Identifikasi Perubahan Penggunaan Lahan Dan Dampaknya Terhadap Kuantitas Kebutuhan Air Di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali.

IDENTIFIKASI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
DAN DAMPAKNYA TERHADAP KUANTITAS KEBUTUHAN
AIR DI KECAMATAN SERIRIT, KABUPATEN BULELENG
BALI

HELTY FATIMAH BAKRI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Identifikasi Perubahan
Penggunaan Lahan dan Dampaknya Terhadap Kuantitas Kebutuhan Air di
Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali” adalah benar karya saya dengan
arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015

Helty Fatimah Bakri
NIM F44110017

ABSTRAK
HELTY FATIMAH BAKRI. F44110017. Identifikasi Perubahan Penggunaan
Lahan dan Dampaknya Terhadap Kuantitas Kebutuhan Air di Kecamatan Seririt,
Kabupaten Buleleng, Bali. Dibimbing oleh SATYANTO KRIDO SAPTOMO dan
RUDIYANTO.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kecukupan ketersediaan air Sungai
Saba terhadap kebutuhan air yang semakin meningkat akibat adanya konversi
lahan di Kecamatan Seririt, Bali. Identifikasi perubahan penggunaan lahan
dilakukan menggunakan metode identifikasi secara visual. Berdasarkan hasil
analisis identifikasi penggunaan lahan, diketahui adanya konversi lahan belum
terbangun menjadi lahan terbangun 1,12 km2. Hal tersebut mengakibatkan
penurunan kebutuhan air untuk irigasi, dari 185.420 m3/hari pada tahun 2005

menjadi 155.801 m3/hari pada tahun 2014. Dilain pihak, kebutuhan air sektor
domestik dan non domestik mengalami peningkatan dari 10.140 m3/hari pada
tahun 2005 menjadi 13.120 m3/hari pada tahun 2014. Secara keseluruhan,
Kecamatan Seririt mengalami defisit air. Meskipun kuantitas ketersediaan air pada
tahun 2005 hanya mencapai 1.728 m3/hari dan akan meningkat menjadi 41.387
m3/hari, tetapi tetap belum dapat memenuhi total kebutuhan air sebesar 168.921
m3/detik pada tahun 2014. Defisit air di Kecamatan Seririt mencapai 193.831
m3/hari pada tahun 2005 dan 127.534 m3/hari pada tahun 2014.
Kata Kunci : Neraca Air, Sungai Saba, Perubahan penggunaan Lahan, Kecamatan
Seririt, Kebutuhan Air.

ABSTRACT
HELTY FATIMAH BAKRI. F44110017. The Identification of Landuse Change
and Its Impact on the Quantity of Water Demand in Seririt Distric, Regency of
Buleleng, Bali. Supervised by SATYANTO KRIDO SAPTOMO and
RUDIYANTO.
The objective of this study was to analyse the adequacy of water availability Saba
river to the increasing of water demand due to the land conversion in Seririt
district, Bali. The identification of land conversion was done using the visual
identification method, and the result showed that there were conversion from

unconstructed land into constructed land covering 1,12 km2. It made water use for
irrigation decreased from 185.420 m3/day in 2005 to 155.801 m3/day in 2014.
Mean while, water demand for domestic and non domestic sector increase from
10.140 m3/day in 2005 to 13.120 m3/day in 2014. Infact Seririt district had a
problem even though water availability in 2005 was 1.728 m3/day and will
increase to 41.387 m3/day but it could not fulfill water demand of 168.921 m3/s in
2014. Water deficit in Seririt district was 193.831 m3/day in 2005 and 127.534
m3/day in 2014.
Keywords:Water balance, Saba River, Landuse changes, Seririt Distric, Water
demand.

IDENTIFIKASI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN
DAMPAKNYA TERHADAP KUANTITAS KEBUTUHAN AIR
DI KECAMATAN SERIRIT, KABUPATEN BULELENG, BALI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi :Identifikasi Perubahan Penggunaan Lahan dan Dampaknya
Terhadap Kuantitas Kebutuhan Air Di Kecamatan Seririt,
Kabupaten Buleleng, Bali
Nama
:Helty Fatimah Bakri
NIM
:F44110017

Disetujui oleh

Dr. Satyanto Krido Saptomo, S.Tp., M.Si
Pembimbing I


Dr.Rudiyanto, S.Tp., M.Si
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nora Herdiana Pandjaitan DEA
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini adalah
perubahan penggunaan lahan, yaitu “Identifikasi Perubahan Penggunaan Lahan
Dan Dampaknya Terhadap Kuantitas Kebutuhan Air Di Kecamatan Seririt,
Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Satyanto Krido Saptomo, S.Tp.,
M.Si, Dr Rudiyanto, S.Tp., M.Si serta ibu Indah Mutiara Ningtyas, ST., M.Sc
selaku pembimbing. Penghargaan penulis berikan kepada Ayah, ibu, Akbar

Maulana Bakri dan Achmad Kurnia Bakri atas segala doa dan kasih sayangnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Luthfi Riady, Damar Wahyu,
Muhammad Subki dan Erika Rahmah Febriyanti yang telah banyak bekerjasama
selama berlangsungnya penelitian.
Semoga skripsi ini bermanfaat. Berbagai kekurangan yang masih terdapat
dalam skripsi ini semoga dapat diperbaiki melalui penelitian lainnya.

Bogor, Juli 2015
Helty Fatimah Bakri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN


x

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian


3

Ruang Lingkup Penelitian

3

METODE

3

Waktu dan Tempat

3

Alat dan Bahan

4

Identifikasi Perubahan Penggunaan Lahan


4

Perhitungan Kebutuhan Air Bersih

5

Perhitungan Ketersediaan Air

8

Analisis Kecukupan Air

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Kajian

9
9


Identifikasi Perubahan Penggunaan Lahan

10

Kebutuhan Air Bersih

14

Analisis Ketersediaan Air

18

Analisis Kecukupan Air

20

SIMPULAN DAN SARAN

22


Simpulan

22

Saran

22

DAFTAR PUSTAKA

23

LAMPIRAN

24

RIWAYAT HIDUP

31

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.

Standar kebutuhan air bersih sektor domestik
7
Standar kebutuhan air non-domestik untuk kota kategori I, II, III, IV
7
Kategori dan jenis kota berdasarkan jumlah penduduk
8
Standar kebutuhan air untuk berbagai sektor
8
Hasil identifikasi penggunaan lahan dan perubahannya di Kecamatan
Seririt tahun 2005 dan 2014
10
6. Kebutuhan air sektor domestik di Kecamatan Seririt
14
7. Total keseluruhan siswa dan guru tiap jenjang pendidikan di Kecamatan
Seririt tahun 2014
15
8. Jumlah kamar hotel di Kecamatan Seririt pada tahun 2005 dan 2014
16

