Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Dan keadilan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
NAN KEADILAN SANKSI FERPAJAKAN TERT{DAP KEPATUHAH WAJIB PAJAK
(Studi Kasus Pada Wajib Pajak Orang Pribadi KPP Pratama Bandung Karees)
Muhammmad l&fizh 21110073
Telah di*et*jui dan disahkan di Bandung sebagai Tugas Skripsi pada Taaggai :
NIp. 4127.34.il3.015
(2)
PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI
PERPAJAKAN MODERN DAN KEADILAN SANKSI
PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK
(SURVEY PADA KPP PRATAMA BANDUNG KAREES)
THE INFLUANCE OF MODERN TAXATION SYSTEM ADMINISTRATION AND SANCTIONS AGAINST TAX TO
TAXPAYER COMPLIANCE
(SURVEY ON KPP PRATAMA BANDUNG KAREES) SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Akhir Sarjana Program Stara Satu Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia
Disusun Oleh : Muhammad Hafizh
21110073
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
(3)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Muhammad Hafizh
TempatTanggalLahir : Cimahi, 2 Juni 1992
JenisKelamin : Laki-laki
Status : BelumMenikah
Agama : Islam
Kewarganegaraan : WNI
Alamat : PondokPadalarang Indah B 5 No 17/18 RT/RW 05/22
Kec:PadalarangKab;Bandung Barat
KodePos : 40553
No. Telepon : 081223481028
E-mail : HafizhM98@Gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
UniversitasKomputer Indonesia Bandung, Akuntansi-S1 Tahun Lulus: 2015
SMA Negeri 1 Padalarang Tahun Lulus: 2010
SMP Negeri 1 Padalarang Tahun Lulus: 2007
(4)
(5)
1
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pelaksanaan pemungutan pajak suatu Negara memerlukan suatu sistem yang
telah disetujui masyarakat melalui perwakilannya di dewan perwakilan, dengan
menghasilkan suatu peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
pelaksanaan perpajakan bagi fiskus maupun bagi Wajib Pajak (Siti Kurnia
Rahayu, 2010:137).Menurut Forest dan Sheffrin Perpajakan yang simplifying
sangat penting karena semakin kompleks system perpajakan akan memberikan
keengganan dan penggerutuan pembaya rpajak sehingg aberpengaruh terhadap
ketidak patuhan Wajib Pajak (SitiKurniaRahayu, 2010:140).
Sistem perpajakan di lingkungan DJP bertujuan untuk menerapkan sistem
administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel, dengan memanfaatkan
sistem informasi tekhnologi informasi yang handal dan terkini, penerapan sistem
administrasi ini merupakan pengelolaan pajak menuju perubahan yang besar yang
terus di arahkan kearah modernisasi, dengan demikian optimalisasi penerimaan
pajak dapat terlaksana dengan baik, efektif dan efisien (Siti Kurnia Rahayu,
2010:109).
Sasaran penerapan sistem administrasi pajak modern antara lain yaitu,
maksimalisasi penerimaan pajak, kualitas pelayanan yang mendukung kepatuhan
wajib pajak, memberikan jaminan kepada publik bahwa Direktorat Jenderal Pajak
mempunyai tingkat integritas dan keadilan yang tinggi, menjaga rasa keadilan dan
(6)
2
sebagai karyawan yang bermotivasi tinggi, kompeten dan profesional, wajib pajak
mempunyai alat dan mekanisme untuk mengakses informasi yang diperlukan.
serta optimalisasi pencegahan penggelapan pajak (Diana Sari, 2013:19).(1)
Administrasi perpajakan merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan kebijakan
perpajakan, sebagai penyelenggara pemungutan pajak berdasarkan
undang-undang perpajakan, administrasi perpajakan harus disusun sedemikian rupa
sehingga mampu menjadi instrumen yang bekerja secara efektif dan efisien.
Informasi yang lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan merupakan kunci dari
administrasi perpajakan yang efektif dan efisien (Diana Sari, 2013:20).
Sistem administrasi perpajakan modern juga mengikuti kemajuan teknologi
dengan pelayanan yang berbasis e-system seperti e-SPT, e-Filing, e-Payment, dan
e-Registration yang diharapkan meningkatkan mekanisme kontrol yang lebih
efektif yang ditunjang dengan penerapan Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal
Pajak yang mengatur perilaku pegawai dalam melaksanakan tugas dan
pelaksanaan good governance (Sri Rahayu dan Lingga:2009). E-system,
Registration, e-SPT, dan e-Filling merupakan salah satu bagian dari proses
modernisasi administrasi perpajakan, dengan maksud agar wajib pajak
memperoleh kemudahan dalam memenuhi kewajibannya, sehinggga pemenuhan
kewajiban perpajakan dapat lebih mudah dilaksanakan dan tujuan untuk
menciptakan administrasi perpajakan yang lebih tertib dan transparan dapat
dicapai dengan kemudahan untuk memenuhi kewajiban diharapkan dapat
(7)
Menurut I Gusti Ngurah Mayun Winangun (2009)sistem administrasi
perpajakan modern dianggap perlu direvaluasi ulang. Solusi dari masalah itu
adalah modernisasi perpajakan wajib dimana penerapan system tersebut
mencakup aspek-aspek perubahan struktur organisasi dan sistem kerja KPP,
perubahan implementasi pelayanan kepada WP, fasilitas pelayanan yang
memanfaatkan teknologi informasi, dan kode etik pegawai dalam rangka
menciptakan aparatur pajak yang bersih dan bebas KKN. Lebih lanjut menurut I
Gusti Ngurah Mayun Winangun (2009) hasil modernisasi sistem administrasi
perpajakan dan pelayanan selama ini sangat menggembirakan dan mendapat
tanggapan positif dari para wajib pajak, meskipun harus diakui, komplain dari
anggota masyarakat tentang pelayanan yang diberikan para petugas pajak masih
saja ada. (I Gusti Ngurah Mayun Winangun:2009). Permasalahan yang terjadi
terkait modernisasi sistem administrasi perpajakan adalalahkurang efektifnya
petugas pajak dikarenakan dalam menjalankan tugas dan SDM yangkurang
professional dalam menjalankan tugas (Yunan Sugiyan Dinata: 2012).
Kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi
sistem administrasi perpajakan suatu Negara, pelayanan pada wajib pajak,
penegakan hukum perpajakan, pemeriksaan pajak dan tarif pajak (Siti Kurnia
Rahayu,2010:140). Dengan meningkatnya perkembangan teknologi informasi
atau bisa dikatakan sistem informasi yang baik maka kepatuhan wajib pajak dan
penerimaan pajak pun akan meningkat (Waluyo, 2011:22).
Fenomena pada 2010 yang di ungkapkan oleh Arif Mahmudin bahwa
(8)
4
kantor sebanyak lima kali dalam sebulan, memberikan arahan yang tidak benar
kepada Wajib Pajak, melaksanakan tugas tidak sesuai prosedur dan berbuat
curang. Kami memberikan sanksi administratif dengan awalnya memberikan surat
peringatan (SP) I atau berupa kartu kuning, apabila tidak melaksanakan tugas,
kemudian SP II atau kartu biru bila kembali kesalahan sama dalam tiga bulan dan
SP III atau kartu merah bila melakukan kesalahan yang sama dalam tiga bulan
setelah kartu biru.
Sementara itu Dwi Nofri Minarno pada tahun 2014 menyatakan bahwa
masih ada beberapa orang pegawai yang datang terlambat. Walaupun tidak terlalu
sering terjadi tetapi keterlambatan tersebut acapkali terjadi setiap tahunnya.
Wajib pajak yang sudah memahami aturannya perpajakan pun bisa keliru
dalam berbagai kegiatan melaksanakan kewajiban pajak sering terjadi beda
persepsi, karena tidak mengikuti perubahan peraturan, atau sebab lainnya, apalagi
jika Wajib Pajak tidak berupaya memahami, sudah pasti timbul permasalahan
yang akhirnya justru membebani wajib pajak dan usahanya(Irwansyah Lubis,
2010:101). Masih banyak wajib pajak yang dibebani dengan sanksi perpajakan
yang justru lebih memberatkan seperti: bunga, denda dan kenaikan(Irwansyah
Lubis, 2010:101).Wajib Pajak seharusnya berupaya memahami keseluruhan
undang-undang perpajakan dan ketentuan peraturan pelaksanaannya agar dapat
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan dengan baik dan benar, termasuk
dalam hal kewajiban menyelenggarakan pembukuan, pencatatan, kewajiban
(9)
Menurut John Hutagaol (2006), penerapan sanksi perpajakan baik
administrasi (denda, bunga dan kenaikan) dan pidana (kurungan atau penjara)
mendorong kepatuhan wajib pajak, namun penerapan sanksi harus konsisten dan
berlaku terhadap semua wajib pajak. Wajib Pajak memenuhi kewajiban
pembayaran pajak bila uang pajak nantinya diperuntukan untuk membiayai
pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta pembangunan.Masih menurut
John Hutagaol (2006), penerapan perlakuan pajak yang adil terhadap wajib pajak
mendorong kepatuhan wajib pajak karena hal tersebut menciptakan persaingan
yang sehat dalam dunia usaha, sebaliknya perlakuan pajak yang diskriminasi
justru menyebabkan rendahnya kepatuhan pajak.
