Peran Pupuk Hijau terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bayam (Amaranthus Tricolor) Secara Hidroponik
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2014, Malang 5-7 November 2014
ISBN 978-979-508-017-6
PERAN PUPUK HIJAU TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
BAYAM (Amaranthus tricolor) SECARA HIDROPONIK
*
Megayani Sri Rahayu dan Estu Widi Andriani
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Jl. Meranti, Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680, Indonesia.
Telp.&Faks. 62-251-8629353
*e-mail: [email protected]
ABSTRACT
Nowdays, organic farming have been a lifestyle for a part of society. Demand of organic
vegetable particulary spinach will increase. The objective of this study was to investigate the impact of
green manure on growth and yield spinach (Amaranthus tricolor) in hydroponics system. The study
was conducted at Parung Farm, Bogor and Post Harvest Laboratory in Department of Agronomy and
Horticulture IPB from April to August 2013. The experiment used randomized completely block design
with one factor. The factor are five level of treatments: full dose recomended AB Mix fertilizer,
combination compost Mucuna bracteata and half dose recomended AB Mix fertilizer, combination
extract Mucuna bracteata and half dose recomended AB Mix fertilizer, combination compost Imperata
cylindrica and half dose recomended AB Mix fertilizer , combination extract Imperata cylindrica and
half dose recomended AB Mix fertilizer. The research results indicated that the combination of extract
Imperata cylindrica and half dose AB Mix fertilizer give similiar result with full dose AB Mix fertilizer on
growth and yield of spinach.
Keywords: Green Manure, Imperata cylindrica, Leaf Vegetable, Mucuna bracteata, Semi organic.
ABSTRAK
Pertanian organik saat ini sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian masyarakat. Permintaan
akan sayuran organik terutama bayam kian meningkat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peran
pupuk hijau terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bayam (Amaranthus tricolor) secara hidroponik.
Penelitian dimulai pada April hingga Agustus 2013 bertempat di Parung Farm dan Departemen
Agronomi dan Hortikultura. Penelitian ini menggunakan Rancangan Lengkap Kelompok Teracak
(RKLT) satu faktor yang terdiri dari lima taraf perlakuan: pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi,
kombinasi kompos Mucuna bracteata dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi, kombinasi ekstrak
Mucuna bracteata dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi, kombinasi kompos Imperata cylindrica
dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi, kombinasi ekstrak Imperata cylindrica dan pupuk AB Mix
0.5 dosis rekomendasi. Hasil penelitian menunjukan kombinasi ekstrak Imperata cylindrica dan pupuk
AB Mix 0.5 dosis menghasilkan produksi yang setara dengan pupuk AB Mix rekomendasi.
Kata kunci: Imperata cylindrica, Mucuna bracteata, Pupuk Hijau, Sayuran daun, Semi organik.
PENDAHULUAN
Bayam (Amaranthus sp) merupakan produk hortikultura yang kaya akan nilai gizi. Kandungan gizi
yang terdapat pada bayam adalah protein, pro vitamin A, vitamin C, dan serat. Produktivitas bayam
pada tahun 2012 mengalami penurunan hingga 1.66%. Salah satu penyebab penurunan produktivitas
adalah penurunan areal tanam sebesar 1.83% (Kementrian Pertanian 2013). Tingginya permintaan
pasar terhadap komoditi bayam tidak berimbang dengan penurunan produksi. Peningkatan produksi
dengan memperluas areal pertanaman merupakan hal yang sangat terbatas. Bercocok tanam dengan
sistem hidroponik memiliki banyak keunggulan dibanding bercocok tanam secara konvensional.
Beberapa keunggulan sistem hidroponik adalah sterilisasi media yang relatif bersih, sanitasi
lingkungan yang terkendali, waktu panen dapat lebih awal, serta kualitas, kuantitas dan kontinuitas
hasil terjamin. Sistem hidroponik dapat mengaplikasikan pertanian semi organik. Pupuk hijau
merupakan alternatif potensial untuk mengurangi pemakaian pupuk inorganik.
Pupuk hijau adalah pupuk yang berasal dari tanaman hijau. Aplikasi pupuk hijau dapat langsung
dibenamkan pada media tanam atau dikomposkan terlebih dahulu. Tujuan pemberian pupuk hijau
adalah untuk menambahkan dan menyediakan unsur hara yang relatif cepat diserap oleh tanaman
sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman.
Tanaman leguminosae dapat digunakan sebagai pupuk hijau karena dapat mengikat nitrogen
hasil simbiosis bakteri rhizobium. Mucuna bracteata atau yang lebih dikenal dengan kokoro bengu,
merupakan salah satu leguminosae yang banyak digunakan sebagai Legume Cover Crop (LCC) atau
lebih dikenal dengan tanaman penutup tanah. Mucuna bracteata digunakan sebagai LCC persen
penutupan tanahnya yang tinggi dibandingkan LCC jenis rumput-rumputan.
309
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2014, Malang 5-7 November 2014
ISBN 978-979-508-017-6
Gulma jenis Imperata cylindrica dapat dijadikan alternatif pupuk hijau. Menurut Lubis (1995)
kadar hara yang terdapat pada alang-alang adalah 1.97% N, 0.13% P, 1.65% K, 0.27 ppm Ca, 0.19
ppm Mg, 8.74 ppm Cu, dan 30.10 ppm Zn.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk hijau terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman bayam (Amaranthus tricolor) serta membandingkan pupuk hijau yang berasal dari famili
leguminosae dan famili gramine. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah pupuk hijau yang
diaplikasikan dengan AB Mix setengah dosis dapat meningkatakan pertumbuhan dan hasil tanaman
bayam.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 27 April 2013 sampai dengan 7 Agustus 2013di Parung
Farm, dan Laboratorium Pasca Panen Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB, Dramaga, Bogor.
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat budidaya pertanian seperti tray semai, timbangan
analitik, penggaris, alat tulis, gelas plastik berukuran 250 ml sebagai wadah, KIT hidroponik sistem
Deep Flow Technique (DFT), gelas ukur, bagan warna daun (BWD), kertas saring dan blender. Bahan
yang digunakan adalah benih bayam varietas Amarant 963 white leaf, media tanam berupa arang
sekam, pupuk AB mix dan Pupuk hijau. Dosis pupuk AB mix yang digunakan adalah satu dosis dan
setengah dosis.
Pupuk AB Mix terdiri dari perekat A dan perekat B. Perekat A terdiri dari 650 gr kalsium amonium
nitrat, 620 g kalium nitrat, 30 g Librel BMX yang dilarutkan dalam 5 liter air. Perekat B terdiri dari 270 g
kalium di-hidro fospat, 140 g amonium sulfat, 70 g kalium sulfat dan 820 g magnesium sulfat
dilarutkan dalam 5 liter air. Satu dosis rekomendasi pupuk AB Mix merupakan 250 ml perekat A dan
250 ml perekat B yang dilarutkan dalam 50 liter air untuk memupuk 49 tanaman atau satu KIT
hidroponik DFT (Sutiyoso Y 12 Mei 2013, komunikasi pribadi).Pupuk hijau yang digunakan adalah
Mucuna bracteata dan Imperata cylindrica. Pupuk hijau mendapat dua perlakuan yaitu perlakuan
ekstrak dan perlakuan pengomposan. Masing-masing kompos pupuk hijau diberikan pupuk kandang
sebanyak 1.25 kg, gula pasir 37.5 g, urea 0.25 kg, kapur tohor 0.5 kg, air 2.5 liter serta EM4 sebanyak
10 ml. Pengomposan berlangsung selama satu bulan dengan kondisi anaerob. Kompos dibalik dan
dilembabkan seminggu sekali Dosis Mucuna bracteata dan Imperata cylindrica yang digunakan
masing-masing adalah 5 g berat kompos pupuk hijau (Sugiyanta 2007). Perlakuan ekstrak dilakukan
dengan melarutkan 5 g berat basah pupuk hijau dicampur dengan air 50 ml dan diblender. Pupuk
hijau yang sudah diblender diambil cairannya (Haryadi 2012).