DAFTAR GAMBAR
1. Peta wilayah studi
4
2. Diagram tahapan analisis kecukupan air
6
3. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi selama 10 tahun (2005-2014)
di Kecamatan Seririt
11
4. Presentase konversi sawah (tahun 2005) menjadi penggunaan lahan jenis
lain (tahun 2014)
12
5. Konversi lahan sawah tahun 2005 (kiri atas dan bawah) menjadi hotel
(kanan atas) dan industri serta pemukiman tahun 2014 (kanan bawah) 13
6. Konversi lahan sawah tahun 2005 (kiri atas dan bawah) menjadi lahan
kosong (kanan bawah) dan hutan tahun 2014 (kanan atas)
13
7. Kebutuhan air bersih sektor non domestik pada tahun 2005 dan 2014 di
Kecamatan Seririt
17
3
8. Debit harian minimum tahunan Sungai Saba (m /detik)
19
9. Total kebutuhan dan ketersediaan air untuk kebutuhan irigasi serta
kebutuhan domestik dan non domestik
20
10. Total kebutuhan dan ketersediaan air untuk kebutuhan domestik dan non
domestik (merah)
21

DAFTAR LAMPIRAN
1. Peta penggunaan lahan tahun 2005 di Kecamatan Seririt, Provinsi Bali 24
2. Peta penggunaan lahan tahun 2014 di Kecamatan Seririt, Provinsi Bali 25
3. Peta konversi lahan tidak terbangun menjadi lahan terbangun di
Kecamatan Seririt, Provinsi Bali
26
4. Peta konversi lahan tidak terbangun menjadi lahan tidak terbangun jenis
lain di Kecamatan Seririt, Provinsi Bali
27
5. Peta perubahan penggunaan lahan yang terjadi selama 10 tahun (2005 2014) di Kecamatan Seririt, Provinsi Bali
28
6. Total kebutuhan air sektor non domestik di Kecamatan Seririt, Provinsi
Bali pada tahun 2005
29

7. Total kebutuhan air sektor non domestik di Kecamatan Seririt, Provinsi
Bali pada tahun 2014
30
Peta penggunaan lahan tahun 2014 di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng,
Provinsi Bali 24
1 Peta penggunaan lahan tahun 2005 di Kecamatan Seririt, Kabupaten
Buleleng, Provinsi Bali
25

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan fisik perkotaan mengakibatkan terjadinya perubahan penggunaan
lahan dari lahan belum terbangun menjadi lahan terbangun. Perubahan penggunaan
lahan tersebut cenderung mengubah lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian,
sehingga mengakibatkan luas lahan pertanian di kota semakin berkurang dan luas
lahan non-pertanian semakin bertambah (Sunartono 1995). Perubahan penggunaan
lahan akan terus berlangsung sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi,
sehingga di masa mendatang diperkirakan perubahan penggunaan lahan kota akan
terus terjadi dengan kecepatan tinggi (Djunaedi 1990). Kegiatan pembangunan pada
dasarnya merupakan upaya peningkatan taraf hidup manusia dengan cara
memanfaatkan sumberdaya alam yang terdapat di sekitar lingkungan hidupnya.
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, maka permintaan akan
sumberdaya alam juga mengalami peningkatan, terutama permintaan terhadap
sumberdaya alam berupa air. Perkembangan wilayah pada suatu daerah akan
menyebabkan kebutuhan air terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan
penduduk. Pemenuhan kebutuhan pangan dan aktivitas penduduk selalu erat kaitannya
dengan kebutuhan air. Adanya pertambahan penduduk yang lajunya semakin
meningkat dalam kurun waktu satu dekade terakhir mengakibatkan timbulnya konflik
dalam pemanfaatan sumberdaya alam. Konflik umumnya terjadi dalam pemanfaatan
sumberdaya air (untuk irigasi dan air baku), pemanfaatan sumberdaya lahan dan
pemanfaatan sumberdaya perikanan (BPLHD 2010).
Lingkungan hidup di Daerah Bali tidak saja dipengaruhi oleh isu-isu
regional/lokal tetapi juga oleh isu global dan isu universal. Isu universal yang
berkaitan dengan permasalahan lingkungan hidup di Bali adalah penigkatan jumlah
penduduk dan urbanisasi.Laju pertambahan penduduk di daerah Bali masih tergolong
tinggi dan ada kecenderungan lajunya semakin meningkat dalam kurun waktu satu
dekade terakhir.Pertambahan penduduk membawa konsekuensi pada peningkatan
jumlah sampah dan limbah cair, peningkatan kebutuhan terhadap lahan perumahan,
serta peningkatan eksploitasi sumberdaya alam khususnya dalam bidang sumberdaya
air (BPLHD 2010).
Salah satu sumber air yang terdapat di Daerah Aliran Sungai (DAS) Saba adalah
Sungai Saba atau dalam bahasa Bali biasa disebut dengan tukad Saba.Tukad Saba
adalah salah satu sungai penting yang bersumber dari lereng utara Gunung Batukau
dan mulanya mengalir ke arah barat, kemudian di lengkungan utara bermuara ke laut
Bali dekat Kecamatan Seririt. Dalam batasan drainase, Sungai Saba adalah salah satu
sungai terbesar di Bali dan bermuara disepanjang pantai utara. Sungai Saba memiliki
panjang sekitar 36 km dan mengalir melalui daerah Buleleng yang relatif kering. Salah
satu penggunaan lahan terbesar yang ada pada Das Saba adalah sawah, sehingga
kecukupan air yang diperlukan untuk sawah tersebut penting diperhatikan. Hal ini
dikarenakan sawah merupakan salah satu jenis penggunaan lahan yang yang
memerlukan banyak air untuk proses produksi pertumbuhan padi (Syakur 2011). Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui dampak dari perubahan
penggunaan lahan yang ada terhadap kebutuhan air yang diperlukan oleh DAS
tersebut

2

Berdasarkan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Bali tahun
2010, diketahui bahwa pemanfaatan terbesar airtanah di wilayah pesisir Bali umumnya
digunakan untuk memenuhi kebutuhan air domestik dan industri.Pengambilan airtanah
untuk kebutuhan domestik dan industri di wilayah pesisir masih tergolong tinggi.
Terlebih-lebih pengembangan kota dan pembangunan industri serta pariwisata
umumnya terpusat di daerah pesisir yang tidak ditunjang oleh sistem penyediaan air
bersih melalui perpipaan (BPLHD 2010). Hal ini dikhawatirkan timbulnya dampak
pemanfaatan airtanah secara berlebihan berupa intrusi air laut. Oleh karena itu,
diperlukan adanya peninjauan atau studi tentang kecukupan supply air bersih terhadap
kebutuhan air yang semakin meningkat seiring dengan adanya konversi penggunaan
lahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kecukupan supply air bersih
terhadap kebutuhan air yang semakin meningkat akibat adanya perubahanpenggunaan
lahan di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah perubahan penggunaan lahan yang terjadi pada tahun 2005
hingga tahun 2014 di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali?
2. Berapakah kuantitas kebutuhan air untuk sektor domestik, non-domestik dan
irigasi pada wilayah Kecamatan Seririt Provinsi Bali pada tahun 2005 dan 2014
jika dihitung berdasarkan Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Teknik
Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan tahun 1998, Peraturan Ditjen Cipta
Karya Departemen PU tahun 2005serta SNI 19-6728.1-2002?
3. Apakah ketersediaan air baku yang bersumber dari Sungai Saba mencukupi
kebutuhanmasyarakat di Kecamatan Seririt?

Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi perubahan penggunaanlahan yang terjadi pada tahun
2005 dibandingkan dengan penggunaanlahan pada tahun 2014 di
Kecamatan Seririt Provinsi Bali.
2. Menghitung kebutuhan air baku untuk sektor domestik, non-domestik dan
irigasi pada wilayah Kecamatan Seririt Provinsi Bali pada tahun 2005 dan
2014 yang mengacu pada Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Teknik
Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan tahun 1998, Peraturan Ditjen
Cipta Karya Departemen PU tahun 2005 serta SNI 19-6728.1-2002.
3. Menganalisis kecukupan ketersediaan air baku yang bersumber dari
Sungai Saba untuk Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali terhadap
kebutuhan air.

3

Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya bagi Pemerintah Daerah
Kabupaten Buleleng mengenai tingkat kebutuhan air sektor domestik dan nondomestik pada wilayah Kecamatan Seririt Provinsi Bali.
2. Dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai analisis kebutuhan dan ketersediaan air di masa mendatang.
3. Memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya bagi Pemerintah Daerah
Kabupaten Buleleng sebagai langkah awal perencanaan dalam pengelolaan
sumberdaya air, agar ketersediaan air yang ada tetap dapat memenuhi
kebutuhan air, baik dari segi kuantitas maupun kualitas di masa yang akan
datang
4. Memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya bagi Pemerintah Daerah
Kabupaten Buleleng sebagai langkah awal perencanaan dalam pengelolaan tata
kota, agar kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan tidak mengganggu
siklus hidrologi yang akan berakibat pada timbulnya bencana kekeringan dan
banjir di masa yang akan datang.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan ruang lingkup sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan pada daerah Kecamatan Seririt, Kabupaten
Buleleng, Provinsi Bali.
2. Analisis perubahan penggunaanlahan dan kuantitas kebutuhan air di
Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali dilakukan untuk
tahun 2014 dengan tahun acuan adalah tahun 2005.
3. Analisis kecukupan ketersediaan air yang dilakukan pada penelitian ini
hanya mencakup kebutuhan air untuk sektor domestik dan non domestik
yang berupa rumah ibadah (masjid), terminal, industri, hotel, sekolah,
kantor, rumah sakit, hidran kebakaran, keran umum, kebocoran pipa
distribusi dan irigasi (sawah) untuk tahun 2005 dan 2014 terhadap sumber
air baku yang berasal dari Sungai Saba yang terletak di Kecamatan Seririt,
Kabupaten Buleleng, Bali.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2015 di Departemen
Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Wilayah studi yang dikaji adalah Kecamatan Seririt yang secara administratif terletak
di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali yang. Letak wilayah studi yang dikaji,
ditunjukkan pada Gambar 1.

4

Kecamatan Seririt

Sumber: Petatematikindo.files.com 2015

Gambar 1 Peta wilayah studi
Alat dan Bahan
Penelitian mengenai identifikasi perubahan penggunaan lahan dan dampaknya
terhadap kuantitas kebutuhan air di Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Provinsi
Bali dilakukan menggunakan metode identifikasi secara visual. Peralatan yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain; (1) Perangkat keras (Hardware) berupa
seperangkat komputer/PC. (2) Perangkat lunak (software) berupaArcGis 10, Google
Earth Pro, dan Microsoft Excel 2003. Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian
ini antara lain; (1) Data debit Sungai Saba tahun 2005 – 2014 untuk analisis debit
ketersediaan air yang bersumber dari air permukaan. (2) Peta Kecamatan Seririt tahun
2005 (Bulan Juli) dan 2014 (Bulan Mei) yang berasal dari software Google Earth Pro.
Identifikasi Perubahan Penggunaan Lahan
Pada penelitian ini, identifikasi perubahan penggunaan lahan dilakukan
menggunakan metode identifikasi secara visual. Langkah awal yang dilakukan yaitu
pengambilan data berupa peta penggunaan lahan yang diambil melalui software
Google Earth Pro. Setelah peta wilayah kajian didapatkan dengan format file image
yang sudah terdapat minimal empat titik kordinat acuan didalamnya, maka dilakukan
proses georeferencing menggunakan software ArcGis 10. Georeferencing merupakan
proses penempatan objek berupa raster atau image yang belum mempunyai acuan
sistem koordinat ke dalam sistem koordinat dan proyeksi tertentu(Prasetyo 2011).
Dalam hal ini, proses georeferencing juga dilakukan untuk mengubah jenis
sistem koordinat pada peta tersebut. Hal ini dikarenakan, pada saat pengambilan image
peta melalui software Google Earth Pro, software tersebut menggunakan sistem
kordinat lintang bujur (Goegraphic Coordinate System). Namun untuk wilayah
Indonesia pada umumnya sistem kordinat yang digunakan adalah sistem koordinat
UTM (Universal Transver Mecator) dengan datum WGS 1984. Pada penelitian ini,

5

wilayah kajian terletak di Kecamatan Seririt, Provinsi Bali. Oleh karena itu sistem
proyeksi yang digunakan adalah proyeksi WGS 1984 UTM 50s. Tahap georeferencing
dilakukan dengan cara awal berupa dipilihnya menu “geoprocessing>arctoolbox>data
management tools >projection and transformation>raster>define projection” lalu
dipilih sistem proyeksi WGS 1984 UTM 50s pada kolom coordinate system. Setelah
tahap georeferencing selesai, tahap pengerjaan berupa digitasi penggunaan lahan dapat
dilaksanakan dan hasil akhir dari proses ini adalah terbentuknya peta penggunaan
lahan tahun 2005 dan 2014 serta peta perubahan penggunaan lahan yang terjadi selama
10 tahun tersebut (2005-2014). Selain itu, didapatkan juga data yang akan digunakan
umtuk menganalisis kebutuhan air. Detail data tertera pada Gambar 2.

Perhitungan Kebutuhan Air Bersih
Menurut Sanim (2011), untuk menentukan perkiraan tingkat kebutuhan air
nasional ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu melakukan proyeksi jumlah penduduk
dan kebutuhan pangan. Kebutuhan air bervariasi tergantung besarnya kota, ciri
penduduk, tingkat ekonomi, iklim dan biaya pemasokan air. Pada daerah perkotaan,
kebutuhan air bersih terus meningkat setara dengan semakin meningkatnya urbanisasi
ke kota. Kebutuhan air bersih di lingkungan rumah tangga ternyata berbeda-beda di
setiap tempat, tingkatan kehidupan atau setiap bangsa dan negara. Semakin tinggi taraf
kehidupan seseorang semakin meningkat pula kebutuhan manusia terhadap air.
Menurut Dirjen Cipta karya (2005) dalam Dewi (2014), kebutuhan air dikategorikan
dalam kebutuhan air domestik dan non domestik. Diagram alir analisis kecukupan
ketersediaan air yang dilakukan pada penelitian ini ditunjukkan oleh Gambar 2.

