Peranan karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ bagi umat Paroki Santa Theresia Lisieux Boro, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta dalam relevansinya mengembangkan iman yang cerdas,
PERANAN KARYA MISI ROMO JOHANNES BAPTIST PRENNTHALER SJ BAGI UMAT PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO,
KULONPROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM RELEVANSINYA MENGEMBANGKAN IMAN
YANG CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER DI ZAMAN SEKARANG
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Agustinus Dwi Riyanto NIM: 121124046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2017
(2)
(3)
(4)
iv
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
seluruh umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro,
para pembina iman,
(5)
v
“Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus
Yesus” (Flp 1:6)
(6)
vi
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 2 Februari 2017
Penulis
(7)
vii
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Agustinus Dwi Riyanto
Nomor Mahasiswa : 121124046
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan wewenang
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah
penulis yang berjudul “PERANAN KARYA MISI ROMO JOHANNES BAPTIST PRENNTHALER SJ BAGI UMAT PAROKI SANTA THERESIA
LISIEUX BORO, KULONPROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
DALAM RELEVANSINYA MENGEMBANGKAN IMAN YANG CERDAS,
TANGGUH, DAN MISIONER DI ZAMAN SEKARANG”.
Dengan demikian, penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk
media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara
terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta izin maupun memberikan royalti kepada penulis
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini
penulis buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 2 Februari 2017
Yang menyatakan,
(8)
viii
BAPTIST PRENNTHALER SJ BAGI UMAT PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO, KULONPROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM RELEVANSINYA MENGEMBANGKAN IMAN YANG CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER DI ZAMAN SEKARANG”. Pemilihan judul ini bertitik tolak pada gerakan pastoral di Paroki St. Theresia Lisieux Boro, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta untuk meneladani Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner di zaman sekarang. Paus Emeritus Benediktus XVI mencanangkan
‘Tahun Iman’ yang berlangsung dari 12 Oktober 2012-24 November 2013. KAS
menanggapi ‘Tahun Iman’ dengan menggalakkan formatio iman berjenjang yang bertujuan membantu umat dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner. Paroki St. Theresia Lisieux Boro menjadikan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ sebagai teladan dalam menghidupi iman yang cerdas, tangguh, dan misioner. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui pandangan dan pemahaman umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro tentang iman cerdas, tangguh, misioner dan peranan karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ bagi umat dalam mengembangkan iman cerdas, tangguh, dan misioner.
Bertolak dari alasan dan tujuan penulisan skripsi ini, penulis memperoleh data melalui wawancara dan studi pustaka. Dari hasil wawancara menyatakan bahwa pertama, iman yang cerdas, tangguh, dan misioner saling berkaitan. Iman yang cerdas berkaitan dengan akal budi dan hati nurani. Iman yang tangguh berarti umat memiliki kekokohan dalam menghadapi tantangan zaman. Iman misioner merupakan perwujudan dari iman cerdas dan tangguh. Kedua, Karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ 89 tahun yang lalu berperan bagi umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner.
Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ adalah seorang misionaris Jesuit yang memilih berkarya di tanah Jawa, khususnya di daerah Boro. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ menginginkan supaya Kerajaan Allah dapat dirasakan secara nyata oleh umat, sehingga Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ berkarya di bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan pengajaran iman. ARDAS KAS 2016-2020 bercita-cita membangun Gereja yang inklusif, inovatif, dan transformatif melalui perwujudan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner. Karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ masih dirasa relevan dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner di zaman sekarang.
Berdasarkan permasalahan yang ada, diperlukan upaya untuk membantu umat dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner dengan meneladani Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui katekese model SCP (Shared Christian Praxis) dengan tema
‘Mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner dengan meneladani Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ’ dan tujuan tema ‘Bersama pendamping, umat semakin menyadari teladan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam hidup beriman, sehingga semakin mampu mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner’.