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan satu faktor.
Percobaan terdiri dari 5 taraf percobaan yaitu pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi, Pupuk AB Mix
0.5 dosis rekomendasi + pupuk hijau kompos Mucuna bracteata, Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi + pupuk hijau ekstrak Mucuna bracteata, Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi + pupuk
hijau kompos Imperata cylindrica, Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi + pupuk hijau ekstrak
Imperata cylindrica. Perlakuan terdiri dari tiga ulangan sehingga terdapat 15 satuan percobaan.
Tanaman cntoh berjumlah 600 tanaman. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan software SAS
9.1. Uji F dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh antar perlakuan. Hasil uji F
yang menunjukkan berpengaruh nyata pada taraf alfa 5%, dilakukan uji DMRT (Duncan Multiple
Range Test).
Penelitian dimulai dengan mengambil hijauan yang akan dijadikan pupuk hijau. Pupuk hijau
berupa Mucuna bracteata dan Imperata cylindrica. Mucuna bracteata diambil dari Afdeling 3 PTPN
VIII Cisangka sebanyak 15 kg berat segar. Imperata cylindrica diambil dari kebun percobaan IPB
Cikabayan sebanyak 15 kg berat segar. Pengomposan dan ekstraksi dilakukan setelah pengambilan
pupuk hijau. Percobaan dilakukan dengan menyemai benih bayam pada tray semai dengan media
arang sekam. Transplan dilakukan pada saat bibit berusia 14 HST ke dalam wadah tanam berupa
gelas berukuran 250 ml dengan media dasar arang sekam. Pemupukan dilakukan setelah dilakukan
transplanting. Pemupukan terdiri atas 5 taraf yang merupakan perlakuan pada penelitian ini.
Pengendalian OPT dilakukan dengan cara eradikasi. Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 18
HST setelah transplanting.
Pengamatan yang dilakukan meliputi komponen pertumbuhan dan komponen hasil. Komponen
pertumbuhan meliputi tinggi tanaman diukur dari pangkal batang hingga titik tumbuh primer, jumlah
daun dihitung dari daun yang pertama muncul dan semua daun yang terdapat pada satu batang,
panjang akar diukur mulai dari pangkal akar hingga akar terpanjang, biomassa akar, biomassa tajuk,
0
biomassa total dilakukan dengan mengoven akar maupun tajuk dengan suhu 80 C selama tiga hari
kemudian ditimbang menggunakan timbangan digital. Komponen hasil yang diamati meliputi ratio
bobot basah akar dan tajuk diukur dengan cara menimbang dengan menggunakan timbangan digital
sesaat setelah panen, rasio bobot kering akar dan tajuk serta warna daun yang diukur dengan metode
Bagan Warna Daun (BWD).
310
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2014, Malang 5-7 November 2014
ISBN 978-979-508-017-6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Tanaman Bayam
Tinggi Tanaman
Hasil Uji DMRT menunjukkan perlakuan pupuk hijau yang dikombinasikan dengan pupuk
setengah dosis AB Mix berpengaruh sangat nyata pada tinggi tanaman pada 3 dan 4 MST. Data hasil
tinggi tanaman dari berbagai taraf pemupukan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Tinggi tanaman bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Tinggi tanaman (MST)
Perlakuan
1
2
3
4
..............................cm............................
Satu dosis pupuk AB Mix
2.09
2.90
3.66 c
6.78 ab
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau kompos Mucuna bracteata
2.03
3.26
3.77 bc
5.56 c
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau ekstrak Mucuna bracteata
1.89
3.54
4.25 b
6.21 bc
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau kompos Imperata cylindrica
1.63
3.19
4.29 b
5.83 c
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
1.81
3.67
5.15 a
7.30 a
pupuk hijau ekstrak Imperata cylindrica
Uji F
**
**
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
menurut DMRT 5%.
Perlakuan ekstrak pupuk hijau yang dikombinasikan dengan pupuk 0.5 dosis AB Mix mampu
meningkatan tinggi tanaman pada 3 dan 4 MST. Tabel 1 menunjukkan perlakuan ekstrak pupuk hijau
yang dikombinasikan dengan 0.5 dosis AB Mix mampu membuat bayam tumbuh setara dengan
bayam yang dipupuk satu dosis AB Mix.
Perlakuan kombinasi antara ekstrak Imperata cylindrica dan pupuk AB mix satu dosis rekmendasi
memberikan hasil yang paling tinggi. Hasil tertinggi diduga karena nitrogen yang terkandung dalam
ekstrak Imperata cylindrica lebih banyak dibanding taraf perlakuan yang lain. Rohmawati (2012)
menyatakan nitrogen berperan dalam pembentukan dinding sel tanaman berupa kalium pektat,
selulosa dan lignin. Kandungan nitrogen alang-alang yang hanya 1.97% (Lubis 1995). Dinding sel
alang-alang yang terdiri dari selulosa dan lignin diduga hancur saat diblender, sehingga selulosa dan
lignin terdegradasi melepaskan nitrogen dan komponen penyusun lainnya.
Perlakuan pengomposan menunjukkan pertambahan tinggi yang cenderung lebih sedikit
dibandingkan perlakuan ekstrak maupun perlakuan kontrol. Metode pengomposan diduga belum
benar sehingga menyebabkan suhu disekitar perakaran menjadi tinggi. Suhu tinggi disekitar
perakaran akan menyebabkan terhambatnya penyerapan hara dan berakibat pertumbuhan menjadi
lebih lambat. Penggunaan kompos alang-alang kurang populer karena proses dekomposisi alangalang secara praktis sulit dan membutuhkan waktu yang lama. Basuki (2001) menyatakan bahwa
kesulitan dekomposisi bahan alang-alang karena bahan penyusun utamanya adalah selulosa,
hemiselulosa dan lignin. Ketiga bahan tersebut hanya bisa dirombak oleh mikroorganisme selulolitik
dan lignolotik seperti Trichoderma sp.
Jumlah Daun
Jumlah daun memperlihatkan bagaimana tanaman dapat tumbuh dengan optimal, hal ini
dikarenakan pertambahan daun berkaitan dengan kemampuan membelah tiga lapis sel terluar,
didekat permukaan apeks tajuk. Pembelahan akan melambat jika ada cekaman hara, terutama harahara yang diperlukan untuk mempercepat pembelahan sel di dekat permukaan apeks tajuk.
Lambatnya pembelahan sel menyebabkan
pertumbuhan primordia daun lambat, sehingga
pertambahan jumlah daun menjadi lebih lambat. Jumlah daun menjadi penting karena daun
merupakan bagian tanaman yang dikonsumsi pada tanaman sayur. Tabel 2 menunjukkan jumlah
daun pada 3 dan 4 MST berbagai perlakuan berbeda sangat nyata.
