PERKEMBANGAN GEOPOLITIK REGIONAL ASEAN D

PERKEMBANGAN GEOPOLITIK REGIONAL ASEAN DAN ASEAN+3 :
DAMPAKNYA TERHADAP INISIATIF INTEGRASI KEUANGAN DAN MONETER DI
ASIA TIMUR SERTA PERAN INDONESIA
Latar Belakang Kerjasama ASEAN dan ASEAN+3
1.

Tonggak kerjasama politik dan keamanan di wilayah Asia Tenggara ditandai
dengan disyahkannya Treaty of Amity and Cooperation (TAC) dan Deklarasi Bali
(Bali Concord I) tahun 1976. Melalui TAC ini, negara-negara ASEAN meletakkan
landasan hubungan antar negara berdasarkan prinsif non-intervensi,
penghormatan kedaulatan, penyelesaian masalah secara damai dan
penghindaran penggunaan kekuatan bersenjata dalam penyelesaian masalah.

2.

Stabilitas politik dan kemanan di wilayah ASEAN, telah melahirkan situasi yang
kondusif bagi pembangunan ekonomi, politik, dan sosial budaya masing-masing
anggotanya. Sebagai hasilnya, meski berbeda-beda dalam tahap pembangunan
ekonominya, masyarakat negara-negara anggota ASEAN telah menikmati
keamanan, perdamaian, dan kenaikan taraf hidup yang cukup signifikan.
Dinamika yang ditawarkan ASEAN tidak saja membawakan kemajuan bagi para

anggotanya, namun telah pula menarik minat negara-negara di luar kawasan
untuk berinteraksi dalam forum dialog dan kerjasama dengan ASEAN.

3.

Kerjasama ASEAN+3 diawali dengan diselengarakannya KTT ASEAN+3 di Kuala
Lumpur pada tahun 1997. Forum ASEAN+3 (ASEAN plus negara-negara
Jepang, Korea Selatan, dan China) secara formal berdiri atas keperluan praktis
untuk mengatasi krisis keuangan Asia dan saat ini telah bertransformasi menjadi
wadah kerjasama di berbagai bidang. Kesinambungan komitmen pada
regionalisme di Asia Timur tampak dari proses pembentukan infrastruktur
institusional bagi kerjasama melalui kesepakatan para pemimpin negara-negara
di kawasan seperti tercermin mulai dari ASEAN+3 Summit yang pertama di
Kuala Lumpur, bulan Desember 1997 hingga ASEAN+3 Summit kesembilan, di
Kuala Lumpur bulan Desember 2005.

4.

Bagi negara-negara ASEAN dan Asia Timur Laut sendiri, pendalaman dan
perluasan kemitraan tidak saja imperatif dari sudut sosial-ekonomi tapi juga

bermakna strategis dari sisi politik dan keamanan. Terbukti bahwa melalui
resources pooling yang dijembatani forum ASEAN+3, penanganan krisis finansial
1997 menjadi lebih efektif dibandingkan jika masing-masing entitas bergerak
sendiri-sendiri tanpa koordinasi. Begitu pula saat wabah SARS mengancam
kawasan, para pemimpin ASEAN-China segera bertemu di Bangkok tahun 2003
untuk menyelaraskan langkah-langkah yang ditempuh. Pengalaman-pengalaman
di atas memperdalam kesadaran akan pentingnya upaya bersama dan
pembangunan kerangka kerjasama yang solid untuk mewadahi kerjasama
regional ASEAN Plus Three. Tantangan dan perubahan yang berlangsung
demikian cepat dalam era globalisasi saat ini mau tak mau mengharuskan upayaupaya bersama yang lebih terpadu.

5.

Pada KTT ASEAN+3 di Manila tahun 1999, telah dikeluarkan Joint Starement on
East Asia Cooperation yang berisi kesepakatan pada pemimpin Negara-negara
ASEAN+3 untuk meningkatkan dialog dan kerjasama dalam bidang

pembangunan, ekonomi, social dan politik, serta disepakati pula untuk
penyenggarakan KT ASEAN+3 setiap tahun. KTT ASEAN+3 di Phnom Penh
tahun 2002 mengesah rekomendasi East Asia Study Group yang berisi 26

concrete measure sebagai prioritas upaya dalam memp[erkuat dan mendorong
kerjasama yang ada di antara Negara-negara Asia Timur. Pada saat ini,
kerjasama ASEAN+3 telah meliputi 17 sektor dengan 49 mekanisme di bernagai
tingkat, yaitu KTT, tingkat menteri, tingkat pejabat senior hingga kelompok ahli
dan working level. Pada KTT ke-9 ASEAN+3 di Kuala Lumpur bulan Desemebr
2005, para pemimpn sepakat untuk mengeluarkan the Second Joint Statement on
East Asia Cooperation untuk melakukan konsolidasi terhadap kerjasama yang
ada dan menetapkan arah kerjasama ke depan serta dalam pengembangan East
Asia Community.
Perkembangan geopolitik di Asia Timur
6.