Sanksi perpajakan sebagaimana yang diatur dalam UU No.9 Tahun 1994
tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan merupakan salah satu upaya
pemerintah dalam menegakkan hukum pajak sehingga ditaati oleh masyarakat
wajib pajak (Ridwan 2005:57).
Fenomena yang terjadi pada 2013 menurut Chandra Budi Kasus pidana
pajak dengan terdakwa Suwir Laut per Januari 2013, telah terjadi manipulasi data
pajak penghasilan badan dan pajak penghasilan Pasal 26 pada 14
perusahaankelompok Asian Agri Group selamatahun 2002-2005. Hal tersebut
menimbulkan pajak terutang sekitar Rp 1,26triliun.Terdakwa dijatuhi hukuman
pidana penjara selama dua tahun. Sementara14 perusahaan tersebut diwajibkan
membayar denda senilai dua kali lipat dari pajak terutang atau Rp 2,52 triliun
paling lambat 12 bulan sejak putusan MA di jatuhkan.Jadi fenomena di atas
(10)
6
rendah .
Sementara Dwi Nofri Minarno pada tahun 2014 Banyak wajib pajak yang
melanggar belum terkena sanksi pajak karena keterlambatan penyampaian SPT dan
pembayaran pajak. Namun, disisi lain telah banyak wajib pajak yang tepat waktu bahkan sebelum tanggal jatuh tempo pun mereka telah menyampaikan SPT-nya.
Berdasarkan fenomena dengan latarbelakang di atas penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul "PENGARUH PENERAPAN SISTEM
ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN DAN KEADILAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KPP PRATAMA BANDUNG KEREES".
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, maka penulis
mengidentifikasi beberapa pokok permasalahan, sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Sistem administrasi perpajakan modern yang belum optimal
2. Banyak wajib pajak yang melanggar belum terkena sanksi pajak
3. Kepatuhan pajak yang masih sangat rendah
1.2.2 Rumusan Masalah
1. Seberapa besarpengaruh sistem administrasi pajak modern terhadap
kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Karees.
2. Seberapa besar pengaruh sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib
(11)
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah dan rumusan masalah diatas, maka
maksud penelitian ini adalah untuk mencari kebenaran bahwa sistem administrasi
pajak modern berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, dan Sanksi
perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, dengan mengumpulkan
data yang akurat dan relevan dengan uji empiris.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh system administrasi perpajakan modern
Terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Karees.
2. Untuk mengetahui pengaruh sanksi perpajakan terhadap kepatuhan
wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Karees.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan praktis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memecahkan masalah bahwa
system administrasi perpajakan modern yang optimal dan kinerja sanksi
perpajakan yang sudah sepenuhnya efektif dapat meningkatkan kepatuhan
perpajakan.
(12)
8
Hasil penelitian ini sebagai pembuktian kembali dari teori-teori dan hasil
penelitian terdahulu dan diharapkan dapat menunjukkan bahwa kepatuhan
perpajakan dipengaruhi oleh system administrasi perpajakan modern yang optimal
dan sanksi perpajakan yang sudah sepenuhnya berjalan dengan efektif.
1.5Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian
Penulis melakukan penelitian terhadap wajib pajak orang pribadi pada
kantor di KPP Pratama Bandung Karees Jalan Ibrahim Adjie (d/h Jl. Kiara
Condong) No.372 Bandung.
1.5.2 Waktu Penelitian
Untuk lebih jelasnya tahapan-tahapan dalam melaksanakan penelitian
dapat dilihat dalam tabel 1.1 berikut :
Tabel 1.1 Waktu Penelitian
No Kegiatan
September 2014 Oktober20 14 November 2014 Desember 2015 Januari 2015 Februari 2015 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Pra Survei :
a. Persiapan Judul b. Persiapan teori c. Pengajuan Judul d. Mencari Perusahaan 2 Usulan Penelitian:
a. Penulisan UP
b. Bimbingan UP
c. Seminar UP
(13)
d. Revisi UP 3 Pengumpulan
Data
4 Pengolahan
Data
5
Penyusunan Skripsi:
a.Bimbingan Skripsi
b. Sidang Skripsi
c. Revisi
Skripsi
d. Pengumpulan
draft skripsi
(14)
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 KajianPustaka
2.1.1 Sistem Administrasi Pajak Modern 2.1.1.1Pengertian Sistem
Pengertian sistem menurut Jogiyanto (2005: 2) adalah sebagai berikut: “Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata adalah suatu objek nyata, seperti tempat, benda, dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi”.
Menurut Mulyadi (2001:20), definisi sistem adalah :
“Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok organisasi”.
Adapun pengertian sistem menurut Indrajit (2001:2)adalah sebagai berikut :
“Kumpulan-kumpulan dari komponen-komponen yang dimiliki
unsur keterkaitan antar satu dengan lainnya”.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka sistem adalah
suatujaringan yang saling berhubungan dengan tujuan yang sama.
2.1.1.2Pengertian Administrasi
Pengertian administrasi menurut A.Dunsire dalam Siti Kurnia Rahayu
(15)
“Administrasi merupakan suatu proses yang dinamis dan berkelanjutan, yang digerakkan dalam rangka mencapai tujuan
dengan cara memanfaatkan orang dan material melalui koordinasi
dan kerjasama”.
Menurut Liang Gie dalam Ali Mufiz (2004:14) menyebutkan bahwa
Administrasi adalah :
“Suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Sehingga dengan demikian Ilmu Administrasi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari proses, kegiatan dan dinamika kerjasama manusia”.
Sedangkan menurut Sondang Siagian (2002:2) mendefinisikan administrasi
adalah sebagai berikut:
“Administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang tlah ditentukan sebelumnya”.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka
dapatdikatakanbahwaadministrasi adalah suatu rangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.1.1.3Pengertian Sistem Administrasi Pajak Modern
Pengertian administrasi pajak menurut Nurmantu
(2005:98)adalah sebagai berikut :
“Administrasi pajak dalam arti sempit adalah penatausahaandan pelayanan terhadap kewajiban dan hak-hak Wajib Pajak, baik penatausahaandan pelayanan tersebut dilakukan di kantor fiskus maupun di kantor Wajib Pajak”.
(16)
12
Pengertian sistem administrasi pajak modern menurut Robert Chaizi
Nasucha(2004:37)adalah sebagai berikut :
“Penerapan system administrasi perpajakan modern yang
mengalami penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis dan cepat”.
Sedangkan pengertian sistem administrasi pajak modern Menurut Marcus Taufan
Sofyan (2005:53) adalah sebagai berikut :
“Sistem administrasi perpajakan modern adalah penerapan sistem administrasi perpajakan yang mengalami penyempurnaan atau perbaikan kinerjanya, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis dan cepat yang merupakan perwujudan dari program dan kegiatan reformasi administrasi perpajakan jangka menengah yang menjadi prioritas reformasi perpajakan yang digulirkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sejak tahun 2001”.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka system administrasi pajak
modern merupakan sistem yang mengalami perubahan dan penyempurnaan
kinerja administrasi dalam pelayanan terhadap wajib pajak.
2.1.1.4Dimensi dan Indikator Sistem Administrasi Pajak Modern
Sistem Administrasi Pajak Modern terdiri dari dimensi dan indikator
diantaranya adalah sebagai berikut:
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:110) Sistem Administrasi Pajak Modern
yang dilakukan pada dasarnya meliputi : “1. Restrukturisasi organisasi
Untuk melaksanakan perubahan secara lebih efektif dan efisien, sekaligus mencapai tujuan organisasi yang diinginkan, penyesuaian struktur organisasi DJP merupakan suatu langkah yang harus dilakukan dan sifatnya cukup strategis. Lebih jauh lagi, struktur organisasi harus juga diberi fleksibilitas yang cukup untuk dapat selalu menyesuaikan dengan lingkungan eksternal yang sangat dinamis, termasuk perkembangan dunia bisnis dan teknologi.
(17)
2. Penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi
Kunci perbaikan birokrasi yang berbelit-belit adalah perbaikan
business process, yang mencakup metode, sistem dan prosedur kerja. Untuk itu, perbaikan business process merupakan pilar penting program modernisasi DJP, yang diarahkan pada penerapan full automation dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, terutama untuk pekerjaan yang sifatnya klerikal.
3. Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia
Secanggih apapun struktur, sistem, teknologi informasi, metode dan alur kerja suatu organisasi, semua itu tidak akan dapat berjalan
dengan optimal tanpa didukung SDM yang capable dan
berintegritas. Harus disadari bahwa yang perlu dan harus diperbaiki sebenarnya adalah sistem dan manajemen SDM, bukan semata-mata melakukan rasionalisasi pegawai, karena sistem yang baik dan terbuka dipercaya akan bisa menghasilkan SDM yang berkualitas.
4. Pelaksanaan Good Governance
Dalam praktek berorganisasi, good governance biasanya dikaitkan dengan mekanisme pengawasan internal yang bertujuan untuk meminimalkan terjadinya penyimpangan atau pun penyelewengan dalam organisasi, baik itu dilakukan oleh pegawai maupun pihak lainnya, baik disengaja maupun tidak”.
Menurut Nasucha (2004:39) mengemukakan bahwa ada empat dimensi
administrasi perpajakan, yaitu: “1. Struktur organisasi.
Bahwa struktur organisasi adalah unsur yang berkaitan dengan pola-pola peran yang sudah ditentukan dan hubungan antar peran, alokasi kegiatan kepada sub unit-sub unit terpisah, pendistribusian wewenang di antara posisi administratif, dan jaringan komunikasi formal.
2. Prosedur organisasi.
Prosedur organisasi berkaitan dengan proses komunikasi, pengambilan keputusan, pemilihan prestasi, sosialisasi dan karier. Pembahasan dan pemahaman prosedur organisasi berpijak pada aktivitas organisasi yang dilakukan secara teratur.
3. Strategi organisasi.
Strategi organisasi dipandang sebagai siasat, sikap pandangan dan tindakan yang bertujuan memanfaatkan segala keadaan, faktor, peluang, dan sumber daya yang ada sedemikian rupa sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan berhasil dan selamat. Strategi berkembang dari waktu ke waktu sebagai pola arus keputusan yang bermakna.
(18)
14
Budaya organisasi didefinisikan sebagai sistem penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang dalam organisasi dan mengarahkan perilaku anggota-anggotanya. Budaya organisasi mewakili persepsi umum yang dimiliki oleh anggota organisasi”.
Berdasarkan indikator-indikator yang diuraikan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa indikator dari Sistem Administrasi Pajak
Modern dalam penelitian ini adalah:
1) EfektifitasSistemadministrasi
2) PelaksanaanSistemAdministrasi
3) Propesional SDM
2.1.2 Sanksi Perpajakan.
2.1.2.1 Pengertian Sanksi Perpajakan
Landasan hukum mengenai sanksi perpajakan diatur dalam masing-masing
pasal Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan. Sanksi perpajakan dapat
dijatuhkan apabila wajib pajak melakukan pelanggaran terutama atas
kewajibanyang ditentukan dalam Undang-Undang Ketentuan Umum
PerpajakanAdapun konsep dari sanksi perpajakan menurut Mardiasmo (2009:57)
menyatakan bahwa:
“Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang -undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar Wajib Pajak tidak melanggar norma perpajakan”.
Sementara menurut Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu (2006:198):
“Sanksi perpajakan terdiri dari sanksi administrasi dan sanksi pidana, sanksi administrasi dapat dijatuhkan apabila Wajib Pajak melakukan pelanggaran, terutama atas kewajiban yang ditentukan dalm UU KUP dapat berupa sanksi administrasi bunga, denda,dan kenaikan. Sedangkan sanksi pidana bisa berupa
(19)
Dan menurut Early Suandy (2008:155) mengatakan bahwa:“Sanksi perpajakan adalah merupakan jaminan bahwa ketentuanperaturan perundangan perpajakan (norma perpajakan) akan ditaatiatau dipatuhi”.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat dikatakan bahwa sanksi perpajakan
adalah jaminan bahwa peraturan perundang-undangan perpajakan (norma
perpajakan) akan dituruti atau dipatuhi dan dengan kata lain sanksi perpajakan
merupakan alat pencegah wajib pajak agar tidak melanggar norma perpajakan.
Sanksi pajak dibagi menjadi sanksi berupa administrasi dan sanksi berupa denda.
2.1.2.2 Sanksi Administrasi
Ada beberapa pengertian sanksi administrasi yang di kemukakan oleh para
ahli perpajakan. Pengertian sanksi administrasi menurut Mardiasmo (2003:40) sebagai berikut :“Sanksi administrasi adalah merupakan pembayaran kerugian kepada negara, khususnya yang berupa denda, bunga dan kenaikan”.
Pengertian sanksi administrasi menurut Siti Resmi (2003:62) adalah sebagai
berikut:
“Merupakan pembayaran kepada Negara, khususnya yang berupa bunga dan kenaikan. Sanksi administrasi di bedakan menjadi tiga, yaitu sanksi berupa bunga,
sanksi berupa denda administrasi dan sanksi berupa kenaikan”.
Sanksi administrasi dapat dibedakan menjadi 3 (tiga). Adapun jenis-jenis
sanksi menurut Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu (2006:198) adalah sebagai
(20)
16
“a. Denda adalah sanksi administrasi yang dikenakan terhadap pelanggaran yang berkaitan dengan kewajiban pelaporan.
b. Bunga adalah sanksi administrasi yang dikenakan terhadap pelanggaran yang berkaitan dengan kewajiban pembayaran pajak.
c. Kenaikan adalah sanksi administrasi yang berupa kenaikan jumlah pajak yang harus dibayar, terhadap pelanggaran berkaitan dengan kewajiban yang diatur dalam ketentuan material”.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pada intinya yang
dimaksud dengan sanksi administrasi merupakan pembayaran atas kerugian
kepada negara yang dapat berupa denda, bunga, dan kenaikan.
Penerapan sanksi administrasi yanag berlaku menurut Undang-Undang RI
No. 28 Tahun 2007 Perubahan Ketiga atas UU No. 6 Tahun 1983 KUP
2.1.2.3Sanksi Pidana
Pengertian sanksi pidana menurut Mardiasmo (2009:57) dijelaskan
sebagai berikut:
“Sanksi pidana merupakan siksaan atau penderitaan. Merupakan suatu alat terakhir atau benteng hukum yang digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi”.
Sedangkan menurut Siti Resmi (2003:63) sanksi pidana dalam undang-
undang perpajakan,
“ sanksi pidana dapat berupa denda pidana, denda kurungan maupun pidana penjara. Ketentuan mengenai sanksi pidana di bidang perpajakan diatur atau ditetapkan dalam UU No.6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan UU No. 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan”.
Menurut Mardiasmo (2009:60), sanksi pidana dapat terjadi karena adanya
(21)
“1. Karena Alpa
a. Tidak menyampaikan SPT.
b. Menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar/tidak lengkap sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan negera.
2. Dengan Sengaja
a. Tidak mendaftarkan diri, atau menyalahgunakan/menggunakan tanpa hak NPWP atau Nomor Pengukuhan PKP.
b. Tidak Menyampaikan SPT.
c. Menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar/tidak lengkap.
d. Tidak menyelenggarakan pembukuan/pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar.
e. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar.”
2.1.2.4 Indikator Sanksi Perpajakan
Menurut Sony Denovano dan Siti Kurnia Rahayu (2006:198)
1.Sanksi administrasi
2.Sanksi pidana
2.1.3 Kepatuhan Wajib Pajak
2.1.3.1Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak
Istilah kepatuhan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
(1995:1013) adalah sebagaiberikut :
“Kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan”. Pengertian kepatuhan wajib pajak yang dikemukakan oleh
SafriNurmantu dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) adalah
sebagaiberikut :
“Suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya”.
Pengertian Kepatuhan menurut James et all dalam Timbul
(22)
18
“Secara sederhana Kepatuhan Wajib Pajak adalah sekedar
menyangkut sejauh mana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai aturan perpajakan yang berlaku”.
Selanjutnya pengertian kepatuhan wajib pajak menurut
Zain2003:31) adalah sebagai berikut :
“Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban
perpajakan yang tercermin dalam situasi dimana wajib pajak paham dan berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar dan membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya”.
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor
192/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Penetapan Wajib Pajak dengan
Kriteria Tertentu dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan
Kelebihan Pembayaran Pajak, kriteria Wajib Pajak patuh adalah
sebagai berikut:
“1) Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;
2) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau
menunda pembayaran pajak;
3) Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut; dan
4) Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
(23)
Dari pengertian di atas maka dapat dikatakan bahwa
Kepatuhan Wajib Pajak adalah semua wajib pajak yang taat dan
memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan perpajakan.
