Peran Pupuk Hijau terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor) secara Hidroponik
PERAN PUPUK HIJAU TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
HASIL TANAMAN BAYAM (Amaranthus tricolor) SECARA
HIDROPONIK
ESTU WIDI ANDRIANI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Pupuk Hijau
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor) Secara
Hidroponik adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, 22 Oktober 2013
Estu Widi Andriani
NIM A24090081
ABSTRAK
ESTU WIDI ANDRIANI. Peran Pupuk Hijau terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor) secara Hidroponik. Dibimbing oleh
MEGAYANI SRI RAHAYU.
Pertanian organik saat ini sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian
masyarakat. Permintaan akan sayuran organik terutama bayam kian meningkat.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peran pupuk hijau terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman bayam (Amaranthus tricolor) secara hidroponik. Penelitian
dimulai pada April hingga Agustus 2013 bertempat di Parung Farm dan
Departemen Agronomi dan Hortikultura. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Lengkap Kelompok Teracak (RKLT) satu faktor yang terdiri dari lima taraf
perlakuan: pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi, kombinasi kompos Mucuna
bracteata dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi, kombinasi ekstrak Mucuna
bracteata dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi, kombinasi kompos Imperata
cylindrica dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi, kombinasi ekstrak Imperata
cylindrica dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi. Hasil penelitian
menunjukkan kombinasi ekstrak Imperata cylindrica dan pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi menghasilkan produksi yang setara dengan pupuk AB Mix satu dosis
rekomendasi.
Kata kunci: Imperata cylindrica, Mucuna bracteata, Pupuk Hijau, Sayuran daun,
Semi organik
ABSTRACT
ESTU WIDI ANDRIANI. The Impact of Green Manure on Growth and Yield of
Spinach (Amaranthus tricolor) in Hydroponics System. Supervised by
MEGAYANI SRI RAHAYU.
Nowdays, organic farming have been a lifestyle for a part of society.
Demand of organic vegetable particulary spinach will increase. The objective of
this study was to investigate the impact of green manure on growth and yield of
spinach (Amaranthus tricolor) in hydroponics system. The study was conducted at
Parung Farm, Bogor and Post Harvest Laboratory in Department of Agronomy
and Horticulture IPB from April to August 2013. The experiment used
randomized completely block design with one factor. The factor are five level of
treatments: full dose recomended AB Mix fertilizer, combination compost
Mucuna bracteata and half dose recomended AB Mix fertilizer, combination
extract Mucuna bracteata and half dose recomended AB Mix fertilizer,
combination compost Imperata cylindrica and half dose recomended AB Mix
fertilizer, combination extract Imperata cylindrica and half dose recomended AB
Mix fertilizer. The research results indicated that the combination of extract
Imperata cylindrica and half dose AB Mix fertilizer give similiar result with full
dose AB Mix fertilizer on growth and yield of spinach.
Keywords: Green Manure, Imperata cylindrica, Leaf Vegetable, Mucuna
bracteata, Semi organic
PERAN PUPUK HIJAU TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
HASIL TANAMAN BAYAM (Amaranthus tricolor) SECARA
HIDROPONIK
ESTU WIDI ANDRIANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Peran Pupuk Hijau terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Bayam (Amaranthus tricolor) secara Hidroponik
Nama
: Estu Widi Andriani
NIM
: A24090081
Disetujui oleh
Ir Megayani Sri Rahayu, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2012 ini ialah
tanaman sayur, dengan judul Peran Pupuk Hijau Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor) Secara Hidroponik.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir Megayani Sri Rahayu, MS selaku
pembimbing skripsi dan pembimbing akademik atas segala kebaikan ibu dalam
membimbing, memberi arahan serta motivasi. Ibu Dr. Ir. Eny Widajati, MS selaku
moderator kolokium. Ibu Dr Ir Endah Retno Palupi, MSc selaku moderator
seminar. Ibu Juang Gema Kartika, SP, M.Si serta Prof. Dr. Ir. Sandra Arifin Azis,
MS selaku dosen penguji yang telah banyak memberi saran. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Soedibyo dan Bapak Ir. Yos
Sutiyoso dari Parung Farm. Bapak Hendra Mardiana selaku Kepala Bagian SDM
dan Umum PTPN VIII PERSERO, Bapak Ir. Adjat selaku administrator kebun
Cikasungka, Bapak Ir. Siswanto Rudy selaku kepala tanaman kebun Cikasungka
dan Bapak Dadan R selaku sinder afdeling 3 Cikasungka beserta staf administrasi
PTPN VIII Bandung dan Staff kebun PTPN VIII Cikasungka. Terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Bapak staf kebun Cikabayan dan Leuwikopo dan
Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah membantu selama
pengumpulan data dan mempermudah administrasi surat. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada bapak, ibu, serta seluruh keluarga, sahabat atas segala doa
dan kasih sayangnya. Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman
AGH 46, kakak - kakak kelas AGH 45 serta Adik kelas AGH 47 yang telah
membantu selama penelitian.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, 22 Oktober 2013
Estu Widi Andriani
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
3
Hipotesis
3
TINJAUAN PUSTAKA
3
Bayam
3
Hidroponik
4
Pupuk Organik
4
METODE
6
Tempat dan Waktu
6
Bahan dan Alat
6
Prosedur Analisis Data
7
Pelaksanaan
7
Pengamatan
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN
9
18
Simpulan
18
Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
22
RIWAYAT HIDUP
24
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
Tinggi tanaman bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Jumlah daun tanaman bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Panjang akar bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Bobot basah tanaman
Ratio bobot basah biomassa
Bobot kering biomassa bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Ratio bobot kering akar dan tajuk pada berbagai perlakuan
Warna daun tanaman bayam pada berbagai perlakuan
9
11
12
13
14
15
16
17
DAFTAR GAMBAR
1 Tinggi tanaman pada 5 taraf perlakuan pemupukan
2 Bagan warna daun
10
17
DAFTAR LAMPIRAN
1 Jumlah dan bahan kimia yang digunakan untuk membuat pupuk AB
Mix
21
2 Sidik Ragam Percobaan
23
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bayam (Amaranthus tricolor) merupakan produk hortikultura yang kaya
nilai gizi. Rubatzky et al. (1999) menyatakan kandungan gizi yang terdapat pada
bayam adalah protein, pro vitamin A, vitamin C, dan serat. Bayam mempunyai
keunggulan yaitu kandungan gizi yang tinggi, bayam juga memiliki banyak
produk turunan. Salah satu produk turunan bayam adalah keripik bayam. Harga
bayam mudah dijangkau sehingga bayam menjadi salah satu sayuran yang
digemari oleh masyarakat.
Konsumsi bayam perkapita di dalam negeri mencapai 0.09627 kg dalam
seminggu atau 13 659.48 kg total konsumsi berbanding dengan jumlah konsumen
sebesar 141 880 jiwa (Badan Tenaga Atom Nasional 2005). Bayam juga memiliki
pangsa pasar luar negeri yang besar dengan volume ekspor bayam mencapai
72.79 ton pada tahun 2010 dengan nilai ekspor sebesar US$ 69 760 (Kementrian
Pertanian DitJen PPHP 2010). Peluang agribisnis bayam cukup menjanjikan
karena permintaan bayam relatif besar baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Produktivitas bayam pada tahun 2012 mengalami penurunan hingga
1.66%. Salah satu penyebab penurunan produktivitas adalah penurunan areal
tanam sebesar 1.83% (Kementrian Pertanian 2013). Tingginya permintaan pasar
terhadap komoditi bayam tidak berimbang dengan penurunan produksi.
Peningkatan produksi dengan memperluas areal pertanaman merupakan hal yang
sangat terbatas.Saparita (2005) menjelaskan bahwa luasan panen tanaman sayur
hanya 1.5% dari luasan tanaman pangan atau 0.9% dari luasan tanaman pertanian
total. Salah satu cara untuk mengatasi keterbatasan lahan adalah bercocok tanam
dengan sistem hidroponik.
Hidroponik merupakan teknologi budidaya yang dapat meningkatkan
produktivitas tanpa diiringi oleh perluasan lahan. Rahimah (2010) menyatakan
budidaya secara hidroponik mampu meningkatkan produktivitas bayam hingga
dua kali dibandingkan penanaman secara konvensional. Hidroponik memiliki
sepuluh sistem, seperti sistem sumbu, sistem rakit apung, sistem Nutrient
Filament Technique ( NFT), sistem sistem Deep Flow Technique (DFT), sistem
pasang surut, sistem aeroponik, sistem aquaponik, sistem air menggenang,
vertical garden dan sistem tetes atau drip.
Sistem hidroponik yang akan digunakan adalah sistem Deep Flow
Technique (DFT). Sistem DFT memiliki kesamaan dengan sistem hidroponik rakit
apung. Keunggulan sistem DFT adalah sirkulasi hara berjalan dengan baik. Sistem
DFT menggunakan pipa Poly Vinil Chlorida (PVC) bertingkat untuk mengalirkan
larutan haranya.Wadah tanam berupa gelas plastik berukuran 250 ml yang diberi
media tanam berupa arang sekam.Wadah diletakan didalam pipa PVC. Sirkulasi
hara terjadi saat larutan hara masuk melalui lubang sirkulasi pada wadah tanam.
Larutan hara masuk lewat wadah tanam kemudian diserap oleh media tanam
hingga akhirnya hara tersedia bagi tanaman.
Bercocok tanam dengan sistem hidroponik memiliki banyak keunggulan
dibanding bercocok tanam secara konvensional. Beberapa keunggulan sistem
hidroponik adalah sterilisasi media yang relatif bersih, sanitasi lingkungan yang
2
terkendali, waktu panen dapat lebih awal dan kualitas, kuantitas serta kontinuitas
hasil terjamin. Sistem hidroponik dapat mengaplikasikan pertanian semi organik.
Pupuk hijau merupakan alternatif potensial untuk mengurangi pemakaian pupuk
inorganik.
Pupuk hijau adalah pupuk yang berasal dari tanaman hijau. Aplikasi pupuk
hijau dapat langsung dibenamkan pada media tanam atau dikomposkan terlebih
dahulu. Menurut Rachman et al. (2006) tujuan pemberian pupuk hijau adalah
untuk menambahkan dan menyediakan unsur hara yang relatif cepat diserap oleh
tanaman sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman.
Tanaman yang cocok digunakan untuk pupuk hijau ada bermacam-macam,
diantaranya dari kelompok leguminosae dan kelompok bukan leguminosae. Pupuk
hijau yang berasal dari kelompok leguminosae lebih baik daripada bukan
kelompok leguminosae (Syukron 2000). Tanaman leguminosae dapat digunakan
sebagai pupuk hijau karena dapat mengikat nitrogen hasil simbiosis bakteri
rhizobium. Mucuna bracteata atau yang lebih dikenal dengan kokoro bengu,
merupakan salah satu leguminosae yang banyak digunakan sebagai Legume Cover
Crop (LCC) atau tanaman penutup tanah. Mucuna bracteata digunakan sebagai
LCC karena persen penutupan tanahnya yang tinggi dibandingkan LCC jenis
rumput-rumputan. Luas permukaan daun yang lebih lebar daripada LCC jenis
rumput-rumputan diharapkan dapat menambat nitrogen lebih banyak, karena daun
merupakan jaringan tanaman yang memiliki kadar nitrogen tertinggi (Salisbury
dan Ross 1995). Mucuna bracteata memiliki laju pertumbuhan yang sangat cepat.
Pertumbuhan Mucuna bracteata dapat mencapai 36 % (Aulia 2011). Pertumbuhan
Mucuna bracteata yang lebih cepat dibanding jenis LCC lainnya menyebabkan
setiap 2 minggu sekali harus diadakan pemangkasan. Hasil pangkasan Mucuna
bracteata berpotensi untuk dijadikan pupuk hijau.
Tanaman bukan leguminosae yang potensial dijadikan pupuk hijau adalah
tanaman dari jenis gulma. Gulma jenis Imperata cylindrica dapat dijadikan
alternatif pupuk hijau. Menurut Lubis (1995) kadar hara yang terdapat pada alangalang adalah 1.97% N, 0.13% P, 1.65% K, 0.27 ppm Ca, 0.19 ppm Mg, 8.74 ppm
Cu, dan 30.10 ppm Zn. Kandungan kimia yang terdapat pada alang-alang adalah
kadar air 93.76%, ekstraktif 8.09%, lignin 31.29%, holoselulosa 59.62%, Alfa
selulosa 40.22%, hemiselulosa 18.40% (Sutiya et al. 2012). Imperata cylindrica
merupakan gulma potensial untuk digunakan sebagai pupuk hijau. Kandungan
Nitrogen pada Imperata cylindrica sebesar 1.97% lebih besar dari jerami tanaman
serealia yang hanya 0.5% (Sugiyanta 2007). Penggunaan Imperata cylindrica
sebagai pupuk hijau mempunyai nilai ekonomis karena mudah didapat, mengingat
gulma jenis Imperata cylindrica dapat berkembang biak dengan cepat.
