Strategi pembangunan ekonomi wilayah provinsi kalimantan utara

STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH
PROVINSI KALIMANTAN UTARA

RIA BRILIAN KUSUMASTUTI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Pembangunan
Ekonomi Wilayah Provinsi Kalimantan Utara adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014

Ria Brilian Kusumastuti
NIM H14100096

ABSTRAK
RIA BRILIAN KUSUMASTUTI. Strategi Pembangunan Ekonomi Wilayah
Provinsi Kalimantan Utara. Dibimbing oleh YETI LIS PURNAMADEWI.
Provinsi Kalimantan Utara merupakan hasil pemekaran dari Kalimantan
Timur, namun karena potensi alam yang melimpah dan berpotensi menjadi
unggulan masih belum dikelola optimal sehingga menjadikan wilayah di
perbatasan Indonesia-Malaysia ini pertumbuhannya jauh tertinggal dibandingkan
dengan provinsi asalnya. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah
merumuskan strategi pembangunan ekonomi wilayah Provinsi Kalimantan Utara
berdasarkan analisis sektor basis dan faktor-faktor yang memengaruhi
pertumbuhannya. Metode Shift Share digunakan untuk menganalisis sektor basis
dan panel data digunakan untuk menganalisis faktor yang memengaruhi
pertumbuhan sektor basis tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi
untuk membangun perekonomian wilayah Provinsi Kalimantan Utara secara
berkelanjutan adalah memprioritaskan pembangunan subsektor perkebunan
sebagai sektor basis dengan wilayah pengembangannya adalah Kabupaten
Bulungan dan Nunukan. Untuk mendorong pertumbuhan subsektor perkebunan di

Provinsi Kalimantan Utara tersebut adalah dengan perluasan areal, produktivitas
dan peningkatan pendapatan daerah sebagai sumber investasi.
Kata kunci: daya saing, panel data, pembangunan ekonomi wilayah, sektor basis,
shift share

ABSTRACT
RIA BRILIAN KUSUMASTUTI. Regional Economic Development Strategy of
The North Kalimantan Province. Supervised by YETI LIS PURNAMADEWI.
North Kalimantan Province is result of the segregation of East Kalimantan,
but because of potential nature that abundant and potentially be base still not
managed optimally, made border areas in Indonesia-Malaysia was growth
relatively left behind than his home province. Thus, the aim of this study is to
formulate a regional economic development strategy of North Kalimantan
Province based of the base sector and factors that influenced the growth of base
sector. Shift share method is used to analyze the base sector and panel data
method used to analyze the factors that influence the growth of base sector in
North Kalimantan Province. The results showed that the strategy to develop a
sustainable economy in North Kalimantan Province is prioritize the development
of plantation sector with the area of development is Bulungan and Nunukan
regency. To encourage the growth of the plantation sector in North Kalimantan

Province is by expansion of planting area, productivity and local government
revenues as a source of investment.
Keywords: base sector, competitiveness, panel data, regional economic
development, shift share

STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH
PROVINSI KALIMANTAN UTARA

RIA BRILIAN KUSUMASTUTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah pengembangan wilayah dengan judul
Strategi Pembangunan Ekonomi Wilayah Provinsi Kalimantan Utara.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Yeti Lis Purnamadewi,
M.Sc.Agr. selaku pembimbing selama proses penyusunan skripsi, Ibu Dr. Ir.
Wiwiek Rindayati, M.Si. selaku dosen penguji utama dan Bapak Dr. Muhammad
Findi, M.E. selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan saran
yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi, pihak BPS pusat maupun provinsi,
BAPPENAS, dinas perkebunan dan dinas sosial Provinsi Kalimantan Timur yang
telah membantu selama pengumpulan data, para dosen, staf dan seluruh civitas
akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan
berbagai bantuan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Wasito
dan Ibu Siti Rodhiyah serta keluarga atas segala doa dan dukungan yang selalu
diberikan. Kepada sahabat penulis, Herlin, Anzy, Mega, Dian, Tiko, Dara, Hani,
Elli, Annisa, Fatimah, Novia dan Silvia yang senantiasa memberi dukungan dan
bantuan dalam penyelesaian skripsi, teman-teman satu bimbingan, Shintia, Vina,

Cynthia, Emma, Fakhri dan Intania yang telah memberikan kritik, saran dan
motivasi dalam penyelesaian skripsi serta semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per
satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014
Ria Brilian Kusumastuti

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

5

Tujuan Penelitian

9

Manfaat Penelitian


9

Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA

10
10

Konsep Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

10

Sektor Basis

13

Faktor yang Menentukan Pertumbuhan Sektor Ekonomi Basis

15


Penelitian Terdahulu

16

Kerangka Pemikiran

18

METODE

19

Lokasi Penelitian

19

Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data

20


Metode Analisis

20

Perumusan Model Penelitian

23

Pengujian Model Penelitian

24

PEMBAHASAN

26

Struktur dan Kinerja Ekonomi Kalimantan Utara Secara Sektoral dan Spasial 26
Analisis Sektor Basis dan Wilayah Pengembangan Sektor Basis

29


Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Sektor Basis Kalimantan Utara

40

SIMPULAN DAN SARAN

41

Simpulan

41

Saran

42

DAFTAR PUSTAKA

43


LAMPIRAN

46

RIWAYAT HIDUP

50

DAFTAR TABEL
1

Pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi di Kalimantan tahun
2008 hingga 2012 (ribu rupiah)
2 Kontribusi sektor ekonomi Provinsi Kalimantan Utara tahun 2008
hingga 2012 (juta rupiah)
3 Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Kalimantan Utara tahun 2008
hingga 2012 (%)
4 Kondisi perekonomian wilayah kabupaten/kota Provinsi Kalimantan
Utara tahun 2012 (juta rupiah)
5 Nilai dan Pertumbuhan PDRB Provinsi Kalimantan Utara tahun 2008
hingga 2012
6 Kontribusi PDRB masing-masing kabupaten/kota terhadap PDRB
Provinsi Kalimantan Utara tahun 2012
7 Gambaran umum kabupaten dan kota Provinsi Kalimantan Utara
tahun 2011
8 Rasio PDRB Provinsi Kalimantan Utara dan PDB nasional (Nilai R a,
Ri dan ri)
9 Pertumbuhan dan daya saing sektor ekonomi di Provinsi Kalimantan
Utara berdasarkan perhitungan shift share tahun 2008 hingga 2012
10 Nilai pergeseran bersih Provinsi Kalimantan Utara tahun 2008 hingga
2012
11 Hasil analisis shift share pada komponen pertumbuhan pangsa
wilayah di kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Utara
12 Hasil estimasi model faktor yang memengaruhi pertumbuhan sektor
perkebunan Provinsi Kalimantan Utara dengan Fixed Effect Model
(FEM)