311
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2014, Malang 5-7 November 2014
ISBN 978-979-508-017-6
Tabel 2 Jumlah daun tanaman bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Perlakuan
1
.
Satu dosis pupuk AB Mix
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau kompos Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau ekstrak Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau kompos Imperata cylindrica
2.17
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau ekstrak Imperata cylindrica
Uji F
Umur tanaman (MST)
2
3
4
......................helai/tanaman.................
3.60
5.44 ab
7.35 a
2.29
3.96
5.06 b
6.37 b
2.17
3.78
5.54 a
6.50 b
2.23
3.73
4.47 c
6.00 b
2.35
3.85
5.67 a
6.68 b
**
**
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
menurut DMRT 5%.
Jumlah daun pada 3 MST menunjukan hasil tertinggi pada perlakuan ekstrak baik Mucuna
bracteata maupun Imperata cylindrica yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis
dibandingkan dengan pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi. Pertambahan jumlah daun dapat
dikarena hara-hara yang diperlukan untuk pembentukan organ-organ tanaman masih terkandung
pada esktrak baik Mucuna bracteata maupun Imperata cylindrica. Jumlah daun pada umur 4 MST
tidak terjadi pertambahan di semua taraf kecuali Perlakuan kontrol. Tidak bertambahkan jumlah daun
diduga terjadi karena defisiensi hara. Tidak bertambahnya jumlah daun diduga karena tanaman
+
kekurangan N,P dan K. Tanaman pada umumnya menyerap Nitrogen dalam bentuk amonium (NH 4 )
dan nitrat (NO3 ). Nitrat setelah diserap tanaman tidak langsung digunakan dalam bentuk sintetis
asam amino. Kekurangan N dapat dicirikan dengan gugurnya daun dan berkurangnya kemampuan
untuk berfotosintesis (Mualim 2012). Fosfor adalah senyawa menyusun energi seperti ATP dan ADP.
Defisiensi fosfor menyebabkan ATP yang terbentuk lebih sedikit, karena unsur P diperlukan dalam
proses fotosintesis yakni pada fotofosforilasi dan pembentukan ribulosa 1.5-bifosfor (Agustina 2011).
Kekurangan kalium menyebabkan terganggunya proses fotosintesis, karena keberadaan K memenuhi
kebutuhan ATP (Adenosisn Trifosfat) untuk proses penyerapan N dan sintesis protein (Simaremare
2007).
Maryani (2004) melaporkan terganggunya fotosintesis menyebabkan karbohidrat yang disimpan
dalam jaringan tanaman menjadi kecil sehingga tanaman tertekan. Stress tanaman mengakibatkan
terhambatnya pembentukan organ-organ tanaman sehingga pertumbuhan titik tumbuh menjadi lambat
dan akhirnya menyebabkan tidak bertambahnya jumlah daun.
Produksi Tanaman Bayam
Bobot Basah tanaman
Tabel 3 Hasil produksi tanaman bayam pada berbagai perlakuakan pupuk
Bobot per tanaman (gr)
Perlakuan
Total
Tajuk
Satu dosis pupuk AB Mix
3.89 a
3.25 a
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk
hijau kompos Mucuna bracteata
2.04 c
1.78 b
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk
hijau ekstrak Mucuna bracteata
2.85 ab
2.36 ab
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk
hijau kompos Imperata cylindraca
1.64 c
1.41 b
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk
hijau ekstrak Imperata cylindrica
3.37 a
2.86 a
Uji F
**
**
Akar
0.63
0.45
0.49
0.23
0.50
tn
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukan perbedaan yang nyata
menurut DMRT 5%.
Taraf pemupukan berpengaruh sangat nyata terhadap peubah bobot basah total pertanaman dan
bobot basah tajuk pertanaman, namun berpengaruh tidak nyata pada peubah bobot basah akar.
Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi tidak berpengaruh
312
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2014, Malang 5-7 November 2014
ISBN 978-979-508-017-6
nyata terhadap perlakuan kombinasi ekstrak Imperata cylindrica dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi dan kombinasi ekstrak Mucuna bracteata dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi.
Penurunan hasil produksi bayam terjadi pada perlakuan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi yang
dikombinasikan dengan kompos Mucuna bracteata dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi yang
dikombinasikan dengan kompos Imperata cylindrica.
Ratio Bobot Basah Akar dan Tajuk
Ratio bobot basah menunjukkan bagian sayuran yang dapat dikonsumsi. Semakin besar nilai
ratio bobot basah akar berbanding tajuk maka bagian tanaman yang dapat dikonsumsi semakin kecil.
Tabel 4 memperlihatkan bahwa ratio bobot basah yang terbesar ditunjukkan pada perlakuan pupuk
AB Mix satu dosis rekomendasi kemudian perlakuan pupuk AB mix 0.5 dosis rekomendasi yang
dikombinasikan dengan kompos Imperata cylindrica. Pupuk hijau Mucuna bracteata dapat
meningkatkan bagian yang dapat dikonsumsi oleh tanaman, hal ini terlihat pada data Tabel 4 dimana
perlakuan kombinasi pupuk AB Mix setengah dosis dan pupuk hijau kompos Mucuna bracteata dan
ekstrak mempunyai ratio bobot basah paling kecil.
Ratio bobot basah sangat dipengaruhi oleh ketersediaan nutrisi dalam tanaman. Jika nutrisi
tersedia dalam jumlah yang cukup maka akan terjadi peningkatan plastisitas dinding sel sehingga air
dan nutrisi akan lebih mudah memasuki protoplasma (Yusuf et al 2007). Kemudahan air masuk
kedalam protoplasma menyebabkan penambahan bobot basah dari komoditas bayam, karena sifat
produk hortikultura yang memiliki kandungan air tinggi dan meruah (voluminous).
Tabel 4 Ratio bobot basah akar dan tajuk pada berbagai perlakuan
Perlakuan
Ratio bobot basah akar dan tajuk
Satu dosis pupuk AB Mix
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk
hijau kompos Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk
hijau ekstrak Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk
hijau kompos Imperata cylindrica
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk
hijau ekstrak Imperata cylindrica \
Uji F
0.83 a
0.79 b
0.82 ab
0.84 a
0.82 ab
**
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukan perbedaan yang nyata
menurut DMRT 5%.
Biomassa Tanaman
Fotosintat yang dihasilkan tanaman digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman
yang diekspresikan dengan biomassa tanaman. Biomassa tanaman juga menujukan status hara
tanaman terutama nitrogen. Aplikasi lima taraf pupuk berpengaruh sangat nyata pada parameter
pengamatan biomassa total dan biomassa tajuk, sedangkan untuk biomassa akar tidak berpengaruh
nyata. Perlakuan pupuk AB mix satu dosis rekomendasi memberikan hasil yang paling tinggi pada
semua parameter pengamat biomassa.
Biomassa terendah terjadi pada perlakuan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi yang
dikombinasikan dengan kompos Imperata cylindrica dan perlakuan pupuk AB mix 0.5 dosis
rekomendasi yang dikombinasikan dengan kompos Mucuna bracteata. Perlakuan ekstrak Imperata
cylindrica dan ekstrak Mucuna bracteata yang dikombinasikan dengan pupuk AB mix 0.5 dosis
memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan AB Mix satu dosis rekomendasi.
