Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
The Influence of Modern Tax Administration System and Service Quality
toward Taxpayer’s Compliance (Survey on KPP Pratama Bandung Karees)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
JESICA MARINI 21109052
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(2)
(3)
(4)
viii MOTTO
ABSTRACT ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2Identifikasi Masalah ... 5
1.3Rumusan Masalah ... 6
1.4Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6
1.4.1 Maksud Penelitian ... 6
1.4.2 Tujuan Penelitian ... 6
1.5Kegunaan Penelitian ... 7
1.5.1 Kegunaan Praktis ... 7
1.5.2 Kegunaan Akademis ... 7
1.6Lokasi dan Waktu Penelitian ... 9
1.6.1 Lokasi Penelitian ... 9
1.6.2 Waktu Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10
2.1Kajian Pustaka ... 10
2.1.1Sistem Administrasi Perpajakan Modern... 10 2.1.1.1Pengertian Sistem Administrasi Perpajakan
(5)
ix
2.1.2Kualitas Pelayanan ... 12
2.1.2.1Pengertian Kualitas Pelayanan ... 12
2.1.2.2Indikator Kualitas Pelayanan ... 13
2.1.3Kepatuhan Wajib Pajak ... 13
2.1.3.1Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak ... 14
2.1.3.2Indikator Kepatuhan Wajib Pajak ... 15
2.1.3.3Kriteria Kepatuhan Wajib Pajak ... 15
2.1.3.4Kewajiban Wajib Pajak ... 16
2.2 Kerangka Pemikiran ... 17
2.2.1 Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern terhadap Kualitas Pelayanan ... 18
2.2.2 Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 19
2.2.3 Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 20
2.2.4Penelitian Terdahulu ... 22
2.3 Hipotesis ... 23
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 25
3.1Objek Penelitian ... 25
3.2Metode Penelitian ... 26
3.3Operasionalisasi Variabel ... 30
3.4Sumber Data ... 34
3.5 Alat Ukur Penelitian ... 35
3.5.1Uji Validitas ... 35
3.5.2Uji Reliabilitas ... 37
(6)
x
3.8.3 Analisisis Data Verifikatif ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 52
4.1.1 GambaranUmum KPP Pratama Bandung Karees ... 52
4.1.1.1 Sejarah KPP Pratama Bandung Karees ... 52
4.1.1.2 Struktur KPP Pratama Bandung Karees ... 58
4.1.1.3 Uraian Tugas KPP Pratama Bandung Karees ... 59
4.1.1.4 Aktifitas KPP Pratama Bandung Karees ... 63
4.1.2 Pengujian Alat Ukur Analisis ... 64
4.1.2.1 Hasil Pengujian Validitas ... 64
4.1.2.2Hasil Pengujian Reliabilitas ... 66
4.1.2.3Karakteristik Responden ... 68
4.1.3 Analisis Deskriptif ... 72
4.1.3.1Sistem Administras Perpajakan Modern ... 72
4.1.3.2Kualitas Pelayanan ... 82
4.1.3.3Kepatuhan Wajib Pajak ... 92
4.1.4 AnalisisVerifikatif ... 99
4.1.4.1 Model Pengukuran ... 100
4.1.4.2Model Struktural ... 115
4.1.4.2.1 Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kualitas Pelayanana ... 116
4.1.4.2.2 Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak . 118 4.1.4.2.3 Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 119
(7)
xi
4.2.1 Pengaruh Sistem Adminitrasi Perpajakan Modern Terhadap Kualitas Pelayanan ... 123 4.2.2 Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak ... 126 4.2.3 Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak ... 127 4.2.4 Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan
Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 129
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 131 5.2 Saran ... 133
DAFTAR PUSTAKA ... 134
(8)
xii
Gambar 4.1 Struktur Organisasi ... 59 Gambar 4.2 Skala Penafsiran Persentase Skor Total Variabel Sistem
Administrasi Perpajakan Modern ... 73 Gambar 4.3 Skala Penafsiran Persentase Skor Total Variabel
Kualitas Pelayanan ... 83 Gambar 4.4 Skala Penafsiran Persentase Skor Total Variabel
Kepatuhan Wajib Pajak ... 93 Gambar 4.5 Koefisien standarisasi Permodelan Struktural ... 101 Gambar 4.6 Diagram Jalur Model Pengukuran Sistem Administrasi
Perpajakan Modern ... 102 Gambar 4.7 Diagram Jalur Model Pengukuran Kualitas Pelayanan ... 107 Gambar 4.8 Diagram Jalur Model Pengukuran Kepatuhan Wajib Pajak .... 112 Gambar 4.9 Diagram Jalur Pengujian Hipotesis ... 120
(9)
xiii
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 32
Tabel 3.2 Pilihan Jawaban Kuisioner Positif ... 33
Tabel 3.3 Pilihan Jawaban Kuisioner Negatif ... 33
Tabel 3.4 Standar Penilaian untuk Validitas ... 35
Tabel 3.5 Standar Penilaian untuk Reliabilitas ... 38
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner Sistem Administrasi Perpajakan Modern ... 65
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Kualitas Pelayanan ... 65
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Kuiesioner Kepatuhan Wajib Pajak ... 66
Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Sistem Administrasi Perpajakan Modern ... 67
Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Kualitas Pelayanan ... 67
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Kepatuhan Wajib Pajak ... 67
Tabel 4.7 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 68
Tabel 4.8 Profil Responden Berdasarkan Usia ... 69
Tabel 4.9 Profil Responden Pendidikan Terakhir... 70
Tabel 4.10 Profil Responden Berdasarkan Penghasilan ... 71
Tabel 4.11 Persentase Skor Jawaban Responden Mengenai Sistem Administrasi Perpajakan Modern ... 73
Tabel 4.12 Rekapitulasi Skor Tanggapan Responden Pada Indikator Struktur Organisasi ... 74
Tabel 4.13 Rekapitulasi Skor Tanggapan Responden Pada Indikator Prosedur Organisasi ... 77
Tabel 4.14 Rekapitulasi Skor Tanggapan Responden Pada Indikator Strategi Organisasi ... 78
Tabel 4.15 Rekapitulasi Skor Tanggapan Responden Pada Indikator Budaya Organisasi ... 80
(10)
xiv
Tabel 4.18 Rekapitulasi Skor Tanggapan Responden Pada Indikator
Kehandalan ... 85 Tabel 4.19 Rekapitulasi Skor Tanggapan Responden Pada Indikator
Daya Tanggap ... 87 Tabel 4.20 Rekapitulasi Skor Tanggapan Responden Pada Indikator
Jaminan ... 89 Tabel 4.21 Rekapitulasi Skor Tanggapan Responden Pada Indikator
Empati ... 91 Tabel 4.22 Persentase Skor Taanggapan Responden Mengenai Kepatuhan Kepatuhan Wajib Pajak ... 93 Tabel 4.23 Rekapitulasi Skor Tanggapan Responden Pada Indikator
Kepatuhan Formal ... 94 Tabel 4.24 Rekapitulasi Skor Tanggapan Responden Pada Indikator
Kepatuhan Material ... 97 Tabel 4.25 Ringkasan Uji Validitas Order Pertama Model Pengukuran
Variabel Sistem Administrasi Perpajakan Modern ... 103 Tabel 4.26 Ringkasan Uji Validitas Order Kedua Model Pengukuran
Variabel Sistem Administrasi Perpajakan Modern ... 105 Tabel 4.27 Ringkasan Uji Validitas Order Pertama Model Pengukuran
Variabel Kualitas Pelayanan ... 107 Tabel 4.28 Ringkasan Uji Validitas Order Kedua Model Pengukuran
Variabel Kualitas Pelayanan ... 110 Tabel 4.29 Ringkasan Uji Validitas Order Pertama Model Pengukuran
Variabel Kepatuhan Wajib Pajak ... 112 Tabel 4.30 Ringkasan Uji Validitas Order Kedua Model Pengukuran
Variabel Kepatuhan Wajib Pajak ... 115 Tabel 4.31 Rangkuman Hasil Uji Statistik ... 116
(11)
xv
Tabel 4.34 Hasil Pengujian Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap
(12)
xvi
Lampiran 3 Data Interval ... 149
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas ... 151
Lampiran 5 Lampiran Rangkuman Output SmartPLS ... 157
Lampiran 6 Surat Pemberian Izin Riset ... 163
Lampiran 7 Lembar Revisi Seminar Usulan Penelitian ... 164
Lampiran 8 Lembar Revisi Skripsi ... 165
(13)
vi
Segala puji dan rasa syukur Penulis naikkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena atas segala berkat dan anugerahNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini dengan judul “Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini tidak terlepas dari kekurangan dan pegalaman Penulis. Oleh karena itu Penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan Skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Namun Penulis berusaha untuk menanggulanginya. Kritik dan saran sangat membangun Penulis harapkan agar Skripsi ini bisa lebih baik lagi.
Penulisan Skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan Penulis, khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Selama penyusunan Skripsi ini Penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu dengan hati yang tulus Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, terutama:
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Ernie Tisnawati Sule, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
3. Dr. Surtikanti, SE., M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.
4. Lilis Puspitawati, SE., M.Si., Ak., selaku Dosen Wali Ak-2.
5. Dr. Ely Suhayati., SE., M.Si., Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan dan memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya Skripsi ini. 6. Seluruh Staff Dosen Pengajar Universitas Komputer Indonesia yang telah
membekali Penulis dengan pengetahuan.