Penggunaan pupuk AB mix 0.5 dosis rekomendasi didasarkan pada
penelitian Sugiyanta (2007), yaitu penambahan setengah dosis pupuk urea yang
dikombinasikan dengan pupuk organik dapat memberikan hasil yang sama dengan
penggunaan satu dosis pupuk inorganik pada tanaman padi. Penambahan pupuk
urea setengah dosis dimaksudkan untuk mencegah imobilisasi N dan
mempercepat terjadinya mineralisasi N, sehingga N dapat tersedia bagi tanaman
dengan cepat. Pemberian pupuk AB mix setengah dosis pada dasarnya sama
dengan pemberian setengah dosis pupuk urea, namun pada pupuk AB mix
nitrogen tersedia dalam bentuk amonium sulfat, kalsium amonium nitrat dan
kalium nitrat. Dosis pupuk hijau yang diberikan adalah 5 g berat hijauan yang
3
telah dikomposkan. Penentuan dosis mengacu pada metode yang dikembangkan
oleh Sugiyanta (2007) dengan asumsi bahwa Imperata cylindrica dan Oryza
sativa termasuk famili rumput-rumputan (graminae) serta Crotalaria juncea dan
Mucuna bracteata termasuk famili leguminosae.
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk hijau terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman bayam (Amaranthus tricolor).
Hipotesis
Pupuk hijau yang diaplikasikan dengan pupuk AB mix setengah dosis
dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman bayam
TINJAUAN PUSTAKA
Bayam
Amaranthus sp. Merupakan tanaman setahun, monoecious dan berumur
pendek. Menurut Rubatzky et al. (1999) viabilitas bayam termasuk tinggi dalam
hal pola pertumbuhan, bentuk daun, warna, sifat pembungaan dan kegunaan.
Bayam tumbuh tegak, setinggi 30-90 cm dan menghasilkan banyak bunga kecil
pada bulir terminal (ujung) atau aksilar (samping) serta mempunyai sistem
perakaran yang umum jarang. Komoditi ini dapat hidup pada ketinggian topografi
< 1400 mdpl.
Bayam memiliki lintasan fotosintesis C4. Tanaman C4 adalah tanaman yang
menggunakan hasil fotosintesisnya dengan sangat efisien. Keefisienan dalam
penggunaan hasil fotosintesis juga diikuti oleh keefisienan penggunaan air dan
rasio transpirasi yang tinggi. Mekanisme seperti ini yang membuat tanaman C4
tahan terhadap kekeringan.
Bayam adalah tanaman sayuran daun yang kaya akan protein dan murah
bagi banyak penduduk di daerah tropika, subtropika, dan iklim sedang. Rubatzky
dan Yamaguchi (1999) mengemukakan selain sebagai sumber protein, bayam
adalah penghasil pro-vitamin A, vitamin C, dan serat dalam jumlah besar,
komoditi ini juga memiliki kandungan asam oksalat yang besar pada jaringan
daunnya. Hadisoeganda (1996) menyatakan bayam kaya kandungan mineral
kalsium, zat besi, magnesium, fosfor dan kandungan hidrat arang bayam cukup
tinggi dalam bentuk serat selulosa yang tidak tercerna. Serat tidak tercerna ini
berperan penting dalam membantu proses pencernaan lambung.
Lefsurd et al. (2007) melaporkan bayam memiliki karetenoid yang penting
bagi kesehatan manusia. Karetenoid mengandung lutein dan β – karoten yang baik
untuk mengurangi resiko kanker paru-paru dan penyakit mata kronis seperti
katarak dan berkurangnya pengelihatan karena faktor usia. Konsentrasi lutein dan
β – karoten didalam tanaman sayur dapat dinaikkan dengan teknik manajemen
budidaya yaitu manajemen pemupukan N yang baik. Karetenoid mengandung
klorofil a dan klorofil b yang jumlahnya bergantung pada jumlah nitrogen.
4
Hidroponik
Budidaya Secara Hidroponik
Budidaya hidroponik merupakan teknik budidaya tanaman modern.
Budidaya secara hidroponik selain dapat meningkatkan produktivitas tanaman
tanpa menambah luasan lahan juga dapat memberikan nilai estetika pada
pertanian. Hidroponik dapat menjadi solusi bagi pertanian kota yang minim lahan.
Budidaya hidroponik digunakan untuk tanaman hortikultura khususnya.
Keuntungan menggunakan teknologi hidroponik lainnya adalah produksi tanaman
lebih tinggi, bebas hama dan penyakit, penghematan pemakaian pupuk, produksi
tanaman bersifat kontinu tanpa tergantung musim, kualitas produk sempurna.
Susila dan Koerniawati (2004) menyatakan Hidroponik merupakan salah
satu cara budidaya yang menggunakan prinsip penyediaan larutan hara sesuai
dengan kebutuhan tanaman. Pada awalnya istilah hidroponik hanya ditujukan
untuk menggambarkan cara menumbuhkan tanaman dalam sistem air, akan tetapi
saat ini mencakup semua sistem yang menggunakan larutan hara dengan atau
tanpa penambahan medium inert (seperti pasir, kerikil, rockwool, vermikulit)
untuk dukungan mekanis. Sistem budidaya hidroponik biasanya diusahakan pada
rumah kaca dengan lingkungan yang terkendali.
Media Tanam Hidroponik
Media tanam yang banyak digunakan untuk tanaman sayur sistem
hidroponik adalah arang sekam. Menurut Ermina (2010) arang sekam dipilih
karena mempunyai porositas yang tinggi, berstruktur gembur, subur dan dapat
menyimpan air yang cukup untuk pertumbuhan tanaman, tidak mengandung
garam laut atau kadar salinitas rendah, keasaman tanah netral hingga alkalis, yakni
pada pH 6 – 7, tidak mengandung organisme penyebab hama dan penyakit,
mengandung bahan kapur atau kaya unsur kalsium. Arang sekam dicampur
dengan pupuk kandang agar bahan organik dari pupuk kandang dapat melepaskan
bahan kimia yang dapat menstimulir makro dan mikro organisme tanah yang
berguna untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang juga dapat memperkecil
tingkat porositas arang sekam agar tidak terlalu mudah meloloskan air. Jika arang
sekam terlalu mudah meloloskan air akan terjadi kehilangan hara, karena
pemberian hara dilakukan melalui cara fertigasi. Menurut Nurtika dan Abidin
(1995) penambahan unsur makro seperti nitrogen, fosfor dan kalium dilakukan
melalui pupuk buatan. Unsur nitrogen dapat merangsang pertumbuhan vegetatif
tanaman, fosfor dapat mempercepat pertumbuhan akar dan kalium dapat
memperbaiki kualitas tanaman.
Pupuk Organik
Definisi pertanian organik sangat beragam dan yang paling mudah dikenal
adalah salah satu sistem pertanian yang tidak menggunakan pupuk dan pestisida
buatan. Melati dan Andriyani (2005) menyebutkan definisi pertanian organik
yang paling banyak diadopsi adalah definisi yang dikembangkan oleh
International Federation of Organik Agriculture Movement (IFOAM). Pertanian
organik menekankan pada penggunaan input yang mendorong proses biologi
untuk ketersediaan hara dan ketahanan terhadap Organisme pengganggu tanaman.
5
Hal ini dapat tercapai dengan memanipulasi sumber daya alam untuk mendorong
proses yang dapat meningkatkan dan mempertahankan produktivitas lahan.
Pupuk merupakan komponen penting dalam sistem budidaya tanaman.
pupuk merupakan sumber nutrisi yang berperan dalam tumbuh dan kembang
tanaman hingga mencapai akumulasi biomassa tertantu. Pengembangan sistem
pertanian organik secara hidroponik mustahil dilakukan jika tanpa pemberian
pupuk. Pemberian pupuk organik saja tidak mungkin dilakukan karena pupuk
organik tidak mengandung unsur-unsur hara yang penting bagi tanaman (Cahyadi
2011).
Pengembangan sistem pertanian saat ini baru diarahkan pada sistem
pertanian organik. Salah satu cara dilakukan dengan mengkombinasikan antara
pupuk organik dan pupuk anorganik. Beberapa sumber hara yang digunakan pada
sistem pertanian organik adalah bahan organik yang berasal dari pupuk kandang,
pupuk hayati, limbah pertanian, limbah rumah tangga/perkotaan dan pupuk hijau.
Pupuk kandang tidak dapat digunakan untuk sistem budidaya secara hidroponik
karena dapat menyumbat emiter, kecuali jika diberikan dalam bentuk Bokashi.
Pangaribuan et al. (2012) melaporkan bahwa Bokhasi pupuk kandang ayam yang
dikombinasikan dengan setengah dosis pupuk rekomendasi dapat meningkatkan
hasil tanaman tomat. Pupuk hayati mempunyai kemungkinan yang kecil untuk
digunakan pada sistem hidroponik karena pupuk hayati lebih berfungsi untuk
mereklamasi lahan, sedangkan hidroponik adalah sistem budidaya yang tidak
menggunakan tanah atau menggunakan sedikit tanah (soilless) untuk media.
Pupuk hijau merupakan pupuk organik yang potensial untuk digunakan pada
sistem hidroponik.
Pupuk hijau merupakan salah satu sumber bahan organik yang berasal dari
bahan tanaman. Umumnya tanaman yang digunakan sebagai pupuk hijau
mempunyai kandungan N yang tinggi. Beberapa jenis tanaman dari leguminosae
seperti Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens dan Pueraria javanica
dapat digunakan sebagai pupuk hijau. Dewasa ini, Legum Cover Crop (LCC)
yang banyak digunakan adalah Mucuna bracteata. Aulia (2011) menyebutkan
bahwa Mucuna bracteataberumur 17 MST memiliki tingkat penutupan tanah
sebesar 36%. IPB (2013) melaporkan rata-rata kandungan hara yang dimiliki oleh
Mucuna bracteata adalah 4.46% N, 0.35% P dan 1.52% K.
Pupuk hijau tidak hanya berasal dari family leguminosae. Gulma dari
keluarga Graminae seperti Imperata cylindrica L. atau lebih dikenal dengan
alang-alang berpotensi dimanfaatkan sebagai pupuk hijau. Menurut Syokron
(2000) pupuk hijau alang-alang tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
pertumbuhan bibit tanaman lada perdu.
Penggunaan pupuk hijau yang umum adalah dengan dikomposkan terlebih
dahulu. Hal ini dilakukan untuk menurunkan rasio C/N pada bahan pupuk hijau.
Proses pengomposan umumnya membutuhkan waktu yang relatif lama tergantung
metoda penanganannya. Lama proses pengomposan tergantung pada beberapa
faktor yaitu faktor lingkungan, metoda pengomposan dan faktor komposisi kimia
bahan organik. Nisbah C/N yang lebih dari 20 memberi pengaruh yang kurang
baik karena masih terjadi proses dekomposisi yang dapat mengakibatkan suhu
sekitar perakaran tinggi sehingga mengganggu penyerapan hara pada tanaman
(Yani 2004).
6
Pemberian pupuk hijau dalam sistem hidroponik dapat dilakukan dengan
membuat cairan pupuk hijau. Pembuatan cairan pupuk hijau bisa dengan
difermentasi dengan bioaktivator (Bokashi) seperti yang dilakukan Pangaribuan et
al. (2011) atau dengan menghancurkan jaringan tanaman yang dilarutkan dalam
air (blender) seperti tahap pertama pada metode ekstraksi yang dilakukan oleh
Haryadi (2012). Tujuan pemberian pupuk hijau dalam bentuk larutan adalah agar
kandungan hara yang terdapat pada pupuk hijau lebih mudah diserap oleh
tanaman.
METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian bertempat di Parung Farm Bogor, Jawa Barat. Pengamatan hasil
dilakukan di Laboraturium Pasca Panen Departemen Agronomi dan Hortikultura
IPB. Penelitian dilakukan selama tiga bulan, yaitu mulai 27 April 2013 sampai
dengan 7 Agustus 2013.
Bahan dan Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat budidaya pertanian
seperti tray semai, timbangan analitik, penggaris, alat tulis, gelas plastik
berukuran 250 ml sebagai wadah, Kit hidroponik system Deep Flow Technique
(DFT), gelas ukur, bagan warna daun (BWD), kertas saring dan blender.
Bahan yang digunakan adalah benih bayam varietas Amarant 963 white
leaf, media tanam berupa arang sekam, pupuk AB mix dan Pupuk hijau. Dosis
pupuk AB mix yang digunakan adalah satu dosis dan setengah dosis.
Pupuk AB Mix terdiri dari perekat A dan perekat B. Perekat A terdiri dari
650 gkalsium amonium nitrat, 620 g kalium nitrat, 30 g Librel BMX yang
dilarutkan dalam 5 liter air. Perekat B terdiri dari 270 g kalium di-hidro fospat,
140 g amonium sulfat, 70 g kalium sulfat dan 820 g magnesium sulfat dilarutkan
dalam 5 liter air. Satu dosis rekomendasi pupuk AB Mix merupakan 250 ml
perekat A dan 250 ml perekat B yang dilarutkan dalam 50 liter air untuk
memupuk 49 tanaman atau satu Kit hidroponik DFT (Sutiyoso Y 12 Mei 2013,
komunikasi pribadi).
Pupuk hijau yang digunakan adalah Mucuna bracteata dan Imperata
cylindrica. Mucuna bracteata didapat dari Afdeling 3 PTPN VIII Cisasungka,
Bogor dan Imperata cylindrica diperoleh dari Cikabayan, Bogor, Jawa Barat.