2
6
7
8
26
27
28
30
31
32
35

40

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8

Kurva Kuznets "U-Terbalik"
Kerangka pemikiran
Profil pertumbuhan sektor ekonomi Provinsi Kalimantan Utara tahun
2008 hingga 2012
Profil pertumbuhan sektor ekonomi Kabupaten Malinau
Profil pertumbuhan sektor ekonomi Kabupaten Bulungan
Profil pertumbuhan sektor ekonomi Kabupaten Nunukan
Profil pertumbuhan sektor ekonomi Kabupaten Tana Tidung
Profil pertumbuhan sektor ekonomi Kota Tarakan

11
19
33
37
37
38
38
39

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

Hasil Uji Korelasi untuk Pengujian Asumsi Klasik Multikolinearitas
Hasil Pengujian dengan Metode PLS (Pooled Least Square) untuk
Mengestimasi Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Sektor
Perkebunan

46

46

3
4
5
6
7

Hasil Pengujian dengan Metode Fixed Effect untuk Mengestimasi
Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Sektor Perkebunan
Hasil Pengujian dengan Metode Random Effect untuk Mengestimasi
Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Sektor Perkebunan
Hasil Hausman Test untuk Mengestimasi Faktor yang Memengaruhi
Pertumbuhan Sektor Perkebunan
Hasil Chow Test untuk Mengestimasi Faktor yang Memengaruhi
Pertumbuhan Sektor Perkebunan
Uji Normalitas untuk Mengestimasi Faktor yang Memengaruhi
Pertumbuhan Sektor Perkebunan

47
48
49
49
49

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan sebagai upaya
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan antar
wilayah. Pertumbuhan ekonomi sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan
merupakan proses bagaimana suatu perekonomian berkembang atau mengalami
perubahan dari waktu ke waktu. Pelaksanaan pembangunan dapat diarahkan pada
peningkatan pendapatan nasional dan per kapita maupun pada besarnya
penyerapan tenaga kerja serta pada bidang-bidang atau kegiatan yang dapat
mendorong proses pertumbuhan ekonomi lebih cepat (BPS Jawa Barat, 2003).
Proses pembangunan ekonomi di Indonesia masih belum mampu
mewujudkan
adanya
pemerataan
ekonomi
antarwilayah,
meskipun
pertumbuhannya menunjukkan kondisi yang cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat
dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif meningkat dari 5.19% pada tahun
2006 menjadi sebesar 6.30% pada tahun 2012. Nilai pertumbuhan tersebut jika
dibandingkan dengan beberapa negara di Asia Tenggara seperti Malaysia dan
Vietnam masih lebih tinggi, dimana pertumbuhan Malaysia dan Vietnam pada
tahun 2012 tumbuh masing-masing sebesar 5.6% dan 5.3%. Selain itu, menurut
data World Bank pada tahun 2012, pertumbuhan di Indonesia tersebut juga masih
lebih baik daripada pertumbuhan rata-rata untuk seluruh negara berkembang
dengan pertumbuhan sebesar 4.8%.
Masalah pemerataan ekonomi antarprovinsi di Indonesia dapat ditunjukkan
dengan nilai indeks Williamson Coefficient of Variation (CVw). Dijelaskan dalam
penelitian Lis Purnamadewi (2010), nilai indeks CWv di Indonesia pada tahun
2008 adalah sebesar 0.8514. Nilai CVw tersebut mendekati satu, artinya tingkat
disparitas ekonomi antarwilayah khususnya disparitas ekonomi antarprovinsi
masih relatif sangat tinggi. Tingkat disparitas ekonomi antarwilayah di Indonesia
cenderung mengalami peningkatan dari nilai CVw tahun 1998 yaitu sekitar 0.6.
Tingkat disparitas tersebut tidak hanya lebih tinggi daripada tingkat disparitas
ekonomi di wilayah negara maju, tetapi juga lebih tinggi dibandingkan dengan
tingkat disparitas negara Asia lainnya.
Rita Sari (2013) dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa ketimpangan
pendapatan antar provinsi di Indonesia selama tahun 2004 hingga 2010 berada
pada tingkat level tinggi, hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai CVw yang
rata-rata di atas 0.8, meskipun sejak tahun 2008 mengalami sedikit penurunan
menjadi 0.82 pada tahun 2010. Ketidakmerataan yang menyebabkan ketimpangan
ini merupakan masalah yang harus dicarikan penyelesaiannya. Masalah
pembangunan ekonomi antarwilayah ini juga terjadi di Pulau Kalimantan yang
merupakan salah satu wilayah terluas di Indonesia dengan sumberdaya alam yang
melimpah.
Berdasarkan data lima tahun terakhir (2008 hingga 2012) menunjukkan
bahwa meskipun pendapatan per kapita di masing-masing provinsi di Pulau
Kalimantan mengalami peningkatan kecuali Provinsi Kalimantan Timur, namun
terjadi disparitas pendapatan antar wilayah provinsi yang cukup besar
sebagaimana yang terlihat pada Tabel 1. Provinsi Kalimantan Utara meskipun

2
awalnya merupakan bagian dari Provinsi Kalimantan Timur namun tingkat
pendapatan per kapitanya jauh lebih rendah, hanya mencapai Rp 33,813, tidak
sampai setengahnya dari pendapatan per kapita Provinsi Kalimantan Timur yang
mencapai Rp 75,851 pada tahun 2012. Terlebih untuk provinsi lainnya,
pendapatan per kapitanya jauh lebih rendah dari Provinsi Kalimantan Timur.
Khusus untuk Provinsi Kalimantan Utara, selain pendapatan per kapitanya relatif
rendah juga memiliki tingkat pertumbuhan yang relatif kecil.
Tabel 1 Pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi di Kalimantan
tahun 2008 hingga 2012 (ribu rupiah)
Provinsi
Kal. Barat
Kal. Tengah
Kal. Selatan
Kal. Timur
Kal. Utara

2008
11,325
(5.45)
15,263
(6.17)
13,078
(6.45)
72,173
(4.90)
22,856
(0.003)

2009
12,425
(4.80)
17,042
(5.57)
14,421
(5.29)
58,001
(2.28)
25,107
(0.001)

2010
13,723
(5.47)
19,163
(6.50)
16,422
(5.59)
62,000
(5.10)
28,023
(0.003)

2011
15,111
(5.97)
21,807
(6.77)
18,453
(6.12)
74,000
(4.08)
32,058
(0.002)

2012
16,832
(5.83)
24,468
(6.69)
20,197
(5.73)
75,851
(3.98)
33,813
(0.002)

Keterangan: Angka dalam (...) menunjukkan pertumbuhan ekonomi dalam %
Sumber: Badan Pusat Statistik RI, 2012