7. Staff Kesekertariatan Program Studi Akuntasi (Ibu Senny, Ibu Dona dan Pak Gugun) terimakasih banyak untuk pelayanan dan informasinya.
8. Pihak KPP Pratama Bandung Karees yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melaksanakan penelitian.
(14)
vii
10.Kakak (Barry) dan kedua Adik (Gilbert dan Miracle) yang telah memberikan doa, dorongan, dan semangat untuk dapat menyelesaikan Skripsi ini.
11.Kak Kristin atas setiap doa dan semangat yang diberikan selama penyelesaian Skripsi ini.
12.Yehuda Revanno Hendrowiputro atas setiap perhatian, motivasi, dukungan, semangat, masukan dan bantuan selama penyelesaian Skripsi ini.
13.Shinta, Fitrya, Elsa, Melinda, Ria, Agus, Faizal, dan Reddy yang selalu memberikan semangat, bantuan, dukungan, dan doa untuk Penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini. Sukses menyertai kita semua.
14.Kakak-kakak Senior yang turut memberikan masukan serta berbagi pengalaman selama penyeleasaian Skripsi ini.
15.Sahabat-sahabat HIMA Akuntansi, khususnya Noni, Citra, Ririn dan Dimas yang turut memberikan doa dan semangat serta dukungan bagi Penulis selama penyelesaian Skripsi ini.
16.Teman-teman AK2 yang telah berjuang dan berusahan bersama dalam menyelesaikan Skripsi ini.
17.Pak Norhensius yang telah banyak memberikan ilmu serta bantuan selama penyelesaian Skripsi ini.
18.Kimil dan Blekie yang senantiasa setia menemani penulis dalam mengerjakan Skripsi ini.
19.Seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata semoga Tuhan senantiasa memberkati dan Penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi Penulis khususnya dan pihak-pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
Bandung, Juli 2013
Penulis
Jesica Marini NIM: 21109052
(15)
135
Abdul, Rahman. (2009). Hubungan Sistem Administrasi Perpajakan Modern dengan Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Ilmu Administrasi, Vol.6 No.1 Maret 2009, 31 – 38.
Amalia. D. Lestari. (2010). Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpaakan pada Seksi Pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
Anandita, Budi. S. (2012). Kualitas Menggerek kepatuhan Wajib Pajak. Diakses pada 7 November 2012 dari World Wide Web : http://www.pajak.go.id Andi, Supangat. (2007). Statistik: Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan
Nonparametrik. Jakarta: Kencana.
Barker, C. Pistrang., & Elliot, R. (2002). Research Methods in Clinical Psychology ( 2nd ed.). Chichester: John Wiley & Sons.
Budiono. (2003). Pelayanan PrimaPerpajakan. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaizil, Nasucha. (2004). Reformasi Administrasi PublikTeori dan Praktik. Jakarta: PT. Grasindo
Chris Barker, Nancy Pistrang & Robert Elliot (2002). Research Methods in Clinical Psychology. (2nd ed.). John Wiley & Sons, LTD Chichester England
Darussalam. (2012). Pemerintah diminta Tingkatkan Kepatuhan Wajib Pajak. Diakses pada 7 November 2012 dari World Wide Web :
http://www.tempo.com.
(16)
Fandy, Tjiptono. (2009). Pemasaran Jasa. Malang: Bayu Mulia Publishing. Firman, Wahyudi. (2012). Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuha Wajib
Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Blitar. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhamadiyah Malang.
Fitri, Damayati. (2011). Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan Pemeriksaan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntabilitas UIN SARIF Hidayatulllah.
Horas, Nairbohu. (2011). Sistem Administrasi Perpajakan Modern DJP Harus Direvaluasi Ulang. Diakses pada tanggal 2 Desember 2012 dari World Wide Web : http://www.folnews.com.
Imam, Ghozali. (2008). Structural Equation Modeling, Metode Alternatif Dengan Partial Least Squares (PLS). Semarang: Universitas Diponegoro.
John, Hutagaol,. Wing, Winaryo., Arya Pradipta . (2007). Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak. Diakses pada tanggal 6 November 2012 dari
World Wide Web : http://www.pajak.go.id.
Joseph F. Hair, Jr., William C. Black, Barry J.Babin, Rolph E. Anderson, Ronald L.Tatham, 2006 .Multivariate Data Analysis. (sixth edition), Pearson Prentice Hall Education International.
Lena, Elitan., & Lina, Anatan. (2007). Sistem Informasi Manajemen Konsep dan Pengembangan. Bandung: Linggajaya.
Liberty, Pandiangan. (2008). Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan. Jakarta: Alex Media Computindo.
Marcus Taufan Sofyan. 2005. Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Tanggerang: STAN.
(17)
Mohamad, Rajif. (2011). Pengaruh Pemahaman, Kualitas Pelayanan, dan Ketegasan Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UKM di Cirebon.
Mohammad, Zain. (2007). Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat. Ni Luh Supadmi. (2009). Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kualitas
Pelayanan. Jurnal Akuntansi Bisnis, Vol 4, No 2, Juli 2009 Nur, Indriantoro. (2002). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Nurmalia, Hasanah., Indra, Pahala., & Susi, Indriani. (2012). Efektivitas Pelaksaaan Self Assesment System dan Modernisasi Administrasi Perpajakan terhadap Kualitas Pelayana Pajak. CBAM-FE UNISSULA, Vol.1 No.1 Desember 2012, 773 – 785.
Siti, Kurnia. R. (2010). Perpajakan: Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Soemarso, S.R. (2007). Perpajakan Pendekatan Komprehensif. Jakarta: Salemba Empat.
Sri, Mulyani. (2008). KPK Terusik oleh Kualitas Pelayanan Kantor Pajak. Diakses pada tanggal 2 Desember 2012 dari World Wide Web :
http://finance.detik.com.
Sri Rahayu., & Ita, Salsalina. L. (2009). Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan pada KPP Pratama Bandung. Jurnal Akuntansi. Vol. 1, No. 2: 119-138.
Sri, Rizki, U., Andi., & Ayu, Noorida, S. (2012). Pengaruh Faktor-faktor Eksternal terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak di Lingkungan Kantor
(18)
Pelayanan Pajak Pratama Serang. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suratno, Purnama. (2004). Analisa Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Kualitas Pelayanan Kantor Pelayanan Pajak Yogyakarta Dua. Jurnal FE Universitas Islam Yogyakarta.
Umi, Narimawati., Sri, Dewi. A., & Linna, Ismawati. (2010). Penulisan Karya Ilmiah. Bekasi: Genesis.
Timbul, Hamonangan., & Imam, Mukhlis. (2012). Dimensi Ekonomi Perpajakan dalam Pembangunan Ekonomi.Bogor: Penerbit Raih Asa Sukses.
Tony, Marsyahrul. (2006). Pengantar Perpajakan. PT.Grasindo: Jakarta.
Yulia, Patmawati. (2009). Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Penghasilan Orang Orang Pribadi.
Wahyu, Karya, T. (2010). Rendahnya Kualitas Pelayanan Ancam Kepatuhan Wajib Pajak. Diakses pada tanggal 2 Desember 2012 dari World Wide
Web : http://www.kompas.com
Waluyo. (2007). Perpajakan Indonesia. Salemba Empat: Jakarta.
Widi, Widodo., & Dedy Djefris. (2008). Moralitas, Budaya dan Kepatuhan Wajib Pajak. Bandung: Alfabeta.
(19)
1 1.1 Latar Belakang Penelitian
Pelaksanaan pemungutan pajak suatu Negara memerlukan suatu sistem yang telah disetujui masyarakat melalui perwakilannya di dewan perwakilan, dengan menghasilkan suatu peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pelaksanaan perpajakan bagi fiskus maupun bagi Wajib Pajak (Siti Kurnia Rahayu, 2010:137). Sistem pemungutan pajak yang dilaksanakan di Indonesia saat ini adalah Self Assessment System, sistem pemungutan ini diberlakukan untuk memberikan kepercayaan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam menyetorkan pajaknya, konsekuensinya masyarakat harus benar-benar mengetahui tata cara perhitungan pajak dan segala sesuatu yang berhubungan dengan peraturan pemenuhan perpajakan (John Hutagaol, 2007). Lebih lanjut menurut John Hutagaol (2007), pelaksanaan selfassessment system menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dan membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang tinggi, kepatuhan wajib pajak diperlukan dengan tujuan untuk penerimaan pajak optimal.
Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela (voluntary of compliance) merupakan tulang punggung sistem self assessment, di mana wajib pajak bertanggungjawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajaknya tersebut
(20)
(Machfud Sidik dalam Siti Kurnia Rahayu, 2010:137). Kepatuhan wajib pajak di Indonesia masih tergolong rendah, karena baru 30 persen wajib pajak yang membayar pajak (Anandita Budi Suryana, 2012). Lebih lanjut menurut Anandita Budi Suryana (2012), jika dibandingkan dengan kepatuhan pembayaran Malaysia yang sudah mencapai 80 persen wajib pajak terdaftar, tentu kinerja pajak Indonesia tertinggal jauh.
