Potensi Ekstrak Lumut Hati Marchantia Geminata Sebagai Biofungisida Cendawan Pascapanen Buah Tomat

POTENSI EKSTRAK LUMUT HATI Marchantia geminata
SEBAGAI BIOFUNGISIDA CENDAWAN PASCAPANEN
BUAH TOMAT

AGISTY SARASATI

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Ekstrak Lumut
Hati Marchantia geminata sebagai Biofungisida Cendawan Pascapanen Buah
Tomat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2016
Agisty Sarasati
NIM G34110063

ABSTRAK
AGISTY SARASATI. Potensi Ekstrak Lumut Hati Marchantia geminata sebagai
Biofungisida Cendawan Pascapanen Buah Tomat. Dibimbing oleh SRI
LISTIYOWATI dan NUNIK SRI ARIYANTI.
Pascapanen buah tomat masih menggunakan fungisida sintetik. Bahan alami
yang dapat menggantikannya sebagai fungisida perlu diteliti. Penelitian ini
bertujuan menguji efektivitas ekstrak kasar lumut hati Marchantia geminata
sebagai biofungisida terhadap cendawan pascapanen buah tomat. Marchantia
geminata diekstrak menggunakan metanol dengan metode maserasi sebanyak tiga
kali. Hasil maserasi dirotavapor (suhu 50 °C tekanan 65 cmHg) dan dilarutkan
dengan DMSO 10%. Cendawan uji ditumbuhkan pada PDA cawan yang
mengandung ekstrak lumut hati (0.4, 0.8, 1.6, 3.2 mg/mL). Cendawan uji juga
ditumbuhkan pada PDA yang hanya mengandung DMSO (0.08, 0.16, 0.32, dan

0.64%) sebagai kontrol pertumbuhan dan hanya pada PDA untuk mengetahui
pengaruh DMSO terhadap pertumbuhan cendawan uji. Identifikasi isolat
menunjukkan bahwa cendawan uji dari tomat apel, tomat ceri, dan tomat hijau
adalah Fusarium sp1., Penicillium sp., Aspergillus sp1., Verticillium sp.,
Aspergillus sp2., Cladosporium sp., Colletotrichum sp., dan Fusarium sp2.
Kedelapan isolat tersebut digunakan sebagai cendawan uji tetapi hanya empat
isolat (Fusarium sp1., Penicillium sp., Verticillium sp., dan Aspergillus sp1.) yang
terhambat pertumbuhannya pada konsentrasi ekstrak lumut hati 0.4 mg/mL.
Konsentrasi ekstrak lumut hati 3.2 mg/mL konsisten menghambat Fusarium sp1.,
Penicillium sp., dan Verticillium sp., sedangkan konsentrasi lainnya bersifat tidak
konsisten, menghambat atau menstimulir pertumbuhannya. Pertumbuhan ketiga
isolat tersebut pada media PDA dengan DMSO tidak berbeda dengan isolat pada
PDA tanpa DMSO, kecuali Penicillium sp. pada media PDA dengan DMSO
0.16%.
Kata kunci: daya hambat, DMSO, Fusarium, Penicillium, dan Verticillium

ABSTRACT
AGISTY SARASATI. The Potency of Liverworts Marchantia geminata Extract
as Biofungicide for Postharvest Disease on Tomato. Supervised by SRI
LISTIYOWATI and NUNIK SRI ARIYANTI.

Postharvest of tomatoes use chemical fungicides. Natural compound that
can be used for substituting the chemicals need to be investigate. This study aims
to test the effectiveness of liverworts Marchantia geminata extracts as
biofungicide against postharvest tomatoes fungi. Marchantia geminata were
extracted by maceration method using methanol for three times. The product of
maceration was vapored (temperature 50 °C, pressure 65 cmHg) and diluted with
10% of DMSO. Fungus was grown on PDA containing liverworts extract (0.4, 0.8,
1.6, 3.2 mg/mL). The fungus was also grown on PDA containing DMSO (0.08,
0.16, 0.32, and 0.64%) as a growth control and on PDA without DMSO to
determine the effect of DMSO on test fungal growth. Identification of fungi

showed that the isolates from apple tomatoes, cherry tomatoes, and green
tomatoes are Fusarium sp1., Penicillium sp., Aspergillus sp1., Verticillium sp.,
Aspergillus sp2., Cladosporium sp., Colletotrichum sp., and Fusarium sp2. Those
isolates were used for the inhibition test, however only four isolates (Fusarium
sp1., Penicillium sp., Verticillium sp., and Aspergillus sp1.) were inhibited by the
liverworts extract concentration of 0.4 mg/mL. Concentration 3.2 mg/mL of the
liverworts extract consistently inhibited Fusarium sp1., Penicillium sp., and
Verticillium sp., but others concentration inconsistently inhibited or stimulated
their growth. The growth of those three isolates on PDA with DMSO did not

differ from those on PDA without DMSO, except for Penicillium sp. on PDA with
0.16% of DMSO.
Keywords: DMSO, Fusarium, inhibitory activity, Penicillium, and Verticillium

POTENSI EKSTRAK LUMUT HATI Marchantia geminata
SEBAGAI BIOFUNGISIDA CENDAWAN PASCAPANEN
BUAH TOMAT

AGISTY SARASATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2016

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penelitian dan penulisan karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Karya ilmiah yang berjudul Potensi Ekstrak Lumut Hati Marchantia geminata
sebagai Biofungisida Cendawan Pascapanen Buah Tomat dilaksanakan pada
bulan Januari hingga September 2015 di Laboratorium Mikologi, Departemen
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Sri Listiyowati, MSi dan Dr Nunik
Sri Ariyanti, MSi selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi
bimbingan, arahan ilmu, dan saran dalam penelitian dan penulisan karya ilmiah ini
serta Prof Dr Anja Meryandini, MS selaku penguji yang memberikan saran untuk
perbaikan penulisannya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Zulfa
Fitri Ramadani teman sebimbingan, laboran IPBCC, kakak S2 mikologi, Pak
Kusnadi sebagai laboran Laboratorium Mikologi, dosen biologi, teman-teman
microbiota, dan Biologi 48. Tak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih
kepada kedua orang tua, kakak-kakak, serta seluruh keluarga, atas segala doa,
dukungan dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan
S1.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2016

