan kegiatan budidaya walaupun harus dilakukan secara terbatas.
Kegiatan-kegiatan tersebut tentunya memberikan pengaruh lanjutan dari sisi
ekonomis maupun ekologis dalam berbagai aspek. Kegiatan pengelolaan harus
benar-benar mempertimbangkan peranan ekologis dan potensi taman nasional
dengan kata lain harus dijaga kesesuaian antara tujuan perlindungan dengan pilihan
pemanfaatannya.
Dari sisi sejarah, pembentukan taman nasional dimulai dengan tujuan
sebagai penyangga kawasan produktif sehingga keseimbangan ekologis dalam suatu
wilayah regional tetap terjaga. Penetapan kawasan taman nasional biasanya

9

dilakukan pada lahan- lahan marginal yang tidak atau belum terjangkau oleh
pembangunan intensif. Beberapa dasar yang umum digunakan untuk menetapkan
suatu kawasan sebagai taman nasional adalah (MacKinnon et al. 1993 : 1)
Kharakteristik atau keunikan ekosistem, 2) Mempunyai keanekaragaman spesies
atau spesies khusus yang ‘bernilai’, 3) Mempunyai lanskap dengan ciri geofisik
atau estetik yang ‘bernilai’, 4) Mempunyai fungsi perlindungan hidrologi (tanah,
air, iklim lokal), 5) Mempunyai sarana untuk rekreasi alam dan kegiatan wisata, dan
6) Mempunyai tempat peninggalan budaya yang tinggi (candi, peninggalan
purbakala dan lain sebagainya).
Fungsi taman nasional sangat beraneka ragam untuk memenuhi kebutuhan
manusia terutama kaitannya yang relevan dengan tujuan pembangunan ekonomi,
sosial dan pengelolaan lingkungan antara lain berupa: 1) Pemeliharaan contoh yang
memiliki unit-unit biotik utama untuk melestarikan fungsinya dalam ekosistem, 2)
Pemeliharaan keragaman ekologi dan hukum lingkungan, 3) Pemeliharaan
sumberdaya genetika, 4) Pemeliharaan obyek, struktur dan tapak warisan
kebudayaan, 5) Perlindungan keindahan panorama alam, 6) Penyediaan fasilitas
pendidikan, penelitian dan pemantauan lingkungan dalam areal alamiah, 7)
Penyediaan fasilitas rekreasi dan turisme, 8) Pendukung pembangunan dan
pengembangan daerah pedesaan serta penggunaan laha n marginal secara rasional,
9) Pemeliharaan produksi daerah aliran sungai, dan 10) Pengendalian erosi dan
sedimentasi serta melindungi investasi daerah hilir (Miller 1978).
Berkenaan dengan hal tersebut, Alikodra (1987) menyatakan bahwa tujuan
pengelolaan taman nasional dapat dikelompokkan menjadi empat aspek utama yaitu
konservasi, penelitian, pendidikan dan kepariwisataan. Tujuan diatas selanjutnya
harus

dituangkan

dalam

kebijaksanaan

pengelolaan

yang

memperhatikan

kepentingan masyarakat sekitarnya. Dengan demikian maka sistem taman nasional
memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan sistem kawasan konservasi
lainnya yakni dibentuk untuk kepentingan masyarakat, konsep pelestarian
didasarkan atas perlindungan ekosistem sehingga mampu menjamin eksistensi
unsur-unsur pembentuknya dan dapat dimasuki oleh pengunjung sehingga
pendidikan cinta alam, kegiatan rekreasi dan fungsi- fungsi lainnya dapat
dikembangkan secara efektif.