2.1.3.2 Indikator Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan Wajib Pajak terdiri dari dimensi dan indikator
diantaranya adalah sebagai berikut :
Menurut Chaizi Nasucha dalam Siti Kurnia Rahayu
(2010:139) menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak dapat
diidentifikasikan dari : “1. Mendaftarkan diri
2. Menyetorkan kembali SPT
3. Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terhutang
4. Kepatuhan dalam membayar tunggakan”.
Sedangkan menurut Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu (2006:111)
menyatakan bahwa wajib pajak yang patuh adalah sebagai berikut : “1. Tepat waktu
2. Tidak punya tunggakan
3. Tidak pernah dijatuhi hukuman”.
Berdasarkan indikator-indikator yang diuraikan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa indikator dari kepatuhan wajib pajak dalam
penelitian ini adalah :
1. Tepat waktu;
2. Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang
(24)
20
2.2 Kerangka pemikiran
2.2.1 Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Pajak Modern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:109) mengungkapkan
bahwa :
“Modernisasi sistem perpajakan di lingkungan DJP bertujuan untuk
menerapkan good governance dan pelayanan prima kepada
masyarakat. Good governance merupakan penerapan sistem
administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel, dengan memanfaatkan sistem informasi tekhnologi informasi yang handal dan terkini. Strategi yang di tempuh adalah pemberian pelayanan prima sekaligus pengawasan intensif kepada para wajib pajak. Selain itu untuk mencapai tingkat kepatuhan pajak yang tinggi, meningkatkan kepercayaan administrasi perpajakan dan mencapai tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi. Pengelolaan pajak mengalami perubahan yang besar yang terus di arahkan kearah modernisasi, dengan demikian optimalisasi penerimaan pajak dapat terlaksana dengan baik, efektif dan efisien”.
Menurut John Hutagaol, Wing Winaryo dan Arya Pradipta
(2007:54) keterkaitan sistem administrasi perpajakan modern dengan
kepatuhan wajib pajak adalah sebagai berikut:
“Kepatuhan Wajib Pajak merupakan salah satu kunci keberhasilan pemerintah dalam menghimpun penerimaan pajak untuk itu diperlukan
pemerintah yang good governance yang dapat dilakukan dengan
modernisasi sistem administrasi perpajakan”.
Waluyo (2011:22)juga mengungkapkan bahwa :
“Dengan mengantisipasi kemajuan di bidang teknologi informasi dan perubahan ketentuan materil di bidang perpajakan, maka di harapkan dapat meningkatkan penerimaan pajak dalam jangka menengah dan panjang seiring dengan meningkatnya kepatuhan sukalera dan membaiknya iklim usaha, dengan demikian dapat di
(25)
katakan bahwa dengan meningkatnya perkembangan teknologi informasi atau bisa dikatakan sistem informasi yang baik maka kepatuhan pajak dan penerimaan pajak pun akan meningkat”.
Menurut penelitian Yeniceri (2011) menyatakan bahwa :
“Tax compliance behavior of taxpayers is an important issue for tax administration and government. The main objective of this research is to determine the relationships between social norms and tax compliance and to evaluate whether tax administration’s efficiency moderates the relationship between social norms and tax compliance in Turkey case”. Darikesimpulan ini dapat diartikan bahwa perilaku kepatuhan pajak dari
wajib pajak merupakan masalah penting untuk administrasi pajak dan pemerintah.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
norma-norma sosial dan kepatuhan pajak, dan untuk mengevaluasi apakah
efisiensi moderat administrasi pajak itu hubungan antara norma-norma sosial dan
kepatuhan pajak dalam kasus Turki.
Berdasarkan pernyataan diatas maka sistem administrasi pajak
modern ditemukan memiliki hubungan yang signifikan positif terhadap
kepatuhan wajib pajak.
2.2.2 Pengaruh Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Mohammad Zain (2007:35) menyatakan:
“Sesungguhnya tidak diperlukan suatu tindakan apapun, apabila dengan rasa takut dan ancamam hukuman (sanksi dan pidana) saja wajib pajak sudah akan mematuhi kewajiban perpajakannya. Perasaan takut tersebut merupakan alat pencegah yang ampuh untuk mengurangi penyelundupan pajak atau kelalaian pajak. Jika hal ini sudah berkembang dikalangan para wajib pajak maka akan berdampak pada kepatuhan dan kesadaran untuk memenuhi kewajiban perpajakannya”.
(26)
22
Menurut Richard Burton dalam Jurnal Perpajakan Indonesia Vol. 1. No. 6
Januari 2002 hubungan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak sebagai
berikut:
“Kaidah hukum (hukum pajak) berupa sanksi pidana maupun administrasi pada dasarnya dimaksudkan agar masyarakat patuh dan mau melunasi kewajibannya
untuk melunasi utang pajaknya dengan baik dan benar”.
Menurut jurnal Dewi Fermatasari yang berjudul Pengaruh Pengetahuan Pajak
Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan hasil analisis,
menunjukkan bahwa sanksi pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak yaitu sebesar 0,610 atau sebesar 61% dimana pengaruh ini bersifat
kuat.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti
Judul Hasil
1 Hasan
Irawan Dan Siti Khairani Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang
Dari penelitian ini adanya pengaruh yang signifikan secara simultan antara modernisasi administrasi terhadap kepatuhan wajib pajak pada kantor
pelayanan pajak madya Palembang
2 Lisa
Humairah David P.E. Saerang Ventje Ilat Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern, Pemeriksaan Pajak, Dan Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Ternate
Sistem Administrasi Perpajakan Modern berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Ternate, sehingga semakin baik tingkat sistem administrasi perpajakan modern, maka akan semakin tinggi kepatuhan wajib pajak untuk menyetorkan pajaknya guna menambah peneriman pajak.
(27)
3 Mirna Rimadhani
Hanggoro Pamungkas
Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Atas Pelaksanaan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Pada Kantor Pelayanan Pajak (Kpp) Pratama Serpong Tangerang Selatan
penerapan sistem administrasi perpajakan modern memiliki pengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
4 Sinta
Setiana
Tan Kwang En
Lidya Agustina
Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
(Survey Terhadap Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Bojonagara)
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan sistem administrasi perpajakan modern pada pengaruh KPP Pratama Bandung Bojonagara pada kepatuhan wajib pajak pada tingkat signifikansi á = 0.10. Hal ini ditunjukkan dengan dampak besar dari penerapan sistem administrasi modern hanya 17,2% sedangkan 82,8% sisanya
dipengaruhi oleh faktor lain selain variabel yang diteliti
5 Deden
Muhamad Haris
Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Cileungsi
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa nilai yang dihitung dari r (korelasi Pearson) dari 0,821 atau 82.10%, yang menunjukkan adanya korelasi atau hubungan yang kuat antara penerapan sistem administrasi modern dengan tingkat dapat dinilai.
6 Dewi
Fermatasari
Pengaruh Pengetahuan Pajak Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut hasil analisis,
menunjukkan bahwa sanksi pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak yaitu sebesar 0,610 atau sebesar 61% dimana pengaruh ini bersifat kuat.
7 Thia Dwi
Utami Kardinal
Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Seberang Ulu
Dari pengujian secara simultan terdapat pengaruh signifikan antara kesadaran wajib pajak dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak prang pribadi.
(28)
24
Berdasarkan uraian diatas, penulis menuangkan pradigma pemikiran dalam
bentuk sebagai berikut:
1. Forest dan Sheffrin dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:140)
2. Siti Kurnia Rahayu (2010:135) 3.John Hutagaol
Wing Winaryo dan Arya
1. Mohammad Zain (2007:35)
2. Mardiasmo (2006:39)
Gambar 2.1 PradigmaPemikiran
Sistem Administrasi Pajak Modern (X1)
Nurmantu (2005:98) Robert
ChaiziNasucha(2004)
penerapan
Sanksi Perpajakan (X2) Mardiasmo (2009:57)
Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu (2006:198):
Early Suandy (2008:155)
Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Siti Kurnia Rahayu
(2010:138)
Safri Nurmantu dalam Siti Kurnia (2010:138) Norman D. Nowak (moh. Zain : 2004) Siti Kurnia Rahayu (2010 : 138)
(29)
2.3 Hipotesis
Pengertian Hipotesis menurut Sugiyono (2011:64) adalah
sebagai berikut:
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta –fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik”.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka penulis
mengambil keputusan sementara (hipotesis) dalam penelitian ini
adalah :
H1 : Sistem Administrasi Pajak Modern berpengaruh terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak.
H2 :Penerapan sanksi pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak.
(30)
26
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data.
Menurut Sugiyono (2009:32) bahwa:
“Objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang diterapkan untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulan”.
