Produksi Ikan Sidat Anguilla marmorata Stadia Elver dan Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow Eel dengan Padat Tebar 0.5, 1.0, 1.5 g/l pada Sistem Resirkulasi

i

PRODUKSI IKAN SIDAT Anguilla marmorata STADIA ELVER DAN
Anguilla bicolor bicolor STADIA YELLOW EEL DENGAN PADAT
TEBAR 0.5, 1.0, 1.5 g/l PADA SISTEM RESIRKULASI

AHMAD MUPAHIR

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produksi Ikan Sidat

Anguilla marmorata Stadia Elver dan Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow Eel
dengan Padat Tebar 0.5, 1.0, 1.5 g/l pada Sistem Resirkulasi adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014

Ahmad Mupahir
NIM C14070046

iv

ABSTRAK
AHMAD MUPAHIR. Produksi Ikan Sidat Anguilla marmorata Stadia Elver dan
Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow Eel dengan Padat Tebar 0.5, 1.0, 1.5 g/l
pada Sistem Resirkulasi. Dibimbing oleh TATAG BUDIARDI dan RIDWAN

AFFANDI.
Anguilla spp merupakan sumberdaya ikan yang bernilai ekonomis tinggi
yang ada di Indonesia. Ikan sidat merupakan ikan diadromus atau ikan yang
memijah di laut, tumbuh di air tawar dan setelah dewasa kembali ke laut untuk
memijah. Tujuan penelitian ini adalah menentukan produksi terbaik ikan sidat
spesies A. marmorata stadia elver dan spesies A. bicolor bicolor stadia yellow eel
dengan padat tebar 0.5, 1.0, 1.5 g/l pada sistem resirkulasi. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan bak beton berukuran 1.7 x 1.7 x 1.0 m3 dengan volume
1.500 liter pada air beresirkulasi. Ikan sidat yang digunakan adalah stadia elver
berukuran 1,2 sampai 1,5 g/ekor dan stadia yellow eel berukuran 15 sampai 17
g/ekor. Pakan berupa pakan buatan berbentuk pasta diberikan secara restriction.
Hasil penelitian menunjukkan kelangsungan hidup yang tinggi (stadia elver: 69.5–
91.28 % dan yellow eel: 75.68-92.50%). Pertumbuhannya cukup baik dinilai dari
laju pertumbuhan spesifik (stadia elver: 0.57-0.61% dan stadia yellow eel 3.483.77%). Efisiensi pakan masih rendah untuk stadia elver (0.86-3.88%) dan tinggi
untuk stadia yellow eel (29.11-50.40%). Pertumbuhan dan produksi benih ikan
sidat terbaik berada pada padat tebar 1,0 kg/m3.
Kata kunci: ikan sidat, padat tebar, pertumbuhan, resirkulasi

ABSRACT
AHMAD MUPAHIR. Production of Elver Stage Eel Anguilla marmorata and

Yellow Stage Eel Anguilla bicolor bicolor at Different Stocking Density 0.5, 1.0,
1,5 g/l in Recirculating Aquaculture System. Supervised by TATAG BUDIARDI
and RIDWAN AFFANDI.
Anguilla spp is a highly economical value fish resource in Indonesia. Eel is
a diadromous fish or fish that spawn in the sea, grow and thrive in fresh water,
and return to the sea to spawn. The objective of this study was to determine the
most optimum stocking density for two different species of eel A. Marmorata and
species of eel A. bicolor bicolor in recirculating aquaculture system. Three
stocking densities were applied in this study 0.5, 1.0, and 1.5 g/l. The
experiments were performed using a concrete tank of 1.7 x 1.7 x 1 m3 at volume
of 1,500 liters of circulating water. The fish used was elver stage eels (1.2-1.5 g)
and yellow eel stage (15-17 g). The fish were feed with paste artificial feed at a
restricted feeding level. The fish survival was relatively high (elver: 69.5 to
91.28% and yellow eel: 75.68 to 92.50%). The specific growth rate was also
relatively good (elver: 0.57 to 0.61% and yellow eel: 3.48 to 3.77%). Feed
efficiency was low for elver size (0.86 to 3.88%) but considerably high for yellow
eel stage fish (29.11 to 50.40%). The highest growth and productivity of eel
culture in a recirculating aquculture system was shown at a stocking density of 1.0
kg/m3.
Keywords: eel, productivity, rearing density, recirculating.


vi

PRODUKSI IKAN SIDAT Anguilla marmorata STADIA ELVER DAN
Anguilla bicolor bicolor STADIA YELLOW EEL DENGAN PADAT
TEBAR 0.5, 1.0, 1.5 g/l PADA SISTEM RESIRKULASI

AHMAD MUPAHIR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


vii

Judul Skripsi : Produksi Ikan Sidat Anguilla marmorata Stadia Elver dan
Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow Eel dengan Padat Tebar
0.5, 1.0, 1.5 g/l pada Sistem Resirkulasi
Nama
: Ahmad Mupahir
NIM
: C14070046

Disetujui oleh

Dr Ir Tatag Budiardi. MSi
Pembimbing I

Dr Ir Ridwan Affandi. DEA
Pembimbing II

Diketahui oleh


Dr Ir Sukenda. MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi

Nama
NIM

Produksi Ikan Sidat Anguilla marmorata Stadia Elver dan
Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow Eel dengan Padat Tebar
0.5, 1.0, 1.5 gil pada Sistem Resirkulasi
Ahmad M upahir
C14070046

Disetujui oleh

(


Dr Ir Tatag Bu iardi. MSi
Pembimbing I

Dr Ir Rid

Tanggal Lulus:

'Z 1FEB 13U

viii

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih pada penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September sampai
November 2012 ini ialah budidaya ikan sidat, dengan judul Produksi Ikan Sidat
Anguilla marmorata Stadia Elver dan Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow Eel
dengan Padat Tebar 0.5, 1.0, 1.5 g/l pada Sistem Resirkulasi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Tatag Budiardi. MSi dan

