1
BAB I PENDAHULUAN
Bab I berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
A. Latar Belakang
Gereja Katolik mempunyai banyak wadah. Ada kelompok PMKRI Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia, ada kelompok Legio Mariae,
kelompok Karismatik dan ada juga Kelompok Karyawan Muda Katolik KKMK,
PPIA, 1991: 2. Selain itu, ada kelompok Kor, kelompok OMK Orang Muda
Katolik, kelompok PIA Pendampingan Iman Anak termasuk kelompok PPA Putra-putri Altar.
Secara khusus skripsi ini akan membahas tentang pelayanan putra-putri altar di Stasi Samigaluh. Namun, sebelum masuk dalam pembahasan selanjutnya perlu
mengetahui sejarah singkat mengenai putra-putri altar. Awal munculnya pelayanan putra altar bertolak dari tugas akolit dalam Gereja Romawi sejak abab ke-3. Tugas
akolit sebagai pelayan merupakan suatu tugas klerus artinya yang bertugas hanya orang-orang yang sudah ditahbiskan. Tugas ini mulai mengalami perubahan pada
abab ke-8 karena muncul ”missa privata”, yang artinya dimana tiap imam sering
merayakan misa sendiri-sendiri dalam Gereja pada waktu yang sama di tempat yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, Gereja menuntut setidak-tidaknya satu pelayan harus
hadir sebagai wakil jemaat untuk merayakan misa secara bersama-sama. Pada saat Ekaristi pelayan misa dilakukan oleh anak-anak laki-laki yang sejak usia dini belajar
2 untuk menjadi calon imam dan dididik untuk kemudian menjadi Imam. Namun,
dengan berjalannya waktu tugas pelayanan misa mulai mengalami perubahan sesuai dengan kebiasaan dan tuntutan zaman. Misalnya pada zaman Barok abad 17-18
putra altar diberi tugas yang mirip dengan pelayan anak di istana bangsawan, termasuk juga cara berpakaian dan penampilannya secara dekoratif yang artinya
tidak hanya perorangan tetapi dalam kelompok dengan membawa lilin, saat berjalan dan bergerak bersama-sama secara teratur dengan berpakaian khusus. Kebiasaan di
istana bangsawan inilah, lalu kemudian diterapkan pada putra altar, maka hingga kini putra altarpun bergerak secara bersama-sama dan mempunyai pakain khusus
hingga dipakai sampai sekarang. Barulah pada tahun 1994, para ahli liturgi mulai menegaskan ketentuan
hukum Gereja yang bersangkutan harus ditafsirkan menurut Dasar Teologis Konstitusi Liturgi dari Konsili Vatikan II, yakni bahwa pria maupun wanita atau
putra maupun putri dapat melaksanakan tugas sebagai pelayan misa berdasarkan sakramen baptis Meisner, 1998: 141. Ungkapan ini juga diperkuat, setelah Konsili
Vatikan II, dimana Gereja membuka jalan selebar-lebarnya bagi umat yang ingin berpartisipasi memeriahkan liturgi dengan cara yang wajar dan berkenan kepada
Allah, tanpa merusak keindahan liturgi itu sendiri. Berdasarkan tuntutan kebutuhan Gereja zaman sekarang dalam hal pelayanan sangat dibutuhkan tenaga pelayan
dimana-mana, maka tugas ini diperkenankan juga diambil alih oleh misdinar atau putra-putri altar Martasudjita, 2008: 13-14.