10

Bentuk pengelolaan yang cocok dan efektif dengan tujuan pembentukan
taman nasional sampai saat ini adalah sistem zonasi atau permintakatan yakni
pembagia n kawasan taman nasional berdasarkan fungsi dan tujuan pengelolaannya
(Alikodra 1987). Menurut UU no 5/1990, beberapa zona yang dimungkinkan
terdapat dalam suatu taman nasional adalah zona pemanfaatan yakni daerah dalam
kawasan taman nasional yang menjadi pusat kegiatan (terutama rekreasi).
Berikutnya adalah zona inti yakni bagian dari kawasan taman nasional yang mutlak
untuk dilindungi dan memiliki kemurnian hewan dan tumbuh-tumbuhan secara
alamiah, daerah ini tidak boleh diganggu kecuali untuk penelitian.
Selanjutnya adalah zona penyangga, yakni wilayah-wilayah yang berada di
luar kawasan taman nasional yang penggunaan tanahnya terbatas untuk lapisan
perlindungan tambahan bagi kawasan taman nasional dan sekaligus bermanfaat
bagi masyarakat sekitarnya (kegiatan budidaya seperti pertanian, perkebunan, atau
pemanfaatan hutan produksi). Ada juga yang menetapkan zona rimba dalam taman
nasional yakni kawasan hutan yang berperan atau berfungsi sebagai pelindung
daerah inti dari perusakan, fungsinya hanya sebagai kawasan lindung.
Tujuan perencanaan taman nasional sendiri relatif luas dan mencakup
kegiatan yang beraneka ragam seringkali merepotkan organisasi pengelola taman
nasional. Akibatnya seringkali pengelola tidak mungkin untuk melaksanakan
sendiri seluruh kegiatan yang menjadi tujuan perencanaan tersebut karena berbagai
macam keterbatasan. Untuk menunjang keberhasilannya, maka partisipasi
masyarakat sangat dibutuhkan. Pentingnya partisipasi masyarakat tersebut sejalan
dengan pendapat McNelly (1988) yang menyatakan bahwa partisipasi masyarakat
sekitar kawasan taman nasional perlu dikembangkan dan memperoleh prioritas di
dalam kawasan tersebut, karena masyarakat sekitar memberikan sumbangan yang
besar bagi kesinambungan sumberdaya alam yang terdapat dalam kawasan.
Sayangnya hal ini sering menimbulkan konflik penggunaan ruang dalam taman
nasional. Untuk mengatasi hal ini diperlukan adanya inovasi perencanaan dan
sistem pengelolaan yang meningkatkan sistem perlindungan sumberdaya alam
dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitar kawasan.

11

Paradigma Kerjasama Pengelolaan Sumberdaya
Dilihat dari sejarahnya pengelolaan sumberdaya telah mengalami beberapa
pergeseran model dari yang bersifat sederhana menuju pada kolaborasi pengelolaan
antar stakeholder (Nikijuluw 2002). Lebih lanjut dinyatakan bahwa pengelolaan
sumberdaya milik bersama merupakan model pengelolaan pertama atau yang
paling tradisional. Kondisi ini memungkinkan karena kelimpahan sumberdaya
dengan jumlah pengelola yang relatif sedikit sehingga setiap orang memiliki akses
terbuka terhadap sumberdaya tersebut. Paradigma kedua adalah pengelolaan
sumberdaya berbasis masyarakat (PSBM) yang secara definitif terjemahkan sebagai
suatu proses pemberian wewenang, tanggungjawab dan kesempatan pada
masyarakat untuk mengelola sumberdayanya sendiri dengan terlebih dahulu
mendefinisikan kebutuhan dan keinginan, tujuan dan aspirasinya. PSBM
menyangkut pula pemberian tanggungjawab kepada masyarakat sehingga mereka
dapat mengambil keputusan yang pada akhirnya menentukan dan berpengaruh pada
kesejahteraan mereka.
Masyarakat dalam konteks ini adalah komunitas atau kelompok dengan
tujuan yang sama. Peran pemerintah adalah mendorong dan memberikan fasilitas
kepada masyarakat dan memproses gagasan- gagasan masyarakat kedala m bentuk
kelembagaan. Keberhasilan pelaksanaan PSBM dapat ditentukan oleh beberapa hal
pokok yaitu (Nikijuluw 2002: 1) Adanya kepercayaan diantara anggota masyarakat.
Kepercayaan ini biasanya sangat kuat karena umumnya merupakan tradisi, 2)
Tertulis atau tercatatnya aturan agar dapat memperkenalkannya pada generasi
berikut, 3) Teknologi yang digunakan merupakan teknologi lokal yang telah umum
difahami dan dipraktekkan, 5) Otonomi pengelolaan oleh masyarakat anggota
Keunggulan PSBM adalah mudah dijalankan karena sesuai aspirasi dan
budaya lokal, diterima masyarakat lokal dan lebih mudah pengawasannya. Namun
demikian terdapat juga beberapa kelemahan didalamnya yaitu tidak mengatasi
masalah interkomunitas, bersifat lokal, mudah dipengaruhi faktor eksternal (seperti
migrasi, perubahan komposisi usia penduduk, perkembangan perdagangan dan
perubahan pemerintahan), sulit mencapai skala ekonomi karena hanya melibatkan
anggota dan tingginya biaya institusionalisasi (misalnya untuk edukasi, penyadaran

