Perkembangan Pasar Saham, Perkembangan Perbankan dan Responnya Terhadap Korupsi pada Sembilan Negara Kawasan ASEAN +3

PERKEMBANGAN PASAR SAHAM, PERKEMBANGAN
PERBANKAN DAN RESPONNYA TERHADAP KORUPSI
PADA SEMBILAN NEGARA DI KAWASAN ASEAN +3

MUHAMMAD FAZRI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perkembangan Pasar Saham,
Perkembangan Perbankan dan Responnya terhadap Korupsi Pada Sembilan
Negara di Kawasan Asean +3 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Muhammad Fazri
NIM H14100017

ABSTRAK
Muhammad Fazri. Perkembangan Pebankan, perkemabangan Pasar Saham dan
Responnya Terhadap Korupsi pada Sembilan Negara Kawasan ASEAN +3.
Dibimbing oleh HERMANTO SIREGAR.
Perbankan dan pasar saham merupakan kedua lembaga keuangan yang
berperan penting dalam proses pembangunan. Banyak studi yang mengatakan
bahwa perkembangan perbankan dan pasar saham mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan kedua
lembaga keuangan ini, seperti stabilitas makroekonomi dan juga pengaruh
institusional seperti korupsi. Penelitian ini mencoba melihat bagaimana dampak
dari korupsi mempengaruhi perkembangan perbankan maupun pasar saham dan
juga mencoba melihat faktor faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan
pasar saham, perbankan dan juga korupsi. Penelitian ini menggunakan metode
panel data untuk sembilan negara di kasawan ASEAN +3 dari tahun 2003-2012.

Variabel yang digunakan antara lain market captalization (% of GDP), domestic
credit to private sector (% of GDP) dan juga corruption perseption index (CPI).
Variabel-variabel yang mendukung lainnya antara lain inflasi, suku bunga rill,
pendapatan perkapita, pertumbuhan ekonomi, economic freedom, financial
freedom dan
total export (%GDP). Hasil yang didapat adalah korupsi
menghambat perkembangan perbankan dan pasar saham dan perkembangan
perbankan akan mengurangi korupsi.
Kata kunci: CPI, Panel Data, Perkembangan Pasar Saham, Perkembangan
Perbankan.

ABSTRACT
MUHAMMAD FAZRI. Banking Development, Stock Market Development, and
it’s Responce to Corruption in Nine Countries of ASEAN +3 Region from 20032013. Supervised by Prof. Hermanto Siregar.
Banking and stock market are two financial institutions which play an
important role in the development process. Many studies suggest that the
development of banking and stock market are able to increase the economic
growth. There are factors which influence the development of these two financial
institutions, for example macroeconomic stability and institutional influences such
as corruption. This study tries to see how corruption affects the development of

banking and stock market and also tries to identify the factors that influence the
development of banking, stock market, and corruption. This study uses panel data
for nine countries of ASEAN +3 Region from 2003-2012. The variables used in
this study are market capitalization (% of GDP), domestic credit to the private
sektor (% of GDP), and corruption perception index (CPI). Another supporting
variables are inflation, real interest rate, per capita income, economic growth,
economic freedom, financial freedom, and total exports (% of GDP) . The result
shows that corruption hinders the development of banking and stock market and
banking development will reduce corruption.
Keywords: CPI, development of banking, Panel Data, stock market development,

PERKEMBANGAN PASAR SAHAM, PERKEMBANGAN
PERBANKAN DAN RESPONNYA TERHADAP KORUPSI
PADA SEMBILAN NEGARA KAWASAN ASEAN +3

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi


DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Perkembangan Pasar Saham, Perkembangan Perbankan dan
Responnya Terhadap Korupsi pada Sembilan Negara Kawasan
ASEAN +3
Nama
: Muhammad Fazri
NIM
: H14100017

Disetujui oleh

Prof. Hermanto Siregar, Ph.D
Pembimbing


Diketahui oleh

Dedi Budiman Hakim, Ph.D
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 sampai April 2014 ini ialah ekonomi
moneter, dengan judul Perkembangan Pasar Saham, Perkembangan
Perkembangan, dan Responnya Terhadap Korupsi pada Sembilan Negara di
Kawasan ASEAN +3.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
orangtua dan keluarga penulis, yaitu Bapak Zulfikri, Ibu Budi Samsiawati, serta
kakak dari penulis yaitu Siti Zahro atas doa, motivasi, dan dukungan secara moril
dan juga materiil untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain itu,
penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Hermanto Siregar, Ph.D sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan secara teoritis maupun moril dalam proses

penyusunan sampai akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Dr. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc.Agr selaku dosen penguji utama dan Dr.
Jaenal Effendi, S.Ag, M.A selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang
telah memberi saran-saran yand membangun serta ilmu yang bermanfaat
untuk penyempuranaan skripsi ini
3. Para dosen, staff, dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi
yang memberikan ilmu dan dukungan kepada penulis selama menjalankan
studi di Departemen Ilmu Ekonomi.
4. Mba Dian Abang, Mba Heni, Mba Dian Pasca, Ibun, Ka Retno Selaku Staf
dan Asisten yang selama ini membimbing saya di Departemen Ilmu Ekonomi.
5. Temen-Teman SD ku tercinta Amigos, Gilang, TB, Oki, Adit, Winda Dea,
Arum, Iin yang selalu di Hati yang memberikan perjalanan hidup dari SD
hingga saat ini.
6. Teman-teman satu bimbingan Riki dan Alfin yang menjadi teman berdiskusi
dan juga berbagi suka dan duka selama penyusunan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabat hiphip di perkuliahan Uke, Arti, Dian, Alfin, Tika, Heny,
Fida, Amel, Cika, Erlangga, Dwiki dan Pupuh. Serta shabat lainnya Hani,
Tiko, Bram, Dara, dan lain-lainya
8. Teman-teman LABLE 2011-2013 yang selalu membimbing dalam
pembelajaran

9. Teman-teman Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan 47, Hipotesa 2011 dan
2012.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014
Muhammad Fazri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1

Rumusan Masalah
3
Tujuan Penulisan
4
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
5
Korupsi
5
Bank
7
Saham
8
Metode Panel Data
8
Penelitian Terdahulu
10

Kerangka Teori
13
METODE PENELITIAN
14
Jenis dan Sumber Data
14
Metode Analisis
15
Uji Asumsi
16
Uji Statistik
17
Elastisitas
18
Model Penelitian
19
GAMBARAN UMUM
21
Gambaran Umum Perkembangan Pasar Saham di Sembilan Negara Kawasan
ASEAN +3