Dalam rangka memperdalam kerjasama Asia Timur, dideklarasikan Joint
Statement on east Asia dan dibentuk juga East Asia Vision Group (EAVG) pada
KTT ASEAN+3 tahun 1999 yang terdiri dari kalangan non-pemrintah yang
ditugaskan untuk memebrikan rekomendasi mengenai perluasan dan
peningkatan kerjasama Asia Timur. Hasil-hasil EAVG kemudian diolah oleh East
Asia Study Group yang terdrii dari para Ketua SOM masing-masing Negara
ASEAN+3 dan kemudian melahirkan sebuah final report menegnai 26 langkahlangkah kerjasama ASEAN+3 (EASG measures) sebagai prioritas upaya dalam
memeprkuat dan mendorong kerjasama yang ada di antara negara-negara Asia

Timur.

7.

Visi kerjasama Asia Timur terdapat dalam EAVG Report, yaitu integrasi kawasan
Asia Timur yang terbuka, bertahap dan soild falam mewujudkan East Asia
Community (EAC) yang damai, makmur dan maju ebagai tujuan jangka panjang.

8.

Dengan titik tolak pada Proses ASEAN+3, diperkirakan
bahwa evolusi
regionalisme Asia Timur melalui langkah-langkah yang bertahap akan menuju
suatu struktur integratif dalam jangka panjang. Langkah awal ke arah tersebut
perlu dimulai dari peningkatan rasa saling percaya antar entitas yang terlibat
dengan mendahulukan implementasi rencana kerjasama yang lebih mudah dan
tidak sensitif. Dalam hal ini dapat dikemukakan suatu pandangan bahwa
interdependensi yang terbentuk dalam jalinan kerjasama ekonomi regional dapat
menjadi salah satu wahana efektif, paling tidak untuk mencegah eskalasi potensi
konflik.


9.

Secara lebih khusus, dialog antar negara-negara di kawasan dalam kerangka
preventive diplomacy perlu terus diintensifkan terutama dalam kaitannya dengan
upaya peredaan ketegangan dari persengketaan teritorial di wilayah Laut Cina
Selatan, pencapaian keseimbangan regional yang sustainable, serta penanganan
potential flash points lain termasuk kecenderungan perlombaan senjata, warisan
luka historis, keterlibatan aktor-aktor lain dari luar kawasan, dan masalah nuklir di
Semenanjung Korea. Dengan populasi sebesar sepertiga total penduduk dunia,
dan posisi yang sedemikian penting dalam peta geopolitik dunia, dapat
dibayangkan dampak yang akan terjadi jika stabilitas politik dan keamanan gagal
diciptakan di kawasan Asia Timur.

10.

Tantangan lain yang perlu dihadapi lebih berkaitan dengan institusionalisasi
kerjasama Asia Timur itu sendiri. Salah satu pokok persoalannya adalah
penciptaan struktur dan modalitas kerjasama Asia Timur di masa depan yang
demokratis serta mampu menjamin kesetaraan antar - anggotanya. Maka,

implementasi program untuk mempertinggi ketahanan regional dan untuk
mempersempit development gap antar anggota menjadi esensial.

11.

Selain itu, perlu dikedepankan pentingnya peran ASEAN sebagai primary driving
force dalam memperkuat design kerjasama Asia Timur pada Proses ASEAN+3.
Design kerjasama itu perlu sejalan dengan pilar-pilar integrasi Masyarakat
ASEAN dalam Deklarasi Bali Concord II sehingga diharapkan bahwa upaya
implementasinya baik pada level internal ASEAN maupun ASEAN+3 akan
berjalan sinergis dan saling melengkapi.

12.

Dalam konteks ini konsolidasi ASEAN melalui upaya-upaya mempersempit
development gap antar anggota, implementasi road map untuk 11 sektor prioritas
integrasi, serta mobilisasi sumber-sumber daya dalam penerapan kesepakatan
Initiative for ASEAN Integration (lAl) perlu terus didorong. Maka, penguatan
kerjasama antara ASEAN dengan Jepang, Korea Selatan, dan China hendaknya
dipandang pula sebagai bagian integral dari sifat outward looking yang melekat

dalam Komunitas ASEAN.

13.