Adapun menurut Husein Umar (2008:303)menyebutkan sebagai berikut :
”Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga
ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu”.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa objek penelitian digunakan
untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu yang objektif, valid
dan realible. Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah sistem
administrasi perpajakan modern,sanksi perpajakan dan kepatuhan wajib pajak yang
dilakukan dalam upaya peningkatan tingkat kepatuhan wajib pajak pada KPP
Pratama Bandung Kareees
3.2 Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2010:2) mendefinisikan metode penelitian adalah
sebagai berikut:
“εetode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
(31)
kegiatan penelitian itu didasarkan pada cirri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan
langkah-langkah tertentu yang bersifat logis”.
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya. Metode penelitian ini menggunakan metode
deskriptif verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui
hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan
kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.
Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2010:29) adalah sebagai berikut:
“εetode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu
hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih
luas”.
Selanjutnya menurut Mashuri dalam Umi Narimawati (2010:29)pengertian
metode verifikatif adalah sebagai berikut:
“εetode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di
tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa metode deskriptif
merupakan metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau
kejadian yang ada, sehingga metode ini harus diadakan akumulasi data.
Sedangkan metode verifikatif bertujuan untuk mengetahui kejelasan hubungan
(32)
28
Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan
perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel
independen terhadap dependen yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori
dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.
3.2.1Desain Penelitian
Dalam melakukan penelitian, perlu adanya desain penelitian. Desain
penelitian menurut Nur Indrianto (2010:249) adalah sebagai berikut :
“Desain Penelitian adalah rancangan utama penelitian yang menyatakan
metode-metode dan prosedur-prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam
pemilihan, pengumpulan, dan analisis data”.
Sedangkan desain penelitian menurut Umi Narimawati (2010:21) sebagai
berikut:
“Suatu rencana struktur dan strategi untuk menjawab permasalahan yang mengoptimasikan validitas”.
Menurut Sugiyono (2009:50) menjelaskan proses penelitian dapat
disimpulkan seperti teori sebagai berikut:
“1. Sumber masalah
2. Rumusan masalah
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis
5. Metode penelitian
6. Menyusun instrumen penelitian
(33)
Berdasarkan proses penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka desain
pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Sumber Masalah
Membuat identifikasi masalah berdasarkan latar belakang penelitian sehingga
mendapatkan judul sesuai dengan masalah yang ditemukan. Identifikasi
masalah diperoleh dari adanya fenomena yang terjadi di masyarakat.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui
pengumpulan data.Berikut rumusan masalah:
1. Bagaimana sistem administrasi perpajakan modern, sanksi perpajakan dan
kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung karees.
2. Apakah sistem administrasi perpajakan modernberpengaruh
signifikanterhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung
karees.
3. Apakah sanksi perpajakan berpengaruh signifikanterhadap kepatuhan
wajib pajakpada KPP Pratama Bandung Kareees.
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis),
maka peneliti mengkaji teori-teori yang relevan dengan masalah. Selain itu
penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga digunakan sebagai bahan
untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (hipotesis).
Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang
(34)
30
merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan
yang rasional.
4. Pengajuan hipotesis
Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan
didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara
empiris (faktual). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H1 = sistem administrasi perpajakan modernberpengaruh signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak pada pada KPP Pratama
Bandung Kareees
H2 = penerapan Sanksi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak pada pada KPP Pratama Bandung
Kareees
.
5. Metode penelitian
Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode deskriptif dan
verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk menjawab rumusan masalah
pertama yaitu:
1. Bagaimana sistem administrasi perpajakan modern, sanksi perpajakan dan
kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Kereees.
Dan metode verifikatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang
kedua dan ketiga, yaitu:
2. Apakah sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh signifikan
(35)
3. Apakah sanksi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak pada KPP Pratama Bandung Kareees.
6. Menyusun instrument penelitian
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun
instrumen penelitian.Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data.
Instrumen pada penelitian ini berbentuk kuesioner.Sebelum instrumen
digunakan untuk pengumpulan data, maka instrument penelitian harus terlebih
dulu diuji validitas dan reabilitasnya. Dimana validitas digunakan untuk
mengukur kemampuan sebuah alat ukur dan reabilitas digunakan untuk
mengukur sejauh mana pengukuran tersebut dapat dipercaya.Setelah data
terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan
menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu.
7. Kesimpulan
Kesimpulan adalah langkah terakhir berupa jawaban atas rumusan
masalah.Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi
mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan
keputusan.
Dari definisi di atas maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian
merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam
melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan
penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu.
Berdasarkan tujuan tersebut, jenis penelitian ini termasuk pada penelitian
(36)
32
researchkarena untuk menguji hipotesis antara variabel yang satu dengan yang
lain.Menurut Masri Singarimbun & Sofian Effendi (2008:5) mengemukakan
bahwa explanatory researchadalah sebagai berikut:
“Penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel
melalui pengujian hipotesis”.
Unit analisis/elemen dalam hal ini adalah pegawai pajak pada KPP
Pratama Bandung Kareees 1. Time horizon yang digunakan dalam penelitian ini
adalah studi one shot atau cross sectional, menurut Uma Sekaran (2009:177)
adalah sebagai berikut:
“Sebuah studi yang dilakukan dengan data yang hanya sekali
dikumpulkan, mungkin selama periode harian, mingguan atau bulanan dalam
rangka menjawab pertanyaan penelitian”.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat digambarkan desain dari
penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan
Penelitan
Desain Penelitian Jenis
Penelitian
Metode yang
Digunakan Unit Analisis
Time Horizon
T-1 Deskriftif Explanatory
Survey
Wajib Pajak Orang Pribadi
Cross Sectional
T-2 Verifikatif Explanatory
Survey
Wajib Pajak Orang Pribadi
Cross Sectional
Keterangan:
T-1 : Untuk mengetahui pengaruh sistem administrasi perpajakan modern
(37)
T-2 : Untuk mengetahui pengaruh Sanksi Perpajakan berpengaruh kepatuhan
wajib pajak.
3.2.2 Operasional Variabel
Definisi operasionalisasi variabel menurut Nur Indriantoro (2010:69)
sebagai berikut:
“Penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikanconstruct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau
mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik”.
Menurut Umi Narimawati (2010:31) pengertian operasional variabel
adalah sebagai berikut:
“Operasionalisasi Variabel adalah proses penguraian variabel penelitian
kedalam sub variabel, dimensi, indikator sub variabel, dan pengukuran. Adapun syarat penguraian operasionalisasi dilakukan bila dasar konsep dan indikator masing-masing variabel sudah jelas, apabila belum jelas secara konseptual maka
perlu dilakukan analisis faktor”.
Sedangkan penjelasan variabel penelitian menurut Sugiyono (2010:38)
sebagai berikut:
“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi
variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari
variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat
bantu statistik dapat dilakukan secara benar, maka dalam penelitian ini terdapat
(38)
34
1) Variabel Independen (X)
Pengertian variabel independen menurut Sugiyono (2010:39) sebagai
berikut:
“Variabel Independen (bebas) adalah merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat)”.
Oleh karena itu yang menjadi variabel independen atau variabel bebas (X)
pada penelitian ini adalah Sistem Administrasi Perpajakan Moderndan Sanksi
Perpajakan.
Pengertian sistem administrasi pajak modern menurut Robert
ChaiziNasucha(2004:37)adalah sebagai berikut :
“Penerapansistemadministrasiperpajakan modern yang mengalamipenyempurnaanatauperbaikankinerjaadministrasi,
baiksecaraindividu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien,
ekonomisdancepat”.
Sedangkan pengertian sistem administrasi pajak modern Menurut Marcus
Taufan Sofyan (2008:53) adalah sebagai berikut :
“Sistem administrasi perpajakan modern adalah penerapan sistem
administrasi perpajakan yang mengalami penyempurnaan atau perbaikan kinerjanya, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis dan cepat yang merupakan perwujudan dari
program dan kegiatan reformasi administrasi perpajakan jangka menengah yang menjadi prioritas reformasi perpajakan yang digulirkan oleh
Direktorat Jenderal Pajak sejak tahun β001”.
Berdasarkan indikator-indikator yang diuraikan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa indikator dari Sistem Administrasi Pajak Modern dalam
(39)
1) Efektifitas Sistem administrasi
2) Pelaksanaan Sistem Administrasi
3) Propesional SDM
konsep dari sanksi perpajakan menurut Mardiasmo (2009:57) menyatakan bahwa:
“Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar
Wajib Pajak tidak melanggar norma perpajakan”.
Sementara menurut Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu (2009:198) :
“Sanksi perpajakan terdiri dari sanksi administrasi dan sanksi pidana, sanksi administrasi dapat dijatuhkan apabila Wajib Pajak melakukan pelanggaran, terutama atas kewajiban yang ditentukan dalm UU KUP dapat berupa sanksi administrasi bunga, denda,dan kenaikan. Sedangkan sanksi pidana bisa berupa
hukuman kurungan dan hukuman penjara”.