(9)
ix
MISSION WORK OF FATHER JOHANNES BAPTIST PRENNTHALER SJ FOR THE PEOPLE OF ST. THERESIA LISIEUX BORO PARISH IN THE RELEVANCE OF DEVELOPING INTELLIGENT, FIRM, AND MISSIONARY FAITH IN NOWADAYS ERA”. This title is chosen due to the pastoral movement in St. Theresia Lisieux Boro Parish, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta to emulate Father Johannes Baptist Prennthaler SJ in developing intelligent, firm, and missionary faith in nowadays. Pope Benedict XVI declared
‘the Year of Faith’ as of October 11th, 2012 until November 24th, 2013.
Archdiocese of Semarang responded to the ‘Year of Faith’ by promoting the gradual faith formation to help people developing intelligent, firm, and missionary faith. Parish of St. Theresia Lisieux Boro choose Father Johannes Baptist Prennthaler SJ as the role model in living up intelligent, firm, and missionary faith. The purpose of this thesis is to recognize the opinion and understanding of the parishioner of St. Theresia Lisieux Boro concerning with the role of the mission work of Father Johannes Baptist Prennthaler SJ in developing intelligent, firm, and missionary faith.
The author obtains the data through interviews and literature study. The findings, loads to the conclusion that intelligent, firm, and missionary faith are interrelated. An intelligent faith concerns with intellect and conscience. A firm faith means that this faith is have the robustness in encountering challenges of the age. A missionary faith is a realisation of intelligent and firm faith. The second findings is that the mission work of Father Johannes Baptist Prennthaler SJ 89 years ago still has relevance for the people St. Theresia Lisieux Parish in developing intelligent, firm, and missionary faith.
Father Johannes Baptist Prennthaler SJ is a Jesuit missionary who worked in Java, especially in Boro. Father Johannes Baptist Prennthaler SJ wanted that the Kingdom of God could be perceived as real by the people. For this reason, Father Johannes Baptist Prennthaler SJ worked at education, economy, health, and the teaching of faith. ARDAS of Semarang Archdiocese 2016-2020 envisions to build a Church that is inclusive, innovative, and transformative through living up intelligent, firm, and missionary faith. Mission work of Father Johannes Bapitst Prennthaler SJ is still relevant to develop intelligent, firm, and missionary faith in nowadays.
Based on the existing problems, it is strongly recommended to emulate Pastor Johannes Baptist Prennthaler SJ to developing intelligent, firm, and missionary faith. Such efforts could be done through catechesis model of SCP
(Shared Christian Praxis). The theme is ‘Developing intelligent, firm, and missionary faith through emulating Father Johannes Baptist Prennthaler SJ’ and the purpose is ‘With the tutor, people are increasingly aware of the example of Father Johannes Baptist Prennthaler SJ in living up the faith, so that they are able
(10)
x
Puji syukur kepada Allah Bapa karena kasih dan penyertaan-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERANAN KARYA MISI ROMO JOHANNES BAPTIST PRENNTHALER SJ BAGI UMAT PAROKI SANTA
THERESIA LISIEUX BORO, KULONPROGO, DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA DALAM RELEVANSINYA MENGEMBANGKAN IMAN
YANG CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER DI ZAMAN SEKARANG”.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk mengenal Rm. Johannes Baptist
Prennthaler SJ yang mewartakan Kerajaan Allah di daerah Pegunungan Menoreh.
Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ menjadi inspirasi bagi umat Paroki St.
Theresia Lisieux Boro dalam hidup menggereja dan mengembangkan iman yang
cerdas, tangguh, dan misioner di zaman sekarang ini.
Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan bebagai
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen pembimbing utama, yang
telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan memberikan
masukan-masukan, sehingga penulis dapat lebih termotivasi dalam penulisan
skripsi ini.
2. Dr. B.A. Rukiyanto, S.J., selaku dosen penguji kedua, yang telah menguji dan
memberi masukan demi penyelesaian penulisan skripsi ini.
3. Drs. L. Bambang Hendarto Y., M.Hum., selaku dosen penguji ketiga, yang
(11)
xi
5. Segenap Staf Dosen Prodi PAK-JIP-FKIP-USD Yogyakarta yang telah
mendidik dan membimbing penulis selama belajar hingga selesainya skripisi
ini.
6. Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi PAK, serta seluruh karyawan bagian
lain, yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi
ini.
7. Rm. Fransiskus Xaverius Alip Suwito, Pr., dan Rm. Jonathan Billie Cahyo
Adi, Pr., selaku romo Paroki St. Theresia Lisieux Boro, yang telah
memberikan izin dan dukungan untuk mengadakan wawancara kepada umat.
8. Bpk. Ciprianus Suparjo, Bpk. F.X. Suratija, Bpk. Andreas Walyadi, Bpk. R.
Suparlan, Bpk. Ignatius Sudaryana, Bpk. Caecarius Mujiran, Ibu Anastasia
Ninik Sumarni, Ibu Yustina Supriyati, Sdr. Gregorius Sukasubagya, Sdr.
Willibordus Bayu Putra, dan Sdri. Veronica Fifi Rintina selaku responden
wawancara, yang telah meluangkan waktu untuk pelaksanaan wawancara.
9. Para Staf Sekretariat Paroki St. Theresia Lisieux Boro, yang telah
memberikan beberapa data untuk keperluan penulisan skrispi ini.
10. Kedua orangtua (F.X. Supriyanto dan L. Sukarini) dan keluarga, yang telah
memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
11. Teman-teman angkatan 2012 yang selalu memberikan dukungan dan
(12)
xii
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritis
dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Yogyakarta, 2 Februari 2017
Penulis
(13)
xiii
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR SINGKATAN ... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penulisan ... D. Manfaat Penulisan ... E. Metode Penulisan ... F. Sistematika Penulisan ... 1 4 4 4 5 6 BAB II. KEGIATAN UMAT PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO UNTUK MENGEMBANGKAN IMAN YANG CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER DENGAN INSPIRASI DARI KARYA MISI ROMO JOHANNES BAPTIST PRENNTHALER SJ ... 8 A. Gambaran Umum Paroki St. Theresia Lisieux Boro ...
1.Sejarah dan Perkembangan Paroki St. Theresia Lisieux Boro... 2.Visi dan Misi Paroki St. Theresia Lisieux Boro ... 3.Situasi Geografis Paroki St. Theresia Lisieux Boro ... 4.Situasi Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro ... B. Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro Mengembangkan Iman
yang Cerdas, Tangguh, dan Misioner ...
8 9 12 15 16 18
(14)
xiv
2. Kegiatan Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam
Mengembangkan Iman yang Cerdas, Tangguh, dan Misioner ... C. Rangkuman Permasalahan-permasalahan Pokok yang Dialami
oleh Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam
Mengembangkan Iman yang Cerdas, Tangguh, dan Misioner ... 1. Permasalahan Pokok dalam Mengembangkan Iman Cerdas,
Tangguh, dan Misioner ... 2. Tindak Lanjut Menanggapi Permasalahan Pokok dalam
Mengembangkan Iman Cerdas, Tangguh, dan Misioner ...
24
38
38
42
BAB III. KARYA MISI ROMO JOHANNES BAPTIST PRENNTHALER SJ DALAM RELEVANSINYA DENGAN IMAN YANG CERDAS, TANGGUH, DAN MISIONER DALAM ARAH DASAR KEUSKUPAN AGUNG
SEMARANG 2016-2020 ... 45 A. Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ ...
1. Situasi Umum Tempat Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ ... 2. Sejarah Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ ... 3. Tujuan dan Ranah Karya Misi Romo Johannes Baptist
Prennthaler SJ ... 4. Hasil Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ ... B. Iman yang Cerdas, Tangguh, dan Misioner dalam Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2016-2020 ... 1. Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang ... 2. Iman yang Cerdas, Tangguh, dan Misioner ... C. Relevansi Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ bagi umat dalam Mengembangkan Iman yang Cerdas, Tangguh, dan Misioner ... 1. Relevansi Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ bagi Umat dalam Mengembangkan Iman yang Cerdas ... 2. Relevansi Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ bagi Umat dalam Mengembangkan Iman yang Tangguh ... 3. Relevansi Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ bagi Umat dalam Mengembangkan Iman yang Misioner ...