Agisty Sarasati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

METODE

2

Tempat dan Waktu Penelitian

2

Bahan


2

Alat

2

Prosedur

2

HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Hasil

4

Pembahasan


9

SIMPULAN DAN SARAN

12

Simpulan

12

Saran

12

DAFTAR PUSTAKA

13

LAMPIRAN


16

RIWAYAT HIDUP

17

DAFTAR TABEL
1 Persentase daya hambat ekstrak lumut hati 0.4 mg/mL pada delapan
isolat asal tiga varietas tomat
2 Daya hambat ekstrak lumut hati terhadap pertumbuhan cendawan pada
buah tomat

8
8

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

4
5
6
7
8

Morfologi Fusarium sp1. hasil identifikasi asal tomat apel
Morfologi Penicillium sp. hasil identifikasi asal tomat apel
Morfologi Aspergillus sp1. hasil identifikasi asal tomat ceri
Morfologi Verticillium sp. dan Cladosporium sp. hasil identifikasi asal
tomat hijau
Morfologi Aspergillus sp2. dan Colletotrichum sp. hasil identifikasi asal
tomat hijau
Morfologi Fusarium sp2. hasil identifikasi asal tomat hijau
Diameter koloni pertumbuhan cendawan Fusarium sp1., Penicillium sp.,
dan Verticillium sp. pada media PDA tanpa dan mengandung DMSO
Pertumbuhan koloni cendawan Verticillium sp. pada media PDA

4
5
5
6
6
6
7
9

DAFTAR LAMPIRAN
1 Gejala penyakit pada masing-masing varietas buah tomat

16

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tomat merupakan tanaman hortikultura yang banyak terdapat di wilayah
Indonesia. Buah tersebut dapat tumbuh apabila terkena sinar matahari yang penuh
sepanjang hari. Penanaman tomat yang mudah dan potensi pasar yang baik
membuat buah tomat memiliki peluang yang besar terhadap serapan pasar.
Peluang besar tersebut adalah ekspor buah tomat. Penanganan pascapanen akan
berpengaruh terhadap kualitas buah tomat selama pendistribusian sehingga
berpengaruh terhadap harga yang ditawarkan setelah sampai di pasar. Kualitas
buah tomat menurun akibat serangan penyakit oleh organisme pengganggu
tanaman selama di lapangan ataupun penanganan pascapanen yang kurang baik.
Serangan penyakit pascapanen dapat disebabkan oleh bakteri dan cendawan.
Cendawan yang umumnya menyerang buah tomat, di antaranya Botrytis cinerea,
Fusarium oxysporum, Rhizoctonia solani, Geotrichum candidum, dan Alternaria
solani (Pitt dan Hocking 2009). Beberapa cendawan tersebut dapat menyerang
buah tomat pada waktu masih di tanaman maupun terbawa selama didistribusikan.
Penanganan cendawan patogen dengan menggunakan fungisida sintetik pada
waktu buah tomat akan didistribusikan. Fungisida sintetik yang digunakan secara
terus-menerus dapat menimbulkan banyak masalah, di antaranya sulit terdegradasi,
resistensi patogen, kematian makhluk hidup bukan sasaran, residu bahan makanan
yang bersifat karsinogenik, dan pencemaran lingkungan.
Masalah yang timbul akibat penggunaan fungisida sintetik dapat dihindari
dengan menggunakan fungisida alami. Bahan biologis yang bersifat sebagai
fungisida dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan cendawan. Beberapa
tumbuhan yang dilaporkan dapat dijadikan anticendawan adalah daun widuri
(Sulaksono et al. 2002), kangkung (Soekarno et al. 2012) dan daun sirih (Achmad
dan Suryana 2009). Fungisida alami lain yang dapat digunakan adalah ekstrak
lumut hati. Lumut hati Marchantia geminata memiliki kandungan senyawa
flavonoid, tanin, dan triterpenoid (Putri et al. 2014). Beberapa lumut hati yang
dilaporkan dapat menghambat cendawan di antaranya Ptilidium pulcherrimum
(Veljic et al. 2010), Pellia endivaefolia, dan Plagiochasma appendiculatum
(Sharma et al. 2014). Lumut hati M. geminata diketahui jumlahnya melimpah di
tebing-tebing Perkebunan Teh Ciliwung menuju taman wisata alam (TWA)
Telaga Warna Puncak, Bogor. Kelimpahan lumut hati tersebut perlu diberdayakan
sebagai bahan penelitian untuk mengetahui kemampuan senyawa bioaktifnya.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menguji efektivitas ekstrak lumut hati
Marchantia geminata sebagai biofungisida terhadap cendawan pascapanen pada
buah tomat.

2

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikologi, Departemen Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor pada
bulan Januari hingga September 2015.
Bahan
Bahan yang digunakan adalah cendawan dari tiga varietas tomat yang
memiliki gejala berupa bercak cendawan (Lampiran 1), yaitu tomat apel
(Lycopersicon esculentum var. commune), tomat hijau (Lycopersicon esculentum
var. pimpinellifolium), dan tomat ceri (Lycopersicon esculentum var. cerasiforme)
yang diambil dari Pasar Induk Gedebage, Bandung. Bahan lumut hati yang
digunakan dari spesies M. geminata yang diambil dari 1.2 m2 luas bidang
rumpunnya pada tebing Perkebunan Teh Ciliwung sepanjang jalan menuju TWA
Telaga Warna, Puncak, Bogor.
Alat
Alat yang digunakan meliputi oven, shaker, vacuum filter, vacuum
rotaryevaporator, pipet mikro, neraca analitik, laminar air flow cabinet (LAFC),
autoklaf, injeksi, dan milipore.
Prosedur
Ekstraksi Lumut Hati secara Maserasi
Sampel lumut hati dicuci dengan air mengalir. Lumut kemudian dikeringkan
menggunakan oven dengan suhu 60 °C selama satu hari. Lumut yang kering
dihaluskan menggunakan blender. Selanjutnya setiap sampel lumut hati (6.67 g)
dimaserasi dengan 200 mL metanol absolut dan dikocok dengan kecepatan agitasi
160 rpm selama tiga hari (Fadhillah et al. 2012). Proses ini dilakukan sebanyak
tiga ulangan. Setiap hasil maserasi disaring dengan vacuum filter menggunakan
kertas Whatman No. 1. Keseluruhan hasil maserasi dicampur dan diuapkan
menggunakan vacuum rotaryevaporator dengan suhu 50 °C tekanan 65 cmHg
(modifikasi Tensiska et al. 2003). Ekstrak lumut hati hasil maserasi dilarutkan
dalam DMSO 10% (Subhisha dan Subramoniam 2005).
Isolasi dan Identifikasi Cendawan pada Buah Tomat
Bagian bercak buah tomat dipotong ± 1 cm yang terdiri atas setengah bagian
sehat dan setengah bagian sakit. Hasil potongan dimasukkan ke dalam kloroks 1%
selama satu menit, setelah itu dicuci dengan aquades steril dua kali masingmasing selama satu menit dan dikeringkan dengan menggunakan tissue steril
(modifikasi Amsellem et al. 2001). Setelah kering, bagian tersebut diinokulasikan
pada media PDA yang mengandung kloramfenikol. Miselium yang tumbuh
selanjutnya dimurnikan. Kultur cendawan yang telah murni dari masing-masing
varietas tomat dikelompokkan berdasarkan morfotipenya. Selanjutnya satu kultur