Maka indikator yang digunakan Menurut Sony Denovano dan Siti Kurnia Rahayu
(2006:198)
1)Sanksi administrasi
2)Sanksi pidana
2) Variabel Dependen (Y)
Pengertian variabel dependen menurut Sugiyono (2010:39) sebagai
berikut:
“Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.
Karena itu yang menjadi variabel dependen atau variabel terikat (Y) pada
(40)
36
Pengertian Kepatuhan menurut James et all dalam Timbul Hamonangan
(2012:84) adalah sebagai berikut :
“Secara sederhana Kepatuhan Wajib Pajak adalah sekedar menyangkut sejauh mana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai
aturan perpajakan yang berlaku”.
Selanjutnya pengertian kepatuhan wajib pajak menurut Zain 2008:31) adalah
sebagai berikut :
“Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan yang tercermin dalam situasi dimana wajib pajak paham dan berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar dan membayar pajak yang
terutang tepat pada waktunya”.
Menurut Chaizi Nasucha dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:139)
menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasikan dari :
1. Mendaftarkan diri
2. Menyetorkan kembali SPT
3. Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terhutang
4. Kepatuhan dalam membayar tunggakan
Adapun tabel operasionalisasi sesuai dengan kedua variabel tersebut
(41)
Tabel 3.2 Operasional Variabel
Variabel Konsep Indikator Skala No.
Kuesi oner Variabel
(X1) Sistem
Administras i Perpajakan Modern
“Penyempurnaan atau
perbaikan kinerja
administrasi, baik secara individu, kelompok, ataupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis, dan cepat.” Chaizi Nasuha (2004:37)
1. Efektifitas Sistem administrai
2. Pelaksanaan Sistem
Administrasi
3. Propesional SDM
( Siti Kurnia Rahayu
2010:110 )
Ordinal 1,2
3,4
5,6
Variabel (X2) Sanksi
Perpajakan
“Sanksi perpajakan
merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan
dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar Wajib Pajak tidak melanggar
norma perpajakan”.
Mardiasmo (2009:57)
1.Sanksi pidana yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak cukup berat. 2.Sanksi adminstrasi yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak sangat ringan.
( Sony Denovano dan Siti
Kurnia Rahayu 2006:198 )
Ordinal 7,8
9,10
Variabel (Y) Kepatuhan wajib pajak
Suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak
perpajakannya
Siti Kurnia Rahayu (2010:138 1.Tepat waktu 2.Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang 3.Patuh membayar tunggakan
(Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu 2006 :111 )
Ordinal 11,12
13,14
15,16
Jenisskala pengukuran yang digunakan yaitu ordinal, dimana oleh
(42)
38
“Skala Ordinal adalah skala yang didasarkan pada rangking, diurutkan dari
jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang yang terendah atau sebaliknya”. Berdasarkan pengertian di atas, maka skala yang digunakan adalah skala
ordinal dengan tujuan untuk memberikan informasi berupa nilai pada
jawaban.Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrument pengukur dalam bentuk
kuesioner berskala ordinal yang memenuhi pernyataan-pernyataan rating scale.
Menurut Sugiyono (2009:97), rating scale didefinisikan sebagai berikut:
“Skala rating adalah data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dalam skala model rating scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu, rating scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas pengukuran sikap saja tetapi bisa juga mengukur persepsi responden
terhadap fenomena”.
Menurut Suharsimi Arikunto (2008:158) rating scale dijelaskan sebagai
berikut:
“Rating scale dapat dengan mudah memberikan gambaran penampilan, terutama penampilan di dalam orang yang sedang menjalankan tugas, yang
menunjukkan frekuensi munculnya sifat-sifat”.
Masih menurut Suharsimi Arikunto (2008:158) rating scale didefinisikan
sebagai berikut:
“Rating scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh
jawab-jawaban yang menunjukkan tingkatan-tingkatan”.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat dikatakan bahwa rating
scale adalah alat untuk mengumpulkan jawaban responden yang dicatat secara
(43)
3.3 Sumber Data
Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian mengenai pengaruh
kualitas pelayanan pajak dan Sanksi Pajakterhadap kepatuhan wajib pajak adalah
data primer dan sekunder.
1. Data Primer
Menurut Sugiyono (2011:136) mendefinisikan data primer adalah sebagai
berikut :
“Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”.
Data primer dalam penelitian ini yaitu berupa kuesioner yang akan
dibagikan kepada wajib pajak orang pribadi pada KPP Bandung Pratama
Kareees. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini yaitu untuk
variabel Sistem administrasi perpajakan modern (X1), variabel Sanksi
Pajak(X2) dan variabel Kepatuhan wajib Pajak (Y).
2. Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2011:136) mendefinisikan sumber data sekunder
sebagai berikut :
“Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara
membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain yang
bersumber dari literature, buku-buku serta dokumen perusahaan”. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu struktur organisasi, sejarah
(44)
40
3.4 Alat Ukur Penelitian 3.5.1 Uji Validitas
Menurut Cooper yang dikutip Umi Narimawati, dkk. (2010:42) validitas
didefinisikan sebagai berikut:
“Validity is a characteristic of measurement concerned with the extent that a test measures what the researcher actually wishes to measure”.
Berdasarkan definisi di atas, maka validitas dapat dikatakan sebagai suatu
karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat test
(kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk
diukur. Semua item pertanyaan dalam kuesioner harus diuji keabsahannya
untukmenentukan valid tidaknya suatu item. Validitas suatu data tercapai jika
pernyataan tersebut mampu mengungkapkan masing-masing pernyataan dengan
jumlah skor untuk masing-masing variabel. Teknik korelasi yang digunakan
adalah teknik korelasi pearson product moment. Adapun rumus dari korelasi
pearson adalah sebagai berikut:
Sumber: Umi Narimawati, dkk. (2010:42)
Keterangan:
r = Koefisien korelasi pearson product moment
X = Skor item pertanyaan Y = Skor total item pertanyaan
n = Jumlah responden dalam pelaksanaan uji coba instrumen
= −
( )( )
(45)
Pengujian validitas menggunakan korelasi product moment (indeks
validitas) dinyatakan Barker et al. (2010:70) sebagai berikut:
“Butir pernyataan dinyatakan valid jika koefisien korelasi butir pernyataan ≥ 0,γ0. Kemudian pengujian reliabilitas menggunakan metode alpha-cronbach dan dinyatakan reliabel jika koefisien reliabilitas > 0,70”.
Uji keberartian koefisien r dilakukan dengan uji coba dengan t (taraf
signifikasi) adalah 10%.
3.5.2 Uji Reliabilitas
Menurut Cooper yang dikutip oleh Umi Narimawati, dkk. (2010:43)
realibitas adalah sebagai berikut:
“Reliability is a characteristic of measurement concerned with accuracy, precision, and concistency”.
Uji realibilitas dilakukan untuk menguji kehandalan dan kepercayaan alat
pengungkapan dari data. Metode yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah Split
Half Method (Spearman-Brown Correlation) atau Teknik Belah Dua, dengan
rumus sebagai berikut:
Keterangan:
R = Realibility
r1 = Reliabilitas internal seluruh item
rb = Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua
= 2 1
(46)
42
Adapun kriteria penilaian uji reliabilitas yang dikemukakan oleh Barker et
al. (2002:70) dapat dilihat pada tabel 3.3 sebagai berikut:
Tabel 3.3
Standar Penilaian Reliabilitas
Kategori Nilai
Good 0,80
Acceptable 0,70
Margin 0,60
Poor 0,50
Sumber: Barker et al. (2002:70)
3.5.3 Uji MSI (Data Ordinal ke Interval)
Menurut Hays yang dikutip Umi Narimawati, dkk. (2010:47) data ordinal ke
interval dijelaskan sebagai berikut:
“Data yang didapatkan dari kuesioner merupakan data ordinal, sedangkan
untuk menganalisis data diperlukan data interval, maka untuk memecahkan persoalan ini perlu ditingkatkan skala pengukurannya menjadi skala interval melalui Method of Successive Interval”.
