Untuk dosis ekstrak etanolik jahe emprit didasarkan pada penelitian Mellawati 2008. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mellawati dosis 25
mgkgBB volume pemberian 0,2 mL20 g BB memberikan efek yang optimal dan sama dengan imunostimulator sintetik Levamisol hidroklorida dan
imunostimulator alami ekstrak echinacea. Dosis ekstrak etanolik jahe emprit untuk tikus 200 g adalah :
Volume pemberian x berat badan tikus = 0,2 mL20 g BB x 200 g = 2,0 mL
Untuk dosis perlakuan madu lengkeng dan ekstrak etanolik jahe emprit dibuat menjadi 5 komposisi sebagai berikut Lampiran 9:
Komposisi 1 : jahe 100 = 2,0 mL Komposisi 2 : jahe 75 ; madu 25 = 1,5 mL ; 0,2 mL
Komposisi 3 : jahe 50 ; madu 50 = 1,0 mL ; 0,3 mL Komposisi 4 : jahe 25 ; madu 75 = 0,5 mL ; 0,5 mL
Komposisi 5 : madu 100 = 0,6 mL
6. Tahap orientasi dosis
Sebanyak 18 hewan uji dibagi dalam enam kelompok yaitu satu kelompok kontrol negatif dan lima kelompok perlakuan dimana masing-masing
kelompok terdiri dari tiga ekor tikus. Pembagian kelompok-kelompok tersebut yaitu :
a. Kelompok kontrol negatif : kelompok tikus tanpa perlakuan b. Kelompok perlakuan 1 Jahe 100 : kelompok tikus yang diberi larutan
jahe dengan volume pemberian 2,0 mL
c. Kelompok perlakuan 2 jahe 75 : madu 25 : kelompok tikus yang diberi campuran madu kelengkeng dan ekstrak etanolik jahe emprit
dengan volume pemberian 1,5 mL jahe : 0,2 mL madu. d. Kelompok perlakuan 3 jahe 50 : madu 50 : kelompok tikus yang
diberi campuran madu kelengkeng dan ekstrak etanolik jahe emprit dengan volume pemberian 1,0 mL jahe : 0,3 mL madu.
e. Kelompok perlakuan 4 jahe 25 : madu 75 : kelompok tikus yang diberi campuran madu kelengkeng dan ekstrak etanolik jahe emprit
dengan volume pemberian 0,5 mL jahe : 0,5 mL madu. f. Kelompok perlakuan 5 madu 100 : kelompok tikus yang diberi larutan
madu kelengkeng dengan volume pemberian 0,6 mL Semua tikus pada kelompok perlakuan diberikan perlakuan selama
delapan hari secara oral. Pada hari ke-0, hewan uji terlebih dahulu diinjeksi dengan antigen secara injeksi peritoneal. Pada hari ke-8, hewan uji kembali
diinjeksi dengan antigen pada telapak kaki sebelah kiri secara subkutan tetapi sebelum diinjeksi kaki tikus diukur terlebih dahulu menggunakan jangka sorong
digital sebagai data pre. Setelah 24 jam diinjeksi secara subkutan, kaki belakang tikus kembali diukur sebagai data post. Selisih volume telapak kaki belakang tikus
sebelum dan sesudah 24 jam diinjeksi dengan antigen secara subkutan dinyatakan sebagai respon DTH. Hasil yang didapatkan pada tahap orientasi ini akan
digunakan dalam tahap percobaan.
7. Tahap percobaan uji respon hipersensitivitas tipe lambat DTH