Analisis tataniaga beras varietas kuriak kusuik di kabupaten agam provinsi Sumatera Barat

ANALISIS TATANIAGA BERAS VARIETAS KURIAK
KUSUIK DI KABUPATEN AGAM PROVINSI
SUMATERA BARAT

ABDUL LUTHFI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Tataniaga
Beras Varietas Kuriak Kusuik di Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Abdul Luthfi
NIM H34090139

iv

ABSTRAK
ABDUL LUTHFI. Analisis Tataniaga Beras Varietas Kuriak Kususik di
Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat. Dibimbing oleh JOKO PURWONO.
Beras varietas Kuriak Kususik adalah salah satu komoditi pangan
unggulan di Kabupaten Agam yang memilki nilai ekonomis. Tujuan penelitian ini
terdiri dari: 1) mengidentifikasi lembaga, saluran, dan fungsi tataniaga beras
kuriak kusuik, 2) mengidentifikasi struktur dan perilaku pasar tataniaga beras
kuriak kusuik, dan 3) menganalisis efisiensi saluran tataniaga berdasarkan
indikator marjin tataniaga, farmer`s share dan rasio keuntungan terhadap biaya.
Pengamatan dilakukan dengan cara observasi dan wawancara menggunakan

metode snowball sampling dengan empat puluh orang responden petani dan lima
belas responden pedagang. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan
kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya delapan saluran tataniaga
beras Kuriak Kusuik yang dikelompokkan menjadi dua, pertama kelompok
saluran yang petaninya menjual hasil panen berupa gabah dan kedua petani yang
menjual hasil panen berupa beras. Pada kelompok saluran pertama, saluran yang
relatif lebih efisien yaitu saluran IV yang melibatkan petani dan pedagang
pengumpul. Pada kelompok saluran kedua, saluran yang relatif lebih efisien yaitu
saluran VII yang melibatkan petani dan pedagang pengecer lokal.
Kata kunci: Pemasaran, beras, efisiensi

ABSTRACT
ABDUL LUTHFI. Kuriak Kususik Rice Variety Marketing Analysis In Agam
Regency Sumatera Barat Province. Supervised by JOKO PURWONO.
Kuriak Kususik rice variety is one of the primary commodities in Agam
Regency that has economic value. This research is aimed to: 1) identify the
institutions, functions and marketing channels, 2) identify the market`s structures
and conducts, and 3) analyze the marketing channels’ efficiency of Kuriak Kusuik
rice based on certain indicators such as marketing margin, farmer’s share, and
revenue per cost ratio. Observations and interviews were conducted to 40 farmers

and 15 merchant middlemen as respondents, using the snowball sampling method.
Quantitative and qualitative analysis were both used in this research where the
quantitative one was used to analyse marketing margin, farmer’s share, and
revenue per cost ratio. The result showed that totally there were 8 marketing
channels of Kuriak Kusuik rice, which could be divided to 2 types of marketing
channels based on their final product: first, the farmers that sell their product in
unhulled paddy form and second, in rice form. At the first type of marketing
channel, the relative efficient channel is the fourth channel that involved the
farmers and the middlemen. On the other hand, the relative efficient channel in the
second type is the seventh channel that involved farmers and local retailers.
Keywords: marketing, rice, efficiency

v

ANALISIS TATANIAGA BERAS VARIETAS KURIAK
KUSUIK DI KABUPATEN AGAM PROVINSI
SUMATERA BARAT

ABDUL LUTHFI


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

vi

vii

Judul Skripsi : Analisis Tataniaga Beras Varietas Kuriak Kusuik di Kabupaten
Agam Provinsi Sumatera Barat
Nama
: Abdul Luthfi

NIM
: H34090139

Disetujui oleh

Ir. Joko Purwono. MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dwi Rachmina M.Si
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

viii

PRAKATA
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, Puji dan syukur penulis panjatkan kepada
Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini

berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak
bulan Januari 2013 ini ialah Tataniaga, dengan judul Analisis Tataniaga Beras
Varietas Kuriak Kususik di Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat.
Skrispsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa bantuan, dukungan dan
arahan dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT, kepada:
1. Bapak Ir. Joko Purwono. MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama pengerjaan skripsi ini.
2. Drs. Wahidul Basri, M.Pd dan Dra. Heffi Alberida, M.Si sebagai orang tua
penulis yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, doa dan kasih
sayang kepada penulis.
3. Abdul Latif Hanafi sebagai saudara kandung dari penulis yang telah
memberiakan dukungan dan semangat kepada penulis.
4. Ibuk Siti Jahroh, Ph,D dan Bapak Rahmat Yanuar, SP MSi sebagai dosen
penguji yang telah memberikan masukan dan saran pada ujian sidang.
5. Saudari Eva Farichatul Aeni, SE sebagai teman dan sahabat yang telah
memberikan banyak masukan dan saran selama pengerjaan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Syofiadi, ibuk Dra. Isnawardani serta keluarga yang telah banyak
membantu dalam pelaksanaan penelitian
7. Ibu Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen pembimbing akademik beserta

seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis yang telah mebantu selama
masa perkuliahan.
8. Rekan-rekan mahasiswa Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor, keluarga besar Ikatan Pelajar dan
Mahasiswa Minang Bogor.
Semoga skripsi ini bermanfaat
.

Bogor, Juni 2014
Abdul Luthfi

ix

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar belakang
Perumusan masalah

Tujuan
Manfaat penelitian
Ruang lingkup dan keterbatasan
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Komoditi
Penelitian Terdahulu
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Berfikir
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Data dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengambilan Sampel
Metode Pengolahan Data
Analisis Data
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Wilayah, Topografi dan Demografi Lokasi Penelitian
Deskripsi Karakteristik Petani Responden

Deskripsi Karakteristik Responden Lembaga Tataniaga
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Lembaga, Saluran dan Fungai Tataniaga
Identifikasi Struktur dan Perilaku Pasar
Analisis Efisiensi Tataniaga
Simpulan dan Saran
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

x
x
x
1
1
3
4
4

4
5
5
6
10
10
18
20
22
22
22
25
26
26
26
29
29
30
33
34

34
44
48
58
58
59
59
61
72

x

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

Produksi padi di Pulau Sumatera 2011-2012 (ton)
Daerah penghasil padi terbesar di Sumatera Barat 2011-2012
Penelitian terdahulu
Struktur pasar
Karakteristik umur petani responden
Tingkat pendidikan formal
Sifat usahatani responden
Luas lahan yang diusahakan
Status pengusahaan lahan
Pengalaman berusahatani padi
Karakteristik pedagang responden
Jumlah petani yang menjual gabah ke lembaga tataniaga
Distribusi penjualan gabah (setara beras) oleh petani
Distribusi penjualan beras pedagang pengumpul di lokasi penelitian
Volume distribusi beras setiap saluran
Farmer's share setiap saluran tataniaga beras di lokasi penelitian
Efisiensi tataniaga berdasarkan indikator efisiensi tataniaga

1
2
9
17
30
31
31
32
32
33
34
38
38
39
49
53
55

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.