Bapak Dr Ir Ridwan Affandi, DEA selaku dosen pembimbing, Ibu Dr Ir Dinar Tri
Soelistyowati, DEA selaku dosen penguji, dan Ibu Yuni Puji Hastuti, SPi, MSi
selaku Komisi Pendidikan Departemen. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada BDP angkatan 44, Dede Permana, Unang Ridwan, Helmy,
Asep, Dama, Mardi, Yopi, dan laboran lainnya yang telah membantu penulis
selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada istri (Siti
Komariah, S.Si), ibu, putraku (Muhammad Salman) dan keluarga lainnya yang
telah memberikan dorongan kasih sayang, semangat, tenaga, nasihat, dan do’anya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2014

Ahmad Mupahir

ix

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tujuan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Sidat Anguilla spp.
Padat Tebar
Sistem Resirkulasi
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Rancangan Penelitian
Bahan dan Alat
Prosedur Penelitian
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

ix
ix
ix
1
1
2
2
2
3
3
4
4
4
4
4
7
8
8

17
21
21
21
21
24
29

x

DAFTAR TABEL
1.
2.

Rekapitulasi fisika kimia air ikan sidat stadia elver
Rekapitulasi fisika kimia air ikan sidat stadia yellow eel

15
16

DAFTAR GAMBAR
1.

2.
3.
4.
5.
6.

7.
8.

9.
10.
11.

12.
13.
14.
15.
16.

17.
18.

Kelangsungan hidup ikan sidat (stadia elver) yang dipelihara
dengan padat tebar berbeda selama 70 hari pemeliharaan
Kelangsungan hidup ikan sidat (stadia yellow eel) yang
dipelihara dengan padat tebar berbeda selama 70 hari pemeliharaan
Klasifikasi Penyebab kematian ikan sidat stadia elver
Klasifikasi Penyebab kematian ikan sidat stadia yellow ell
Koefisien keragaman panjang ikan sidat (stadia elver)
dengan padat tebar berbeda
Koefisien keragaman panjang ikan sidat (stadia yellow eel)
dengan Padat tebar berbeda
Pertumbuhan panjang mutlak (Pm = Pi-Po) ikan sidat
(stadia elver) dengan padat tebar berbeda
Pertumbuhan panjang mutlak (Pm = Pi-Po) ikan sidat
(stadia yellow eel ) dengan padat tebar berbeda
Koefisien keragaman bobot ikan sidat stadia elver
dengan padat tebar berbeda
Koefisien keragaman bobot ikan sidat stadia yellow eel
dengan padat tebar berbeda
Pertumbuhan bobot rata-rata ikan sidat stadia elver
dengan padat tebar berbeda selama penelitian
Pertumbuhan bobot rata-rata ikan sidat stadia yellow eel
dengan padat tebar berbeda selama penelitian
Laju pertumbuhan spesifik (LPS) (%/hari) ikan sidat stadia elver
dengan padat tebar berbeda hasil penelitian
Laju pertumbuhan spesifik (LPS) (%/hari) ikan sidat stadia
yellow eel dengan padat tebar berbeda hasil penelitian
Pertumbuhan biomassa ikan sidat stadia elver dengan
padat tebar berbeda
Pertumbuhan biomassa ikan sidat stadia yellow eel
dengan padat tebar berbeda
Efisiensi pakan ikan sidat stadia elver dengan padat tebar
berbeda selama penelitian
Efisiensi pakan ikan sidat stadia yellow eel dengan
padat tebar berbeda selama penelitian

8
8
9
9
9
10
10
11
11
11
12
12
13
13
13
14
14
15

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.

Data parameter fisika kimia air
Data analisis ekonomi budidaya ikan sidat

23
24

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan sidat Anguilla marmotara dan Anguilla bicolor bicolor merupakan dua
dari sembilan spesies ikan sidat yang ada di perairan Indonesia (Aoyama, 2001)
dan sudah mulai dibudidayakan. Menurut Rusmaedi et al. (2010) ikan sidat
memijah di laut, tumbuh berkembang di air tawar dan setelah dewasa kembali ke
laut untuk memijah. Menurut Usui (1974) dan Kafuku & Ikenoue (1983), ikan
sidat memijah di laut dalam pada bagian lapisan tengah dengan kedalaman sekitar
400-500 m di bawah permukaan air laut, dengan suhu air 16-17o C.
Ikan sidat merupakan salah satu ikan konsumsi yang memiliki nilai
ekonomis tinggi baik untuk pasar lokal maupun luar negeri. Nilai ekonomis ikan
sidat di pasaran lokal dan internasional sangat tinggi, yaitu mencapai Rp 200.000
per kg. Ikan sidat sudah banyak diekspor dalam bentuk hidup, segar, dan beku ke
Asia, Amerika, dan Eropa. Pasar sidat di Asia terutama adalah Jepang, Korea
Selatan, China, dan Taiwan. Jepang merupakan konsumen ikan sidat terbesar di
dunia, membutuhkan 150.000 ton dari 250.000 kebutuhan dunia (Aji, 2010).
Keunggulan lainnya dari ikan sidat adalah dilihat dari kualitas ikan sidat itu
sendiri yaitu kandungan gizi, vitamin serta mikronutrien pada ikan sidat sangat
tinggi. Daging segar, daging olahan, dan hati ikan sidat masing-masing
mengandung vitamin A sebanyak 4.700 IU/100 g, 5.000 IU/100 g, dan 15.000
IU/100 g. Kandungan DHA sidat 1.337 mg/100 g mengalahkan ikan salmon yang
hanya 820 mg/100 g atau tenggiri 748 mg/100 g (Subiakto, 2012).
Besarnya kebutuhan ikan sidat di dunia ini harus diimbangi dengan
produktivitas ikan sidat itu sendiri. Pada kegiatan budidaya sidat, benih yang
digunakan masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam. Penurunan
ketersediaan benih di beberapa negara produsen sidat ditenggarai akibat degradasi
habitat sidat dan eskploitasi benih berlebihan sehingga calon induk yang nantinya
akan menghasilkan benih banyak berkurang. Peningkatan produksi ikan sidat
ukuran konsumsi akan memerlukan peningkatan benih ikan sidat. Sumberdaya
ikan sidat terutama benih yang tersedia belum dimanfaatkan secara efisien untuk
kegiatan budidaya yang memproduksi ikan sidat ukuran konsumsi (marketable
size) sehingga perlu dikembangkan teknologi pembesarannya. Upaya
pengembangan teknologi pembesaran ikan sidat dapat dilakukan dengan
mengoptimalkan peningkatan padat tebar dengan sistem resirkulasi. Peningkatan
padat tebar akan diikuti dengan penurunan pertumbuhan (critical standing crop)
dan pertumbuhan akan berhenti pada padat tebar tertentu (Hepher dan Pruginin,
1981).
Peningkatan padat tebar juga akan meningkatkan produksi pada kondisi
lingkungan optimal dan pakan yang mencukupi. Peningkatan padat tebar harus
sesuai dengan daya dukung (carrying capacity). Kualitas air, pakan, dan ukuran
ikan dapat mempengaruhi daya dukung. Pada pemberian pakan yang tepat,
oksigen yang mencukupi, serta pemeliharaan pada media suhu yang optimal akan
didapatkan performa produksi yang maksimal (Huisman, 1987).
Penggunaan sistem resirkulasi (recirculation aquaculture system, RAS)
pada pemeliharaan benih merupakan solusi untuk mengatasi penurunan daya
dukung wadah pemeliharaan akibat peningkatan padat tebar, dan memungkinkan
adanya peningkatan kelangsungan hidup benih. Penelitian ini diperlukan untuk