Pupuk hijau mendapat dua perlakuan yaitu perlakuan ekstrak dan perlakuan
pengomposan. Dosis Mucuna bracteata dan Imperata cylindrica yang digunakan
masing-masing adalah 5 g berat kompos pupuk hijau yang telah dicampurkan
dengan media tanam arang sekam pada masing-masing wadah tanam. Perlakuan
ekstrak dilakukan dengan memberikan 50 ml ekstrak pupuk hijau kedalam
masing-masing gelas plastik berukuran 250 ml sebagai wadah tanam.
7
Prosedur Analisis Data
Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal dengan lima perlakuan dan tiga ulangan,
sehingga terdapat 15 satuan percobaan. Adapun taraf perlakuan percobaan yaitu:
1. Pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi
2. Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi + Pupuk Hijau kompos Mucuna
bracteata
3. Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi + Pupuk Hijau ekstrak Mucuna
bracteata
4. Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi + Pupuk Hijau kompos Imperata
cylindrica
5. Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi + Pupuk Hijau ekstrak Imperata
cylindrica
Model linear yang digunakan adalah :
Model : Yij = µ+ Ai + Bj + € ij
untuk (i =1,...p; j = 1,...r)
µ
= nilai rata-rata
Ai
= pengaruh perlakuan ke-i
Bj
= pengaruh kelompok ke-j
ij
= pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i, kelompok ke-j
€
Analisis data menggunakan analisis ragam (uji F). Jika pada hasil uji
F berpengaruh nyata, akan dilakukan uji beda nilai tengah dengan Duncan
Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.
Pelaksanaan
Persemaian
Benih bayam disemai terlebih dahulu pada wadah semai yang berisi media
berupa arang sekam. Persemaian dilaksanakan selama 14 HST. Pemupukan tidak
dilakukan pada saat penyemaian. Penyiraman dilakukan dua hari sekali.
Penanaman
Pemindahan bibit dilakukan setelah umur semai 14 HST. Cara
pemindahan bibit dilakukan dengan memindahkan secara perlahan tanaman
bayam beserta sedikit media dari persemaian.Wadah tanam pada sistem
hidroponik DFT adalah berupa kemasan gelas plastik berukuran 250 ml yang
berisi media dasar arang sekam. Sistem hidroponik DFT memiliki 49 lubang
tanam dalam satu Kit.Wadah tanam diletakan lubang tanam pada pipa- pipa Kit.
Pipa-pipa Kit DFT terbuat dari PVC. Aliran air maupun larutan hara dialirkan
melalui pipa-pipa Kit. Hara akan diabsorbsi oleh tanaman melalui lubang-lubang
yang terdapat pada wadah tanam. Penanaman akan dilakukan pada setiap awal
bulan tanam selama tiga periode tanam berturut-turut, karena ulangan dalam
penelitian ini adalah bulan tanam.
8
Perlakuan pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah transplanting. Pemupukan terdiri atas 5 taraf
yaitu pemupukan satu dosis rekomendasi dan empat taraf perlakuan pemupukan
yang dikombinasikan dengan setengah dosis rekomendasi. Perlakuan terdiri atas
tiga ulangan, sehingga diperoleh 15 satuan percobaan. Percobaan ini
menggunakan bulan tanam sebagai ulangan.
Perlakuan pengomposan dilakukan dengan mengkomposkan masingmasing 5 kg Mucuna bracteata dan Imperata cylindrica. Masing-masing kompos
pupuk hijau diberikan pupuk kandang sebanyak 1.25 kg, gula pasir 37.5 g, urea
0.25 kg, kapur tohor 0.5 kg, air 2.5 liter serta EM4 sebanyak 10 ml. Pengomposan
berlangsung selama satu bulan dengan kondisi anaerob. Kompos dibalik dan
dilembabkan seminggu sekali. Kompos digunakan setelah berumur satu bulan
dengan cara dicampurkan ke dalam media tanam. Dosis kompos yang digunakan
adalah 5 g per wadah tanam.
Perlakuan ekstrak dilakukan dengan cara melarutkan 5 g daun pupuk hijau
kedalam 50 ml air dengan perbandingan 1:10 (b/v) (Haryadi 2012). Campuran
pupuk hijau dan air kemudian diblender hingga daun hijauan hancur dan dapat
disaring. Hijauan yang telah hancur disaring dengan menggunakan kertas saring
dan diambil cairannya kemudian ampas hijauan dibuang. Dosis yang digunakan
adalah 50 ml per wadah tanam.
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan mencakup pengendalian pemupukan dan
pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Pengendalian manual
dilakukan dengan cara penyiangan gulma dan eradikasi pada tanaman yang sakit
dengan cara membuang daun yang terkena penyakit atau busuk. Pengendalian
kimia tidak dilakukan pada budidaya hidroponik.
Pemanenan
Pemanenan tanaman bayam pada masing-masing ulangan dilakukan pada
saat berumur 18 HST setelah transplanting. Cara pemanenan dengan mencabut
seluruh tanaman beserta akarnya. Pemanenan dilakukan setiap akhir bulan tanam,
selama tiga periode tanam.
Pengamatan
Pengamatan pertumbuhan dan hasil tanaman dilakukan pada seluruh
tanaman dalam satu ulangan yang berjumlah enam belas tanaman contoh dimulai
dari umur 1 hingga 4 MST. Pengamatan meliputi:
Pengamatan komponen tumbuh:
1. Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang hingga titik tumbuh.
Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali dari 1 sampai 4 MST.
2. Jumlah daun diamati satu minggu sekali dari 1 sampai 4 MST.
3. Panjang akar diukur mulai dari pangkal akar sampai dengan ujung akar
terpanjang dengan menggunakan penggaris pada saat panen.
9
Pengamatan komponen hasil :
1. Bobot basah akar, tajuk dan total.
2. Rasio basah akar dan tajuk; dilakukan dengan menimbang bobot basah
tajuk dan bobot basah akar saat panen menggunakan timbangan digital.
3. Bobot kering akar, tajuk, dan total.
4. Rasio bobot kering akar dan tajuk; dilakukan dengan mengoven akar
maupun tajuk pada suhu 800C selama tiga hari kemudian ditimbang
menggunakan timbangan digital.
5. Warna daun diamati pada tanaman umur 4 MST dengan metode Bagan
Warna Daun (BWD).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Tanaman Bayam
Tinggi Tanaman
Hasil Uji DMRT menunjukkan perlakuan pupuk hijau yang dikombinasikan
dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi berpengaruh sangat nyata pada
tinggi tanaman pada 3 dan 4 MST. Data hasil tinggi tanaman dari berbagai taraf
pemupukan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Tinggi tanaman bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Perlakuan
Pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau kompos
Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak
Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau kompos
Imperata cylindrica
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak
Imperata cylindrica
Tinggi tanaman (MST)
1
2
3
4
..............................cm............................
2.09
2.90
3.66 c
6.78 ab
2.03
3.26
3.77 bc
5.56 c
1.89
3.54
4.25 b
6.21 bc
1.63
3.19
4.29 b
5.83 c
1.81
3.67
5.15 a
7.30 a
Uji F
**
**
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.
10
Gambar 1. Tinggi tanaman pada lima taraf perlakuan
Perlakuan ekstrak pupuk hijau yang dikombinasikan dengan pupuk AB
Mix 0.5 dosis rekomendasi mampu meningkatan tinggi tanaman pada 3 dan 4
MST. Tabel 1 menunjukkan perlakuan ekstrak pupuk hijau yang dikombinasikan
dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi mampu membuat bayam tumbuh
setara dengan bayam yang dipupuk dengan pupuk AB Mix satu dosis
rekomendasi.
Perlakuan kombinasi antara ekstrak Imperata cylindrica yang
dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi dan pupuk AB mix
satu dosis rekomendasi memberikan hasil yang paling tinggi. Hasil tertinggi
diduga karena nitrogen yang terkandung dalam ekstrak Imperata cylindrica lebih
banyak dibanding taraf perlakuan yang lain. Rohmawati (2012) menyatakan
nitrogen berperan dalam pembentukan dinding sel tanaman berupa kalium pektat,
selulosa dan lignin. Kandungan nitrogen alang-alang yang hanya 1.97% (Lubis
1995) jika ditambah dengan kandungan lignin yang mencapai 31.29% serta
holoselulosa dan alfa selulosa sebesar 59.62 dan 40.22% (Sutiya et al. 2012).
Dinding sel alang-alang yang terdiri dari selulosa dan lignin diduga hancur saat
diblender, sehingga selulosa dan lignin terdegradasi melepaskan nitrogen dan
komponen penyusun lainnya.
Perlakuan pengomposan menunjukkan pertambahan tinggi yang
cenderung lebih sedikit dibandingkan perlakuan ekstrak maupun perlakuan
kontrol. Metode pengomposan diduga belum benar sehingga menyebabkan suhu
disekitar perakaran menjadi tinggi. Suhu tinggi disekitar perakaran akan
menyebabkan terhambatnya penyerapan hara dan berakibat pertumbuhan menjadi
lebih lambat. Penggunaan kompos alang-alang kurang populer karena proses
dekomposisi alang-alang secara praktis sulit dan membutuhkan waktu yang lama.
Basuki (2001) menyatakan bahwa kesulitan dekomposisi bahan alang-alang
karena bahan penyusun utamanya adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin. Ketiga
bahan tersebut hanya bisa dirombak oleh mikroorganisme selulolitik dan
lignolotik seperti Trichoderma sp.
Jumlah Daun
Jumlah daun memperlihatkan bagaimana tanaman dapat tumbuh dengan
optimal, hal ini karena pertambahan daun berkaitan dengan kemampuan
membelah tiga lapis sel terluar, didekat permukaan apeks tajuk (Salisbury dan
Ross 1995). Pembelahan akan melambat jika ada cekaman hara, terutama hara-
11
hara yang diperlukan untuk mempercepat pembelahan sel di dekat permukaan
apeks tajuk. Lambatnya pembelahan sel menyebabkan pertumbuhan primordia
daun lambat sehingga pertambahan jumlah daun menjadi lebih lambat. Jumlah
daun menjadi penting karena daun merupakan bagian tanaman yang dikonsumsi
pada tanaman sayur. Tabel 2 menunjukkan jumlah daun pada 3 dan 4 MST
berbagai perlakuan berbeda sangat nyata.
Jumlah daun pada 3 MST menunjukkan hasil tertinggi pada perlakuan
ekstrak baik Mucuna bracteata maupun Imperata cylindrica yang dikombinasikan
dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi dibandingkan dengan pupuk AB
Mix satu dosis rekomendasi. Pertambahan jumlah daun diduga karena hara-hara
yang diperlukan untuk pembentukan organ-organ tanaman masih terkandung pada
esktrak baik Mucuna bracteata maupun Imperata cylindrica. Jumlah daun pada
umur 4 MST tidak terjadi pertambahan pada semua taraf kecuali Perlakuan
kontrol. Pertambahan jumlah daun yang lambat diduga terjadi karena defisiensi
hara.
Tabel 2 Jumlah daun tanaman bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Perlakuan
Pupuk AB Mix satu dosis
rekomendasi
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau kompos
Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak
Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau kompos
Imperata cylindrica
Umur tanaman (MST)
1
2
3
4
.......................helai/tanaman.................
2.17
3.60
5.44 ab
7.35 a
2.29
3.96
5.06 b
6.37 b
2.17
3.78
5.54 a
6.50 b
2.23
3.73
4.47 c
6.00 b
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak
Imperata cylindrica
2.35
3.85
5.67 a
6.68 b
Uji F
**
**
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.
Pertambahan jumlah daun yang lambat diduga karena tanaman kekurangan
N, P dan K. Tanaman pada umumnya menyerap Nitrogen dalam bentuk amonium
(NH4+) dan nitrat (NO3-). Nitrat setelah diserap tanaman tidak langsung digunakan
dalam bentuk sintetis asam amino. Kekurangan N dicirikan dengan gugurnya daun
dan berkurangnya kemampuan untuk berfotosintesis (Mualim 2012). Fosfor
adalah senyawa menyusun energi seperti ATP dan ADP. Defisiensi fosfor
menyebabkan ATP yang terbentuk lebih sedikit, karena unsur P diperlukan dalam
12
proses fotosintesis yakni pada fotofosforilasi dan pembentukan ribulosa 1.5bifosfor (Agustina 2011). Kekurangan kalium menyebabkan terganggunya proses
fotosintesis, karena keberadaan K memenuhi kebutuhan ATP (Adenosisn
Trifosfat) untuk proses penyerapan N dan sintesis protein (Simaremare 2007)
Maryani (2004) melaporkan terganggunya fotosintesis menyebabkan
karbohidrat yang disimpan dalam jaringan tanaman menjadi kecil sehingga
tanaman tertekan. Stress tanaman mengakibatkan terhambatnya pembentukan
organ-organ tanaman sehingga pertumbuhan titik tumbuh menjadi lambat dan
akhirnya menyebabkan tidak bertambahnya jumlah daun.
Panjang Akar
Akar merupakan bagian vegetatif tanaman yang memiliki dua fungsi yaitu
secara fisik merupakan alat penopang tumbuhnya tanaman dan sebagai alat untuk
menyerap air dan hara yang kemudian akan disalurkan ke seluruh bagian tanaman
(Jones 2005). Tabel 3 menunjukkan bahwa panjang akar pada semua taraf
pemupukan tidak berbeda nyata setelah diuji dengan DMRT.