Melalui design kerjasama di kawasan Asia Timur diharapkan upaya peredaan
ketegangan politik dapat dicapai. Namun yang perlu diwaspadai adalah dampak
dari semakin terintegrasinya ekonomi negara-negara Asia Timur karena tingkat
interdependensinya akan semakin kuat dan pengaruh pembuatan kebijakan fiskal
oleh salah satu negara anggota akan dirasakan pengaruhnya kepada anggota
lainnya. Sehingga bila terjadi kelengahan akan membawa dampak terhadap
krisis keuangan kedua.

14.

Krisis Asia di tahun 1997 lebih disebabkan oleh krisis capital account yang
ditandai dengan masuknya modal asing asing dalam jumlah besar ke beberapa
negara Asia Timur dan keluar dalam jumlah yang besar pula. Upaya negaranegara ASEAN+3 membentuk Chiang May Initiative (CMI) pada bulan Mei 2000
merupakan suatu langkah untuk mencegah terjadinya kembali krisis yang sama
dalam bentuk perluasan cakupan ASEAN swap arrangement yang ada ditambah
dengan jaringan swap bilateral dan repurchase agreements antar Negara

ASEAN+3. CMI merupakan suatu regional financial arrangement untuk mengatasi
kesulitan likuiditas jangka pendek yang menjadi pelengkap fasilitas keuangan
internasional yang ada, termasuk IMF.

15.

Pada perkembangannya, untuk meningkatkan efektifitas CMI, Sidang para
Menteri Keuangan ASEAN+3 ke-9 di Heydrabat, India bulan Mei 2006 antara lain
telah mengesahkan prosedur pengambilan keputusan bersama untuk
peningkatan swap, sehingga pihak yang membutuhkan dapat dengan segera
memperoleh pinjaman dalam keadaan mendesak. Untuk meningkatkan
kemampuan surveillancce di Asia Timur, akan dibentuk Kelompok Ahli dan
Kelompok Kerja untuk Pemantauan Ekonomi dan Keuangan yang memegang
peranan penting dalam membangun dan menyebarkan Sistem Penginderaan Dini
dalam mendeteksi hal-hal yang menyimpang. Sampai dengan bulan Mei 2006,

jumlah total swap telah mencapai US$ 75 milyar atau hampir duakali lipat
disbanding dengan tahun 2005.
16.


Salah satu cara untuk mengatasi timbulnya krisis capital account yang sama
serta serta untuk menghindari masuknya dana dari luar dalam bentuk valuta
asing dan dalam jumlah yang melebihi kebutuhan, adalah dengan
mengembangkan pasar obligasi dengan mata uang setempat (domesticcurrency-denominated bond market). Pengembangan pasar obligasi akan dapat
memberikan sumber dana jangka panjang dalam mata uang setempat yang stabil
bagi pengusaha dalam negeri serta dapat membantu meningkatkan ketahanan
sektor keuangan.

17.

Sejauh ini, CMI belum teruji untuk mengatasi krisis keuangan yang lebih besar
yang dapat saja terjadi di kawasan Asia Timur. Untuk itu, perlu dikaji apakah CMI
telah memadai untuk menghindarkan atau mengatasi krisis seperti yang terjadi
pada tahun 1997/98, mengingat belum adanya kesepakatan apakah CMI
merupakan upaya awal kearah kerjasama moneter untuk menciptakan stabilitas
nilai tukar. Lebih jauh dari itu, sebagian analis beranggapan bahwa Asia Timur
belum dapat memenuhi beberapa persyaratan untuk dapat mengarah pada
tujuan tersebut sebab negara-negara di kawasan ini belum bersedia untuk
melepaskan sebagian dari kedaulatannya kepada suatu mekanisme kerjasama
yang dapat memaksakan suatu negara untuk melakukan penyesuaian dalam

kebijakannya. Sebagai contoh, Cina yang di sektor perdagangan sudah terbuka
dan mulai terintegrasi secara global, namun sektor keuangannya belum
terintegrasi, termasuk pasar bursanya yang belum terintegrasi dengan pasar
bursa regional dan internasional.

18.

Oleh karena itu, upaya-upaya yang dilakukan untuk memperdalam
integrasi finansial di kawasan Asia Timur diambil melalui pengembangan
pasar obligasi regional (Asian Bond Market) dan
meningkatkan
kerjasama untuk memperkuat dan memodernisasi lembaga-lembaga dan
pasar keuangan domestik. Dalam hal ini, perlu kiranya ASEAN+3
Research Group melakukan penelitian guna mencari cara-cara untuk
mendorong proses integrasi keuangan di Asia Timur.

19.

Disamping itu, Roadmap for Monetary and Financial Integration of ASEAN yang
merupakan serangkaian kebijakan untuk meningkatkan integrasi keuangan di

ASEAN melalui pengembangan pasar modal domestik dan pembentukan
kerjasama pasar modal regional yang bersifat cross-border, perlu terus didorong
pelaksanaannya

.
Dampak Perkembangan geopolitik regional ASEAN dan ASEAN+3 terhadap
integrasi keuangan dan moneter di Asia Timur
20.