2

menentukan padat tebar benih ikan sidat yang terbaik dengan sistem resirkulasi
sehingga menghasilkan produksi yang maksimal.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produksi terbaik ikan sidat pada
padat tebar 0,5; 1,0; dan 1,5 g/l stadia elver (1-2 gram/ekor) untuk spesies A.
marmorata dan stadia yellow eel (15-20 gram/ekor) untuk spesies A. bicolor
bicolor pada sistem resirkulasi.

TINJAUAN PUSTAKA
Sidat Anguilla spp
Menurut Deelder (1984), klasifikasi sidat adalah sebagai berikut
Filum
: Vertebrata
Subfilum
: Craniata
Superklas
: Gnathostomata
Divisi
: Pisces
Klas
: Teleostei
Subklas
: Actinopterygii
Ordo
: Anguilliformes
Subordo
: Anguilloidei
Famili
: Anguillidae
Genus
: Anguilla
Spesies
: Anguilla spp.
Kottelat et al. (1993) menyebutkan bahwa famili Anguillidae yang terdapat
di Indonesia terdiri atas beberapa spesies, yaitu: A. bicolor bicolor, A. spengeli, A.
australis, A. borneensis, A. celebensis, A. marmorata, A. nebulosa, A. elphinstona,
dan A. mauritiana.
Sidat mempunyai kulit lembut dan sangat berlendir. Sidat memiliki sisik
berukuran kecil dank khas yang terdapat di bawah kulit. Sisik dijumpai di
sepanjang sisi lateral. Arah poros terpanjang dari sisik saling tegak lurus satu
sama lain membentuk gambaran mozaik seperti anyaman bilik bambu (Tesch,
1973). Dengan tidak adanya sisik besar, kemampuan sidat dalam bernafas melalui
permukaan kulit sama baiknya dengan melalui insang.
Sidat mempunyai bagian yang sangat sensitif terhadap getaran terutama di
bagian samping sehingga membantu pergerakan sidat. Organ penciumannya juga
sangat peka sehingga membantu mengatasi kelemahan daya penglihatannya.
Organ pernapasan sidat adalah insang. Sidat memiliki empat pasang insang yang
terletak di dalam rongga branchial. Setiap lembar insang terdiri atas beberapa
filamen insang dan setiap filamen terbentuk dari sejumlah lamela yang di
dalamnya terdapat jaringan pembuluh darah.
Siklus hidup sidat berawal dari telur, kemudian menjadi larva
(leptochepalus), glass eel , elver, yellow eel, dan terakhir adalah fase silver eel.
Menurut Tesch (1973), telur sidat berbentuk bulat dan bersifat planktonis. Telur
akan menetas dalam waktu 1-10 hari dan berubah menjadi larva sidat.
Leptocephalus akan berubah menjadi glass eel. Glass eel merupakan sebutan
untuk tahap perkembangan dari akhir metamorphosis leptocephalus sampai
dimulainya pigmentasi. Glass eel akan berubah menjadi elver, yaitu periode sidat