Tabel 3 Panjang akar bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Perlakuan
Pupuk AB Mix sato dosis rekomendasi
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau kompos Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau ekstrak Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau kompos Imperata cylindrica
Panjang akar
...........................cm.............................
12.42
13.29
14.06
10.63
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau ekstrak Imperata cylindrica
13.95
Uji F
tn
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.
Perlakuan pemupukan berbagai taraf memberikan pengaruh yang tidak
nyata pada peubah panjang akar. Perlakuan kombinasi pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi dengan ekstrak pupuk hijau memberikan hasil yang sama dengan
perlakuan satu dosis rekomendasi. Nilai tertinggi pada parameter pengamatan
panjang akar dimiliki oleh perlakuan ekstrak Imperata cylindrica yang
dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi. Ekstrak Mucuna
bracteata yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi
menempati urutan kedua. Ekstrak Imperata cylindrica maupun ekstrak Mucuna
bracteata yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi
diduga memiliki kandungan mengandung unsur nitrogen paling tinggi jika
dibandingkan dengan perlakuan pupuk lainnya. Nitrogen juga mempengaruhi
penyerapan unsur hara lain. Hermanto (2012) melaporkan pada tingkat
ketersediaan hara N yang optimal maka total masa akar dan kedalaman akar akan
13
meningkat. Perluasan akar ini akan memfasilitasi penyerapan air dan hara lain
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.
Produksi Tanaman Bayam
Bobot Basah tanaman
Taraf pemupukan berpengaruh sangat nyata terhadap peubah bobot basah
total per tanaman dan bobot basah tajuk per tanaman, namun berpengaruh tidak
nyata pada peubah bobot basah akar. Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan
pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi tidak berpengaruh nyata terhadap
perlakuan kombinasi ekstrak Imperata cylindrica dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi dan kombinasi ekstrak Mucuna bracteata dengan pupuk AB Mix 0.5
dosis rekomendasi. Penurunan hasil produksi bayam terjadi pada perlakuan pupuk
AB Mix 0.5 dosis rekomendasi yang dikombinasikan dengan kompos Mucuna
bracteata dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi yang dikombinasikan dengan
kompos Imperata cylindrica.
Tabel 4 Hasil produksi tanaman bayam pada berbagai perlakukan pupuk
Perlakuan
Pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau kompos
Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak
Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau kompos
Imperata cylindraca
Total
Bobot per tanaman (g)
Tajuk
Akar
3.8929 a
3.2535 a
0.6394
2.0479 c
1.7823 b
0.4550
2.8529 ab
2.3627 ab
0.4902
1.6490 c
1.4131 b
0.2358
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak
Imperata cylindrica
3.3706 a
2.8677 a
0.5029
Uji F
**
**
tn
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukan
perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.
Perlakuan ekstrak Imperata cylindrica yang dikombinasikan dengan
pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi menghasilkan bobot basah total dan bobot
tajuk yang sama dengan perlakuan pupuk AB mix satu dosis rekomendasi, karena
Imperata cylindrica mengandung silikat. Menurut Roesmarkam dan Yuwono
(2002) kandungan silikat pada gramineae kering seperti rumput-rumputan sebesar
1-3%. Silikat dapat menaikkan produksi tanaman. Yukamgo dan Yuwono (2007)
menyatakan silikat dapat menaikkan produksi tanaman karena silikat mampu
memperbaiki sifat fisik tanaman dan berpengaruh dalam kelarutan P. Silikat
dalam ekstrak Imperata cylindrica dapat membantu kelarutan P dalam larutan
14
hara sehingga P dapat diserap oleh bayam sehingga produksi bayam dapat setara
dengan pemberian pupuk satu dosis AB Mix rekomendasi.
Ratio Bobot Basah Akar dan Tajuk
Ratio bobot basah menunjukkan bagian sayuran yang dapat dikonsumsi.
Semakin besar nilai ratio bobot basah akar berbanding tajuk maka bagian tanaman
yang dapat dikonsumsi semakin kecil. Tabel 5 memperlihatkan bahwa ratio bobot
basah yang terbesar ditunjukkan pada perlakuan pupuk AB Mix satu dosis
rekomendasi kemudian perlakuan pupuk AB mix 0.5 dosis rekomendasi yang
dikombinasikan dengan kompos Imperata cylindrica. Pupuk hijau Mucuna
bracteata dapat meningkatkan bagian yang dapat dikonsumsi oleh tanaman, hal
ini terlihat pada data Tabel 5 dimana perlakuan kombinasi pupuk AB Mix 0.5
dosis rekomendasi dan pupuk hijau kompos Mucuna bracteata mempunyai ratio
bobot basah paling kecil
Tabel 5 Ratio bobot basah akar dan tajuk pada berbagai perlakuan
Perlakuan
Pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau kompos Mucuna
bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau ekstrak Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau kompos Imperata cylindrica
Rasio bobot basah akar dan tajuk
0.83 a
0.79 b
0.82 ab
0.84 a
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau ekstrak Imperata cylindrica
0.82 ab
Uji F
**
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukan
perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.
Ratio bobot basah sangat dipengaruhi oleh ketersediaan nutrisi dalam
tanaman. Jika nutrisi tersedia dalam jumlah yang cukup maka akan terjadi
peningkatan plastisitas dinding sel sehingga air dan nutrisi akan lebih mudah
memasuki protoplasma (Yusuf et al 2007). Kemudahan air masuk kedalam
protoplasma menyebabkan penambahan bobot basah dari komoditas bayam,
karena sifat produk hortikultura yang memiliki kandungan air tinggi dan meruah
(voluminous).
15
Biomassa Tanaman
Fotosintat yang dihasilkan tanaman digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang diekspresikan dengan biomassa tanaman. Biomassa
tanaman juga menunjukkan status hara tanaman terutama nitrogen. Aplikasi lima
taraf pupuk berpengaruh sangat nyata pada parameter pengamatan biomassa total
dan biomassa tajuk, sedangkan untuk biomassa akar tidak berpengaruh nyata.
Perlakuan pupuk AB mix satu dosis rekomendasi memberikan hasil yang paling
tinggi pada semua parameter pengamatan biomassa.
Tabel 6 Biomassa bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Perlakuan
Pupuk AB Mix satu dosis rekomedasi
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau kompos
Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak
Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau kompos
Imperata cylindrica
Total
Biomassa (g)
Tajuk
akar
0.97a
0.39 a
0.08
0.82 cd
0.17 c
0.04
0.88 bc
0.25 bc
0.06
0.81 d
0.15 c
0.03
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak
Imperata cylindrica
0.92 ab
0.31 ab
0.07
Uji F
**
**
tn
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.
Biomassa terendah diperoleh pada perlakuan pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi yang dikombinasikan dengan kompos Imperata cylindrica maupun
perlakuan pupuk AB mix 0.5 dosis rekomendasi yang dikombinasikan dengan
kompos Mucuna bracteata. Perlakuan ekstrak Imperata cylindrica dan ekstrak
Mucuna bracteata yang dikombinasikan dengan pupuk AB mix 0.5 dosis
rekomendasi memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan AB
Mix satu dosis rekomendasi.
Perlakuan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi yang dikombinasikan
dengan kompos Imperata cylindrica dan Mucuna bracteata menyebabkan
penurunan hasil pada bayam. Penurunan hasil diduga karena kompos tidak dapat
menyumbang unsur hara bagi tanaman. Kandungan hara yang tinggi dimanfaatkan
oleh tanaman untuk pertumbuhannya, sehingga mempercepat pertumbuhan
memanjang tanaman. Peningkatan tinggi tanaman menyebabkan meningkatnya
luas permukaan daun, sehingga hasil fotosintesis diharapkan dapat meningkat
(Sisworo 2000). Fotosintat yang banyak akan diikuti oleh meningkatnya biomassa
tanaman. Fotosintat yang sedikit akan menyebabkan biomassa menjadi lebih
rendah. Biomassa merupakan parameter untuk menyatakan laju pertumbuhan
16
vegetatif tanaman, karena 90% biomassa tanaman berasal dari fotosintesis
(Alviana dan Susila 2009)
Data Tabel 6 menunjukkan biomassa perlakuan ekstrak terutama ekstrak
Imperata cylindrica yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi mampu memberikan hasil yang setara dengan perlakuan satu dosis
pupuk AB Mix. Pertumbuhan vegetatif dipengaruhi oleh kandungan N dalam
pupuk. Kandungan N pada ekstrak Imperata cylindrica dan pupuk AB Mix 0.5
dosis rekomendasi mampu menyetarakan dengan kandungan N pada pupuk AB
Mix satu dosis rekomendasi.
Ratio Bobot Kering Akar dan Tajuk
Tabel 7 Ratio bobot kering akar dan tajuk pada berbagai perlakuan
Perlakuan
Pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau kompos Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau ekstrak Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau kompos Imperata cylindrica
Rasio bobot kering akar dan tajuk
0.18
0.18
0.22
0.17
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau ekstrak Imperata cylindrica
0.19
Uji F
tn
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.
Ratio antara bobot kering akar dan tajuk bayam pada taraf perlakuan
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hasil yang tidak berbeda nyata
diduga karena semua perlakuan pemupukan dilakukan pada fase vegetatif. Fase
vegetatif diduga dapat mendukung pertumbuhan tajuk tanaman. Pertumbuhan
tajuk yang baik akan menekan terbentuknya bagian generatif, karena alokasi
asimilat lebih ditujukan untuk pembentukan batang, cabang dan daun. Hasil
penelitian Mualim (2009) menjelaskan ratio antara bobot kering tajuk dengan akar
menunjukkan pola pertumbuhan vegetatif yang awalnya meningkat, kemudian
pada saat mencapai puncak pertumbuhan vegetatif pertumbuhan menurun.
Mualim juga menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena pada fase generatif, diduga
terjadi remobilisasi hara dari bagian tajuk (source) ke daerah akar (sink).
Remobilisasi hara menyebabkan ratio bobot kering akar dan tajuk menjadi lebih
besar dikarenakan biomassa tanaman terakumulasi di bagian akar. Ratio bobot
kering juga dapat menunjukkan akumulasi biomassa bagian akar. Akumulasi
biomassa tanaman yang tidak nyata diduga karena penyerapan hara oleh tanaman
pada semua taraf percobaan tidak berbeda. Penyerapan hara terutama fosfor yang
sama akan menyebabkan rasio bobot kering yang tidak berbeda nyata. Hara fosfor
pada sistem hidroponik mudah diserap tanaman, karena mudah larut dalam air.
17
Keefisienan pengambilan fosfor dapat ditingkatkan dengan cara menurunkan
kesukaran difusi melalui penambahan air ke dalam media tanam (Afrida 2009).
Havlin et al. (2005) menyatakan hara fosfor berperan penting dalam penyimpanan
dan transfer energi, meningkatkan produksi tanaman atau bahan kering, serta
perbaikan kualitas hasil.
Warna Daun
Tabel 8 Warna daun tanaman bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Perlakuan
Pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
Pupuk Hijau kompos Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
Pupuk Hijau ekstrak Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
Pupuk Hijau kompos Imperata cylindrica
Warna daun
3.01 a
2.80 bc
2.59 d
2.62 cd
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
Pupuk Hijau ekstrak Imperata cylindrica
2.83 ab
Uji F
**
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.
Data hasil warna daun pada Tabel 8 menunjukkan bahwa taraf pemupukan
berpengaruh sangat nyata terhadap tingkat kehijauan warna daun. Perlakuan
pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi memberikan hasil tingkat kehijauan warna
daun yang sama dengan kombinasi ekstrak Imperata cylindrica dan pupuk AB
Mix 0.5 dosis rekomendasi. Pelakuan kompos Mucuna bracteata dan Imperata
cylindrica yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi
memberikan hasil dibawah dari perlakuan pupuk AB mix satu dosis rekomendasi.
Warna daun paling pucat terdapat pada perlakuan kombinasi ekstrak Mucuna
bracteata dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi.
Tingkat warna daun menunjukkan kecukupan tanaman terhadap unsur N.
Salisbury dan Ross (1995) menyatakan tumbuhan yang banyak mengkonsumsi
nitrogen mempunyai daun berwarna hijau tua dan lebat. Hermanto (2012)
menambahkan nitrogen ditemukan dalam bentuk organik dan anorganik di dalam
tumbuhan, dan bergabung dengan C,H,O untuk membentuk asam amino, enzimenzim asam amino, asam nukleat, klorofil, alkaloid dan basa purin. Klorofil
menyebabkan warna daun menjadi lebih hijau. Gambar 2 menunjukkan perlakuan
kompos baik Imperata cylindrica dan Mucuna bracteata yang dikombinasikan
dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi serta ekstrak Mucuna bracteata
yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi pada berbagai
tingkat kehijauan dibandingkan dengan perlakuan pupuk AB Mix satu dosis
rekomendasi.
18
Gambar 2 Bagan Warna daun pada lima taraf pemupukan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pupuk hijau yang diaplikasikan dengan pupuk AB Mix setengah dosis dapat
menghasilkan pertumbuhan dan hasil yang setara dengan pupuk AB Mix satu
dosis rekomendasi pada peubah tinggi tanaman, panjang akar, bobot basah
tanaman, ratio bobot basah tanaman, Biomassa tanaman, ratio bobot kering akar
HASIL TANAMAN BAYAM (Amaranthus tricolor) SECARA
HIDROPONIK
ESTU WIDI ANDRIANI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Pupuk Hijau
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor) Secara
Hidroponik adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, 22 Oktober 2013
Estu Widi Andriani
NIM A24090081
ABSTRAK
ESTU WIDI ANDRIANI. Peran Pupuk Hijau terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor) secara Hidroponik. Dibimbing oleh
MEGAYANI SRI RAHAYU.