12

dan sosialisasi PSBM, pembentukan aturan, pembentukan organisasi dan lain
sebagainya).
Paradigma ketiga adalah pengelolaan sumberdaya oleh pemerintah (POP)
yang dilakukan dengan alasan efisiensi, keadilan dan alasan administratif. POP
dilaksanakan karena pada prinsipnya seluruh negara melakukan pengelolaan
sumberdaya diwilayahnya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya. Dalam
pelaksanaannya selain keuntungan berupa efisiensi terdapat beberapa kelemahan
POP yang umum terjadi antara lain kegagalan pemerintah dalam mencegah over
exploitation sumberdaya karena kelambatan regulasi, kesulitan dalam penegakan
hukum, kebijakan yang kurang tepat atau saling bertentangan satu dengan lainnya,
wewenang yang terbagi dalam beberapa lembaga atau departemen, data dan
informasi yang kurang tepat/akurat dan kegagalan dalam merumuskan keputusan
manajemen.
Paradigma pengelolaan keempat adalah kolaborasi pengelolaan atau comanagement

yang

didefinisikan

sebagai

pembagian

atau

pendistribusian

tanggungjawab dan wewenang antara pemerintah dan masyarakat lokal dalam
mengelola sumberdaya (Nikijuluw 2002). Definisi lain dikemukakan oleh NRTEE
(1998) yang menyatakan bahwa co-management merupakan pembagian atau
pendistribusian tanggungjawab dan wewenang antara pemerintah dan masyarakat,
dunia usaha dengan masyarakat ataupun LSM dengan masyarakat dalam mengelola
sumberdaya. Berdasarkan definisi tersebut maka masyarakat dengan mitra comanagement-nya harus secara bersama-sama bertanggungjawab dalam melakukan
seluruh tahapan pengelolaan. Feyerabend et al. (2000), bahwa co-management
adalah suatu situasi dimana dua aktor atan lebih bernegosiasi untuk mendefinisikan
dan menjamin pembagian yang adil (fair sharing) terhadap fungsi management,
pembagian hak dan tanggung jawab pada wilayah atau erea tertentu atau
sumberdaya alam tertentu. Co-management memiliki empat elemen penting yaitu :
Multi aktor dengan kepentingan masing- masing, ada konsensus/ kesepakatan dan
komitmen , ada proses negosiasi antar pihak, memegang prinsip-prinsip transpansi
dan berkeadilan. Diperlukan kejujuran dan transparansi untuk memunculkan
kepercayaan dari masyarakat (Fukuyama 1999). Konsep co-management terdapat
prinsip tanggung jawab yang harus dilakukan, hal ini memungkinkan setiap
masyarakat untuk bertindak sesuai dengan wewenang tersebut (Bourdieu 1986)