3

muda berpigmen. Perubahan tersebut terjadi di perairan payau atau tawar. Bentuk
sidat dari fase larva hingga menjadi glass eel diperlihatkan oleh Aida et al. (2003).
Bila pigmentasi telah sempurna maka elver akan masuk ke tahap yellow eel.
Perubahan terakhir menjadi silver ell dengan ciri tubuh berwarna coklat di bagian
atas (punggung), dan metalik atau silver tanpa pigmen hitam (xanthochromatism)
pada bagian bawah (perut). Waktu untuk membesarkan ikan sidat dari ukuran
glass eel hingga mencapai ukuran konsumsi (150-180 g) adalah 8-15 bulan.
Padat Tebar
Padat tebar ikan adalah jumlah ikan yang ditebar per satuan luas atau
volume wadah pemeliharaan (Hepher dan Pruginin, 1981). Padat tebar erat sekali
hubungannya dengan produksi dan pertumbuhan ikan (Hickling, 1971). Padat
tebar ikan yang terlalu tinggi dapat menurunkan kualitas air, menghambat
pertumbuhan ikan, menurunkan tingkat kelangsungan hidup ikan serta
meningkatkan tingkat keragaman ukuran ikan. Padat tebar yang rendah pada
kegiatan budidaya dapat mengakibatkan produksi rendah (Slembrouck et al.,
2005).
Peningkatan produksi melalui peningkatan padat tebar dapat dilakukan
dengan pengelolaan pakan dan lingkungan. Jika faktor-faktor tersebut dapat
dikendalikan, maka peningkatan padat tebar tidak akan menurunkan laju
pertumbuhan ikan (Hepher dan Pruginin, 1981). Semakin tinggi padat tebar ikan,
oksigen terlarut akan makin berkurang (Stickney, 1979; Sarah, 2002). Wedemeyer
(1996) menyatakan bahwa peningkatan padat tebar akan mengganggu proses
fisiologi dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang pada akhirnya dapat
menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis sehingga pemanfaatan makanan,
pertumbuhan, dan kelangsungan hidup mengalami penurunan.
Sistem Resirkulasi
Budidaya sistem resirkulasi (recirculation aquaculture system, RAS)
merupakan solusi untuk mengatasi penurunan daya dukung wadah pemeliharaan
akibat peningkatan padat tebar. Menurut Hutchinson et al. (2004) sistem
resirkulasi merupakan penerapan teknologi akuakultur yang terdiri atas sistem
pengaliran air, penyaringan secara mekanik dan biologi, penggunaan pompa
dalam pengairan air, aerasi, oksigenasi air, dan komponen pengelolaan air lain
yang menghasilkan kualitas air yang optimum untuk pertumbuhan ikan di dalam
wadah pemeliharaan.
Keuntungan dari sistem resirkulasi adalah tidak membutuhkan lahan yang
luas, dapat dibuat di daerah-daerah pemukiman penduduk, efektif dalam
pemanfaatan air dan lebih ramah lingkungan, karena kondisi air yang digunakan
dapat dikontrol dengan baik. Sementara itu kelemahan dari sistem ini yaitu
mahalnya biaya yang harus dikeluarkan, karena memerlukan kondisi yang teratur
agar berjalan dengan baik dan membutuhkan energi lebih (Saptoprabowo, 2000).
Menurut Spotte (1970), proses pengolahan limbah pada sistem resirkulasi dapat
berupa filtrasi fisik atau mekanik, filtrasi biologi dan filtrasi kimia. Filtrasi fisik
berupa pemisahan atau penyaringan. Filtrasi biologi berupa penguraian senyawa
nitrogen organik oleh bakteri pengurai pada filter. Menurut Stickney (1979), Satu
unit sistem resirkulasi biasanya terdiri dari empat komponen yaitu wadah
budidaya untuk pemeliharaan ikan, filter mekanik atau wadah pengendapan

4

primer, filter biologi dan wadah pengendapan sekunder, bagian penting dalam
sistem resirkulasi adalah biofilter karena menyediakan area permukaan untuk
tumbuhnya koloni bakteri yang mendetoksifikasi hasil metabolisme ikan. Fungsi
utama biofilter adalah mengubah amoniak menjadi nitrit (NO2-) yang kemudian
diubah menjadi nitrat (NO3-) yang relatif tidak berbahaya.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 70 hari yaitu dimulai dari bulan September
hingga Nopember 2012 yang bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan Air,
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan berupa pendederan ikan sidat yang meliputi:
1) Pendederan di bak ke 1, 2, dan 3 yaitu pemeliharaan ikan sidat spesies A.
marmorata stadia elver (1.00-2.00 g) dengan padat tebar 0.5, 1.0, dan 1.5 g/l.
2) Pendederan di bak 4, 5, dan 6 yaitu pemeliharaan ikan sidat spesies A. bicolor
bicolor stadia yellow eel (10.0-20.0 g) dengan padat tebar 0.5, 1.0, dan 1.5 g/l.
Keseluruhan penelitian pendederan ikan sidat dilakukan secara bersamaan
(paralel) dengan sistem pemeliharan di dalam ruangan (indoor). Pemeliharaan
ikan sidat dilakukan selama 10 minggu (70 hari).
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah pasir, kerikil,
karang, karbon aktif, kapas sintetis, spons/busa, kain kasa busa, zeolit, bioball,
KMnO4, ikan sidat (A. marmorata) ukuran 1.00-2.00 gram/ekor dan ikan sidat (A.
bicolor-bicolor) ukuran 10.0-20.0 g/ekor. Alat-alat yang digunakan pada
penelitian antara lain 6 bak beton keramik berdimensi 1.7 m x 1.7 m x 1 m,
termometer, ember, pipa, pompa air celup/submersibel, paralon, kran pengatur,
blower/hiblow, selang aerasi, batu aerasi, pemberat, pemanas air. Wadah budidaya
dilengkapi dengan tempat pakan (feed tray) dan pelindung (shelter) dari potongan
paralon, serta penutup bak dari bahan plastik hitam.
Prosedur Penelitian
Persiapan Wadah
Penelitian pendederan di bak menggunakan sistem resirkulasi. Wadah yang
digunakan berupa bak berkeramik berukuran 1.7 m x 1.7 m x 1 m sebanyak 6 unit
yang diisi air sebanyak 1,500 liter atau pada ketinggian 51.9 cm. Persiapan
penelitian meliputi pembuatan konstruksi sistem resirkulasi, pembersihan wadah,
pengisian bak dengan air bersih, dan stabilisasi sistem. Filter yang digunakan
adalah satu unit filter yang berfungsi sebagai filter fisik, kimia, dan biologi. Bahan
filter yang digunakan terdiri dari pasir, kerikil, karang, karbon aktif, kapas sintetis,
spons/busa, kain kasa busa, zeolit, bioball. Pada sistem resirkulasi, air dari bak
pemeliharaan masuk ke dalam filter melalui pipa pengeluaran. Air yang keluar
dari bak pemeliharaan langsung memasuki bak filter-1 yang berfungsi sebagai
filter fisik melalui lamela separator. Air difilter melalui saringan yang dilengkapi
kapas sintetis untuk menyaring kotoran-kotoran kasar dan dilanjutkan ke filter