Pertanian organik saat ini sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian
masyarakat. Permintaan akan sayuran organik terutama bayam kian meningkat.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peran pupuk hijau terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman bayam (Amaranthus tricolor) secara hidroponik. Penelitian
dimulai pada April hingga Agustus 2013 bertempat di Parung Farm dan
Departemen Agronomi dan Hortikultura. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Lengkap Kelompok Teracak (RKLT) satu faktor yang terdiri dari lima taraf
perlakuan: pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi, kombinasi kompos Mucuna
bracteata dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi, kombinasi ekstrak Mucuna
bracteata dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi, kombinasi kompos Imperata
cylindrica dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi, kombinasi ekstrak Imperata
cylindrica dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi. Hasil penelitian
menunjukkan kombinasi ekstrak Imperata cylindrica dan pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi menghasilkan produksi yang setara dengan pupuk AB Mix satu dosis
rekomendasi.
Kata kunci: Imperata cylindrica, Mucuna bracteata, Pupuk Hijau, Sayuran daun,
Semi organik
ABSTRACT
ESTU WIDI ANDRIANI. The Impact of Green Manure on Growth and Yield of
Spinach (Amaranthus tricolor) in Hydroponics System. Supervised by
MEGAYANI SRI RAHAYU.
Nowdays, organic farming have been a lifestyle for a part of society.
Demand of organic vegetable particulary spinach will increase. The objective of
this study was to investigate the impact of green manure on growth and yield of
spinach (Amaranthus tricolor) in hydroponics system. The study was conducted at
Parung Farm, Bogor and Post Harvest Laboratory in Department of Agronomy
and Horticulture IPB from April to August 2013. The experiment used
randomized completely block design with one factor. The factor are five level of
treatments: full dose recomended AB Mix fertilizer, combination compost
Mucuna bracteata and half dose recomended AB Mix fertilizer, combination
extract Mucuna bracteata and half dose recomended AB Mix fertilizer,
combination compost Imperata cylindrica and half dose recomended AB Mix
fertilizer, combination extract Imperata cylindrica and half dose recomended AB
Mix fertilizer. The research results indicated that the combination of extract
Imperata cylindrica and half dose AB Mix fertilizer give similiar result with full
dose AB Mix fertilizer on growth and yield of spinach.
Keywords: Green Manure, Imperata cylindrica, Leaf Vegetable, Mucuna
bracteata, Semi organic
PERAN PUPUK HIJAU TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
HASIL TANAMAN BAYAM (Amaranthus tricolor) SECARA
HIDROPONIK
ESTU WIDI ANDRIANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Peran Pupuk Hijau terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Bayam (Amaranthus tricolor) secara Hidroponik
Nama
: Estu Widi Andriani
NIM
: A24090081
Disetujui oleh
Ir Megayani Sri Rahayu, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2012 ini ialah
tanaman sayur, dengan judul Peran Pupuk Hijau Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor) Secara Hidroponik.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir Megayani Sri Rahayu, MS selaku
pembimbing skripsi dan pembimbing akademik atas segala kebaikan ibu dalam
membimbing, memberi arahan serta motivasi. Ibu Dr. Ir. Eny Widajati, MS selaku
moderator kolokium. Ibu Dr Ir Endah Retno Palupi, MSc selaku moderator
seminar. Ibu Juang Gema Kartika, SP, M.Si serta Prof. Dr. Ir. Sandra Arifin Azis,
MS selaku dosen penguji yang telah banyak memberi saran. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Soedibyo dan Bapak Ir. Yos
Sutiyoso dari Parung Farm. Bapak Hendra Mardiana selaku Kepala Bagian SDM
dan Umum PTPN VIII PERSERO, Bapak Ir. Adjat selaku administrator kebun
Cikasungka, Bapak Ir. Siswanto Rudy selaku kepala tanaman kebun Cikasungka
dan Bapak Dadan R selaku sinder afdeling 3 Cikasungka beserta staf administrasi
PTPN VIII Bandung dan Staff kebun PTPN VIII Cikasungka. Terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Bapak staf kebun Cikabayan dan Leuwikopo dan
Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah membantu selama
pengumpulan data dan mempermudah administrasi surat. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada bapak, ibu, serta seluruh keluarga, sahabat atas segala doa
dan kasih sayangnya. Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman
AGH 46, kakak - kakak kelas AGH 45 serta Adik kelas AGH 47 yang telah
membantu selama penelitian.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, 22 Oktober 2013
Estu Widi Andriani
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
3
Hipotesis
3
TINJAUAN PUSTAKA
3
Bayam
3
Hidroponik
4
Pupuk Organik
4
METODE
6
Tempat dan Waktu
6
Bahan dan Alat
6
Prosedur Analisis Data
7
Pelaksanaan
7
Pengamatan
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN
9
18
Simpulan
18
Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
22
RIWAYAT HIDUP
24
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
Tinggi tanaman bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Jumlah daun tanaman bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Panjang akar bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Bobot basah tanaman
Ratio bobot basah biomassa
Bobot kering biomassa bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Ratio bobot kering akar dan tajuk pada berbagai perlakuan
Warna daun tanaman bayam pada berbagai perlakuan
9
11
12
13
14
15
16
17
DAFTAR GAMBAR
1 Tinggi tanaman pada 5 taraf perlakuan pemupukan
2 Bagan warna daun
10
17
DAFTAR LAMPIRAN
1 Jumlah dan bahan kimia yang digunakan untuk membuat pupuk AB
Mix
21
2 Sidik Ragam Percobaan
23
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bayam (Amaranthus tricolor) merupakan produk hortikultura yang kaya
nilai gizi. Rubatzky et al. (1999) menyatakan kandungan gizi yang terdapat pada
bayam adalah protein, pro vitamin A, vitamin C, dan serat. Bayam mempunyai
keunggulan yaitu kandungan gizi yang tinggi, bayam juga memiliki banyak
produk turunan. Salah satu produk turunan bayam adalah keripik bayam. Harga
bayam mudah dijangkau sehingga bayam menjadi salah satu sayuran yang
digemari oleh masyarakat.
Konsumsi bayam perkapita di dalam negeri mencapai 0.09627 kg dalam
seminggu atau 13 659.48 kg total konsumsi berbanding dengan jumlah konsumen
sebesar 141 880 jiwa (Badan Tenaga Atom Nasional 2005). Bayam juga memiliki
pangsa pasar luar negeri yang besar dengan volume ekspor bayam mencapai
72.79 ton pada tahun 2010 dengan nilai ekspor sebesar US$ 69 760 (Kementrian
Pertanian DitJen PPHP 2010). Peluang agribisnis bayam cukup menjanjikan
karena permintaan bayam relatif besar baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Produktivitas bayam pada tahun 2012 mengalami penurunan hingga
1.66%. Salah satu penyebab penurunan produktivitas adalah penurunan areal
tanam sebesar 1.83% (Kementrian Pertanian 2013). Tingginya permintaan pasar
terhadap komoditi bayam tidak berimbang dengan penurunan produksi.
Peningkatan produksi dengan memperluas areal pertanaman merupakan hal yang
sangat terbatas.Saparita (2005) menjelaskan bahwa luasan panen tanaman sayur
hanya 1.5% dari luasan tanaman pangan atau 0.9% dari luasan tanaman pertanian
total. Salah satu cara untuk mengatasi keterbatasan lahan adalah bercocok tanam
dengan sistem hidroponik.
Hidroponik merupakan teknologi budidaya yang dapat meningkatkan
produktivitas tanpa diiringi oleh perluasan lahan. Rahimah (2010) menyatakan
budidaya secara hidroponik mampu meningkatkan produktivitas bayam hingga
dua kali dibandingkan penanaman secara konvensional. Hidroponik memiliki
sepuluh sistem, seperti sistem sumbu, sistem rakit apung, sistem Nutrient
Filament Technique ( NFT), sistem sistem Deep Flow Technique (DFT), sistem
pasang surut, sistem aeroponik, sistem aquaponik, sistem air menggenang,
vertical garden dan sistem tetes atau drip.
Sistem hidroponik yang akan digunakan adalah sistem Deep Flow
Technique (DFT). Sistem DFT memiliki kesamaan dengan sistem hidroponik rakit
apung. Keunggulan sistem DFT adalah sirkulasi hara berjalan dengan baik. Sistem
DFT menggunakan pipa Poly Vinil Chlorida (PVC) bertingkat untuk mengalirkan
larutan haranya.Wadah tanam berupa gelas plastik berukuran 250 ml yang diberi
media tanam berupa arang sekam.Wadah diletakan didalam pipa PVC. Sirkulasi
hara terjadi saat larutan hara masuk melalui lubang sirkulasi pada wadah tanam.
Larutan hara masuk lewat wadah tanam kemudian diserap oleh media tanam
hingga akhirnya hara tersedia bagi tanaman.
Bercocok tanam dengan sistem hidroponik memiliki banyak keunggulan
dibanding bercocok tanam secara konvensional. Beberapa keunggulan sistem
hidroponik adalah sterilisasi media yang relatif bersih, sanitasi lingkungan yang
2
terkendali, waktu panen dapat lebih awal dan kualitas, kuantitas serta kontinuitas
hasil terjamin. Sistem hidroponik dapat mengaplikasikan pertanian semi organik.
Pupuk hijau merupakan alternatif potensial untuk mengurangi pemakaian pupuk
inorganik.
Pupuk hijau adalah pupuk yang berasal dari tanaman hijau. Aplikasi pupuk
hijau dapat langsung dibenamkan pada media tanam atau dikomposkan terlebih
dahulu. Menurut Rachman et al. (2006) tujuan pemberian pupuk hijau adalah
untuk menambahkan dan menyediakan unsur hara yang relatif cepat diserap oleh
tanaman sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman.
Tanaman yang cocok digunakan untuk pupuk hijau ada bermacam-macam,
diantaranya dari kelompok leguminosae dan kelompok bukan leguminosae. Pupuk
hijau yang berasal dari kelompok leguminosae lebih baik daripada bukan
kelompok leguminosae (Syukron 2000). Tanaman leguminosae dapat digunakan
sebagai pupuk hijau karena dapat mengikat nitrogen hasil simbiosis bakteri
rhizobium. Mucuna bracteata atau yang lebih dikenal dengan kokoro bengu,
merupakan salah satu leguminosae yang banyak digunakan sebagai Legume Cover
Crop (LCC) atau tanaman penutup tanah. Mucuna bracteata digunakan sebagai
LCC karena persen penutupan tanahnya yang tinggi dibandingkan LCC jenis
rumput-rumputan. Luas permukaan daun yang lebih lebar daripada LCC jenis
rumput-rumputan diharapkan dapat menambat nitrogen lebih banyak, karena daun
merupakan jaringan tanaman yang memiliki kadar nitrogen tertinggi (Salisbury
dan Ross 1995). Mucuna bracteata memiliki laju pertumbuhan yang sangat cepat.
Pertumbuhan Mucuna bracteata dapat mencapai 36 % (Aulia 2011). Pertumbuhan
Mucuna bracteata yang lebih cepat dibanding jenis LCC lainnya menyebabkan
setiap 2 minggu sekali harus diadakan pemangkasan. Hasil pangkasan Mucuna
bracteata berpotensi untuk dijadikan pupuk hijau.
Tanaman bukan leguminosae yang potensial dijadikan pupuk hijau adalah
tanaman dari jenis gulma. Gulma jenis Imperata cylindrica dapat dijadikan
alternatif pupuk hijau. Menurut Lubis (1995) kadar hara yang terdapat pada alangalang adalah 1.97% N, 0.13% P, 1.65% K, 0.27 ppm Ca, 0.19 ppm Mg, 8.74 ppm
Cu, dan 30.10 ppm Zn. Kandungan kimia yang terdapat pada alang-alang adalah
kadar air 93.76%, ekstraktif 8.09%, lignin 31.29%, holoselulosa 59.62%, Alfa
selulosa 40.22%, hemiselulosa 18.40% (Sutiya et al. 2012). Imperata cylindrica
merupakan gulma potensial untuk digunakan sebagai pupuk hijau. Kandungan
Nitrogen pada Imperata cylindrica sebesar 1.97% lebih besar dari jerami tanaman
serealia yang hanya 0.5% (Sugiyanta 2007). Penggunaan Imperata cylindrica
sebagai pupuk hijau mempunyai nilai ekonomis karena mudah didapat, mengingat
gulma jenis Imperata cylindrica dapat berkembang biak dengan cepat.