Provinsi Kalimantan Utara merupakan wilayah yang dimekarkan dari
Provinsi Kalimantan Timur yang direncanakan sejak tahun 2000. Dasar
pertimbangan pembentukan provinsi ini adalah untuk mendorong peningkatan
pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan,
memperpendek rentang kendali (span of control) pemerintahan, terutama di
kawasan perbatasan, dimana letak provinsi ini berbatasan langsung dengan negara
tetangga yaitu Negara Bagian Sabah dan Serawak, Malaysia Timur. Provinsi
Kalimantan Utara ditetapkan sebagai provinsi termuda di Indonesia melalui
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 yang disahkan dalam rapat paripurna
DPR RI pada tanggal 25 Oktober 2012. Pemerintahan Provinsi Kalimantan Utara
berpusat di Tanjung Selor dan terdiri dari empat kabupaten dan satu kota dengan
luas wilayah sebesar 85,618 km2. Pemerintah pusat berharap dengan adanya
pemerintahan provinsi, permasalahan di perbatasan utara Kalimantan dapat
langsung dikontrol dan dikendalikan oleh pemerintah pusat dan daerah sehingga
dapat meningkatkam perekonomian warga Provinsi Kalimantan Utara..
Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Utara menunjukkan hasil
yang paling buruk apabila dibandingkan dengan provinsi lain di Kalimantan.
Selama tahun 2008 hingga 2012, Provinsi Kalimantan Utara hanya memiliki laju
pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 0.003%. Nilai pertumbuhan tersebut
menunjukkan bahwa perekonomian tumbuh sangat lambat bahkan jika
dibandingkan dengan pertumbuhan Provinsi Kalimantan Timur sebagai provinsi
induk sebelum terjadi pemekaran begitu juga dengan laju pertumbuhan nasional.
Perekonomian Provinsi Kalimantan Utara selama tahun 2008 hingga 2012
mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari besarnya Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Provinsi Kalimantan Utara yang meningkat sebesar Rp

3
1,309,547 juta selama lima tahun terakhir, sehingga pada akhir tahun 2012 total
PDRBnya mencapai Rp 7,029,910 juta dengan laju peningkatan sebesar 3.73%
per tahun. Sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah sektor yang memiliki
kontribusi terbesar terhadap pembentukan PDRB dengan nilai mencapai Rp
1,867,077 juta pada tahun 2012 disusul sektor pertambangan dan pertanian hingga
sektor listrik, gas dan air bersih diurutan terakhir yang memiliki laju peningkatan
melebihi laju total PDRB yaitu sebesar 4.51%. Kondisi tersebut memiliki sedikit
kesamaan dengan Provinsi Kalimantan Timur dimana sektor pertambangan juga
termasuk sektor yang memberikan paling banyak kontribusi terhadap
pembentukan PDRB.
Kondisi ketenagakerjaan yang terlihat dari total penduduk berumur 15 tahun
ke atas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama pada tahun 2012,
penyerapan tenaga kerja paling banyak berada di sektor pertanian yang menyerap
hampir 200 ribu orang tenaga kerja (BPS Kalimantan Timur, 2012). Penyerapan
tenaga kerja sisanya berada di sektor perdagangan, sektor pertambangan dan
sektor bangunan hingga sektor listrik, gas dan air bersih yang hanya menyerap
sekitar 2000 orang tenaga kerja pada tahun 2012 dan merupakan jumlah paling
kecil dari total tenaga kerja yang dimiliki oleh Provinsi Kalimantan Utara.
Beberapa kondisi di atas mengindikasi bahwa pembangunan ekonomi masih
belum cukup berhasil dilaksanakan oleh pemerintah. Hal ini terbukti dengan
penetapan status daerah tertinggal oleh Kementerian Pembangunan Daerah
Tertinggal di Kabupaten Malinau dan Nunukan ke dalam daftar 183
kabupaten/kota tertinggal. Penetapan status daerah tertinggal ini didasarkan pada
kriteria yaitu: (1) kondisi perekonomian masyarakat, (2) sumberdaya manusia, (3)
prasarana atau infrastruktur daerah, (4) kemampuan keuangan daerah, (5)
aksesibilitas dan (6) karakteristik daerah. Oleh karena itu, pemerintah Provinsi
Kalimantan Utara dituntut untuk dapat melaksanakan pembangunan ekonomi
yang tepat dan mengupayakan penghapusan status daerah tertinggal di kedua
kabupaten tersebut.
Pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah dapat mengalami perubahan.
Perubahan struktural tersebut dapat dilihat dalam peranan sektor-sektor maupun
wilayah yang berperan dalam pembentukan produksi nasional maupun besarnya
persentase tenaga kerja. Dimana peranan ataupun sumbangan sektor primer dalam
pembentukan PDRB akan semakin berkurang dan digantikan oleh peranan sektor
sekunder maupun tersier yang meningkat dengan semakin majunya perekonomian
di wilayah tersebut. Perubahan tersebut dapat terjadi akibat dari sejumlah faktor
baik secara internal atau eksternal. Salah satu faktor internal yang menyebabkan
perubahan tersebut adalah kemajuan teknologi. Arianti (2008) dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa variabel jarak memiliki hubungan yang positif
namun tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini cukup
menunjukkan bahwa kemajuan teknologi berperan dalam penyediaan infrastruktur
sehingga dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sedangkan dari faktor
eksternal disebabkan oleh peningkatan pendapatan dunia dan dampak peraturan
mengenai perdagangan regional dan internasional.
Pembangunan ekonomi daerah pada dasarnya dapat dikembangkan melalui
dua pendekatan, yaitu secara sektoral dan spasial. Kedua pendekatan ini pada
prinsipnya memiliki kesamaan, yaitu baik secara sektoral maupun spasial,
pemerintah harus menentukan satu prioritas baik di sektor ekonomi tertentu