5

berupa susunan karang sebanyak 50 % dari volume bak. Air yang telah bersih dari
bak filter-1 dialirkan ke bak filter-2 yang berisikan pasir, dan karbon aktif. Air
dialirkan ke bak filter-3 dilengkapi dengan bioball. Air dari bak filter-3 dipompa
ke masing-masing bak melalui pipa inlet.
Sistem resirkulasi yang telah selesai disusun kemudian dijalankan selama
tujuh hari untuk menstabilkan debit air, pemeriksaan komponen yang belum
berfungsi, dan untuk menumbuhkan bakteri nitrifikasi pada filter biologi. Pelet
ikan sebagai sumber nitrogen dimasukkan ke dalam filter biologi untuk
menstimulasi tumbuhnya bakteri nitrifikasi.
Tebar Ikan
Benih sidat (elver) yang digunakan dalam penelitian di bak 1, 2, dan 3
memiliki bobot antara 1-2 gram/ekor yang berasal dari pendederan ikan sidat di
Parung, Bogor, Jawa Barat. Penelitian di bak 4, 5, dan 6 Benih ikan sidat (yellow
eel) berbobot sekitar 10-20 gram/ekor yang berasal dari pendederan ikan sidat di
Cilacap, Jawa Tengah. Bobot dan panjang benih sidat diukur dengan mengambil
25 sampel sehingga dapat diperoleh bobot rata-rata dan panjang rata-rata benih.
Benih diaklimatisasi terlebih dahulu selama tujuh hari sebelum ditebar. Penebaran
dilakukan setelah tujuh hari stabilisasi sistem resirkulasi. Benih ditebar pada
masing-masing bak sesuai dengan rancangan percobaan. Jumlah benih ikan sidat
stadia elver yang ditebar pada bak 1, 2, dan 3 sebanyak 750, 1500, dan 2250
g/1,500 l. Jumlah benih ikan sidat stadia yellow eel yang ditebar pada bak 4, 5,
dan 6 sebanyak 750, 1500, dan 2250 g/1,500 l.
Pemberian Pakan
Pakan yang digunakan pada penelitian ini berupa pakan buatan berbentuk
pasta diberikan secara restriction. Pakan diberikan dua kali dalam sehari yakni
pada pagi hari (pukul 11.00 WIB) dan sore hari (pukul 17.00 WIB) sebanyak 3 %
dari biomassa ikan. Setiap dua minggu sekali dilakukan penambahan pakan
sebesar 1% jika nafsu makan ikan meningkat. Sebelum pemberian pakan
dilakukan penyifonan dan penimbangan pakan yang tersisa.
Pengelolaan Fisika Kimia Air
Pengelolaan fisika kimia air dilakukan dengan penyifonan yang dilakukan
pada pagi hari. Air yang berkurang akibat penyifonan dan penguapan selama
pemeliharaan diatasi dengan penambahan volume air pada sistem pemeliharaan
hingga pada volume 1,500 liter. Fisika kimia air diketahui dengan pengukuran
setiap empat belas hari sekali yang meliputi parameter suhu, pH, oksigen terlarut
(DO), total kandungan amoniak (TAN), nitrit (NO2-), kesadahan dan alkalinitas.
Jika terjadi perubahan kualitas air yang mendekati kodisi letal maka dilakukan
pergantian air hingga 30% dari volume air.
Pengumpulan Data
Parameter yang diamati selama penelitian meliputi biologi ikan (bobot,
panjang, dan jumlah ikan mati), jumlah pakan, dan kualitas air. Pengamatan
biologi dilakukan melalui pengambilan contoh ikan sebanyak 25 ekor per bak.
Parameter tersebut digunakan untuk menghitung derajat kelangsungan hidup, laju
pertumbuhan bobot harian (LPS), laju pertumbuhan bobot mutlak (LPM),
pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman panjang, dan efisiensi pakan
serta untuk menghitung analisis ekonomi.

6

Derajat Kelangsungan Hidup
Derajat kelangsungan hidup (survival rate, SR) adalah perbandingan jumlah
ikan yang hidup sampai akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal
pemeliharaan. SR dihitung dengan rumus Goddard (1996), yaitu:
N 
SR   t  x 100
 N0 
Keterangan: SR = Derajat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor)
N0 = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)
Koefisien Keragaman Panjang
Variasi ukuran dalam penelitian ini berupa variasi panjang ikan dinyatakan
dalam koefisien keragaman. Koefisien keragaman panjang dihitung menggunakan
rumus menurut Steel dan Torrie (1981):
S
KK     100
Y 
Keterangan: KK = Koefisien keragaman (%)
S = Simpangan baku
Y = Rata-rata contoh
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak adalah perubahan panjang rata-rata individu
pada dari awal sampai akhir pemeliharaan. Pertumbuhan panjang mutlak dihitung
dengan menggunakan rumus dari Effendi (1979):
Pm = Lt-L0
Keterangan: Pm = Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
Lt = Panjang rata-rata pada akhir pemeliharaan (cm)
L0 = Panjang rata-rata pada awal pemeliharaan (cm)
Laju Pertumbuhan Spesifik
Bobot ikan diukur dengan pengambilan contoh sebanyak 25 ekor per bak
menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0.01 gram. Laju pertumbuhan
bobot harian dihitung dengan menggunakan rumus dari Huisman (1987):
LPS = {(ln wt – ln w0)/t} x 100
Keterangan: LPS = Laju pertumbuhan bobot Spesifik (%)
wt = Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (gram)
w0 = Bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (gram)
t = Waktu pemeliharaan (hari)
Efisiensi Pakan
Pada penelitian ini perhitungan efisiensi pakan menggunakan rumus dari
Zonneveld et al. (1991):
 W  Wd   W0 
EP   t
 x 100
F



Keterangan : EP
wt
wd
w0
F

=
=
=
=
=

Efisiensi pakan (%)
Biomassa rata-rata pada akhir pemeliharaan (gram)
Biomassa total ikan mati selama pemeliharaan (gram)
Biomassa rata-rata pada awal pemeliharaan (gram)
Jumlah total pakan selama pemeliharaan (gram)

