Pengaruh berbagai konsentrasi Pupuk Organik Cair (POC) urin sapi terhadap pertumbuhan tanaman bayam hijau (Amaranthus tricolor L.).

(1)

ABSTRAK

Pengaruh Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bayam Hijau (Amaranthus tricolor L.)

Agni Harjono Putri 121434041

Universitas Sanata Dharma 2017

Bayam merupakan tumbuhan yang digemari dan dikonsumsi sebagai sayuran oleh semua lapisan masyarakat. Pertambahan jumlah penduduk yang tinggi menyebabkan meningkatnya permintaan pasar akan sayuran semakin meningkat. Salah satu permasalahan yang dihadapi adalah kurang tersedianya unsur hara dalam media pertumbuhan. Oleh karena itu, penelitian ini memanfaatkan urin sapi sebagai pupuk organik cair yang difermentasi untuk memperoleh unsur hara bagi tanaman (N, P, K) yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair urin sapi terhadap pertumbuhan bayam hijau (Amaranthus tricolor L.) dan mengetahui konsentrasi pupuk organik cair urin sapi yang paling optimal dalam pertumbuhan tanaman bayam hijau (Amaranthus tricolor L.).

Penelitian ini dilakukan secara eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor dan 3 kelompok perlakuan pupuk cair urin sapi, masing-masing kelompok terdiri dari 10 ulangan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi pupuk organik cair urin sapi yaitu 100 ml, 200 ml, 300 ml. Data dianalisis menggunakan statistik yaitu anova dan Duncan dengan parameter tinggi tanaman dan jumlah daun.

Pada penelitian inidapat disimpulkan bahwa konsentrasi pupuk organik cair urin sapi yang berbeda dapat menyebabkan pertumbuhan bayam hijau bervariasi. Konsentrasi 100 ml pupuk organik cair urin sapi adalah dosis yang paling optimal dengan penambahan rata-rata tinggi tanaman (19,15 cm), dan jumlah daun (13,5 helai) pada tanaman bayam hijau (Amaranthus tricolor L.)

Kata kunci: Bayam hijau (Amaranthus tricolor L.), Pupuk Organik Cair, Urin Sapi


(2)

ABSTRACT

THE EFFECTS OF VARIOUS DOSES OF LIQUID ORGANIC FERTILIZER OF COW URINE ON THE GROWTH OF GREEN

SPINACH PLANT (Amaranthus tricolor L.) Agni Harjono Putri

121434041

Universitas Sanata Dharma 2017

Spinach was a plant that was loved and consumed as a vegetable by all levels of society. The high population growth caused increasing demand for vegetables. One of the problems faced was the lack of nutrients in the growth medium. Therefore, this study benefitted the cow urine as fermented liquid organic fertilizer to get nutrients for plants (N, P, K) which were good. This study aimed to find out the effects of supplying towards the growth of green spinach plant (Amaranthus Tricolor L.) and the concentration of the liquid organic fertilizer of cow urine which was the most optimal in the growth of green spinach plant (Amaranthus tricolor L.).

This study was done experimentally using Completely Randomized Design (CRD) with one factor and three groups in the liquid cow urine, each group consisted of ten repetitions. The dependent variable in this study was the concentration of liquid organic fertilizer of cow urinewhich was 100 ml, 200 ml , 300 ml. The anova and Duncan analysis is used as data analysis test method to analysis the plant heigt, and number of leaf.

Based on statistic test, the conclusion is the concentration of liquid organic fertilizer of cow urine which is different can cause the various growths of green spinach. In the concentration 100 ml, the liquid organic fertilizer of cow urine is the most optimal dose with average of number the height (19.15 cm) and number of leaf (13.5 leaf) of green spinach plant (Amaranthus tricolor L.)

Keywords: Green spinach (Amaranthus tricolor L.), Liquid organic fertilizer, Cow urine


(3)

i

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR (POC) URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN

TANAMAN BAYAM HIJAU (Amaranthus tricolor L.)

SKRIPSI

DiajukanuntukMemenuhi Salah SatuSyarat MemperolehGelarSarjanaPendidikan

Program StudiPendidikanBilogi

Oleh : Agni HarjonoPutri

NIM : 121434041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

ii

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR (POC) URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN

TANAMAN BAYAM HIJAU (Amaranthus tricolor L.)

SKRIPSI

DiajukanuntukMemenuhi Salah SatuSyarat MemperolehGelarSarjanaPendidikan

Program StudiPendidikanBilogi

Oleh : Agni HarjonoPutri

NIM : 121434041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

iii


(6)

(7)

v

PERSEMBAHAN

Do the best, be good, then you will be the best

(

Lakukan yang terbaik, bersikaplah yang baik maka kau akan menjadi orang yang terbaik

)

Semua ini saya persembahkan untuk (Alm) Ayahanda

terimakasih atas limpahan kasih sayang

semasa hidupnya dan memberikan rasa rindu yang berarti.

Ibunda terimakasih atas limpahan do’a dan kasih sayang yang tak terhingga

dan selalu memberikan yang terbaik.

Ungkapan terimakasihku kepada kakak dan

adikku serta keluarga dan teman-teman yang


(8)

(9)

(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya yang selalu memberikan kesehatan, kekuatan dan kesabaran serta petunjuk dan bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR (POC) URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN BAYAM HIJAU (Amaranthus tricolor L.). Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, khususnya kepada:

1. Kedua orang tua saya Bapak Suharjono (alm) dan Ibu Triasiah atas segala

pengorbanan, kesabaran, do’a, dan tidak pernah lelah dalam mendidik dan

memberi cinta yang tulus dan ikhlas.

2. Bapak Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan semangat dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 3. Trisna Ratih Dewi PItaloka dan Malika Pertiwi selaku kakak dan adik saya

yang selalu memberikan semangat.

4. Augyt Indatmowo yang telah memberikan semangat dan menemani dalam penelitian dari awal hingga akhir.

5. Ailin Felicia, Maria Magdalena Melina yang telah memebantu selama proses penyusunan, pengambilan data hingga olah data.

6. Bapak dan ibu Dosen serta seluruh Staf Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(11)

ix

7. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma angkatan 2012 atas kerjasama dan bantuannya.

8. Semua pihak yang member dukungan, bimbingan, bantuan, serta motivasi kepada penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis bersedia menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini menjadi lebih baik.

Yogyakarta, 25 Februari 2017


(12)

x ABSTRAK

Pengaruh Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bayam Hijau (Amaranthus tricolor L.)

Agni Harjono Putri 121434041

Universitas Sanata Dharma 2017

Bayam merupakan tumbuhan yang digemari dan dikonsumsi sebagai sayuran oleh semua lapisan masyarakat. Pertambahan jumlah penduduk yang tinggi menyebabkan meningkatnya permintaan pasar akan sayuran semakin meningkat. Salah satu permasalahan yang dihadapi adalah kurang tersedianya unsur hara dalam media pertumbuhan. Oleh karena itu, penelitian ini memanfaatkan urin sapi sebagai pupuk organik cair yang difermentasi untuk memperoleh unsur hara bagi tanaman (N, P, K) yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair urin sapi terhadap pertumbuhan bayam hijau (Amaranthus tricolor L.) dan mengetahui konsentrasi pupuk organik cair urin sapi yang paling optimal dalam pertumbuhan tanaman bayam hijau (Amaranthus tricolor L.).

Penelitian ini dilakukan secara eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor dan 3 kelompok perlakuan pupuk cair urin sapi, masing-masing kelompok terdiri dari 10 ulangan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi pupuk organik cair urin sapi yaitu 100 ml, 200 ml, 300 ml. Data dianalisis menggunakan statistik yaitu anova dan Duncan dengan parameter tinggi tanaman dan jumlah daun.

Pada penelitian inidapat disimpulkan bahwa konsentrasi pupuk organik cair urin sapi yang berbeda dapat menyebabkan pertumbuhan bayam hijau bervariasi. Konsentrasi 100 ml pupuk organik cair urin sapi adalah dosis yang paling optimal dengan penambahan rata-rata tinggi tanaman (19,15 cm), dan jumlah daun (13,5 helai) pada tanaman bayam hijau (Amaranthus tricolor L.)

Kata kunci: Bayam hijau (Amaranthus tricolor L.), Pupuk Organik Cair, Urin Sapi


(13)

xi ABSTRACT

THE EFFECTS OF VARIOUS DOSES OF LIQUID ORGANIC FERTILIZER OF COW URINE ON THE GROWTH OF GREEN

SPINACH PLANT (Amaranthus tricolor L.) Agni Harjono Putri

121434041

Universitas Sanata Dharma 2017

Spinach was a plant that was loved and consumed as a vegetable by all levels of society. The high population growth caused increasing demand for vegetables. One of the problems faced was the lack of nutrients in the growth medium. Therefore, this study benefitted the cow urine as fermented liquid organic fertilizer to get nutrients for plants (N, P, K) which were good. This study aimed to find out the effects of supplying towards the growth of green spinach plant (Amaranthus Tricolor L.) and the concentration of the liquid organic fertilizer of cow urine which was the most optimal in the growth of green spinach plant (Amaranthus tricolor L.).

This study was done experimentally using Completely Randomized Design (CRD) with one factor and three groups in the liquid cow urine, each group consisted of ten repetitions. The dependent variable in this study was the concentration of liquid organic fertilizer of cow urinewhich was 100 ml, 200 ml , 300 ml. The anova and Duncan analysis is used as data analysis test method to analysis the plant heigt, and number of leaf.

Based on statistic test, the conclusion is the concentration of liquid organic fertilizer of cow urine which is different can cause the various growths of green spinach. In the concentration 100 ml, the liquid organic fertilizer of cow urine is the most optimal dose with average of number the height (19.15 cm) and number of leaf (13.5 leaf) of green spinach plant (Amaranthus tricolor L.)