4
maupun di suatu wilayah tertentu. Bratakusumah (2003) menegaskan bahwa
pembangunan daerah harus memperhatikan hal-hal yang bersifat mendasar,
prosesnya harus memperhitungkan kemampuan sumberdaya yang ada, baik
sumberdaya manusia, sumberdaya fisik, sumberdaya alam dan keuangan serta
sumberdaya lainnya.
Pembangunan ekonomi dengan pendekatan sektoral memfokuskan perhatian
pada sektor-sektor kegiatan yang ada di wilayah tersebut. Pendekatan ini
mengelompokkan kegiatan ekonomi atas sektor-sektor yang seragam atau
dianggap sama. Pembangunan tersebut berorientasi pada pencapaian target
sektoral yang keberhasilannya dapat dilihat dari kontribusi sektor terhadap
pembentukan PDRB dari tahun ke tahun. Berkembangnya satu atau beberapa
sektor ekonomi yang lebih cepat dari pada sektor-sektor lain dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Dengan demikian, sektor
yang mempunyai perkembangan lebih cepat tersebut akan menjadi suatu sektor
unggulan.
Sektor perekonomian unggulan yang dimiliki oleh suatu wilayah akan
memberikan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah
tersebut, hal ini disebabkan akan memberikan keuntungan kompetitif atau
komparatif cukup tinggi (Sjafrizal, 2008). Keunggulan kompetitif tersebut dalam
metode Shift Share (SS) dijelaskan bahwa sektor basis harus memiliki daya saing
dan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan sektor lainnya. Lebih lanjut oleh
Tarigan (2007) mengenai teknik Location Quotient (LQ), sektor basis merupakan
sektor yang memiliki peranan lebih besar di suatu wilayah jika dibandingkan
dengan peranan sektor tersebut secara nasional, seperti kegiatan ekspor barang
dan jasa hingga di luar batas wilayah bersangkutan. Analisis Input-Output
menambahkan bahwa sebagai sektor basis, sektor tersebut harus mempunyai
keterkaitan dengan sektor lainnya dalam artian bahwa berkembangnya sektor
basis tertentu akan mendorong peningkatan kinerja sektor lainnya.
Pelaksanaan pembangunan daerah dengan potensi sektor basis perlu
dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan. Dengan mengetahui peluang dan
karakteristik dari masing-masing sektor sebagai unggulan daerah akan
memberikan keuntungan bagi pemerintah dalam menetapkan dan melaksanakan
kebijakan pembangunan daerah secara lebih tepat sasaran. Jensenn (1995) juga
menyatakan bahwa perencanaan pembangunan daerah yang baik dilakukan
berdasarkan pendekatan potensi atau keunggulan daerah. Pada sektor pertanian
misalnya, perlu mempertimbangkan kesesuaian lahan di daerah yang
bersangkutan. Lahan yang sesuai akan sangat menentukan jenis tanaman apa yang
dapat diusahakan dan akan memengaruhi tingkat produktivitas yang dihasilkan.
Hal ini dikarenakan setiap tanaman memiliki karakteristik sifat lahan yang
berbeda untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal (Djaenudin et al., 2002).
Sedangkan pembangunan dengan pendekatan spasial melihat pemanfaatan
ruang serta interaksi berbagai kegiatan dalam ruang wilayah. Jadi, terlihat
perbedaan fungsi ruang yang satu dengan ruang lainnya dan bagaimana ruang
tersebut saling berinteraksi untuk diarahkan kepada tercapainya kehidupan yang
efisien dan nyaman. Perbedaan fungsi terjadi karena perbedaan lokasi, perbedaan
potensi, perbedaan aktivitas utama pada masing-masing ruang yang harus
diarahkan untuk bersinergi agar saling mendukung penciptaan pertumbuhan
ekonomi yang serasi dan seimbang (Tarigan, 2005).

5
Secara geografis, Provinsi Kalimantan Utara memiliki potensi alam yang
melimpah dan menjadi potensi unggulan daerah. Beberapa potensi tersebut antara
lain potensi hutan tropis, hasil laut dan tambak, sumberdaya mineral, pertanian,
perkebunan dan sumberdaya air yang salah satunya berada di wilayah Ambalat
yang diperkirakan kaya sumberdaya minyak dan gas. Wilayah Provinsi
Kalimantan Utara sendiri merupakan wilayah yang strategis segitiga IndonesiaMalaysia-Filipina.
Dibentuknya Provinsi Kalimantan Utara dengan segala potensi alam yang
dimiliki menjadi suatu harapan dapat optimalnya kinerja pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan ekonomi di
setiap wilayah sehingga dapat membebaskan status daerah tertinggal di Kabupaten
Malinau dan Nunukan. Melimpahnya potensi alam di suatu wilayah dapat menjadi
alternatif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Demikian juga di Provinsi
Kalimantan Utara, pengembangan sektor basis sangat diperlukan karena pada
umumnya terdapat keterbatasan anggaran pemerintah yang menyebabkan
pemerintah tidak mungkin dapat menggunakan anggaran tersebut untuk semua
sektor ekonomi yang belum tentu memberikan hasil yang optimal. Selain itu,
setiap sektor basis mempunyai ancaman, peluang dan hambatan yang dapat
mengganggu perekonomian. Oleh karena itu, perlu dicari faktor yang dapat
memengaruhi pertumbuhan sektor basis tersebut.

Perumusan Masalah
Sebagaimana sudah dijelaskan, pembentukan Provinsi Kalimantan Utara
didasarkan karena keterbatasan peran dan fungsi pemerintah Provinsi Kalimantan
Timur terhadap pembangunan ekonomi daerah khususnya di daerah yang letaknya
jauh dari pusat pemerintah sehingga mengakibatkan terjadinya ketimpangan
pendapatan yang dibuktikan dengan adanya tiga daerah berstatus daerah
tertinggal, dimana dua dari tiga daerah tertinggal tersebut terletak di wilayah utara
Provinsi Kalimantan Timur. Sebagai provinsi baru, pemerintah Provinsi
Kalimantan Utara harus mampu mengatur dan mengurus sendiri segala
kepentingan di wilayah tersebut termasuk dalam hal pembangunan ekonomi untuk
dapat meningkatkan perekonomian menjadi lebih berkembang. Kondisi
perekonomian Provinsi Kalimantan Utara ditunjukkan pada Tabel 2.
Ditinjau dari struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Utara selama lima
tahun terakhir lebih didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sektor pertambangan dan pertanian. Ketiga sektor tersebut dalam lima tahun
terakhir (2008 hingga 2012) memberikan sumbangan terhadap pembentukan
PDRB yang jauh lebih besar dibandingkan dengan enam sektor lainnya, masingmasing memberikan sumbangan lebih dari 15% dalam setiap tahunnya dengan
kecenderungan yang meningkat kecuali sektor pertanian. Sedangkan enam sektor
lainnya hanya memebrikan kontribusi kurang dari 10% terhadap PDRB. Namun
demikian dalam upaya pembangunan yang berkelanjutan, sebagaimana yang
tertuang dalam rencana pembangunan Provinsi Kalimantan Utara, sektor
pertambangan tidak akan lagi menjadi sektor andalan dalam pembangunan ke
depan. Sementra sektor pertanian, meskipun di antara ketiga sektor tersebut

6
kontribusinya terhadap PDRB yang terkecil dan cenderung menurun, namun
merupakan sektor yang terbesar dalam penyerapan tenaga kerja.
Tabel 2 Kontribusi sektor ekonomi Provinsi Kalimantan Utara tahun 2008
hingga 2012 (juta rupiah)
Lap. Usaha

2008

2009

2010

2011

2012

Pertanian

1,145,914
(20.03)

1,151,884 1,196,791
(20.45)
(19.76)

1,237,803
(19.00)

1,261,729
(17.95)

Pertambangan

1,065,808
(18.63)

1,184,422 1,333,611
(21.02)
(22.02)

1,537,958
(23.61)

1,754,529
(24.96)

Ind.Pengolahan

748,263.52
(13.08)

369,719
(6.56)

341,576
(5.64)

304,575
(4.68)

315,984
(4.49)

75,597
(1.32)

80,230
(1.42)

86,180
(1.42)

92,809
(1.43)

97,625
(1.39)

341,505
(5.97)