3
perwakilan dari morfotipe yang sama diidentifikasi dengan membuat preparat
berdasarkan metode Riddle (Harris 1986) dengan sedikit modifikasi, yaitu hanya
menggunakan satu kaca penutup, kaca penutup lainnya diganti dengan kaca objek
serta penggunaan tusuk gigi sebagai penyangga kaca objek. Identifikasi cendawan
berdasarkan morfologi menggunakan buku identifikasi Barnett dan Hunter (1998).
Uji Daya Hambat Ekstrak Lumut Hati terhadap Cendawan Pascapanen
Buah Tomat
Cendawan hasil identifikasi diseleksi dengan menumbuhkan potongan
koloninya pada media PDA yang mengandung ekstrak lumut hati 0.4 mg/mL.
Potongan koloni (Ø 3 mm) berupa pertumbuhan hifa paling muda dari kultur
umur satu minggu. Selain itu potongan koloni cendawan yang sama juga
ditumbuhkan pada media PDA mengandung DMSO 0.08% (konsentrasi pelarut
yang terkandung dalam ekstrak lumut hati 0.4 mg/mL). Masing-masing perlakuan
dibuat sebanyak lima ulangan. Semua media yang telah diinokulasi dengan
cendawan diinkubasi pada suhu ruang dan diamati dengan mengukur diameter
pertumbuhannya selama tujuh hari. Perhitungan persentase daya hambat
mengikuti Soekarno et al. (2012), sebagai berikut:
H : Persentase daya hambat ekstrak lumut hati
Ø1 : Diameter koloni cendawan pada medium PDA yang
mengandung DMSO tanpa ekstrak
Ø2 : Diameter koloni cendawan pada medium PDA yang
mengandung DMSO dengan ekstrak
Isolat cendawan yang pertumbuhannya terhambat pada konsentrasi ekstrak
lumut hati 0.4 mg/mL diuji lebih lanjut pada media PDA yang mengandung
ekstrak lumut hati 0.8, 1.6, dan 3.2 mg/mL dan media PDA mengandung DMSO
0.16, 0.32, dan 0.64% (konsentrasi pelarut dalam ekstrak lumut hati). Cendawan
yang diuji pada perlakuan ini juga ditumbuhkan pada media PDA yang tidak
mengandung ekstrak lumut hati maupun DMSO untuk mengetahui pengaruh
DMSO terhadap pertumbuhan cendawan. Semua perlakuan dibuat sebanyak lima
ulangan dan mendapat perlakuan seperti pengujian daya hambat ekstrak lumut
hati 0.4 mg/mL. Ulangan yang mengalami kontaminasi pada masa inkubasi tidak
dapat diukur pertumbuhan cendawannya sehingga membuat jumlah ulangan tidak
sama pada setiap perlakuan.
H= Ø1-Ø2 X 100%
Ø1

Analisis Data Hasil Uji Daya Hambat secara Statistik
Data persentase daya hambat dari konsentrasi ekstrak lumut hati (0.8, 1.6, 3.2
mg/mL) dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA) dan perbandingan nilai
tengah antar perlakuan dengan uji selang berganda Duncan menggunakan
program SPSS 20. Pengaruh DMSO terhadap pertumbuhan cendawan juga
dianalisis dengan membandingkan diameter koloni cendawan pada media PDA
tanpa DMSO terhadap koloni pada media PDA yang mengandung DMSO
konsentrasi 0.08%, 0.16%, 0.32%, dan 0.64%.

4

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Perolehan ekstrak lumut hati
Sebanyak 2 302 g bobot basah lumut hati diperoleh dari 1.2 m2 luas bidang
rumpun lumut. Bobot kering yang diperoleh dari bobot basah setelah dikeringkan
dengan oven suhu 60 °C selama semalam adalah 628 g. Hasil maserasi dengan
metanol absolut dari bobot kering tersebut diperoleh 12.07 g ekstrak lumut hati.
Identifikasi cendawan pada buah tomat
Cendawan hasil isolasi pada buah tomat yang didapatkan dari Pasar Induk
Gedebage, Bandung sebanyak 54 isolat dari ketiga varietas tomat. Sebanyak 8
isolat cendawan terpilih berdasarkan morfotipe (warna koloni dan bentuk
pertumbuhannya) untuk diidentifikasi. Hasil identifikasi kedelapan isolat
cendawan meliputi Fusarium sp1. (Gambar 1) dan Penicillium sp. (Gambar 2)
asal varietas buah tomat apel, Aspergillus sp1. (Gambar 3) asal tomat ceri,
Verticillium sp. (Gambar 4a), Cladosporium sp. (Gambar 4b), Aspergillus sp2.
(Gambar 5a), Colletotrichum sp. (Gambar 5b), dan Fusarium sp2. (Gambar 6)
asal varietas buah tomat hijau.
Cendawan Fusarium sp1. memiliki ciri koloni berwarna putih dengan warna
kuning pada pusat koloni, hifa berseptat (bersekat) berwarna hialin (transparan),
konidiofor hialin dan terdapat fialid, konidia berbentuk sabit (makrokonidia) dan
bulat (mikrokonidia), makrokonidia memiliki paling sedikit tiga sekat. Cendawan
Penicillium sp. memiliki ciri-ciri seperti, warna koloni abu-abu kehijauan, hifa
berseptat berwarna hialin, konidiofor bercabang tiga tangkai dengan fialid,
konidia berbentuk lonjong.

mi

f

ma

k
Gambar 1 Morfologi Fusarium sp1. hasil identifikasi asal tomat apel. k-konidiofor,
f-fialid, mi-mikrokonidium, ma-makrokonidium.