Keywords: Green spinach (Amaranthus tricolor L.), Liquid organic fertilizer, Cow urine


(14)

xii DAFTAR ISI

BAB VI HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... vii

KATA PENGANTAR ...viii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakang ... 1

B. RumusanMasalah ... 4

C. TujuanPenelitian ... 5

D. ManfaatPenelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. TanamanBayam... 7

1. Sejarah ... 7

2. TaksonomidanMorfologi... 7

3. SyaratTumbuh ... 9

4. Manfaat .Bayam ... 10

5. Hama danPenyakit ... 11

6. FaktorEksternaldan Internal ... 12

B. PupukOrganikCair ... 14

C. KandunganEmpon-empon... 16

D. Fermentasi ... 17

E. PenelitianRelevan ... 20

F. KerangkaBerpikir ... 21

G. Hipotesa... 22

BAB III METODE PENELITIAN... 23

A. JenisdanRancanganPenelitian ... 23

1. VariebelBebas ... 23

2. VariebelTerikat ... 23

3. VariebelKontrol... 24

B. BatasanMasalah... 24


(15)

xiii

D. Cara Kerja ... 26

1. Penelitian di Lapangan ... 26

a) PembuatanPupuk ... 26

b) PenanamanBayam ... 27

E. TehnikPengumpulan Data ... 29

F. MetodeAnalisis Data ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Hasil ... 32

1. PertambahanTinggiTanamanBayam ... 32

2. PertambahanJumlahTanamanBayam ... 34

B. Pembahasan ... 36

1. PolaPertumbuhanTanamanBayamTiapMinggu ... 36

2. PengaruhPemberianKonsentrasiPupukCairUrinSapi yang BerbedaterhadapPertambahanTinggidanPertambahan JumlahDaun ... 38

C. KeterbatasanPenelitian ... 42

BAB V IMPLEMENTASI TERHADAP PEMBELAJARAN ... 44

KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 47


(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel1.1 :ProduksiSayuranMenurutJenisTanaman, 2012 (Ton) ... 1

Tabel2.2 :KandunganGizidanJumlah yang DikandungBayam ... 10

Tabel2.3 :JumlahUnsur Hara KotoranTernakCair ... 19

Tabel4.1 : Rata-rata pertambahantinggitanamantiapperlakauan ... 33

Tabel4.2 : Rata-rata pertumbuhanjumlahdauntiapperlakuan ... 35


(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar2.1 :Bayamhijau ... 6

Gambar2.2 :Reaksikimia yang terjadipadafermentasi ... 18

Gambar 2.3 : Kerangkaberfikir ... 22

Gambar4.1 :Pertumbuhantinggitanamanbayam ... 32


(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Silabus ... 50

Lampiran 2 : RencanaPelaksanaanPembelajarn... 58

Lampiran3: Datatinggimasing-masingperlakuan(cm) ... 92

Lampiran 4 : Data jumlahdaunmasing-masingperlakuan (helai) ... 94

Lampiran 5 : Data tinggidanpertambahantinggi(cm) ... 96

Lampiran 6 : Data pertambahanjumlahdaun (helai)... 98

Lampiran 7 : HasilujiNormalitasdata tinggidanjumlahdaun ... 100

Lampiran 8 : HasilujiHomogenitas data tinggidanjumlahdaun ... 101

Lampiran 9 : HasilujiAnovaterhadaptinggidanjumlahdaun ... 102

Lampiran10 : Data pengukuransuhuudaradan pH tanah ... 104

Lampiran11 :Gambarpembuatanpupukorganikcairurinsapi ... 105


(19)

59 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Berbagai upaya sudah dilakukan untuk dapat meningkatkan produksi sayuran, namun demikian masih belum dapat mengimbangi permintaan pasar.. Keadaan ini dimungkinkan antara lain sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk, perbaikan pendapatan dan peningkatan kesadaran gizi masyarakat. Permintaan pasar saat ini dari tahun ke tahun mengalami peningkatan untuk minat bayam hijau sebagai salah satu olahan dan kebutuhan gizi Selain itu di kota-kota besar tumbuh permintaan pasar yang menghendaki komoditas sayuran dengan kualitas yang baik dan dengan berbagai jenis yang lebih beragam.

Tabel 1.1 Produksi sayuran menurut jenis tanaman, 2012 (Ton) No Jenis sayuran

Kabupaten/kota

DIY Bantul Sleman Kota

1. Bawang merah 9219,1 39,9 - 11855,0

2. Buncis - 483,3 - 483,6

3. Kangkung 564,1 1189,2 - 2120,5

4. Bayam 297,0 613,6 - 1256,8

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Berbagai jenis komoditas sayuran diusahakan oleh petani di daerah pinggiran perkotaan dalam luas garapan yang sempit, seperti sawi (caisim), bayam, kangkung, terong, cabai, tomat, bawang merah, bawang putih, kacang panjang dan sebagainya (Soethama et al., 1998). Umumnya dalam satu penguasaan lahan, diusahakan beraneka ragam komoditas sayuran dalam


(20)

petakan yang berbeda, misalnya disamping diusahakan komoditas sayuran sawi hijau (caisim), ditanam juga bayam, kangkung, cabai, kacang panjang dan komoditas sayuran lainnya.

Bayam merupakan bahan sayuran daun yang bergizi tinggi dan digemari oleh semua lapisan masyarakat. Daun bayam dapat dibuat berbagai olahan, bahkan disajikan sebagai hidangan mewah (elit). Di beberapa negara berkembang, bayam dipromosikan sebagai sumber protein nabati, karena berfungsi ganda bagi pemenuhan kebutuhan gizi. Kelembapan udara yang cocok untuk tanaman bayam antara 40-60%, syarat tanah yang cocok untuk tumbuh tanaman bayam yaitu tanah dengan kondisi subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, memiliki pH 6-7, dan tanah tidak menggenang, suhu udara yang sesuai untuk tanaman bayam berkisar antara 16-20˚C (Rukmana, 1995).

Salah satu hambatan dalam pembibit adalah kurang tersedianya unsur hara dalam media tumbuh pembibitan yang digunakan, khususnya pada media sapih. Karena itu untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman dilakukan dengan pemberian pupuk pada media tersebut sehingga diharapkan pertumbuhan semai tanaman yang sehat dapat tercapai (Desiana, dkk., 2013). Urin sapi merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan ketersediaan, kecukupan, dan efisiensi serapan hara bagi tanaman yang mengandung mikroorganisme sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik (N,P,K) dan meningkatkan hasil tanaman secara maksimal. Adanya bahan organik dalam Biourine mampu memperbaiki sifat fisika, kimia,


(21)

dan biologi tanah. Pemberian pupuk organik cair seperti Biourine merupakan salah satu cara untuk mendapatkan tanaman bayam organik yang sehat dengan kandungan hara yang cukup tanpa penambahan pupuk anorganik (Dharmayanti, 2013)

Penggunaan pupuk organik cair sebagai bahan dasar pupuk organik adalah salah satu solusi yang dapat memberikan nilai tambah bagi petani. Dengan penanganan tertentu limbah yang tadinya dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, sekarang dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk cair untuk menambah suplai hara bagi tanaman yang berguna untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi sekaligus menambah pendapatan petani. Kelebihan dari pupuk organik adalah dapat secara tepat mengatasi defisiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara, dan mampu menyediakan hara secara cepat (Hadisuwito, 2012).

Pupuk organik umumnya merupakan pupuk lengkap karena mengandung unsur makro dan mikro meskipun dalam jumlah sedikit. Penggunaan pupuk kandang atau kompos selama ini diyakini dapat mengatasi permasalahan yang ditimbulkan pupuk anorganik. Pupuk organik yang dapat dipergunakan untuk membantu mengatasi kendala produksi pertanian yaitu pupuk organik cair. Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang (Indrakusuma, 2000).


(22)

Berdasarkan penelitian oleh Supriyanto. (2014) yang menggunakan pupuk organik cair urin sapi terhadap pertumbuhan semai jabon merah dengan parameter tinggi tanaman semai jabon merah diperoleh pada perlakuan M1 dengan dosis POC urin sapi 150 ml/l air dengan rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman yairu 6,38 cm. Pada penelitian Mappanganro, dkk. (2010) yang menggunakan pupuk organik cair urin sapi terhadap tanaman stroberi pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan produksi. Dengan hasil penambahan urin sapi (50 ml L-1) memberikan hasil terbaik terhadap produksi tanaman stroberi, pupuk organik cair urin sapi (6 ml L-1) dan (50 ml L-1) memberikan hasil terbaik pada tinggi tanaman dan jumlah daun Sedangkan pada penelitian ini menggunakan pupuk organik cair urin sapi dengan penambahan tetes tebu dan empon-empon (jahe, kunyit, kencur, lengkuas) untuk membuat aroma khas urin sapi menjadi sedikit berkurang dari aroma sebelumnya. Pupuk organik cair urin sapi yang diaplikasikan pada tanaman bayam hijau dengan parameter tinggi tanaman dan jumlah daun, diperoleh hasil dengan konsentrasi 10% yang dapat mempengaruhi dengan rata-rata tinggi tanaman (23,15 cm) dan jumlah daun (19,15 helai).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh pemberian pupuk organik cair urin sapi terhadap pertumbuhan tanaman bayam hijau (Amaranthus tricolor L.) dalam berbagai konsentrasi ?


(23)

2. Berapakah konsentrasi pupuk organik cair urin sapi yang paling optimal dalam pertumbuhan tanaman bayam hijau (Amaranthus tricolor L.)?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalan yang diuraikan, maka tujuan yang ingin dicapai adalah :

1. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair urin sapi terhadap pertumbuhan bayam hijau (Amaranthus tricolor L.) dalam berbagai konsentrasi.