366,344
(6.50)

402,170
(6.64)

424,213
(6.51)

447,662
(6.37)

1,450,956 1,583,365
(25.75)
(26.14)

1,715,921
(26.34)

1,867,077
(26.56)

Listrik
Bangunan
Perdagangan

1,384,786
(24.21)

Pengangkutan

405,347
(7.09)

441,915
(7.84)

477,980
(7.89)

518,301
(7.96)

559,098
(7.95)

Keuangan

237,695
(4.16)

252,546
(4.48)

272,947
(4.51)

300,923
(4.62)

326,059
(4.64)

Jasa-jasa

315,448
(5.51)

336,171
(5.97)

363,143
(5.99)

382,299
(5.87)

394,438
(5.61)

5,634,189 6,057,764
(100)
(100)

6,514,803
(100)

7,029,910
(100)

PDRB

5,720,363
(100)

Keterangan: (...) angka dalam %.
Sumber: BPS Prov. Kalimantan Timur, 2013

Sementara dari laju pertumbuhan sektor ekonomi Provinsi Kalimantan
Utara (Tabel 3), dalam kurun waktu 2008 hingga 2012, selain sektor
pertambangan, sektor yang mempunyai laju pertumbuhan yang relatif tinggi
adalah sektor perdagangan, sektor pengangkutan dan sektor keuangan dengan
rata-rata laju pertumbuhan lebih dari 8% per tahun. Sedangkan sektor pertanian
yang penyerapan tenaga kerjanya relatif besar, tingkat pertumbuhannya justru
yang paling kecil dengan laju rata-rata per tahun sebesar 2.52%.
Sebagaimana sudah diungkapkan bahwa meskipun sektor pertambangan
mempunyai nilai pertumbuhan paling tinggi yakni 13.6% per tahun dan memiliki
kontribusi yang relatif besar terhadap PDRB, namun dalam perencanaan
pembangunan ke depan di Provinsi Kalimantan Utara tidak akan menjadi sektor
andalan. Oleh karena itu menjadi penting menganalisis sektor selain sektor
pertambangan, khususnya sektor riil yang dapat dijadikan sektor unggulan atau
sektor basis di Provinsi Kalimantan Utara yang mampu memicu pertumbuhan dan
pemerataan ekonomi wilayah mengingat beberapa sektor-sektor perekonomian di
Provinsi Kalimantan Utara yang memilki kontribusi tinggi tidak selalu memiliki
pertumbuhan dan tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi pula.

7
Tabel 3 Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Kalimantan Utara tahun 2008
hingga 2012 (%)
Lap. Usaha
Pertanian
Pertambangan
Ind.Pengolahan
Listrik
Bangunan
Perdagangan
Pengangkutan
Keuangan

2008
3.22
14.85
7.75
6.91
6.41
9.51
8.01
9.64
4.98
8.31

2009

2010

2011

0.52
11.13
(50.59)
6.13
7.27
4.78
9.02
6.25
6.57
(1.51)

3.90
12.60
(7.61)
7.42
9.78
9.13
8.16
8.08
8.02
7.52

3.43
15.32
(10.83)
7.69
5.48
8.37
8.44
10.25
5.28
7.54

Jasa-jasa
PDRB
Sumber: BPS Prov. Kalimantan Timur, 2013

2012
1.93
14.08
3.75
5.19
5.53
8.81
7.87
8.35
3.18
7.91

Rata-rata
Tahunan
2.60
13.60
(11.51)
6.67
6.89
8.12
8.30
8.51
5.61
5.96

Ketatnya persaingan ekonomi antarwilayah menyebabkan pertumbuhan
ekonomi Provinsi Kalimantan Utara akan sangat rentan terhadap pertumbuhan
wilayah-wilayah lain yang lebih cepat. Oleh karena itu, persaingan antarwilayah
memaksa pemerintah untuk mempunyai strategi yang dapat mendorong
perekonomian menjadi lebih berkembang sebagai upaya untuk mengejar
ketertinggalan ekonomi dari wilayah lain yang sudah maju. Oleh karena itu
menjadi penting untuk mengkaji berbagai faktor yang berpotensi memengaruhi
upaya pembangunan ekonomi sektoral khususnya sektor yang nantinya dapat
diidentifikasi sebagai sektor basis. Disamping itu, untuk mengoptimalkan
pengembangan sektor unggulan perlu diketahui wilayah-wilayah mana yang lebih
potensial untuk dijadikan pusat pengembangan sektor basis mengingat setiap
wilayah di Provinsi Kalimanta Utara, khususnya wilayah kabupaten, ditinjau dari
struktur perekonomiannya mempunyai potensi ekonomi yang berbeda-beda.
Dalam hal ini, pelaksanaan pembangunan ekonomi di Provinsi Kalimantan
Utara dapat melalui pendekatan sektoral maupun spasial. Pembangunan ekonomi
secara spasial menuntut identifikasi sektor basis yang layak dikembangkan dari
beberapa wilayah karena setiap wilayah memiliki potensi alam yang berbeda satu
dengan lainnya, sehingga kebijakan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah
Provinsi Kalimantan Utara akan lebih efektif dan efisien. Tabel 4 menjelaskan
besarnya kontribusi dari masing-masing sektor ekonomi di kabupaten/kota
Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2012.
Struktur perekonomian di masing-masing wilayah di Provinsi Kalimantan
Utara disajikan dalam Tabel 4. Dari kelima wilayah tersebut, Kota Tarakan
memiliki nilai PDRB yang paling tinggi pada tahun 2012 dengan nilai hampir
setengah dari total PDRB provinsi. Perekonomian Kabupaten Malinau hingga
tahun 2012 lebih didominasi oleh sektor pertambangan karena nilai kontribusinya
yang paling tinggi di antara sektor lainnya dan dengan laju pertumbuhan yang
paling tinggi hingga 22.12%. Besarnya kontribusi tersebut mengalami
peningkatan dari tahun 2011 sebesar Rp 72,705 juta.
Kabupaten Bulungan pada tahun yang sama juga didominasi oleh sektor
pertambangan dengan nilai kontribusi mencapai Rp 553,395 juta yang juga

8
meningkat dari tahun-tahun sebelumnya dengan laju pertumbuhan mencapai
13.38%. Sama halnya di Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Tana Tidung, sektor
pertambangan juga menjadi penyumbang terbesar terhadap PDRB di kabupaten
ini dengan nilai kontribusi masing-masing sebesar Rp 653,019 juta dan Rp 94,367
juta di tahun 2012 dengan laju pertumbuhan mencapai 8.19% di Kabupaten
Nunukan dan 6.48% di Kabupaten Tana Tidung meskipun laju tersebut bukan
yang paling tinggi dibandingkan sektor lainnya.
Tabel 4 Kondisi perekonomian wilayah kabupaten/kota Provinsi Kalimantan
Utara tahun 2012 (juta rupiah)
Lap. Usaha