Kebutuhan Air Domestik
Standar kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air yang digunakan pada
tempat-tempat hunian pribadi untuk memenuhi keperluan sehari-hari seperti;
memasak, minum, mencuci dan keperluan rumah tangga lainnya. Satuan yang dipakai
adalah liter/orang/hari. Standar kebutuhan air bersih sektor domestik, ditunjukkan
pada Tabel 1. Berdasarkan peraturan Ditjen Cipta Karya Departemen PU tahun 2005
dalam Dewi (2014) yang tercantum pada Tabel 1, maka perhitungan kebutuhan air
sektor domestik yang mempunyai satuan liter/detik dapat diketahui dengan cara
mengalikan angka tingkat pelayanan yang tercantum pada Tabel 1 (kolom sebelah
kanan) dengan banyaknya jumlah penduduk yang terdapat di daerah tersebut. Angka
tingkat pelayanan yang akan dikalikan harus disesuaikan dengan banyaknya range
jumlah penduduk yang tertera pada Tabel 1 (kolom sebelah kiri), dengan demikian
didapatkanlah angka kuantitas kebutuhan air sektor domestik dengan satuan liter/detik.
Pada penelitian ini, jumlah penduduk Kecamatan Seririt pada tahun 2005 dan 2014
berada pada range 20.000-100.000 jiwa. Oleh karena itu, tingkat pelayanan kebutuhan
air bersihnya mencapai 100 liter/jiwa/hari.

6

Mulai

Kajian Pustaka

Data Sekunder:
1. Debit Sungai
Saba 10 Tahun
(2005-2014)
2. Debit Supply
Air Bendung
Titab

Pembuatan
Peta Penggunaan Lahan
Pengambilan Peta Kecamatan
Seririt tahun 2005 dan 2014 yang
didapatkan melalui software
Google Earth Pro

Inisiasi Peta
Digitasi Peta

1. Jumlah Penduduk
Seririt Tahun 2005
dan 2014
2. Luas Kecamatan
Seririt

1. Peta perubahan penggunaan
lahan
2. Data sektor domestik:
a. Jumlah dan luas rumah
3. Data sektor non-domestik
a. Jumlah masjid
b. Jumlah dan luas industri
c. Jumlah dan luas kantor
d. Jumlah dan luas hotel
e. Jumlah rumah sakit
f. Luas sawah dan terminal

Ketersediaan air

Analisis kebutuhan Air Berdasarkan Kategori yang Tercantum
pada Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Teknik Sistem
Penyediaan Air Minum Perkotaan Tahun 1998, Peraturan
Dirjen Cipta Karya tahun 2005 dan SNI 19-6728.1-2002
Analisis kebutuhan dan ketersediaan air

Selesai
Gambar 2 Diagram tahapan analisis kecukupan air

7

Tabel 1 Standar kebutuhan air bersih sektor domestik
Jumlah penduduk
Tingkat Pelayanan
(jiwa)
(liter/jiwa/hari)
> 1.000.000
190
500.000 - 1.000.000
170
100.000 - 500.000
130
20.000 - 100.000
100
< 20.000
80
Sumber : Ditjen Cipta Karya Departemen PU tahun 2005 dalam
Dewi (2014)

Kebutuhan Air Non-Domestik
Standar kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air bersih di luar
keperluan rumah tangga, namun termasuk kebutuhan air untuk industri, komersial, dan
sarana penunjang yang mencakup kebutuhan perkantoran, rumah ibadah, fasilitas
kesehatan, dan fasilitas lainnya. Dalam Departemen Pekerjaan Umum (Petunjuk
Teknis Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan 1998) disebutkan bahwa
Penggunaan air bersih untuk sektor non-domestik dengan mengacu pada analisis
terakhir fasilitas-fasilitas sosial ekonomi pada daerah perencanaan. Tabel 2
menjelaskan standar kebutuhan air bersih non-domestik berdasarkan kategori kota
yang tercantum pada Tabel 3. Berdasarkan petunjuk teknis perencanaan rancangan
teknik sistem penyediaan air minum perkotaan yang tercantum pada Tabel 2 maka
perhitungan kebutuhan air sektor non domestik yang mempunyai satuan liter/detik
dapat diketahui dengan cara mengalikan nilai berserta satuannya yang tercantum pada
Tabel 2 (kolom sebelah kanan) dengan banyaknya jumlah penduduk, unit atau satuan
luas lahan (disesuaikan dengan satuan yang tercantum pada Tabel 2 kolom paling
kanan).
Tabel 2 Standar kebutuhan air non-domestik untuk kota kategori I, II, III, IV
Sektor
Nilai Satuan
Sekolah
10 Liter/murid/hari
Rumah Sakit
200 Liter/bed/hari
Puskesmas
2000 Liter/unit/hari
Masjid
3000 Liter/unit/hari
Kantor
10 Liter/pegawai/hari
Pasar
12000 Liter/hektar/hari
Hotel
150 Liter/bed/hari
Kawasan Industri
0,2-0,8 Liter/orang/hari
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum (1998)
Perlu diperhatikan, sebelum mengalikan nilai berserta satuannya yang tercantum
pada Tabel 2 (kolom sebelah kanan), perlu ditinjau terlebih dahulu kategori kota yang
termasuk kedalam wilayah studi (Kecamatan Seririt) berdasarkan jumlah penduduk.
Berdasarkan Tabel 3, Kecamatan Seririt termasuk kedalam kategori kota IV karena
jumlah penduduknya pada tahun 2005 dan 2014 berada pada range tersebut.
Penggolongan kategori dan jenis kota berdasarkan jumlah penduduk tertera pada Tabel
3.

8

Tabel 3 Kategori dan jenis kota berdasarkan jumlah penduduk
Jenis Kota
Kategori Kota Jumlah penduduk (jiwa)
Metropolitan
I
> 1.000.000
Besar
II
500.000 - 1.000.000
Sedang
III
100.000 - 500.000
Kecil
IV
20.000 - 100.000
Desa
V
< 20.000
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum (1998)
Selain itu, perhitungan kebutuhan air sektor non domestik berupa keran umum,
hidran kebakaran, fasilitas umum berupa terminal dan kebocoran pipa dihitung
berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 19-6728.1-2002 yang tertera
pada Tabel 4.
Tabel 4 Standar kebutuhan air untuk berbagai sektor
Standar
Satuan
Jenis Pemakaian
Domestik
30
1/liter/hari
Keran Umum
Non Domestik
5
%keb.domestik
Hidran Kebakaran
20
%keb.domestik
Kebocoran
3 liter/penumpang/hari
Terminal/Stasiun Bis
Sumber: SNI 19-6728.1-2002

Perhitungan Ketersediaan Air
Pada analisis ketersediaan air Sungai Saba diperlukan data dengan waktu yang
cukup panjang dan handal, sehingga informasi keragaman debit terhadap waktu
kejadian debit rendah dan tinggi dapat tercakup dan mewakili kejadian-kejadian
tersebut. Data yang cukup panjang dapat digunakan dalam analisis statistika untuk
mengetahui Gambaran umum secara kuantitatif besaran jumlah air. Data debit aliran
sungai yang digunakan adalah data debit Sungai Saba dalam range waktu 10 tahun
terakhir. Pada penelitian ini, metode perhitungan supply air yang bersumber dari
Sungai Saba adalah metode debit minimum. Menurut Limantara dkk (2009),
karakteristik metode debit minimum antara lain dalam satu tahun hanya diambil satu
data (data debit minimum harian dalam satu tahun), metode ini sesuai untuk daerah
aliran sungai dengan fluktuasi debit maksimum dan debit minimum tidak terlalu besar
dari tahun ke tahun serta kebutuhan relatif konstan sepanjang tahun.