21
Gambaran Umum Perkembangan Perbankan di Sembilan Negara Kawasan
ASEAN +3
22
Gambaran Umum Korupsi di Sembilan Negara Kawasan ASEAN +3
23
Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi di Sembilan Negara Kawasan
ASEAN +3
24
Gambaran Umum Inflasi di Sembilan Negara Kawasan ASEAN +3
25
Gambaran Umum Keterbukaan Perdagangan di Sembilan Negara Kawasan
ASEAN +3
25
Gambaran Umum Tingkat Modal Bank di Sembilan Negara Kawasan ASEAN
+3
26
Gambaran Umum Kebebasan Sektor Keuangan di Sembilan Negara Kawasan
ASEAN +3
26

Gambaran Umum Kebebasan Ekonomi di Sembilan Negara Kawasan ASEAN
+3
27

Kebijakan Perkembangan Pasar Saham dan Perbankan di sembilan negara
kawasan ASEAN +3
28
Kebijakan Penurunan Tindak Korupsi di ASEAN
29
Analisis Deskrptif Pengaruh Komisi Khusus Pemberantasan Korupsi Terhadap
Penurunan Korupsi di Sembilan Negara Kawasan ASEAN +3
33
PEMBAHASAN
34
Pemilihan Model Terbaik
34
Hasil Pengujian Asumsi Klasik
34
Hasil Uji Statistik
36
Pengaruh Korupsi Terhadap Perkembangan Pasar Saham dan Faktor-faktor
lainnya yang mempengaruhi Pasar Saham
37
Pengaruh Korupsi Terhadap Perkembangan Perbankan dan Faktor-Faktor
Lainnya yang mempengaruhi Perbankan
40
Pengaruh Perkembangan Sektor Keuangan Terhadap Korupsi dan Faktor-faktor
lainnya yang mempengaruhi Korupsi
41
Pengaruh Efek individu terhadap Perkembangan Pasar Saham, Perkembangan
Perbankan dan Korupsi pada Sembilan Negara kawasan ASEAN +3
43
Implikasi Kebijakan Perkembangan Pasar Saham
44
Implikasi Kebijakan Perkembangan Perbankan
45
Implikasi Kebijakan Korupsi
45
SIMPULAN DAN SARAN
46
Simpulan
46
Saran
47
DAFTAR PUSTAKA
47
LAMPIRAN
50
RIWAYAT HIDUP
62

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Perkembangan Credit to Private Sector relative to GDP di
sembilan negara ASEAN+3 ............................................................................. 2
Tabel 2 Peringkat Bebas Korupsi ASEAN +5 tahun 2009-2013 di sembilan
negara ASEAN +3 ........................................................................................... 3
Tabel 3 Coruption Perception Index (CPI) Tahun 2003 dan 2013 di
sembilan negara ASEAN+3 ............................................................................. 3
Tabel 4 Data dan Sumber Data Penelitian ........................................................... 14
Tabel 5 Hasil Uji Uji Chow dan Hausman Pada Model Perkembangan
Pasar Modal ................................................................................................... 34
Tabel 6 Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 35
Tabel 7 Hasil Estimasi Model Perkembangan Pasar Saham................................ 38
Tabel 8Hasil Estimasi Model Perkembangan Perbankan .................................... 40
Tabel 9Hasil Estimasi Model Korupsi ................................................................. 42
Tabel 10 Keragaman Individu Model Perkembangan Pasar Saham .................... 43
Tabel 11 Keragaman Individu Model Perkembangan Bank ................................ 43
Tabel 12 Keragaman Individu Model Korupsi .................................................... 44

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Pemikiran

13

Gambar 2. Perkembangan Kapitalisasi Pasar Saham (%of GDP) di
Kawasan ASEAN +3

21

Gambar 3. Perkembangan Credit to Private Sector (%of GDP) di Kawasan
ASEAN +3

22

Gambar 4. Perkembangan CPI Sembilan Negara ASEAN +3

23

Gambar 5. Pertumbuhan Ekonomi Sembilan Negara ASEAN +3

24

Gambar 6. Perkembnagan Inflasi di Sembilan Negara Kawasan ASEAN +3

25

Gambar 7. Rasio Modal Bank terhadap Asset Sembilan Negara ASEAN +3

26

Gambar 8. Rasio Total Expor terhadap GDP Sembilan Negara ASEAN +3

26

Gambar 9. Financial Freedom Index 2003-2012

27

Gambar 10. Economic Freedom Index 2003-2012

27

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Uji Korelasi untuk Pengujian Asumsi Klasik
Multikolinearitas Pada Model Perkembangan Pasar Saham

50

Lampiran 2 Hasil pengujian dengan metode PLS (Pooled Least Square)
Model Perkembangan Pasar Saham

50

Lampiran 3 Hasil pengujian dengan metode Fixed Effect Model
Perkembangan Pasar Saham

51

Lampiran 4 Hasil pengujian dengan metode Random Effect Model
Perkembangan Pasar Saham

52

Lampiran 5 Hasil uji Chow Model Perkembangan Pasar Saham

53

Lampiran 6 Hasil uji Hausman Model Perkembangan Pasar Saham

53

Lampiran 7 Uji Normalitas pada Model Perkembangan Pasar Saham

53

Lampiran 8 Hasil uji korelasi Model Perkembangan Perbankan

54

Lampiran 9 Hasil pengujian dengan metode PLS (Pooled Least Square)
Model Perkembangan Perbankan

54

Lampiran 10 Hasil pengujian dengan metode Fixed Effect Model
Perkembangan Perbankan

55

Lampiran 11 Hasil pengujian dengan metode Random Effect Model
Perkembangan Perbankan

56

Lampiran 12 Hasil uji Chow Model Perkembangan Perbankan

57

Lampiran 13 Hasil uji Hausman Model Perkembangan Perbankan

57

Lampiran 14 Uji Normalitas Model Perkembangan Perbankan

57

Lampiran 15 Hasil uji korelasi Model Korupsi

58

Lampiran 16 Hasil pengujian dengan metode PLS (Pooled Least Square)
Model Korupsi