Malinau

Bulungan

Nunukan

Tana Tidung

Tarakan

149,931
(17.24)

347,282
(27.27)

412,651
(25.25)

68,540
(32.68)

283,324
(9.31)

328,677
(37.79)

553,395
(43.46)

653,019
(39.96)

94,366
(45.00)

125,072
(4.11)

Ind.Pengolahan

747
(0.09)

1,814
(0.14)

8,456
(0.52)

351
(0.17)

304,615
(10.01)

Listrik

4,547
(0.52)

12,088
(0.95)

12,416
(0.76)

2,952
(1.41)

65,622
(2.16)

Bangunan

184,104
(21.17)

5,957
(0.47)

141,915
(8.68)

1,554
(0.74)

114,133
(3.75)

Perdagangan

141,620
(16.28)

180,099
(14.14)

246,121
(15.06)

23,752
(11.33)

1,275,485
(41.92)

Pengangkutan

22,617
(2.60)

95,651
(7.51)

54,650
(3.34)

5,029
(2.40)

381,150
(12.53)

3,662
(0.42)

5,328
(0.42)

4,124
(0.25)

469
(0.22)

312,476
(10.27)

33,904
(3.90)
869,810
(100)

71,804
(5.64)
1,273,418
(100)

95,256
(5.83)
1,634,317
(100)

12,703
(6.06)
209,717
(100)

180,770
(5.94)
3,042,649
(100)

Pertanian
Pertambangan

Keuangan
Jasa-jasa
PDRB

Keterangan: (...) angka dalam %.
Sumber: BPS Prov. Kalimantan Timur, 2013

Fenomena lain terjadi di Kota Tarakan. Wilayah ini pada tahun 2012
struktur perekonomiannya masih didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan
restoran dengan laju pertumbuhan sebesar 7.71%. Penyebabnya karena wilayah
ini menjadi salah satu tempat tujuan wisata dari dalam maupun luar negeri. Selain
itu, Provinsi Kalimantan Utara masih memiliki wilayah perbatasan sepanjang
2,004 km yang selama ini tidak terpantau oleh pemerintah Provinsi Kalimantan
Timur dan juga perbatasan darat yang sangat potensial untuk pengembangan
perkebunan. Meskipun di empat wilayah di provinsi ini sangat didominasi oleh
sektor pertambangan, namun sektor pertambangan belum tentu merupakan sektor
yang dapat dikembangkan menjadi sektor basis. Hal ini juga dijelaskan oleh
pemerintah daerah melalui Rencana Strategis Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Kalimantan Timur tahun 2010 hingga 2014 dimana pemerintah akan
mulai beralih pada pengembangan sektor-sektor non migas karena sektor

9
pertambangan memiliki dampak yang buruk terhadap perkembangan sektor
pertanian.
Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian yang dapat memberikan
informasi mengenai perkembangan sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan
baik di setiap daerah maupun secara keseluruhan Provinsi Kalimantan Utara dan
bagaimana perubahan perkembangan ekonomi selama kurun waktu tertentu.
Penelitian terhadap sektor ekonomi unggulan yang dihasilkan ini diharapkan
mampu menjadi modal awal identifikasi potensi wilayah untuk mencapai
kesejahteraan dan pemerataan pembangunan ekonomi di Provinsi Kalimantan
Timur maupun Provinsi Kalimantan Utara.
Dari uraian di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana struktur dan kinerja ekonomi wilayah Provinsi Kalimantan
Utara baik secara sektoral maupun spasial?
2. Sektor perekonomian apa yang menjadi sektor basis di kabupaten/kota
dan di Provinsi Kalimantan Utara dan wilayah kabupaten mana yang
dapat dijadikan pusat pengembangan sektor basis?
3. Faktor apakah yang memengaruhi pertumbuhan sektor basis di Provinsi
Kalimantan Utara?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan
dilakukannya penelitian ini yaitu:
1. Menganalisis struktur dan kinerja ekonomi wilayah Provinsi
Kalimantan Utara secara sektoral dan spasial.
2. Menganalisis sektor basis baik Provinsi Kalimantan Utara dan
mengidentifikasi wilayah pengembangan sektor basis.
3. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan sektor
basis di Provinsi Kalimantan Utara.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai bahan dan masukan informasi kepada pemerintah Provinsi
Kalimantan Utara dalam mengkaji kebijakan mengenai pembangunan
daerah dalam rangka menguatkan daya saing ekonomi wilayah dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga sesuai dengan apa
yang direncanakan dan tepat pada sasaran kebijakan tersebut.
2. Sebagai sumber wawasan bagi pembaca mengenai kebijakan otonomi
daerah khususnya tentang strategi pengembangan wilayah berdasarkan
sektor basis dan pentingnya pengembangan sektor basis tersebut
terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah.
3. Sebagai sumber referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan serta
sebagai rujukan bagi peneliti untuk penelitian selanjutnya.

10

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk melihat potensi perekonomian di wilayah
Provinsi Kalimantan Utara. Pembahasan akan menjelaskan mengenai struktur dan
kinerja ekonomi wilayah Provinsi Kalimantan Utara secara sektoral dan spasial.
Selanjutnya akan ditampilkan hasil identifikasi sektor basis baik di masingmasing kabupaten/kota maupun di tingkat provinsi. Hal ini dilakukan agar dapat
diketahui daerah mana di Provinsi Kalimantan Utara yang memiliki potensi sektor
basis yang serupa dengan sektor basis tingkat provinsi. Sehingga pembangunan
yang dilakukan pemerintah akan lebih tepat sasaran. Dan di bagian akhir dari
pembahasan akan dijelaskan faktor yang dapat memengaruhi pertumbuhan dari
sektor basis tersebut. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode
analisis Shift Share (SS) untuk identifikasi sektor basis dan analisis ekonometrika
data panel untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang memengaruhi
pertumbuhan sektor basis di Provinsi Kalimantan Utara.

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Definisi Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan ekonomi atau pembangunan diartikan sebagai serangkaian
usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya
sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan semakin banyak dan
semakin berkembang, taraf pendidikan semakin tinggi dan teknologi semakin
meningkat (Sukirno, 2011). Pembangunan ekonomi menurut Todaro (2004) terdiri
dari tiga tujuan utama, yaitu: (1) meningkatkan ketersediaan dan memperluas
distribusi barang-barang kebutuhan pokok seperti pangan, papan, kesehatan dan
perlindungan, (2) meningkatkan taraf hidup, yaitu selain meningkatkan
pendapatan, memperluas kesempatan kerja, pendidikan yang lebih baik dan juga
perhatian yang lebih besar kepada nilai-nilai budaya dan kemanusiaan, dan (3)
memperluas pilihan ekonomi sosial yang tersedia bagi setiap orang dan setiap
bangsa dengan membebaskan mereka dari perbudakan dan ketergantungan bukan
hanya dalam hubungan orang dan negara, tetapi juga dalam kebodohan dan
kesengsaraan.
Menurut Arsyad (1993), pembangunan ekonomi di suatu daerah merupakan
suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola
sumberdaya yang dimiliki, membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah
daerah dan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi di wilayah bersangkutan. Syarat utama
pembangunan ekonomi adalah proses bertumbuhnya harus bertumpu pada
kemampuan perekonomian di dalam negeri. Jhingan (2003) menjelaskan bahwa
hasrat untuk memperbaiki nasib dan prakarsa pembangunan untuk menciptakan
kemajuan materi harus muncul dari masyarakatnya sendiri dan tidak dapat
dipengaruhi atau diintimidasi dari luar.