Analisis Kecukupan Air
Menurut Bakeri (2012) kelemahan dalam manajemen penyediaan air selama ini
lebih banyak terletak pada sisi demand. Sehingga tidak jarang ditemui, seiring dengan
perkembangan dan waktu, akhirnya demand melebihi supply yang mengakibatkan
ketidaktaatan hukum para pengguna air dan bermuara pada degradasi sumber daya air
dan lingkungan sekitar. Oleh sebab itu langkah awal perencanaan adalah adanya
informasi besaran kebutuhan terhadap air. Kebutuhan air untuk suatu peruntukan

9

tertentu sudah harus diketahui pada saat perencanaan. Kebutuhan ini menyangkut
jumlah dan mutu yang diinginkan sesuai peruntukannya. Tingkat kebutuhan harus juga
mencakup prediksi untuk jangka waktu panjang (long term).
Berdasarkan pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa analisis
kecukupan air adalah melakukan identifikasi keseimbangan supply demand air bersih
untuk wilayah Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Kuantitas supply
yang akan dihitung adalah sumber air yang berasal dari Sungai Saba, dan kuantitas
kebutuhan air yang dihitung adalah kebutuhan air sektor domestik dan non domestik.
Analisis keseimbangan supply dan demand air atau neraca air diperlakukan per satuan
wilayah sungai yang dinyatakan dengan persamaan berikut (Triyanti 2009):
Neraca Air = Q ketersediaan – Q kebutuhan .................................................(1)
Keterangan:
Neraca air = Keseimbangan antara supply dan demand
Q ketersediaan = Debit ketersediaan air (liter/detik)
Q kebutuhan = Debit kebutuhan air (liter/detik)
Melalui Persamaan 1 dapat didefinisikan arti dari kekeringan. Kekeringan yang
dimaksud adalah kondisi saat total kebutuhan air untuk berbagai sektor lebih besar
daripada jumlah air yang tersedia untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Dapat pula
dikatakan bahwa kekeringan terjadi saat neraca air mengalami defisit atau bernilai
negatif (Triyanti 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Kajian
Kecamatan Seririt secara astronomis terletak antara 8°10’53” LU (Lintang
Utara) - 8°20’14’’ LS (Lintang Selatan) dan 114°25’53” BB (Bujur Barat) 114°52’59” BT (Bujur Timur).Kecamatan Seririt merupakan kecamatan dengan luas
111,78 km2 (8,18% terhadap luas kabupaten dan 1,98% terhadap luas Provinsi Bali).
Kecamatan Seririt terdiri dari 21 desa/kelurahan, yaitu Desa Banjarasem, Bestala,
Bubunan, Gunungsari, Joanyar, Kalianget, Kalisada, Lokapaksa, Mayong, Pangkung
Paruk, Patemon, Pengastulan, Rangdu, Ringdikit, Seririt, Sulanyah, Tangguwisia,
Ularan, Umeanyan, Unggahan, Yeh Anakan (BPS Buleleng 2013). Secara geografis
Kecamatan Seririt memiliki batas-batas wilayah, yaitu sebelah utara berbatasan
langsung dengan laut jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Banjar,
sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Busungbiu, sebelah barat berbatasan
dengan Kecamatan Gerokgak.
Kecamatan Seririt memiliki panjang pantai 11,61 km. Kondisi kependudukan di
Kecamatan Seririt mengalami perkembangan yang sangat fluktuatif. Pertumbuhan
penduduk Kecamatan Seririt pada tahun 2007-2008 mencapai 2,53%. Namun angka
tersebut mengalami penurunan menjadi 1,10% pada tahun 2008-2009. Pada tahun
2010-2011 angka pertumbuhan penduduk mengalami peningkatan menjadi 3,31% dan
mengalami penurunan menjadi -0,62% pada tahun 2011-2012. Penurunan presentase
laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Seririt yang sangat mengkhawatirkan terjadi
pada tahun tersebut(BPS Buleleng 2013). Jumlah penduduk Kecamatan Seririt tahun

10

2005 sebanyak 62.874, sedangkan pada tahun 2014 mencapai 81.757 jiwa dengan
kepadatan penduduk 731 jiwa/km2 (BPS Seririt 2014).

Identifikasi Perubahan Penggunaan Lahan
Menurut Sandy (2005) dalam Ismail (2009), penggunaan lahan merupakan
wujud dari kegiatan manusia pada suatu ruang atau tanah. Tata guna lahan (landuse)
adalah suatu upaya dalam merencanakan penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang
meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi tertentu, misalnya
fungsi pemukiman, persawahan, maupun perkebunan (Hartanti 2010). Tata guna lahan
merupakan faktor penentu utama dalam pengelolaan lingkungan. Keseimbangan
antara kawasan budidaya dan kawasan konservasi merupakan kunci dari pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Menurut Purwadhi (2008) penggunaan
lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan
lahan biasanya digunakan untuk mengacu pemanfaatan masa kini, dengan demikian
penggunaan tanah dapat dikatakan sebagai bentuk aktifitas manusia permukaan bumi
sebagai suatu ruang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan penggunaan lahan merupakan bertambahnya suatu penggunaan lahan
dari satu jenis penggunaan ke jenis penggunaan yang lainnya diikuti dengan
berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari waktu ke waktu berikutnya, atau
berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda (Wahyunto et. al. 2001
dalam Hartanti 2010). Hasil identifikasi penggunaan lahan dan perubahannya di
Kecamatan Seririt tahun 2005 dan 2014 tercantum pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil identifikasi penggunaan lahan dan perubahannya di Kecamatan Seririt
tahun 2005 dan 2014
Jumlah Bangunan
No Tata Guna Lahan
2005
2014
2005
1 Rumah


6,345
2 Hotel
29
44
0,021
3 Kantor
26
26
0,006
4 Lahan Kosong
1,876
5 Masjid
6
7
0,004
6 Industri
47
107
0,048
7 Pasar
1
1
0,004
8 Hutan
- 101,483
9 Sawah
- 21,461
10 Sekolah
153** 154**
0,024
11 Sungai
0,377
12 Waduk
0
1*
0*
13 Rumah Sakit
1
1
0,008
14 Terminal
1
1
0,001
Total
Sumber: *Antariza dkk (2012)

131,668

Luas (Km2)
2014 Perubahan
7,161
0,816
0,154
0,133
0,006
0,000
1,452
-0,424
0,005
0,001
0,133
0,085
0,004
0,000
103,576
2,093
18,032
-3,429
0,027
0,003
0,413
0,036
0,688*
0,688
0,008
0,000
0,001
0,000
131,66
7,708
8

11

Lahan Kosong

Sawah

Rumah Sakit

Waduk

Sungai

Sekolah

Hutan

Pasar

Pabrik

Masjid

Kantor

Hotel

2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
-0.5
-1.0
-1.5
-2.0
-2.5
-3.0
-3.5