Penggunaan pupuk AB mix 0.5 dosis rekomendasi didasarkan pada
penelitian Sugiyanta (2007), yaitu penambahan setengah dosis pupuk urea yang
dikombinasikan dengan pupuk organik dapat memberikan hasil yang sama dengan
penggunaan satu dosis pupuk inorganik pada tanaman padi. Penambahan pupuk
urea setengah dosis dimaksudkan untuk mencegah imobilisasi N dan
mempercepat terjadinya mineralisasi N, sehingga N dapat tersedia bagi tanaman
dengan cepat. Pemberian pupuk AB mix setengah dosis pada dasarnya sama
dengan pemberian setengah dosis pupuk urea, namun pada pupuk AB mix
nitrogen tersedia dalam bentuk amonium sulfat, kalsium amonium nitrat dan
kalium nitrat. Dosis pupuk hijau yang diberikan adalah 5 g berat hijauan yang
3
telah dikomposkan. Penentuan dosis mengacu pada metode yang dikembangkan
oleh Sugiyanta (2007) dengan asumsi bahwa Imperata cylindrica dan Oryza
sativa termasuk famili rumput-rumputan (graminae) serta Crotalaria juncea dan
Mucuna bracteata termasuk famili leguminosae.
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk hijau terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman bayam (Amaranthus tricolor).
Hipotesis
Pupuk hijau yang diaplikasikan dengan pupuk AB mix setengah dosis
dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman bayam
TINJAUAN PUSTAKA
Bayam
Amaranthus sp. Merupakan tanaman setahun, monoecious dan berumur
pendek. Menurut Rubatzky et al. (1999) viabilitas bayam termasuk tinggi dalam
hal pola pertumbuhan, bentuk daun, warna, sifat pembungaan dan kegunaan.
Bayam tumbuh tegak, setinggi 30-90 cm dan menghasilkan banyak bunga kecil
pada bulir terminal (ujung) atau aksilar (samping) serta mempunyai sistem
perakaran yang umum jarang. Komoditi ini dapat hidup pada ketinggian topografi
< 1400 mdpl.
Bayam memiliki lintasan fotosintesis C4. Tanaman C4 adalah tanaman yang
menggunakan hasil fotosintesisnya dengan sangat efisien. Keefisienan dalam
penggunaan hasil fotosintesis juga diikuti oleh keefisienan penggunaan air dan
rasio transpirasi yang tinggi. Mekanisme seperti ini yang membuat tanaman C4
tahan terhadap kekeringan.
Bayam adalah tanaman sayuran daun yang kaya akan protein dan murah
bagi banyak penduduk di daerah tropika, subtropika, dan iklim sedang. Rubatzky
dan Yamaguchi (1999) mengemukakan selain sebagai sumber protein, bayam
adalah penghasil pro-vitamin A, vitamin C, dan serat dalam jumlah besar,
komoditi ini juga memiliki kandungan asam oksalat yang besar pada jaringan
daunnya. Hadisoeganda (1996) menyatakan bayam kaya kandungan mineral
kalsium, zat besi, magnesium, fosfor dan kandungan hidrat arang bayam cukup
tinggi dalam bentuk serat selulosa yang tidak tercerna. Serat tidak tercerna ini
berperan penting dalam membantu proses pencernaan lambung.
Lefsurd et al. (2007) melaporkan bayam memiliki karetenoid yang penting
bagi kesehatan manusia. Karetenoid mengandung lutein dan β – karoten yang baik
untuk mengurangi resiko kanker paru-paru dan penyakit mata kronis seperti
katarak dan berkurangnya pengelihatan karena faktor usia. Konsentrasi lutein dan
β – karoten didalam tanaman sayur dapat dinaikkan dengan teknik manajemen
budidaya yaitu manajemen pemupukan N yang baik. Karetenoid mengandung
klorofil a dan klorofil b yang jumlahnya bergantung pada jumlah nitrogen.
4
Hidroponik
Budidaya Secara Hidroponik
Budidaya hidroponik merupakan teknik budidaya tanaman modern.
Budidaya secara hidroponik selain dapat meningkatkan produktivitas tanaman
tanpa menambah luasan lahan juga dapat memberikan nilai estetika pada
pertanian. Hidroponik dapat menjadi solusi bagi pertanian kota yang minim lahan.
Budidaya hidroponik digunakan untuk tanaman hortikultura khususnya.
Keuntungan menggunakan teknologi hidroponik lainnya adalah produksi tanaman
lebih tinggi, bebas hama dan penyakit, penghematan pemakaian pupuk, produksi
tanaman bersifat kontinu tanpa tergantung musim, kualitas produk sempurna.
Susila dan Koerniawati (2004) menyatakan Hidroponik merupakan salah
satu cara budidaya yang menggunakan prinsip penyediaan larutan hara sesuai
dengan kebutuhan tanaman. Pada awalnya istilah hidroponik hanya ditujukan
untuk menggambarkan cara menumbuhkan tanaman dalam sistem air, akan tetapi
saat ini mencakup semua sistem yang menggunakan larutan hara dengan atau
tanpa penambahan medium inert (seperti pasir, kerikil, rockwool, vermikulit)
untuk dukungan mekanis. Sistem budidaya hidroponik biasanya diusahakan pada
rumah kaca dengan lingkungan yang terkendali.
Media Tanam Hidroponik
Media tanam yang banyak digunakan untuk tanaman sayur sistem
hidroponik adalah arang sekam. Menurut Ermina (2010) arang sekam dipilih
karena mempunyai porositas yang tinggi, berstruktur gembur, subur dan dapat
menyimpan air yang cukup untuk pertumbuhan tanaman, tidak mengandung
garam laut atau kadar salinitas rendah, keasaman tanah netral hingga alkalis, yakni
pada pH 6 – 7, tidak mengandung organisme penyebab hama dan penyakit,
mengandung bahan kapur atau kaya unsur kalsium. Arang sekam dicampur
dengan pupuk kandang agar bahan organik dari pupuk kandang dapat melepaskan
bahan kimia yang dapat menstimulir makro dan mikro organisme tanah yang
berguna untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang juga dapat memperkecil
tingkat porositas arang sekam agar tidak terlalu mudah meloloskan air. Jika arang
sekam terlalu mudah meloloskan air akan terjadi kehilangan hara, karena
pemberian hara dilakukan melalui cara fertigasi. Menurut Nurtika dan Abidin
(1995) penambahan unsur makro seperti nitrogen, fosfor dan kalium dilakukan
melalui pupuk buatan. Unsur nitrogen dapat merangsang pertumbuhan vegetatif
tanaman, fosfor dapat mempercepat pertumbuhan akar dan kalium dapat
memperbaiki kualitas tanaman.
Pupuk Organik
Definisi pertanian organik sangat beragam dan yang paling mudah dikenal
adalah salah satu sistem pertanian yang tidak menggunakan pupuk dan pestisida
buatan. Melati dan Andriyani (2005) menyebutkan definisi pertanian organik
yang paling banyak diadopsi adalah definisi yang dikembangkan oleh
International Federation of Organik Agriculture Movement (IFOAM). Pertanian
organik menekankan pada penggunaan input yang mendorong proses biologi
untuk ketersediaan hara dan ketahanan terhadap Organisme pengganggu tanaman.
5
Hal ini dapat tercapai dengan memanipulasi sumber daya alam untuk mendorong
proses yang dapat meningkatkan dan mempertahankan produktivitas lahan.
Pupuk merupakan komponen penting dalam sistem budidaya tanaman.
pupuk merupakan sumber nutrisi yang berperan dalam tumbuh dan kembang
tanaman hingga mencapai akumulasi biomassa tertantu. Pengembangan sistem
pertanian organik secara hidroponik mustahil dilakukan jika tanpa pemberian
pupuk. Pemberian pupuk organik saja tidak mungkin dilakukan karena pupuk
organik tidak mengandung unsur-unsur hara yang penting bagi tanaman (Cahyadi
2011).
Pengembangan sistem pertanian saat ini baru diarahkan pada sistem
pertanian organik. Salah satu cara dilakukan dengan mengkombinasikan antara
pupuk organik dan pupuk anorganik. Beberapa sumber hara yang digunakan pada
sistem pertanian organik adalah bahan organik yang berasal dari pupuk kandang,
pupuk hayati, limbah pertanian, limbah rumah tangga/perkotaan dan pupuk hijau.
Pupuk kandang tidak dapat digunakan untuk sistem budidaya secara hidroponik
karena dapat menyumbat emiter, kecuali jika diberikan dalam bentuk Bokashi.
Pangaribuan et al. (2012) melaporkan bahwa Bokhasi pupuk kandang ayam yang
dikombinasikan dengan setengah dosis pupuk rekomendasi dapat meningkatkan
hasil tanaman tomat. Pupuk hayati mempunyai kemungkinan yang kecil untuk
digunakan pada sistem hidroponik karena pupuk hayati lebih berfungsi untuk
mereklamasi lahan, sedangkan hidroponik adalah sistem budidaya yang tidak
menggunakan tanah atau menggunakan sedikit tanah (soilless) untuk media.
Pupuk hijau merupakan pupuk organik yang potensial untuk digunakan pada
sistem hidroponik.
Pupuk hijau merupakan salah satu sumber bahan organik yang berasal dari
bahan tanaman. Umumnya tanaman yang digunakan sebagai pupuk hijau
mempunyai kandungan N yang tinggi. Beberapa jenis tanaman dari leguminosae
seperti Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens dan Pueraria javanica
dapat digunakan sebagai pupuk hijau. Dewasa ini, Legum Cover Crop (LCC)
yang banyak digunakan adalah Mucuna bracteata. Aulia (2011) menyebutkan
bahwa Mucuna bracteataberumur 17 MST memiliki tingkat penutupan tanah
sebesar 36%. IPB (2013) melaporkan rata-rata kandungan hara yang dimiliki oleh
Mucuna bracteata adalah 4.46% N, 0.35% P dan 1.52% K.
Pupuk hijau tidak hanya berasal dari family leguminosae. Gulma dari
keluarga Graminae seperti Imperata cylindrica L. atau lebih dikenal dengan
alang-alang berpotensi dimanfaatkan sebagai pupuk hijau. Menurut Syokron
(2000) pupuk hijau alang-alang tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
pertumbuhan bibit tanaman lada perdu.
Penggunaan pupuk hijau yang umum adalah dengan dikomposkan terlebih
dahulu. Hal ini dilakukan untuk menurunkan rasio C/N pada bahan pupuk hijau.
Proses pengomposan umumnya membutuhkan waktu yang relatif lama tergantung
metoda penanganannya. Lama proses pengomposan tergantung pada beberapa
faktor yaitu faktor lingkungan, metoda pengomposan dan faktor komposisi kimia
bahan organik. Nisbah C/N yang lebih dari 20 memberi pengaruh yang kurang
baik karena masih terjadi proses dekomposisi yang dapat mengakibatkan suhu
sekitar perakaran tinggi sehingga mengganggu penyerapan hara pada tanaman
(Yani 2004).
6
Pemberian pupuk hijau dalam sistem hidroponik dapat dilakukan dengan
membuat cairan pupuk hijau. Pembuatan cairan pupuk hijau bisa dengan
difermentasi dengan bioaktivator (Bokashi) seperti yang dilakukan Pangaribuan et
al. (2011) atau dengan menghancurkan jaringan tanaman yang dilarutkan dalam
air (blender) seperti tahap pertama pada metode ekstraksi yang dilakukan oleh
Haryadi (2012). Tujuan pemberian pupuk hijau dalam bentuk larutan adalah agar
kandungan hara yang terdapat pada pupuk hijau lebih mudah diserap oleh
tanaman.
METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian bertempat di Parung Farm Bogor, Jawa Barat. Pengamatan hasil
dilakukan di Laboraturium Pasca Panen Departemen Agronomi dan Hortikultura
IPB. Penelitian dilakukan selama tiga bulan, yaitu mulai 27 April 2013 sampai
dengan 7 Agustus 2013.
Bahan dan Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat budidaya pertanian
seperti tray semai, timbangan analitik, penggaris, alat tulis, gelas plastik
berukuran 250 ml sebagai wadah, Kit hidroponik system Deep Flow Technique
(DFT), gelas ukur, bagan warna daun (BWD), kertas saring dan blender.
Bahan yang digunakan adalah benih bayam varietas Amarant 963 white
leaf, media tanam berupa arang sekam, pupuk AB mix dan Pupuk hijau. Dosis
pupuk AB mix yang digunakan adalah satu dosis dan setengah dosis.
Pupuk AB Mix terdiri dari perekat A dan perekat B. Perekat A terdiri dari
650 gkalsium amonium nitrat, 620 g kalium nitrat, 30 g Librel BMX yang
dilarutkan dalam 5 liter air. Perekat B terdiri dari 270 g kalium di-hidro fospat,
140 g amonium sulfat, 70 g kalium sulfat dan 820 g magnesium sulfat dilarutkan
dalam 5 liter air. Satu dosis rekomendasi pupuk AB Mix merupakan 250 ml
perekat A dan 250 ml perekat B yang dilarutkan dalam 50 liter air untuk
memupuk 49 tanaman atau satu Kit hidroponik DFT (Sutiyoso Y 12 Mei 2013,
komunikasi pribadi).
Pupuk hijau yang digunakan adalah Mucuna bracteata dan Imperata
cylindrica. Mucuna bracteata didapat dari Afdeling 3 PTPN VIII Cisasungka,
Bogor dan Imperata cylindrica diperoleh dari Cikabayan, Bogor, Jawa Barat.
Pupuk hijau mendapat dua perlakuan yaitu perlakuan ekstrak dan perlakuan
pengomposan. Dosis Mucuna bracteata dan Imperata cylindrica yang digunakan
masing-masing adalah 5 g berat kompos pupuk hijau yang telah dicampurkan
dengan media tanam arang sekam pada masing-masing wadah tanam. Perlakuan
ekstrak dilakukan dengan memberikan 50 ml ekstrak pupuk hijau kedalam
masing-masing gelas plastik berukuran 250 ml sebagai wadah tanam.