Saat ini jumlah pekerja aktif mencapai hingga 110 juta jiwa, sementara yang memasukkan surat pemberitahuan (SPT) hanya 8,5 juta atau 7,73 persen saja, dari sisi badan usaha juga seperti itu, jumlah badan usaha saat ini mencapai 12,9 juta jiwa, sementara yang memasukkan SPT hanya 466 ribu atau 3,6 persen (Darussalam, 2012). Lebih lanjut menurut Darussalam (2012), hal ini menunjukkan bahwa kepatuhan wajib pajak di Indonesia masih rendah. Kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi sistem administrasi perpajakan suatu Negara, pelayanan pada wajib pajak, penegakan hukum perpajakan, pemeriksaan pajak dan tarif pajak (Siti Kurnia Rahayu, 2010:140).
Perpajakan yang simplifying sangat penting karena semakin kompleks sistem perpajakan akan memberikan keengganan dan penggerutuan pembayar pajak sehingga berpengaruh terhadap ketidakpatuhan Wajib Pajak (Forest dan Sheffrin dalam Siti Kurnia Rahayu, 2010:140). Sejak dilakukannya reformasi perpajakan yang pertama (the first tax reform) pada tahun 1984, diharapkan penerimaan pajak sebagai sumber utama pembiayaan APBN dapat dipertahankan kesinambungannya (John Hutagaol, 2007). Lebih lanjut menurut John Hutagaol
(21)
(2007), selain sebagai sumber penerimaan (budgetair), pajak juga memiliki fungsi lain yaitu fungsi regulerend, sama seperti apa yang menteri keuangan katakan selain ditujukan untuk meningkatkan penerimaan negara, penerimaan pajak juga akan diarahkan untuk memberikan stimulus secara terbatas guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas.
Program reformasi administrasi perpajakan diwujudkan dalam penerapan sistem administrasi perpajakan modern yang memiliki ciri khusus antara lain struktur organisasi yang dirancang berdasarkan fungsi, tidak lagi menurut seksi-seksi berdasarkan jenis pajak, perbaikan pelayanan bagi setiap wajib pajak melalui pembentukan account representative dan compliant center untuk menampung keberatan Wajib Pajak (Sri Rahayu dan Lingga, 2009). Lebih lanjut menurut Sri Rahayu dan Lingga (2009), sistem administrasi perpajakan modern juga mengikuti kemajuan teknologi dengan pelayanan yang berbasis e-system seperti e -SPT, e-Filing, e-Payment, dan e-Registration yang diharapkan meningkatkan mekanisme kontrol yang lebih efektif yang ditunjang dengan penerapan Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang mengatur perilaku pegawai dalam melaksanakan tugas dan pelaksanaan good governance. Sebenarnya tak ada yang kurang dengan UU KUP karena semua tentang kebijakan perpajakan Pemerintah telah terakomodir, hanya mungkin para petinggi Kemenkeu sebelumnya saja yang kurang efektif mengimplementasikannya hingga DJP bisa kebobolan dengan kasus Gayus Tambunan, implementasi itu misalnya kebijakan DJP soal Sistem Administrasi Perpajakan Modern dengan membangun ratusan Kantor Pelayanan Pajak baru. Masih menurut Horas (2011), hal itu sadar tanpa sadar telah
(22)
berimplikasi pada semakin lebarnya span of control ( rentang kendali ) DJP, kebijakan tersebut juga telah menimbulkan keragu-raguan publik terlepas ada tidaknya kasus Gayus Tambunan, sebenarnya ada tiga poin penting yang harus segera ditindak lanjuti Pemerintah atau DJP yakni soal kebijakan, transparansi penerimaan pajak dan system informasi terkait kewenangan Deskresi DJP. Hal inilah yang menyebabkan sistem administrasi perpajakan modern di Indonesia dirasa perlu direvaluasi ulang (Horas Nairbohu, 2011).
Pelayanan pajak merupakan produk pelayanan dari instansi pemerintah yang khusus berwenang mengurusi masalah pajak yaitu Direktorat Jenderal Pajak (Siti Kurnia Rahayu, 2010:134). Lebih lanjut menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:134), salah satu langkah penting yang dilakukan DJP sebagai wujud nyata kepedulian pada pentingnya kualitas pelayanan adalah memberikan pelayanan prima kepada wajib pajak dalam mengoptimalkan penerimaan Negara yang dapat tercapai salah satunya jika tercapainya tingkat kepatuhan sukarela wajib pajak. Hasil modernisasi sistem administrasi perpajakan dan pelayanan selama ini sangat menggembirakan dan mendapat tanggapan positif dari para wajib pajak, meskipun harus diakui, tambahnya, komplain dari anggota masyarakat tentang pelayanan yang diberikan para petugas pajak masih saja ada. (I Gusti Ngurah Mayun Winangun, 2009).
Rendahnya kualitas pelayanan pajak akan mengancam kepatuhan pajak karena wajib pajak akan menuntut layanan pajak yang maksimal jika mereka sudah membayar pajak dengan baik (Wahyu Karya Tumakaka, 2010). KPK menilai masih berkaitan dengan kualitas pelayanan, masih adanya aparat pajak
(23)
yang bekerja pada jam istirahat sedangkan pada jam kerja mereka tidak bekerja, hal ini berlawanan dengan prinsip kualitas pelayanan yag dituangkan dalam dimensi kualitas pelayanan (Sri Mulyani , 2008).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan Kualitas Pelayanan terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Karees”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada uraian fenomena di latar belakang penelitian di atas, penulis identifikasikan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Sistem administrasi perpajakan perlu direvaluasi karena masih dinilai belum mampu mengatasi masalah transparansi.
2. Sistem administrasi perpajakan perlu direvaluasi karena pelaksanaannya masih menimbulkan keragu-raguan publik.
3. Masih adanya komplain dari anggota masyarakat akan pelayanan yang diberikan oleh petugas pajak yang mengancam kepatuhan wajib pajak. 4. Kepatuhan wajib pajak di Indonesia rendah.
(24)
1.3 Rumusan Masalah
1. Seberapa besar pengaruh sistem administrasi perpajakan modern terhadap kualitas pelayanan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
2. Seberapa besar pengaruh sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
3. Seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
4. Seberapa besar pengaruh sistem adminitrasi perpajakan dan kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.4.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penulis mengadakan penelitian ini adalah untuk memperoleh dan mengumpulkan data atau keterangan serta informasi mengenai pengaruh sistem administrasi perpajakan modern dan kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
1.4.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh sistem administrasi perpajakan modern terhadap kualitas pelayanan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
(25)
2. Untuk mengetahui pengaruh sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
3. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kator Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. 4. Untuk mengetahui pengaruh sistem administrasi perpajakan modern
dan kualitas terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
1.5 Kegunaan Penelitian
1.5.1 Kegunaan Praktis
Untuk memecahkan masalah sebagaiamana yang ada pada fenomena dan sebagai tambahan informasi bermanfaat mengenai pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
1.5.2 Kegunaan Akademis
1. Bagi Peneliti
Peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat dan selain itu untuk menambah pengetahuan, dan juga memperoleh gambaran langsung bagaimana Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
(26)
2. Bagi Peneliti Lain
Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu Sistem Administrasi Perpajakan Modern, Kualitas Pelayanan dan Kepatuhan Wajib Pajak.
3. Bagi Universitas Komputer Indonesia
Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan di bidang perpajakan khususnya mata kuliah Perpajakan. Sehingga dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi mahasiswa dan dapat menjadi bahan referensi, khususnya untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan masalah-masalah yang dibahas.
4. Bagi Perkembangan Ilmu
Dapat menjadi referensi ilmiah tentang Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan dan Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
5. Bagi instansi
Bagi Instansi yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
(27)
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
1.5.1 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis berencana melaksanakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees yang beralamatkan di Jalan H. Ibrahim Adjie No.372 Bandung.
1.5.2 Waktu Penelitian
Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah dimulai pada Oktober 2012 sampai dengan selesai. Hal ini diuraikan pada tabel berikut
Tabel 1.1 Waktu Penelitian
NO Kegiatan 2012 2013
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1
Persiapan Judul Persiapan Teori Pengajuan Judul Mencari Perusahaan
2
Penulisan UP Bimbingan UP
Seminar UP Revisi UP 3 Pengumpulan
UP
4 Pengolahan Data
5
Bimbingan Skripsi Sidang Skripsi Revisi Skripsi Pengumpulan Draft Skripsi
(28)
10 2.1Kajian Pustaka
2.1.1 Sistem Administrasi Perpajakan Modern
2.1.1.1Pengertian Sistem Administrasi Perpajakan Modern
Terdapat beberapa pengertian mengenai sistem administrasi perpajakan Modern, diantaranya sebagai berikut:
Menurut Chaizil Nasucha (2004:37),
“Sistem administrasi perpajakan modern adalah penerapan sistem administrasi perpajakan modern yang mengalami penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis dan cepat”.
Menurut Marcus Taufan Sofyan (2005:53),
“Sistem administrasi perpajakan modern adalah penerapan sistem administrasi perpajakan yang mengalami penyempurnaan atau perbaikan kinerjanya, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis dan cepat yang merupakan perwujudan dari program dan kegiatan reformasi administrasi perpajakan jangka menengah yang menjadi prioritas reformasi perpajakan yang digulirkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sejak tahun 2001”.
Sedangkan Indriatoro mengemukakan bahwa,
“Sistem administrasi perpajakan modern adalah suatu pelayanan hak dan kewajiban wajib pajak yang dilakukan langsung di kantor fiskus dan termasuk pencatatan, penggolongan, dan penyimpanan yang berdasarkan pada fungsi pajak bukan berdasarkan pada jenis pajak”.