58

Lampiran 17 Hasil pengujian dengan metode Fixed Effect Model Korupsi

59

Lampiran 18 Hasil pengujian dengan metode Random Effect Model Korupsi

60

Lampiran 19 Hasil uji Chow Model Korupsi

61

Lampiran 20 Hasil uji Hausman Model Korupsi

61

Lampiran 21 Hasil Uji Normalitas

61

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan sektor keuangan baik itu dari sisi pasar saham maupun
perbankan telah memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Banyak studi yang telah memperlihatkan bahwa perkembangan stock market akan
memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Levine dan
Beck (2000) bahwa pertumbuhan stock market akan memberikan dampak positif
pada pertumbuhan ekonomi. Begitu juga dengan perkembangan perbankan
dimana perbankan memberikan dampak pada investasi melalui kredit yang pada
akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Perkembangan perbankan maupun pasar saham dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Banyak studi yang telah melihat faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan kedua sektor keuangan ini. Secara garis besar perkembangan
kedua sektor ini dipengaruhi oleh dua sudut yaitu sudut ekonomi maupun sudut
institusional. Sudut ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi. Apabila dari sudut
institusional lebih menekankan kepada kestabilan politik dan juga korupsi.
Korupsi merupakan suatu tindakan yang mengambil keuntungan sendiri dari
jabatan yang dimiliki. Korupsi dapat mengurangi kepercayaan investor
menanamkan modalnya terhadap negara tersebut baik dalam bentuk penamanan
modal langsung atau melalui pasar saham dan portofolio, seperti pada penelitian
yang dilakukan oleh Ayaydin dan Baltacı (2013) yang mengatakan bahwa
korupsi akan memberikan dampak negatif pada kepercayaan investor yang
menyebabkan akan menghambat perkembangan dari pasar saham.
Disamping korupsi akan berpengaruh terhadap perkembangan sektor
keuangan akibat dari kepercayaan investor dalam memberikan modal.
Perkembangan sektor keuangan juga ternyata memberikan dampak terhadap
korupsi. Banyak penelitian yang telah dilakukan dimana perkembangan sektor
keuangan memberikan dampak negatif terhadap korupsi, seperti yang dilakukan
oleh Thorton (2009) dimana perkembangan sektor keuangan memberikan dampak
positif terhadap perilaku yang baik dari perusahaan maupun pemerintah.
Ilustrasinya adalah jika sektor keuangan berkembang seperti perbankan maka
seluruh keuangan yang ada di perusahaan maupun pemerintah dapat dikontrol
dengan baik oleh bank. Jika terdapat kesalahan ataupun penyimpangan dalam
laporan keuangan perusahaan akan diketahui dengan cepat. Hal ini akan berimbas
pada penurunan perilaku yang menyimpang seperti korupsi.
ASEAN merupakan organisasi kawasan Asia bagian tenggara yang
dibentuk dengan tujuan terjadinya integrasi dikawasan teersebut. ASEAN telah
membuat rencana jangka panjang dengan mengintegrasikan ekonomi budaya dan
juga wilayah dikawasan ASEAN yang dimulai pada tahun 2015 mendatang.
Terintegrasinya kawasan ASEAN akan memberikan dampak pengaruh yang
sangat besar antara negara-negara yang tergabung dalam kawasan ini.
Pengaruhnya tentu terdapat pada berbagai sektor baik itu perkembangan
fundamental ekonomi maupun terhadap perkembangan perbankan antar negara
pada kawasan ini.

2
Tabel 1 Perkembangan Credit to Private Sector Relative to GDP (%) di Sembilan
Negara ASEAN+3
Negara

2009
2010
111.6
110.4
Malaysia
27.7
29
Indonesia
99.6
98.2
Singapura
103.3
114.7
Vietnam
116.4
123.8
Thailand
29.2
29.6
Filipina
183.4
175
Jepang
156.3
146.6
Korea Selatan
127.2
129.9
Cina
Sumber : World Bank, World Development Indicators 2013

Tahun
2011
111.8
31.7
110.1
101.8
140.3
31.9
174.8
149
127

2012
117.8
35
120.6
94.8
148.3
33.4
176.7
148
133.7

Dapat dilihat pada Tabel 1 perkembangan credit to private sector dihampir
seluruh negara di kawasan ASEAN mengalami kenaikan. Hal ini mengindikasikan
bahwa perkembangan industri perbankan semakin baik. Bahkan beberapa Negara
dikawasan ASEAN ini telah mencapai lebih dari 100% mendekati kawasan negara
maju yang berada di sekitar kawasan ini. Negara-negara tersebut adalah Malaysia,
Singapura, Thailand dan Vietnam. Meskipun begitu beberapa negara di kawasan
ini masih sangat rendah seperti Filipina termasuk Indonesia.
Sebagai kawasan yang terintegrasi, ASEAN juga memiliki beberapa
masalah besar. Salah satu dari masalah tersebut adalah korupsi. ASEAN dapat
dikatakan sebagai salah satu kawasan yang memiliki tingkat korupsi yang cukup
tinggi. Beberapa negara dikawasan ini bahkan memiliki peringkat korupsi yang
cukup tinggi seperti pada Indonesia dimana peringkat berada pada 112 dari 180
negara yang menjadi observasi menurut Tranperancy International. Artinya
bahwa Indonesia memiliki tingkat korupsi yang sangat tinggi dibandingkan
dengan negara-negara lainnya.
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa 50% kawasan ASEAN berada
diperingkat diatas 100 dari 180 negara. Singapura termasuk negara yang memiliki
tingkat korupsi terendah. Namun melihat trend 3 tahun terakhir singapura
mengalami kemunduran dari negara yang terbersih dari korupsi turun menjadi
peringkat kelima hal ini menandakan adanya penurunan tingkat perilaku baik
dalam penyelenggaran pemerintah di Singapura. Selain itu pada kawasan ASEAN
ini juga terdapat negara yang memiliki tingkat korupsi yang sangat tinggi yaitu
Filipina dan Myanmar. Jika dibandingkan dengan negara lain yang memiliki
kerjasama dengan ASEAN seperti Jepang dan Korea Selatan mereka semua
memiliki tingkat korupsi yang lebih rendah dibandingkan dengan negara di
kawasan ASEAN.

3
Tabel 2 Peringkat Bebas Korupsi ASEAN +5 Tahun 2009-2013 di Sembilan
Negara ASEAN +3
Negara

2009
2010
Malaysia
56
56
Indonesia
111
110
Singapura
3
1
Vietnam
120
116
Thailand
84
78
Myanmar
178
176
Filipina
139
134
Japan
17
17
Korea Selatan
39
39
Cina
79
78
Sumber : Transparency International 2009-2013

Tahun
2011
43
100
5
112
80
180
129
14
43
75

2012
54
118
5
123
88
172
105
17
45
80

2013
53
112
5
116
102
157
94
18
46
80

Korupsi yang cukup tinggi tentu akan memberikan dampak terhadap
perkembangan investasi dan perkembangan sektor finansial dikawasan ASEAN
tersebut. Hal ini akan berdampak pada pendapatan nasional dan pertumbuhan
ekonomi di kawasan ASEAN itu sendiri. Perbedaan tingkat korupsi di ASEAN+3
akan membuat perbedaan tingkat modal dan perkembangan sektor keuangan antar
negara di kawasan ASEAN +3.
Rumusan Masalah
Sebagai kawasan yang terintegrasi, ASEAN seharusnya memiliki
kesamaan kondisi negara baik itu perekonomian maupun dalam pengelolaan
pemerintah yang baik. Terintegrasinya ASEAN seharusnya memberikan dampak
positif terhadap perekonomian maupun korupsi. Negara yang saling terintegrasi
mampu membantu negara yang tergabung dalam hal penyelesaian kasus korupsi
sehingga korupsi dapat dikurangi. Namun pada kenyataannya terjadi ketimpangan
korupsi antar negara dikawasan ASEAN +3 yang dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Coruption Perception Index (CPI) Tahun 2003 dan 2013 di Sembilan
Negara ASEAN+3
Negara