2. Mengetahui konsentrasi pupuk organik urin sapi yang paling optimal dalam pertumbuhan tanaman bayam hijau (Amaranthus tricolor L.)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh berdasarkan tujuan di atas adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis

Merupakan suatu kesempatan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh di kampus untuk memecahkan masalah yang ada di masyarakat melalui suatu wacana mengenai produksi pupuk organik cair yang berkualitas tinggi dari bahan dasar urin sapi melalui prinsip fermenatasi anaerob.

2. Bagi masyarakat

Memperoleh informasi menegnai penyediaan pupuk organik cair berkualitas tinggi yang dapat dilakukan secara mandiri serta mendapatkan alternatif pemanfaatan urin sapi yang bernilai tinggi, serta setelah


(24)

diterapkan dapat diketahui pupuk yang paling baik untuk pertumbuhan mikroorganisme tanah dan pertumbuhan tanaman.

3. Bagi ilmuan

Membuka peluang penelitian mengenai optimalisasi produksi pupuk organik cair dari urin sapi, aplikasi pada tanaman pertanian dan pengaruh penggunaannya pada lahan pertanian.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Bayam

1. Sejarah singkat

Bayam merupakan tanaman sayuran yang dikenal dengan nama ilmiah Amaranthus sp. Kata “amaranth” dalam bahasa yunani berarti “

everlasting” (abadi). Tanaman bayam berasal dari daerah Amerika

Tropik. Tanaman bayam semula dikenal sebagai tumbuhan hias. Dalam perkembangan selanjutnya tanaman bayam dipromosikan sebagai bahan pangan sumber protein, terutama untuk negara-negara berkembang. Diduga tanaman bayam masuk ke Indonesia pada abad XIX ketika lalu lintas perdagangan orang luar negeri masuk ke wilayah Indonesia.

2. Taksonomi dan Morfologi

Menurut taksonomi bayam hijau dapat di klasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Sub classis : Amaranthoideae Ordo : Caryophyllales Familia : Amaranthaceae

Genus : Amaranthus Gambar 2.1 Bayam hijau

Spesies : Amaranthus tricolor L. (Rukmana, 1994)


(26)

Secara morfologis, bagian-bagian tanaman bayam hijau dapat dideskripsikan sebagai baerikut:

a) Akar

Bentuk tanaman bayam adalah terma (perdu), tinggi tanaman dapat mencapai 1,5 sampai 2 m, berumur semusim atau lebih. Sistem perakaran menyebar dangkal pada kedalaman antara 20-40 cm dan berakar tunggang.

b) Batang

Batang tumbuh tegak, tebal, berdaging dan banyak mengandung air, tumbuh tinggi diatas permukaan tanah. Bayam tahunan mempunyai batang yang keras berkayu dan bercabang banyak. Bayam kadang-kadang berkayu dan bercabang banyak.

c) Daun

Daun berbentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing dan urat-urat daun yang jelas. Warna daun bervariasi, mulai dari hijau muda, hijau tua, hijau keputih- putihan, sampai berwarna merah. Daun bayam liar umumnya kasap (kasar) dan kadang berduri.

d) Bunga

Bunga bayam berukuran kecil, berjumlah banyak terdiri dari daun bunga 4-5 buah, benang sari 1-5, dan bakal buah 2-3 buah. Bunga keluar dari ujung-ujung tanaman atau ketiak daun yang tersusun seperti malai yang tumbuh tegak. Tanaman dapat berbunga sepanjang musim. Perkawinannya bersifat uniseksual, yaitu dapat menyerbuk


(27)

sendiri maupun menyerbuk silang. Penyerbukan berlangsung dengan bantuan angin dan serangga.

e) Biji

Biji berukuran sangat kecil dan halus, berbentuk bulat, dan berwarna coklat tua sampai mengkilap sampai hitam kelam. Namun ada beberapa jenis bayam yang mempunyai warna biji putih sampai merah, misalnya bayam maksi yang bijinya merah.

3. Syarat tumbuh

Tanaman bayam biasanya tumbuh di daerah tropis dan menjadi tanaman sayur yang penting bagi masyarakat di dataran rendah. Bayam merupakan tanaman yang berumur tahunan, cepat tumbuh serta mudah ditanam pada kebun ataupun ladang (Palada dan Chang, 2003). Hasil panen yang optimal ditentukan oleh pemilihan lokasi penanaman. Lokasi penanaman harus memperhatikan persyaratan tumbuh bayam, yaitu: keadaan lahan harus terbuka dan mendapat mendapat sinar matahari serta memiliki tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, memiliki pH 6-7 dan tidak tergenang air (Rukmana, 1995).

Bayam sangat toleran terhadap besarnya perubahan keadaan iklim. Faktor- faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman antara lain: ketinggian tempat, sinar matahari, suhu, dan kelembaban. Bayam dapat tumbuh di dataran tinggi dan dataran rendah. Ketinggian tempat yang optimum untuk pertumbuhan bayam yaitu kurang dari 1400 m dpl. Kondisi iklim yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayam adalah


(28)

curah hujan yang mencapai lebih dari 1500 mm/tahun, cahaya matahari penuh, suhu udara berkisar 17-28°C, serta kelembaban udara 40-60% (Lestari, 2009).

4. Manfaat bayam

Bayam merupakan bahan sayuran daun yang bergizi tinggi dan digemari oleh semua lapisan masyarakat. Daun bayam dapat dibuat berbagai sayur mayur, bahkan disajikan sebagai hidangan mewah (elit). Di beberapa negara berkembang bayam dipromosikan sebagai sumber protein nabati, karena berfungsi ganda bagi pemenuhan kebutuhan gizi maupun pelayanan kesehatan masyarakat.

Dengan memiliki banyak vitamin A atau niacin, bayam mencegah penyakit mata, memperkuat system kekebalan tubuh dan memiliki sifat anti-kanker. sayuran ini juga dapat bermanfaat untuk metabolisme tulang. Karena sifatnya yang rendah kalori membuat bayam sebagai makanan yang sangat baik untuk menjaga kesehatan tubuh. Kandungan gizi dari 100 gram bayam dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.1 Jumlah kandungan gizi pada bayam hijau Kandungan Gizi Jumlah

Kalori 20,74 kkal

Lemak 0,30 g

Kolesterol 10 mg

Sodium 69 mg

Karbohidrat 0,61 g


(29)

Sumber : Rukmana, 1994

5. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman bayam

Menurut Widjaya (1996) hama yang menyerang bayam, yaitu:

a) Serangga ulat daun (Spodoptera plusia hymenia) yang menyerang tanaman bayam ini biasanya dijumpai dengan gejala seperti daun berlubang-lubang. Hama ini dapat diberantas dengan pertisida/cukup dengan menggoyangkan tanaman.

b) Serangga kutu daun (Myzus persicae sp.) dengan gejala daun rusak, berlubang dan layu. Hama ini dapat diberantas dengan pestisida/cukup dengan menggoyangkan tanaman.

c) Serangga tungau (Polyphagotarsonemus latus) sering dijumpai pada tanaman bayam dengan gejala daun rusak, berlubang dan layu. Hama ini dapat diberantas pestisida/cukup dengan menggoyangkan tanaman.

d) Serangga lalat (Liriomyza sp.) sering ditemukan merusak daun bayam. Obat pemberantasnya sama dengan yang disebutkan diatas.

Kandungan Gizi Jumlah

Gula 0,47 g

Protein 2.63 g

Vitamin A 589,17 ug

Vitamin C 40 mg

Vitamin B12 120 ug

Vitamin B3 1,38 mg

Kalsium 117 mg


(30)

e) Rebah kecambah Penyebab: cendawan Phytium sp. Gejala: menginfeksi batang muda maupun daun bayam. Pengendalian: Fungisida

f) Busuk basah Penyebab: cendawan Rhizoctonia sp. Ditandai dengan gejala adanya bercak-bercak putih. Cara pengendalian sama dengan pengendalian penyakit rebah kecambah.

g) Karat putih Penyebab: cendawan Choanephora sp. Di tandai dengan gejala yang menyerang daun sebelah bawah, yang mengakibatkan bercak-bercak putih pada bagian yang terinfeksi. Pengendalian sama dengan pengendalian penyakit rebah kecambah.

h) Gulma jenis rumput-rumputan, alang-alang. Ciri-ciri tumbuhan mengganggu tanaman budidaya. Dapat dijumpai dengan gejala lahan banyak ditumbuhi pemila liar. Pencegahan dapat dilakukan dengan herbisida.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Bayam

Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman bayam adalah sebagai berikut:

a) Faktor internal (1) Gen

Proses imbibisi dalam perkecambahan melibatkan aktivitas enzim hidrolitik. Aktivitas enzim ini dikendalikan oleh gen-gen yang bertanggung jawab untuk hal tersebut. Kemampuan


(31)

metabolisme pada tumbuhan dipengaruhi oleh enzim-enzim metabolik yang mengatur laju metabolisme. Aktivitas metabolik ini juga dikendalikan oleh gen-gen yang dimiliki tumbuhan tersebut (Aryulina, dkk., 2009)

(2) Hormon

Menurut Aryulina, dkk., (2009), pertumbuhan dan perkembangan akan melibatkan berbagai macam hormon. Hormon-hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah sebagai berikut :

Auksin, berperan memacu proses pemanjangan sel;

Giberelin, berperan dalam merangsang perkembangan dan perkecambahan embrio;

Etilen, berperean dalam proses pematangan buah dan kerontokan daun;

Sitokinin, berperan dalam pembelahan sel (sitokinesis); Asam absisat, berperan dalam proses penuaan dan gugurnya daun;

Kalin, berperan dalam proses organogenesis;

Traumalin, berperan dalam proses regenerasi sel apabila tumbuhan mengalami kerusakan jaringan.


(32)

b) Faktor eksternal (1) Tanah

Tanaman bayam sebenarnya dapat tumbuh di semua jenis tanah, namun demikian, untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal, bayam harus ditanam pada jenis tanah yang gembur.

B. Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan (feses dan urin), dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Urin adalah zat-zat yang disekresikan melalui ginjal, zat-zat-zat-zat yang didapat didalamnya adalah zat-zat makanan yang telah dicerna, diserap dan bahkan telah dimetabolisme oleh sel-sel tubuh kemudian dikeluarkan melalui ginjal dan saluran urin. Urin mempunyai zat pengatur tumbuh dan mempunyai sifat penolak hama atau penyakit tanaman (Setiawan, 2010).

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman atau kotoran hewan yang telah melalui proses rekayasa dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Simanungkalit, 2006). Menurut Yuliarti (2009) pupuk organik merupakan hasil akhir dari penguraian bagian-bagian atau sisa tanaman dan binatang (makhluk hidup) misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, bungkil, guano, dan lain sebagainya. Agar dapat disebut sebagai pupuk


(33)

organik, pupuk yang dibuat dari bahan alami tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain:

Zat N harus dalam bentuk senyawa organik yang dapat dengan mudah diserap oleh tanaman

Pupuk tersebut tidak meninggalkan sisa asam organik didalam tanah Mempunyai kadar C organik yang tinggi seperti hidrat arang

Pupuk organik memiliki banyak keunggulan, antara lain:

Dapat memperbaiki struktur tanah

Memiliki kandungan unsur hara makro dan mikro yang lengkap Ramah lingkungan

Murah dan mudah didapat bahkan dapat dibuat sendiri

Mampu menyerap dan menampung air lebih lama disbanding dengan pupuk organik

Membantu meningkatkan jumlah mikroorganisme pada media tanaman, sehingga dapat meningkatkan unsur hara pada tanaman (Pranata, 2004).

Pupuk organik dapat meningkatkan anion-anion utama untuk pertumbuhan tanaman seperti nitrat, fosfat, sulfat, borat, dan klorida serta meningkatkan ketersediaan hara makro untuk kebutuhan tanaman dan memperbaiki sifat fisika, kimia, biologi tanah. Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar dipasaran. Pupuk organik cair lebih mudah terserap oleh tanaman karena unsur-unsur didalamnya sudah terurai. Tanaman menyerap hara terutama melalui akar namun daun juga


(34)

memiliki kemampuan menyerap hara terutama melalui akar namun daun juga memiliki kemampuan menyerap hara, oleh sebab itu pupuk cair dapat disemprotkan pada daun. Keuntungan dari penggunaan pupuk organik cair, kita dapat melakukan tiga macam proses dalam sekali pekerjaan, yaitu memupuk tanaman, menyiram tanaman, dan mengobati tanaman (Yuliarti, 2009).

C. Kandungan Empon-empon

Empon-empon adalah sekumpulan akar tanaman yang menjadi rempah dan berperan penting dalam perawatan kesehatan. Termasuk dalam empon-empon meliputi jahe, kunyit, lengkuas, kencur, temulawak, dan beberapa lainnya. Tanaman ini amat identik dengan nusantara, dan semakin diakui nilai dan khasiat kesehatannya terutama setelah masyarakat modern semakin melihat cara hidup sehat sebagai bagian dari peradaban.

Jahe (Zingiber officinale) merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-obatan tradisional. Kandungan bahan aktif jahe antara lain : minyak astiri 2 – 3%, zingberin, kamfen, borneol, sineol, zingiberol, geranipl, gingerin, gingerol, umbi jahe mengandung senyawa oleoresin yang lebih dikenal sebagai gingerol yang bersifat sebagai antioksidan. Lengkuas atau laos (Alpinia galanga) merupakan jenis tumbuhan umbi-umbian yang bisa hidup di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Di dalam rimpang lengkuas terdapat banyak sekali senyawa yang penting dan salah satunya yaitu


(35)

kandungan senyawa minyak atsiri, amilum, minyak alpinen, metil cinnamic acid, kamfer, eugenol.

Kandungan bahan aktif yang terdapat dalam kunyit (Curcuma domestica Val.) antara lain : kurkumin, minyak astiri, phellandrene, sabinene, sineol, borneol, zingiberene, turmeron, camphene, camphor, caprylic acid, methoxinnamic acid, dan zat warna alkaloid curcumid. Kandungan bahan aktif yang terdapat di dalam rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) adalah pati (4,14%), mineral (13,73%), minyak astiri (0,02%) berupa sineol, asam metal kanil, penta dekaan, ethyl aster, asam sinamat, borneol, camphene, asam anisat dan alkaloid (Muhlisah, 1999).

D. Fermentasi

Fermentasi merupakan aktivitas mikroorganisme anaerob yang tidak memerlukan oksigen yang mampu mengubah atau mentransformasikan senyawa kimia ke substrat organik (Rahman,1989). Selanjutnya Winarno (1990) mengemukan bahwa fermentasi dapat terjadi karena ada aktivitas mikroorganisme penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai, proses ini dapat menyebabkan perubahan sifat bahan tersebut. Joo (1990) melaporkan bahwa teknologi fermentasi anaerob untuk skala petani telah banyak dikembangkan, dimana hasilnya pupuk kandang dikonversikan tidak hanya dalam bentuk pupuk organik cair yang baik tetapi juga dalam bentuk biogas yang berenergi tinggi. Studi tentang jenis bakteri yang berperan dalam fermentasi anaerob telah dimulai sejak tahun 1892 sampai sekarang. Ada dua tipe bakteri yang terlibat yaitu bakteri fakultatif yang mengkonversi selulosa


(36)

menjadi glukosa selama proses dekomposisi awal dan bakteri obligat yang merespon dalam proses dekomposisi akhir dari bahan organik yang menghasilkan bahan yang sangat berguna dan alternatif energi pedesaan (Joo, 1990).

Reaksi pembentukan metana (Price and Paul, 1981) dari bahan – bahan organik yang dapat terdegradasi dengan bantuan enzim maupun bakteri pada pembuatan biogas dari bahan baku kotoran sapi yang banyak mengandung selulosa. Bahan baku dalam bentuk selulosa akan lebih mudah dicerna oleh bakteri anaerob dapat dilihat pada reaksi berikut:

. Gambar 2.2 Reaksi kimia yang terjadi pada fermentasi

Sebagai salah satu potensi dalam bidang peternakan, maka perlu melihat peluang-peluang dari produk-produk peternakan yang dapat

digunakan. Salah satu peluang, yang dapat digunakan yaitu kotoron dan

limbah urin sebagai bahan baku pembuatan pupuk cair organik. Saat ini

penggunaan pupuk organik makin meningkat sejalan dengan berkembangnya


(37)

(fermentasi) menjadi pupuk cair dengan kandungan hara tinggi berbahan

limbah urin (biourine) sebagai nutrisi tanaman sehingga menjadikan salah satu

pendapatan bagi peternak (Hannayuri, 2011).

Pupuk organik cair ini mempunyai kelebihan dapat secara cepat

mengatasi defesiensi hara dan tidak bermasalah dalam pencucian hara juga

mampu menyediakan hara secara cepat. Pupuk organik cair tidak merusak

humus tanah walaupun seringkali digunakan. Menurut Rachman (2002) pupuk

kandang cair adalah pupuk yang baik sebagai sumber hara tanaman. Melalui

pengumpulan pupuk cair yang baik, maka bahan ini merupakan sumber pupuk

yang dapat digunakan dengan harga murah. Kandungan hara yang terdapat

pada kotoran ternak cair dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2 Jumlah unsur hara kotoran ternak cair.

Jenis

Kandungan Hara (%)

N P K Ca Hg Na Fe Mn Zn Cu Cr

Sapi 1,1 0,5 0,9 1,1 0,8 0,2 5726 344 122 20 6

Babi 1,7 1,4 0,8 3,8 0,5 0,2 1692 507 624 510 25

Ayam 2,6 3,1 2,4 12,7 0,9 0,7 1758 572 724 80 17

Sumber : Rachman, 2002.

Berdasarkan dari segi fisiknya pupuk organik cair memang lebih bau

dibandingkan pupuk kandang padat, namun, pupuk cair memiliki berbagai

keunggulan. Pupuk cair mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk


(38)

dari nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Nitrogen digunakan untuk

pertumbuhan tunas dan batang dan daun. Fosfor (P) digunakan untuk

merangsang pertumbuhan akar, buah, dan biji. Sementara kalium (K)

digunakan untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama

dan penyakit (Setiawan, 2007).

E. Penelitian Relevan

No Peneliti Judul/permasalahan Hasil

1. Supriyanto, 2014 Pengaruh berbagai Dosis Pupuk Organik Cair Urin Sapi terhadap

Pertumbuhan Semai

Jabon Merah

(Anthocephalus macrophyllus (Roxb) Havil.)

Pertumbuhan tertinggi pada

semai jabon diperoleh pada

perlakuan M1 dengan dosis

POC urin sapi 150 ml/L air

dengan rata-rata pertumbuhan

tinggi tanaman yaitu 6,38 cm,

sedangkan pertumbuhan

terendah terdapat pada

perlakuan M0 yaitu 2,52 cm

dengan perlakuan tanpa

pemberian POC Urin Sapi.

2. Mappanganro

dkk, 2010

Pertumbuhan Dan

Produksi Tanaman

Stroberi Pada

Berbagai Jenis Dan

Konsentrasi Pupuk

Pupuk organik cair urin sapi

memberikan hasil terbaik

pada tinggi tanaman dan

jumlah daun tanaman stroberi,


(39)

Organik Cair Dan

Urin Sapi Dengan

Sistem Hidroponik

Irigasi Tetes

L-1 ) memberikan hasil

terbaik terhadap pertumbuhan

dan produksi tanaman

stroberi. Pupuk organik cair

sapi (6 ml L-1) dan urin sapi

(50 ml L-1) memberikan hasil

terbaik pada tinggi tanaman

dan jumlah daun.