46 46 52 58 64 68 69 83 89 90 91 92 BAB IV. SALAH SATU USAHA UNTUK MENDALAMI KARYA
MISI ROMO JOHANNES BAPTIST PRENNTHALER SJ DALAM MENGEMBANGKAN IMAN YANG CERDAS,
(15)
xv
A. Latar Belakang Pemikiran Pemilihan Katekese Model SCP... B. Alasan Pemilihan Tema ... C. Rumusan Tema dan Tujuan ... D. Penjabaran Program Katekese ... E. Petunjuk Pelaksanaan Program Katekese Model SCP ... F. Contoh Satuan Persiapan Pelaksanaan Katekese Model SCP...
96 98 99 101 105 106 BAB V. PENUTUP ... 125
A. Kesimpulan ... B. Saran ...
125 126 DAFTAR PUSTAKA ... 129 LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Izin Wawancara ... (1) Lampiran 2: Daftar Lingkungan di Paroki St. Theresia Lisieux Boro .. (2) Lampiran 3: Daftar Pertanyaan Wawancara kepada Umat ... (4) Lampiran 4: Daftar Pertanyaan Wawancara kepada Romo dan Dewan
Paroki ... (5) Lampiran 5: Rangkuman Hasil Wawancara kepada Umat ... (6) Lampiran 6: Rangkuman Hasil Wawancara kepada Romo dan Dewan
Paroki ... (11) Lampiran 7: Teks Lagu Pertemuan SCP ... (17) Lampiran 8: Teks Cerita Pertemuan SCP ... (18) Lampiran 9: Teks Penggalam Kisah Hidup Rm. Johannes Baptist
(16)
xvi
A. Singkatan Teks Kitab Suci
Seluruh singkatan dari Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Lama dan Kitab Suci Perjanjian Baru: Dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen
Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam Rangka PELITA
IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.
B. Singkatan Dokumen Gereja
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Yohanes Paulus II
kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang
Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979.
DKU : Direktorium Kateketik Umum, Direktorium tentang Kateketik
secara umum yang dikeluarkan oleh Kongregasi Suci para
Klerus, 11 April 1971.
GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral dalam Konsili Vatikan II
tentang Gereja di Dunia Dewasa, 7 Desember 1965.
KGK : Katekismus Gereja Katolik, Dokumen Gereja tentang Ajaran
Iman Katolik yang Sah dan Legitim, 25 Juni 1992.
LF : Lumen Fidei, Ensiklik Paus Fransiskus bagi para uskup, imam,
diakon, kaum religius, dan umat beriman awam tentang Iman, 29
(17)
xvii
C. Singkatan Lain
APP : Aksi Puasa Pembangunan
ARDAS : Arah Dasar
Art : Artikel
Bdk : Bandingkan
BKL : Bulan Katekese Liturgi
BKSN : Bulan Kitab Suci Nasional
BPD : Badan Permusyawarahan Desa
DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta
DKP : Dewan Karya Pastoral
Dr : Dokter
FABC : Federation of Asian Bishops’ Conferences (Konferesnsi Para Uskup Asia)
FIC : Congregatio Fratres Immaculatae Conceptionis Beatae Mariae
Virginis (Kongregasi Para Bruder Santa Perawan Maria yang
Dikandung Tak Bernoda)
FKT : Festival Kesenian Tradisional
FX : Fransiskus Xaverius
HUT : Hari Ulang Tahun
(18)
xviii Koramil : Komando Rayon Militer
ME : Marriage Encounter (Perjumpaan Pasangan Suami Istri)
Mgr : Monsinyur
No : Nomor
OMK : Orang Muda Katolik
OSF : Ordo Santo Fransiskus (Fransiskanes)
PGPM : Pengurus Gereja Papa Miskin
PIA : Pendampingan Iman Anak
PIOD : Pendampingan Iman Orang Dewasa
PIOM : Pendampingan Iman Orang Muda
PIR : Pendampingan Iman Remaja