2003
2006
Malaysia
5.2
5
Indonesia
1.9
2.4
Singapura
9.4
9.4
Vietnam
2.4
2.6
Thailand
3.3
3.6
Myanmar
1.6
2.5
Filipina
2.5
7.6
Jepang
7
5.1
Korea Selatan
4.3
3.3
Cina
3.4
5
Sumber : Transparency International 2003 dan 2012

Tahun
2009
4.5
2.8
9.2
2.7
3.4
2.4
7.7
5.5
3.6
4.5

2012
4.9
3.2
8.7
3.1
3.7
1.5
3.4
7.4
5.7
3.9

4
Pada Tabel 3 dapat kita lihat nilai coruption perception index antar negara
ASEAN +3 dari tahun 2003 menuju 2012 memang meningkat yang
mengindikasikan semakin baiknya proses transparansi dan kebebasan dari korupsi.
Meskipun CPI rata-rata naik namun perbedaan masih saja tetap timpang antara
negara ASEAN seperti Singapura yang memiliki CPI 8.6. Dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN lainnya yang masih dibawah 5.
Korupsi yang timpang akan berdampak terhadap perkembangan sektor
keuangan di negara-negara ASEAN. Dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa
ketimpangan terjadi pada perkembangan di sektor keuangan. Dimana terdapat
beberapa Negara dikawasan ASEAN yang telah mampu menyalukan kredit ke
sektor swastanya sangat tinggi namun ada juga yang masih rendah. Namun bila
dilihat urutannya dimana Singapura merupakan salah satu negara yang tingkat
kebebasan korupsinya cukup tinggi ternyata perkembangan sektor keuangannya
masih rendah bahkan dibawah Cina, Malaysia dan juga Korea Selatan yang
memiliki angka CPI yang lebih rendah. Padahal pada penelitian yang dilakukan
Hasan Ayaydin dan Nuri Baltacı dalam European Journal of Research on
Education tahun 2013 yang mengatakan bahwa korupsi berhubungan negatif
dengan pasar saham dan Torhton (2009) dimana perkembangan sektor keuangan
memberikan dampak positif pada kebebasan korupsi. Seharusnya kebebasan dari
korupsi yang baik memberikan dampak yang baik pula terhadap perkembangan
sektor keuangan dan begitupun sebaliknya perkembangan sektor keuangan juga
memberikan dampak negatif terhadap korupsi. Oleh karena itu pada penelitian ini
dibentuk beberapa rumusan masalah yang ingin dibahas yaitu:
1. Bagaimana dampak korupsi dan faktor-faktor lain terhadap perkembangan
industri perbankan dan pasar saham?
2. Bagaimana dampak perkembangan sektor keuangan terhadap tingkat
korupsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat korupsi?
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari penelitian ini adalah :
1. Mengkaji bagaimana dampak korupsi terhadap perkembangan industri
perbankan dan pasar saham.
2. Mengkaji bagaimana dampak perkembangan sektor keuangan terhadap
tingkat korupsi dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat korupsi.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi
pengambilan keputusan dalam mengembangkan perbankan dan pasar uang
di Indonesia.
2. Bagi kalangan akademisi, bermanfaat untuk menambah khazanah ilmu
pengetahuan dan menjadikan penelitian ini sebagai pembanding bagi
penelitian sebelumnya atau sebagai bahan rujukan bagi penelitian
selanjutnya.
3. Bagi Penulis, bermanfaat untuk mengetahui bagaimana pengaruh korupsi
terhadap perkembangan sektor keuangan baik itu pada perkembangan
perbankan maupun pada pasar saham.

5
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup analisis mengenai korupsi,
perkembangan perbankan dan perkembangan pasar saham. Penelitian ini dibagi
menjadi dua tahap. Pada tahap pertama menganalisis pengaruh korupsi pada
perkembangan perbankan dan perkembangan pasar saham. Selanjutnya
menganalisis bagaimana pengaruh perkembangan perbankan terhadap perubahan
indeks persepsi korupsi.
Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah perkembangan
perbankan yang menggunakan proksi credit to private sector relative to GDP,
perkembangan pasar saham menggunakan market capitalization relative to GDP,
perkembangan korupsi menggunakan proxy coruption perception index (CPI).
Variabel alin yang mendukung penelitian ini diantaranya pertumbuhan ekonomi
(growth), inflasi, tingkat suku bunga riil, rasio modal bank terhadap asset,
economic freedom, financial freedom, dan total ekspor terhadap GDP.
Wilayah yang menjadi objek negara ini mengunakan 6 negara pada
kawasan ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina,
Vietnam dan 3 negara lainnya, yaitu Cina, Korea Selatan dan Jepang. Periode
dalam penelitian ini dimulai dari tahun 2003 sampai 2012.

TINJAUAN PUSTAKA
Korupsi
Agency for International Development (USAID) menjelaskan bahwa
korupsi merupakan penyalahgunaan unilateral oleh pejabat pemerintah seperti
penggelapan dan nepotisme, serta pelanggaran yang menghubungkan aktor publik
dan privat seperti penyuapan, pemerasan, pengaruh penjajakan, dan penipuan.
Korupsi juga didefinisikan sebagai transaksi antara para pelaku dari sektor swasta
dan sektor publik melalui ultilitas bersama yang secara ilegal ditransformasikan
menjadi keuntungan peribadi (World Bank 1997). Menurut Transperancy
Internasional korupsi terdiri dari tindakan yang dilakukan pemerintah yang
mendistorsi kebijakan atau fungsi utama negara, yang memungkinkan para
pemimpin untuk mendapatkan keuntungan dengan mengorbankan kepentingan
publik. Dari kesimpulan definisi diatas korupsi dapat dikatakan sebagai setiap
perilaku yand tidak legal seperti penyuapan, penggelapan dan penipuan yang
menggunakan kekuasaan di sektor publik maupun swasta demi mendapatkan
keuntungan pribadi.
Korupsi dapat dikatakan terjadi pada setiap negara di dunia tidak
terkecuali kawasan ASEAN. Korupsi dapat disebabkan oleh banyak faktor
diantaranya menurut Myrdal (1968) dalam Damanhuri (2010) berpendapat dalam
bahwa korupsi di Asia Selatan dan ASEAN berasal dari penyakit neopatrimonalisme, yakni warisan budaya feudal kerajaan-kerajaan lama yang
terbiasa dengan hubungan patron-client. Dalam konteks tersebut, rakyat biasa atau
bawahan memberikan suatu imbalan berupa upeti yang akhirnya berkembang
menjadi sogok, komisi dan amplop. Kemudian menurut Alatas, pakar sosiologi
korupsi dalam Damanhuri (2010), korupsi di Asia berkaitan dengan warisan dari