Rumah

Luas km2

** BPS Buleleng (2013)
Pada Tabel 5 yang dimaksud dengan penggunaan lahan hutan merupakan
penggunaan lahan yang mencakup hutan, kebun (cengkeh, pisang, durian, kelapa,
manggis, mangga kacang panjang), semak belukar dan lahan bervegetasi lainnya. Hal
ini dikarenakan, adanya keterbatasan visualisasi dalam identifikasi peta yang
didapatkan melalui software Google Earth. Jumlah utilitas bangunan pada Tabel 5
juga dicocokkan dengan beberapa literatur yang ada (tercantum pada kiri bagian
bawah Tabel 5). Berdasarkan Tabel 5, penggunaan lahan yang dominan di Kecamatan
Seririt pada tahun 2005 secara berurutan adalah hutan, sawah, rumah, lahan kosong,
industri, sungai, sekolah, hotel, rumah sakit, pasar, masjid, kantor, terminal dan yang
terakhir adalah waduk. Hal tersebut terjadi dikarenakan pada tahun 2005 Waduk Titab
belum dibangun. Proyek pembangunan Waduk Titab baru dimulai pada tahun 2011.
Peta penggunaan lahan tahun 2005 tercantum pada Lampiran 1. Pada Lampiran 1
dapat dilihat bahwa jenis penggunaan lahan yang dominan adalah rumah, sawah dan
hutan yang ditunjukkan secara berurutan dengan warna merah, hijau tua dan hijau
muda, sedangkan pada pesisir pantai Kecamatan Seririt tidak banyak diwarnai oleh
warna hitam yang menunjukkan penggunaan lahan hotel.
Tabel 5 menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang dominan pada tahun 2014
secara berurutan adalah hutan, sawah, rumah, lahan kosong, sungai, hotel, industri,
sekolah, waduk, rumah sakit, masjid, pasar, kantor, terminal. Peta penggunaan lahan
tahun 2014 tercantum pada Lampiran 2. Pada Lampiran 2 dapat dilihat bahwa jenis
penggunaan lahan yang dominan adalah hutan, rumah, dan sawah yang ditunjukkan
secara berurutan dengan warna hijau muda, merah, dan hijau tua, sedangkan pada
pesisir pantai Kecamatan Seririt banyak diwarnai oleh warna hitam yang menunjukkan
penggunaan lahan hotel. Secara keseluruhan, perubahan penggunaan lahan yang
terjadi di Kecamatan Seririt dapat dilihat pada grafik yang ditunjukkan oleh Gambar 3.

Penggunaan lahan

Gambar 3 Perubahan penggunaan lahan yang terjadi selama 10 tahun (2005-2014) di
Kecamatan Seririt
Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa telah terjadi perubahan penggunaan lahan
dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (tahun 2005 hingga tahun 2014). Konversi lahan
belum terbangun (sawah, lahan kosong, hutan) menjadi lahan terbangun (pemukiman,
waduk, kantor, hotel, masjid, pasar) yang terjadi dalam kurun waktu tersebut seluas
1,12 km2 atau sebesar 0,90% dari total luas lahan tidak terbangun 124,82 km2. Selain

12

itu terjadi juga konversi antar sesama lahan tidak terbangun, yaitu dari hutan menjadi
sawah dan sebaliknya, dari lahan kosong ke hutan dan sebaliknya, serta dari lahan
kosong ke sawah dan sebaliknya. Besarnya konversi lahan yang terjadi antar sesama
lahan tidak terbangun adalah seluas 4,22 km2 atau sebesar 3,38%. Peta perubahan
penggunaan lahan, dari lahan tidak terbangun menjadi lahan terbangun terlampir pada
Lampiran 3. Peta perubahan penggunaan lahan antar sesama lahan tidak terbangun
terlampir pada Lampiran 4.
Gambar 3 menjelaskan bahwa penggunaan lahan permukiman dalam kurun
waktu 10 tahun terakhir telah mengalami perkembangan wilayah seluas 0,82 km2.
Selain itu, penggunaan lahan hutan, hotel serta lahan kosong juga mengalami
perkembangan wilayah bertururt-turut sebesar 2,09 km2; 0,13 km2 dan 0,24 km2. Hal
tersebut diikuti dengan berkurangnya luasan sawah seluas 3,43 km2. Berkurangnya
sawah seluas 3,43 km2 dikarenakan pada tahun 2005 hingga tahun 2014 terjadi
konversi penggunaan lahan, dari penggunaan lahan jenis sawah menjadi sungai,
rumah, industri, masjid, hotel, hutan dan lahan kosong. Presentase konversi sawah
menjadi berbagai jenis penggunaan lahan dapat dilihat pada Gambar 5.

Rumah
1,58%

Pabrik
Masjid
0,20%
0% Hotel
0,28%
Sungai
0,45%

Hutan
12,64%
Lahan
Kosong
2%

Sawah
82,71%

Gambar 4 Presentase konversi sawah (tahun 2005) menjadi penggunaan lahan jenis
lain (tahun 2014)
Gambar 4 menunjukkan bahwa jenis penggunaan lahan terbesar yang mengalami
konversi lahan dari lahan sawah menjadi lahan tidak terbangun jenis lain adalah hutan,
yaitu sebesar 12,64% atau seluas 271,24 ha. Selain hutan, sawah juga mengalami
konversi lahan menjadi penggunaan lahan jenis sungai, rumah, industri, masjid, hotel,
dan lahan kosong dengan luasan bertururt-turut seluas 3,7 ha, 81,6 ha, 8,59 ha, 0,05
ha, 13,3 ha dan 23,6 ha. Bukti adanya konversi lahan sawah menjadi berbagai jenis
penggunaan lahan lainnya dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6. Peta perubahan
penggunaan lahan yang terjadi selama 10 tahun (tahun 2005-2014) di Kecamatan
Seririt, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali dapat dilihat pada Lampiran 5.

13

Gambar 5 Konversi lahan sawah tahun 2005 (kiri atas dan bawah) menjadi hotel
(kanan atas) dan industri serta pemukiman tahun 2014 (kanan bawah)

Gambar 6 Konversi lahan sawah tahun 2005 (kiri atas dan bawah) menjadi lahan
kosong (kanan bawah) dan hutan tahun 2014 (kanan atas)
Berdasarkan hasil analisis identifikasi penggunaan lahan, diketahui keseluruhan
luasan perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Seririt baik yang berkurang
maupun yang bertambah adalah 770,81 ha. Meningkatnya angka jumlah penduduk dan
adanya konversi lahan tidak terbangun menjadi lahan terbangun sebesar 0,9% atau
seluas 112,49 ha yang terjadi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, dikhawatirkan

14

menimbulkan berbagai macam dampak negatif khususnya dalam bidang pemenuhan
kebutuhan air bersih. Perhitungan kebutuhan dan ketersediaan air bersih serta
kecukupannya akan dibahas pada sub bahasan berikutnya.

Kebutuhan Air Bersih
Perhitungan kebutuhan air bersih di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng
Provinsi Bali dihitung berdasarkan jumlah penghuni. Jumlah penghuni merupakan
hasil perkalian antara kepadatan penduduk (jiwa/km2) dengan luas wilayah (km2).
Jumlah penduduk di Kecamatan Seririt tahun 2005 adalah 6.2874 jiwa dengan
kepadatan penduduk sebesar 562,48 jiwa/km2 angka tersebut terus meningkat, hingga
pada tahun 2014 jumlah pendudukya menjadi 81.757 jiwa dengan kepadatan
penduduk mencapai 731 jiwa/km2 (BPS Seririt 2014).