13

Apa yang menjadi tanggungjawab dan wewenang masing- masing pihak
menentukan tipe atau bentuk kolaborasi yang dianut. Dalam hal ini, kerjasama
merupakan inti dari co-management. Dari beberapa praktek yang telah dilakukan,
secara hirarki co-management dapat ditentukan sebagai berikut (Nikijuluw 2002):
1. Instruktif. Dalam bentuk ini tidak banyak informasi yang saling dipertukarkan
diantara pemerintah dan masyarakat. Hanya sedikit dialog antar kedua pihak
namun dialog yang terjadi lebih kepada instruksi karena pemerintah lebih
dominan peranannya.
2. Konsultatif. Menempatkan masyarakat pada posisi yang hampir sama dengan
pemerintah. Masyarakat mendampingi pemerintah dalam co-management. Oleh
karenanya ada mekanisme yang membuat pemerintah berkonsultasi dengan
masyarakat. Walaupun demikian keputusan ada di pemerintah.
3. Kooperatif. Menempatkan pemerintah dan masyarakat pada posisi yang sama
atau sederajat.
4. Advokasi atau pendampingan. Peran masyarakat cenderung lebih besar dari
pemerintah. Masyarakat memberikan masukan pada pemerintah untuk
merumuskan suatu kebijakan. Masyarakat juga dapat mengajukan usul
rancangan keputusan yang hanya tinggal dilegalisir oleh pemerintah, kemudian
pemerintah mengambil keputusan serta menentukan sikap resminya berdasarkan
usulan atau inisiatif masyarakat. Peran pemerintah lebih bersifat mendampingi
masyarakat.atau memberikan advokasi kepada masyarakat tentang apa yang
mereka kerjakan.
5. Informatif. Pada satu pihak pemerintah perannya makin berkurang dan pada
pihak lain masyarakat memiliki peran yang lebih besar dibandingkan dengan
empat bentuk kolaborasi lainnya. Pemerintah hanya memberikan informasi
kepada masyarakat tentang apa yang sepatutnya dikerjakan oleh masyarakat.
Dalam kontribusi yang lebih nyata, pemerintah me netapkan delegasinya untuk
bekerjasama
sumberdaya.

dengan

masyarakat

dalam

seluruh

tahapan

pengelolaan

14

Kawasan Konservasi dan Permasalahannya
Konservasi adalah suatu upaya untuk untuk menjamin suatu sumberdaya
agar tetap tersedia baik dalam kua ntitas dan kualitas yang tidak terkurangi sebagai
suatu alat pemuas kebutuhan dalam jangka panjang. Sehingga dalam konsep
konservasi terkandung unsur pemeliharaan dan pemanfaatan secara lestari.
Kawasan pelestarian jika dikelola dengan baik akan memegang peranan penting
dalam meningkatkan sosial ekonomi masyarakat sekitar (MacKinnon et al. 1993)
Permasalahan yang dialami oleh hampir semua kawasan konservasi di
Indonesia adalah permasalahan interen pengelolaan dan permasalahan dengan
keberadaan masyakarakat sekitar kawasan. Permasalahan interen pengelolaan
kawasan biasanya berkaitan dengan manajemen populasi tumbuhan dan satwaliar,
peningkatan kualitas habitat, manajemen wisata, dan profesionalisme pengelolaan
kawasan. Permasalahan yang diakibatkan dengan keberadaan masyarakat sekitar
kawasan dapat berupa pemukiman penduduk di dalam kawasan, penggunaaan
kawasan

untuk

kepentingan

lain,

pengembalaan

ternak

dalam

kawasan,

pengambilan dan perburuan hasil hutan secara tidak terkendali. Permasalahan yang
datang dari luar kawasan semakin meningkat sejalan dengan perkembangan jumlah
penduduk. Masuknya seseorang ke kawasan hutan untuk mengambil hasil hutan
disebabkan oleh terdesak kebutuhan sehari-hari, sumberdaya alam tersebut tidak
tersedia disekitar mereka, tingkat kepemilikan tanah yang rendah, kesempatan kerja
dan produk tivitas lahan rendah (Soekmadi 2004).
Permasalahan

yang

dihadapi

dalam

pengelolaan

TNGR

dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu permasalahan kawasan dan permasalahan
pengelolaan. Permasalahan kawasan berupa kondisi tapal batas kawasan taman
nasional tidak jelas, perambahan hutan, pencurian kayu, perburuan liar,
pengembalaan ternak, penanggulangan kebakaran. Jika dilihat permasalahan ini
semua merupakan tekanan yang dihadapi TNGR dari masyarakat sekitar.
Permasalahan kedua adalah pengelolaan berupa sumberdaya manusia pengelola
yang masih terbatas, kordinasi pengelolaan yang tidak berjalan dan tumpang tindih
pengelolaan, minimnya sarana dan prasarana, minimnya pendanaan dan belum
adanya perencanaan yang mantap terhadap kawasan secara terpadu (Dinas
Kehutanan NTB 1997).