3. Kirani, 2013 Pertumbuhan dan

Hasil Tiga Varietas

Bayam

(Amaranthussp.)

Pada Berbagai

Macam Media Tanam

Secara Hidroponik

Varietas Giti Merah dan

penggunaan media arang

sekam berpengaruh lebih baik

terhadap tinggi tanaman,

jumlah daun, panjang akar,

bobot segar tanaman, dan

bobot kering tanaman pada

tanaman bayam secara

hidroponik.

F. Kerangka Berfikir

Urin sapi diketahui memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman antara lain N, P, K, Ca, Hg, Na, Fe, Mn, Za, Cu, dan Cr. Kandungan unsur-unsur tersebut, dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pemberian pupuk organik cair urin sapi sebagai pupuk pada tanaman


(40)

bayam dapat menjadi tambahan kebutuhan unsur hara sehingga tanaman bayam dapat tumbuh secara optimal. Bagan kerangka berfikir sebagai berikut:

Ganbar 2.3 kerangka berfikir G. Hipotesa

-


(41)

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka berpikir dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Pupuk organik cair urin sapi berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bayam hiaju (Amaranthus tricolor L.)

2. Pupuk organik cair berbahan urin sapi dengan konsentrasi 10% paling efektif dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman bayam hijau (Amaranthus tricolor L.).


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian eksperimental. Eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terperinci yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab masalah atau menguji sesuatu hipotesis. Suatu eksperimen akan berhasil jika variabel yang dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara jelas dalam suatu hipotesis, juga kondisi yang akan dikontrol sudah tepat. Dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola ini dikenal sebagai pengacakan lengkap atau pengacakan dengan tiada pembatasan.

Penelitian ini menggunakan 3 jenis variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol. Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian.

1. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang dibuat bebas dan bervariasi yang nilainya mempengaruhi nilai variabel terikat. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel bebas adalah konsentrasi urin sapi cair yaitu 10%, 20%, dan 30%

2. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang muncul akibat adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang digunakan dalam variabel terikat adalah


(43)

tinggi batang dan jumlah daun. Adapun ketentuan pengukuran sebagai berikut:

a) Tinggi tanaman: perhitungan dan pengukuran yang digunakan untuk tinggi tanaman adalah bagian kotiledon.

b) Jumlah daun: perhitungtn dan pengukuran yang digunakan untuk jumlah daun adalah daun yang menempel pada tunas yang dipelihara.

3. Variabel kontrol

Variabel kontrol adalah variabel lain yang ikut berpengaruh yang dibuat sama pada setiap media percobaan dan terkendali. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel kontrol adalah benih tanaman bayam, media tanam, umur tanaman, dan waktu penyiraman.

B. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Pupuk organik cair urin sapi terdiri dari 3 konsentrasi, yaitu 10%, 20%, dan 30% dengan volume pemupukan 100 ml untuk setiap tanaman bayam hijau (Amaranthus tricolor L.)

2. Urin sapi yang digunakan diambil dari perternakan warga Desa Maguwoharjo, serta untuk menjadikan pupuk organik cair urin sapi difermentasikan terlebih dahulu.

3. Empon-empon yang digunakan sebagai campuran pembuatan pupuk organik cair urin sapi adalah jahe, kunyit, lengkuas dan kencur.


(44)

4. Parameter pertumbuhan yang diukur adalah tinggi tanaman dan jumlah daun.

C. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian Alat

1. Ph meter

2. Gelar ukur besar 1000 ml 3. Cangkul

4. Ember 5. Sekop 6. Gunting 7. Pengaduk

8. Botol air mineral Bahan

1. Benih tanaman bayam hijau (Amaranthus tricolor L.) 2. Polybag 25x25 cm

3. Urin sapi

4. EM4 (PT.Songgolangit Persada Jakarta) 5. Tetes tebu


(45)

D. Cara Kerja

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober-November 2016, yang dilaksanakan di Laboratorium Percobaan Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

1. Penelitian di Lapangan a) Pembuatan Pupuk

Langkah kerja pembuatan pupuk organik cair (POC) urin sapi sebagai berikut :

Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu

Urin sapi ; empon-empon (kunyit, jahe, lengkuas, kencur) ; tetes tebu ; EM4 dengan perbandingan 3 liter urin sapi ; ¼ tiap empon-empon ; 300 ml tetes tebu ; 150 ml EM4

Kunyit, jahe, lengkuas, kencur, ditumbuk sampai halus kemudian di masukkan tetes tebu ke dalam ember plastik

Urin sapi dimasukkan ke dalam ember plastik kemudian diaduk merata dengan pengaduk.

EM4 dimasukkan ke dalam ember plastik diaduk merata kemudian ditutup dan disimpan selama 7-10 hari,

Selama proses penyimpanan pupuk organik cair urin sapi diaduk setiap harinya, untuk membuang gas.

Setelah melalui fermentasi selama 7-10 hari ditandai perubahan warna dan bau. Pupuk organik cair urin sapi kemudian disaring


(46)

untuk memisahkan antara ampas dan cairan pupuk lalu dimasukkan ke dalam botol air mineral dan siap digunakan. b) Penanaman Bayam

(1) Persemaian Tanaman Bayam

Penelitian di lapangan dimulai dengan persemaian, dengan menanam benih tanaman bayam hijau pada polybag ukuran 10x10 cm. Media tanam yang digunakan berupa tanah. Media semai atau tempat persemaian sebelum ditanam benih disiram air terlebih dahulu hingga lembab. Selain itu, benih disebarkan pada polybag yang sudah diisi dengan media tanam.

(2) Pengolahan Lahan dan Media Tanam (Tanah)

Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan areal dari gulma dan tanaman yang telah mati. Pada lahan menggunakan atap plastik guna menghindari cuaca yang tidak menentu agar tanaman tidak rusak. Jarak antar perlakuan 50 cm, serta jarak antar ulangan 50 cm. Polybag yang digunakan untuk mengisi media tanah berukuran 25x25 cm.

(3) Pemindahan Bibit (Penanaman)

Setelah tanaman bayam tumbuh, dipilih yang seragam berdasarkan dari jumlah daun yang seragam yaitu 4 helai dan umur tanaman sebanyak 40 tanaman dan dipindahkan ke dalam polybag yang telah disiapkan.


(47)

(4) Aklimatisasi

Aklimatisasi dilakukan selama 7 hari, mulai dari pemindahan bibit tanaman sampai diberi perlakuan fermentasi urin sapi. Aklimatisasi dilakukan untuk memberikan penyesuaian atau adaptasi terhadap tanaman setelah pemindahan ke polybag. (5) Penyisipan

Penyisipan dilakukan guna mengganti tanaman yang rusak akibat hama, penyakit, ataupun kerusakan mekanisme yang lainnya. Penyisipan dilakukan paling lama 12 hari setelah pindah tanam. (6) Pemberian Perlakuan

Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kontrol (air), pupuk organik cair urin sapi (dosis berbeda-beda). Setiap perlakuan terdapat 10 tanaman, sehingga seluruh tanaman sebanyak 40 tanaman. Pemberian pupuk cair terdiri dari 3 konsentrasi, yaitu 10%, 20%, dan 30%. Pembuatan konsentrasi dilakukan sebagai berikut:

Konsentrasi 10% : 100 ml pupuk cair + 900 ml air Konsentrasi 20% : 200 ml pupuk cair + 800 ml air Konsentrasi 30% : 300 ml pupuk cair + 700 ml air (7) Pemeliharaan

Penyiraman

Penyiraman pupuk organik cair urin sapi dilakukan pada hari Senin pukul 16.00-17.00 WIB secara merata pada seluruh


(48)

tanaman yang sudah berumur 2 minggu setelah pemindahan bibit. Kemudian penyiraman ketanaman sebanyak 100 ml dengan menggunakan gelas ukur.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma yang tumbuh di sekitar polybag maupun lahan tanam. (8) Pengukuran Pertumbuhan Tanaman

Pengukuran pertumbuhan tanaman bayam dilakukan seminggu 2 kali pengukuran. Pengukuran dilakukan setiap hari Selasa dan Jumat. Data yang diambil adalah tinggi tanaman dan jumlah daun pada masing-masing perlakuan. Pengukuran tinggi tanaman menggunakan penggaris dari perlekatan kotiledon batang hingga ujung pucuk tanaman sedangkan untuk menghitung jumlah daun yang sudah terbuka sempurna. Pengamatan dilakukan selama 1 bulan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah dilakukan perlakuan terhadap tanaman. Pengumpulan data dilakukan setiap seminggu dua kali yaitu hari Selasa dan Jumat, sedangkan pemberian perlakuan pada hari Senin dan dilakukan sebanyak empat kali pengulangan.


(49)

F. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh pada hasil pengamatan kemudian dirata-ratakan dengan 10 kali pengulangan. Pada penelitian ini menggunakan uji anova satu arah atau One Way Analysis of Variance. Untuk melakukan uji Anova, harus dipenuhi beberapa asumsi, yaitu : sampel berasal dari kelompok yang independen, variasi antar kelompok harus homogen atau memiliki varian yang sama dan data masing-masing kelompok berdistribusi normal. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan metode parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi yaitu data berasal dari distribusi yang normal. Dalam penelitian ini digunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05. Uji homogenitas dengan SPSS dalam Statistik Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui varian dari beberapa populasi sama atau tidak. Asumsi yang mendasari dalam Analysis of varians (ANOVA) adalah bahwa varian dari beberapa populasi adalah sama. Uji Homogenitas digunakan sebagai bahan acuan untuk menentukan keputusan uji statistik. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji homogenitas adalah :

Jika nilai signifikansi < 0,05 maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah tidak sma.


(50)

Jika nilai signifikansi > 0,05 maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah sama.