5

f
ck
k
ko

Gambar 2 Morfologi Penicillium sp. hasil identifikasi asal tomat apel. kkonidiofor, ck-cabang konidiofor, f-fialid, ko-konidium.
Aspergillus sp1. yang berasal dari tomat ceri memiliki ciri koloni berwarna
cokelat kehitaman, hifa berseptat berwarna hialin, konidiofor berukuran besar
dengan ujung apikal yang membengkak disebut vesikel. Vesikel berbentuk bulat
yang terdiri atas banyak fialid dan konidium yang berbentuk bulat. Sebaliknya
Aspergillus sp2. asal tomat hijau memiliki ciri yang sama seperti Aspergillus sp1.,
di antaranya koloni berwarna cokelat kehitaman, hifa berseptat, dan konidium
berbentuk bulat, namun konidiofor Aspergillus sp2. lebih ramping dan vesikel
lebih lonjong dibandingkan Aspergillus sp1.
f
ko
v

k

Gambar 3 Morfologi Aspergillus sp1. hasil identifikasi asal tomat ceri. kkonidiofor, v-vesikel, f-fialid, ko-konidium.
Cendawan Verticillium sp. memiliki ciri koloni berwarna krem, hifa
berseptat berwarna hialin, percabangan konidiofor sederhana dengan fialid,
konidia berbentuk lonjong. Cladosporium sp. memiliki warna koloni hijau keabuabuan, hifa berseptat dan hialin, konidiofor lurus dan hialin, dan konidia berwarna
gelap serta berbentuk jorong. Colletotrichum sp. adalah cendawan lainnya yang
diidentifikasi berdasarkan morfologi seperti, koloni berwarna putih, hifa berseptat
dan hialin, konidiofor lurus dan hialin, konidia berbentuk sabit seperti Fusarium
sp1. tetapi tidak bersekat dan hialin. Fusarium sp2. memiliki ciri seperti Fusarium
sp1., yaitu hifa hialin berseptat dan konidiofor hialin terdapat fialid. Koloni

6
Fusarium sp2. koloni berwarna putih kemerah mudaan
makrokonidium lebih sedikit dibandingkan Fusarium sp1.

dan

jumlah

ko

k
ko

k
f

a

b

Gambar 4 Morfologi Verticillium sp. (a) dan Cladosporium sp. (b) hasil
identifikasi asal tomat hijau. k-konidiofor, f- fialid, ko-konidium.

ko

ko
v

k

f

a

k

b

Gambar 5 Morfologi Aspergillus sp2. (a) dan Colletotrichum sp. (b) hasil
identifikasi asal tomat hijau. k-konidiofor, v-vesikel, f-fialid, kokonidium.
ma

k

f

Gambar 6 Morfologi Fusarium sp2. hasil identifikasi asal tomat hijau. kkonidiofor, f-fialid, ma-makrokonidium.

7
Uji daya hambat ekstrak lumut hati terhadap cendawan
Penggunaan DMSO sebagai pelarut ekstrak lumut hati yang dicampur ke
dalam media PDA secara umum tidak mempengaruhi pertumbuhan cendawan.
Hal tersebut tampak bahwa pertumbuhan cendawan tidak berbeda nyata terhadap
pertumbuhannya pada media PDA tanpa DMSO, kecuali isolat Penicillium sp.
pada media PDA dengan DMSO konsentrasi 0.16% (Gambar 7).
Ekstrak lumut hati sebesar 0.4 mg/mL dalam PDA hanya mampu
menghambat empat dari delapan isolat cendawan yang diuji, yaitu Fusarium sp1.
dan Penicillium sp. berasal dari tomat apel, Aspergillus sp1. berasal dari tomat
ceri, dan Verticillium sp. berasal dari tomat hijau. Daya hambat tertinggi hingga
terendah dari konsentrasi ekstrak lumut hati tersebut pada empat isolat terhambat
berturut-turut yaitu, Verticillium sp. (41.38%), Aspergillus sp1. (18.27%),
Penicillium sp. (7.2%), dan Fusarium sp1. (3.85%). Sebaliknya pada konsentrasi
tersebut pertumbuhan tiga isolat cendawan lainnya meningkat dan satu isolat yaitu,
Fusarium sp2. asal tomat hijau tidak mengalami peningkatan ataupun
penghambatan pertumbuhan (Tabel 1). Cendawan yang mengalami penghambatan
pertumbuhan digunakan untuk uji lebih lanjut, sedangkan cendawan yang
mengalami peningkatan pertumbuhan tidak digunakan. Isolat Aspergillus sp1.
yang dihambat oleh ekstrak lumut hati 0.4 mg/mL mengalami kontaminasi
sehingga tidak digunakan dalam uji lebih lanjut. Akhirnya hanya tiga isolat yang
diuji dengan konsentrasi ekstrak lumut hati lebih tinggi.
Diameter koloni cendawan
(mm)

30
25

a

a
a

a

a

a

b

a

a a

20

a

15

a

a

a

a

10
5
0
0

0.08
0.16
0.32
Konsentrasi DMSO (%) dalam PDA

0.64

Gambar 7 Diameter koloni pertumbuhan cendawan Fusarium sp1., Penicillium sp.,
dan Verticillium sp. pada media PDA tanpa dan mengandung DMSO.
Fusarium sp1.,
Penicillium sp.,
Verticillium sp. Bar dengan
warna yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji jarak berganda Duncan, α = 0.05.

8
Tabel 1 Persentase daya hambat ekstrak lumut hati 0.4 mg/mL pada delapan isolat
asal tiga varietas tomat
Isolat cendawan
Fusarium sp1.
Penicillium sp.
Aspergillus sp1.
Verticillium sp.
Cladosporium sp.
Aspergillus sp2.
Colletotrichum sp.
Fusarium sp2.

Varietas tomat
Apel
Apel
Ceri
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau

Daya hambat (%)
3.85
7.20
18.27
41.38
-1.94
-2.08
-7.14
0

Tanda negatif pada kolom daya hambat menunjukkan peningkatan pertumbuhan cendawan.

Daya hambat ekstrak lumut hati 0.4 mg/mL pada pengujian sebelumnya
mampu menghambat pertumbuhan Fusarium sp1., namun pemberian ekstrak
lumut hati 0.8 mg/mL pada pengujian selanjutnya tidak menunjukkan daya
hambat, melainkan meningkatkan pertumbuhannya (Tabel 2). Hal serupa terjadi
pada Penicillium sp. dan Verticillium sp. yaitu, mengalami peningkatan
pertumbuhan pada pemberian ekstrak lumut hati 0.8 mg/mL. Fusarium sp1. dan
Penicillium sp. mulai terhambat pertumbuhannya pada konsentrasi ekstrak lumut
hati 1.6 dan 3.2 mg/mL, daya hambat meningkat dengan peningkatan konsentrasi
ekstrak lumut hati. Fusarium sp1. mengalami daya hambat yang berbeda nyata
pada konsentrasi 1.6 dan 3.2 mg/mL, namun sebaliknya daya hambat kedua
konsentrasi tersebut pada Penicillium sp. tidak berbeda nyata meskipun nilainya
sangat berbeda (2.77% dan 7.49%). Respon Verticillium sp. terhadap peningkatan
ekstrak lumut hati hingga empat kalinya (0.4 mg/ml x 4 = 1.6 mg/ml) belum
tampak terhambat, melainkan pertumbuhannya meningkat (Gambar 8a), jika
dibandingkan dengan kontrol (Gambar 8b). Pemberian ekstrak lumut hati sebesar
3.2 mg/mL tampak menghambat sebesar 6.74% terhadap Verticillium sp. (Gambar
8c).
Tabel 2 Daya hambat ekstrak lumut hati terhadap pertumbuhan cendawan pada
buah tomat
Isolat cendawan
Fusarium sp1.
Penicillium sp.
Verticillium sp.