PIUL : Pendampingan Iman Usia Lanjut
Polsek : Polisi Sektor
Pr : Presbiter (Imam Diosesan)
PSE : Pelayanan Sosial Ekonomi
Rm : Romo (Imam)
SCP : Shared Christian Praxis
SD : Sekolah Dasar
SDM : Sumber Daya Manusia
SGMB : Sekolah Generasi Muda Boro
(19)
xix Th : Tahun
TK : Taman Kanak-kanak
WIB : Waktu Indoesia Barat
(20)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
Iman merupakan tanggapan manusia atas wahyu yang diberikan oleh
Allah. Allah memberikan wahyu dalam sejarah kehidupan manusia sejak zaman
para Bapa Bangsa hingga zaman sekarang. Dalam sejarah karya keselamatan
Allah, manusia mengalami banyak tantangan hidup seperti yang dialami oleh
bangsa Israel di tengah padang pasir yang mengakibatkan iman kepercayaan
mereka akan Allah mengalami kegoyahan, bahkan banyak yang meninggalkan
Allah (Kel 16:2-9). Di zaman sekarang pun tantangan dalam hidup beriman
semakin sulit. Di dalam Ensiklik Lumen Fidei, art. 2, Paus Fransiskus menyatakan
bahwa saat ini iman sedang terancam dalam ‘terang yang tidak nyata’, yaitu anggapan bahwa iman kurang bermanfaat bagi orang di zaman sekarang ini.
Iman bersifat dinamis. Apabila iman dipelihara dengan baik, maka akan
semakin berkembang, tetapi jika dibiarkan begitu saja, maka akan semakin redup
dan mati. Di zaman modern sekarang ini ada banyak godaan dalam
mengembangkan iman. Paus Emeritus Benediktus XVI menyadari bahaya dari
perkembangan zaman ini yang mengakibatkan krisis iman yang mendalam (Porta
Fidei, art. 2). Oleh karena itu, Paus Emeritus Benediktus XVI mencanangkan
‘Tahun Iman’ yang dibuka pada 11 Oktober 2012 dan berakhir pada 24 November
2013. Tahun Iman menjadi sebuah kesempatan bagi Gereja semesta untuk
semakin merefleksikan karya keselamatan Allah dan menemukan kembali iman
(21)
Formatio iman berjenjang menjadi salah satu upaya untuk semakin
memperkembangkan dan menghayati iman yang dilakukan oleh Keuskupan
Agung Semarang. Secara khusus, formatio iman berjenjang bertujuan agar umat
semakin beriman secara cerdas, tangguh, dan misioner di tengah-tengah zaman
modern ini (DKP KAS, 2014: 29-31). Situasi konkret masyarakat menjadi pijakan
dalam mengembangkan iman, sehingga iman dapat berkembang sesuai dan
relevan dengan tuntutan zaman. Hidup beriman tidak hanya sebatas hal rohani
seperti berdoa, tetapi juga dituntut untuk menjadi cerdas, tangguh, dan misioner.
Beriman cerdas, tangguh, dan misioner menjadi jalan bagi umat untuk
menghadapi arus globalisasi yang membawa banyak pengaruh bagi kehidupan
masyarakat. ARDAS KAS 2016-2020 bercita-cita untuk mewujudkan Gereja
yang inklusif, inovatif, dan transformatif melalui pengembangan iman yang
cerdas, tangguh, dan misioner (DKP KAS, 2016: 5).
Paroki St. Theresia Lisieux Boro merupakan salah satu paroki di KAS
yang berada di Pegunungan Menoreh. Kelahiran dan perkembangan Paroki St.
Theresia Lisieux Boro tidak terlepas dari karya seorang misionaris Jesuit
berkebangsaan Austria, yaitu Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Setelah
membaca artikel tentang perjalanan misi Jesuit Provinsi Belanda di tanah Jawa,
Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ memutuskan untuk berkarya di tanah Jawa.