Pada penelitian ini digunakan uji Anova satu jalur (One way anova) yang dilakukan untuk menguji ada tidaknya perbedaan mean pada masing-masing kelompok. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan melihat nilai F hitung > F tabel, maka ditolak dan diterima berarti signifikan dan tidak ada perbedaan yang bermakna sehingga tidak perlu diuji lanjut dengan Post Hoc (Suparno, 2011).


(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Penambahan Tinggi Tanaman Bayam

Pengukuran tinggi tanaman bayam dimulai saat tanaman berumur 2 minggu hingga tanaman berumur 6 minggu. Hasil pertambahan tinggi tanaman bayam pada masing-masing perlakuan setiap minggu dapat dilihat pada Gambar 4.1 brikut :

Gambar 4.1 Pertumbuhan Tinggi Tanaman Bayam Pada Beberapa Perlakuan

Berdasarkan Gambar 4.1 diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan tinggi tanaman bayam mengalami pertumbuhan yang pesat serta menunjukkan bahwa adanya perbedaan tinggi tanaman antara beberapa perlakuan yaitu kotrol, pupuk urin sapi 10%, pupuk urin sapi 20%, dan pupuk urin sapi 30%. Setiap perlakuan menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman yang hampir relatif sama, hanya perlakuan A (10%) yang mengalami pertumbuhan yang paling tinggi diantara perlakuan lain.

0 5 10 15 20 25

1 4 8 11 14 18 21 24

T ing g i T ana mn (c m) K (0%) A (10%) B (20%) C (30%) Hari ke-


(52)

Pertambahan tinggi tanaman bayam yang didapatkan merupakan selisih dari awal pengamatan dan akhir pengamatan selama 4 minggu. Rata-rata pertambahan tinggi tanaman bayam pada setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Rata-rata pertambahan tinggi tanaman tiap perlakuan (cm)

Perlakuan Ulangan Rerata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K (0%) 19,5 19,5 11,5 14 22 15,5 16,5 18 16 14 16,65

A (10%) 19 20 23 23 19,5 19 16,5 14,5 17 20 19,15

B (20%) 13 14 20,5 19 16 24 20 17,5 18 17 17,9

C (30%) 19,5 20,5 17 19,5 16,5 14,5 15 14,5 22,5 14 17,35

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata pertambahan tinggi tanaman bayam yang diberi perlakuan A (10%) merupakan yang tertinggi, yaitu 19,15 cm, diikuti dengan perlakuan B (20%) yaitu 17,9 cm, lalu C (30%) yaitu 17,35 cm, dan K (kontrol) dengan rata-rata pertambahan tinggi yaitu 16,65 cm. Rata-rata pertambahan tinggi tanaman yang terendah yaitu tanaman yang tidak diberi perlakuan pupuk cair urin sapi K (kontrol) dengan tinggi 16,65 cm.

Berdasarkan uji anova dapat dilihat bahwa nilai signifikansi 0.312 lebih basar dari taraf signifikan 0.05 sehingga pertumbuhan tinggi tanaman bayam hijau setiap perlakuan tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Setiap perlakuan meningkatkan pertumbuhan tinggi antar perlakuan tidak berbeda secara nyata. Hasil uji Anova dapat dilihat pada lampiran 9.


(53)

2. Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Bayam

Data hasil pengamatan menunjukkan bahwa adanya pengaruh jumlah daun (helai) antara beberapa perlakuan yaitu perlakuan kontrol, urin sapi 10%, urin sapi 20%, dan urin sapi 30%. Pengaruh antar perlakuan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut :

Gambar 4.2 Pertumbuhan jumlah daun tanaman bayam pada beberapa perlakuan

Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa adanya peningkatan jumlah daun pada setiap perlakuan tanaman bayam. Jumlah daun tertinggi diperoleh perlakuan pupuk urin sapi 10% yaitu 19,5, sedangkan jumlah daun yang terendah diperoleh perlakuan pupuk urin sapi 30%.

Pertambahan jumlah daun yang didapatkan merupakan selisih dari awal pengamatan dan akhir pengamatan selama 4 minggu. Rata-rata pertambahan jumlah daun tiap tanaman pada setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.2 :

0 5 10 15 20 25

1 4 8 11 14 18 21 24

Jum

lah

D

aun

(hel

ai

)

K (0%)

A (10%)

B (20%)

C (30%)


(54)

Tabel 4.2 Rata-rata pertambahan jumlah daun tiap perlakuan (helai)

Perlakuan

Ulangan

Rerata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

K (0%) 13 14 12 12 13 13 14 15 13 12 13,1

A (10%) 14 13 13 15 14 13 12 12 14 15 13,5

B (20%) 14 12 14 13 14 14 12 13 13 15 13,4

C (30%) 13 10 13 12 12 13 12 14 11 12 12,2

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata pertambahan jumlah daun paling banyak dihasilkan oleh tanaman yang diberi perlakuan A (10%), yaitu 13.5 helai diikuti dengan tanaman yang diberi perlakuan B (20%), yaitu 13.4 helai. Rata-rata pertambahan jumlah daun pada tanaman yang diberi perlakuan K (kontrol), yaitu 13.1 helai, sedangkan rata-rata jumlah daun paling sedikit adalah tanaman yang diberi perlakuan C (30%), yaitu 12.2 helai.

Berdasarkan uji anova dapat dilihat bahwa nilai signifikansi 0.35 lebih besar dari taraf signifikansi 0.05 sehingga pertambahan jumlah daun tanaman bayam setiap perlakuan memiliki perbedaan yang signifikan, kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil uji Anova dapat dilihat lampiran 9.

Uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan A (10%) memiliki hasil yang berbeda secara signifikan terhadap perlakuan C (30%), namun perlakuan A (10%) tidak berbeda nyata terhadap perlakaun B (20%) dan K (kontrol) dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini.


(55)

Tabel 4.3 Hasil uji Duncan terhadap jumlah daun Perlakuan Rata-rata (cm)

K 13.1ab

A 13.5b

B 13.4b

C 12.2a

Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama tidak

berbeda nyata pada taraf uji Duncan α 0.05

B. Pembahasan

1. Pola pertumbuhan Tanaman Bayam Tiap Minggu

Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa pola pertumbuhan tinggi tanaman mulai hari ke-1 hingga tanggal hari ke-24 merupakan fase pertumbuhan vegetatif, dapat diketahui dari setiap waktu tanaman menunjukkan pertambahan tinggi yang meningkat pesat. sedangkan pertambahan jumlah daun dihari ke-1 hingga hari ke-24 mengalami pertambahan jumlah daun yang meningkat pula, semntara itu untuk hari ke-14 hingga hari ke-24 pertumbuhan jumlah daun mengalami perlambatan setelah itu pertumbahan jumlah daun meningkat stabil. Hal tersebut dapat terjadi karena tanaman dari hari ke-14 hingga hari ke-24 mengalami penambahan daun muda yang muncul pada ketiak daun.

Pertumbuhan tinggi tanaman mengalami peningkatan yang pesat. Peningkatan tinggi yang cukup pesat ini disebabkan karena adanya penutupan dengan plastik menyebabkan intensitas cahaya matahari yang masuk menjadi berkurang. Namun, kondisi tanaman dilihat dari batang


(56)

tetap kokoh, serta daunnya pun melebar. Hal ini didasarkan atas pengamatan pertumbuhan tanaman bayam hanya perlakuan A (10%) pada minggu pertama hingga minggu ke-4 rata-rata tinggi tanaman bayam tersebut adalah 25.15 cm mengalami peningkatan pertambahan tinggi yang pesat. Data rata-rata tinggi tanaman dapat dilihat pada lampiran 16. Selain itu, penanaman dilakukan pada awal musim penghujan sehingga cuaca yang sering mendung dan hujan yang tidak menentu menyebabkan tanaman mendapatkan cahaya yang kurang. Intensitas cahaya yang kurang mengaktifkan hormon auksin dimana terjadi pemanjangan sel yang membuat semua tanaman menjadi lebih tinggi. Pertumbuhan jumlah daun juga meningkat dari hari ke-1 hingga hari ke-24 untuk setiap perlakuan. Meningkatnya jumlah daun disebabkan karena adanya batang yang tumbuh sehingga jumlah daun juga semakin bertambah. Pada tanaman yang diberi perlakuan C mengalami peningkatan yang hampir sama dengan tanaman yang tanpa perlakuan K (kontrol) namun perlakuan C memiliki jumlah daun yang rendah dari semua perlakuan. Hal tersebut dapat terjadi karena saat pengamatan salah satu tanaman pada perlakuan C daun menguning dan akhirnya gugur disebabkan nutrisi yang terkandung lebih banyak sehingga penyerapan oleh akar kurang maksimal, maka secara alami mereka akan memaksa diri untuk menggugurkan daunnya dengan tujuan untuk memperlambat proses transpirasi demi menghemat konsumsi air.


(57)

2. Pengaruh pemberian konsentrasi pupuk cair urin sapi yang berbeda terhadap pertambahan tinggi, dan pertambahan jumlah daun.

Berdasarkan analisis statistik dengan uji anova dapat disimpulkan bahwa penggunaan pupuk cair urin sapi belum berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman bayam. Namun, penggunaan pupuk cair urin sapi dapat memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun pada tanaman bayam.