Kelompok putra-putri altar merupakan kelompok remaja katolik yang sudah menerima sakramen pembaptisan dan dimasukkan menjadi anggota Gereja secara
syah. Putra-putri altar atau yang sering disebut dengan misdinar adalah suatu
3 kelompok remaja Katolik yang terdiri dari anak-anak yang sudah menerima komuni
pertama. Mereka ini mempunyai tugas dan tanggungjawab yakni melayani Imam sewaktu Imam mempersembahkan perayaan Ekaristi. Jenjang pendidikan putra-putri
altar mulai dari kelas 1V SD sampai usia SMA. Pada usia remaja ini, mereka sedang dalam proses mencari jati diri, maka lewat kegiatan-kegiatan yang dilakukan mereka
bergerak untuk menemukan jati diri sendiri Martasudjita, 2008: 16. Selain itu, putra-putri altar merupakan suatu profesi yang membutuhkan kerelaan diri untuk
siap-sedia melayani Imam selama mempersembahkan perayaan Ekaristi, baik ketika mengadakan misa harian, misa mingguan, hari raya dan hari-hari khusus seperti
pemberkatan perkawinan, dll. Pada usia remaja ini, mereka sedang dalam proses perkembangan secara fisik maupun rohani. Dalam perkembangannya mereka
menerima pengaruh positif dan negatif dari luar dirinya. Remaja putra-putri altar yang ada di Stasi Samigaluh pun demikian. Dewasa ini mereka dihadapkan pada
kemajuan zaman dengan berbagai alat teknologi canggih seperti televisi dengan aneka sajian yang menarik, melalui media masa, internet, HP dan lain sebagainya.
Disamping itu, mereka juga dipengaruhi oleh situasi sosial zaman sekarang yang berpuncak pada kemerosatan moral karena adanya korupsi dimana-mana, pergaulan
kaum muda yang terlalu bebas, mabuk-mabukan, pemerkosaan, bahkan melakukan aborsi, ketidakadilan, dan kemiskinan terjadi dimana-mana.
Semua hal yang sudah disebutkan di atas, akan mempengaruhi nilai positif dan negatif bagi perkembangan iman mereka. Nilai positif bila pengaruhnya dapat
membantu memperkembangkan dirinya, misalnya melihat kemiskinan, ia akan tergerak hatinya untuk belajar berbagi kasih dan sebaliknya nilai negatif akan
menghambat perkembangan dirinya, seperti nonton televisi yang menawarkan
4 produk-produk baru yang harus dibeli sehingga lama-kelaman anak menjadi
materialistik. Selain itu, pergaulan yang terlalu bebas di antara kaum muda akan mempengaruhi timbulnya niat jelak akan perilaku seksual. Mengingat putra-putri
altar sebagai generasi penerus Gereja di masa depan, maka mereka perlu mendapat pendampingan rohani yang memadai sedini mungkin, sehingga nantinya mereka
siap menjadi generasi penerus Gereja yang handal dalam mengemban karya pelayanan di tengah-tengan umat. Namun, penulis melihat selama ini putra-putri
altar belum pernah diajari bahkan belum pernah mendapat pembekalan peralatan liturgi, karena belum ada bahan-bahan pendukung yang dapat digunakan sehingga
sangat minim sekali pengetahuan dan pemahaman mereka tentang alat-alat liturgi. Selain itu, karena tidak ada pendamping profesional atau yang sudah berpengalaman
untuk mengajari mereka mengenal dan memahami peralatan liturgis. Selama menjalankan tugas, putra-putri altar bersemangat untuk melayani, namun
kenyataannya putra-putri altar di Stasi Samigaluh ini belum memahami dan mengerti secara mendalam apa makna liturgi, nama alat-alat liturgi, warna-warna
liturgi, pakaian liturgi dan bagaimana bersikap yang baik sebagai seorang pelayan. Ketika melayani Imam saat perayaan Ekaristi mereka anggap hanya sebagai
formalitas saja. Ini nampak pada cara duduk mereka kakinya diangkat, sering makan-makan permen, saat hormat tidak sepenuhnya sampai tunduk ke bawah dan
sering berbicara dengan teman kiri-kanan. Mereka mengganggap yang penting datang, duduk saat dimana ia harus mengantar roti dan anggur, kain dan air, dan
kapan mendupai, hanya seputar ini saja yang mereka ketahui. Ini merupakan keprihatinan berdasarkan pengamatan langsung oleh penulis. Meski banyak
keprihatinan, penulis berpikir kemauan yang ada perlu dipupuk dan dikembangkan
5 dengan baik supaya tetap berkembang. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan dan
maksud tersebut diperlukan adanya pendampingan rohani secara rutin bagi putra- putri altar, baik melalui materi-materi tentang liturgi, masa-masa liturgi, peralatan
atau perlengkapan liturgi dan mamberikan materi tentang sikap-sikap yang baik. Dengan demikian, harapan kedepannya putra-putri altar di Stasi Samigaluh benar-
benar mengetahui dan dapat mempraktekannya dengan penuh penghayatan iman dalam perayaan Ekaristi maupun dimana saja mereka berada.