Hubungan Antara Fungsi-fungsi Pertama dan Turunan terhadap
Marjin Tataniaga dan Nilai Tataniaga
Kerangka Pemikiran Operasional
Saluran umum tataniaga beras Kuriak Kusuik di Lokasi Penelitian

14
22
37

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga setiap saluran
Biaya, marjin tataniaga beras Kuriak Kusuik di Kecamatan Tilatang
kamang
Biaya tataniaga beras tiap saluran
Marjin tataniaga Beras Kuriak Kusiak di Kecamatan Tilatang Kamang
Fungsi tataniaga Beras Kuriak Kusiak di Kecamatan Tilatang Kamang
Cost marjin
Profit marjin
Dokumentasi penelitian

61
62
64
66
67
68
69
70

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting
dalam perekonomian nasional hal ini dapat dilihat dari sumbangannya terhadap
PDB, penyedia lapangan kerja dan penyediaan pangan dalam negeri. Dilihat dari
data statistik tahun 2009 sampai 2011, pertanian menyumbang PDB yang cukup
besar bagi Indonesia. Tahun 2009 sumbangan pertanian terhadap PDB adalah
sebesar 295.9 triliun, pada tahun 2010 pertanian menyumbang PDB sebesar 304.7
triliun dan pada tahun 2011 PDB dari bidang pertanian adalah sebesar 313.7
triliun (BPS,2012). Hal ini berarti sektor pertanian mengalami peningkatan setiap
tahunnya dilihat dari jumlah PDB yang dihasilkan.
Komoditi pertanian tanaman pangan yang paling banyak dibudidayakan di
Indonesia adalah padi. Beras yang merupakan olahan dari padi adalah bahan
makanan pokok utama bagi hampir seluruh rakyat Indonesia. Hasil panen gabah
dari tahun 2009 sampai 2011 menunjukkan peningkatan. Jumlah panen gabah
berturut-turut dari tahun 2009 sampai 2011 yaitu sebanyak 64 398 890 ton pada
tahun 2009, 66 411 469 ton pada tahun 2010 dan 67 307 324 ton pada akhir tahun
2011 (BPS,2012). Dari data BPS ini diketahui panen padi mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Namun jumlah ini tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan beras nasional. Hal ini diketahui dari adanya impor yang dilakukan
setiap tahun untuk memenuhi kebutuhan beras nasional.
Tabel 1 Produksi padi di Pulau Sumatera 2011-2012 (ton)1
Provinsi
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Kepulauan Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Kepulauan Bangka Belitung
Bengkulu
Lampung
Total

2011
1 772 962
3 607 403
2 279 602
535 788
1 223
646 641
3 384 670
15 211
502 552
2 940 795
15 686 847

2012
1 788 738
3 715 514
2 368 390
512 152
1 323
625 164
3 259 247
22 395
581 910
3 101 455
15 976 288

Hampir semua daerah di Indonesia dapat ditanami padi, namun tidak semua
daerah dapat memenuhi kebutuhan beras bagi daerah mereka sendiri karena
1

http://bps.go.id/publications/publikasi2013.php Produksi Padi, Jagung dan Kedelai
(Angka Ramalan I Tahun 2013). Diadaptasi dari tabel Perkembangan Produksi Padi, Jagung dan
Kedelai Menurut Provinsi, 2011-2012 dan 2012-2013 (diakses tanggal 19 Mei 2014)

2

keterbatasan sumberdaya yang dimiliki. Banyak provinsi yang kekurangan
pasokan beras sehingga harus mendatangkan pasokan beras dari provinsi lain
yang memiliki pasokan beras cukup besar. Hal ini menimbulkan adanya
perdagangan antar provinsi di Indonesia. Sumatera Barat termasuk salah satu
provinsi penghasil beras terbesar di Pulau Sumatera. Total panen gabah dari setiap
provinsi yang ada di Pulau Sumatera dapat dilihat pada Tabel 1.
Sumatera Barat menempati posisi keempat dari total panen gabah di Pulau
Sumatera. Sumatera Barat sebagai salah satu lumbung beras nasional menyangga
kebutuhan beras beberapa provinsi seperti Riau, Jambi dan Bengkulu. Salah satu
daerah penghasil padi dengan jumlah yang cukup besar di Sumatera Barat yaitu
Kabupaten Agam. Produksi padi di Kabupaten Agam menempati posisi kedua
dari beberapa daerah penghasil padi di Sumatera Barat. Padi merupakan salah satu
komoditi unggulan di Kabupaten Agam dilihat dari total panen gabah.
Tabel 2 Daerah penghasil padi terbesar di Sumatera Barat 2011-2012 (ton)
Nama Daerah
Kabupaten Solok
Kabupaten Agam
Kabupaten Pesisir Selatan
Kabupaten Padang Pariaman
Kabupaten Tanah Datar

2011
304 200
275 448
264 030
251 038
237 067

2012
307 027
296 883
261 468
251 509
249 758

Sumber: Sumatera Barat dalam angka 2012 (diolah)

Selain total panen yang cukup besar, Kabupaten Agam memiliki satu padi
yang menjadi varietas unggulan lokal yaitu varietas Kuriak Kusuik. Padi Kuriak
Kusuik merupakan salah satu komoditi unggulan lokal yang dilepas oleh
Departemen Pertanian RI melalui keputusan Menteri Pertanian pada tahun 2009 2.
Padi Kuriak Kusuik memiliki beras dengan jenis pera dimana nasi yang
dihasilkan dari beras jenis ini lunak dan mudah terpisah setiap bulirnya.
Konsumen di Sumatera Barat lebih menyukai beras dengan jenis ini dibandingkan
jenis beras pulen. Permintaan terhadap beras Kuriak Kusuikdi Sumatera Barat
cukup tinggi.
Padi yang berasal dari Kabupaten Agam tidak hanya dipasarkan di daerah
Sumatera Barat tetapi juga di beberapa daerah di luar Sumatera Barat seperti Riau
dan kepulauan Riau. Data BPS menunjukkan produksi padi kedua provinsi ini
tidak terlalu besar. Hal ini membuat Riau dan Kepulauan Riau harus
mendatangkan pasokan beras dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhannya.
Selain itu, banyaknya jumlah masyarakat Sumatera Barat yang merantau keluar
Sumatera Barat membuat permintaan akan beras dari Kabupaten Agam semakin
meningkat. Permintaan dari masyarakat Sumatera Barat yang merantau
mendorong terjadinya perdagangan antar daerah tidak hanya disebabkan oleh
kurangnya pasokan beras namun juga kerena permintaan dari konsumen dengan
spesifikasi tertentu. Adanya perdagangan antar daerah dan permintaan yang tinggi
2

http;//sumbar.litbang.deptan.go.id/ind/index.php. Padi Unggul Lokal Spesifik Sumatera Barat.
(diakses tanggal 19 Mei 2014)