Dari ketiga pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem administrasi perpajakan modern adalah suatu bentuk penerapan sistem
(29)
administrasi perpajakan modern yang mengalami penyempurnaan atau perbaikan kinerja baik individu maupun kelembagaan dalam bentuk pelayanan hak dan keawajiban wajib pajak yang langsung dilakukan di kantor fiskus meliputi pencatatan, penggolongan, dan penyimpanan yang berdasar pada fungsi pajak bukan jenisnya agar lebih efisen, ekonomis, dan cepat.
2.1.1.2Tujuan Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Modern
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:109) mengatakan bahwa tujuan dilaksanakannya modernisasi sistem perpajakan modern adalah sebagai berikut:
“1. Untuk menerapkan Good Governance dan pelayanan prima kepada masyarakat.
2. Mencapai tingkat kepatuhan wajib pajak yang tinggi. 3. Meningkatkan kepercayaan administrasi perpajakan.
4. Mencapai tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi”.
2.1.1.3Indikator Sistem Administrasi Perpajakan Modern
Menurut Chaizil Nasucha (2004:69), indikator sistem administrasi perpajakan modern adalah sebagai berikut:
“1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah adalah unsur yang berkaitan dengan pola-pola peran yang sudah ditentukan dan hubungan antar peran, alokasi kegiatan kepada sub unit-sub unit terpisah, pendistribusian wewenang di antara posisi administratif, dan jaringan komunikasi formal.
2. Prosedur Organisasi
Prosedur organisasi berkaitan dengan proses komunikasi, pengambilan keputusan, pemilihan prestasi, sosialisasi dan karier. Pembahasan dan pemahaman prosedur organisasi berpijak pada aktivitas organisasi yang dilakukan secara teratur.
3. Strategi Organisasi
Strategi organisasi dipandang sebagai siasat, sikap pandangan dan tindakan yang bertujuan memanfaatkan segala keadaan, faktor, peluang, dan sumber daya yang ada sedemikian rupa sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan berhasil dan selamat. Strategi berkembang dari waktu ke waktu sebagai pola arus keputusan yang bermakna.
(30)
4. Budaya Organisasi
Budaya organisasi didefinisikan sebagai sistem penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang dalam organisasi dan mengarahkan perilaku anggota-anggotanya. Budaya organisasi mewakili persepsi umum yang dimiliki oleh anggota organisasi”.
2.1.2 Kualitas Pelayanan
2.1.2.1Pengertian Kualitas Pelayanan
Pengertian kualitas pelayanan menurut Fandi Tjiptono (2009:247) adalah sebagai berikut:
“Kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen”.
Menurut Lena Elitan dan Lina Anatan (2007:46) pengertian kualitas pelayanan adalah sebagai berikut:
“Kualitas Pelayanan adalah sebagai layanan suatu tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak yang lain. Dan pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produknya dapat berupa fisik atau non fisik”.
Sedangkan menurut Goetch dan Davis dalam Suratno dan Purnama (2004:74) pengertian kualitas pelayanan adalah sebagai berikut:
“Kualitas pelayanan adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, dan proses yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan”.
Dari ketiga pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan kualitas pelayanan adalah layanan suatu tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh satu
(31)
pihak kepada pihak lain yang berkaitan dengan produk dapat berupa fisik atau non fisik, pelayaan, orang, dan proses dalam upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen seta ketepatan penyampainnya dalam pemenuhan kebutuhan konsumen.
2.1.2.2Indikator Kualitas Pelayanan
Menurut Zeithlarasuraan dan Berry dalam Suratno dan Purnama (2004:74) menyatakan bahwa terdapat lima indikator kualitas pelayanan, diantaranya:
“1. Bukti Langsung (Tangibles)
Bukti langsung yaitu tersedianya fasilitas fisik , perlengkapan dan sarana komunikasi dan lain-lain yang dapat dan harus ada dalam proses jasa.
2. Kehandalan (Reliability)
Kehandalan yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat dan kemampuan dapat dipercaya terutama dalam memberikan pelayanan secara tepat dengan cara yang sesuai dengan jadwal yang telah dijanjikan tanpa melakukan kesalahan. 3. Daya Tanggap (Responsiveness)
Daya tanggap dapat didefinisikan sebagai kemampuan atau keinginan para karyawan ntuk membantu dan memberikan pelayanan yang dibutuhkan konsumen. Berkaitan dengan tanggung jawab dan keinginan untuk memberikan jasa yang prima serta membantu penerima jasa apabila menghadapi masalah berkaitan dengan jasa yang diberikan oleh pemberi jasa tersebut.
4. Jaminan (Assurance)
Jaminan yaitu berkaitan dengan pengetahuan, keramahan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya dari kontak personel (pemberi jasa) untuk menghilangkan sifat keragu-raguan konsumen dan merasa terbebas dari bahaya dan resiko atas jasa yang diterimanya.
5. Empati (Emphaty)
Empati yaitu meliputi sikap kontrak personel (karyawan) maupun perusahaanuntuk perhatian dan memahami kebutuhan maupun kesulitan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, kemudahan dalam melakukan komunikasi”.
(32)
2.1.3 Kepatuhan Wajib Pajak
2.1.3.1Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia dalam Siti Kurnia (2010:138) kepatuhan adalah sebagai berikut :
“Istilah kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Sehingga dalam perpajakan kita dapat memberi pengertian bahwa Kepatuhan Perpajakan merupakan ketaatan, tunduk dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan”.
Menurut Safri Nurmantu dalam Siti Kurnia (2010:138) pengertian kepatuhan adalah sebagai berikut :
“Kepatuhan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya”.
Pengertian Kepatuhan menurut James et all dalam Timbul Hamonangan (2012:84) adalah sebagai berikut :
“Secara sederhana Kepatuhan Wajib Pajak adalah sekedar menyangkut sejauh mana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai aturan perpajakan yang berlaku”.
Menurut Mohammad Zain (2004:2), Kepatuhan Wajib Pajak memiliki pengertian yaitu :
“Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi di mana:
1.Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas 3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar 4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya”.
(33)
Berdasarkan keempat pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kepatuhan Wajib Pajak adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak taat dan patuh dalam melaksanakan kewajiban dan hak perpajakannya sesuai dengan aturan perpajakan yang berlaku.
2.1.3.2 Indikator Kepatuhan Wajib Pajak
Siti Kurnia (2010:138) membagi dua macam kepatuhan sebagai berikut : “1. Kepatuhan Formal
Kepatuhan Formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan
2. Kepatuhan Material
Kepatuhan Material adalah suatu keadaan dimana Wajib pajak secara
substantive atau hakekatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan”.
2.1.3.3 Kriteria Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Chaizi Nasucha yang dikutip oleh Siti Kurnia (2010: 139), kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi dari beberapa hal sebagai berikut :
“1. Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri;
2. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan;
3. Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang; dan,
4. Kepatuhan dalam pembayaran dan tunggakan”.
Sedangkan ukuran kepatuhan wajib pajak menurut Erly Suandy (2001:103) adalah sebagai berikut :
“1. Patuh terhadap kewajiban intern, yakni dalam pembayaran atau laporan masa, SPT masa, SPT PPN setiap Bulan.
2. Patuh terhadap ketentuan material, yakni norma-norma yang menerangkan keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenakan pajak, siapa yang dikenakan pajak dasar pengenaan pajak, hapusnya piutang pajak.
3. Patuh terhadap ketentuan yuridis formal, yakni saat dan tempat terutangnya pajak, hak-hak fiskus untuk mengawasi wajib pajak
(34)
mengenai keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang menimbulkan utang pajak, menyelnggarakan pembukuan sebagaimana mestinya”.
Kemudian kriteria wajib pajak patuh menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000, bahwa kriteria wajib pajak adalah sebagai berikut :
“1. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam dua tahun terakhir.
2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
3. Tidak pernah di jatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam j angka waktu 10 tahun terakhir.
4. Dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang terutang paling banyak 5%.
5. Wajib Pajak yang laporan keuangannya untuk 2 tahun terakhir diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiskal”.
2.1.3.4 Kewajiban Wajib Pajak
Menurut Soemarso (2007:37) wajib pajak memiliki kewajiban sebagai berikut :
“1. WP wajib mengisi Surat Pemberitahuan 2. Surat pemberitahuan diambil sendiri oleh WP 3. Batas Waktu penyampaian
a. Surat Pemberitahuan Masa = 20 Hari setelah akhir masa pajak b. Surat Pemberitahuan Tahunan = 3 bulan setelah akhir tahun
pajak
4. Perpanjangan = Maksimum 6 bulan atau permohonan tertulis 5. Pelanggaran batas waktu -> Surat teguran
6. Surat pemberitahuan harus a. Harus ditandatangani
(35)
2.2Kerangka Pemikiran
Untuk meningkatkan penerimaan pajak Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan suatu bentuk reformasi perpajakan serta perlu melakukan suatu bentuk tindak peningkatan kualitas pelayanan guna mendongkrang kepatuhan wajib pajak yang dapat berdampak pada penerimaan Negara. Sistem administrasi perpajakan modern merupakan pelaksanaan dari berbagai program dan kegiatan yang ditetapkan dalam reformasi administrasi perpajakan jangka menengah. Maka dapat disimpulkan bahwa sistem administrasi perpajakan modern dan kualitas pelayanan merupakan seuatu yang sangat berpengaruh dalam upaya peningkatan kepatuhan wajib pajak.