Perlakuan pupuk AB Mix setengah dosis yang dikombinasikan dengan kompos Imperata
cylindrica dan Mucuna bracteata menyebabkan penurunan hasil pada bayam. Penurunan hasil diduga
karena kompos tidak dapat menyumbang unsur hara bagi tanaman, sehingga hasil fotosintat menjadi
lebih sedikit. Fotosintat yang sedikit akan menyebabkan bobot kering menjadi lebih rendah. Bobot
kering merupakan parameter untuk menyatakan laju pertumbuhan vegetatif tanaman, karena 90%
bahan kering tanaman berasal dari fotosintesis (Alviana dan Susila 2009).
Data Tabel 5, bobot kering perlakuan ekstrak terutama ekstrak Imperata cylindrica mampu
memberikan hasil yang setara dengan perlakuan satu dosis pupuk AB Mix. Pertumbuhan vegetatif
dipengaruhi oleh kandungan N dalam pupuk. Kandungan N pada ekstrak Imperata cylindrica dan
pupuk AB Mix 0.5 dosis mampu menyetarakan dengan kandungan N pada puuk AB Mix satu dosis.
313
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2014, Malang 5-7 November 2014
ISBN 978-979-508-017-6
Tabel 5. Biomassa bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Total
0.97a
Biomassa (gr)
Tajuk
0.39 a
Akar
0.08
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau kompos Mucuna bracteata
0.82 cd
0.17 c
0.04
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau ekstrak Mucuna bracteata
0.88 bc
0.25 bc
0.06
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau kompos Imperata cylindrica
0.81 d
0.15 c
0.03
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau ekstrak Imperata cylindrica
0.92 ab
0.31 ab
0.07
**
**
tn
Perlakuan
Satu dosis pupuk AB Mix
Uji F
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
menurut DMRT 5%.
Warna Daun
Tabel 6 Warna daun tanaman bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Perlakuan
Warna daun
Satu dosis pupuk AB Mix
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk
hijau kompos Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk
hijau ekstrak Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk
hijau kompos Imperata cylindrica
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk
hijau ekstrak Imperata cylindrica
Uji F
3.01 a
2.80 bc
2.59 d
2.62 cd
2.83 ab
**
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
menurut DMRT 5%.
Data hasil warna daun pada Tabel 6 menunjukKan bahwa taraf pemupukan berpengaruh sangat
nyata terhadap tingkat kehijauan warna daun. Perlakuan pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi
memberikan hasil tingkat kehijauan warna daun yang sama dengan kombinasi ekstrak Imperata
cylindrica dan pupuk AB Mix 0.5 dosis. Pelakuan kompos Mucuna bracteata dan Imperata cylindrica
yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis memberikan hasil dibawah dari perlakuan
pupuk satu dosis pupuk AB mix satu dosis rekomendasi. Warna daun paling pucat terdapat pada
perlakuan kombinasi ekstrak Mucuna bracteata dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi.
Hermanto (2012) menjelaskan nitrogen ditemukan dalam bentuk organik dan anorganik di dalam
tumbuhan, dan bergabung dengan C,H,O untuk membentuk asam amino, enzim-enzim asam amino,
asam nukleat, klorofil, alkaloid dan basa purin. Klorofil menyebabkan warna daun menjadi lebih hijau,
dengan demikian perlakuan kompos baik Imperata cylindrica dan Mucuna bracteata yang
dikombinasikan dengan 0.5 dosis AB Mix serta ekstrak Mucuna bracteata yang dikombinasikan
dengan pupuk AB Mix tidak dapat menyediakan hara bagi tanaman sehingga berpengaruh terhadap
tingkat kehijauan.
KESIMPULAN
Aplikasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi yang dikombinasikan dengan
ekstrak Imperata cylindrica dapat menghasilkan pertumbuhan dan hasil yang setara dengan pupuk AB
Mix satu dosis rekomendasi pada peubah tinggi tanaman, bobot basah tanaman, ratio bobot basah
tanaman, Biomassa tanaman, serta warna daun.
314
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2014, Malang 5-7 November 2014
ISBN 978-979-508-017-6
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis berterima kasih kepada PT Perkebunan Nusantara VIII untuk bantuan material
penelitian berupa Mucuna bractetata. Penulis juga berterima kasih kepada Bapak Yos Sutiyoso
(Parung Farm) sebagai praktisi di bidang hidroponik.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina K. 2011. Fisiologi adaptasi sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) terhadap toksisitas
Almunium dan defisiensi Fosfor di tanah masam. [disertasi]. Bogor (ID). Institut Pertanian
Bogor.
Alviana VF, Susila AD. 2009. Optimasi dosis pemupukan pada budidaya cabai (Capsicum annuum L.)
menggunakan irigasi tetes dan mulsa polyethylene. J.Agron. 37(1): 28-33
Basuki T. 2001. Pengaruh kompos, pupuk Fosfat dan kapur terhadap perbaikan sifat kimia tanah
podzolik merah kuning, serapan Fosfat dan Kalsium serta pertumbuhan dan hasil tanaman
jagung. [tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
[KEMENTAN] Kementrian Pertanian. 2013. Data lima tahun subsektor hortikultura. [internet]. [diacu
2013 Agustus 26]. Tersedia dari: http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/horti/isi_dt5thn_horti.php
Haryadi D. 2012. Senyawa fitokimia dan sitotoksisitas ekstrak daun surian (Toona sininsis) terhadap
sel vero dan MCF-7.[skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Hermanto. 2012. Diagnosis status hara dan senyawa bioaktif asiatikosida menggunakan analisis
jaringan tanaman untuk menyusun rekomendasi pemupukan serta sistem panen pegagan
(Centella asiatica). [disertasi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Lubis R. 1995. Pemanfaatan beberapa jenis hijauan untuk penyubur tanah. [skripsi]. Bogor (ID).
Institut Pertanian Bogor.
Maryani AT. 2004. Peran penanaman dan cara pengembalian biomassa bengkuang dan sentrosema
serta pemupukan N,P,K, Mg pada budidaya lada perdu. [disertasi]. Bogor (ID). Institut Prtanian
Bogor.
Mualim L. 2012. Produksi dan Kualitas Kolesom dengan Pemupukan Organik dan Inoganik. [disertasi].
Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Rohmawati I. 2013. Penentuan dosis pemupukan N,P, dan K pada budidaya katuk (Sauropus
androgynus (L.) Merr.). [Tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Simaremare J.2007. Penentuan dosis rekomendasi pupuk K spesifik lokasi babakan sawah baru
Darmaga Bogor pada tanaman padi sawah (Oryza sativa). [skripsi]. Bogor (ID). Institut
Pertanian Bogor.
Sugiyanta. 2007. Peran jerami dan pupuk hijau Crotalaria juncea terhadap efisiensi dan kecukupan
hara varietas padi sawah. [disertasi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Yusuf R, Hayati N, Jusman. 2007. Penggunaan pupuk pelengkap cair supra pada tanaman sawi
(Brassica juncea L.). J. Agroland. 14(4):265-268.
NOTULENSI
1. 4 minggu, adakah ulangan bulanan?
Jawab : tidak ada ulangan di tiap bulannya dibagi per-perlakuan
2. buat ekstraksi untuk dapat formulasi?