3

akan beras Kuriak Kusuik membuat penelitian tentang tataniaga beras varietas ini
perlu dilakukan. Penelitian ini ditujukan untuk melihat apakah kegiatan tataniaga
beras Kuriak Kusuik sudah efisien dan memberikan kepuasan pada setiap pelaku
kegiatan tataniaga yang terlibat.
Perumusan Masalah
Berdasarkan penelitian terdahulu, perbedaan harga yang terlalu besar
merupakan satu hal yang mengindikasikan inefisiensi. Pada kegiatan tataniaga
suatu produk pertanian, efisiensi adalah hal yang ingin dicapai. Kegiatan tataniaga
yang efisien mengindikasikan akan memberikan kepuasan pada setiap pelaku
yang terlibat dalam kegiatan tataniaga mulai dari produsen, konsumen, dan
lembaga tataniaga yang terlibat.
Ada banyak hal yang dilakukan untuk menyampaikan produk ke tangan
konsumen. Setiap cara penyampaian produk ini membutuhkan bantuan beberapa
pihak agar kegiatan penyampaian produk berjalan lancar, seperti bantuan
pedagang pengumpul, pedagang besar, pengecer dan pihak lain yang mungkin
memiliki peran dalam kegiatan tataniaga. Peranan setiap lembaga tataniaga ini
akan meningkatkan harga produk karena adanya biaya tataniaga yang ditanggung
oleh setiap lembaga yang berperan. Biaya tataniaga ini akan dibebankan kepada
konsumen dengan cara menaikkan harga jual atau dibebankan kepada produsen
dengan cara memperkecil bagian yang diterima produsen dari harga yang
dibayarkan konsumen.
Kabupaten Agam merupakan salah satu Kabupaten penghasil beras terbesar
di Provinsi Sumatera Barat. Kegiatan tataniaga merupakan hal yang penting
diketahui untuk melihat tindakan-tindakan dalam proses penyampaian barang dari
tingkat produsen ke tingkat konsumen melalui berbagai kegiatan sehingga suatu
komoditi dapat sampai dari tangan produsen kepada konsumen. Akan tetapi
berdasarkan berbagai informasi yang diperoleh di lapangan, masih terdapat
masalah tataniaga terutama pada beras di Kabupaten Agam.
Dari survei awal yang dilakukan di lokasi penelitian, diketahui harga gabah
kering panen (GKP) di tingkat petani berada pada kisaran Rp3 500-Rp4 000/kg.
Sementara itu harga beli beras konsumen akhir di tingkat pengecer berada pada
kisaran Rp 10 000-Rp11 000/kg. Hasil survei awal menunjukkan perbedaan harga
pada tingkat petani dengan konsumen akhir yang melebihi dua kali lipat.
Perbedaan yang cukup besar ini mengindikasikan adanya inefisiensi pada kegiatan
tataniaga beras di Kabupaten Agam.
Berdasarkan wawancara awal dengan petani, juga diketahui bahwa tidak ada
kegiatan pembelian yang dilakukan oleh Bulog Provinsi Sumatera Barat di lokasi
penelitian. Harga yang cukup tinggi ini bisa disebabkan oleh tidak adanya peran
bulog sebagai pengontrol harga bahan pangan pokok di lokasi penelitian. Petani
tidak memiliki alternatif penjualan yang bisa digunakan selain kepada pedagang
perantara.
Kemudian belum adanya peran aktif dari kelompok tani di daerah
penelitian. Hal ini membuat petani tidak memiliki alternatif penjualan hasil panen
selain kepada pedagang perantara. Petani tidak memilki kekuatan yang besar
untuk mempengaruhi harga panen karena masih berusaha secara individu. Selain
itu, petani juga tidak memiliki akses terhadap bantuan pemerintah karena tidak

4

adanya kelompok yang mewadahi mereka. Pemerintah tidak mengetahui
permasalahan yang dihadapi petani terutama untuk pengembangan padi varietas
unggulan lokal yang ada.
Mengacu pada uraian tersebut dapat dirumuskan beberapa permasalahan
mengenai kegiatan tataniaga beras Kuriak Kusuik di Kabupaten Agama berikut:
1. Bagaimana saluran tataniaga dan fungsi yang dijalankan oleh setiap lembaga
tataniaga yang berperan dalam tataniaga beras di Kabupaten Agam Sumatera
Barat?
2. Bagaimana efisiensi saluran tataniaga beras berdasarkan marjin tataniaga,
farmer`s share dan rasio keuntungan terhadap biaya yang terjadi di Kabupaten
Agam?
3. Bagaimana struktur pasar dan perilaku pasar yang terjadi dalam kegiatan
tataniaga beras di Kabupaten Agam Sumatera Barat?
Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan,
maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi model saluran tataniaga beras Kuriak Kusuikdi Kabupaten
Agam Sumatera Barat serta fungsi yang dijalankan setiap lembaga tersebut.
2. Mengidentifikasi pola yang efisien untuk saluran tataniaga beras Kuriak
Kusuikberdasarkan indikator marjin tataniaga, farmer`s share dan rasio
keuntungan terhadap biaya di Kabupaten Agam.
3. Mengidentifikasi struktur dan perilaku pasar yang terjadi dalam kegiatan
tataniaga beras Kuriak Kusuikdi Kabupaten Agam.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan
pertimbangan bagi para pengambil keputusan dalam menentukan kebijakan
tataniaga beras sehingga tidak merugikan pihak yang terlibat dalam kegiatan
tataniaga beras di Kabupaten Agam. Bagi petani diharapkan adanya tulisan ini
menjadi referensi untuk melihat bagaimana saluran yang relatif lebih efisien
sehingga petani dapat melakukan usaha meningkatkan efisiensi saluran yang
dilalui. Selain itu, tulisan ini diharapkan dapat memotivasi petani terus menanam
dan meningkatkan produktivitas padi di kabupaten Agam Sumatera Barat.
Penelitian ini diharapkan pula dapat menjadi tambahan referensi untuk penelitian
selanjutnya.
Ruang Lingkup dan Keterbatasan
Kajian tataniaga beras ini mencakup integrasi aliran barang dan informasi
mulai dari sumber (petani) hingga pengiriman barang ke konsumen akhir.
Penelitian difokuskan untuk melihat bagaimana saluran pemasaran yang sudah
ada. Penelitian dibatasi pada tataniaga beras dengan varietas Kuriak Kusuik di
Kecamatan Tilatang Kamang yang merupakan varietas unggulan lokal di
Kabupaten Agam