7

Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi dihitung untuk mengetahui aspek ekonomi hasil
penelitian. Parameter yang diamati dalam efisiensi ekonomi meliputi:
1) Keuntungan (Profit)
Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dan total biaya produksi.
Keuntungan diperoleh apabila selisih antara penerimaan dan total biaya bernilai
positif. Menurut Martin et al. (1991), keuntungan dihitung menggunakan rumus:
Keuntungan = Penerimaan – Biaya Produksi Total
2) R/C Ratio
R/C ratio (Revenue/Cost Ratio) merupakan perbandingan antara total
penerimaan dengan total biaya produksi. Suatu usaha dikatakan layak dilakukan
apabila R/C lebih dari 1 (R/C >1). Semakin tinggi R/C maka tingkat keuntungan
yang didapat semakin tinggi. R/C dihitung dengan menggunakan rumus berikut
(Rahard et al., 1998):
Penerimaan
R/C =
Total Biaya Produksi
3) Break Event Point (BEP) Penerimaan
BEP penerimaan merupakan nilai minimum penerimaan dari penjualan hasil
produksi yang harus dicapai untuk mencapai titik impas. Menurut Martin et al.
(1991), penghitungan BEP penerimaan adalah sebagai berikut.
Biaya Tetap
BEP(penerimaan) =
Biaya Variabel
1Penerimaan
4) Break Event Point (BEP) Unit
BEP unit merupakan nilai minimum volume produksi yang harus dicapai
untuk mencapai titik impas. Menurut Martin et al. (1991), penghitungan BEP unit
adalah sebagai berikut.
Biaya Tetap
BEP(unit) =
Biaya Variabel
Harga jual/ekor Jumlah Produksi
5) Harga Pokok Produksi (HPP)
Harga pokok produksi merupakan nilai atau biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksi 1 unit produk (Rahardi et al., 1998). Penghitungan HPP dilakukan
untuk mengetahui harga penjualan minimum. Harga pokok produksi merupakan
perbandingan total biaya produksi dengan total produksi.
Total Biaya Produksi
HPP =
Total Produksi
6) Payback Periode (PP)
Payback Periode (PP) dihitung untuk mengetahui lama waktu yang
dibutuhkan untuk pengembalian investasi yang ditanamkan. Menurut Martin et al.
(1991), PP dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
Total Investasi
PP =
x 1 Tahun
Keuntungan
Analisis Data
Data parameter hasil penelitian yang telah didapat diolah dan ditabulasi,
kemudian dianalisis secara deskripsi. Analisis dilakukan dengan bantuan program
Ms.Excel 2007.

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian telah menghasilkan data berupa derajat kelangsungan hidup
(KH), panjang rata-rata, bobot rata-rata (w), laju pertumbuhan bobot harian
(LPH), laju pertumbuhan mutlak (LPM), dan efisiensi pakan (EP).

Derajat Kelangsungan Hidup
(%)

Derajat Kelangsungan Hidup
Berdasarkan hasil penelitian, derajat kelangsungan hidup ikan sidat pada
semua perlakuan semakin menurun seiring dengan waktu pemeliharaan namun
cenderung meningkat dengan meningkatnya padat tebar. Derajat kelangsungan
ikan sidat stadia elver pada padat tebar 0.5, 1.0, dan 1.5 g/l sebesar 70.57%,
69.57%, dan 91.28% (Gambar 1); sedangkan ikan sidat stadia yellow eel pada
padat tebar 0.5, 1.0, dan 1.5 g/l sebesar 75.68%, 88.46%, dan 92.50% (Gambar 2).
100.00

Padat tebar
Elver
0.5g/l
1.0g/l
1.5g/l

90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
0

14

28

42

56

70

Waktu (hari ke- )

Derajat Kelangsungan Hidup
(%)

Gambar 1 Kelangsungan hidup ikan sidat stadia elver yang dipelihara dengan
padat tebar berbeda selama 70 hari pemeliharaan
Padat tebar
yellow eel
0.5g/l
1.0g/l
1.5g/l

100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
0

14

28

42

56

70

Waktu (hari ke- )

Gambar 2 Kelangsungan hidup ikan sidat (stadia yellow eel ) yang dipelihara
dengan padat tebar berbeda selama 70 hari pemeliharaan
Tingkat kematian (mortality rate) sangat mempengaruhi produksi budidaya.
Penyebab kematian pada penelitian ini untuk stadia elver hampir merata, yaitu
didominasi oleh tidak ada luka, kurus, dan berjamur pada tubuh ikan (Gambar 3).

9

Gambar 3 Persentase penyebab kematian ikan sidat stadia elver
Penyebab kematian pada ikan sidat stadia yellow eel didominasi oleh jamur
pada bagian tubuh ikan pada wadah dengan padat tebar 0.5 dan 1.0 g/l (50% dan
23%), dan mengalami bercak merah pada tubuh ikan pada wadah dengan padat
tebar ikan 1.5 g/l (34%) (Gambar 4).

Gambar 4 Persentase penyebab kematian ikan sidat stadia yellow eel

Koefisien Keragaman
Panjang

Koefisien Keragaman Panjang
Keragaman panjang ikan sidat stadia elver selama pemeliharaan mengalami
peningkatan (Gambar 5). Secara keseluruhan nilai koefisien keragaman panjang
terus meningkat selama penelitian. Peningkatan cepat terjadi pada rentan waktu
hari ke-14 hingga hari ke-42 pada padat tebar 1.5 g/l lalu terjadi penurunan
hingga hari ke-70. Hasil akhir pemeliharaan koefisien keragaman panjang ikan
sidat stadia elver yang tertinggi pada padat tebar1.0 g/l
0.200

Padat tebar
elver
0.5 g/l
1.0 g/l
1.5 g/l

0.150
0.100
0.050
0.000
0

14

28

42

56

70

Waktu (hari ke- )
Gambar 5 Koefisien keragaman panjang ikan sidat (stadia elver) dengan
padat tebar berbeda

10

Koefisien Keragaman
Panjang

Keragaman panjang ikan sidat stadia yellow eel selama pemeliharaan
disemua kepadatan mengalami peningkatan (Gambar 6). Peningkatan grafik
cenderung terhenti pada hari ke-42 pada semua kepadatan. Hasil akhir
pemeliharaan koefisien keragaman panjang ikan sidat stadia yellow eel yang
tertinggi pada padat tebar 0.5 g/l.
0.300
0.250