11
Pertumbuhan ekonomi sebagai suatu ukuran kuantitatif yang
menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu
apabila dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut beberapa ahli, masalah-masalah
pembangunan yang ingin dianalisis adalah tentang sebab-sebab perkembangan
ekonomi dalam jangka panjang dan corak proses pertumbuhannya. Ahli sejarah
W.W Rostow (Amerika Serikat) menyatakan bahwa perubahan dari
keterbelakangan kepada kemajuan dijelaskan dalam satu seri tahapan yang harus
dilalui oleh semua negara. Menurutnya, setiap negara di dunia dapat digolongkan
ke dalam salah satu dari kelima tahap pertumbuhan ekonomi. Tahap pertumbuhan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahap Masyarakat Tradisional, yaitu suatu masyarakat yang strukturnya
berkembang di dalam fungsi produksi yang terbatas.
2. Tahapan Prasyarat untuk Lepas Landas, adalah masa transisi dimana
masyarakat sudah mempersiapkan diri untuk mencapai pertumbuhan
yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang dan akan
menyebabkan pertumbuhan ekonomi berlangsung secara otomatis.
3. Tahap Lapas Landas, dimana pertumbuhan akan terus terjadi diikuti
dengan perubahan-perubahan yang sangat drastis dalam masyarakat,
politik dan ekonomi.
4. Tahapan Gerakan Menuju Kedewasaan, yaitu masyarakat sudah efektif
menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor produksi
dan kekayaan alamnya.
5. Tahapan Masyarakat Konsumsi Tinggi, dimana perhatian masyarakat
lebih menekankan kepada masalah-masalah konsumsi dan
kesejahteraan bukan lagi kepada masalah produksi.
Koefisien Gini

PDB per kapita
Sumber: Todaro dan Smith (2004)

Gambar 1 Kurva Kuznets "U-Terbalik"
Kuznets dalam Jhingan (2003) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi
sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk
menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya.
Pertumbuhan ekonomi dapat pula dilihat dari besarnya nilai tambah yang tercipta
di suatu daerah. Pada tahap awal pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan
cenderung memburuk, namun pada tahap selanjutnya, distribusi pendapatannya
akan membaik. Kurva Kuznets dapat dihasilkan oleh proses pertumbuhan

12
berkesinambungan yang berasal dari perluasan sektor modern. Koefisien Gini
tampak seperti kurva berbentuk U terbalik, seiring dengan naiknya PDRB seperti
terlihat pada Gambar 1.
Menurut Samuelson dalam Tarigan (2002), teori pertumbuhan jalur cepat
(turnpike) adalah setiap negara atau wilayah perlu melihat sektor/komoditi apa
yang memiliki potensi besar dan dapat berkembang dengan cepat, baik karena
potensi alam ataupun karena sektor tersebut memiliki keunggulan kompetitif
untuk dikembangkan. Perkembangan sektor dengan potensi besar tersebut akan
mendorong sektor lain turut berkembang dan mendorong perekonomian secara
menyeluruh.
Pembangunan Ekonomi Wilayah Berbasis Sektoral dan Spasial
Menurut Hardianto (2007), untuk mengantisipasi ketatnya persaingan antar
daerah dan adanya liberalisasi perdagangan bebas, maka salah satu langkah dalam
rangka mengembangkan wilayah adalah dengan strategi pengembangan wilayah
yang berbasis sektoral. Artinya bahwa pemerintah perlu menentukan sektor
ekonomi yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan sektor lainnya.
Pertumbuhan ekonomi dengan mengembangkan sektor basis akan mengarahkan
alokasi sumberdaya yang dimiliki pemerintah secara tepat kepada sektor tersebut
melalui pemerataan antar komponen pendukungnya.
Pembangunan wilayah melalui pendekatan sektoral lebih menekankan pada
pemilihan sektor-sektor ekonomi wilayah yang dapat berperan sebagai penggerak
ekonomi wilayah. Pembangunan tersebut harus didasarkan pada prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Pengembangan ekonomi wilayah dilakukan atas dasar karakteristik
daerah yang bersangkutan, baik aspek ekonomi, sosial, budaya dan
politik. Suatu program hanya dapat tepat dilakukan pada suatu daerah
tertentu dan tidak pada daerah dengan karakteristik berbeda lainnya.
2. Pengembangan ekonomi wilayah harus dilakukan secara komprehensif
dan terpadu. Dalam hal ini pengembangan ekonomi wilayah harus
mempunyai keterkaitan satu dengan lainnya.
3. Pengembangan ekonomi wilayah dilaksanakan sesuai prinsip-prinsip
otonomi dan desentralisasi. Dengan demikian, pemerintah daerah
mempunyai wewenang penuh dalam mengembangkan kelembagaan
pengelolaan pengembangan ekonomi di daerah, mengembangkan
sumberdaya manusia, menciptakan iklim usaha yang dapat menarik
modal dan investasi, mendorong peran aktif swasta dan masyarakat,
melakukan koordinasi terus-menerus dengan seluruh stakeholders
pembangunan baik di daerah dan pusat.
Selain pengembangan wilayah yang berbasis sektoral, pemerintah juga
dapat melaksanakan pembangunan dengan pendekatan spasial. Pembangunan
wilayah dengan pendekatan spasial memberikan penekanan pada aspek keruangan
atau lokasi kegiatan ekonomi yang akan dikembangkan sesuai dengan resources
endowment yang dimiliknya. Dengan kata lain bahwa dari beberapa daerah yang
terdapat dalam suatu wilayah yang lebih tinggi tingkatannya, pemerintah perlu
menetapkan satu daerah yang memiliki keunggulan tertentu dibandingkan dengan
daerah lainnya. Pendekatan spasial dapat menunjukkan perubahan kondisi fisik
secara spasial seperti keragaman bentang lahan, bentuk lahan, penutup lahan dan

13
perubahannya, yang dapat menentukan pembangunan sektor-sektor wilayah
dengan menetapkan suatu wilayah berdasarkan daya pendukung lingkungan.
Pembangunan berbasis spasial ini dimaksudkan sebagai suatu langkah lebih lanjut
dari pengembangan sektor basis agar sektor basis tersebut dapat dikembangkan
secara optimal di daerah yang lebih unggul dalam sektor tersebut. Kedua
pendekatan ini relevan untuk diterapkan dalam kajian pembangunan wilayah
dengan karakteristik ekonomi wilayah yang berbeda-beda