5

TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Komoditi
Beras merupakan hasil olahan dari produk pertanian yaitu gabah yang
berasal dari tanaman padi (Oryza sativa). Pada sub-bab ini akan dijelaskan
gambaran umum mengenai padi, beras dan juga keunikan varietas padi yang
ditanaman di daerah Kabupaten Agam sumatera Barat.
Gambaran Umum Padi
Tanaman padi merupakan tanaman pangan utama bagi rakyat Indonesia.
Dari tanaman ini akan dihasilkan beras yang merupakan makanan pokok bagi
hampir seluruh rakyat Indonesia setelah diolah menjadi nasi. Tingginya
permintaan beras di Indonesia membuat pemerintah harus memberikan perhatian
khusus terhadap ketersediaan komoditi ini. Ketersediaan beras dalam negeri dapat
dipenuhi dari hasil budidaya dalam negeri ataupun dari impor beras oleh
pemerintah.
Tanaman padi (Oryza sativa) memiliki banyak varietas yang ditanam
diberbagai negara dengan ciri masing-masing. Berbagai varietas padi ini
menghasilkan beras dengan rasa, aroma dan kepulenan yang berbeda. Menurut
Siregar (1987), tanaman padi termasuk ke dalam golongan tumbuhan Graminae
dengan ciri berupa batang yang tersusun dari beberapa ruas. Setiap varietas padi di
dunia tidak ada yang memiliki ciri fisik sama. Namun beberapa varietas memiliki
beberapa kesamaan, sehingga dari berbagai varietas yang ada ini, padi secara
umum dapat digolongkan menjadi:
1. Golongan indica, yang terdapat di daerah dengan iklim tropis
2. Golongan Yaponica/Sub-Yaponica/Indo-Yaponica, yang terdapat di daerah
dengan iklim selain tropis.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, varietas padi yang ada terus
berkembang dan bertambah banyak. Hal ini dapat disebabkan oleh persilangan
antar varietas atau rekayasa genetika yang dilakukan oleh peneliti. Saat ini
sebagian besar padi yang ditanam oleh petani merupakan varietas baru yang
memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan padi tetuanya.
Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2008) varietas unggul yang
ditanam petani di Indonesia umumnya adalah varietas padi Ciherang, IR 64,
Situbagendit, Mekong dan Sinantur.
Gambaran umum Beras
Beras merupakan hasil olahan dari gabah yang berasal dari tanaman padi.
Untuk menjadi beras, gabah tersebut perlu melalui beberapa tahapan. Setelah
dipanen, tanaman padi harus dirontokkan malainya sehingga didapatkan gabah
kering panen (GKP). Selanjutnya gabah tersebut dijemur hingga kering sehingga
dihasilkan gabah kering giling (GKG). Gabah kering giling ini memiliki kadar air
14 % dari kadar air awal sehingga gabah tersebut siap untuk digiling menjadi
beras (Deptan, 2012). proses selanjutnya yaitu penggilingan gabah kering giling
sehingga caryopsis terlepas dari pericarpus dan lapisan aleuron-nya. Bagian
caryopsis itulah yang disebut sebagai beras (Siregar, 1987).

6

Beras yang menjadi sumber karbohidrat utama sebagian besar rakyat
Indonesia membuat permintaan terhadap komoditi ini sangat tinggi. Tingginya
permintaan masyarakat terhadap beras membuat beras menjadi salah satu
komoditi yang sangat penting bagi rakyat Indonesia. Menurut Sawit dan Lakollo
(2007), beras saat ini tidak hanya merupakan komoditi ekonomi namun juga
komoditi sosial politik. Hal ini disebabkan ketersediaan beras dapat
mempengaruhi kondisi ekonomi makro, inflasi, ketahanan pangan, pengangguran
dan kemiskinan.
Karakteristik Beras Kuriak Kususik
Petani di daerah Kabupaten Agam Sumatera Barat sebagian besar
membudidayakan padi dengan varietas Kuriak Kusuikyang merupakan padi
varietas unggul lokal. Padi varietas ini telah diresmikan oleh pemerintah
Kabupaten Agam sebagai padi varietas unggul lokal spesifik dan telah diakui oleh
tim Pelepasan Varietas di Bogor pada tahun 2009.
Padi varietas ini merupakan jenis beras pera. Beras varietas memiliki tekstur
yang lunak dan akan terpisah setiap bulirnya setelah diolah menjadi nasi. Padi
varietas ini berkembang pada beberapa daerah dataran tinggi Sumatera Barat
seperti di Kabupaten Agam, Kota Bukittinggi, Kabupaten Tanah Datar dan Kota
Padang Panjang. Namun daerah penghasil utama dari varietas ini adalah
Kabupaten Agam. Dari pengujian BPTP Sumatera Barat dan BPSB Sumatera
Barat didapatkan hasil 5.32 ton/Ha sampai 6.25 ton/Ha untuk produktivitas
varietas ini. Umur masak varietas ini berkisar 135-155 hari dengan tinggi tanaman
rata-rata 90-110 cm (Deptan Sumbar, 2012).
Penelitian Terdahulu
Beberapa judul penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan system
tataniaga, diantaranya adalah:
Analisis Tataniaga Rumput Laut di Desa Kutuh dan Kelurahan Benoa,
Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali oleh Mahayana
(2012). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahayana menunjukkan ada tiga
saluran tataniaga rumput laut yang melibatkan petani, kelompok tani, pedagang
pengumpul, agen perantara dan eksportir. Saluran tataniaga pertama melibatkan
kelompok tani, agen perantara dan eksportir yang berada di Surabaya. Saluran
tataniaga kedua melibatkan petani, pedagang pengumpul A dan eksportir yang ada
di Bali. Kemudian saluran tataniaga ketiga melibatkan petani, pedagang
pengumpul B dan eksportir yang ada di Bali. Penentuan harga biasanya dikuasai
oleh lembaga tataniaga yang memiliki kedudukan lebih tinggi. Dari penelitian
yang dilakukan oleh Mahayana diketahui bahwa saluran tataniaga yang paling
efisien dari ketiga saluran adalah saluran pertama yang melibatkan kelompok tani,
pedagang perantara dan eksportir. Hasil analisis marjin tataniaga pada saluran ini
didapatkan marjin tataniaga sebesar Rp 1.333,00 per kilogram rumput laut kering
dan hasil analisis farmer`s share didapatkan nilai 88,23%. Saluran ini juga
mampu menghasilkan rumput laut kering sesuai dengan kualitas yang diharapkan
yaitu kadar air 35 persen.