Kebutuhan Air Sektor Domestik
Standar kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air yang digunakan pada
tempat-tempat hunian pribadi untuk memenuhi keperluan sehari-hari seperti;
memasak, minum, mencuci dan keperluan rumah tangga lainnya. Satuan yang dipakai
adalah liter/hari. Perhitungan total kebutuhan air sektor domestik yang mempunyai
satuan liter/hari dapat diketahui dengan cara mengalikan angka yang tertera pada
kolom standar kebutuhan air (liter/jiwa/hari) dengan banyaknya jumlah penduduk
terlayani (jiwa) pada Tabel 6. Banyaknya jumlah penduduk terlayani yang terdapat
pada Tabel6, merupakan hasil dari perkalian luas permukiman yang merupakan hasil
identifikasi penggunaan lahan pemukiman pada tahun 2005 dan 2014 dikalikan
dengan angka kepadatan penduduk pada tahun tersebut.
Tabel 6 Kebutuhan air sektor domestik di Kecamatan Seririt
Luas* Kepadatan**
Penggunaan
Tahun
Lahan
(km2)
(jiwa/km2)
Pemukiman

2005

6,34

9.909,50

Penduduk Standar Kebutuhan Kebutuhan
Terlayani
Air***
Air
(jiwa)
(liter/jiwa/hari)
(m3/hari)
62.874

100

2014 7,16
11.417,37
81.757
Sumber: *Hasil penelitian
**Hasil pengolahan data BPS Buleleng 2013 dan BPS Seririt 2014
***Ditjen Cipta Karya Departemen PU 2005 dalam Dewi 2014

6.287,40
8.175,70

Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air bersih untuk sektor domestik di
Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Provinsi Bali untuk tahun 2005 didapatkan
hasil sebesar 6.287.400 liter/hari atau setara dengan 6.287,4 m3/hari. Sedangkan untuk
kebutuhan air bersih pada tahun 2014 meningkat hingga 30,03% dari tahun 2005
menjadi 8.175.700 liter/hari atau setara dengan 8.175,7 m3/hari. Hal ini dikarenakan,
pada hasil identifikasi penggunaan lahan pemukiman yang telah dilakukan untuk tahun
2014 didapatkan adanya perkembangan luasan lahan pemukiman sebesar 0,83 km2.

15

Kebutuhan Air Sektor Non-Domestik
Standar kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air bersih di luar
keperluan rumah tangga, namun termasuk keperluan industri, komersial, dan sarana
penunjang yang mencakup kebutuhan perkantoran, rumah ibadah, fasilitas kesehatan,
dan fasilitas umum lainnya. Selain itu, keran umum, hidran kebakaran dan
kemungkinan kebocoran pipa saat air tersebut didistribusikan juga ikut
diperhitungkan. Pada penelitian ini, diperlukan data-data penunjang untuk
menganalisis kebutuhan air bersih sektor non domestik di Kecamatan Seririt,
Kabupaten Buleleng, Provisi Bali pada tahun 2005 dan 2014. Data-data pendukung
tersebut, dibahas pada sub pokok bahasan berikutnya.

Kebutuhan Air Sekolah
Dalam menganalisis kebutuhan air sektor non domestik untuk fasilitas sekolah,
dibutuhkan data jumlah siswa dan guru yang terdapat di Kecamatan Seririt, Kabupaten
Buleleng, Bali. Total keseluruhan siswa dan guru tiap jenjang pendidikan yaitu TK,
SD, SMP, SMA, SMU dan SMK serta Sekolah Islam baik swasta maupun negeri
tertera pada Tabel 7.
Tabel 7 Total keseluruhan siswa dan guru tiap jenjang pendidikan di Kecamatan
Seririt tahun 2014
Negri
Swasta
Jumlah
Tingkat
Sekolah sekolah murid guru sekolah murid guru sekolah murid guru
TK
0
0
0
26
916 95
26
916
95
SD
50 7.491 449
2
186 20
52 7.677 469
MI
4
209 19
56 7.886 488
60 8.095 507
SMP
6 2.357 129
3
404 48
9 2761 177
SLTP
1
135 25
0
0
0
1
135
25
SMU
3 1.923 136
3
744 51
6 2.667 187
Total 154 22.251 1.460
Sumber: BPS Buleleng (2013)
Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa jumlah total keseluruhan murid dan guru
dari setiap jenjang pendidikan di Kecamatan Seririt pada tahun 2014 sebesar 23.711
jiwa yang terdiri dari 22.251 murid dan 1.460 guru. Jumlah murid dan guru tersebut
dikalikan dengan standar kebutuhan air sekolah, yaitu sebesar 10 liter/murid/hari lalu
didapatkanlah hasil sebesar 237.110 liter/hari atau setara dengan 237,11 m3/hari
sebagai kuantitas kebutuhan air sekolah pada tahun 2014.
Pada tahun 2005 jumlah sekolah menengah pertama (SMP) hanya berjumlah 5
sekolah, namun jumlah tersebut bertambah menjadi 6 sekolah pada tahun 2014.
Sekolah baru tersebut adalah SMPN 1 Seririt. Walaupun informasi nama sekolah
tersebut dapat diketahui, namun data untuk jumlah murid beserta guru yang ada di
sekolah tersebut tidak didapatkan. Oleh karena itu, jumlah murid dan guru yang
terdapat di sekolah tersebut dihitung berdasarkan hasil bagi antara jumlah murid
dengan jumlah sekolah yang ada pada tahun 2014. Hal yang sama juga dilakukan
untuk mengetahui jumlah guru. Setelah dihitung didapatkan hasil bahwa dalam satu

16

sekolah terdapat 393 murid dan 22 guru. Oleh karena itu, untuk tahun 2005
diasumsikan jumlah murid yang ada sebanyak 21.858 murid dan 1.438 guru. Angka
tersebut dikalikan dengan standar kebutuhan air sekolah, lalu didapatkanlah hasil
sebesar 232,97 m3/hari sebagai kuantitas kebutuhan air sekolah pada tahun 2005.

Kebutuhan Air Hotel
Berdasarkan hasil identifikasi penggunaan lahan jenis hotel, terdapat 29 hotel
yang berada di Kecamatan Seririt pada tahun 2005 dan jumlah tersebut bertambah
menjadi 44 hotel di tahun 2014. Pada tahun 2014, hotel yang diketahui nama serta
jumlah kamarnya hanya terdapat 5 hotel, sedangkan sisanya tidak diketahui namanya.
Daftar nama hotel beserta jumlah kamar yang terdapat di Kecamatan Seririt pada
tahun 2005 dan 2014 terdapat pada Tabel 8.
Tabel 8 Jumlah kamar hotel di Kecamatan Seririt pada tahun 2005 dan 2014
Tahun
Jumlah kamar
Nama hotel
2005
2014
2005
2014
Grand Surya
x