Kepatuhan menurut Sommerfeld dalam Timbul Hamonangan (2012:103) adalah sebagai berikut:
“Kepatuhan Pajak didasarkan pada adanya kewajiban seluruh wajib pajak untuk memasukkan Surat Pemeritahuan (SPT) dan melaporkan semua penghasilan secara akurat. Sejalan dengan implementasi penilaian sendiri (self assessment) tersebut, diharapkam wajib pajak dapat mencapai tingkat kepatuhan sukarela (voluntary compliance level-VCL). Kepatuhan sukarela merujuk pada kepatuhan wajib pajak untuk melaporkan pajak pada kondisi yang sebenarnya”.
Secara garis besar reformasi administrasi perpajakan yang membuahkan sistem administrasi perpajakan modern ini dapat mencapai tujuan-tujuan utama yang diantaranya adalah tercapainya tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi; tercapainya tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi; dan tercapainya produktivitas aparat perpajakan yang tinggi.
Pembentukan account representative dan compliant center untuk menampung keberatan Wajib Pajak merupakan perwujudan penerapan sistem
(36)
administrasi perpajakan modern. Hal lain yang perlu diketahui adalah sistem administrasi perpajakan modern juga merangkul kemajuan teknologi terbaru.
Adapun usaha peningkatan kualitas pelayanan yang perlu dilakukan agar supaya menimbulkan suatu kerelaan bagi wajib pajak dalam memberikan kontribusi bisa dilakukan dengan memberikan kenyamanan bagi wajib pajak.
Menurut Boediono (2003:102) sebagai berikut:
“Bukti langsung dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan dapat berupa fasilitas fisik, pegawai, perlengakapan dan saran komunikasi”.
2.2.1 Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap
Kualitas Pelayanan
Sasaran penerapan sistem administrasi pajak modern menurut Liberty Pandiangan (2008:68) di antaranya adalah sebagai berikut:
“1. Maksimalisasi penerimaan pajak;
2. Kualitas pelayanan yang mendukung kepatuhan wajib pajak;
3. Memberikan jaminan kepada publik bahwa Direktorat Jenderal Pajak mempunyai tingkat integritas dan keadilan yang tinggi;
4. Menjaga rasa keadilan dan persamaan perlakuan dalam proses pemungutan pajak;
5. Pegawai Pajak dianggap sebagai karyawan yang bermotivasi tinggi, kompeten, dan professional;
6. Peningkatan produktivitas yang berkesinambungan;
7. Wajib Pajak mempunyai alat dan mekanisme untuk mengakses informasi yang diperlukan; dan
8. Optimalisasi pencegahan penggelapan pajak”.
Siti Kurnia Rahayu (2010:140) menyatakan keterkaitan sistem administrasi perpajakan modern terhadap kualitas pelayanan secara umum sebagai berikut:
“Administrasi yang baik tentunya karena instansi pajak, sumber daya aparat pajak dan prosedur perpajakannya baik. Dengan kondisi tersebut maka usaha memberikan pelayanan bagi Wajib Pajak akan lebih baik,
(37)
lebih cepat dan menyenangkan Wajib Pajak. Dampaknya akan Nampak pada kerelaan Wajib Pajak untuk membayar pajak”.
Menurut Nurmalia Hasanah (2012) berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan keterkaitan sistem administrasi perpajakan modern terhadap kualitas pelayanan sebagai berikut:
“Modernisasi sistem administrasi pajak mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kualitas pelayanan pajak”.
Menurut Amalia D Lestari (2010) berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan keterkaitan antara sistem administrasi perpajakan modern terhadap kualitas pelayanan sebagai berikut:
“Penerapan sistem administrasi perpajakan modern dilakukan untuk mengoptimalkan pelayanan kepada wajib pajak.”.
2.2.2 Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut John Hutagaol, Wing Winaryo dan Arya Pradipta (2007) keterkaitan sistem administrasi perpajakan modern dengan kepatuhan wajib pajak adalah sebagai berikut:
“Kepatuhan Wajib Pajak merupakan salah satu kunci keberhasilan pemerintah dalam menghimpun penerimaan pajak untuk itu diperlukan pemerintah yang good governance yang dapat dilakukan dengan modernisasi sistem administrasi perpajakan”.
Menurut Abdul Rahman (2009) berdarkan hasil penelitiannya hubungan antara sistem admnistrasi perpajakn modern adalah sebagai berikut:
“Modern tax administration system significantly correlates to taxpayer’s compliance”.
“Sistem administrasi perpajakan modern bekorelasi signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak”.
(38)
Berdasarkan hasil penelitian Sri Rahayu dan Ita Salsalina Lingga (2009) hubungan antara sistem administrasi perpajakan modern dan kepatuhan wajib pajak adalah sebagai berikut:
“The research shown that modern tax administration system positively significant affects tax compliance”.
“Penelitian menunjukkan bahwa sistem administrasi perpajakan modern signifikan positif berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak”.
Berdasarkan hasil penelitian Fitri Damayanti (2008) menyatakan keterkaitan sistem administrasi perpajakan modern dengan kepatuhan wajib pajak adalah sebagai berikut:
“Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak perlu dilakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam sistem administrasi perpajakan”.
2.2.3 Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Silviani dalam Chaizil Nasucha (2004:81) pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak adalah sebagai berikut:
“Untuk meningkatkan kepatuhan sukarela, diperlukan pelayanan yang baik terhadap wajib pajak, keadilan, dan keterbukaan dalam menerapkan peraturan perpajakan, kesederhanaan peraturan dan prosedur perpajakan”.
Pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak menurut Ni Luh Supadmi (2009) berdasarkan hasil penelitiannya adalah sebagai berikut:
(39)
“Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya kualitas pelayanan harus di tingkatkan oleh aparat pajak”.
Keterkaitan kualitas pelayanan dan kepatuhan wajib pajak berdasarkan hasil penelitian Yulia Patmawati (2009) adalah sebagai berikut:
“Kualitas Pelayanan Pajak mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi”.
Menurut Firman Wahyudi Kurnia Putra (2012) dalam penelitiannya menyatakan keterkaitan kualitas pelayan dan kepatuhan wajib pajak sebagai berikut:
“Kesimpulan dari penelitian ini adalah kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi”.
Berdasarkan uraian diatas, penulis menuangkan kerangka pemikirannya dalam bentuk paradigma kerangka pemikiran sebagai berikut:
1. Abdul Rahman (2009) 2. Sri Rahayu &
Ita Salsalina Lingga (2009) 3. Fitri Damayanti (2008) 1. Nurmalia Hasanah (2012 a)
2. Amalia D Lestari (2010)
1. Ni Luh Supadmi (2009) 2. Yulia Patmawati (2009)
3. Firman Wahyudi Kurnia Putra (2012)
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
SISTEM ADMINITRASI
PERPAJAKAN MODERN (X1)
KUALITAS PELAYANAN (X2)
KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Y)
(40)
2.2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berkaitan dengan Sistem Administrasi Perpajakan Modern, Kualitas Pelayanan dan Kepatuhan Wajib Pajak Wajib Pajak bukanlah yang pertama kali dilakukan. Untuk menjaga originalitas dalam penelitian, maka dikemukakan penelitian-penelitian oleh peneliti lain adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
1 Sri Rizki Utami; Andi; Ayu Noorida Soerono
Pengaruh Faktor-faktor Eksternal terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak di Lingkungan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serang
Hasil menunjukan bahwa kualitas pelayanan pajak berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak
Variabel yang diteiliti sama yakni
mengenai Kualitas Pelayanan dan Kepatuhan Wajib Pajak
Tempat dan Waktu Penelitian serta tidak menggunakan variabel Kesadaran pembayaran pajak,
Pengetahuan dan Pemahaman peraturan pajak, Persepsi atas efektifitas sistem perpajakan. 2 Mohamad
Rajif
Pengaruh Pemahaman, Kualitas
Pelayanan, dan Ketegasan Sanksi Perpajakan terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak UKM di Cirebon
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengusaha UKM di daerah cirebon memiliki pemahaman yang cukup tentang pajak khususnya peraturan pajak dalam hal fungsi pajak,
objek pajak, sanksi dalam perpajakan dan lain sebagainya. melalui analisis regresi berganda
Variabel yang diteiliti sama yakni
mengenai Kualitas Pelayanan dan Kepatuhan Wajib Pajak
Tempat dan Waktu Penelitian serta tidak menggunakan variabel
Pemahaman dan Ketegasan Sanksi Pajak
(41)
juga terlihat pengaruh yang signifikan dari variabel
pemahaman, kualitas pelayanan, ketegasan sanksi, dan variabel yang dominan dalam penelitian ini adalah ketegasan sanksi.
3 Rahman Adi Nugroho; Zulaikha
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemauan untuk Membayar Pajak sebagai Variabel Interview
(Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas Yang Terdaftar Di KPP Pratama Semarang Tengah Satu)
Pelayanan fiskus
yang berkualitas
berpengaruh positif terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak
Variabel yang diteiliti sama yakni
mengenai Kualitas Pelayanan dan Kepatuhan Wajib Pajak
Tempat dan Waktu Penelitian serta tidak menggunakan variabel
Pengetahuan dan Pemahaman serta Persepsi dan Efektivitas Sistem
Perpajakan
2.3 Hipotesis
Perumusan hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Sugiyono (2011:64) menjelaskan tentang hipotesis sebagai berikut :
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik”.