7

Penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan tataniaga yaitu Analisis
Tataniaga Beras di Indonesia (Kasus Jawa Barat dan Sulawesi Selatan) oleh
Kusumah (2011). Penelitian oleh kusumah dilakukan di dua tempat yaitu di Jawa
barat yang merupakan salah satu pemasok beras utama untuk wilayah Indonesia
bagian barat dan di Sulawesi Selatan yang merupakan pemasok beras utama untuk
wilyah Indonesia bagian timur. Lembaga tataniaga yang diketahui dari hasil
penelitian ini yaitu komisioner yang hanya terdapat di daerah Jawa Barat,
kemudian tengkulak, pengumpul luar derah, penggilingan, pedagang grosir,
pedagang grosir luar daerah, dan pedagang ritel. Penelitian di daerah jawa Barat
dilakukan pada Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Karawang yang merupakan
daerah sentra beras untuk Jawa Barat. Dari penelitian di Kabupaten Cianjur
diketahui ada enam saluran tataniaga beras yang dilalui dari petani sampai kepada
konsumen akhir. Saluran tataniaga paling efisien yaitu saluran keenam untuk
Kabupaten Cianjur yang melibatkan petani, tengkulak, pedagang grosir, pedagang
ritel dan konsumen individu. Pada penelitian di Kabupaten Karawang, diketahui
ada sepuluh saluran tataniaga beras. Dari sepuluh saluran yang ada, saluran yang
paling efisien yaitu saluran kesepuluh yang melibatkan petani, pedagang grosir,
pedagang ritel dan konsumen akhir. Daerah yang menjadi tempat penelitian untuk
wilayah Sulawesi Selatan yaitu Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Wajo. Pada
Kabupaten Soppeng diketahui ada tiga belas saluran tataniaga beras yang biasa
digunakan dan saluran tataniaga yang paling efisien yaitu saluran kesepuluh yang
melibatkan petani, tengkulak, penggilingan, pedagang grosir, pedagang ritel dan
konsumen individu. Sedangkan pada Pada Kabupaten Wajo, diketahui ada empat
belas saluran tataniaga beras dan saluran yang paling efisien yaitu saluran empat
belas dengan pola saluran dari petani, penggilingan, pedagang grosir, pedagang
ritel dan konsumen individu.
Penelitian selanjutnya mengenai tataniaga yaitu penelitian yang dilakukan
oleh I Wayan Rusastra, Benny Rachman, Sumedi, dan Tahlim Sudaryanto yang
berjudul Struktur Pasar dan Pemasaran Gabah-Beras dan Komoditas Kompetitor
Utama. Pada penelitian ini dibahas mengenai tataniaga beras serta beberapa
competitor utamanya di pasaran pada beberapa provinsi di Indonesia. Kemudian
juga dilihat hubungannya dengan harga pangan impor yang ada di Indonesia.
Penelitian ini dilakukan di tujuh kabupaten yang memiliki pasokan beras cukup
besar yaitu Majalengka, Indramayu, Klaten, Kediri, Ngawi, Agam dan Sidrap.
Dari hasil identifikasi lembaga tataniaga, diketahui mayoritas lembaga yang
berperan pada tujuh kabupaten ini adalah petani, pedagang pengumpul, pedagang
besar kabupaten, padagang besar luar kabupaten, rice milling unit (RMU) dan
koperasi. Struktur pasar yang dihadapi pada ketujuh kabupaten tersebut umumnya
ada banyak penjual dan pembeli, pembayaran dilakukan sacara tunai dan pentani
bebas menjual hasil panennya kepada lembaga yang diinginkan. Petani di
Kabupaten Klaten cenderung menjual hasil panen dengan sistem tebas, kemudian
petani di Kabupaten Ngawi dan Sidrap cenderung menjual hasil panen dalam
bentuk gabah kering panen, petani di Kabupaten Indramayu, Majalengka dan
Kediri cenderung menjual hasil panen dalam bentuk gabah kering giling dan
petani di Kabupaten Agam cenderung menjual dalam bentuk beras. Marjin
tataniaga rata-rata terbesar terdapat di Kabupaten Majalengka dan Kabupaten
Indramayu yaitu sebesar Rp453/kg beras. Farmer`s share rata-rata pada semua
kabupaten yaitu 81.8%. Pada penelitian ini tidak dilakukan analisis efisiensi

8

tataniaga, hanya melihat seberapa besar marjin, farmer`s share dan bagaimana
struktur serta perilaku pasar yang terjadi pada kegiatan tataniaga beras setiap
kabupaten.
Selanjutnya penelitian yang berhubungan dengan tataniaga yaitu penelitian
oleh Aditama tahun 2011 dengan judul Analisis Tataniaga Beras di Desa Keduren,
Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak. Dari penelitian ini diketahui bahwa ada
enam saluran tataniaga beras di Desa Keduren dengan lembaga yang berperan di
dalamnya yaitu petani, tengkulak, Rice Milling Unit (RMU), pedagang grosir,
pedagang ritel dan konsumen akhir. Berdasarkan analisis efisiensi tataniaga,
saluran tataniaga yang paling efisien yaitu saluran 1B dilihat dari marjin tataniaga
dan farmer`s share. Saluran 1B melibatkan petani, tengkulak, RMU, pedagang
grosir, dan subdivre BLOG. Analisis marjin tataniaga didapatkan marjin sebesar
Rp 1 464.00 untuk saluran 1B yang merupakan marjin terkecil dari semua saluran.
Berdasarkan analisis farmer`s share didapatkan nilai 71 persen untuk saluran 1B.
Walaupun dari analisis rasio keuntungan dan biaya, saluran 1B bukanlah saluran
dengan rasio keuntungan terbesar namun melihat dari marjin tataniaga dan
farmer`s share saluran 1B merupakan saluran yang paling efisien.
Analisis Usahatani dan Tataniaga Padi Varietas Unggul (Studi Kasus Padi
Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur) oleh Ghandi
(2008). Penelitian yang dilakukan oleh Ghandi ini menemukan sepuluh saluran
tataniaga untuk beras dengan jenis Pandan Wangi di kabupaten Cianjur. Saluran
ini tidak hanya memasarkan beras Pandan Wangi murni namun juga beras Pandan
Wangi campuran. Lembaga tataniaga yang terlibat pada tataniaga beras Pandan
Wangi ini yaitu petani, pedagang pengumpul, pedagang besar daerah, pedagang
besar luar daerah, pasar swalayan, pedagang pengecer daerah, dan pedagang
pengecer luar daerah. Fungsi yang dilakuakn setiap lembaga tataniaga ini mulai
dari fungsi pertukaran, fungsi pengadaan secara fisik, dan fungsi pelancar.
Saluran tataniaga yang ditemukan yaitu:
A. petani, pedagang pengumpul, pedagang pengecer daerah, konsumen.
B. petani, pedagang pengumpul, pedagang besar daerah, pedagang pengecer,
konsumen
C1. petani, pedagang pengumpul, pedagang besar luar daerah, supermarket
(Hero), konsumen
C2. petani, pedagang pengumpul, pedagang besar luar daerah, Hypermarket
(Carefour), konsumen
D1. petani, pedagang pengumpul, pedagang besar luar daerah, konsumen
(kepala).
D2. petani, pedagang pengumpul, pedagang besar luar daerah, konsumen
(super).
E1 petani, pedagang besar daerah, konsumen (kepala)
E2. petani, pedagang besar daerah, konsumen (super)
10A. petani, pedagang besar daerah, pengecer luar daerah, konsumen (kepala).
10B. petani, pedagang besar daerah, pengecer luar daerah, konsumen (super).
Berdasarkan hasil analisis margin tataniaga dan farmer`share yang
dilakukan untuk mengetahui efisiensi saluran tataniaga, didapatkan hasil yaitu
saluran E2 merupakan saluran yang paling efisien untuk saluran tataniaga beras
Pandan Wangi jenis super dan saluran E1 merupakan saluran tataniaga paling