Integrasi ekonomi berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, pengentasan
kemiskinan; penciptaan lapangan kerja, yang membutuhkan kestabilan politik,
Perbedaan pertumbuhan ekonomi antar negara di kawasan harus tidak terlalu
tajam. Dalam hal ini, ASEAN sudah memiliki skema Initiative for ASEAN
Integration (IAI).

21.

Untuk mencegah terjadinya kembali krisis keuangan di kawasan, ASEAN perlu
memaksimalkan peran ASEAN Surveillance Process dalam memantau
perkembangan keuangan, global, regional dan nasional negara-negara ASEAN.

22.

ASEAN perlu memaksimalkan upaya untuk merealisasikan Roadmap for the
Integration of ASEAN in Finance yang pada gilirannya akan memberikan
kontribusi pada pembentukan ASEAN Economic Community.

23.

Ketidakseimbangan global yang disebabkan oleh berbagai hal seperti avian flu,
aksi terorisme, pertumbuhan ekonomi global yang menurun akibat naiknya harga
minyak dan lemahnya sektor keuangan di beberapa negara akan mempengaruhi
kemajuan proses integrasi ekonomi.

Kesimpulan
24.

Salah satu kunci keberhasilan kemitraan ekonomi internasional adalah hubungan
keuangan lintas negara yang kuat, sehingga diperlukan adanya kerjasama yang
kuat dibidang keuangan. Diisamping adanya kestabilan politik kawasan juga
perlu dijaga agar dapat menciptakan kondisi yang kondusif bagi proses integrasi
ekonomi, termasuk integrasi keuangan. Dalam hal ini, kerjasama di bidang politik
perlu terus ditingkatkan melalui berbagai forum yang ada, seperti Dialog
ASEAN+3 dan ARF.

25.

Upaya untuk melakukan pengawasan regional (regional surveillance) dan untuk
mendorong tata likuiditas kawasan (regional liquidity arrangement) seperti CMI
perlu terus dilakukan. Tidak dapat dipungkiri bahwa CMI merupakan langkah
awal yang penting ke arah regionalisme moneter yang semakin intensif. Namun
demikian keeftektifitasan CMI masih dipertanyakan, karena belum masih
terkoordinir dan masih belum terpusat. Dalam hal ini, perlu kiranya pengawasan
regional dapat dilembagakan.

26.

Forum Para Menteri Keuangan ASEAN+3 perlu terus dimanfaatkan sebagai
wadah dialog mengenai kebijakan, pemantauan (monitoring) dan pengawasan
(surveillance). Disamping itu, pengaruh Asia dalam organisasi keuangan
internasional dan negosiasi arsitektur keuangan internasional baru perlu terus
ditingkatkan.
Jakarta, Desember 2008

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH MINIMUM REGIONAL DAN PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

11 66 67

GAMBARAN PERAN ORANG TUA DALAM MEMBERIKAN STIMULASI PERKEMBANGAN : KEMANDIRIAN DAN SOSIALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pandanwangi Malang Tahun 2015

0 51 18

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

ANALISIS PERKEMBANGAN USAHA ANGGOTA PENERIMA KREDIT PADA KOPERASI SERBA USAHA KARYA USAHA SEJAHTERA KECAMATAN SEMPU KABUPATEN BANYUWANGI

0 20 6

PERKEMBANGAN YAYASAN PERGURUAN ISLAM DARUL HIKMAH DI JATILUHUR BEKASI 1997.2010

0 50 151

KLIPING PENJASKES KEKEUATAN KELENTUKAN D

0 0 5

Laporan dan Kajian R and D Ogos 2010 Ser

0 14 16

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGOPER BOLA (PASSING) MELALUI MODIFIKASI ALAT PADA SISWA X D DI SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH

5 59 56

RECONSTRUCTION PROCESS PLANNING REGULATORY FRAMEWORK IN THE REGIONAL AUTONOMY (STUDY IN THE FORMATION OF REGULATION IN THE REGENCY LAMPUNG MIDDLE ) REKONSTRUKSI PERENCANAAN PERATURAN DAERAH DALAM KERANGKA OTONOMI DAERAH (STUDI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

0 34 50

RECONSTRUCTION PROCESS PLANNING REGULATORY FRAMEWORK IN THE REGIONAL AUTONOMY (STUDY IN THE FORMATION OF REGULATION IN THE REGENCY LAMPUNG MIDDLE ) REKONSTRUKSI PERENCANAAN PERATURAN DAERAH DALAM KERANGKA OTONOMI DAERAH (STUDI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

0 17 50