Mengolah data ordinal menjadi interval dengan interval berurutan untuk
variabel bebas terikat. Menurut Umi Narimawati, dkk. (2010:47) langkah-langkah
untuk melakukan transformasi data adalah sebagai berikut:
a. Ambil data ordinal hasil kuesioner.
b. Untuk setiap pertanyaan, hitung proporsi jawaban untuk setiap kategori jawaban dan hitung proporsi kumulatifnya.
c. Menghitung nilai Z (tabel distribusi normal) untuk setiap proporsi kumulatif. Untuk data >30 dianggap mendekati luas daerah di bawah kurva normal.
d. Menghitung nilai densitas untuk setiap proporsi kumulatif dengan
memasukkan nilai Z pada rumus distribusi normal.
e. Menghitung nilai skala dengan rumus Method of Successive Interval
sebagai berikut:
Sumber: Umi Narimawati, dkk. (2010:47)
� = � � � −( � � � )
(47)
Keterangan:
Means of Interval : Rata-rata interval
Density at Lower Limit : Kepadatan batas bawah
Density at Upper Limit : Kepadatan batas atas
Area Under Upper Limit : Daerah di bawah batas atas
Area Under Lower Limit : Daerah di bawah batas bawah
f. Menentukan nilai transformasi (nilai untuk skala interval) dengan
menggunakan rumus:
Sumber: Umi Nawimawati, dkk. (2010:47)”.
Dalam proses pengolahan data MSI tersebut, peneliti menggunakan
bantuan software SPSS 16.0 for Windows.
3.5 Populasi dan Penarikan Sample 3.5.1 Populasi
Populasi menurut Umi Narimawati (2008:161) adalah sebagai berikut :
“Populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu sesuai informasi yang ditetapkan oleh peneliti, sebagai unit analisis
penelitian”.
Menurut Edison (2004:46) populasi didefinisikan sebagai berikut:
“Populasi atau universe ialah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga atau keseluruhan individu yang menjadi acuan
hasil-hasil penelitian yang akan dilakukan”.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak KPP Pratama
Bandung Karees khususnya Wajib Pajak Orang Pribadi.Populasi Wajib Pajak
Orang Pribadi yang terdaftar adalah 90.126 wajib pajak.
(48)
44
3.5.2 Sampel
Pengertian sampel menurut Umi Narimawati (2010:38) adalah sebagai
berikut:
“Sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih untuk menjadi unit pengamatan dalam penelitian”.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa sampel merupakan bagian dari
populasi dan dapat mewakili populasi secara keseluruhan. Metode yang
digunakan untuk menentukan sampel oleh peneliti adalah pendekatan Slovin,
pendekatan ini dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi
e = batas kesalahan yang ditoleransi (1%, 5%,10%)
Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diketahui sample yang akan diambil
dalam penelitian ini melalui perhitungan berikut ini :
Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang menjadi sampel pada
penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Bandung
Karees sebanyak 100 wajib pajak. Diambil tingkat kepercayaan 10% karena hasil
dari jumlah tersebut sudah dapat mewakili wajib pajak yang ada di KPP Pratama
n = 90.126
1 + 90.126 × 0,102
= 99,8≈ 100
= N
(49)
Bandung Karees, karena datanya pun diambil secara random. Selain itu apabila
mengambil tingkat kepercayaan 1% atau 5% akan memakan waktu dan biaya
yang lebih lama dan banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2008:134),
yang menyatakan bahwa:
“Jika jumlah populasi penelitian dibawah 100 maka sebaiknya diambil
semua, tetapi jika jumlah populasinya diatas 100 maka jumlah sampelnya dapat diambil 10-15% atau 20 – 25 % atau lebih tergantung dari ketersediaan waktu, tenaga, dan dana serta kemampuan peneliti termasuk sempit luasnya wilayah penelitian”.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan dua
cara, yaitu penelitian lapangan (field research) dan studi kepustakaan (library
reserach). Pengumpulan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Penelitian Lapangan (Field Research):
a. Wawancara (Interview)
Menurut Umi Narimawati (2010:40) wawancara sebagai berikut :
“Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah
yang dibahas”.
b. Kuesioner
Menurut Umi Narimawati (2010:40) sebagai berikut:
“Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk kemudian dijawabnya. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang telah diberi skor, dimana data tersebut nantinya akan dihitung secara statistic. Kuesioner tersebut berisi daftar pertanyaan
(50)
46
Adapun bobot nilai yang diberikan pada kuesioner dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 Bobot Nilai Kuesioner
Bobot Nilai Kuesioner Pernyataan Kuesioner
5 Sangat Sesuai
4 Sesuai
3 Netral
2 Tidak Sesuai
1 Sangat Tidak Sesuai
Sumber: Umi Narimawati, dkk. (2010:40)
Hasil dari kuesioner yang disebarkan dilihat dari tingkat kuesioner yang
kembali dan dapat dipakai. Persentase dari pengisian kuesioner yang diisi
dibandingkan dengan yang disebarkan dikatakan sebagai response rate (tingkat
tanggapan responden). Menurut Yang dan Miller (2008:231) menjelaskan
response rate sebagai berikut:
“Response rate is also known as completion rate or return rate. Response rate in survey research refers to the number of people who answered the survey divided the number of people in the sample. It usually expressed in the form of a percentage. So, response rate is particularly important for anyone doing research, because sometimes sample size normally is not the same as number of units actually studied”.
Berdasarkan pengertian di atas, rumus dari response rate adalah sebagai
berikut:
(51)
Kriteria penilaian dari response rate adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5
Kriteria Penilaian Response Rate
Sumber: Yang dan Miller (2008:231)
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan atau studi literatur dengan
cara mempelajari, meneliti, mengkaji serta menelah literatur berupa
buku-buku (text book), peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, artikel,
situs web dan penelitian-penelitian sebelumnya yang memiliki hubungan
dengan masalah yang diteliti. Studi kepustakaan ini bertujuan untuk
memperoleh sebanyak mungkin teori yang diharapkan akan dapat menunjang
data yang dikumpulkan dan pengolahannya lebih lanjut dalam penelitian ini.
3.7 Metode Pengujian Data 3.8.1 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan
metode deskriptif dan verifikatif.
1. Analisis Deskriptif
Penelitian ini menggunakan jenis atau alat bentuk penelitian deskriptif yang
dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan. Penelitian deskriptif adalah
jenis penelitian yang menggambarkan apa yang dilakukan oleh KPP Pratama
Bandung Karees berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk selanjutnya diolah
No. Response Rate Kriteria
1. ≥ 85% Excellent
2. 70% - 85% Very Good
3. 60% - 69% Acceptable
4. 51% - 59% Questionable
(52)
48
menjadi data. Data tersebut kemudian dianalisis untuk memperoleh suatu
kesimpulan.Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana
masing masing variable penelitian.Langkah-langkah yang dilakukan dalam
penelitian deskriptif adalah sebagai berikut:
a. Setelah semua kuesioner terkumpul data terpilih dan dikelompokkan menurut
kelompok variable masing-masing diteruskan dengan memberi skor untuk
jawaban dari setiap item pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
b. Menyusun data yang sudah diberi skor ke dalam table (tabulasi data).
c. Dihitung besarnya tingkat variable laten dengan melihat jumlah total skor
jawaban variable laten (skor actual) yang dibandingkan dengan skor tertinggi
yang dicapai dikalikan dengan jumlah responden (skor ideal).
Sumber: Umi Narimawati, dkk (2010:45)
d. Untuk mengetahui gambaran mengenai variable laten, dilakukan melalui kategorisasi kualitas menjadi empat kategori dengan teknik kuartil sebagai berikut:
Tabel 3.6
Kriteria Kategori Kualitas Tanggapan Responden
No Kategori Kriteria
1 Kuartil III ≤ Skor Total ≤ Skor Maksimal Baik
2 εedian ≤ Skor Total < Kuartil III Cukup Baik
3 Kuartil I ≤ Skor Total < εedian Kurang Baik
4 Skor εinimal ≤ Skor Total < Kuartil I Tidak Baik
Sumber: Cooper et al. (β006:δ76)”.
Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah
diajukan. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden
diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi.
= �
(53)
Menurut Cooper et al. (2086:476) untuk data ordinal yang memiliki
distribusi asimetris, ukuran pemusatan dapat dilakukan melalui distribusi rentang
kuartil. Skor maksimal, skor minimal, nilai median, nilai kuartil I, nilai kuartil III
dapat ditentukan melalui perhitungan sebagai berikut:
Skor Maksimal = Skor Tertinggi x Jumlah Pernyataan x Jumlah Responden
Skor Minimal = Skor Terendah x Jumlah Pernyataan x Jumlah Responden
Median = (Skor Minimal + Skor Maksimal) : 2
Kuartil I = (Skor Minimal + Median) : 2
Kuartil III = (Skor Maksimal + Median) : 2
Tabel 3.7
Kriteria Persentase Tanggapan Responden
Sumber: Cooper et al. (2006:476)
Berdasarkan kriteria persentase kualitas tanggapan responden, masalah
dari penelitian ini dapat diukur dari keseluruhan persentase (100%) dikurangi
dengan persentase tanggapan responden. Hasil dari pengurangan tersebut adalah
persentase kesenjangan (gap) yang menjadi masalah yang akan diteliti.