9

efisien untuk beras Pandan Wangi jenis kepala. Saluran E2 memiliki nilai marjin
tataniaga sebesar 46.48 persen dan nilai farmer`s share sebesar 53.52 persen.
Saluran E1 memiliki marjin tataniaga sebesar 48.93 persen.
Keterkaitan dengan penelitian terdahulu
Pada beberapa penelitian terdahulu tentang tataniaga yang dijelaskan pada
sub-bab sebelumnya diketahui ada beberapa analisis yang umum digunakan oleh
para peneliti. Analisis yang digunakan yaitu analisis mengenai saluran tataniaga
beserta lembaga yang berperan didalamnya, analisis struktur pasar yang terbentuk
pada setiap lembaga, perilaku para pelaku pasar, serta efisiensi saluran tataniaga
yang diukur melalui analisis farmer`s share dan marjin tataniaga.
Tabel 3
No
1

2

3

3

4

Penelitian terdahulu

Peneliti
Mahayana
(2012)

Judul
Alat analisis
Analisis Tataniaga Rumput Laut di Analisis fungsi, saluran dan
Desa Kutuh dan Kelurahan Benoa, lembaga tataniaga, analisis
Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten struktur
pasar,
perilaku
Badung, Provinsi Bali.
pasar, farmer`s share, marjin
tataniaga, rasio keuntungan
dan biaya, efisiensi tataniaga.
Kusumah
Analisis Tataniaga Beras di Indonesia Analisis fungsi, saluran dan
(2011)
(Kasus Jawa Barat dan Sulawesi lembaga tataniaga, struktur
Selatan).
dan perilaku pasar, efisiensi
tataniaga (biaya, marjin dan
farmer`s share).
I wayan Struktur Pasar dan Pemasaran Gabah- Analisis
lembaga
dan
Rusastra
Beras dan Komoditas Kompetitor saluran tataniaga, analisis
dkk
Utama
marjin dan farmer`s share,
analisis perilaku dan struktur
pasar.
Aditama
Analisis Tataniaga Beras di Desa Lembaga
dan
saluran
(2011)
Keduren,
Kecamatan
Wedung, tataniaga, nalisis efisiensi
Kabupaten Demak.
tataniaga (marjin, farmer`s
share dan ratio keuntungan
dan biaya), analisis struktur
pasar, dan perilaku pasar.
Ghandi
Analisis Usahatani dan Tataniaga Analisis
pendapatan
(2008)
Padi Varietas Unggul (Studi Kasus usahatani, fungsi tataniaga,
Padi Pandan Wangi di Kecamatan lembaga
dan
saluran
Warungkondang, Kabupaten Cianjur). tataniaga, biaya dan marjin
tataniaga, efisiensi tataniaga,
struktur pasar.

Pada penelitian ini, dilakukan analisis mengenai sistem tataniaga beras di
Kabupaten Agam Sumatera Barat. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan
penelitian terdahulu terutama pada alat analisis yang digunakan. Analisis yang
dilakukan yaitu analisis saluran tataniaga, fungsi setiap lembaga tataniaga,
struktur dan perilaku pasar pada masing-masing lembaga, serta analisis efisiensi

10

tataniaga berdasarkan farmer`s share, marjin tataniaga dan rasio keuntungan
terhadap biaya. Penelitian tentang sistem tataniaga beras sudah cukup banyak
dilakukan oleh peneliti terdahulu, namun belum ada penelitian yang dilakukan
didaerah Kabupaten Agam dengan varietas kuriak kusuik

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Tataniaga
Para ahli yang mendalami tataniaga memiliki pemahaman dan pengertian
masing-masing tentang konsep tataniaga. Limbong dan Sitorus (1987)
mengartikan tataniaga sebagai semua kegiatan usaha yang berhubungan dengan
perpindahan hak milik dan fisik suatu barang pertanian dari tangan produsen
kepada konsumen yang juga mencakup kegiatan tertentu yang merubah fisik dari
barang untuk memudahkan penyaluran barang tersebut. Pertukaran barang dalam
kegiatan tataniaga dapat terjadi dalam lima kondisi yaitu adanya dua pihak dimana
kedua pihak memiliki sesuatu yang berharga untuk dipertukarkan. Kemudian
kedua pihak mampu berkomunikasi dan melakukan pertukaran, kedua pihak
bebas untuk menolak atau menerima tawaran dari pihak lain.
Kemudian Asmarantaka (2012) mengatakan tataniaga dapat ditinjau dari
dua aspek yaitu aspek ilmu ekonomi dan aspek ilmu manajemen. Pengertian dari
aspek ilmu ekonomi, tataniaga merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub-sub
sistem fungsi-fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas. Fungsi
ini merupakan aktivitas bisnis atau kegiatan produktif dalam mengalirnya produk
atau jasa pertanian dari petani sampai konsumen akhir. Pengertian dari aspek ilmu
manajemen menyebutkan tataniaga adalah suatu proses sosial dan manajerial yang
didalamnya terdapat individu atau kelompok untuk mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan
produk yang bernilai dengan pihak lain. Manajemen tataniaga merupakan kajian
secara individu dari konsumen sebagai pemakai dan produsen sebagai suatu
perusahaan yang melakukan aktivitas bisnis dalam sistem pemasaran.
Hanafiah dan Saeffudin (2006) menjelaskan bahwa aktivitas tataniaga erat
kaitannya dengan penciptaan atau penambahan nilai guna dari suatu produk baik
barang atau jasa, sehingga tataniaga termasuk ke dalam kegiatan yang produktif.
Kegunaan yang diciptakan oleh aktivitas tataniaga meliputi kegunaan tempat,
kegunaan waktu dan kegunaan kepemilikan.
Hammond and Dahl (1975) mengartikan tataniaga pertanian merupakan
serangkaian tahapan, fungsi yang diperlukan untuk memperlihatkan pergerakan
input atau produk dari tingkat produksi primer (usahatani) hingga konsumen
akhir. Hal tersebut dapat dilihat dari pelaksanaan fungsi ataupun hubungan antara
lembaga tataniaga yang terlibat.
Dari beberapa pendapat ahli yang telah disebutkan, dapat diambil
kesimpulan bahwa tataniaga merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk memindahkan hak milik dan juga fisik dari suatu komoditi pertanian dari
produsen kepada konsumen akhir dengan melibatkan berbagai pihak. Pada