315
ISBN 978-979-508-017-6
PERAN PUPUK HIJAU TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
BAYAM (Amaranthus tricolor) SECARA HIDROPONIK
*
Megayani Sri Rahayu dan Estu Widi Andriani
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Jl. Meranti, Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680, Indonesia.
Telp.&Faks. 62-251-8629353
*e-mail: [email protected]
ABSTRACT
Nowdays, organic farming have been a lifestyle for a part of society. Demand of organic
vegetable particulary spinach will increase. The objective of this study was to investigate the impact of
green manure on growth and yield spinach (Amaranthus tricolor) in hydroponics system. The study
was conducted at Parung Farm, Bogor and Post Harvest Laboratory in Department of Agronomy and
Horticulture IPB from April to August 2013. The experiment used randomized completely block design
with one factor. The factor are five level of treatments: full dose recomended AB Mix fertilizer,
combination compost Mucuna bracteata and half dose recomended AB Mix fertilizer, combination
extract Mucuna bracteata and half dose recomended AB Mix fertilizer, combination compost Imperata
cylindrica and half dose recomended AB Mix fertilizer , combination extract Imperata cylindrica and
half dose recomended AB Mix fertilizer. The research results indicated that the combination of extract
Imperata cylindrica and half dose AB Mix fertilizer give similiar result with full dose AB Mix fertilizer on
growth and yield of spinach.
Keywords: Green Manure, Imperata cylindrica, Leaf Vegetable, Mucuna bracteata, Semi organic.
ABSTRAK
Pertanian organik saat ini sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian masyarakat. Permintaan
akan sayuran organik terutama bayam kian meningkat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peran
pupuk hijau terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bayam (Amaranthus tricolor) secara hidroponik.
Penelitian dimulai pada April hingga Agustus 2013 bertempat di Parung Farm dan Departemen
Agronomi dan Hortikultura. Penelitian ini menggunakan Rancangan Lengkap Kelompok Teracak
(RKLT) satu faktor yang terdiri dari lima taraf perlakuan: pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi,
kombinasi kompos Mucuna bracteata dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi, kombinasi ekstrak
Mucuna bracteata dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi, kombinasi kompos Imperata cylindrica
dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi, kombinasi ekstrak Imperata cylindrica dan pupuk AB Mix
0.5 dosis rekomendasi. Hasil penelitian menunjukan kombinasi ekstrak Imperata cylindrica dan pupuk
AB Mix 0.5 dosis menghasilkan produksi yang setara dengan pupuk AB Mix rekomendasi.
Kata kunci: Imperata cylindrica, Mucuna bracteata, Pupuk Hijau, Sayuran daun, Semi organik.
PENDAHULUAN
Bayam (Amaranthus sp) merupakan produk hortikultura yang kaya akan nilai gizi. Kandungan gizi
yang terdapat pada bayam adalah protein, pro vitamin A, vitamin C, dan serat. Produktivitas bayam
pada tahun 2012 mengalami penurunan hingga 1.66%. Salah satu penyebab penurunan produktivitas
adalah penurunan areal tanam sebesar 1.83% (Kementrian Pertanian 2013). Tingginya permintaan
pasar terhadap komoditi bayam tidak berimbang dengan penurunan produksi. Peningkatan produksi
dengan memperluas areal pertanaman merupakan hal yang sangat terbatas. Bercocok tanam dengan
sistem hidroponik memiliki banyak keunggulan dibanding bercocok tanam secara konvensional.
Beberapa keunggulan sistem hidroponik adalah sterilisasi media yang relatif bersih, sanitasi
lingkungan yang terkendali, waktu panen dapat lebih awal, serta kualitas, kuantitas dan kontinuitas
hasil terjamin. Sistem hidroponik dapat mengaplikasikan pertanian semi organik. Pupuk hijau
merupakan alternatif potensial untuk mengurangi pemakaian pupuk inorganik.
Pupuk hijau adalah pupuk yang berasal dari tanaman hijau. Aplikasi pupuk hijau dapat langsung
dibenamkan pada media tanam atau dikomposkan terlebih dahulu. Tujuan pemberian pupuk hijau
adalah untuk menambahkan dan menyediakan unsur hara yang relatif cepat diserap oleh tanaman
sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman.
Tanaman leguminosae dapat digunakan sebagai pupuk hijau karena dapat mengikat nitrogen
hasil simbiosis bakteri rhizobium. Mucuna bracteata atau yang lebih dikenal dengan kokoro bengu,
merupakan salah satu leguminosae yang banyak digunakan sebagai Legume Cover Crop (LCC) atau
lebih dikenal dengan tanaman penutup tanah. Mucuna bracteata digunakan sebagai LCC persen
penutupan tanahnya yang tinggi dibandingkan LCC jenis rumput-rumputan.
309
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2014, Malang 5-7 November 2014
ISBN 978-979-508-017-6
Gulma jenis Imperata cylindrica dapat dijadikan alternatif pupuk hijau. Menurut Lubis (1995)
kadar hara yang terdapat pada alang-alang adalah 1.97% N, 0.13% P, 1.65% K, 0.27 ppm Ca, 0.19
ppm Mg, 8.74 ppm Cu, dan 30.10 ppm Zn.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk hijau terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman bayam (Amaranthus tricolor) serta membandingkan pupuk hijau yang berasal dari famili
leguminosae dan famili gramine. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah pupuk hijau yang
diaplikasikan dengan AB Mix setengah dosis dapat meningkatakan pertumbuhan dan hasil tanaman
bayam.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 27 April 2013 sampai dengan 7 Agustus 2013di Parung
Farm, dan Laboratorium Pasca Panen Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB, Dramaga, Bogor.
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat budidaya pertanian seperti tray semai, timbangan
analitik, penggaris, alat tulis, gelas plastik berukuran 250 ml sebagai wadah, KIT hidroponik sistem
Deep Flow Technique (DFT), gelas ukur, bagan warna daun (BWD), kertas saring dan blender. Bahan
yang digunakan adalah benih bayam varietas Amarant 963 white leaf, media tanam berupa arang
sekam, pupuk AB mix dan Pupuk hijau. Dosis pupuk AB mix yang digunakan adalah satu dosis dan
setengah dosis.
Pupuk AB Mix terdiri dari perekat A dan perekat B. Perekat A terdiri dari 650 gr kalsium amonium
nitrat, 620 g kalium nitrat, 30 g Librel BMX yang dilarutkan dalam 5 liter air. Perekat B terdiri dari 270 g
kalium di-hidro fospat, 140 g amonium sulfat, 70 g kalium sulfat dan 820 g magnesium sulfat
dilarutkan dalam 5 liter air. Satu dosis rekomendasi pupuk AB Mix merupakan 250 ml perekat A dan
250 ml perekat B yang dilarutkan dalam 50 liter air untuk memupuk 49 tanaman atau satu KIT
hidroponik DFT (Sutiyoso Y 12 Mei 2013, komunikasi pribadi).Pupuk hijau yang digunakan adalah
Mucuna bracteata dan Imperata cylindrica. Pupuk hijau mendapat dua perlakuan yaitu perlakuan
ekstrak dan perlakuan pengomposan. Masing-masing kompos pupuk hijau diberikan pupuk kandang
sebanyak 1.25 kg, gula pasir 37.5 g, urea 0.25 kg, kapur tohor 0.5 kg, air 2.5 liter serta EM4 sebanyak
10 ml. Pengomposan berlangsung selama satu bulan dengan kondisi anaerob. Kompos dibalik dan
dilembabkan seminggu sekali Dosis Mucuna bracteata dan Imperata cylindrica yang digunakan
masing-masing adalah 5 g berat kompos pupuk hijau (Sugiyanta 2007). Perlakuan ekstrak dilakukan
dengan melarutkan 5 g berat basah pupuk hijau dicampur dengan air 50 ml dan diblender. Pupuk
hijau yang sudah diblender diambil cairannya (Haryadi 2012).