Daya hambat (%) konsentrasi ekstrak lumut hati
0.8 mg/mL
1.6 mg/mL
3.2 mg/mL
c
b
-2.87
2.18
7.61a
-9.64b
2.77a
7.49a
-8.46b
-27.53c
6.74a

Angka pada masing-masing konsentrasi dalam baris yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan, α = 0.05. Tanda negatif pada kolom daya
hambat menunjukkan peningkatan pertumbuhan cendawan.

9

a

b

c

Gambar 8 Pertumbuhan koloni cendawan Verticillium sp. pada media PDA. (a)
mengandung ekstrak lumut hati konsentrasi 1.6 mg/mL, (b)
mengandung DMSO 0.16%, dan (c) mengandung ekstrak lumut hati
konsentrasi 3.2 mg/mL.
Pembahasan
Perolehan ekstrak lumut hati
Sebanyak 12.07 g ekstrak lumut hati diperoleh dari 1.2 m2 luas bidang
rumpun lumut yang dimaserasi dengan metanol absolut. Perolehan nilai rendemen
tersebut kurang lebih setara dengan 10% dari setiap meter persegi pertumbuhan
rumpun lumut M. geminata. Persentase tersebut dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan jika akan menggunakan bahan aktif/agen hayati dari M. geminata.
Bahan pertimbangan lainnya adalah pertumbuhan lumut di alam relatif lambat.
Hal tersebut terlihat bahwa 0.35 m2 tanah bekas pengambilan sampel di lapang
pada penelitian Putri et al. (2014) belum tertutupi kembali dalam waktu tiga bulan.
Pertumbuhan yang sangat lambat tersebut kemungkinan dapat diatasi dengan
menggunakan teknik kultur jaringan.
Metanol absolut digunakan sebagai pelarut dalam maserasi agar diperoleh
senyawa yang terlarut lebih banyak, baik senyawa polar maupun nonpolar
(Beatriz et al. 2012). Senyawa yang terlarut dalam ekstraksi metanol lebih banyak
dibandingkan hexane, kloroform, petroleum eter, dan air. Senyawa tersebut, di
antaranya glikosida, tanin, kumarin, alkaloid, saponin, flavonoid, dan fenol
(Krishnan dan Murugan 2013). Hasil maserasi dengan metanol mampu
menghambat pertumbuhan cendawan lebih baik dibandingkan menggunakan
pelarut hexane dan klorofom (Okemo et al. 2003).
Modifikasi metode yang digunakan Tensiska et al. (2003) dalam hal
penggunaan suhu 40 °C dan tekanan 13.5 kgf/cm2 pada vacuum rotaryevaporator.
Penggunaan suhu 50 °C pada penelitian ini untuk mempercepat proses ekstraksi.
Selain itu, penggunaan tekanan 13.5 kgf/cm2 merupakan tekanan di atas 1 atm
yang dikhawatirkan dapat merusak senyawa bioaktif yang terkandung dalam
ekstrak.
Identifikasi cendawan pada buah tomat
Cendawan yang berhasil diisolasi dari tomat hijau lebih beragam (5 genus)
dibandingkan asal tomat apel (2 genus) dan tomat ceri (1 genus). Keragaman
cendawan pada buah tomat hijau lebih tinggi diduga berhubungan dengan lokasi
penanaman tomat tersebut. Menurut pedagang Pasar Induk Gedebage (komunikasi
pribadi 2015), tomat hijau yang diambil pada penelitian ini berasal dari

10
Pangalengan. Pangalengan merupakan daerah yang memiliki curah hujan tinggi
(Kipdiyah et al. 2013) sehingga percikan air hujan kemungkinan dapat
menyebabkan cendawan asal tanah berada pada permukaan buah tomat yang
masih menggantung pada pohonnya. Hal tersebut dapat mengakibatkan cendawan
tanah menginfeksi buah tomat. Aspergillus sp. merupakan cendawan tanah yang
berhasil diisolasi dari rizosfer tomat di lahan endemis dan nonendemis Fusarium
oxysporum (Tanzil et al. 2015).
Kedelapan cendawan yang berhasil diidentifikasi merupakan cendawan
yang dapat menyerang buah tomat. Cladosporium herbarum, Colletotrichum
coccodes, dan Fusarium spp. merupakan cendawan pascapanen pada buah tomat
(Pitt dan Hocking 2009). Cendawan pascapanen lainnya pada buah tomat, yaitu
Aspergillus niger dan A. flavus (Oladiran dan Iwu 1993), Penicillium spp.
(Khokhar dan Bajwa 2014), dan Verticillium spp. (Jabnoun-Khiareddine et al.
2006).
Fusarium sp. dilaporkan menyerang buah tomat di Jawa Timur (Ambar et al.
2003) dan Langowan Barat, Manado (Syam 2014). Cendawan Fusarium sp. juga
dilaporkan sejak tahun 1899 sudah menyerang tanaman tomat di daerah Florida
(Vallad et al. 2013). Cendawan ini menyebabkan penyakit busuk akar, busuk
batang, layu pembuluh, kemunculan gejala hawar saat awal dan akhir (Pitt dan
Hocking 2009). Gejala yang ditimbulkan oleh cendawan ini di antaranya, tanaman
yang lebih tua mengalami pengerdilan, daun bagian bawah yang menguning,
terkadang terjadi pembentukan akar adventif, layu pada daun dan batang muda,
defoliasi (gugurnya daun), nekrosis pada bagian tepi daun yang tersisa, dan
akhirnya tanaman mati (Agrios 2005).
Penicillium oxalicum pada tahun 2007 ditemukan menyerang tomat di
rumah kaca pada daerah Mexico (Picos-Munoz et al. 2011) dan ditemukan
menginfeksi buah tomat di Negara Pakistan (Khokhar dan Bajwa 2014).
Cendawan ini menyebabkan penyakit busuk batang dengan ditandai gejala seperti,
pertumbuhan miselia, bersporulasi dengan warna biru keabu-abuan, memiliki
bercak, dan luka nekrosis.
Aspergillus spp. dilaporkan menyerang buah tomat di satu daerah Negara
Mesir (Faheed et al. 2005) dan Nigeria (Oladiran dan Iwu 1993). Cendawan
Verticillium sp. merupakan cendawan terbawa tanah yang dapat menyebabkan
penyakit layu Verticillium. Tanaman yang terserang cendawan ini ditandai seperti,
muncul gejala pada bagian bawah atau permukaan tanaman atau pada beberapa
ranting, kematian yang cepat setelah terinfeksi, kekerdilan, dan jaringan pembuluh
memperlihatkan pemudaran warna menjadi cokelat (Agrios 2005). Cendawan ini
menyerang bagian jaringan pembuluh yang sebagian besar berada pada bagian
batang (Jabnoun-Khiareddine et al. 2006).
Cendawan lainnya yang berhasil diisolasi dari buah tomat, yaitu cendawan
Cladosporium sp. Cendawan ini dapat menyerang tanaman di rumah kaca maupun
lahan yang memiliki kelembapan tinggi. Tanaman yang terserang cendawan ini
memiliki gejala, yaitu muncul bercak hijau kekuningan pada bagian daun, bercak
kemudian membesar dan menyatu, perubahan warna dari cokelat menjadi hitam,
menyebar ke bagian daun muda, dan dapat terjadi defoliasi (Agrios 2005).
Cendawan lainnya, yaitu cendawan Colletotrichum sp. yang menyebabkan
penyakit antraknosa atau patek pada tomat. Colletotrichum coccodes merupakan
cendawan antraknose yang umum ditemukan pada buah tomat mentah dan matang

