III. PRAKONDISI YANG HARUS DIPENUHI
Ada beberapa kondisi yang harus dibangun dan dipelihara oleh sekolah agar dapat menyelenggarakan pembelajaran bahasa Inggris yang efektif sehingga siswa
dapat berkomunikasi dalam bahasa tersebut.
A. Kultur Sekolah
Kultur sekolah adalah seperangkat norma atau nilai yang secara bersama- sama diyakini kebenarannya oleh dan menjadi dasar bagi warga sekolah dalam
bertindak. Norma-norma atau nilai-nilai apa yang akan dikembangkan sekolah harus ditentukan sebagai hasil musyawarah perwakilan warga sekolah yang
kemudian disosialisasikan keseluruh warga sekolah. Pada lingkup kelas dan terkait dengan guru, kultur yang dibutuhkan untuk
mengembangkan mutu pembelajaran bahasa Inggris yang berorientasi pada kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris diantaranya adalah
mencintai profesi, menghargai siswa sebagai individu yang mampu mencapai kesuksesan. Sebaliknya, bagi siswa, kultur yang dibutuhkan adalah mencintai
budaya kerja keras, keyakinan bahwa “practice makes perfect”, dan “never give up”.
B. Lingkungan Kebahasaan
Selain kultur, aspek lain yang memiliki andil dan peran besar dalam keberhasilan pengajaran bahasa adalah lingkungan kebahasaan. Lingkungan
kebahasaan di sini diartikan sebagai situasi atau tempat yang memungkinan siswa melakukan komunikasi menggunakan bahasa asing yang dipelajarinya Dubin dan
Olhstain, 1985: 7. Lingkungan ini tidak hanya mencakup ruang kelas tetapi juga lingkungan di luar kelas Ellis, 1999: 214.
Lingkungan kebahasaan di dalam kelas dan di luar kelas tidak tercipta dengan sendirinya, melainkan harus diciptakan dengan sadar dan sengaja. Di
dalam ruang kelas guru sebagai manager kelas dapat mengelola kegiatan komunikatif lewat kegaiatan pembelajaran untuk menciptakan situasi-situasi
sehingga mereka mendapatkan kesempatan untuk berkomunikasi. Di luar kelas sekolah dapat menciptakan lingkungan kebahasaan lewat kegiatan-kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan semacam ini harus didesain sedemikian rupa sehingga
19
siswa dapat memperoleh kesempatan untuk menggunakan bahasa Inggris semaksimal mungkin.
Biasanya siswa tidak selalu termotivasi ketika mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Oleh karena itu, agar siswa termotivasi untuk mengikuti kegiatan
ekstrakurikuuler, salah satu pendekatan yang dapat dipakai dalam penyelenggaraan ekstrakurikuler adalah pendekatan kebermaknaan.
Ekstrakurikuler yang bermakna adalah kegiatan yang dapat menunjukkan alasan riil mengapa siswa harus mengikutinya. Pendekatan yang lain adalah fun-
creating, yaitu kegiatan ekstrakurikuler yang menimbulkan rasa senang.
C. Sumber Daya Manusia