Padat tebar
yellow eel
0.5 g/l
1.0 g/l
1.5 g/l

0.200
0.150
0.100
0.050
0.000
0

14

28

42

56

70

Waktu (hari ke- )
Gambar 6 Koefisien keragaman panjang ikan sidat stadia yellow eel
dengan padat tebar berbeda
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak (Pm) ikan sidat stadia elver (Gambar 7)
menujukan bahwa pada padat tebar 1.0 g/l memiliki nilai yang lebih kecil dari
perlakuan padat tebar lainnya yaitu 0.31 cm. Nilai Pertumbuhan panjang mutlak
tertinggi pada padat tebar 1.5g/l yaitu sebesar 0.55 cm
Pertumbuhan Panjang
Mutlak
(cm)

0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00

0.5g/l

1.0g/l
Padat Tebar

1.5g/l

Gambar 7 Pertumbuhan panjang mutlak (Pm = Pi-Po) ikan sidat stadia elver
dengan padat tebar berbeda
Pertumbuhan panjang mutlak ikan sidat stadia yellow eel (Gambar 8)
memiliki nilai Pm yang berbeda pada setiap kepadatan. Nilai pertumbuhan
panjang mutlak terkecil terjadi pada kepadatan 0.5 g/l yaitu 7.92 cm dan yang
terbesar terjadi pada padat tebar 1.5 g/l yaitu sebesar 12.99 cm.

Pertumbuhan panjang
mutlak (cm)

11

14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00

0.5g/l

1.0g/l

1.5g/l

Padat tebar
Gambar 8 Pertumbuhan panjang mutlak (Pm = Pi-Po) ikan sidat stadia yellow eel
dengan padat tebar berbeda

Koefisien Keragaman
Bobot (gram)

Koefisien Keragaman Bobot
Keragaman bobot ikan sidat stadia elver selama pemeliharaan mengalami
peningkatan (Gambar 9). Keseluruhan nilai koefisien keragaman panjang tertinggi
pada hari ke-42 masa pemeliharaan. Hasil akhir koefisien keragaman bobot
tertinggi terjadi pada padat tebar 1.5 g/l dan terendah pada padat tebar 0.5 g/l.
0.400

Padat tebar
elver
0.5 g/l
1.0 g/l
1.5 g/l

0.300
0.200
0.100
0.000

0

14

28

42

56

70

Waktu (hari ke- )

Koefisien Keragaman
Bobot (gram)

Gambar 9 Koefisien keragaman bobot ikan sidat stadia elver dengan padat tebar
berbeda
Keragaman bobot ikan sidat stadia yellow eel mengalami fluktuasi selama
pemeliharaan (Gambar 10). Padat tebar 0.5 dan 1.0 g/l mengalami peningkatan
pada hari ke-0 hingga hari ke-28 atau selama 4 minggu dan kembali meningkat
pada hari ke-56 hingga hari ke-70 . Hal ini berbeda dengan padat tebar 1.5 g/l,
yang berlawanan kurva dengan padat tebar lainnya.
0.800
Padat tebar
yellow eel

0.600

0.5 g/l
1.0 g/l
1.5 g/l

0.400
0.200
0.000
0

14

28
42
56
Waktu (hari ke- )

70

Gambar 10 Koefisien keragaman bobot ikan sidat stadia yellow eel dengan
padat tebar berbeda

12

Pertumbuhan Bobot Rata-rata
Pertumbuhan bobot rata-rata ikan sidat stadia elver selama pemeliharaan
mengalami pertumbuhan terutama pada padat tebar 1.0 g/l. Laju pertumbuhan
bobot rata-rata pada akhir penelitian yang dihasilkan dengan perlakuan padat
tebar 0.5, 1.0, 1.5 g/l berturut-turut sebesar 0.12 g, 0.19 g, dan 0.13 g (Gambar
11). Hasil menunjukan peningkatan pertumbuhan bobot rata rata terjadi mulai hari
ke- 28 hingga hari ke-70, pada hari ke-0 hingga hari ke-28 tidak terjadi
peningkatan yang signifikan.
1.90

Bobot Rata-rata elver
(gram)

1.85
1.80
1.75
1.70
1.65
1.60

0

14

28

42

56

70

0.5g/l

1.66

1.68

1.68

1.74

1.75

1.78

1.0g/l

1.67

1.69

1.70

1.73

1.78

1.86

1.5g/l

1.67

1.69

1.69

1.74

1.79

1.80

Waktu (hari ke- )
0.5g/l
1.0g/l
1.5g/l

Gambar 11 Pertumbuhan bobot rata-rata ikan sidat stadia elver dengan padat
tebar berbeda selama penelitian
Pertumbuhan bobot rata-rata ikan sidat stadia yellow eel selama
pemeliharaan mengalami peningkatan. Laju pertumbuhan bobot rata-rata pada
akhir penelitian yang dihasilkan dengan perlakuan padat tebar 0.5, 1.0, 1.5 g/l
berturut-turut sebesar 17.58 g, 28.14 g, dan 21.41 g (Gambar 10).
46.00

Bobot Rata-rata yellow eel
(gram)

41.00
36.00
31.00
26.00
21.00
16.00

0

14

28

42

56

70

0.5g/l

16.32

22.23

27.18

25.88

28.88

33.90

1.0g/l

17.24

21.14

26.38

26.70

31.23

45.38

1.5g/l

17.51

23.58

27.30

32.75

32.50

38.92

Waktu (hari ke- )
0.5g/l
1.0g/l

1.5g/l

Gambar 12 Pertumbuhan bobot rata-rata ikan sidat stadia yellow eel dengan
padat tebar berbeda selama penelitian

13

Laju Pertumbuhan
Spesifik
(% per hari)