6
kondisi historis-struktural yang telah berjalan selama berabad-abad akibat represi
yang dilakukan oleh penjajah. Hal tersebut menyebabkan korupsi telah dianggap
sebagai suatu yang lumrah pada kawasan Asia.
Tingkat Korupsi disuatu negara dapat diukur dari Coruption Perception
Index (CPI). CPI adalah suatu indeks yang dikeluarkan oleh International
Transparancy dibawah organisasi World Bank yang menggambarkan tingkat
korupsi pada suatu wilayah tertentu. Dalam mengukur tingkat korupsi suatu
wilayah, suatu wilayah tersebut diberikan nilai dari 0-10 diamana makin
mendekati angka 10 maka negara tersebut dikatakan sebagai negara yang bebas
dari korupsi. Sebaliknya jika mendekati angka 0 maka negara tersebut dikatakan
sebagai negara yang tidak lepas dari tindakan korupsi.
CPI merupakan indikator agregat yang menggabungkan berbagai sumber
informasi tentang korupsi, sehingga memungkinkan untuk membandingkan setiap
negara. Semua sumber informasi yang digunakan untuk membangun CPI
dihasilkan oleh organisasi terkemuka dan organisasi pengumpul data. Jumlah
survei dan penilaian yang disertakan berbeda dari tahun ke tahun tergantung
pada ketersediaan pada saat perkembangan indeks. Berdasarkan pertanyaan yang
diajukan oleh badan-badan survei dalam melihat tingkat korupsi suatu negara
maka disimpulkan factor factor yang mempengaruhi CPI diantaranya (Hambali,
2007):
1. Persepsi adanya kebocoran penggunaan pinjaman luar negeri berupa kick
back money dari pelaksanaan proyek yang dibiayai oleh pinjaman luar
negeri. Proksi yang dapat digunakan adalah hutang luar negeri dengan
pendapatan nasional.
2. Persepsi kebocoran keungan negara yang disebabkan korupsi sistematis oleh
para politikus yang menggunakan proksi rasio penawaran uang (M2)
terhadap pendapatan nasional (GDP)
3. Non performing loan menggunakan proksi tingkat suku bunga
4. Persepsi pejabat bank pemerintah menggunakan proksi kredit
5. Persepsi penggunaan dana publik untuk kepentingan pribadi dan partai
politik menggunakan proksi pengeluaran lain-lain
6. Persepsi suap untuk kepentingan kelompok tertentu menggunakan proksi
penerimaan lain-lain
Korupsi dan Investasi
Terdapat dua pandangan yang menjelaskan hubungan antara korupsi dan
Investasi. Pandangan pertama menurut Kuncoro (2002) dalam Hambali (2009)
mengatakan bahwa korupsi yang berupa suap memberikan jalan yang
mempermudah investor dalam mendapatkan lisensi atau izin usaha dengan cepat.
Leff (1964) dalam Hambali (2009) korupsi juga dianggap sebagai biaya pelicin
agar memperlancar usaha.
Pandangan lain datang dari investor yang tidak memiliki akses kepada
pemerintah.Investor yang tidak memiliki Hubungan baik atau akses kepada
pejabat akan menghabat masuknya investasi kedalam suatu negara. Beberapa
studi Empiris telah menemukan bahwa korupsi akan memberikan dampak negatif
terhadap perkembangan investasi baik itu investasi domestik maupun investasi
asing. Seto (2011) telah melakukan studi empiris dikawasan ASEAN +3 dimana
hasil yang didapat mengatakan bahwa Korupsi memberikan dampak negatif

7
terhadap perkembangan investasi dikawasan ASEAN +3. Hambali (2009) juga
telah mencoba meneliti bagaimana pengaruh korupsi terhadap investasi di
Indonesia. Hasil yang didapat Hambali adalah korupsi dapat menghambat
masuknya investasi asing di Indonesia.
Korupsi dan Perbankan
Korupsi dan perbankan memiliki hubungan yang saling mempengaruhi.
Menurut Wei dan Wu (2001) korupsi akan mempengaruhi seorang kreditor dalam
meminjamkan uangnya. Hal ini membuat pengembangan kredit dalam perbankan
menjadi terganggu, karena dalam proses pemberian kredit terdapat permainan
antara pihak yang meminjam dengan yang dipinjamkan dalam hal ini adalah
korupsi. Korupsi akan membuat proses peminjaman menjadi lebih sulit karena
pemberian kredit hanya diberikan kepada orang tertentu saja. Korupsi yang terjadi
dalam peminjaman juga akan membuat peningkatan pada non performing loan
karena ketidakefektifan dalam peminjaman kredit yang diberikan.
Hubungan korupsi dan perbankan tidak hanya sebatas dampak korupsi
terhadap perkembangan perbankan saja. Namun dalam perkembangannya
perkembangan keuangan juga membuat penurunan pada tingkat korupsi (Thorton,
2009). Hal ini didasari bahwa semakin berkembangnya perbankan maka
kesempatan dalam melakukan korupsi akan menurun karena tingginya tingkat
transparansi akibat dari perkembangan dalam sisi keunagan
Korupsi dan Perkembangan Pasar Saham
Ayaydinn dan Baltaci (2013) menemukan bahwa korupsi akan
memperhambat perkembangan Pasar Saham. Hal ini dikarenakan bahwa
berkembangnya korupsi membuat risiko saham menjadi lebih tinggi yang
mengakibatkan tingkat kepercayaan investor dalam menanamkan modalnya pada
pasar saham sehingga akan menghambat perkembangan pasar modal. Korupsi
juga akan mengahambat proses perizinan dari perusahaan dalam pembuatan unit
usaha baru sehingga terjadi pengahambatan dalam kapitalisasi pasar saham. Hasil
ini juga didukung dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Johansson dan
Konstad (2010) dan Naceur et al (2010).
.
Bank
Menurut Undang‐Undang No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Usaha pokok bank adalah
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, seperti tabungan,
deposito, maupun giro, dan menyalurkan dana simpanan tersebut kepada
masyarakat yang membutuhkan, baik dalam bentuk kredit maupun bentuk-bentuk
lainnya. Bank sebagai perantara keuangan (financial intermediary). Bank menjadi
perantara keuangan antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak
yang membutuhkan dana (defisit unit). Selain menjadi intermediasi keuangan
Bank juga memiliki fungsi sebagai Agen Pembangunan.
Bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya
menghimpun dana berupa giro, deposito tabungan dan simpanan yang lain dari
pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