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan satu faktor.
Percobaan terdiri dari 5 taraf percobaan yaitu pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi, Pupuk AB Mix
0.5 dosis rekomendasi + pupuk hijau kompos Mucuna bracteata, Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi + pupuk hijau ekstrak Mucuna bracteata, Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi + pupuk
hijau kompos Imperata cylindrica, Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi + pupuk hijau ekstrak
Imperata cylindrica. Perlakuan terdiri dari tiga ulangan sehingga terdapat 15 satuan percobaan.
Tanaman cntoh berjumlah 600 tanaman. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan software SAS
9.1. Uji F dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh antar perlakuan. Hasil uji F
yang menunjukkan berpengaruh nyata pada taraf alfa 5%, dilakukan uji DMRT (Duncan Multiple
Range Test).
Penelitian dimulai dengan mengambil hijauan yang akan dijadikan pupuk hijau. Pupuk hijau
berupa Mucuna bracteata dan Imperata cylindrica. Mucuna bracteata diambil dari Afdeling 3 PTPN
VIII Cisangka sebanyak 15 kg berat segar. Imperata cylindrica diambil dari kebun percobaan IPB
Cikabayan sebanyak 15 kg berat segar. Pengomposan dan ekstraksi dilakukan setelah pengambilan
pupuk hijau. Percobaan dilakukan dengan menyemai benih bayam pada tray semai dengan media
arang sekam. Transplan dilakukan pada saat bibit berusia 14 HST ke dalam wadah tanam berupa
gelas berukuran 250 ml dengan media dasar arang sekam. Pemupukan dilakukan setelah dilakukan
transplanting. Pemupukan terdiri atas 5 taraf yang merupakan perlakuan pada penelitian ini.
Pengendalian OPT dilakukan dengan cara eradikasi. Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 18
HST setelah transplanting.
Pengamatan yang dilakukan meliputi komponen pertumbuhan dan komponen hasil. Komponen
pertumbuhan meliputi tinggi tanaman diukur dari pangkal batang hingga titik tumbuh primer, jumlah
daun dihitung dari daun yang pertama muncul dan semua daun yang terdapat pada satu batang,
panjang akar diukur mulai dari pangkal akar hingga akar terpanjang, biomassa akar, biomassa tajuk,
0
biomassa total dilakukan dengan mengoven akar maupun tajuk dengan suhu 80 C selama tiga hari
kemudian ditimbang menggunakan timbangan digital. Komponen hasil yang diamati meliputi ratio
bobot basah akar dan tajuk diukur dengan cara menimbang dengan menggunakan timbangan digital
sesaat setelah panen, rasio bobot kering akar dan tajuk serta warna daun yang diukur dengan metode
Bagan Warna Daun (BWD).
310
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2014, Malang 5-7 November 2014
ISBN 978-979-508-017-6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Tanaman Bayam
Tinggi Tanaman
Hasil Uji DMRT menunjukkan perlakuan pupuk hijau yang dikombinasikan dengan pupuk
setengah dosis AB Mix berpengaruh sangat nyata pada tinggi tanaman pada 3 dan 4 MST. Data hasil
tinggi tanaman dari berbagai taraf pemupukan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Tinggi tanaman bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Tinggi tanaman (MST)
Perlakuan
1
2
3
4
..............................cm............................
Satu dosis pupuk AB Mix
2.09
2.90
3.66 c
6.78 ab
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau kompos Mucuna bracteata
2.03
3.26
3.77 bc
5.56 c
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau ekstrak Mucuna bracteata
1.89
3.54
4.25 b
6.21 bc
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau kompos Imperata cylindrica
1.63
3.19
4.29 b
5.83 c
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
1.81
3.67
5.15 a
7.30 a
pupuk hijau ekstrak Imperata cylindrica
Uji F
**
**
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
menurut DMRT 5%.
Perlakuan ekstrak pupuk hijau yang dikombinasikan dengan pupuk 0.5 dosis AB Mix mampu
meningkatan tinggi tanaman pada 3 dan 4 MST. Tabel 1 menunjukkan perlakuan ekstrak pupuk hijau
yang dikombinasikan dengan 0.5 dosis AB Mix mampu membuat bayam tumbuh setara dengan
bayam yang dipupuk satu dosis AB Mix.
Perlakuan kombinasi antara ekstrak Imperata cylindrica dan pupuk AB mix satu dosis rekmendasi
memberikan hasil yang paling tinggi. Hasil tertinggi diduga karena nitrogen yang terkandung dalam
ekstrak Imperata cylindrica lebih banyak dibanding taraf perlakuan yang lain. Rohmawati (2012)
menyatakan nitrogen berperan dalam pembentukan dinding sel tanaman berupa kalium pektat,
selulosa dan lignin. Kandungan nitrogen alang-alang yang hanya 1.97% (Lubis 1995). Dinding sel
alang-alang yang terdiri dari selulosa dan lignin diduga hancur saat diblender, sehingga selulosa dan
lignin terdegradasi melepaskan nitrogen dan komponen penyusun lainnya.
Perlakuan pengomposan menunjukkan pertambahan tinggi yang cenderung lebih sedikit
dibandingkan perlakuan ekstrak maupun perlakuan kontrol. Metode pengomposan diduga belum
benar sehingga menyebabkan suhu disekitar perakaran menjadi tinggi. Suhu tinggi disekitar
perakaran akan menyebabkan terhambatnya penyerapan hara dan berakibat pertumbuhan menjadi
lebih lambat. Penggunaan kompos alang-alang kurang populer karena proses dekomposisi alangalang secara praktis sulit dan membutuhkan waktu yang lama. Basuki (2001) menyatakan bahwa
kesulitan dekomposisi bahan alang-alang karena bahan penyusun utamanya adalah selulosa,
hemiselulosa dan lignin. Ketiga bahan tersebut hanya bisa dirombak oleh mikroorganisme selulolitik
dan lignolotik seperti Trichoderma sp.
Jumlah Daun
Jumlah daun memperlihatkan bagaimana tanaman dapat tumbuh dengan optimal, hal ini
dikarenakan pertambahan daun berkaitan dengan kemampuan membelah tiga lapis sel terluar,
didekat permukaan apeks tajuk. Pembelahan akan melambat jika ada cekaman hara, terutama harahara yang diperlukan untuk mempercepat pembelahan sel di dekat permukaan apeks tajuk.
Lambatnya pembelahan sel menyebabkan
pertumbuhan primordia daun lambat, sehingga
pertambahan jumlah daun menjadi lebih lambat. Jumlah daun menjadi penting karena daun
merupakan bagian tanaman yang dikonsumsi pada tanaman sayur. Tabel 2 menunjukkan jumlah
daun pada 3 dan 4 MST berbagai perlakuan berbeda sangat nyata.