15

Partisipasi Masyarakat
Partisipasi

dalam

pembangunan

berarti

peranserta

seseorang

atau

sekelompok masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan
maupun dalam bentuk kegiatan yang memberikan masukan berupa pikiran, tenaga,
waktu, keahlian, modal atau materi serta ikut memanfaatkan atau menikmati hasilhasil pembangunan (Saharuddin dan Sumardjo, 2004). Lebih lanjut dikemukakan
bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan bukan ha nya berarti pengerahan
tenaga kerja masyarakat secara sukarela, tetapi justru yang lebih penting adalah
tergeraknya masyarakat untuk mau memanfaatkan kesempatan memperbaiki
kualitas hidup mereka.
Partisipasi masyarakat menjadi sangat penting karena (1) me lalui partisipasi
masyarakat, dapat diperoleh informasi mangenai kondisi, kebutuhan dan sikap
masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan akan gagal,
(2) bahwa masyarakat lebih mempercayai program pembangunan jika dilibatkan
dalam proses persiapan dan perencanaan, karena mereka lebih mengerti seluk beluk
program tersebut dan akan memiliki program tersebut, (3) adanya anggapan bahwa
merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan
masyarakat mereka sendiri (Saharuddin dan Sumardjo, 2004). Lebih lanjut
disebutkan bahwa seseorang akan berpartisipasi jika prasyarat untuk berpartisipasi
terpenuhi yaitu (1) kesempatan, yaitu adanya suasana atau kondisi lingkungan yang
disadari oleh orang tersebut bahwa dia berpeluang untuk berpartisipasi, (2)
kemauan, adanya sesuatu yang mendorong atau menumbuhkan minat dan sikap
mereka untuk untuk termotivasi untuk berpartisipasi, misalnya manfaat yang dapat
dirasakan atas partisipanya, (3) kemampuan, adanya kesadaran atau kenyakinan
pada dirinya bahwa dia mempunyai kemampuan untuk berpartisipasi, baik berupa
pikiran, tenaga, waktu, biaya ataupum materi lainnya. Jika salah satu dari prasyarat
tersebut tidak dipenuhi, maka partisipasi dalam arti sebenarnya tidak akan terjadi
(Arimbi dan Santoso, 1994)
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan mengenai dua hal yaitu
hubungan-hubungan struktural dan pentingnya peng

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara

5 66 61

Pandangan Masyarakat Dalam Pernikahan Usia Dini Studi Kasus Di Desa Cikurutug Kecamatan Cikreunghas Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat

1 12 70

Ketersediaan Tenaga Kerja Sektor Pertanian Di Daerah Penyangga Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Studi Kasus Di Desa Bojong Murni. Desa Sukagalih, Desa Cihanyawar, Desa Sukamulya Dan Desa Ciputri)

0 9 94

Kajian etnobotani masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Merapi studi kasus di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak

4 30 95

Analisis pengembangan desa - desa pesisir di sekitar taman nasional Ujung Kulon

0 3 179

Kajian interaksi masyarakat desa sekitar taman nasional gunung rinjani provinsi nusa tenggara barat (studi kasus di desa pengadangan, desa loloan dan desa sembalun lawang)

2 16 378

Kontribusi sumberdaya hutan terhadap pendapatan masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango: studi kasus di Desa Cinagara dan Desa Pasir Buncir, Kec. Caringin, Kab. Bogor, Jawa Barat

4 48 144

Nilai ekonomi Taman Nasional Gunung Rinjani: Studi Kasus di Obyek Wisata Otak Kokok Gading dan Desa Perian Kecamatan Montong Gading, Nusa Tenggara Barat

3 11 145

Pemanfaatan Tumbuhan Pangan Dan Obat Oleh Masyarakat Desa Sembalun Bumbung Di Sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani

0 35 93

Nilai Ekonomi Air Domestik dan Irigasi Pertanian : Studi Kasus di Desa-Desa Sekitar Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

0 3 23