7
Prosedur Analisis Data
Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal dengan lima perlakuan dan tiga ulangan,
sehingga terdapat 15 satuan percobaan. Adapun taraf perlakuan percobaan yaitu:
1. Pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi
2. Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi + Pupuk Hijau kompos Mucuna
bracteata
3. Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi + Pupuk Hijau ekstrak Mucuna
bracteata
4. Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi + Pupuk Hijau kompos Imperata
cylindrica
5. Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi + Pupuk Hijau ekstrak Imperata
cylindrica
Model linear yang digunakan adalah :
Model : Yij = µ+ Ai + Bj + € ij
untuk (i =1,...p; j = 1,...r)
µ
= nilai rata-rata
Ai
= pengaruh perlakuan ke-i
Bj
= pengaruh kelompok ke-j
ij
= pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i, kelompok ke-j
€
Analisis data menggunakan analisis ragam (uji F). Jika pada hasil uji
F berpengaruh nyata, akan dilakukan uji beda nilai tengah dengan Duncan
Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.
Pelaksanaan
Persemaian
Benih bayam disemai terlebih dahulu pada wadah semai yang berisi media
berupa arang sekam. Persemaian dilaksanakan selama 14 HST. Pemupukan tidak
dilakukan pada saat penyemaian. Penyiraman dilakukan dua hari sekali.
Penanaman
Pemindahan bibit dilakukan setelah umur semai 14 HST. Cara
pemindahan bibit dilakukan dengan memindahkan secara perlahan tanaman
bayam beserta sedikit media dari persemaian.Wadah tanam pada sistem
hidroponik DFT adalah berupa kemasan gelas plastik berukuran 250 ml yang
berisi media dasar arang sekam. Sistem hidroponik DFT memiliki 49 lubang
tanam dalam satu Kit.Wadah tanam diletakan lubang tanam pada pipa- pipa Kit.
Pipa-pipa Kit DFT terbuat dari PVC. Aliran air maupun larutan hara dialirkan
melalui pipa-pipa Kit. Hara akan diabsorbsi oleh tanaman melalui lubang-lubang
yang terdapat pada wadah tanam. Penanaman akan dilakukan pada setiap awal
bulan tanam selama tiga periode tanam berturut-turut, karena ulangan dalam
penelitian ini adalah bulan tanam.
8
Perlakuan pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah transplanting. Pemupukan terdiri atas 5 taraf
yaitu pemupukan satu dosis rekomendasi dan empat taraf perlakuan pemupukan
yang dikombinasikan dengan setengah dosis rekomendasi. Perlakuan terdiri atas
tiga ulangan, sehingga diperoleh 15 satuan percobaan. Percobaan ini
menggunakan bulan tanam sebagai ulangan.
Perlakuan pengomposan dilakukan dengan mengkomposkan masingmasing 5 kg Mucuna bracteata dan Imperata cylindrica. Masing-masing kompos
pupuk hijau diberikan pupuk kandang sebanyak 1.25 kg, gula pasir 37.5 g, urea
0.25 kg, kapur tohor 0.5 kg, air 2.5 liter serta EM4 sebanyak 10 ml. Pengomposan
berlangsung selama satu bulan dengan kondisi anaerob. Kompos dibalik dan
dilembabkan seminggu sekali. Kompos digunakan setelah berumur satu bulan
dengan cara dicampurkan ke dalam media tanam. Dosis kompos yang digunakan
adalah 5 g per wadah tanam.
Perlakuan ekstrak dilakukan dengan cara melarutkan 5 g daun pupuk hijau
kedalam 50 ml air dengan perbandingan 1:10 (b/v) (Haryadi 2012). Campuran
pupuk hijau dan air kemudian diblender hingga daun hijauan hancur dan dapat
disaring. Hijauan yang telah hancur disaring dengan menggunakan kertas saring
dan diambil cairannya kemudian ampas hijauan dibuang. Dosis yang digunakan
adalah 50 ml per wadah tanam.
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan mencakup pengendalian pemupukan dan
pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Pengendalian manual
dilakukan dengan cara penyiangan gulma dan eradikasi pada tanaman yang sakit
dengan cara membuang daun yang terkena penyakit atau busuk. Pengendalian
kimia tidak dilakukan pada budidaya hidroponik.
Pemanenan
Pemanenan tanaman bayam pada masing-masing ulangan dilakukan pada
saat berumur 18 HST setelah transplanting. Cara pemanenan dengan mencabut
seluruh tanaman beserta akarnya. Pemanenan dilakukan setiap akhir bulan tanam,
selama tiga periode tanam.
Pengamatan
Pengamatan pertumbuhan dan hasil tanaman dilakukan pada seluruh
tanaman dalam satu ulangan yang berjumlah enam belas tanaman contoh dimulai
dari umur 1 hingga 4 MST. Pengamatan meliputi:
Pengamatan komponen tumbuh:
1. Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang hingga titik tumbuh.
Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali dari 1 sampai 4 MST.
2. Jumlah daun diamati satu minggu sekali dari 1 sampai 4 MST.
3. Panjang akar diukur mulai dari pangkal akar sampai dengan ujung akar
terpanjang dengan menggunakan penggaris pada saat panen.
9
Pengamatan komponen hasil :
1. Bobot basah akar, tajuk dan total.
2. Rasio basah akar dan tajuk; dilakukan dengan menimbang bobot basah
tajuk dan bobot basah akar saat panen menggunakan timbangan digital.
3. Bobot kering akar, tajuk, dan total.
4. Rasio bobot kering akar dan tajuk; dilakukan dengan mengoven akar
maupun tajuk pada suhu 800C selama tiga hari kemudian ditimbang
menggunakan timbangan digital.
5. Warna daun diamati pada tanaman umur 4 MST dengan metode Bagan
Warna Daun (BWD).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Tanaman Bayam
Tinggi Tanaman
Hasil Uji DMRT menunjukkan perlakuan pupuk hijau yang dikombinasikan
dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi berpengaruh sangat nyata pada
tinggi tanaman pada 3 dan 4 MST. Data hasil tinggi tanaman dari berbagai taraf
pemupukan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Tinggi tanaman bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Perlakuan
Pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau kompos
Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak
Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau kompos
Imperata cylindrica
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak
Imperata cylindrica
Tinggi tanaman (MST)
1
2
3
4
..............................cm............................
2.09
2.90
3.66 c
6.78 ab
2.03
3.26
3.77 bc
5.56 c
1.89
3.54
4.25 b
6.21 bc
1.63
3.19
4.29 b
5.83 c
1.81
3.67
5.15 a
7.30 a
Uji F
**
**
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.
10
Gambar 1. Tinggi tanaman pada lima taraf perlakuan
Perlakuan ekstrak pupuk hijau yang dikombinasikan dengan pupuk AB
Mix 0.5 dosis rekomendasi mampu meningkatan tinggi tanaman pada 3 dan 4
MST. Tabel 1 menunjukkan perlakuan ekstrak pupuk hijau yang dikombinasikan
dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi mampu membuat bayam tumbuh
setara dengan bayam yang dipupuk dengan pupuk AB Mix satu dosis
rekomendasi.
Perlakuan kombinasi antara ekstrak Imperata cylindrica yang
dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi dan pupuk AB mix
satu dosis rekomendasi memberikan hasil yang paling tinggi. Hasil tertinggi
diduga karena nitrogen yang terkandung dalam ekstrak Imperata cylindrica lebih
banyak dibanding taraf perlakuan yang lain. Rohmawati (2012) menyatakan
nitrogen berperan dalam pembentukan dinding sel tanaman berupa kalium pektat,
selulosa dan lignin. Kandungan nitrogen alang-alang yang hanya 1.97% (Lubis
1995) jika ditambah dengan kandungan lignin yang mencapai 31.29% serta
holoselulosa dan alfa selulosa sebesar 59.62 dan 40.22% (Sutiya et al. 2012).
Dinding sel alang-alang yang terdiri dari selulosa dan lignin diduga hancur saat
diblender, sehingga selulosa dan lignin terdegradasi melepaskan nitrogen dan
komponen penyusun lainnya.
Perlakuan pengomposan menunjukkan pertambahan tinggi yang
cenderung lebih sedikit dibandingkan perlakuan ekstrak maupun perlakuan
kontrol. Metode pengomposan diduga belum benar sehingga menyebabkan suhu
disekitar perakaran menjadi tinggi. Suhu tinggi disekitar perakaran akan
menyebabkan terhambatnya penyerapan hara dan berakibat pertumbuhan menjadi
lebih lambat. Penggunaan kompos alang-alang kurang populer karena proses
dekomposisi alang-alang secara praktis sulit dan membutuhkan waktu yang lama.
Basuki (2001) menyatakan bahwa kesulitan dekomposisi bahan alang-alang
karena bahan penyusun utamanya adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin. Ketiga
bahan tersebut hanya bisa dirombak oleh mikroorganisme selulolitik dan
lignolotik seperti Trichoderma sp.
Jumlah Daun
Jumlah daun memperlihatkan bagaimana tanaman dapat tumbuh dengan
optimal, hal ini karena pertambahan daun berkaitan dengan kemampuan
membelah tiga lapis sel terluar, didekat permukaan apeks tajuk (Salisbury dan
Ross 1995). Pembelahan akan melambat jika ada cekaman hara, terutama hara-
11
hara yang diperlukan untuk mempercepat pembelahan sel di dekat permukaan
apeks tajuk. Lambatnya pembelahan sel menyebabkan pertumbuhan primordia
daun lambat sehingga pertambahan jumlah daun menjadi lebih lambat. Jumlah
daun menjadi penting karena daun merupakan bagian tanaman yang dikonsumsi
pada tanaman sayur. Tabel 2 menunjukkan jumlah daun pada 3 dan 4 MST
berbagai perlakuan berbeda sangat nyata.
Jumlah daun pada 3 MST menunjukkan hasil tertinggi pada perlakuan
ekstrak baik Mucuna bracteata maupun Imperata cylindrica yang dikombinasikan
dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi dibandingkan dengan pupuk AB
Mix satu dosis rekomendasi. Pertambahan jumlah daun diduga karena hara-hara
yang diperlukan untuk pembentukan organ-organ tanaman masih terkandung pada
esktrak baik Mucuna bracteata maupun Imperata cylindrica. Jumlah daun pada
umur 4 MST tidak terjadi pertambahan pada semua taraf kecuali Perlakuan
kontrol. Pertambahan jumlah daun yang lambat diduga terjadi karena defisiensi
hara.
Tabel 2 Jumlah daun tanaman bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Perlakuan
Pupuk AB Mix satu dosis
rekomendasi
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau kompos
Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak
Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau kompos
Imperata cylindrica
Umur tanaman (MST)
1
2
3
4
.......................helai/tanaman.................
2.17
3.60
5.44 ab
7.35 a
2.29
3.96
5.06 b
6.37 b
2.17
3.78
5.54 a
6.50 b
2.23
3.73
4.47 c
6.00 b
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak
Imperata cylindrica
2.35
3.85
5.67 a
6.68 b
Uji F
**
**
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.
Pertambahan jumlah daun yang lambat diduga karena tanaman kekurangan
N, P dan K. Tanaman pada umumnya menyerap Nitrogen dalam bentuk amonium
(NH4+) dan nitrat (NO3-). Nitrat setelah diserap tanaman tidak langsung digunakan
dalam bentuk sintetis asam amino. Kekurangan N dicirikan dengan gugurnya daun
dan berkurangnya kemampuan untuk berfotosintesis (Mualim 2012). Fosfor
adalah senyawa menyusun energi seperti ATP dan ADP. Defisiensi fosfor
menyebabkan ATP yang terbentuk lebih sedikit, karena unsur P diperlukan dalam
12
proses fotosintesis yakni pada fotofosforilasi dan pembentukan ribulosa 1.5bifosfor (Agustina 2011). Kekurangan kalium menyebabkan terganggunya proses
fotosintesis, karena keberadaan K memenuhi kebutuhan ATP (Adenosisn
Trifosfat) untuk proses penyerapan N dan sintesis protein (Simaremare 2007)
Maryani (2004) melaporkan terganggunya fotosintesis menyebabkan
karbohidrat yang disimpan dalam jaringan tanaman menjadi kecil sehingga
tanaman tertekan. Stress tanaman mengakibatkan terhambatnya pembentukan
organ-organ tanaman sehingga pertumbuhan titik tumbuh menjadi lambat dan
akhirnya menyebabkan tidak bertambahnya jumlah daun.
Panjang Akar
Akar merupakan bagian vegetatif tanaman yang memiliki dua fungsi yaitu
secara fisik merupakan alat penopang tumbuhnya tanaman dan sebagai alat untuk
menyerap air dan hara yang kemudian akan disalurkan ke seluruh bagian tanaman
(Jones 2005). Tabel 3 menunjukkan bahwa panjang akar pada semua taraf
pemupukan tidak berbeda nyata setelah diuji dengan DMRT.
Tabel 3 Panjang akar bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Perlakuan
Pupuk AB Mix sato dosis rekomendasi
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau kompos Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau ekstrak Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau kompos Imperata cylindrica
Panjang akar
...........................cm.............................