Konsentrasi pupuk cair urin sapi yang berbeda belum memberikan pengaruh terhadap pertambahan tinggi tanaman bayam hijau. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan tinggi tersebut, yaitu cahaya. Intensitas cahaya yang diterima oleh bayam tidak penuh karena terhalang oleh plastik serta cuaca yang sering mendung dan hujan di siang hari juga mengurangi penyinaran kurang dari 10 jam sehari. Faktor cahaya tersebut mempengaruhi faktor internal pada tanaman, yaitu adanya kerja hormon auksin. Menurut Aryulina, Muslim, Manaf, dan Winarni (2009) hormon auksin berperan dalam pertumbuhan untuk memicu proses pemanjangan sel. Jika terkena cahaya matahari, auksin menjadi tidak aktif. Tanaman bayam hijau tersebut tidak mendapatkan cahaya yang cukup sehingga mengaktifkan hormon auksin dan tanaman menjadi lebih tinggi. Hal tersebut menyebabkan pemberian pupuk organik cair urin sapi dengan konsentrasi yang berbeda tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbahan tinggi tanaman bayam hijau,


(58)

karena tanaman yang tidak mendapatkan ketersediaan unsur hara yang cukup akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut.

Pada pertumbuhan daun yang merupakan organ tanaman tempat mensintesis makanan untuk kebutuhan tanaman maupun sebagai cadangan makanan. Daun memiliki klorofil yang berperan dalam melakukan fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun, maka tempat untuk melakukan proses fotosintesis lebih banyak dan hasilnya lebih banyak juga. Pertambahan jumlah daun tanaman bayam dapat dilihat pada gambar 2 diatas. Gambar 2 menunjukkan bahwa adanya peningkatan jumlah daun serta perlambatan dan lalu mengalami peningkatan kembali pada setiap perlakuan tanaman bayam ini terjadi pada hari ke-11 pada setiap perlakuan. Hal ini terjadi karena sebelum pengamatan dilakukan penambahan tanah pada semua tanaman bayam sampai batas kotiledon, sehingga ada beberapa tanaman yang daunnya mengalami kelayuan dan gugur dari batang tanaman. Pada pengamatan terakhir diharike-24, jumlah daun tertinggi diperoleh perlakuan pupuk urin sapi 10% yaitu 19,5. Meningkatnya jumlah daun disebabkan karena adanya batang yang tumbuh sehingga jumlah daun juga semakin bertambah. Sedangkan jumlah daun terendah diperoleh perlakuan pupuk urin sapi 30%. . Hal ini dapat terjadi karena kegunaan pupuk organik dapat memperbaiki kesehatan tanah, memfermentasi, serta mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, apabila tanaman kekurangan unsur hara atau kelebihan unsur hara pertumbuhan tanaman akan terhambat. Keadaan daun


(59)

akan menjadi kuning pucat, keadaan tersebut menyebabkan protein, lemak, dan karbohidrat tanaman kurang terbentuk, sehingga dapat mengganggu proses metabolisme khususnya pembentukan sel-sel baru pada jaringan meristematik tanaman, sehingga pada akhirnya menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk cair urin sapi dengan konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun, dimana tanaman yang diberi perlakuan A (10%) memiliki pertambahan jumlah daun yang lebih baik terhadap perlakuan B (20%), perlakuan C (30%) dan perlakuan K (kontrol). Perlakuan A (10%) menghasilkan rata-rata pertambahan jumlah daun yang paling baik. Menurut Setiawan (2007) adanya penembahan unsur nitrogen yang cukup pada tanaman akan mempercepat laju pembelahan dan pemanjangan sel, pertumbuhan tunas, batang dan daun berlangsung secara cepat.

Pertumbuhan tanaman bayam pada dosis pupuk urin sapi yang berbeda-beda memberikan hasil yang berbeda pula. Konsentrasi pupuk urin sapi yang paling optimal pada pertambuhan jumlah daun tanaman bayam hijau adalah pupuk urin sapi 10%. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata pertambahan jumlah daun tanaman yang didapatkan selama pengukuran lebih tinggi jika dibandingkan dengan pupuk urin sapi 20%, dan 30%. Hal ini terjadi karena pada konsentrasi pupuk urin sapi 20% dan 30% nutrisi yang terkandung lebih banyak sehingga penyerapan yang


(60)

dilakukan oleh akar untuk pengambilan nutrisi dari pupuk urin sapi pun kurang maksimal. Karena tanaman juga memiliki batas dalam penyerapan hara untuk kebutuhan hidupnya. Pemberian pupuk konsentrasi tinggi sampai batas tertentu akan menyebabkan hasil yang semakin meningkat, dan pada konsentrasi yang melebihi batas tertentu pula akan menyebabkan hasil menjadi menurun dan juga tanaman akan tumbuh dengan baik apabila unsur hara yang diberikan berada dalam jumlah yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan tanaman (Mappanganro N,dkk., 20011). Hal ini membuktikan bahwa pada konsentrasi pupuk urin sapi 10%, merupakan dosis yang sesuai dan seimbang dengan kebutuhan tanaman bayam tersebut, serta kandungan nutrisi yang optimal sehingga penyerapan yang dilakukan oleh akar untuk pengambilan nutrisinya pun maksimal.

Pada pengamatan ini juga dilakukan pengukuran Ph tanah saat pengukuran pada tanaman bayam. Tanah yang cocok untuk ditanami bayam adalah tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, memiliki pH 6-7 dan tidak tergenang air (Rukmana, 1995). Pengukuran pH yang diperoleh setiap kali pengamatan berkisar 5-7. Hal ini terjadi karena tanah yang digunakan dalam penanaman telah tercampur dengan pupuk urin sapi setiap kali penyiraman, pH dari pupuk urin sapi adalah 7 sehingga pH pupuk urin sapi bersifat netral yang menyebabkan pH tanah juga bersifat netral. Sedangkan kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan bayam yang optimal berkisar 50%-60%. Pengukuran


(61)

kelembaban udara yang diperoleh setiap pengamatan antara lain berkisar 40%-65%. Hal ini terjadi karena pada saat penanaman bayam adalah musim hujan, sehingga udara menjadi lembab.

Penambahan pupuk urin sapi dengan konsentrasi rendah yaitu 10% justru dapat meningkatkan pertumbuhan jumlah daun karena tanaman pada perlakuan pupuk urin sapi menyerap kandungan unsur hara dalam tanah sehingga kebutuhan nutrisi tanaman sudah terpenuhi. Selain itu, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman bayam adalah adanya serangan hama. Hal ini terjadi karena tempat penelitian yang berdekatan dengan persawahan memungkinkan hama yang banyak ditemukan pada saat proses pengambilan data adalah belalang yang menyerang daun muda. Pada saat pengamatan hanya ditemukan beberapa daun yang telah dimakan oleh hama yang dapat mempengaruhi jumlah daun yang dihasilkan.

C. Keterbatasan Penelitian dan Kendala

1. Penelitian ini hanya menguji satu varietas bayam saja dengan pemupukan yang sama serta hanya mengukur beberapa parameter, yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun.

2. Penelitian ini mengukur tinggi tanaman dari perlekatan kotiledon batang hingga ujung batang, sebaiknya mengukur tinggi tanaman dari leher akar hingga ujung batang tanaman.

3. Penanaman dilakukan pada musim penghujan yang tidak stabil, karena pada saat penelitian curah hujan tinggi dan tidak menentu. Cara


(62)

mengatasinya dengan menggunakan atap plastik umtuk menghindari adanya pengaruh dari air hujan yang dapat mengubah konsentrasi pupuk yang diberikan. Tetapi hal tersebut juga dapat menyebabkan tanaman kekurangan intensitas cahaya dan cuaca yang tidak menentu.


(63)

BAB V

IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa penelitian yang berjudul Pengaruh Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bayam Hijau (Amaranthus tricolor L.) dapat diimplementasikan dalam pembelajaran Biologi khususnya pada siswa SMA kelas XII semester 1 yaitu pada materi Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan

A. Kompetensi Inti :

1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

3 Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif berdasar rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah


(64)

4 Mengolah, menalar, menyaji dan mencipta dalam ranah kongkrit dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar :

1.3Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai mainfestasi pengalaman ajaran agama. 2.1Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin,

tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan beragumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsive dan proaktif dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium.

3.1Menganalisis hubungan antara factor internal dan eksternal dengan proses pertumbuhan dan perkembangan pada Mahluk Hidup berdasarkan hasil percobaan.

4.1Merencanakan dan melaksanakan percobaan tentang factor luar yang memengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan melaporkan secara tertulis dengan menggunakan tatacara penulisan ilmiah yang benar.

Dalam kegiatan pembelajaran di SMA dengan materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan pada kurikulum 2013 ada banyak metode dan model


(65)

pembelajaran yang dapat digunakan, hal ini bermaksud agar pembelajaran lebih menarik. Kegiatan pembelajaran yang direncanakan dan dilaksanakan mengenai factor luar yang mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman dengan topik umum

“Pengaruh perbedaan konsentrasi pupuk organik cair terhadap pertumbuhan tanaman”. Kegiatan diawali dengan membagi kelas menjadi 4 kelompok,

pembagian kelompok ini akan menentukan perbedaan konsentrasi dalam percobaan/eksperimen. Konsentrasi yang digunakan setiap kelompok adalah konsentrasi 10%, 20%, 30% dan kontrol (tanpa penambahan apapun). Kelompok 1 melakukan percobaan dengan menggunakan konsentrasi 10%, kelompok 2 dengan menggunakan konsentrasi 20%, kelompok 3 dengan menggunakan konsentrasi 30% dan kelompok 4 hanya menggunakan air biasa tanpa tambahan apapun. Dari 4 kelompok tersebut menggunakan tanaman bayam.

Kegiatan dimulai dari persiapan pupuk hingga penanaman bibit dilakukan saat jam pelajaran sekolah sedangkan pengamatan dilakukan secara mandiri oleh masing-masing kelompok dengan mencatat tinggi tanaman dan jumlah daun setiap hari dalam satu minggu pengamatan. Kemudian pada pertemuan berikutnya siswa diminta menyusun laporan praktikum dan mempresentasikan hasil percobaan pada masing-masing kelompok. Kegiatan ini menggunakan metode pembelajaran saintific. Sebelum melakukan pembelajaran guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran Bologi di SMA kelas XII semester 1 pada materi Pertumbuhan dan Perkembangan. Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terdapat di lampiran 2.