Putra-putri altar selama ini, penulis melihat belum terorganisir dengan baik sehingga jarang pula diadakan pendampingan tersebut. Khususnya putra-putri altar
yang ada di Stasi Samigaluh, hal ini sungguh sangat memprihatinkan dalam memperkembangkan iman mereka. Untuk itu, penulis menawarkan beberapa
kegiatan seperti retret, rekoleksi, ziarah, dan camping agar putra-putri altar tetap termotivasi untuk melayani. Dari beberapa kegiatan yang sudah disebutkan, penulis
memilih salah satu kegiatan yaitu rekoleksi. Program rekoleksinya sudah dilaksanakan dua kali yaitu pada 27 Mei dan 30 Juni 2014 di Gereja Samigaluh dan
hasilnya dapat dilihat dalam bab IV. Dengan adanya kegiatan rekoleksi mereka mendapat pengetahuan dan membuka wawasan yang baru sehingga mereka
termotivasi untuk melayani. Sikap melayani tidak hanya melayani Tuhan saat perayaan Ekaristi berlangsung, namun sikap melayani dapat diterapkan juga di
sekolah, di tengah-tengah masyarakat, keluarga, dan komunitas dan dimanapun kalian berada. Sama seperti yang yang dikatakan
Yesus ”Aku datang untuk melayani, bukan untuk dilayani” Mat 20:28. Bertolak dari pemikiran dan
kenyataan di atas, maka penulis mengangkat judul UPAYA MENINGKATKAN PELAYANAN PUTRA-PUTRI ALTAR DALAM LITURGI, MELALUI
6 PENDAMPINGAN ROHANI DI STASI IGNASIUS LOYOLA SAMIGALUH,
PAROKI SANTA LISIEUX, BORO, KULONPROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.
Penulis berharap melalui tulisan ini, dapat mengetahui lebih jauh tentang pelaksanaan pendampingan rohani terhadap putra-putri altar di Stasi Samigaluh dan
memberikan sumbangan yang berguna bagi putra-putri altar di Stasi Samigaluh dalam meningkatkan hidup rohani mereka sejak usia dini, melalui beberapa kegiatan
yang mendukung seperti rekoleksi, camping rohani, ziarah dan retret.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka pokok
masalah dalam penulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Sejauh mana Gereja mengadakan pendampingan rohani bagi putra-putri altar?
2. Apa saja hambatan-hambatan yang dihadapi dari Stasi Samigaluh untuk
meningkatkan pelayanan putra-putri altar? 3.
Upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan semangat pelayanan bagi putra-putri altar di stasi Samigaluh secara realistis?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejauh mana Gereja mengadakan pendampingan rohani bagi
putra-putri altar. 2.
Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi di Stasi Samigaluh untuk meningkatkan pelayanan putra-putri altar.
7 3.
Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan semangat pelayanan putra-putri altar?
4. Memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana SI Program Studi Ilmu
Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Putra-putri Altar di Stasi Samigaluh
Putra-putri altar di Stasi Samigaluh dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang baru tentang alat-alat liturgis, masa-masa liturgi, warna-warna liturgi,
bahan-bahan pokok yang digunakan dalam perayaan Ekaristi serta bagaimana bersikap yang baik sebagai seorang pelayan, nilai-nilai yang baik serta faktor-faktor
pendukung demi kelancaran kegiatan putra-putri altar di Stasi Samigaluh. Selain mengetahui peralatan liturgi, warna-warna liturgi, bahan-bahan pokok dan lain-lain
yang sudah disebutkan di atas juga diharapkan dalam perayaan Ekaristi belajar untuk lebih memaknai perayaan Ekaristi secara mendalam. Setelah mendapat
pendampingan rohani, akhirnya putra-putri altar tergerak hati untuk menjadi pelayan Tuhan dan sesama
2. Bagi Stasi Samigaluh
Skripsi ini sebagai sumbangan pemikiran dalam membantu meningkatkan pendampingan rohani dalam bentuk kegiatan rekoleksi bagi putra-putri altar di Stasi
8 Samigaluh agar Gereja Samigaluh menggunakan program rekoleksi dalam
menindaklanjuti kegiatan selanjutnya atau jadikan program ini sebagai acuan untuk kegiatan selanjutnya.
3. Bagi Penulis
Penulis dapat menambah wawasan dan pengetahuan baru tentang pendampingan rohani putra-putri altar serta lebih dalam memahami peralatan liturgi
dan makna peralatan liturgi sehingga membantu meningkatkan semangat pelayanan. Tulisan ini juga bermanfaat bagi penulis sebagai bekal dikemudian hari dalam
melakukan pendampingan rohani putra-putri altar dalam pelayanan dimana penulis akan berkarya nantinya.
E. Metode Penulisan
Dalam menyusun skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis dengan studi pustaka yang dilengkapi dengan penelitian, yang datanya
diperoleh melalui observasi dan wawancara.
F. Sistematika Penulisan
Tulisan ini mengambil judul tentang UPAYA MENINGKATKAN PELAYANAN PUTRA-PUTRI ALTAR DALAM LITURGI, MELALUI
PENDAMPINGAN ROHANI DI STASI IGNASIUS LOYOLA SAMIGALUH, PAROKI SANTA LISIEUX, BORO, KULONPROGO DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA. Uraian secara singkat dari kelima bab tersebut adalah sebagai
berikut: Dalam bab I ini berisi tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
9 Dalam bab II ini berisi tentang sejarah singkat munculnya putra-putri altar,
pengertian putra-putri altar, organisasi putra-putri altar, syarat-syarat menjadi anggota putra-putri altar, acara pelantikan putra-putri altar, tugas pelayanan putra-
putri altar, pakaian misdinar serta peralatan untuk perayaan liturgi dan pengertian liturgi, unsur-unsur liturgi, sikap-sikap badan yang baik sebagai seorang pelayan,
simbol atau lambang liturgi, warna-warna liturgi, tentang pendampingan rohani putra-putri altar maupun nilai-nilai yang baik perlu dimiliki oleh putra-putri altar.
Dalam bab III penulis akan menguraikan lima bagian antara lain: memaparkan tentang gambaran umum Paroki Santa Lisieux Boro Daerah Istimewa
Yogyakarta meliputi: sejarah singkat Paroki Santa Lisieux Boro Yogyakarta, letak dan situasi geografis Paroki St. Theresia Lisieux Boro, Sejarah Singkat Stasi
Ignasius Loyola Samigaluh, letak dan batas-batas geografis Stasi St.Ignasius Loyola Samigluh, jumlah lingkungan dan jumlah umat yang ada di Stasi St.Ignasius Loyola
Samigaluh. Persiapan penelitian meliputi tujuan penelitian, jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian, metode penelitian, keabsahan data,
teknik analisis data, daftar pertanyaan, hasil penelitian dan pembahasan.
Bab IV merupakan suatu konsep dan usulan pendampingan rohani bagi