Sektor Basis
Sektor basis/unggulan adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh
keberadaan faktor anugerah (endowment factors). Selanjutnya faktor ini
berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan
ekonomi. Kriteria sektor basis akan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas
seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah, di antaranya:
memiliki laju pertumbuhan yang tinggi, memiliki angka penyerapan tenaga kerja
yang relatif besar, memiliki keterkaitan antara sektor yang baik ke depan maupun
ke belakang dan sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi
(Sambodo dalam Usya 2006). Menurut Tarigan (2005), satu-satunya sektor yang
bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan adalah sektor
basis.
Kegiatan ekonomi basis merupakan kegiatan-kegiatan yang mengekspor
barang-barang dan jasa-jasa ke tempat di luar batas-batas perekonomian
masyarakat yang bersangkutan. Ekspor sektor basis dapat juga berupa
pengeluaran orang asing yang berada di daerah tersebut terhadap barang atau jasa
seperti tempat wisata. Sedangkan kegiatan ekonomi non basis merupakan
kegiatan-kegiatan yang menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh
penduduk yang bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian masyarakat
yang bersangkutan. Kegiatan ini tidak melakukan ekspor barang jadi dan jasa
maupun tenaga kerja, sehingga luas lingkup produksi dan daerah pasar sektor non
basis atau pemasaran yang utama bersifat lokal (Glasson, 1974).
Lebih lanjut menurut Glasson (1974) menjelaskan bahwa semakin banyak
sektor basis yang dimiliki oleh suatu wilayah akan menambah arus pendapatan ke
wilayah tersebut, menambah permintaan barang dan jasa di dalamnya dan
menimbulkan kenaikan volume sektor non basis.
Menurut Priyarsono et al. (2007), sektor basis atau non basis tidak bersifat
statis tetapi dinamis sehingga dapat mengalami peningkatan atau bahkan
kemunduran dan definisinya dapat bergeser setiap tahun. Kemajuan sektor basis
dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut:
1. Perkembangan jaringan komunikasi dan transportasi.
2. Perkembangan pendapatn dan penerimaan daerah.
3. Perkembangan teknologi.
4. Pengembangan prasarana ekonomi dan sosial.
Di sisi lain, sektor basis juga dapat mengalami kemunduran karena faktor
sebagai berikut:
1. Adanya penurunan permintaan di luar daerah.
2. Kehabisan cadangan sumberdaya.

14

Kriteria Pemilihan Sektor Basis
Sektor basis di suatu wilayah dapat dianalisis dengan beberapa pendekatan.
Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model
ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami kegiatan yang menjadi
pemicu pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi relatif atau derajat spesialisasi
kegiatan ekonomi melalui pendekatan perbandingan. Model ekonomi basis
dengan teknik LQ pada intinya menerangkan bahwa arah dan pertumbuhan suatu
wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah yang tidak terbatas pada bentuk barang
dan jasa, tetapi juga dapat berupa pengeluaran orang asing yang berada di wilayah
tersebut terhadap barang-barang tidak bergerak (Budiharsono, 2001).
Untuk mengetahui sektor basis dan non basis di suatu wilayah dengan
menggunakan teknik LQ, dilakukan dengan membandingkan persentase
sumbangan masing-masing sektor dalam PDRB suatu wilayah dengan persentase
sumbangan sektor yang sama pada PDRB nasional. Sektor dengan nilai LQ yang
lebih besar dari satu merupakan sektor basis di wilayah tersebut, berlaku
sebaliknya apabila nilai LQ lebih kecil dari satu, maka sektor tersebut adalah
sektor non basis.
Pendekatan selanjutnya yang dapat digunakan yaitu metode SS. Metode SS
digunakan untuk melihat pergeseran struktur aktivitas di suatu wilayah tertentu
dibandingkan dengan suatu referensi (dengan cakupan wilayah lebih luas) dalam
dua titik waktu. Analisis ini mampu memberikan gambaran sebab-sebab
terjadinya pertumbuhan suatu aktivitas di suatu wilayah. Hasil analisisnya
memberikan gambaran kinerja aktivitas di suatu wilayah ke dalam komponen
proportional shift, yaitu apakah pertumbuhan aktivitas ekonomi pada sektor
tersebut lebih cepat atau lambat daripada pertumbuhan aktivitas ekonomi wilayah
secara keseluruhan dan komponen differential shift, yaitu menjelaskan tingkat
kompetisi suatu aktivitas/sektor tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total
sektor tersebut dalam wilayah.
Nilai komponen proportional shift yang positif menunjukkan bahwa
perkembangan aktivitas suatu sektor tertentu lebih cepat dari rata-rata. Sedangkan
komponen differential shift bernilai positif menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi
wilayah pada sektor yang bersangkutan kompetitif. Sehingga dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa sektor ekonomi di suatu wilayah yang memliki pertumbuhan
tinggi dan juga kompetitif atau berdaya saing merupakan sektor yang dapat
dikembangkan menjadi sektor basis.
Pendekatan terakhir yang umum digunakan yaitu analisis input-output.
Analisis ini digunakan untuk menganalisis suatu daerah atau hubungan dua atau
lebih daerah yang tidak hanya menggambarkan struktur perekonomian tetapi juga
memprediksi perubahan-perubahan yang terjadi. Tabel IO disusun dalam bentuk
matrik yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta
keterkaitan antar sektor. Penentuan sektor basis dengan analisis input-output
dilihat dari indeks keterkaitan ke depan (forward linkage) atau daya kepekaan dan
indeks keterkaitan ke belakang (backward linkage) atau daya penyebaran. Nilai
indeks keterkaitan ke depan yang lebih dari satu (i > 1) menunjukkan bahwa
sektor tersebut merupakan sektor yang dapat diunggulkan, artinya sektor tersebut
akan lebih besar meningkatkan outputnya (sangat peka) karena peningkatan
output sektor-sektor lainnya. Sedangkan nilai keterkaitan ke belakang yang lebih

15
besar dari satu (j > 1) menunjukkan sektor tersebut merupakan sektor yang dapat
diunggulkan, karena peningkatan output pada sektor tersebut akan menyebabkan
peningkatan yang lebih besar pada sektor-sektor lainnya.

Faktor yang Menentukan Pertumbuhan Sektor Ekonomi Basis
Pertumbuhan sektor ekonomi terutama sektor yang menjadi sektor basis
dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Dengan menggunakan pendekatan teori
produksi, pertumbuhan sektor basis dapat dijelaskan pula melalui faktor-faktor
yang memengaruhi produksi. Fungsi produksi merupakan keterkaitan antara
faktor-faktor produksi dan capaian tingkat produksi yang dihasilkan, dimana
faktor produksi sering disebut dengan istilah input dan jumlah produksi disebu