11
(Timmerman 2011). Gejala yang ditimbulkan dari cendawan ini adalah muncul
bercak kecil, melingkar, bercak menyerupai lekukan yang disebabkan oleh objek
lingkaran yang terbakar (Agrios 2005).
Metode modifikasi dari Amsellem et al. (2001) adalah waktu perendaman
potongan dalam kloroks 1%. Penggunaan waktu satu menit dalam perendaman
kloroks 1% pada penelitian ini karena bahan yang akan diisolasi adalah bagian
buah. Penggunaan waktu selama empat menit yang digunakan Amsellem et al.
(2001) adalah untuk mengisolasi bahan asal batang rumput.
Daya hambat ekstrak lumut hati terhadap cendawan
Penggunaan DMSO sebagai pelarut ekstrak lumut hati dalam penelitian ini
secara umum tidak menghambat pertumbuhan cendawan. Hanya DMSO 0.16%
yang memberikan efek penghambatan pada pertumbuhan Penicillium sp.
dibandingkan pertumbuhannya pada media tanpa DMSO. Penyebab pengaruh
tersebut belum diperoleh pustaka untuk menjelaskannya. DMSO dalam semua
media yang mengandung konsentrasi ekstrak lumut hati yang diujikan kurang dari
1%. Menurut Randhawa dan Aljabre (2007), konsentrasi DMSO kurang dari 1%
tidak mempengaruhi pertumbuhan kapang Aspergillus niger, dan khamir
Trichophyton rubrum serta Microsporum canis. Penggunaan DMSO sebagai
pelarut pernah digunakan pada tumbuhan Psidium guajava (Ghosh et al. 2010)
dan lumut hati Pallavicinia lyellii (Subhisha dan Subramoniam 2005).
Senyawa ekstrak lumut hati mengandung flavonoid, triterpenoid, dan tanin
(Putri et al. 2014). Pengaruh yang berupa penghambatan (Fusarium sp1.,
Penicillium sp., dan Verticillium sp.) dan peningkatan pertumbuhan
(Cladosporium sp., Colletotrichum sp., dan Aspergillus sp2.) oleh konsentrasi
ekstrak lumut hati 0.4 mg/mL merupakan aktivitas dari metabolit sekunder lumut
hati M. geminata. Namun, masing-masing isolat diduga memberikan respon yang
berbeda terhadap kandungan flavonoid, triterpenoid, dan tanin dalam ekstrak
lumut hati yang diberikan.
Fusarium sp1. dan Penicillium sp. asal tomat apel, Aspergillus sp1. asal
tomat ceri, dan Verticillium sp. asal tomat hijau yang terhambat pertumbuhannya
pada konsentrasi ekstrak lumut hati 0.4 mg/mL, kemungkinan sebagai efek
flavonoid yang terkandung dalam ekstrak lumut hati. Senyawa flavonoid jenis
luteolin dan myricetin pernah dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan
cendawan pada konsentrasi rendah (0.5-100 µM) dan dapat meningkatkan sedikit
pertumbuhan pada Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici (Steinkellner dan
Mammerler 2007). Penelitian lainnya juga melaporkan bahwa flavonoid dari
tumbuhan Monanthotaxis littoralis (Anonaceae) mampu menghambat
pertumbuhan Aspergillus sp., Penicillium sp. dan Fusarium sp. asal jagung (Clara
et al. 2014).
Selain senyawa flavonoid, senyawa triterpenoid berupa pentasiklik asal βamyrin, α-amyrin, dan tetrahymanol dilaporkan dapat bersifat fungistatik pada
Phytophthora cactorum (Nes dan Patterson 1981). Triterpenoid yang berasal dari
minyak biji Azadirachta indica mampu menghambat Fusarium oxysporum
(Govindachari et al. 1998) dan triterpenoid asal Psidium guajava mampu
menghambat Fusarium equisitae, Curvularia eragrostidies, Colletotrichum
gleosproides, Alternaria alternata (Ghosh et al. 2010).