Berdasarkan kerangka pemikiran yang dijelaskan di atas maka penulis menarik hipotesis penelitian sebagai berikut :
(42)
a. Sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh terhadap kualitas pelayanan.
b. Sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
c. Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. d. Sistem administrasi perpajakan modern dan kualitas pelayanan
(43)
25
3.1 Objek Penelitian
Pengertian dari objek penelitian menurut Sugiyono (2011:32) adalah sebagai berikut :
“Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan”.
Adapun pengertian objek penelitian menurut Husein Umar (2005:303) adalah sebagai berikut :
“Objek penelitian menjealskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian, juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu”.
Dari kedua pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi sasaran dalam penelitian ilmiah. Objek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sistem administrasi perpajakan modern, kualitas pelayanan dan kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Karees.
(44)
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.
Metode penelitan menurut Sugiyono (2011:2)adalah sebagai berikut : “Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah”.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif dan verifikatif, yaitu suatu metode yang berusaha memberikan gambaran deskripsi mengenai data atau kejadian berdasarkan fakta-fakta yang tampak pada situasi yang diselidiki peneliti.
Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2011:147) adalah sebagai berikut :
“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.
Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data dapat dikumpulkan, dianalisis, dan ditarik kesimpulan dengan teori-teori yang telah dipelajari.
Sedangkan pengertian metode verifikatif menurut Mashuri (2008) dalam Umi Narimawati (2010:29) adalah sebagai berikut:
“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.
(45)
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.
Metode penelitan menurut Sugiyono (2011:2)adalah sebagai berikut : “Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah”. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif dan verifikatif, yaitu suatu metode yang berusaha memberikan gambaran deskripsi mengenai data atau kejadian berdasarkan fakta-fakta yang tampak pada situasi yang diselidiki peneliti.
Sebelum melakukan penelitian sangatlah perlu kita melakukan suatu perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar dan sistematis.
Desain penelitian menurut Nur Indrianto (2002:249) adalah sebagai berikut :
“Desain Penelitian adalah rancangan utama penelitian yang menyatakan metode-metode dan prosedur-prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam pemilihan, pengumpulan, dan analisis data”.
Sedangkan desain penelitian menurut Umi Narimawati (2011:30) adalah sebagai berikut :
“Desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti, dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu”.
(46)
Dari kedua pengertian di atas tersebut maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian merupakan rancangan utama penelitian yang menyatakan metode-metode dan prosedur-prosedur yang digunakan oleh penulis dalam pemilihan, pengumpulan dan analisis data.
Menurut Sugiyono (2011:50) menjelaskan proses penelitian disampaikan seperti teori sebagai berikut :
“Proses penelitian meliputi : 1. Sumber masalah
2. Rumusan masalah
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis
5. Metode penelitian
6. Menyusun instrument penelitian 7. Kesimpulan”.
1. Sumber Masalah
Peneliti melakukan survey mengenai masalah dan fenomena yang ada mengenai perpajakan di Indonesia.
2. Rumusan Masalah
Penelitian ini merumuskan masalahnya sebagai berikut :
a. Seberapa besar pengaruh sistem administrasi perpajakan modern terhadap kualitas pelayanan pada KPP Pratama Bandung Karees.
b. Seberapa besar pengaruh sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Karees.
c. Seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Karees.
(47)
d. Seberapa besar pengaruh sistem administrasi perpajakan modern dan kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Karees.
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
Untuk menjawab hipotesis penelitian ini yang terdapat dalam rumusan masalah maka diperlukan sumber data teoritis yang relevan atau dalam penelitian sebelumnya dengan tema yang sama untuk digunakan dalam menjawab pertanyaan sementara.
4. Pengajuan Hipotesis
Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (factual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat dalam penelitian ini adalah sistem administrasi perpajakan modern dan kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
5. Metodologi Penelitian
Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode penelitian yang sesuai, Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan teknik analisis data menggunakan metode kualitatif dan metode kuantitatif.
6. Instrument
Instrument ini digunakan sebagai alat pengumpul data. instrument pada penelitian ini berbentuk data yang didapatkan dari data yang diterima dari Kantor Pelayaanan yang termasuk kedalam penelitian. Teknik yang digunakan
(48)
untuk menggunakan data-data kualitatif yang diperoleh menjadi urutan data kuantitatif adalah dengan menggunakan Skala Likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
7. Kesimpulan
Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode yang berupa jawaban terhadap tumusan masalah. Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.
3.3 Operasionalisasi Variabel
Menurut (Umi Narimawati : 2008) pengertian operasional variabel adalah sebagai berikut:
“Operasionalisasi Variabel adalah proses penguraian variabel penelitian kedalam sub variabel, dimensi, indicator sub variabel, dan pengukuran. Adapun syarat penguraian operasionalisasi dilakukan bila dasar konsep dan indikator masing-masing variabel sudah jelas, apabila belum jelas secara konseptual maka perlu dilakukan analisis faktor”.
Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian. Variabel itu sendiri dalam konteks penelitian menurut Sugiyono (2010:38) sebagai berikut:
(49)
“Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.
Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis dan indikator dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini. Variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini yaitu:
1. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Menurut Sugiyono (2009:3) variabel bebas adalah:
“Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”.
Sesuai dengan judul yang peneliti ajukan, maka yang menjadi variabel bebas sistem administrasi perpajakan modern dan kualitas pelayanan. 2. Variabel Dependen
Menurut Sugiyono (2009:39) variabel dependen adalah:
“Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.
(50)
Tabel 3.1 Operasional Variabel
Pengertian dari skala ordinal menurut Nur Indrianto dan Bambang (2002:98) yaitu :
“Skala Ordinal adalah skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan kategori, tetapi juga menyatakan peringkat constructyang di luar ukur”.
Berdasarkan pengertian diatas, maka skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala ordinal dengan tujuan untuk memberikan informasi berupa nilai pada jawaban. Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrument pengukur dalam Konsep /Variabel Indikator Skala No. Kuesioner Sistem Administrasi Perpajakan Modern
(X1)
Sistem administrasi perpajakan modern adalah penerapan sistem administrasi perpajakan modern yang mengalami penyempurnaan atau perbaikan kepatuhan wajib pajak administrasi, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis dan cepat.
(Chaizil Nasucha, 2004:37)
1. Struktur Organisasi
2. Prosedur Organisasi
3. Strategi Organisasi
4. Budaya Organisasi
(Chaizi Nasucha, 2004:69)
Ordinal
1 – 6 7 – 9 10 – 12 13 – 15
Kualitas pelayanan (X2)
Kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen.
(Fandi Tjiptono, 2009:247)
1. Bukti langsung (Tangibles)
2. Kehandalan (Reliability)
3. Daya Tanggap (Responiveness)
4. Jaminan (Assurance)
5. Empati (Emphaty)
( Zeithlarasuraan dan Berry dalam Suratno dan Purnama,2004)
Ordinal
16 – 18 19 – 21 22 – 24 25 – 27 28 – 30
Kepatuhan wajib pajak (Y)
“Kepatuhan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak
memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.”
(Safri nurmantu dalam Siti Kurnia, 2010:138)
1. Kepatuhan Formal
2. Kepatuhan Material
(Siti Kurnia Rahayu, 2010:138)
Ordinal
31 – 37
(1)
Pengujian hipotesis tersebut dilakukan melalui statistik uji F dengan ketentuan tolak Ho jika Fhitung lebih besar dari Ftabel, atau sebaliknya terima Ho jika Fhitung lebih kecil atau sama dengan Ftabel. Dari tabel F untuk tingkat signifikansi 0.05 dan derajat bebas (2;97) diperoleh nilai F tabel sebesar 3,090. Karena dari hasil penelitian diperoleh nilai Fhitung (71,847) lebih besar dibanding Ftabel (3,090), maka pada tingkat kekeliruan 5% diputuskan untuk menolak H0 sehingga Ha diterima artinya sistem administrasi perpajakan modern dana kualitas pelayanan berpegaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
4.2 Pembahasan
Sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas pelayanan dengan besar pengaruh 50,7%. Semakin baik pelaksanaan sistem administrasi perpajakan modern akan meningkatkan kualitas pelayanan perpajakan begitu pula sebaliknya. Sistem administrasi perpajakan dikatakan baik dan dapat mendukung kualitas pelayanan yang baik apabila struktur organisasi, prosedur organisasi, strategi organisasi dan budaya organisasinya baik. dari keempat indikator pembentuk variabel sistem administrasi perpajakan modern, indikator budaya organisasi memiliki peranan yang sangat penting bagi sistem administrasi perpajakan modern dibandingkan struktur organisasi dimana budaya organisasi menekankan pada tranparansi, akuntabilitas dan kesamaan perlakuan terhadap semua wajib pajak. Dari ketiga penekanan tersebut, transparansi memegang posisi yang penting utuk mencerminkan budaya organisasi yang baik. Sedangkan fenomena yang ada menyebutkan bahwa sistem administrasi perpajakan modern perlu direvaluasi ulang karena tidak sejalan kualitas pelayanan aparat pajak yang ada di dalamnya yang belum mampu mengusir keragu-raguan wajib pajak. Seiring dengan banyaknya pemberitaan mengenai aparat pajak yang tersandung beberapa kasus. Maka dari itu perlu diadakan pencitraan aparat pajak yang lebih lagi dari segi transparansi perpajakan untuk meningkatkan penilaian kualitas pelayanan di mata wajib pajak.