x
37*
Nibbana Bali Resort
x

x
16*
Adirama
x

x
24*
Hotel Dupa
x

x
13*
Ganesha Bali Coral Reef
x

x
8*
Tidak diketahui namanya
29***
39***
554**
745**
**Rata-rata jumlah kamar hotel di Buleleng
19**
Total
554
843
*
Sumber: BPS Buleleng 2013
**
Data BPS Buleleng 2013 (diolah)
***
Hasil Penelitian
Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa terdapat sejumlah hotel yang tidak dapat
diketahui nama beserta jumlah kamarnya. Namun dalam perhitungan kebutuhan air
sektor non domestik, data tersebut sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, perhitungan
jumlah kamar hotel pada penelitian ini menggunakan asumsi berdasarkan data yang
ada. Berdasarkan data daftar hotel beserta jumlah kamar yang bersumber dari BPS
Kabupaten Buleleng tahun 2013, didapatkan hasil rata-rata jumlah kamar hotel yang
terletak di Kabupaten Buleleng yaitu sejumlah 19,10 kamar (hasil tersebut tidak
dibulatkan untuk kepentingan perhitungan selanjutnya). Setelah itu, jumlah hotel yang
tidak diketahui nama beserta jumlah kamarnya, dikalikan dengan jumlah rata-rata
kamar hotel yang terdapat di Kabupaten Buleleng. Didapatkanlah hasil sebesar 554
kamar hotel untuk tahun 2005 dan 745 kamar untuk tahun 2014. Jumlah kamar
tersebut dikalikan dengan standar kebutuhan air untuk fasilitas hotel, yaitu sebesar 150
liter/tempat tidur/hari. Setelah itu didapatkan hasil sebesar 83,07 m3/hari untuk
kebutuhan air bersih tahun 2005 dan 126,42 m3/hari untuk kebutuhan air bersih tahun
2014. Hasil perhitungan total kebutuhan air sektor non domestik jenis hotel secara
rinci tercantum pada Lampiran 6 dan 7 serta digambarkan dalam grafik pada Gambar
8.

17

Kebutuhan Air Industri

2500
2005
2014

2000
1500
1000
500

Rumah Sakit

Puskesmas

Terminal

Keran Umum

Kebocoran

Hidran Kebakaran

Sekolah

Pasar

Pabrik

Masjid

Kantor

0
Hotel

Kebutuhan Air (m3/detik)

Berdasarkan hasil identifikasi penggunaan lahan jenis industri, terdapat 47
industri yang berada di Kecamatan Seririt pada tahun 2005 dan jumlah tersebut
bertambah menjadi 107 industri pada tahun 2014. Pada umumnya industri tersebut
terletak dekat sawah atau lahan bervegetasi yang ditanami oleh tanaman produktif.
Oleh karena itu berdasarkan letaknya tersebut, terlihat bahwa fungsi dari bangunan
pabrik adalah sebagai penyimpan dan atau pengelola hasil bumi yang didapatkan dari
lahan produktif disekitarnya.
Dalam menghitung kebutuhan air industri, digunakan standar kebutuhan air
industri. Standar kebutuhan air industri ini berdasarkan proses atau jenis industri yang
ada pada wilayah yang akan dikembangkan dan jumlah pekerja yang adapada industri
tersebut. Namun pada penelitian ini, dikarenakan adanya keterbatasan dalam
memperoleh data jenis industri dan proses yang dilakukan pada industritersebut,
bangunan pabrik diasumsikan hanya berfungsi sebagai penyimpan hasil bumi yang
dihasilkan oleh lahan produktif yang ada disekitarnya (tidak ada kegiatan produksi
maupun pengelolaan hasil bumi). Oleh karena itu dalam menghitung kebutuhan air
untuk industri hanya memperhitungkan kebutuhan air pekerja industri. Banyaknya
jumlah pekerja industri berdasarkan rata-rata banyaknya tenaga kerja per perusahaan
adalah 78 pekerja (BPS Bali 2009).
Banyaknya jumlah rata-rata pekerja industri di Bali adalah 78 orang per
perusahaan (untuk tahun 2005). Jumlah pekerja tahun 2014 diasumsikan sama. Hal ini
dikarenakan, jika jumlah pekerja dihitung berdasarkan luas area industri [luas area
industri (km2) dikalikan dengan kepadatan penduduk yang tercantum pada Tabel 8
kolom kepadatan (jiwa/km2) lalu didapatkanlah jumlah pekerja], maka hasil yang
didapat adalah jumlah pekerja industri tahun 2005 akan lebih banyak jika
dibandingkan dengan jumlah pekerja pada industri tahun 2014. Asumsi ini dilakukan
karena adanya keterbatasan informasi yang didapatkan mengenai jenis industri dan
banyaknya pekerja yang ada didalamnya. Hasil perhitungan total kebutuhan air sektor
non domestik jenis industri secara rinci tercantum pada Lampiran 6 dan 7 dan
ditampilkan pada Gambar 7.

Jenis Penggunaan Lahan

Gambar 7 Kebutuhan air bersih sektor non domestik pada tahun 2005 dan 2014 di
Kecamatan Seririt

18

Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa kebutuhan air sektor non domestik yang
paling banyak kuantitasnya terdapat pada fasilitas keran umum. Hal ini dikarenakan,
keran umum merupakan pelayanan air bersih yang digunakan secara komunal pada
kelompok masyarakat tertentu yang mempunyai minat tetapi kurang mampu dalam
membiayai penyambungan pipa ke masing-masing rumah. Pada umumnya 1 kran
umum dipakai untuk melayani kurang lebih 20 orang. Keran umum direncanakan
dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat. Hal tersebut juga tercermin dari cara
merencakanakannya yang dihitung berdasarkan jumlah penduduk yang ada. Pada
tahun 2005 kuantitas air yang dibutuhkan untuk keperluan keran umum sebesar
1.886,22 m3/hari, namun pada tahun 2014 kebutuhan air tersebut meningkat sebesar
30,03% menjadi 2.452,71 m3/hari. Hal ini dikarenakan pada tahun 2014 jumlah
penduduk meningkat sebanyak 30,03% dari jumlah penduduk pada tahun 2005.
Peringkat kedua kuantitas kebutuhan air terbanyak terdapat pada perhitungan
kebocoran air pada pipa distribusi. Hal ini dikarenakan kebutuhan ini direncanakan
sebesar 20% kebutuhan domestik. Pada kebutuhan air untuk fasilitas umum seperti
rumah sakit, puskesmas, terminal dan kantor tidak mengalami perubahan atau
pertambahan kebutuhan air bersih dikarenakan fasilitas umum tersebut jumlahnya
tetap dalam jangka waktu 10 tahun (tahun 2005-2014). Namun pada Gambar 7,
kebutuhan air untuk irigasi sawah tidak disertakan. Hal ini dikarenakan terdapat supply
air tersendiri untuk keperluan irigasi, yaitu diluar dari supply air bersih yang
diperuntukan bagi sektor domestik dan non domestik. Jika dijumlahkan secara
keseluruhan, debit kebutuhan air bersih untuk sektor non domestik pada tahun 2005
mencapai 3.852,26 m3/hari dan kebutuhan irigasi sawah sebesar 185.419,76 m3/hari.
Sedangkan pada tahun 2014 terjadi penurunan kebutuhan air irigasi menjadi
155.800,75 m3/hari. Hal ini terjadi seiring dengan adanya konversi lahan sawah
menjadi lahan terbangun dan lahan tidak terbangun jenis lain seluas 3,43 km2.
Sedangkan kebutuhan air sektor non domestik mengalami pertambahan kuantitas
menjadi 4.945,06 m3/hari. Total kuantitas kebutuhan air di Kec