12.42
13.29
14.06
10.63
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau ekstrak Imperata cylindrica
13.95
Uji F
tn
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.
Perlakuan pemupukan berbagai taraf memberikan pengaruh yang tidak
nyata pada peubah panjang akar. Perlakuan kombinasi pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi dengan ekstrak pupuk hijau memberikan hasil yang sama dengan
perlakuan satu dosis rekomendasi. Nilai tertinggi pada parameter pengamatan
panjang akar dimiliki oleh perlakuan ekstrak Imperata cylindrica yang
dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi. Ekstrak Mucuna
bracteata yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi
menempati urutan kedua. Ekstrak Imperata cylindrica maupun ekstrak Mucuna
bracteata yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi
diduga memiliki kandungan mengandung unsur nitrogen paling tinggi jika
dibandingkan dengan perlakuan pupuk lainnya. Nitrogen juga mempengaruhi
penyerapan unsur hara lain. Hermanto (2012) melaporkan pada tingkat
ketersediaan hara N yang optimal maka total masa akar dan kedalaman akar akan
13
meningkat. Perluasan akar ini akan memfasilitasi penyerapan air dan hara lain
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.
Produksi Tanaman Bayam
Bobot Basah tanaman
Taraf pemupukan berpengaruh sangat nyata terhadap peubah bobot basah
total per tanaman dan bobot basah tajuk per tanaman, namun berpengaruh tidak
nyata pada peubah bobot basah akar. Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan
pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi tidak berpengaruh nyata terhadap
perlakuan kombinasi ekstrak Imperata cylindrica dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi dan kombinasi ekstrak Mucuna bracteata dengan pupuk AB Mix 0.5
dosis rekomendasi. Penurunan hasil produksi bayam terjadi pada perlakuan pupuk
AB Mix 0.5 dosis rekomendasi yang dikombinasikan dengan kompos Mucuna
bracteata dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi yang dikombinasikan dengan
kompos Imperata cylindrica.
Tabel 4 Hasil produksi tanaman bayam pada berbagai perlakukan pupuk
Perlakuan
Pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau kompos
Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak
Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau kompos
Imperata cylindraca
Total
Bobot per tanaman (g)
Tajuk
Akar
3.8929 a
3.2535 a
0.6394
2.0479 c
1.7823 b
0.4550
2.8529 ab
2.3627 ab
0.4902
1.6490 c
1.4131 b
0.2358
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak
Imperata cylindrica
3.3706 a
2.8677 a
0.5029
Uji F
**
**
tn
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukan
perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.
Perlakuan ekstrak Imperata cylindrica yang dikombinasikan dengan
pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi menghasilkan bobot basah total dan bobot
tajuk yang sama dengan perlakuan pupuk AB mix satu dosis rekomendasi, karena
Imperata cylindrica mengandung silikat. Menurut Roesmarkam dan Yuwono
(2002) kandungan silikat pada gramineae kering seperti rumput-rumputan sebesar
1-3%. Silikat dapat menaikkan produksi tanaman. Yukamgo dan Yuwono (2007)
menyatakan silikat dapat menaikkan produksi tanaman karena silikat mampu
memperbaiki sifat fisik tanaman dan berpengaruh dalam kelarutan P. Silikat
dalam ekstrak Imperata cylindrica dapat membantu kelarutan P dalam larutan
14
hara sehingga P dapat diserap oleh bayam sehingga produksi bayam dapat setara
dengan pemberian pupuk satu dosis AB Mix rekomendasi.
Ratio Bobot Basah Akar dan Tajuk
Ratio bobot basah menunjukkan bagian sayuran yang dapat dikonsumsi.
Semakin besar nilai ratio bobot basah akar berbanding tajuk maka bagian tanaman
yang dapat dikonsumsi semakin kecil. Tabel 5 memperlihatkan bahwa ratio bobot
basah yang terbesar ditunjukkan pada perlakuan pupuk AB Mix satu dosis
rekomendasi kemudian perlakuan pupuk AB mix 0.5 dosis rekomendasi yang
dikombinasikan dengan kompos Imperata cylindrica. Pupuk hijau Mucuna
bracteata dapat meningkatkan bagian yang dapat dikonsumsi oleh tanaman, hal
ini terlihat pada data Tabel 5 dimana perlakuan kombinasi pupuk AB Mix 0.5
dosis rekomendasi dan pupuk hijau kompos Mucuna bracteata mempunyai ratio
bobot basah paling kecil
Tabel 5 Ratio bobot basah akar dan tajuk pada berbagai perlakuan
Perlakuan
Pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau kompos Mucuna
bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau ekstrak Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau kompos Imperata cylindrica
Rasio bobot basah akar dan tajuk
0.83 a
0.79 b
0.82 ab
0.84 a
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau ekstrak Imperata cylindrica
0.82 ab
Uji F
**
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukan
perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.
Ratio bobot basah sangat dipengaruhi oleh ketersediaan nutrisi dalam
tanaman. Jika nutrisi tersedia dalam jumlah yang cukup maka akan terjadi
peningkatan plastisitas dinding sel sehingga air dan nutrisi akan lebih mudah
memasuki protoplasma (Yusuf et al 2007). Kemudahan air masuk kedalam
protoplasma menyebabkan penambahan bobot basah dari komoditas bayam,
karena sifat produk hortikultura yang memiliki kandungan air tinggi dan meruah
(voluminous).
15
Biomassa Tanaman
Fotosintat yang dihasilkan tanaman digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang diekspresikan dengan biomassa tanaman. Biomassa
tanaman juga menunjukkan status hara tanaman terutama nitrogen. Aplikasi lima
taraf pupuk berpengaruh sangat nyata pada parameter pengamatan biomassa total
dan biomassa tajuk, sedangkan untuk biomassa akar tidak berpengaruh nyata.
Perlakuan pupuk AB mix satu dosis rekomendasi memberikan hasil yang paling
tinggi pada semua parameter pengamatan biomassa.
Tabel 6 Biomassa bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Perlakuan
Pupuk AB Mix satu dosis rekomedasi
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau kompos
Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak
Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau kompos
Imperata cylindrica
Total
Biomassa (g)
Tajuk
akar
0.97a
0.39 a
0.08
0.82 cd
0.17 c
0.04
0.88 bc
0.25 bc
0.06
0.81 d
0.15 c
0.03
Pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi+ pupuk hijau ekstrak
Imperata cylindrica
0.92 ab
0.31 ab
0.07
Uji F
**
**
tn
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.
Biomassa terendah diperoleh pada perlakuan pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi yang dikombinasikan dengan kompos Imperata cylindrica maupun
perlakuan pupuk AB mix 0.5 dosis rekomendasi yang dikombinasikan dengan
kompos Mucuna bracteata. Perlakuan ekstrak Imperata cylindrica dan ekstrak
Mucuna bracteata yang dikombinasikan dengan pupuk AB mix 0.5 dosis
rekomendasi memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan AB
Mix satu dosis rekomendasi.
Perlakuan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi yang dikombinasikan
dengan kompos Imperata cylindrica dan Mucuna bracteata menyebabkan
penurunan hasil pada bayam. Penurunan hasil diduga karena kompos tidak dapat
menyumbang unsur hara bagi tanaman. Kandungan hara yang tinggi dimanfaatkan
oleh tanaman untuk pertumbuhannya, sehingga mempercepat pertumbuhan
memanjang tanaman. Peningkatan tinggi tanaman menyebabkan meningkatnya
luas permukaan daun, sehingga hasil fotosintesis diharapkan dapat meningkat
(Sisworo 2000). Fotosintat yang banyak akan diikuti oleh meningkatnya biomassa
tanaman. Fotosintat yang sedikit akan menyebabkan biomassa menjadi lebih
rendah. Biomassa merupakan parameter untuk menyatakan laju pertumbuhan
16
vegetatif tanaman, karena 90% biomassa tanaman berasal dari fotosintesis
(Alviana dan Susila 2009)
Data Tabel 6 menunjukkan biomassa perlakuan ekstrak terutama ekstrak
Imperata cylindrica yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis
rekomendasi mampu memberikan hasil yang setara dengan perlakuan satu dosis
pupuk AB Mix. Pertumbuhan vegetatif dipengaruhi oleh kandungan N dalam
pupuk. Kandungan N pada ekstrak Imperata cylindrica dan pupuk AB Mix 0.5
dosis rekomendasi mampu menyetarakan dengan kandungan N pada pupuk AB
Mix satu dosis rekomendasi.
Ratio Bobot Kering Akar dan Tajuk
Tabel 7 Ratio bobot kering akar dan tajuk pada berbagai perlakuan
Perlakuan
Pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau kompos Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau ekstrak Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau kompos Imperata cylindrica
Rasio bobot kering akar dan tajuk
0.18
0.18
0.22
0.17
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
pupuk hijau ekstrak Imperata cylindrica
0.19
Uji F
tn
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.
Ratio antara bobot kering akar dan tajuk bayam pada taraf perlakuan
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hasil yang tidak berbeda nyata
diduga karena semua perlakuan pemupukan dilakukan pada fase vegetatif. Fase
vegetatif diduga dapat mendukung pertumbuhan tajuk tanaman. Pertumbuhan
tajuk yang baik akan menekan terbentuknya bagian generatif, karena alokasi
asimilat lebih ditujukan untuk pembentukan batang, cabang dan daun. Hasil
penelitian Mualim (2009) menjelaskan ratio antara bobot kering tajuk dengan akar
menunjukkan pola pertumbuhan vegetatif yang awalnya meningkat, kemudian
pada saat mencapai puncak pertumbuhan vegetatif pertumbuhan menurun.
Mualim juga menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena pada fase generatif, diduga
terjadi remobilisasi hara dari bagian tajuk (source) ke daerah akar (sink).
Remobilisasi hara menyebabkan ratio bobot kering akar dan tajuk menjadi lebih
besar dikarenakan biomassa tanaman terakumulasi di bagian akar. Ratio bobot
kering juga dapat menunjukkan akumulasi biomassa bagian akar. Akumulasi
biomassa tanaman yang tidak nyata diduga karena penyerapan hara oleh tanaman
pada semua taraf percobaan tidak berbeda. Penyerapan hara terutama fosfor yang
sama akan menyebabkan rasio bobot kering yang tidak berbeda nyata. Hara fosfor
pada sistem hidroponik mudah diserap tanaman, karena mudah larut dalam air.
17
Keefisienan pengambilan fosfor dapat ditingkatkan dengan cara menurunkan
kesukaran difusi melalui penambahan air ke dalam media tanam (Afrida 2009).
Havlin et al. (2005) menyatakan hara fosfor berperan penting dalam penyimpanan
dan transfer energi, meningkatkan produksi tanaman atau bahan kering, serta
perbaikan kualitas hasil.
Warna Daun
Tabel 8 Warna daun tanaman bayam pada berbagai perlakuan pupuk
Perlakuan
Pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
Pupuk Hijau kompos Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
Pupuk Hijau ekstrak Mucuna bracteata
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
Pupuk Hijau kompos Imperata cylindrica
Warna daun
3.01 a
2.80 bc
2.59 d
2.62 cd
Pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi+
Pupuk Hijau ekstrak Imperata cylindrica
2.83 ab
Uji F
**
a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.
Data hasil warna daun pada Tabel 8 menunjukkan bahwa taraf pemupukan
berpengaruh sangat nyata terhadap tingkat kehijauan warna daun. Perlakuan
pupuk AB Mix satu dosis rekomendasi memberikan hasil tingkat kehijauan warna
daun yang sama dengan kombinasi ekstrak Imperata cylindrica dan pupuk AB
Mix 0.5 dosis rekomendasi. Pelakuan kompos Mucuna bracteata dan Imperata
cylindrica yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi
memberikan hasil dibawah dari perlakuan pupuk AB mix satu dosis rekomendasi.
Warna daun paling pucat terdapat pada perlakuan kombinasi ekstrak Mucuna
bracteata dan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi.
Tingkat warna daun menunjukkan kecukupan tanaman terhadap unsur N.
Salisbury dan Ross (1995) menyatakan tumbuhan yang banyak mengkonsumsi
nitrogen mempunyai daun berwarna hijau tua dan lebat. Hermanto (2012)
menambahkan nitrogen ditemukan dalam bentuk organik dan anorganik di dalam
tumbuhan, dan bergabung dengan C,H,O untuk membentuk asam amino, enzimenzim asam amino, asam nukleat, klorofil, alkaloid dan basa purin. Klorofil
menyebabkan warna daun menjadi lebih hijau. Gambar 2 menunjukkan perlakuan
kompos baik Imperata cylindrica dan Mucuna bracteata yang dikombinasikan
dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi serta ekstrak Mucuna bracteata
yang dikombinasikan dengan pupuk AB Mix 0.5 dosis rekomendasi pada berbagai
tingkat kehijauan dibandingkan dengan perlakuan pupuk AB Mix satu dosis
rekomendasi.
18
Gambar 2 Bagan Warna daun pada lima taraf pemupukan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pupuk hijau yang diaplikasikan dengan pupuk AB Mix setengah dosis dapat
menghasilkan pertumbuhan dan hasil yang setara dengan pupuk AB Mix satu
dosis rekomendasi pada peubah tinggi tanaman, panjang akar, bobot basah
tanaman, ratio bobot basah tanaman, Biomassa tanaman, ratio bobot kering akar