Koefisien jalur sistem adminsitrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak sebesar 3,373 dan memberikan pengaruh secara langsung terhadap kepatuhan wajib pajak sebesar 7,8%, kemudian secara tidak langsung karena hubungannya dengan kualitas pelayanan memberikan pengaruh sebesar 11,0% sehingga total pengaruh sistem adminsitrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan Wajib Pajak sebesar 18,8% dengan arah positif artinya sistem administrasi perpajakan modern memiliki pengaruh signifikan positif secara langsung dan tidak langsung terhadap kepatuhan wajib pajak, pengaruh secara tidak langsung adalah pengaruh sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak melalui kualitas pelayanan. Sistem administrasi perpajakan modern pada dasarnya dibuat sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Salah satu tolok ukur sistem administrasi perpajakan modern dikatakan baik apabila melalui sistem administrasi perpajakan modern yang diterapkan mampu mengusir keragu-raguan bagi wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Wajib pajak akan rela berkontribusi dalam memenuhi kewajiban perpajakannya apabila mereka mendapatkan suatu jaminan dari aparat pajak selaku pelaku dari diterapkannya sistem administrasi perpajakan modern. Disamping itu beberapa faktor seperti account representative, kesederhaaan birokrasi pembayaran dan pelaporan pajak dan fasilitas-fasilitas perpajakan yang memudahkan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan pun turut ambil andil dalam terwujudnya sistem administrasi perpajakan modern yang baik guna meningkatkan angka kepatuhan wajib pajak.
Koefisen jalur kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak sebesar 7,330 dan memberikan kontribusi secara langsung terhadap kepatuhan wajib pajak sebesar 30,1%, kemudian secara tidak langsung karena hubungannya dengan sistem adminsitrasi perpajakan modern memberikan pengaruh sebesar 11,0% sehingga total pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepatuhan Wajib Pajak sebesar 41,1% arah positif. Artinya kualitas pelayanan memberikan pengaruh signifikan positif secara langsung dan tidak langsung terhadap kepatuhan wajib pajak, pengaruh secara tidak langsung dikarenakan hubungannya dengan sistem administrasi perpajakan modern. Dari kelima indikator pembentuk variabel kualitas pelayanan,
(2)
indikator daya tanggap memiliki peranan yang sangat penting bagi kualitas pelayanan. Dibutuhkan daya tanggap yang baik oleh aparat pajak terhadap wajib pajak untuk memberikan kualitas pelayanan yang baik. Sekalipun daya tanggap memiliki peranan yang utama bagi kualitas pelayanan, peranan kehandalan, jaminan, emapati dan bukti langsung tidak bisa diabaikan begitu saja. Kelima indikaator tersebut perlu berjalan sinergi untuk meningkatkan kaulitas pelayanan. Kehandalan bagi kualitas pelayanan memegang peranan kedua setelah daya tanggap. Pelayanan pada Kantor Pelayanan Pajak dapat dikatakan handal apabila mampu menangani masalah perpajakan yang dialami wajib pajak dengan cepat dan tepat, jangka waktu realisasi janji kepada wajib pajak tidak terlalu lama dan memberikan pelayanan yang sama terhadap semua wajib pajak tanpa membeda-bedakan guna kepentingan dan keuntungan pribadi aparat pajak. Berdasarkan hasil penelitian kesamaan pelayanan terhadap semua wajib pajak memiliki peranan yang penting bagi kualitas pelayanan yang dapat dikatakan handal, sekalipun demikian wajib pajak pun turut menilai kualitas pelayanan dari kecepatan dan ketepatan aparat pajak dalam menangani maslah perpajakan yang mereka alami. Dari hasil tanggapan responden melalui kuesioner dapat dilihat sebagian besar wajib pajak menilai kecepatan aparat pajak dalam mengangani masalah perpajakan wajib pajak masih berada dalam kategori cukup baik dalam arti aparat pajak masih dinilai lambat dalam menangani maslah perpajakan wajib pajak. Hal ini sejalan dengan fenomena yang menyebutkan bahwa masih ada aparat pajak yang tidak bekerja dan keluar kantor pada jam kerja dan malah bekerja pada jam istirahat yang waktunya lebih singkat daripada jam kerja. Dengan kinerja aparat apajak yang seperti ini akan memperlambat tugas penyelesaian tugas mereka akan tanggung jawab mereka terhadap wajib pajak. Dengan demikian kualitas pelayanan pun akan tidak maksimal yang akan berimbas pada kepatuhan wajib pajak, karena wajib pajak akan merasa mereka tidak mendapatkan pelayanan yang baik sekalipun telah melaksanakan kewajiban perpajakannya. oleh karena itu diperlukan ketegasan peraturan bagi aparat pajak yang masih bekerja tidak pada jam kerja.
Sistem adminsitrasi perpajakan modern dan kualitas pelayanan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Sistem adminsitrasi perpajakan modern dan kualitas pelayanan secara bersama-sama memberikan pengaruh sebesar 59,7% terhadap kepatuhan Wajib Pajak, sedangkan sisanya sebesar 40,3% merupakan pengaruh faktor lain self assessment system, pengetahuan wajib pajak, tarif pajak, penegakan hukum perpajakan dan lain sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa sistem administrasi perpajakan modern dan kualitas pelayanan secara bersama-sama memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kepatuhan wajib pajak jika dibandingkan dengan pengaruh yang diberikan masing-masing variabel secara parsial.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan mengenai
pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees, maka dalam bab ini penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh terhadap kualitas pelayanan, dimana dengan diterapkannya sistem administrasi perpajakan modern yang baik akan mendukung kualitas pelayanan yang lebih baik pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Sistem administrasi perpajakan modern yang baik adalah sistem perpajakan yang didukung dengan struktur, prosedur, strategi dan budaya organisasi yang baik pula.
2. Sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Sistem administrasi perpajakan modern dibuat dengan salah satu sasaran meningkatkan kualitas pelayanan, maka dari itu dengan penerapan sistem administrasi perpajakan modern yang baik maka akan mendukung kepatuhan wajib pajak yang lebih baik. Sistem administrasi perpajakan modern diharapkan mampu menghilangkan keragu-raguan wajib pajak dengan turut berkontribusi dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
(3)
3. Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees, dimana semakin baik kualitas pelayanan yang disajikan akan berbanding lurus dengan kontribusi yang diberikan wajib pajak dalam bentuk kepatuhan wajib pajak. Kualitas pelayanan yang baik terwujud oleh bukti langsung, kehandalan, daya tanggap, jaminan dan empati yang baik yang diberikan oleh kantor pelayaan pajak khususnya aparat pajak selaku pelaku yang berhubungan langsung dengan wajib pajak. Aparat pajak diharapkan mampu denga tanggap menanggapi keluhan ataupun masalah perpajakan yang diajukan oleh wajib pajak. Aparat pajak pun diharapkan mampu bekerja maksimal untuk melayani wajib pajak.
4. Sistem administrasi perpajakan modern dan kualitas pelayanan dan kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Sistem administrasi perpajakan modern serta kualitas pelayanan yang baik akan membantu meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Secara bersama-sama sistem administrasi perpajakan modern dan kualitas pelayanan yang baik mampi memberikan hasil cukup besar demi peningkatan kepatuhan wajib pajak.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diajukan saran, antara lain, 1. Budaya organisasi sebagai salah satu indikator sistem administrasi perpajakan modern
mempunyai peranan yang sangat penting bagi sistem administrasi perpajakan. Sebagaimana diketahui bahwa budaya organisasi merupakan sistem penyebaran kepercayaan dan pembetukan prilaku bagi anggota-anggotanya. Sistem administrasi perpajakan modern diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan melalui budaya organisasi ini. Penyebaran kepercayaan dalam arti mampu menghilangkan keragu-raguan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, dengan memberikan citra positif melalui pembetukan perilaku dari aparat-aparat pajak. Pengenaan sanksi tegas dan menimbulkan efek jera penting diberlakukan bagi aparat pajak yang melakukan perilaku-perilaku yang mampu melunturkan budaya oraganisasi
2. Sistem administrasi perpajakan modern memiliki tujuan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak melalui kesederhanaan birokrasi pelaporan dan pembayaran SPT, account representative, transparansi, akuntabilitas dan digitalisasi. Sebagian besar wajib pajak merasa bahwa perpajakan masih perlu ditingkatkan dari segi transparansinya, pihak Direktorat Jenderal Pajak mungkin dapat menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat mewujudkan transparansi seperti taxpayer’s account juga penerapan nilai-nilai budaya organisasi bagi aparat pajak.
3. Kualitas pelayaan yang baik dapat dinilai dari seberapa cepat penganan yang dilakukan oleh aparat pajak dalam menangani masalah perpajakan wajib pajak. Untuk itu diperlukan kinerja yang maksimal dari aparat pajak. Kinerja yang maksimal salah satunya dapat diwujudkan dengan bekerja pada jam kerja. Pengawasan dan kontrol internal dalam kator pelayanan pajak perlu ditingkatkan khususnya pengawasan dan kontrol terhadap jam kerja serta diberlakukan peringatan bahkan sanksi yang tegas terhadap aparat pajak yang tidak bekerja pada jam kerja.