8
menempatkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana (deficit
spending unit). Perbankan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan
dengan bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya (Taswan 2010)
Perkembangan perbankan dapat dilahat dari Domestik Credit to Private
Sector Relative to GDP. Variabel ini melihat bahwa jumlah kredit yang diserap
pada privat sektor meningkat berarti adanya perkembangan perbankan hal ini
didasari pada tugas perbankan yaitu penyaluran kredit. Variabel ini juga telah
digunakan pada penelitian sebelumnya yaitu Torhton (2009) dan Ayadi et al
(2013)
Saham
Menurut Anoraga dan Pakarti (2006), saham dapat didefinisikan sebagai
surat berharga bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam
suatu perusahaan. Kepemilikan saham di suatu perusahaan akan memberikan
manfaat yang dapat diperoleh yaitu:
1. Deviden, adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan
kepada pemilik saham.
2. Capital gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual
dengan harga belinya.
3. Manfaaat non-finansial yaitu timbulnya kebanggaan dan kekuasaan
memperoleh hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan.
Saham dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu saham biasa dan saham
preferen. Saham biasa merupakan saham yang tidak memperoleh hak istimewa.
Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh deviden sepanjang
perseroan memperoleh keuntungan, sedangkan saham preferen merupakan saham
yang diberikan atas hak untuk mendapatkan deviden atau bagian kekayaan pada
saat perusahaan dilikuidasi terlebih dahulu dari saham biasa, disamping itu
mempunyai preferensi untuk mengajukan usul pencalonan direksi atau komisaris
(Anoraga dan Pakarti 2006).
Metode Panel Data
Metode panel data merupakan suatu metode dengan meregresikan suatu
data panel. Data panel adalah satu set observasi yang terdiri dari beberapa
individu pada suatu periode tertentu. Observasi tersebut merupakan pasangan Yit
(variabel terikat) dengan Xit (variabel bebas) dimana i menunjukkan individu, t
menunjukkan waktu, dan j menunjukkan variabel bebas yang dinyatakan dalam
sebuah persamaan berikut:
Yit = α + βj Xjit + it
Terdapat beberapa keuntungan dalam menggunakan panel data.
Keuntungan pertama Panel data mampu mengontrol heterogenitas individu, Panel
data juga mampu memberikan informasi data yang lebih banyak, lebih
bervariasi,mengurangi kolinearitas antar variabel, meningkatkan degree of
freedom dan lebih efisien. Jika menggunakan data cross section, walaupun terlihat
stabil namun sebenarnya dalam data tersebut tersimpan banyak perubahan, seperti
data pengangguran, perpindahan pekerjaan, atau perubahan kebijakan pemerintah.
Dengan menggunakan panel data maka penyesuaian-penyesuaian yang dinamis
tersebut dapat dengan lebih mudah dipelajari. Selain itu panel data juga mampu

9
mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diperoleh
dari data cross section murni atau data time series murni dan keuntungan lainya
panel data dapat digunakan untuk menguji dan membangun model perilaku yang
lebih kompleks (Baltagi 2005)
Metode estimasi regresi data panel dengan menggunakan data panel dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain:
Pooled Least Square
Dalam metode ini data panel yang mengkombinasikan data cross section
dan time series menjadi pooled data. Metode ini akan menghasilkan pendugaan
regresi yang lebih akurat jika dibandingkan dengan regresi biasa, karena dalam
panel menggabungkan data cross section dan time series bersama-sama sehingga
memiliki jumlah observasi data yang lebih banyak. Kelemahan dalam metode ini
adalah tidak terlihatnya perbedaan baik antar individu karena data yang
digabungkan secara keseluruhan. Metode ini diduga dengan menggunakan
ordinary least square, yaitu:
Yit = α + βj Xj it + it
dimana:
Yit = variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i
α = intersep yang konstan antar individu cross section i
Xit = variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i
βj = parameter untuk variabel bebas j
it = komponen error gabungan di waktu t untuk unit cross section i
Efek Tetap (Fixed Effect)
Metode pooled least square memiliki kekurangan, yaitu tidak terlihatnya
perbedaan antar individu, sehingga asumsi intersep dan slope dari persamaan
regresi yang dianggap konstan. Sedangkan untuk generalisasi secara umum, dapat
dilakukan dengan memasukkan variabel dummy untuk menghasilkan nilai
parameter yang berbeda-beda pada setiap unit cross section. Metode dengan
memasukkan variabel dummy disebut dengan metode Fixed Effect atau Least
Square Dummy Variable. Metode fixed effect akan menghasilkan intersep yang
berbeda-beda antar unit cross section. Kelemahan pada metode ini adalah semakin
berkurangnya degree of freedom akibat adanya penambahan variabel dummy pada
persamaan, dan tentunya akan memengaruhi koefisien parameter yang diduga.
Pendugaan metode ini dinyatakan dalam persamaan
Yit = αi + βJXjit + it
Dimana:
Yit = variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i
αi = intersep yang akan berbeda antar individu cross section i
Xjit = variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i
βj = parameter untuk variabel ke j
it = komponen error di waktu t untuk unit cross section i
Efek Acak (Random Effect)
Pada metode efek acak (random effect) karakteristik antar individu terlihat
pada komponen error yang ada pada model. Hal ini tidak akan mengurangi derajat
bebas (degree of freedom) akibat penambahan variabel, sehingga efisiensi dalam
pendugaan parameter juga tidak berkurang. Bentuk model efek acak ini adalah:

10
Yit = αit + β Xit + it
it = uit + vit + wit
Dimana:
uit ~ N(0, u2) = komponen cross section error,
vit ~ N(0, v2) = komponen time series error,
wit ~ N(0, w2) = komponen combination error,
Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai bagaimana pengaruh korupsi terhadap perkembangan
sektor keuangan baik itu perbankan maupun pasar saham telah banyak dilakukan.
Pada umumnya hasil penelitian menunjukan bahwa korupsi berdampak buruk
pada perkembangan sektor keuangan. Hasan Ayaydin dan Nuri Baltacı dalam
European Journal of Research on Education tahun 2013 mengatakan bahwa
korupsi berhubungan negatif dengan pasar saham. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan variabel coruption perception index sebagai proksi dari korupsi dan
market capitalization relative to GDP sebagai proksi dari perkembangan pasar
saham. Selain kedua variabel tersebut penelitian ini menggunakan variabel
lainnya itu inflasi, tingkat suku bunga riil, dan domestic credit to private sector
relative to GDP. Penelitian ini diolah menggunakan metode panel data.
Penelitian lainnya juga memperkuat dugaan bahwa korupsi akan
memperburuk perkembangan pasar saham yaitu yang dilakukan oleh Johansson
dan Kongstad (2010) dalam tesisnya yang berjudul The Determinants of Stock
Market Development: Implications of a Dynamic Panel Data Model. Penelitian
ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
saham. Penelitian ini menggunakan beberapa variabel makroekonomi seperti FDI,
inflasi, jumlah uang beredar dan variabel institusional yaitu coruption perception
index (CPI). CPI berhubungan positif dengan perkembangan pasar saham yang
artinya semakin tinggi CPI yang maka akan semakin tinggi perkembangan
sahamnya atau dapat dikatakan semakin bebas suatu negara dari korupsi maka
akan semakin kuat perkembangan saham di negara tersebut.
Naceur et al (2010) meneliti mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi
perkembangan pasar modal dalam jurnal yang berjudul The Determinants Of
Stock Market Development In The Middle-Eastern And North African Region.
Pada penelitian menggunakan beberapa variabel makroekonomi seperti GDP,
investment rate , domestic credit to private saving dan inflasi. Objek penelitiannya
adalah 12 negara pada kawasan Middle-Eastern and North African (MENA).
dengan mengggunakan metode Panel Data. Hasil yang didapat adalah GDP dan
domestic credit dan variabel makroekonomi lainnya berpengaruh positif secara
signifikan kecuali investment rate yang berpengaruh negatif terhadap
perkembangan pasar saham.
Selain Naceur et al (2010), Cherif dan Gazdar (2010) juga meneliti faktorfaktor yang mempengaruhi perkembangan pasar saham pada kawasan MENA
dalam International Journal of Banking and Finance yang berjudul
Macroeconomic And Institutional Determinants Of Stock Market Development In
MENA Region : New Results From A Panel Data Analysis. Pada penelitian
menggunakan beberapa variabel makroekonomi seperti GDP, gross saving,
investmen rate dan variabel institutional yang digunakan adalah international

11
country risk guide (ICRG). Objek penelitiannya adalah 14 negara di kawasan
MENA dari tahun 1990-2007 dengan mengggunakan metode panel data. Hasil
yang didapat adalah GDP dan domestic credit berpengaruh postif secara
signifikan dan ICRG memiliki pengaruh yang positif namun tidak signifikan.
Yartey (2010) Juga mencoba meneliti mengenai faktor apa saja yang
mempengaruhi perkembangan pasar modal dalam jurnal yang berjudul The
Determinants of Stock Market Development in Emerging Economies: Is South
Africa Different? Pada penelitian menggunakan Calderon-Rossell model yang
dimodifikasi. Pada model ini perkembangan pasar saham dipengaruhi oleh
keadaan perusahaan dan pemerintahan yang diubah menjadi beberapa variabel
makroekonomi seperti GDP, gross domestic investment, gross market,
makroekonomy stability, domestic credit to private sector dan variabel
institutional yang digunakan adalah political risk (ICRG). Objek penelitiannya
adalah 42 negara dari tahun 1990-2007 dengan mengggunakan metode
Generalized Method of Moments (GMM). Hasil yang didapat adalah GDP dan
domestic credit to private sector dan variabel makroekonomi lainnya berpengaruh
postif secara signifikan dan ICRG memiliki pengaruh yang positif terhadap
perkembangan pasar saham dimana semakin baik kondisi politik suatu negara
maka perkembangan pasar sahamnya akan semakin cepat.
Shabaz et al (2013) dalam International Journal of Economics and
Empirical Research yang berjudul Does Corruption Increase Financial
Development? A Time Series Analysis in Pakistan menemukan hal yang berbeda
dengan penelitian sebelumnya dimana korupsi justru memberikan dampak yang
positif terhadap perkembangan sektor keuangan. Penelitian ini dilakukan pada
negara pakistan dengan menggunakan metode ARDL dan VECM.
Garcia dan Liu (1999) meneliti mengenai faktor apa saja yang
mempengaruhi perkembangan pasar modal dalam jurnal yang berjudul
Macroeconomic Determinants Of Stock Market Development. Pada penelitian
menggunakan Calderon-Rossell model yang dimodifikasi. Dimana pada model ini
perkembangan pasar saham dipengaruhi oleh keadaan perusahaan dan
pemerintahan yang diubah menjadi beberapa variabel makroekonomi seperti GDP,
inflasi, gross domestic investment, gross saving, domestic credit to private sector
dan variabel institutional yang digunakan dummy structural change. Hasil yang
didapat seluruh variabel memiliki dampak yang positif kecual inflasi yang
memiliki hubungan negatif.
Ayadi et al (2013) dalam MEDPRO yang berjudul Determinants of
Financial Development across the Mediterranean. Sama seperti Yartey Ayadi
menggunakan proksi dalam perkembangan sektor financialnya adalah
menggunakan domestic credit to private sector dan market capitalization yang
mengindikasikan perkembangan perbankan dan pasar saham. Ayadi juga
menggunakan beberapa variabel makroekonomi dan dan variabel institusi.
Variabel makroekonomi yang digunakan diantaranya GDP, trade opennes,
financial openes, Inflasi, growth of public debt, FDI, sedangkan untuk variabel
institualnya menggunakan legal and democratic quality. Metode yang digunakan
adalah metode panel data. Hasil yang didapatkan semua variabel berpengaruh
positif terhadap perkembangan sektor keuangan pada negara dikawasan
mediterania kecual pertumbuhan hutang publik dan inflasi yang berpengaruh
negatif terhadap perkembangan sektor keuangan itu sendiri.

