Ilmu Tafsir Bab 5 Perkembangan Kebudayaan Islam Dinasti Bani Umayyah

185 Sejarah Kebudayaan Islam Kurikulum 2013 Umayyah, tetapi belum begitu sempurna. Pembukuan Hadis mencapai sempurna pada Masa Dinasti Bani Abbasiyah. Pada tahap selanjutnya, program pengumpu- lan hadis mendapat sambutan serius dari tokoh-tokoh Islam, seperti: 1. Imam Bukhari dengan kitab Shahih Bukhari 2. Imam Muslim, dengan kitab Shahih Muslim 3. Abu Daud dengan kitab Sunan Abu Daud 4. An-Nasa’i, dengan kitab Sunan An-Nasa’i W7LUPLG]LGHQJDQNLWDE6XQDQW7LUPLG]L 6. Ibnu Majah dengan kitab Sunan Ibnu Majah Kumpulan para ahli Hadis tersebut di atas, terkenal dengan nama Kutubus Shittah.

B. Ilmu Tafsir

Untuk memahami al-Qur’an para Ahli telah melahirkan sebuah disiplin ilmu baru yaitu ilmu Tafsir, ilmu ini dikhususkan untuk mengetahui kandungan ayat- ayat Al-Qur’an. Ketika Nabi masih hidup, penafsiran ayat-ayat tertentu telah di- persiapkan maknanya oleh Malaikat Jibril. Setelah Rasulullah wafat para sahabat Nabi seperti Ali bin Abu Thalib, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud. Ubay bin Ka’ab mulai menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an bersandar dari Rasulullah lewat pendengaran mereka ketika Rasulullah masih hidup. Mereka dianggap sebagai SHQGLULPD]KDEWDIVLUGDODP,VODPDODPSHULRGHLQLPXQFXOEHEHUDSDPDGUDVDK untuk kajian ilmu Tafsir diantaranya: 1. Madrasah Mekkah atau Madrasah Ibnu Abbas yang melahirkan mufassir terkenal seperti Mujahid bin Jubair, Said bin Jubair, Ikrimah Maula ibnu Abbas, Towus Al-Yamany dan ‘Atho’ bin Abi Robah. 2. Madrasah Madinah atau Madrasah Ubay bin Ka’ab, yang menghasilkan pakar tafsir seperti Zaid bin Aslam, Abul ‘Aliyah dan Muhammad bin Ka’ab Al- Qurodli. 3. Madrasah Iraq atau Madrasah Ibnu Mas’ud, di antara murid-muridnya yang terkenal adalah al-Qomah bin Qois, Hasan al-Basry dan Qotadah bin Di’amah As-Sadusy. Sebagian Sahabat, seperti Umar bin Khattab, beliau tidak menafsirkan ayat- ayat mutasyabihat. Sikap seperti ini karena al-Qur’an dianggap sebagai kitab suci yang tidak boleh ditafsirkan. Mereka berpendapat bahwa tafsir al-Qur’an meru- pakan sesuatu yang diluar perintah agama. Di unduh dari : Bukupaket.com B u ku S i s wa Ke l a s V I I M Ts 186 0DVDODKWDIVLUPHQLPEXONDQEHUEDJDLVLNDS\DQJEHUSDUHDVLDQWDUDODLQ6\D¿T bin Slamah al Asadi apabila ditanya tentang suatu ayat, ia hanya menjawab “Al- lah Maha Benar dengan yang dimaksud”. Maksudnya adalah ia tidak berkeingi- nan untuk membahas makna yang ditanyakan. Pada masa pemerintahan Dinasti Bani Umayyah terdapat seorang ahli Tafsir bernama Sa’id bin Zubair w. 95 H. Ia diminta menafsirkan beberapa ayat al Quran, tapi dia menolaknya. Bahkan ia lebih memilih kehilangan salah satu ang- gota tubuhnya daripada harus menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang diminta.

C. Ilmu Fikih