4. Peningkatan kepatuhan wajib pajak dapat diwujudkan dengan membenahi faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak seperti sistem administrasi perpajakan modern, kualitas pelayanan dan lain sebagainya. Ketegasan sanksi perpajakan bagi wajib pajak yang melanggar ketentuan dan aturan perpajakan pun perlu ditegaskan. VI. DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Rahman. (2009). Hubungan Sistem Administrasi Perpajakan Modern dengan Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Ilmu Administrasi, Vol.6 No.1 Maret 2009, 31 – 38.
Amalia. D. Lestari. (2010). Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpaakan pada Seksi Pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
Anandita, Budi. S. (2012). Kualitas Menggerek kepatuhan Wajib Pajak. Diakses pada 7 November 2012 dari World Wide Web : http://www.pajak.go.id
(4)
Nonparametrik. Jakarta: Kencana.
Barker, C. Pistrang., & Elliot, R. (2002). Research Methods in Clinical Psychology ( 2nd ed.). Chichester: John Wiley & Sons.
Budiono. (2003). Pelayanan Prima Perpajakan. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaizil, Nasucha. (2004). Reformasi Administrasi PublikTeori dan Praktik. Jakarta: PT. Grasindo
Chris Barker, Nancy Pistrang & Robert Elliot (2002). Research Methods in Clinical
Psychology. (2nd ed.). John Wiley & Sons, LTD Chichester England
Darussalam. (2012). Pemerintah diminta Tingkatkan Kepatuhan Wajib Pajak. Diakses pada 7 November 2012 dari World Wide Web : http://www.tempo.com.
Erly, Suandy. (2001). Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Fandy, Tjiptono. (2009). Pemasaran Jasa. Malang: Bayu Mulia Publishing.
Firman, Wahyudi. (2012). Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuha Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Blitar. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhamadiyah Malang.
Fitri, Damayati. (2011). Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan Pemeriksaan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntabilitas UIN SARIF Hidayatulllah.
Horas, Nairbohu. (2011). Sistem Administrasi Perpajakan Modern DJP Harus Direvaluasi Ulang. Diakses pada tanggal 2 Desember 2012 dari World Wide Web : http://www.folnews.com. Imam, Ghozali. (2008). Structural Equation Modeling, Metode Alternatif Dengan Partial Least
Squares (PLS). Semarang: Universitas Diponegoro.
John, Hutagaol,. Wing, Winaryo., Arya Pradipta . (2007). Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak. Diakses pada tanggal 6 November 2012 dari World Wide Web : http://www.pajak.go.id.
Joseph F. Hair, Jr., William C. Black, Barry J.Babin, Rolph E. Anderson, Ronald L.Tatham, 2006
.Multivariate Data Analysis. (sixth edition), Pearson Prentice Hall Education International.
Lena, Elitan., & Lina, Anatan. (2007). Sistem Informasi Manajemen Konsep dan Pengembangan. Bandung: Linggajaya.
Liberty, Pandiangan. (2008). Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan. Jakarta: Alex Media Computindo.
Marcus Taufan Sofyan. 2005. Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Tanggerang: STAN.
Mohamad, Rajif. (2011). Pengaruh Pemahaman, Kualitas Pelayanan, dan Ketegasan Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UKM di Cirebon.
Mohammad, Zain. (2007). Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.
Ni Luh Supadmi. (2009). Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kualitas Pelayanan. Jurnal Akuntansi Bisnis, Vol 4, No 2, Juli 2009
Nur, Indriantoro. (2002). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Nurmalia, Hasanah., Indra, Pahala., & Susi, Indriani. (2012). Efektivitas Pelaksaaan Self Assesment System dan Modernisasi Administrasi Perpajakan terhadap Kualitas Pelayana Pajak. CBAM-FE UNISSULA, Vol.1 No.1 Desember 2012, 773 – 785.
Siti, Kurnia. R. (2010). Perpajakan: Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta: Graha Ilmu. Soemarso, S.R. (2007). Perpajakan Pendekatan Komprehensif. Jakarta: Salemba Empat. Sri, Mulyani. (2008). KPK Terusik oleh Kualitas Pelayanan Kantor Pajak. Diakses pada tanggal 2
Desember 2012 dari World Wide Web : http://finance.detik.com.
Sri Rahayu., & Ita, Salsalina. L. (2009). Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan pada KPP Pratama Bandung. Jurnal Akuntansi. Vol. 1, No. 2: 119-138.
Sri, Rizki, U., Andi., & Ayu, Noorida, S. (2012). Pengaruh Faktor-faktor Eksternal terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak di Lingkungan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serang. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
(5)
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suratno, Purnama. (2004). Analisa Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Kualitas Pelayanan Kantor Pelayanan Pajak Yogyakarta Dua. Jurnal FE Universitas Islam Yogyakarta. Umi, Narimawati., Sri, Dewi. A., & Linna, Ismawati. (2010). Penulisan Karya Ilmiah. Bekasi:
Genesis.
Timbul, Hamonangan., & Imam, Mukhlis. (2012). Dimensi Ekonomi Perpajakan dalam Pembangunan Ekonomi. Bogor: Penerbit Raih Asa Sukses.
Tony, Marsyahrul. (2006). Pengantar Perpajakan. PT.Grasindo: Jakarta.
Yulia, Patmawati. (2009). Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Penghasilan Orang Orang Pribadi.
Wahyu, Karya, T. (2010). Rendahnya Kualitas Pelayanan Ancam Kepatuhan Wajib Pajak. Diakses pada tanggal 2 Desember 2012 dari World Wide Web : http://www.kompas.com Waluyo. (2007). Perpajakan Indonesia. Salemba Empat: Jakarta.
Widi, Widodo., & Dedy Djefris. (2008). Moralitas, Budaya dan Kepatuhan Wajib Pajak. Bandung: Alfabeta.
LAMPIRAN
Tabel 1
Persentase Skor Indikator Variabel Sistem Administrasi Perpajakan Modern Indikator Aktual Skor Ideal Skor % Skor Aktual Kategori
Struktur Organisasi 2306 3000 76,87 Baik Prosedur Organisasi 1096 1500 73,07 Baik Strategi Organisasi 1015 1500 67,67 Cukup Budaya Organisasi 1056 1500 70,40 Baik
Total 5473 7500 72,97 Baik
Tabel 2
Persentase Skor Indikator Variabel Kualitas Pelayanan Indikator Skor
Aktual Skor Ideal
% Skor Aktual
Kategori Bukti langsung 1182 1500 78,80 Baik
Kehandalan 1108 1500 73,87 Baik Daya tanggap 1147 1500 76,47 Baik Jaminan 1156 1500 77,07 Baik Empati 1133 1500 75,53 Baik Total 5726 7500 76,35 Baik
Tabel 3
Persentase Skor Indikator Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Indikator
Skor
Aktual Skor Ideal
% Skor
Aktual Kategori Kepatuhan Formal 3066 3500 87.60 Sangat Tinggi Kepatuhan Material 2416 3000 80.53 Tinggi
(6)
Gambar 1
Diagram Jalur Full Model
Gambar 2
Diagram Jalur Pengujian Hipotesis
SAPM1 P1 P2 P3 P4 P5 P6 SAPM2 P7 P8 P9 SAPM3 P10 P11 P12 SAPM4 P13 P14 P15 SAPM KP1 P16 P17 P18 KP2 P19 P20 P21 KP3 P22 P23 P24 KP4 P25 P26 P27 KP5 P28 P29 P30 KP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 3
1 4
1 5
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 P31 P32 P33 KWP P34 P35 2 31
3 2
3 3
34 35 3.1 3.2 KWP1 P36 P37 36 37 P38 P39 P40 P41 P42
3 8
39 40 41 42 KWP2 P43 43 1.1 1.2 1.3 1.4 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 1.1 2.1 2.1 1 SAPM1 X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 SAPM2 X1.7 X1.8 X1.9 SAPM3 X1.10 X1.11 X1.12 SAPM4 X1.13 X1.14 X1.15 SAPM KP1 X2.1 X2.2 X2.3 KP2 X2.4 X2.5 X2.6 KP3 X2.7 X2.8 X2.9 KP4 X2.10 X2.11 X2.12 KP5 X2.13 X2.14 X2.15 KP 0.777 Y1 Y2 Y3 KWP Y4 Y5 2 0.946 0.907 KWP1 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11 Y12 KWP2 Y13 0.863 0.780 0.745 0.872 0.743 0.857 0.867 0.753 0.720 0.712 0.280 0.549 0.732 0.696 0.844 0.652 0.707 0.738 0.654 0.828 0.397 0.465 0.516 0.287 0.577 0.500 0.455 0.472 0.315 0.284 0.375 0.410 0.206 0.448 0.363 0.310 0.289 0.597 0.371 0.610 0.363 0.370 0.244 0.360 0.446 0.523 0.345 0.499 0.452 0.477 0.846 0.791 0.768 0.891 0.743 0.798 0.830 0.843 0.635 0.793 0.624 0.798 0.794 0.869 0.800 0.744 0.691 0.809 0.707 0.740 0.723 0.848 0.804 0.723 0.824 0.760 0.801 0.824 0.770 0.774 0.764 0.756 0.706 0.732 0.280 0.354 0.478 0.321 0.422 0.358 0.321 0.407 0.401 0.417 0.428 0.501 0.464 0.403 0.597