12
Penelitian lainnya juga telah dilakukan bahwa korupsi tidak hanya
mempengaruhi sektor keuangan saja namun juga berdampak secara
makroekonomi yaitu pertumbuhan Investasi. Penelitian ini telah dilakukakan oleh
Hambali (2009) dalam tesisnya yang berjudul Dampak Lingkungan Usaha
terhadap Pertumbuhan Investasi dan Ekonomi Indonesia: Aplikasi Model
Makroekonomi yang diperluas dengan coruption perception index. Hasil yang
didapatkan hubungan korupsi korupsi terhadap investasi berbanding terbalik.
Hambali (2009) juga meneliti bagaimana dampak korupsi terhadap variabel
makroekonomi lainnya seperti GDP, inflasi dan sebagianya. Hasil yang
didapatkan adalah bahwa korupsi berpengaruh negatif terhadap semua variabel
makroekonomi, kecuali inflasi dan membawa dampak buruk pada perkembangan
siklus bisnis di Indonesia
Selain dampak korupsi terhadap sektor keuangan, terdapat pula penelitian
yang mencoba melihat bagaimana perkembangan sektor keuangan mampu
mengurangi korupsi. Majeed dan Donald (2013) dalam jurnal yang berjudul
“Corruption and Financial Intermediation in a Panel of Regions: Cross-Border
Effects of Corruption” dimana perkembangan industri perbankan memberikan
dampak positif terhadap kebebasan dari korupsi. Majed dan Donald menggunakan
metode panel data dimana jumlah cross section yang digunakan adalah 120 dari
tahun 1984-2007. Variabel yang digunakan antara lain adalah ICRG, CPI dalam
melihat kestabilan politik dan korupsi dan variabel yang mempengarunhinya
menggunakan pendapatan perkapita dan deggre of financial intermediation.
Dalam hasilnya diapat bahwa perkembangan financial intermediation mampu
memberikan dampak positif terhadap kebebasan suatu negara dari korupsi.
Sebelum Majeed dan Donald, Torhton (2009) juga meneliti apakah
perkembangan sektor keuangan mampu menurunkan korupsi. Torhton juga
menggunakan metode panel data dalam penelitiannya. Namun bedanya variabel
yang digunakan dalam penggambaran perkembangan sektor keuangan dengan
Majeed dan Donald. Torhton menggunakan proksi domestic credit to privat sektor
relative to GDP sebagai penggambaran dari perkembangan sektor keuangan.
Hasil sedangkan variabel yang menggabarkan korupsi sama-sama CPI. Selain itu
Torhton juga menambahkan variabel tambahan yaitu pertumbuhan ekonomi. Hasil
yang didapatkan pada penelitian Torhton adalah bahwa perkembangan sektor
keuangan akan menurunkan tingkat korupsi disuatu negara.
Selain perkembangan sektor keuangan baik dari perbankan maupun pasar
saham korupsi juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain. Shabbir dan
Anwar (2007) membagi faktor yang mempengaruhi korupsi menjadi dua bagian.
Bagian pertama dari sisi ekonomi dan bagian kedua dari sisi non ekonomi.
Variabel yang menjelaskan sisi ekonomi diantarnya adalah economic freedom
index, globalization yang dilihat dari transaksi perdagangan, distribusi pendapatan
(indeks gini), dan juga tingkat pendidikan. Variabel yang menjelaskan sisi non
ekonomi adalah demokrasi, kebebasan media siaran, dan juga kebabasan agama.
Penelitian ini dilakukan pada 41 negara dengan menggunakan metode panel data.
Hasil yang didapat adalah hampir semua variabel ekonomi berhubungan negatif
dengan korupsi kecuali pendidikan. Pendidikian memiliki korelasi positif dengan
korupsi. Hal ini didasari pada negara berkembang yang menjadi objek penelitian
pendidikan merupakan barang publik sehingga dalam pengadaannya sering kali
terjadi indikasi korupsi. Sehingga ketika pendidikan itu meningkat korupsi juga

13
meningkat. Sedangkan untuk variabel non-ekonomi semua hasil memberikan nilai
dimana kebebasan dari demokrasi media siaran dan agama akan menurunkan
tingkat korupsi pada suatu negara.
Kerangka Pemikiran
Korupsi merupakan salah satu kegiatan yang merugikan masyarakat secara
umum. Korupsi disebabkan oleh kegagalan pemerintah yang tidak mampu
menerapkan Good Governance Government. Korupsi juga disebabkan kurangnya
transparansi keuangan dan longgarnya pengawasan uang yang ada
dipemerintahan. Pengawasan keuangan ini seharusnya dapat dilakukan oleh
pemerintah dengan bekerjasa sama oleh perbankan yang ada didalamnya. Hal ini
dikarenakan proses system pembayaran dilakukan mellaui perbankan.
Korupsi ini juga menimbulkan beberapa masalah seperti pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu korupsi juga menimbulkan
dampak negatif pada perkembangan sektor keuangan baik itu pada industri
perbankan maupun pada pasar saham. Secara garis besar kerangka penelitian ini
dijelaskan pada gambar 1
Kegagalan Pemerintah dan Institusi
Pemerintahan yang Buruk

TRADE
Economic freedom

Perkembangan Perbankan
Pertumbuhan Ekonomi
Inflasi

KORUPSI
Perkembangan
Pasar Modal

Analisis Deskriptif

1.
2.

Perkembangan Pasar Modal
Perkembangan Perbankan
Pertumbuhan Ekonomi

Perkembangan
Perbankan

Pertumbuhan Ekonomi
Financial Freedom

Pengolahan Data
menggunakan Panel Data

Mengkaji bagaimana dampak korupsi dan faktor-faktor lain terhadap perkembangan
industri perbankan dan pasar saham.
Mengkaji bagaimana dampak perkembangan sektor keuangan terhadap tingkat korupsi
dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat korupsi.

IMPLIKASI KEBIJAKAN

Keterangan : - - - - Bagian Dianalisis
Alur
Gambar 1 Kerangka Pemikiran

14

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
data sekunder yaitu data yang pada waktu pengumpulannya bukan (tidak harus)
memenuhi kebutuhan yang dihadapi (Juanda, 2009). Data yang digunakan adalah
data tahunan dari tahun 2003 - 2012. Data tersebut didapatkan dari berbagai
sumber antara lain World Development Indicatordan Transparency International.
Tabel 4 Jenis dan Sumber Data Penelitian
No
1
2
3

Jenis Data
Indeks Persepsi Korupsi (CPI)
Credit to Private Sector relative to
GDP (%)
Market Capitalization relative to
GDP (%)

Sumber Data
Transparency International
World Development
Indicator, World Bank
World Development
Indicator, World Bank
World Development
Indicator, World Bank
World Development
Indicator, World Bank
World Development
Indicator, World Bank
World Development
Indicator, World Bank
Heritage Foundation

4

Inflasi (%)

5

Pertumbuhan Ekonomi (%)

6

Bank capital to Asset ratio (%)

7

Total Export to GDP (%)

8

Economics Freedom

9

Heritage Foundation
Financial Freedom
Gross Domestik Product(GDP) World Development
percapita
Indicator, World Bank

10

Definisi Operasional
Berikut ini definisi mengenai data yang digunakan dalam penelitian ini
1. Indeks persepsi korupsi (CPI) adalah suatu indeks yang mengukur bagaimana
tingkat korupsi disuatu wilayah atau negara dimana nilai “0” menandakan
negara sangat korup sedangkan nilai “10” menandakan negara bebas dari
korupsi.
2. Credit to private