311
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2014, Malang 5-7 November 2014
ISBN 978-979-508-017-6
Tabel 2 Jumlah daun tanaman bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Perlakuan
1
.
Satu dosis pupuk AB Mix
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau kompos Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau ekstrak Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau kompos Imperata cylindrica
2.17
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau ekstrak Imperata cylindrica
Uji F
Umur tanaman (MST)
2
3
4
......................helai/tanaman.................
3.60
5.44 ab
7.35 a
2.29
3.96
5.06 b
6.37 b
2.17
3.78
5.54 a
6.50 b
2.23
3.73
4.47 c
6.00 b
2.35
3.85
5.67 a
6.68 b
**
**
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
menurut DMRT 5%.
Jumlah daun pada 3 MST menunjukan hasil tertinggi pada perlakuan ekstrak baik Mucuna
bracteata maupun Imperata cylindrica yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis
dibandingkan dengan pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi. Pertambahan jumlah daun dapat
dikarena hara-hara yang diperlukan untuk pembentukan organ-organ tanaman masih terkandung
pada esktrak baik Mucuna bracteata maupun Imperata cylindrica. Jumlah daun pada umur 4 MST
tidak terjadi pertambahan di semua taraf kecuali Perlakuan kontrol. Tidak bertambahkan jumlah daun
diduga terjadi karena defisiensi hara. Tidak bertambahnya jumlah daun diduga karena tanaman
+
kekurangan N,P dan K. Tanaman pada umumnya menyerap Nitrogen dalam bentuk amonium (NH 4 )
dan nitrat (NO3 ). Nitrat setelah diserap tanaman tidak langsung digunakan dalam bentuk sintetis
asam amino. Kekurangan N dapat dicirikan dengan gugurnya daun dan berkurangnya kemampuan
untuk berfotosintesis (Mualim 2012). Fosfor adalah senyawa menyusun energi seperti ATP dan ADP.
Defisiensi fosfor menyebabkan ATP yang terbentuk lebih sedikit, karena unsur P diperlukan dalam
proses fotosintesis yakni pada fotofosforilasi dan pembentukan ribulosa 1.5-bifosfor (Agustina 2011).
Kekurangan kalium menyebabkan terganggunya proses fotosintesis, karena keberadaan K memenuhi
kebutuhan ATP (Adenosisn Trifosfat) untuk proses penyerapan N dan sintesis protein (Simaremare
2007).
Maryani (2004) melaporkan terganggunya fotosintesis menyebabkan karbohidrat yang disimpan
dalam jaringan tanaman menjadi kecil sehingga tanaman tertekan. Stress tanaman mengakibatkan
terhambatnya pembentukan organ-organ tanaman sehingga pertumbuhan titik tumbuh menjadi lambat
dan akhirnya menyebabkan tidak bertambahnya jumlah daun.
Produksi Tanaman Bayam
Bobot Basah tanaman
Tabel 3 Hasil produksi tanaman bayam pada berbagai perlakuakan pupuk
Bobot per tanaman (gr)
Perlakuan
Total
Tajuk
Satu dosis pupuk AB Mix
3.89 a
3.25 a
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk
hijau kompos Mucuna bracteata
2.04 c
1.78 b
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk
hijau ekstrak Mucuna bracteata
2.85 ab
2.36 ab
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk
hijau kompos Imperata cylindraca
1.64 c
1.41 b
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk
hijau ekstrak Imperata cylindrica
3.37 a
2.86 a
Uji F
**
**
Akar
0.63
0.45
0.49
0.23
0.50
tn
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukan perbedaan yang nyata
menurut DMRT 5%.
Taraf pemupukan berpengaruh sangat nyata terhadap peubah bobot basah total pertanaman dan
bobot basah tajuk pertanaman, namun berpengaruh tidak nyata pada peubah bobot basah akar.
Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi tidak berpengaruh
312
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2014, Malang 5-7 November 2014
ISBN 978-979-508-017-6
nyata terhadap perlakuan kombinasi ekstrak Imperata cylindrica dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi dan kombinasi ekstrak Mucuna bracteata dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi.
Penurunan hasil produksi bayam terjadi pada perlakuan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi yang
dikombinasikan dengan kompos Mucuna bracteata dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi yang
dikombinasikan dengan kompos Imperata cylindrica.
Ratio Bobot Basah Akar dan Tajuk
Ratio bobot basah menunjukkan bagian sayuran yang dapat dikonsumsi. Semakin besar nilai
ratio bobot basah akar berbanding tajuk maka bagian tanaman yang dapat dikonsumsi semakin kecil.
Tabel 4 memperlihatkan bahwa ratio bobot basah yang terbesar ditunjukkan pada perlakuan pupuk
AB Mix satu dosis rekomendasi kemudian perlakuan pupuk AB mix 0.5 dosis rekomendasi yang
dikombinasikan dengan kompos Imperata cylindrica. Pupuk hijau Mucuna bracteata dapat
meningkatkan bagian yang dapat dikonsumsi oleh tanaman, hal ini terlihat pada data Tabel 4 dimana
perlakuan kombinasi pupuk AB Mix setengah dosis dan pupuk hijau kompos Mucuna bracteata dan
ekstrak mempunyai ratio bobot basah paling kecil.
Ratio bobot basah sangat dipengaruhi oleh ketersediaan nutrisi dalam tanaman. Jika nutrisi
tersedia dalam jumlah yang cukup maka akan terjadi peningkatan plastisitas dinding sel sehingga air
dan nutrisi akan lebih mudah memasuki protoplasma (Yusuf et al 2007). Kemudahan air masuk
kedalam protoplasma menyebabkan penambahan bobot basah dari komoditas bayam, karena sifat
produk hortikultura yang memiliki kandungan air tinggi dan meruah (voluminous).
Tabel 4 Ratio bobot basah akar dan tajuk pada berbagai perlakuan
Perlakuan
Ratio bobot basah akar dan tajuk
Satu dosis pupuk AB Mix
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk
hijau kompos Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk
hijau ekstrak Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk
hijau kompos Imperata cylindrica
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk
hijau ekstrak Imperata cylindrica \
Uji F
0.83 a
0.79 b
0.82 ab
0.84 a
0.82 ab
**
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukan perbedaan yang nyata
menurut DMRT 5%.
Biomassa Tanaman
Fotosintat yang dihasilkan tanaman digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman
yang diekspresikan dengan biomassa tanaman. Biomassa tanaman juga menujukan status hara
tanaman terutama nitrogen. Aplikasi lima taraf pupuk berpengaruh sangat nyata pada parameter
pengamatan biomassa total dan biomassa tajuk, sedangkan untuk biomassa akar tidak berpengaruh
nyata. Perlakuan pupuk AB mix satu dosis rekomendasi memberikan hasil yang paling tinggi pada
semua parameter pengamat biomassa.
Biomassa terendah terjadi pada perlakuan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi yang
dikombinasikan dengan kompos Imperata cylindrica dan perlakuan pupuk AB mix 0.5 dosis
rekomendasi yang dikombinasikan dengan kompos Mucuna bracteata. Perlakuan ekstrak Imperata
cylindrica dan ekstrak Mucuna bracteata yang dikombinasikan dengan pupuk AB mix 0.5 dosis
memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan AB Mix satu dosis rekomendasi.