Laju Pertumbuhan Spesifik
Laju pertumbuhan spesifik stadia elver yang tertinggi dihasilkan pada
perlakuan padat tebar 1.0 g/l yaitu sebesar 0.61 %, sedangkan yang terkecil
terjadi pada padat tebar 0.5 g/l yaitu sebesar 0.57 % (Gambar 13).
0.80
0.60

0.57

0.61

0.58

0.5 g/l

1.0 g/l
Padat Tebar

1.5 g/l

0.40
0.20
0.00

Laju Pertumbuhan
Spesifik
(% per hari)

Gambar 13 Laju pertumbuhan spesifik (LPS) (%/hari) ikan sidat stadia elver
dengan padat tebar berbeda
Laju pertumbuhan spesifik stadia yellow eel adalah 3.48%, 3.77% dan
3.62% (Gambar 14). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan sidat stadia yellow
eel pada perlakuan padat tebar 1.0 g/l memiliki laju pertumbuhan spesifik yang
paling tinggi dari padat tebar lainnya.
4.00

3.48

3.77

3.62

0.5 g/l

1.0 g/l
Padat Tebar

1.5 g/l

3.00
2.00
1.00
0.00

Gambar 14 Laju pertumbuhan spesifik (LPS) (%/hari) ikan sidat stadia
yellow eel dengan padat tebar berbeda
Pertumbuhan Biomassa
Selama pemeliharaan, ikan sidat stadia elver mengalami penurunan
(Gambar 15). Biomassa pada akhir penelitian dengan padat tebar 0.5 g/l, 1.0 g/l,
dan 1.5 g/l berturut-turut adalah 622.72, 1280.09, dan 2230.88 g/bak. Penurunan
biomassa ikan pada setiap perlakuan dipengaruhi tingkat kematian. Penurunan
terbesar terjadi pada padat tebar1.0 g/l yaitu sebesar 219.91 g.

Biomassa elver
(gram)

2500.00
2000.00
1500.00
1000.00
500.00
0

14

28

42

Waktu (hari ke- )
0.5g/l
1.0g/l

56

70

1.5g/l

Gambar 15 Pertumbuhan biomassa ikan sidat stadia elver dengan padat tebar
berbeda

14

Biomassa yellow eel
(gram)

Biomassa ikan sidat pada stadia yellow eel mengalami pertumbuhan
(Gambar 16). Biomassa ikan sidat stadia yellow eel pada akhir penelitian dengan
padat tebar 0,5 g/l; 1,0 g/l dan 1,5 g/l berturut-turut adalah 1,254.29; 3,539.7; dan
4;669.97 g/bak.
5,500.00
4,500.00
3,500.00
2,500.00
1,500.00
500.00
0

14

28

42

Waktu (hari ke- )
0.5g/l
1.0g/l

56

70

1.5g/l

Gambar 16 Pertumbuhan biomassa ikan sidat stadia yellow eel dengan padat
tebar berbeda
Efisiensi Pakan
Efisiensi pakan dihitung berdasarkan jumlah pakan yang nyata dimakan
oleh ikan sidat. Efisiensi pakan yang dihasilkan untuk stadia elver pada perlakuan
padat tebar 0.5, 1.0, 1.5 g/l berturut-turut sebesar 0.86%, 2.23%, dan 3.88%
(Gambar 17). Peningkatan efisiensi pakan terjadi pada padat tebar 1.5 g/l dimulai
pada hari ke-28 hingga hari ke-56 lalu menurun pada hingga hari ke-70. Efisiensi
pakan pada padat tebar 0.5 cenderung menurun hingga akhir pemeliharaan
sedangkan pada padat tebar 1.0 g/l cenderung fluktuasi pada setiap samplingnya.
Efisiensi pakan (%)

6.00
5.00

Padat tebar
elver

4.00

0.5g/l
1.0g/l
1.5g/l

3.00
2.00
1.00
0.00
14

28

42

56

70

Waktu (hari ke-)
Gambar 17 Efisiensi pakan ikan sidat stadia elver dengan padat tebar berbeda
selama penelitian
Efisiensi pakan yang dihasilkan ikan sidat stadia yellow eel dengan
perlakuan padat tebar 0.5, 1.0, 1.5 g/l sebesar 29.11%, 50.40% dan 35.62%
(Gambar 18).

Efisiensi pakan (%)

15

100.00
80.00

Padat tebar
Yellow eel

60.00

0.5g/l
1.0g/l
1.5g/l

40.00
20.00
0.00
14

28

42

56

70

Waktu (hari ke-)
Gambar 18 Efisiensi pakan ikan sidat stadia yellow eel dengan padat
tebar berbeda selama penelitian
Rekapitulasi Parameter Fisika Kimia Air
Parameter fisika kimia air sangat mempengaruhi laju metabolism ikan sidat.
Penelitian ini menggunakan sistem resirkulasi, sehingga fisika kimia air dalam
sistem terjaga dengan baik. Parameter yang diambil yaitu DO, suhu, pH, TAN,
nitrit, alkalinitas, dan kesadahan. Berikut ini rekapitulasi parameter fisika kimia
air dengan nilai yang diambil adalah kisaran nilai dari awal hingga akhir masa
pemeliharaan ikan sidat.
Tabel 1 Rekapitulasi Fisika Kimia air ikan sidat stadia elver
Parameter
DO (mg/l)
Suhu (oC)
pH
TAN (mg/l)
Nitrit (mg/l)
Alkalinitas
(mg/l)
Kesadahan
(mg/l)

0.5g/l
5.8-7.7
27.2-27.5
6.69-7.98
0.058-0.188

68-180

Padat Tebar
1.0g/l
1.5g/l
5.5-7.5
27.1-27.9
6.87-7.94
0.050-0.271
0.88-0.99
56-124

85.21-147.99 76.24-139.02

Kisaran Optimal

6.1-7.6
26.6-27.8
6.92-7.93
0.088-0.221

> 3 (Bieniarz et al, 1978)
29-31 (Hasbulloh 1996)
6 – 8 (Ritonga,2014)
3 (Bieniarz et al, 1978)
29-31 (Hasbulloh 1996)
6 -8 (Ritonga,2014)