(66)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pemberian pupuk organik cair urin sapi dapat mempengaruhi

pertumbuhan tinggi, namun tidak mempengaruhi pertambahan jumlah daun pada tanaman bayam hijau yang ditunjukkan dengan analisa tabel dan statistik.

2. Konsentrasi optimal untuk mencapai laju pertumbuhan tinggi tanaman bayam hijau adalah 10% yang ditandai dengan rata-rata pertumbuhan yang lebih tinggi diantara kontrol dan dosis lainnya.

B. Saran

Berikut adalah saran yang diperoleh dari proses dan hasil penelitian: 1. Peneliti dapat mengembangkan lebih dari satu varietas bayam dengan

pemupukan yang sama serta tidak hanya mengukur tinggi tanaman dan jumlah daun saja.

2. Penelitian sebaiknya dilakukan pada musim kemarau sehingga tidak terjadi etiolasi dan serangan hama yang dapat mempengaruhi hasil penelitian

3. Penulis menganjurkan kepada petani untuk beralih dari pupuk kimia ke pupuk organik untuk memperoleh hasil panen yang lebih baik serta dapat melestarikan lingkungan.


(67)

DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, D., Choirul, M., Syalinaf M., dan Endang W. W. 2009, Biologi 3. Jakarta : Penerbit Erlangga

Desiana, C., Banuwa, I. S., Evizal, R., dan Yusnaini S. 2013. Pengaruh

Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Sapid an Limbah Tahu Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.). Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Dharmayanti, N. K. S., Supadma N., Arthagama D. M. 2013. Pengaruh Pemberian Biourin dan Dosis Pupuk Anorganik (N,P,K) Terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah Pegok dan Hasil Tanaman Bayam (Amaranthus sp.). Fakultas Pertanian, Universitas Udayana.

Hadisoeganda, A. Widjaja W. 1996. Bayam Sayuran Penyangga Petani di Indonesia. Bandung : Balai Penelitian Tnaman Sayuran

Hadisuwito, Sukamto. 2012. Membuat pupuk Organik cair. Jakarta: PT raja grafindo persada

Indrakusuma. 2000. Proposal Pupuk Organik Cair Supra Alam Lestari. Yogyakarta: PT Surya Pratama Alam.

Joo, Y. H. 1990. Peningkatan Produksi Tanaman.Yogyakarta : Kanisius

Lestari. T. 2009. Dampak Konversi Lahan Pertanian Bagi Taraf Hidup Petani. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Mappanganro, N., Sengin E L., dan Baharuddin. 2011. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Stroberi pada berbagai Jenis dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair dan Urin Sapi dengan Sistem Hidroponik Irigasi Tetes. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin

Marsono, dan Paulus, S. 2002. Pupuk Akar: Jenis dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya..

Muhlisah, F. 1999. Temu-temuan dan Empon-empon, Budidaya dan Manfaatnya. Yogyakarta: Kanisius.

Palada, M. C. dan Chang, L. C. 2003.Suggested Cultural Practices for Vegetable Amaranth.Asian Vegetable Research and Development Center.

Pranata, A. S. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Jakarta: Agromedia Pustaka

Price, E., dan Paul, N C., 1981. Biogas Production and Utillization. Michigan. Ann Arbor Science Publishers, Inc.


(68)

Rahman, A. 1989. Pengantar Teknologi Fermentasi. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB.

Ranchman, S. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius Riduwan. 2008. Dasar-dasar Statistika. Bandung : Alfabeta

Rukmana, R. 1995. Bayam Pertanaman dan Pengolahan Paskapanen. Yogyakarta : Kanisius

Saripudin, Eep. 2012. Statistik Pertanian Tanaman Pangan. D.I Yogyakarta : Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Setiawan, A. 1995.Sayuran Dataran Tinggi Budidaya dan Pengaturan Panen. Jakarta : Penebar Swadaya

Setiawan, A. I. 2007. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Jakarta: Penebar Swadaya. Setiawan, Budi. 2010. Membuat Pupuk Kandang Secara Cepat. Bogor: Penebar

Swadaya.

Soethama, W., Rosdiah, Sukaadana, Redise dan Sugiarta. 1998. Profil usahatani sayuran perkotaan. Hlm. : 35-52. Dalam Suprapto et al. (Eds). Profil Usahatani Perkotaan dan Upaya Meningkatkan Efisiensi Budidaya. IPPTP. Pusat penelitian Sosial Ekonomi. Badan Litbang Pertanian. Deptan Simanungkalit,.2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.Bogor : Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian

Supriyanto, Muslimin, dan Umar. 2014. Pengaruh Berbagai Dosis Pupuk Organik Cair Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan Semai Jabon Merah (Anthocephalus macrophyllus Roxb.) Havil ). Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako.

Surakhmad, Winarno. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Yuliarti, N. 2009.1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik. Yogyakarta : Lily Publiser

Winarno, Surakhmad. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan


(69)

59 Lampiran 1

SILABUS KEGIATAN PEMBELAJARAN

TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN : SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

MATA PELAJARAN : BIOLOGI

KELAS/semester : XII (Duabelas)/ I

KI 1 : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 : 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 : 3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif berdasar rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,


(70)

kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4 : 4. Mengolah, menalar, menyaji dan mencipta dalam ranah kongkrit dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu Sumber Belajar 1.3 Peka dan peduli

terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai 1. Pertumbuhan dan perkembangan Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

1. Konsep pertumbuhan

dan perkembangan Mengamati Mengamati pertumbuhan pada tumbuhan Membaca teks Portofolio Tes Konsep pertumbuhan dan perkembangan 5 minggu x 4JP

Buku Biologi kelas XII, Dyah aryulina, Esis Buku Biologi Campbell Alat bantu presentasi dan


(71)

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu Sumber Belajar mainfestasi

pengalaman ajaran agama.

2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung jawab, dan peduli dalam

observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan

pada tumbuhan pertumbuhan pada tumbuhan

Menanya

Siswa distimulir untuk membuat pertanyaan yang menuntuk untuk berfikir kritis tentang konsep pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan


(72)

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu Sumber Belajar pertanyaan dan

beragumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsive dan proaktif dalam setiap tindakan dan dalam melakukan

pengamatan dan percobaan di dalam

perkembangan. Mengumpulkan data (eksperimen/eksploras)

Menggali informasi tentang konsep pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup . Mengasosiasikan Diskusi tentang konsep pertumbuhan dan perkembangan. Diskusi tentang


(73)

faktor-Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu Sumber Belajar kelas/laboratorium

maupun di luar kelas/laboratorium. 3.1 Menganalisis

hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan proses pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup 4.1 Merencanakan dan

melaksanakan percobaan tentang

faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Mengkomunikasikan

Presentasi hasil kajian dan diskusi tentang konsep pertumbuhan dan perkembangan.

Mengamati

Mengkaji hasil kerja ilmiah


(74)

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu Sumber Belajar faktor luar yang

mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan melaporkan secara tertulis dengan menggunakan tatacara penulisan ilmiah yang benar.

percobaan menurut kerja ilmiah dari hasil diskusi dan mengkaji contoh karya ilmiah dari berbagai sumber

Menanya Siswa diberi

pertanyaan tentang langkah eksperimen dan penyusunan laporan

Tugas

Observasi Kerja ilmiah, sikap ilmiah dan keselamatan kerja

Portofolio Laporan percobaan Test

Pemahaman tentang hasil


(1)

Lampiran 9

Hasil Anova terhadap Tinggi Tanaman Bayam dan Jumlah Daun

ANOVA TinggiTanama

n

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Between

Groups 33.519 3 11.173 1.232 .312

Within Groups 326.475 36 9.069

Total 359.994 39

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai sig 0.312 > 0.05 pada level probabilitas. Hal ini berarti bahwa perlakuan konsentrasi yang berbeda dari pupuk cair urin sapi tidak mempengaruhi tinggi tanaman secara signifikan maka hipotesis ditolak.

ANOVA JumlahDaun

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Between

Groups 10.500 3 3.500 3.198 .035

Within Groups 39.400 36 1.094

Total 49.900 39

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai sig 0.035 < 0.05 pada level probabilitas. Hal ini berarti bahwa perlakuan konsentrasi yang berbeda dari pupuk cair urin sapi mempengaruhi tinggi tanaman secara signifikan maka hipotesis diterima.


(2)

Post Hoc dengan uji Duncan

Hasil Duncan terhadap Jumlah Daun Tanaman Bayam

JumlahDaun Duncan

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

C 10 12.2000

K 10 13.1000 13.1000

B 10 13.4000

A 10 13.5000

Sig. .062 .427

Keterangan: Nilai rata-rata yang berbeda kolom menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji Duncan 0.05


(3)

104 Lampiran 10

Data pengukuran suhu udara dan pH tanah

Tanggal Suhu udara pH tanah

17-Okt-16 29˚C 7

20-Okt-16 25˚ 7

23-Okt-16 26˚ 7

26-Okt-16 25˚ 7

29-Okt-16 23˚ 7

1 Nov 16 26˚ 7

4 Nov 16 27˚ 7


(4)

105 Lampiran 11

Pembuatan pupuk organik cair urin sapi

(a) Tetes tebu, (b) Urin sapi, (c) EM4 Penumbukan empon-empon

Menambahkan semua bahan (a,b,c) Empon-empon yang sudah ditumbuk

Bahan telah tercampur semua Siap difermentasikan

B C


(5)

Hasil dari fermentasi pH pupuk urin sapi

Pupuk yang sudah diencerkan


(6)

Lampiran 12

Dokumentasi tanaman bayam hijau

Pengisian tanah Bibit berumur 1 minggu Penanaman minggu ke-1

Penanaman minggu ke-2 Penanaman minggu ke-3