12
Peningkatan pertumbuhan Colletotrichum sp., Cladosporium sp., dan
Aspergillus sp2. dari tomat hijau kemungkinan akibat pengaruh tanin. Miselia
jamur Pleurotus sp. pada konsentrasi tanin p.a dibawah 100 mg/L dapat
meningkatkan pertumbuhan dan pada konsentrasi di atas 500 mg/L dapat
menghambat pertumbuhannya (Fan et al. 2006). Selain itu, Aspergillus japonicus
dan A. oryzae dapat mendegradasi asam tanin sebagai sumber karbon untuk
pertumbuhannya (Abdel-Nabey et al. 2011).
Konsentrasi ekstrak lumut hati yang digunakan dalam penelitian ini lebih
kecil dibandingkan konsentrasi ekstrak kangkung (Ipomea aquatica) sebesar 200
mg/mL yang mampu menghambat Fusarium (Soekarno et al. 2012). Hal serupa
penggunaan ekstrak daun srikaya (Annona squamosa) pada konsentrasi 50-65
mg/mL yang mampu menghambat Fusarium oxysporum (Purwita et al. 2013).
Sebaliknya konsentrasi 1 mg/mL minyak biji Azadirachta indica mampu
menghambat Fusarium spp. dan Colletotrichum spp. (Govindachari et al. 1998),
sedangkan konsentrasi ekstrak 0.4 mg/mL tanaman Barringtonia racemosa dapat
menghambat Fusarium sp., Penicillium sp., dan Aspergillus sp. (Hussin et al.
2009).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Cendawan yang berhasil diisolasi dan diidentifikasi dari tiga varietas buah
tomat, yaitu Aspergillus sp1., Aspergillus sp2., Cladosporium sp., Colletotrichum
sp., Fusarium sp1., Fusarium sp2, Penicillium sp., dan Verticillium sp. Tiga isolat
cendawan (Fusarium sp1., Penicillium sp., dan Verticillium sp.) memberikan
respon yang berbeda terhadap ekstrak lumut hati pada konsentrasi yang sama.
Konsentrasi ekstrak lumut hati 3.2 mg/mL yang merupakan konsentrasi paling
tinggi pada penelitian ini memberikan daya hambat terhadap semua cendawan uji.
Saran
Uji daya hambat ekstrak lumut hati (M. geminata) perlu dilakukan lebih
lanjut untuk mengetahui konsentrasi yang lebih efektif menghambat pertumbuhan
cendawan pascapanen pada buah tomat. Selain itu, perlu pengambilan sampel
buah tomat dari pasar lain untuk mengetahui tingkat keragaman cendawan yang
menyerang buah tomat. Penggunaan ekstrak untuk aplikasi kurang ekonomis
dilihat dari segi pertumbuhan lumut hati yang lambat dan perbanyakan melalui
kultur jaringan. Pemberian ekstrak dengan konsentrasi rendah dapat meningkatkan
pertumbuhan beberapa cendawan sehingga perlu pertimbangan apabila
diaplikasikan ke buah.

DAFTAR PUSTAKA
Abdel-Nabey MA, Sherief AA, El-Tanash. 2011. Tannin biodegradation and some
factors affecting tannase production by two Aspergillus sp. Biotechnology.
10:149-158.

13
Achmad, Suryana I. 2009. Pengujian aktivitas ekstrak daun sirih (Piper betle
Linn.) terhadap Rhizoctonia sp. secara in vitro. Bul Littro. 20(1):92-98.
Agrios GN. 2005. Plant Pathology. 5th ed. London (GB): Elsevier Academic
Press.
Ambar AA, Tjokrosoedarmo AH, Pusposendjojo N, Wibowo A. 2003.
Patogenesis isolat Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici dari 4 lokasi pada
tomat. Agrosains. 16(2).
Amsellem Z, Kleifeld Y, Kerenyl Z, Hornok L, Goldwasser Y, Gressel J. 2001.
Isolation, identification, and activity of mycoherbicidal pathogens from
juvenile broomrape plants. Biol Cont. 21:274-284.
Barnett HL, Hunter BB. 1998. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. 4th ed.
Minnesota (US): The American Phytopathological Society.
Beatriz PM, Ezequiel VV, Azucena OC, Pilar CR. 2012. Antifungal activity of
Psidium guajava organic extracts against dermatophytic fungi. J Med Plants
Res. 6(41):5435-5438.
Clara C, Matasyoh JC, Wagara IN, Nakavuma J. 2014. Antifungal activity of
flavonoids isolated from Monanthotaxis littoralis against mycotoxigenic
fungi from maize. American J Chem App. 1(4):54-60.
Fadhillah R, Iskandar EAP, Kusumaningrum HD. 2012. Aktivitas antibakteri
ekstrak tumbuhan lumut hati (Marchantia paleacea) terhadap bakteri
patogen dan perusak pangan. J Teknol Indust Pangan. 23(2):126-131.
Faheed FA, Abd-Elaah G, Mazen A. 2005. Alleviation of disease effect on tomato
plants by heat shock and salicylic acid infected with Alternaria solani. Int J
Agri Biol. 7(5):783-789.
Fan L, Soccol AT, Pandey A, Vandenberghe LPDS, Soccol CR. 2006. Effect of
caffeine and tannins on cultivation and fructification of Pleurotus on coffee
husks. Brazil J Microbiol. 37:420-424.
Ghosh P, Mandal A, Chakraborty P, Rasul MG, Chakraborty M, Saha A. 2010.
Triterpenoids from Psidium guajava with biocidal activity. Indian J Pharm
Sci. 72(4):504-507.
Govindachari TR, Suresh G, Gopalakrishnan G, Banumathy B, Masilamani M.
1998. Identification of antifungal compounds from the seed oil of
Azadirachta indica. Phytoparasitica 26(2):109-116.
Harris JL. 1986. Modified method for fungal slide culture. J Clinic Microbiol.
24(3):460-461.
Hussin NM, Muse R, Ahmad S, Ramli J, Mahmood M, Sulaiman MR, Shukor
MYA, Rahman MFA, Aziz KNK. 2009. Antifungal activity of extracts and
phenolic compounds from Barringtonia racemosa L. (Lecythidaceae). Afr J
Biotechnol. 8(12):2835-2842.
Jabnoun-Khiareddine H, Daami-Remadi M, Hibar K. 2006. Pathogenecity of
Tunisian isolates of three Verticillium species on tomato and eggplant. Plant
Pathol J. 5(2):199-207.
Khokhar I, Bajwa R. 2014. Prevalence of post-harvest rot of fruits and vegetables
by Penicillium species. Int J Adv Res Biol Sci. 1(9): 14-19.
Kipdiyah S, Hubeis M, Suharjo B. 2013. Strategi rantai pasok sayuran organik
berbasis petani di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Manaj
IKM. 8(2):99-114.