11

kegiatan ini tidak tertutup kemungkinan adanya perubahan fisik barang sesuai
dengan kebutuhan dari pelaku tataniaga.
Kegiatan tataniaga melibatkan banyak pihak untuk bisa menyampaikan
barang dari produsen kepada konsumen akhir. Pihak-pihak yang terlibat biasa
disebut dengan lembaga tataniaga. Lembaga-lembaga yang dilalui oleh suatu
komoditi juga akan memperlihatkan suatu saluran yang disebut dengan saluran
tataniaga.
Lembaga dan Saluran Tataniaga
Lembaga tataniaga berkaitan dengan pihak yang menjalankan kegiatan
tataniaga. Hanafiah dan Saeffudin (2006) menyatakan lembaga tataniaga
merupakan badan-badan yang menyelenggarakan fungsi atau kegiatan tataniaga
yang membuat barang berpindah dari tangan produsen kepada konsumen.
Asmarantaka (2012) menyatakan lembaga tataniaga adalah berbagai organisasi
bisnis atau kelompok bisnis yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran. Sementara
itu, Limbong dan Sitorus (1987) menyatakan lembaga tataniaga adalah suatu
badan yang melaksanakan kegiatan tataniaga atau pemasaran. Limbong dan
Sitorus juga membagi lembaga tataniaga berdasarkan fungsi dan penguasaan
terhadap barang.
Lembaga tataniaga menurut fungsinya terbagi menjadi tiga. Pertama
lembaga fisik, yaitu lembaga tataniaga yang mejalankan fungsi fisik seperti
penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan. Kemudian lembaga perantara yang
melakukan fungsi-fungsi pertukaran seperti grosir dan pengecer. Terakhir
lembaga fasilitas yang menjalankan fungsi fasilitas tataniaga seperti informasi
pasar, lembaga perkreditan dan KUD.
Lembaga tataniaga juga dibagi berdasarkan penguasaan terhadap barang.
Pertama, lembaga yang memiliki dan menguasai barang, lembaga ini seperti
pedagang pengumpul, grosir, pengecer dan eksportir. Kedua, lembaga yang tidak
memiliki barang tetapi menguasai barang, lembaga ini seperti pedagang perantara,
broker dan tempat pelelangan. Terakhir lembaga yang tidak memiliki dan tidak
menguasai barang, lembaga ini biasanya menjalankan fungsi fasilitas seperti
penggudangan dan pengangkutan.
Tataniaga merupakan suatu aktivitas pemasaran yang bertujuan untuk
menyampaikan produk dari tangan produsen kepada konsumen. Kegiatan ini
melibatkan beberapa lembaga tataniaga yang akan membentuk sebuah saluran
tataniaga. Menurut Limbong dan Sitorus (1987) saluran tataniaga merupakan
himpunan perusahaan dan perorangan yang mengambil alih hak atau membantu
dalam pengalihan hak suatu barang tertentu sehingga berpindah dari tangan
produsen kepada konsumen.
Kegiatan tataniaga setiap produk memiliki struktur saluran tataniaga yang
berbeda dan melalui lembaga tataniaga yang berbeda pula. Produsen dapat
memilih lembaga tataniaga mana yang akan mereka gunakan untuk
menyampaikan produk mereka ke tangan konsumen. Beberapa hal yang menjadi
pertimbangan produsen dalam memilih saluran tataniaga (Limbong dan Sitorus,
1987) yaitu:
1. Pertimbangan pasar, meliputi konsumen dari produk yang dihasilkan, seberapa
besar pembeli potensial, jumlah pesanan dan kebiasaan konsumen dalam
membeli.

12

2. Pertimbangan barang, meliputi harga per unit barang, bobot dan ukuran barang,
sifat teknis barang tersebut, barang tersebut merupakan pesanan atau barang
standar, mudah hancur atau tidak.
3. Pertimbangan perusahaan, meliputi permodalan, manajemen, pengawasan
dalam penyaluran dan pelayanan yang diberikan pada konsumen.
4. Pertimbangan pada lembaga perantara, meliputi kegunaan perantara,
pelayanan, sikap dari perantara, volume penjualan dan biaya dari menggunakan
perantara.
Suatu produk dapat melalui saluran tataniaga yang panjang dan juga pendek,
hal ini tergantung kepada beberapa faktor yang mempengaruhi. Menurut Hanafiah
dan Saeffudin (2006) ada beberapa faktor yang mempengaruhi panjang pendeknya
saluran tataniaga:
1. Jarak produsen dan konsumen. Semakin dekat jarak produsen kepada
konsumen maka saluran yang dilalui juga akan semakin pendek.
2. Cepat tidaknya kerusakan produk. Produk yang cepat rusak seperti produk
pertanian tidak bisa melalui saluran tataniaga yang panjang. Produk ini harus
melalui saluran yang cukup pendek.
3. Skala produksi
4. Keadaan keuangan pengusaha.
Dari pendapat beberapa ahli yang mendefinisikan lembaga dan fungsi
tataniaga, dapat disimpulkan bahwa lembaga tataniaga merupakan badan atau
pihak-pihak yang melaksanakan kegiatan tataniaga sehingga suatu barang dapat
disalurkan dari produsen kepada konsumen. Kemudian saluran tataniaga
merupakan kumpulan dari lembaga tataniaga yang membantu pengalihan hak
suatu barang sehingga barang tersebut dapat berpindah dari tangan produsen
sampai kepada konsumen akhir.
Saluran tataniaga yang dilalui oleh suatu komoditi pertanian dapat dikatakan
efisien apabila setiap lembaga yang berperan di dalam saluran tataniaga
mendapatkan bagian sesuai dengan fungsi yang dilakukannya. efisiennya suatu
lembaga tataniaga dapat dilihat dengan indikator efisiensi tataniaga yang terdiri
dari marjin tataniaga, farmer`s share dan rasio keuntungan dan biaya.
Efisiensi Tataniaga
Efisiensi Tataniaga
Kohls (2002) mendefinisikan efisiensi tataniaga sebagai usaha untuk
meningkatkan rasio output-input. Nilai output tataniaga merupakan penilaian dari
konsumen terhadap barang dan jasa yang dikonsumsinya, sedangkan nilai input
adalah semua biaya pemasaran yang timbul karena adanya sistem tataniaga dari
petani sampai konsumen akhir. Berdasarkan definisi di atas dapat diartikan
semakin besar rasio output terhadap input semakin efisien suatu saluran tataniaga.
Perubahan yang mengurangi biaya input tanpa mengurangi tingkat output secara
nyata akan memperbaiki efisiensi. Namun perubahan yang mengurangi input
(biaya) juga akan mengurangi output (kepuasan konsumen) sehingga mengurangi
efisiensi. Ada dua cara untuk meningkatkan efisiensi tataniaga yang sering
dilakukan pada komoditi pertanian, yaitu : meningkatkan produktivitas dengan
input tetap dan efisiensi input dengan output tetap.
Menurut Mubyarto (1994) efisiensi tataniaga akan tercapai apabila:

1

13

1. Mampu menyampaikan barang dari produsen kepada konsumen dengan biaya
semurah-murahnya.
2. Mampu mengadakan pembagian marjin yang adil dari keseluruhan harga yang
dibayarkan konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta dalam
kegiatan produksi dan tataniaga barang tersebut.
Dari dua definisi tataniaga yang diberikan oleh Mubyarto, dapat diperoleh
konsep dasar mengenai efisiensi tataniaga. Konsep efisiensi yang pertama yaitu
efisiensi tataniaga dapat tercapai apabila kegiatan tataniaga dapat dilakukan
dengan menggunakan biaya atau marjin yang semurah-murahnya, sehingga biaya
yang dikeluarkan oleh konsumen akhir tidak terlalu besar dan memiliki perbedaan
yang tidak terlalu jauh dengan harga yang diterima oleh produsen. Konsep
efisiensi yang kedua yaitu efisiensi tataniaga dapat tercapai apabila setiap lembaga
tataniaga yang berperan dalam kegiatan tataniaga mendapatkan pembagian marjin
yang adil sesuai dengan fungsi yang dilakukan dan juga skala usaha dari lembaga
tataniaga tersebut. Idealnya suatu lembaga yang semakin dekat dengan konsumen
akhir mendapatkan marjin yang lebih besar karena skala usaha dari lembaga
tersebut umumnya juga semakin kecil, contohnya pedagang pengecer. Dari kedua
konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa efisiensi tataniaga dapat tercapai
apabila dapat menyampaikan barang dari produsen kepada konsumen dengan
marjin yang serendah-rendahnya namun juga memperhatikan keadilan dalam
perolehan marjin setiap lembaga tataniaga yang terlibat di dalamnya.
Asmarantaka (2012) mengatakan indikator efisiensi pemasaran dapat
dikelompokan menjadi dua yaitu efisiesnsi operasional dan efisiensi harga.
1. Efisiensi operasional berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas pemasaran
yang dapat meningkatkan rasio output-input pemasaran. Analisis yang sering
digunakan dalam menentukan efisiensi operasional adalah marjin tataniaga dan
farmer`s share.
2. Efisiensi harga menekankan kepada alokasi sumberdaya pertanian
2

Konsep Marjin Tataniaga
Pengertian marjin tataniaga sering dipergunakan sebagai perbedaan antara
harga di berbagai tingkat lembaga tataniaga di dalam sistem tataniaga. Pengertian
marjin tataniaga ini sering digunakan untuk menjelaskan fenomena yang
menjembatani gap antara pasar di tingkat petani (farmer) dengan pasar di tingkat
eceran (retailer). Kegiatan untuk memindahkan barang dari titik produsen ke titik
konsumen membutuhkan pengeluaran baik fisik maupun materi. Pengeluaran
yang harus dilakukan untuk menyalurkan komoditi dari produsen ke konsumen
pada waktu, bentuk dan tempat yang diminta disebut biaya tataniaga. Biaya-biaya
yang dikeluarkan lembaga tataniaga dalam proses penyaluran suatu komoditi
tergantung dari fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan. Perbedaan fungsi-fungsi
yang dilakukan setiap lembaga tataniaga menyebabkan perbedaan harga jual dari
lembaga yang satu dengan lembaga yang lain sampai konsumen akhir.
Kohls dan Uhls (2002) mendefinisikan marjin tataniaga sebagai perbedaan
harga yang dibayar oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh petani.
Kemudian Tomex dan Robinson (1990) memberikan dua alternatif definisi dari
marjin tataniaga yaitu: (1) perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan
harga yang diterima produsen (petani); (2) harga dari kumpulan jasa tataniaga
sebagai hasil dari permintaan dan penyediaan jasa tersebut. Selanjutnya Limbong

14

dan Sitorus (1987) memberikan definisi marjin tataniaga yaitu nilai dari jasa-jasa
pelaksanaan kegiatan tataniaga mulai dari tingkat produsen hingga tingkat
konsumen akhir.
Marjin tataniaga terbagi menjadi dua bagian yaitu cost marjin dan profit
marjin. Cost marjin yaitu biaya yang diperlukan oleh setiap lembaga tataniaga
untuk melakukan kegiatan tataniaga. Profit marjin adalah balas jasa dari
penggunaan sumberdaya (capital, fisik maupun manusia) dan biaya imbangan
(opportunity cost) dari kesempatan terbaik.
Dari beberapa pengertian marjin tataniaga yang dikemukakan oleh beberapa
pakar tataniaga maka dapat disimpulkan bahwa marjin tataniaga adalah perbedaan
harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen
akibat adanya jasa-jasa yang diberikan selama penyampaian barang dari tangan
produsen kepada konsumen. Jasa-jasa ini diberikan oleh setiap lembaga tataniaga
yang berperan dalam penyampaian barang dari produsen sampai kepada
konsumen akhir. Konsep marjin tataniaga dapat dilihat pada Gambar 1.
p
Sr
Pr

Sf

Pf

Dr
Df
Qr,f

Gambar 1

Q

Hubungan Antara Fungsi-fungsi Pertama dan Turunan terhadap
Marjin Tataniaga dan Nilai Tataniaga
Sumber: Limbong dan Sitorus, 1987

Keterangan :
Pr = Harga tingkat pengecer
Pf = Harga tingkat petani
Sr = Penawaran tingkat pengecer
Sf = Penawaran tingkat petani
Dr = Permintaan tingkat pengecer
Df = Permintaan tingkat petani
Qr,f = Jumlah keseimbangan di tingkat petani dan pengecer
Pada Gambar 1, besarnya marjin tataniaga diartikan sebagai perkalian dari
perbedaan harga yang diterima petani dan harga yang dibayar oleh konsumen
dengan jumlah produk yang dipasarkan.

15

Rendahnya margin tataniaga suatu komoditi belum tentu dapat
mencerminkan efisiensi yang tinggi. Indikator lain yang berguna untuk mengukur
efisiensi kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan bagian yang diterima
petani terhadap harga yang dibayar konsumen akhir atau farmer`s share. Farmer’s
Share merupakan perbandingan harga yang diterima petani dengan harga yang
diterima konsumen akhir. Bagian yang diterima lembaga tataniaga sering
dinyatakan dalam bentuk persentase (Limbong dan Sitorus, 1987).
Konsep Farmer`s Share
Farmer’s share merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk
menentukan efisiensi tataniaga yang dilihat dari sisi pendapatan petani. Kohls dan
Uhls di dalam Asmarantaka (2012) mendefinisikan farmer’s share sebagai
persentase harga yang diterima oleh petani sebagai imbalan dari kegiatan
usahatani yang dilakukannya. Nilai farmer’s share ditentukan oleh besarnya rasio
harga yang diterima produsen dan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Saluran
tataniaga yang efisien adalah saluran tataniaga yang memiliki nilai farmer`s share
terbesar dibandingkan dengan saluran tataniaga yang ada. Semakin besar nilai
farmer`s share mengindikasikan kepuasan petani sebagai produsen.

3

4

Konsep Rasio Keuntungan terhadap Biaya
Rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga menunjukkan besarnya
keuntungan yang diterima atas biaya yang dikeluarkan dalam pelaksanaan
aktivitas tataniaga. Asmarantaka (2012) menyatakan bahwa dalam pengukuran
efisiensi operasional salah satu indikator yang dapat digunakan adalah
menggunakan rasio antara keuntungan terhadap biaya tataniaga. Hal ini
disebabkan keuntungan merupakan opportunity cost dari biaya.
Efisiensi suatu saluran tataniaga dapat dilihat dari beberapa indikator yang
telah dijelaskan yaitu marjin tataniaga, farmer`s share dan rasio keuntungan
terhadap biaya. Indikator-indikator tersebut juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu fungsi tataniaga, struktur pasar yang dilalui oleh komoditi tersebut dan
pe