Perlakuan pupuk AB Mix setengah dosis yang dikombinasikan dengan kompos Imperata
cylindrica dan Mucuna bracteata menyebabkan penurunan hasil pada bayam. Penurunan hasil diduga
karena kompos tidak dapat menyumbang unsur hara bagi tanaman, sehingga hasil fotosintat menjadi
lebih sedikit. Fotosintat yang sedikit akan menyebabkan bobot kering menjadi lebih rendah. Bobot
kering merupakan parameter untuk menyatakan laju pertumbuhan vegetatif tanaman, karena 90%
bahan kering tanaman berasal dari fotosintesis (Alviana dan Susila 2009).
Data Tabel 5, bobot kering perlakuan ekstrak terutama ekstrak Imperata cylindrica mampu
memberikan hasil yang setara dengan perlakuan satu dosis pupuk AB Mix. Pertumbuhan vegetatif
dipengaruhi oleh kandungan N dalam pupuk. Kandungan N pada ekstrak Imperata cylindrica dan
pupuk AB Mix 0.5 dosis mampu menyetarakan dengan kandungan N pada puuk AB Mix satu dosis.
313
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2014, Malang 5-7 November 2014
ISBN 978-979-508-017-6
Tabel 5. Biomassa bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Total
0.97a
Biomassa (gr)
Tajuk
0.39 a
Akar
0.08
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau kompos Mucuna bracteata
0.82 cd
0.17 c
0.04
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau ekstrak Mucuna bracteata
0.88 bc
0.25 bc
0.06
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau kompos Imperata cylindrica
0.81 d
0.15 c
0.03
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau ekstrak Imperata cylindrica
0.92 ab
0.31 ab
0.07
**
**
tn
Perlakuan
Satu dosis pupuk AB Mix
Uji F
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
menurut DMRT 5%.
Warna Daun
Tabel 6 Warna daun tanaman bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Perlakuan
Warna daun
Satu dosis pupuk AB Mix
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk
hijau kompos Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk
hijau ekstrak Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk
hijau kompos Imperata cylindrica
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+ pupuk
hijau ekstrak Imperata cylindrica
Uji F
3.01 a
2.80 bc
2.59 d
2.62 cd
2.83 ab
**
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
menurut DMRT 5%.
Data hasil warna daun pada Tabel 6 menunjukKan bahwa taraf pemupukan berpengaruh sangat
nyata terhadap tingkat kehijauan warna daun. Perlakuan pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi
memberikan hasil tingkat kehijauan warna daun yang sama dengan kombinasi ekstrak Imperata
cylindrica dan pupuk AB Mix 0.5 dosis. Pelakuan kompos Mucuna bracteata dan Imperata cylindrica
yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis memberikan hasil dibawah dari perlakuan
pupuk satu dosis pupuk AB mix satu dosis rekomendasi. Warna daun paling pucat terdapat pada
perlakuan kombinasi ekstrak Mucuna bracteata dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi.
Hermanto (2012) menjelaskan nitrogen ditemukan dalam bentuk organik dan anorganik di dalam
tumbuhan, dan bergabung dengan C,H,O untuk membentuk asam amino, enzim-enzim asam amino,
asam nukleat, klorofil, alkaloid dan basa purin. Klorofil menyebabkan warna daun menjadi lebih hijau,
dengan demikian perlakuan kompos baik Imperata cylindrica dan Mucuna bracteata yang
dikombinasikan dengan 0.5 dosis AB Mix serta ekstrak Mucuna bracteata yang dikombinasikan
dengan pupuk AB Mix tidak dapat menyediakan hara bagi tanaman sehingga berpengaruh terhadap
tingkat kehijauan.
KESIMPULAN
Aplikasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi yang dikombinasikan dengan
ekstrak Imperata cylindrica dapat menghasilkan pertumbuhan dan hasil yang setara dengan pupuk AB
Mix satu dosis rekomendasi pada peubah tinggi tanaman, bobot basah tanaman, ratio bobot basah
tanaman, Biomassa tanaman, serta warna daun.
314
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2014, Malang 5-7 November 2014
ISBN 978-979-508-017-6
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis berterima kasih kepada PT Perkebunan Nusantara VIII untuk bantuan material
penelitian berupa Mucuna bractetata. Penulis juga berterima kasih kepada Bapak Yos Sutiyoso
(Parung Farm) sebagai praktisi di bidang hidroponik.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina K. 2011. Fisiologi adaptasi sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) terhadap toksisitas
Almunium dan defisiensi Fosfor di tanah masam. [disertasi]. Bogor (ID). Institut Pertanian
Bogor.
Alviana VF, Susila AD. 2009. Optimasi dosis pemupukan pada budidaya cabai (Capsicum annuum L.)
menggunakan irigasi tetes dan mulsa polyethylene. J.Agron. 37(1): 28-33
Basuki T. 2001. Pengaruh kompos, pupuk Fosfat dan kapur terhadap perbaikan sifat kimia tanah
podzolik merah kuning, serapan Fosfat dan Kalsium serta pertumbuhan dan hasil tanaman
jagung. [tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
[KEMENTAN] Kementrian Pertanian. 2013. Data lima tahun subsektor hortikultura. [internet]. [diacu
2013 Agustus 26]. Tersedia dari: http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/horti/isi_dt5thn_horti.php
Haryadi D. 2012. Senyawa fitokimia dan sitotoksisitas ekstrak daun surian (Toona sininsis) terhadap
sel vero dan MCF-7.[skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Hermanto. 2012. Diagnosis status hara dan senyawa bioaktif asiatikosida menggunakan analisis
jaringan tanaman untuk menyusun rekomendasi pemupukan serta sistem panen pegagan
(Centella asiatica). [disertasi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Lubis R. 1995. Pemanfaatan beberapa jenis hijauan untuk penyubur tanah. [skripsi]. Bogor (ID).
Institut Pertanian Bogor.
Maryani AT. 2004. Peran penanaman dan cara pengembalian biomassa bengkuang dan sentrosema
serta pemupukan N,P,K, Mg pada budidaya lada perdu. [disertasi]. Bogor (ID). Institut Prtanian
Bogor.
Mualim L. 2012. Produksi dan Kualitas Kolesom dengan Pemupukan Organik dan Inoganik. [disertasi].
Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Rohmawati I. 2013. Penentuan dosis pemupukan N,P, dan K pada budidaya katuk (Sauropus
androgynus (L.) Merr.). [Tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Simaremare J.2007. Penentuan dosis rekomendasi pupuk K spesifik lokasi babakan sawah baru
Darmaga Bogor pada tanaman padi sawah (Oryza sativa). [skripsi]. Bogor (ID). Institut
Pertanian Bogor.
Sugiyanta. 2007. Peran jerami dan pupuk hijau Crotalaria juncea terhadap efisiensi dan kecukupan
hara varietas padi sawah. [disertasi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Yusuf R, Hayati N, Jusman. 2007. Penggunaan pupuk pelengkap cair supra pada tanaman sawi
(Brassica juncea L.). J. Agroland. 14(4):265-268.
NOTULENSI
1. 4 minggu, adakah ulangan bulanan?
Jawab : tidak ada ulangan di tiap bulannya dibagi per-perlakuan
2. buat ekstraksi untuk dapat formulasi?
315