14
Krishnan R, Murugan K. 2013. Polyphenols from Marchantia polymorpha L. A
Bryophyta: a potential source as antioxidants. WJPPS. 2(6): 5182-5198.
Nes WD, Patterson GW. 1981. Effects of tetracyclic dan pentacyclic triterpenoids
on growth of Phytophthora cactorum. 44(2):215-220.
Okemo PO, Bais HP, Vivanco JM. 2003. In vitro activities of Maesa lanceolata
extracts against fungal plant pathogens. Fitoterapia. 74(2003):312-316.
Oladiran AO, Iwu LN. 1993. Studies on the fungi associated with tomato fruit rots
and effects of environment on storage. Mycopathologia. 121:157-161.
Picos-Munoz PA, Garcia-Estrada RS, Carrillo-Fasio JA, Leon-Felix J, AllendeMolar R. 2011. First report of blue mold caused by Penicillium oxalicum in
tomato (Solanum lycopersicum) in Mexico. Plant Disease. 95(9):1195.
Pitt JI, Hocking AD. 2009. Fungi and Food Spoilage. New York (US): Springer.
Purwita AA, Indah NK, Trimulyono G. 2013. Penggunaan ekstrak daun srikaya
(Annona squamosa) sebagai pengendali jamur Fusarium oxysporum secara
in vitro. LenteraBio. 2(2):179-183.
Putri ANS, Magdalena MM, Rahayu DP, Ramadani ZF, Sarasati A. 2014. Potensi
lumut hati (Marchantia geminata) sebagai fungisida alami Fusarium
oxysporum untuk meningkatkan produktivitas tomat [laporan akhir PKMP].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Randhawa MA, Aljabre SHM. 2007. Dimethyl sulfoxide (DMSO) has an additive
effect and alters minimal inhibitory concentrations of antifungal drugs.
JRMC. 11(2):54-60.
Sharma A, Slathia S, Gupta D, Handa N, Choudhary SP, Langer A, Bhardwaj R.
2014. Antifungal and antioxidant profile of ethnomedicinally important
liverworts (Pellia endivaefolia and Plagiochasma appendiculatum) used by
indigenous tribes of district reasi: North West Himalays. Proc Natl Acad Sci.
1-9.
Soekarno BPW, Surono, Marhaenis E. 2012. Potensi ekstrak kangkung sebagai
biofungisida untuk mengendalikan penyakit busuk buah Fusarium pada
tomat. J Fitopatol Indones. 8(5):121-127.
Steinkellner S, Mammerler R. 2007. Effect of flavonoids on the development of
Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici. J Plant Interact. 2(1):17-23.
Subhisha A, Subramoniam A. 2005. Antifungal activities of a steroid from
Pallavicinia lyellii, a liverwort. Ind J Pharmacol. 37(5):304-308.
Sulaksono P, Umrah, Ramadhanil, Lamai PK, Binangkari R. 2002. Efek
penghambatan ekstrak daun widuri (Calotropis sp.) terhadap cendawan
busuk buah cabai (Colletotrichum capsici). J Hama Penyakit Tumb Trop.
2(1):20-25.
Syam MF. 2014. Insidensi penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat
(Lycopersicum esculentum Mill) di Kecamatan Langowan Barat [skripsi].
Manado (ID): Universitas Sam Ratulangi.
Tanzil AI, Muhibuddin A, Djauhari S. 2015. Eksplorasi jamur tanah pada rizosfir
tomat di lahan endemis dan non endemis Fusarium oxysporum f. sp.
lycopersici. J HPT. 3(1):11-20.
Tensiska, Wijaya CH, Andarwulan N. 2003. Aktivitas antioksidan ekstrak buah
andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) dalam beberapa sistem
pangan dan kestabilan aktivitasnya terhadap kondisi suhu dan pH. J Teknol
Indust Pangan. 14(1):29-39.

15
Timmerman AD. 2011. Leaf and fruit disease of tomatoes. Nebraska (US):
Division of the Institute of Agriculture and Natural Resources, University of
Nebraska-Lincoln.
Vallad G, Pernezny K, Momol T. 2013. A series on diseases in the Florida
vegetable garden: tomato. Plant Pathol [http://edis.ifas.ufl.edu/]. 2013;
[2015 September 28]; PP200.
Veljic M, Ciric A, Sokovic M, Ckovic PJ, Marin PD. 2010. Antibacterial and
antifungal activity of the liverwort (Ptilidium pulcherrimum) methanol
extract. Arch Biol Sci. 62(2):381-395.

16

LAMPIRAN
Lampiran 1 Gejala penyakit berupa bercak pada masing-masing varietas buah
tomat
a. Penampakan gejala berupa bercak pada sampel buah tomat apel

b. Penampakan gejala berupa bercak pada sampel buah tomat ceri

c. Penampakan gejala berupa bercak pada sampel buah tomat hijau

17

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 04 Agustus 1994 dari ayah Yon
Marto Sutomo dan ibu Endang Roro Sriyati. Penulis adalah putri ketiga dari tiga
bersaudara. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 9 Jakarta dan pada tahun
yang sama diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN
Undangan.
Penulis pernah melaksanakan studi lapangan mengenai Isolasi Bakteri
Penghasil Senyawa Bioaktif yang Berasal dari Air Telaga Warna Puncak, Jawa
Barat pada tahun 2013 serta praktik lapangan mengenai Tindakan Karantina
Tumbuhan terhadap Benih Lili (Lilium spp.) Asal Belanda di Balai Besar
Karantina Pertanian Tanjung Priok pada tanggal 23 Juni sampai dengan 15
Agustus 2014. Pada tahun yang sama penulis juga mengikuti Program Kreativitas
Mahasiswa (PKM) bidang penelitian mengenai Potensi Lumut Hati (Marchantia
geminata) sebagai Fungisida Alami Fusarium oxysporum untuk Meningkatkan
Produktivitas Tomat.
Selama masa perkuliahan penulis juga aktif dalam organisasi
kemahasiswaan yaitu, sebagai anggota unit kegiatan mahasiswa Karate IPB
(2011-2012), bendahara divisi Pamabi, Himpunan Mahasiswa Biologi (Himabio)
IPB (2014/2015). Selain itu, penulis aktif dalam berbagai kepanitiaan di kampus
di antaranya, staf divisi dana dan usaha IPB Karate Cup IV (2012), staf divisi
desain, dekorasi, dan dokumentasi Communication Day IPB (2013), staf divisi
penanggung jawab koloni masa perkenalan departemen Biologi IPB (2013), staf
divisi publikasi, dekorasi, dan dokumentasi lomba cepat tepat biologi (LCTB) IPB
(2013), dan staf divisi tim laboratorium masa perkenalan departemen Biologi IPB
(2014). Penulis pernah menjadi asisten praktikum biologi dasar (2013-2015),
biologi cendawan periode semester genap (2014/2015), biologi alga dan lumut
periode semester genap (2014/2015), dan fisiologi tumbuhan dasar periode
semester genap (2014/2015).