2. Analisis Verifikatif
Analisis verifikatif dalam penelitian ini dengan menggunakan alat uji statistik
yaitu dengan uji persamaan strukturan berbasis variance atau yang lebih dikenal
dengan namaPartial Least Square (PLS) menggunakan software SmartPLS 2.0.
Menurut Imam Ghozali (2006:1) metode Partial Least Square (PLS) dijelaskan
sebagai berikut:
No % Jumlah Skor Kriteria
1 76% - 100% Baik
2 56% - 75% Cukup Baik
3 40% - 55% Kurang Baik
(54)
50
“εodel persamaan strukturan berbasis variance (PLS) mampu
menggambarkan variabel laten (tak terukur langsung) dan diukur
menggunakan indikator-indikator (variable manifest)”.
Penulis menggunakan Partial Least Square (PLS) dengan alasan bahwa
variabel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel laten (tidak
terukur langsung) yang dapat diukur berdasarkan pada indikator-indikatornya
(variable manifest), serta secara bersama-sama melibatkan tingkat kekeliruan
pengukuran (error). Sehingga penulis dapat menganalisis secara lebih terperinci
indikator-indikator dari variabel laten yang merefleksikan paling kuat dan paling
lemah variabel laten yang mengikutkan tingkat kekeliruannya.
Menurut Imam Ghozali (2006:18) Partial Least Square (PLS)
didefinisikan sebagai berikut:
“Partial Least Square (PLS) merupakan metode analisis yang powerful
oleh karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala tertentu, jumlah sampel kecil. Tujuan Partial Least Square (PLS) adalah membantu peneliti untuk mendapatkan nilai variabel laten untuk tujuan
prediksi”.
Model ini dikembangkan sebagai alternatif untuk situasi dimana dasar
teori pada perancangan model lemah atau indikator yang tersedia tidak memenuhi
model pengukuran refleksif. PLS selain dapat digunakan sebagai konfirmasi teori
juga dapat digunakan untuk membangun hubungan yang belum ada landasan
teorinya untuk pengujian proposisi. Menurut Imam Ghozali (2006:19) PLS
dikemukakan sebagai berikut:
“PδS menggunakan literasi algoritma yang terdiri dari seri analisis
(55)
masalah untuk model recursive, juga tidak mengasumsikan bentuk distribusi tertentu untuk skala ukuran variabel. Lebih jauh lagi jumlah
sampel dapat kecil dengan perkiraan kasar”.
Menurut Fornell yang dikutip Imam Ghozali (2006:1) kelebihan lain yang
didapat dengan menggunakan Partial Least Square (PLS) adalah sebagai berikut:
“SEε berbasis variance atau PLS ini memberikan kemampuan untuk melakukan analisis jalur (path) dengan variabel laten. Analisis ini sering
disebut sebagai kedua dari analisis multivariate”.
Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan di atas, maka diketahui bahwa
model analisis PLS merupakan pengembangan dari model analisis jalur.
Beberapa istilah umum yang dipakai dalam penelitian ini menurut Hair et
al. (1995) diuraikan sebagai berikut:
“ a) Konstruk Laten;
Pengertian konstruk adalah konsep yang membuat peneliti
mendefinisikan ketentuan konseptual namun tidak secara langsung (bersifat laten), tetapi diukur dengan perkiraan berdasarkan indikator. Konstruk merupakan suatu proses ataukejadian dari suatu amatan yang diformulasikan dalam bentuk konseptual dan memerlukan indikator untuk memperjelasnya.
b) Variabel Manifest;
Pengertian variabel manifest adalah nilai observasi pada bagian spesifik yang dipertanyakan, baik dari responden yang menjawab pertanyaan (misalnya, kuesioner) maupun observasi yang dilakukan oleh peneliti. Sebagai tambahan, konstruk laten tidak dapat diukur secara langsung (bersifat laten) dan membutuhkan indikator-indikator untuk mengukurnya. Indikator-indikator tersebut dinamakan variabel
manifest. Dalam format kuesioner, variabel manifest tersebut merupakan item-item pertanyaan dari setiap variabel yang dihipotesiskan.
c) Variabel Eksogen, Variabel Endogen, dan Variabel Error; dan
Variabel eksogen adalah variabel penyebab, variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya.Variabel eksogen memberikan efek kepada variabel lainnya. Dalam diagram jalur, variabel eksogen ini secara eksplisit ditandai sebagai variabel yang tidak ada panah tunggal yang menuju ke arahnya. Variabel endogen adalah variabel yang dijelaskan oleh variabel eksogen.Variabel endogen adalah efek dari
(1)
Lasnofa Fasmi Fauzan Misra. Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Padang.
Marcus Taufan Sofyan. 2005. Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, Skripsi Sains Terapan Akuntansi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Tangerang.
Mardiasmo. 2003. Perpajakan. Yogyakarta: Andi Offset.
Mardiasmo. 2006. Perpajakan (Edisi Revisi). Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Moh. Nazir. 1998. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Mohammad Zain. 2007. Manajemen Perpajakan. Edisi ke dua. Jakarta : Salemba Empat.
Nur Indriantoro. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Nurmantu. 2003. Pengantar Perpajakan, Jakarta: Grani.
Savaş Çevik, Harun Yeniçeri. 2011. The Relationship between Social Norms and
Tax Compliance: The Moderating Role of the Effectiveness of Tax Administration. Turkey.
Simanjuntak Hamonangan Timbul, Mukhlis Imam. 2012. Dimensi Ekonomi Perpajakan dan Pembangunan Ekonomi, Raih Asa Sukses, Jakarta
Siti, Kurnia Rahayu. 2010. Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspwk Formal. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Siti, Resmi. 2005. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta : Salemba Empat.
Sony Denovano dan Siti Kurnia Rahayu. 2006. Perpajakan :Konsep,Teori dan Isu. Jakarta: Prenada Medio Grup.
Sri Rahayu. 2009. Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntansi. Vol.1 No.2 November
2009.
(2)
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian dan Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung Alfabeta.
Sofyan, Yamin. 2009. Structural Equation Modeling: Belajar Lebih Mudah Teknik Analisis Data Kuesioner dengan Lisrel-PLS. Jakarta : Salemba Infotek.
Uma, Sekaran. 2009. Research Methode For Business (Metode Penelitian untuk Bisnis). Jakarta : Salemba Empat.
Umi Narimawati, 2007. Riset Manajemen dan Sumber Daya Manusia, AGUNG MEDIA, Jakarta,
Umi Narimawati. 2008. Analisis Multifariat Untuk Penelitian Ekonomi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini, Linna Ismawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah: Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir Aplikasi Pada Fakultas Ekonomi UNIKOM. Bekasi. Genesis.
Waluyo dan Wirawan B. Ilyas. 2003. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.
(3)
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr.Wb.
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahnya rahmat dan karunia serta hidayat yang telah diberikanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Maksud dari Skripsi ini penulis buat adalah untuk memenuhi syarat untuk mengikuti ujian sidang Sarjana (S1) Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
Dalam penyusunan laporan ini penulis mengambil judul “PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PAJAK MODERN DAN KEADILAN SANKSI PAJAK PADA KPP PRATAMA BANDUNG KAREES”
Penulis menyadari bahwa penyajian Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan wawasan penulis, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang berguna dan membangun bagi semua pihak, bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya untuk masa yang akan datang.
Dalam menyelesaikan Skripsi ini penulis mendapat bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu sewajarnya pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M. Sc., Selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia Bandung.
(4)
vii
2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE.,S.Pec., Lic, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.
3. Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE.,M.Ak.,Ak,CA Selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung dan Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan koreksi dalam penyusunan Skripsi ini. 4. Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE.,M.Ak.,Ak,CA Selaku Dosen Pembimbing
yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan koreksi dalam penyusunan Skripsi ini.
5. Yang tercinta kedua orang tuaku yang selalu memberikan motivasi, dukungan, doa dan nasehat bagi penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
6. Kakak-adikku Muti indriati, Miftah dan Rafi, terimakasih atas doanya. 7. My mood booster, Rizki Salsabila Rismawanti, terima kasih telah selalu
ada, untuk semua dukungan dan perhatian yang diberikan. You always make me laugh when i’m bored.
8. Teman-teman kelas AK 2 yang memberikan keceriaan kepada penulis dalam menjalani perkuliahan selama 4 tahun ini.
9. Orang-orang di masa lalu, masa sekarang dan pihak-pihak yang selal u mengingatkan agar selalu menjadi lebih baik, terima kasih atas pengalaman yang diberikan kepada penulis.
Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan mereka yang berkesempatan membacanya. Akhir kata penulis panjatkan doa kepada Allah SWT, semoga amal
(5)
viii
berupa bantuan, dorongan, dan doa yang telah diberikan kepada penulis akan mendapat balasan yang berlipat ganda.
Wassalamualaikum, Wr.Wb
Bandung, Penulis
(6)