Perjalanan misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ mengalami banyak
tantangan dari kelompok Zending, Muhammadiyah, dan pemerintah
(Hardawiryana, 2002: 81-84). Akan tetapi, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ
(22)
tangguh karena Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ menginginkan supaya umat
dapat merasakan Kerajaan Allah secara nyata.
Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro menjadikan Rm. Johannes Baptist
Prennthaler SJ sebagai teladan dalam hidup beriman. Umat Paroki St. Theresia
Lisieux Boro menyadari bahwa pada zaman ini ada banyak tantangan hidup,
sehingga banyak umat yang mengalami krisis iman. Dalam situasi ini, umat
Paroki St. Theresia Lisieux Boro terus belajar dari karya Rm. Johannes Baptist
Prennthaler SJ. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ memberikan teladan sikap
iman yang cerdas, tangguh dan misioner melalui karya-karya misi dalam bidang
pendidikan, kesehatan, dan perekonomian. Meskipun, karya misi Rm. Johannes
Baptist Prennthaler SJ 89 tahun lalu, teladan Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ
masih relevan bagi umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam mengembangkan
iman yang cerdas, tangguh, dan misioner.
Dengan melihat situasi nyata yang terjadi yaitu penggalakan gerakan
formatio iman berjenjang, pelaksanaan ARDAS KAS 2016-2020 dan keteladanan
Rm. Johannes Bapstist Prennthaler SJ bagi umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro,
maka penulis tergerak untuk memberikan sumbangan pemikiran demi
perkembangan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner. Oleh karena itu, penulis
menyusun skripsi dengan judul “PERANAN KARYA MISI ROMO JOHANNES BAPTIST PRENNTHALER SJ BAGI UMAT PAROKI SANTA THERESIA
LISIEUX BORO, KULONPROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
DALAM RELEVANSINYA MENGEMBANGKAN IMAN YANG CERDAS,
(23)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro memahami iman yang
cerdas, tangguh, dan misioner?
2. Apa saja peranan karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ bagi umat
Paroki St. Theresia Lisieux Boro terutama dalam mengembangkan iman
cerdas, tangguh, dan misioner?
3. Bentuk kegiatan apa yang dapat membantu umat Paroki St. Theresia Lisieux
Boro dalam mengembangkan iman cerdas, tangguh, dan misioner?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bagaimana umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro memahami
iman yang cerdas, tangguh, dan misioner.
2. Mengetahui peranan karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ bagi
umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro terutama dalam mengembangkan iman
cerdas, tangguh, dan misioner.
3. Mengusulkan bentuk kegiatan yang dapat membantu umat Paroki St. Theresia
Lisieux Boro dalam mengembangkan iman cerdas, tangguh, dan misioner.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan skripsi dengan judul
“PERANAN KARYA MISI ROMO JOHANNES BAPTIST PRENNTHALER SJ BAGI UMAT PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO,
KULONPROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM
(24)
TANGGUH, DAN MISIONER DI ZAMAN SEKARANG” adalah sebagai berikut:
1. Menambah wawasan yang lebih mendalam bagi penulis tentang karya misi
Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dan pengembangan iman cerdas,
tangguh, dan misioner.
2. Memberikan sumbangan pemikiran dan pertimbangan bagi Dewan Paroki St.
Theresia Lisieux Boro dalam merencanakan dan menyelenggarakan kegiatan
untuk membantu umat dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh,
dan misioner.
3. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para pemandu lingkungan di Paroki
St. Theresia Lisieux Boro tentang katekese model Shared Christian Praxis
(SCP).
4. Memberikan sumbangan pemikiran bagi umat Paroki St. Theresia Lisieux
Boro dalam mengembangkan iman cerdas, tangguh, dan misioner dengan
meneladani Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ.
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode
deskriptif kualitatif, dimana dalam penulisan skripsi ini penulis mengumpulkan
data dengan melakukan wawancara kepada romo paroki dan beberapa umat yang
dianggap mengetahui banyak tentang karya misi Rm. Johannes Baptist
Prennthaler SJ dan melalui studi pustaka dari buku-buku dan situasi konkrit
(25)
F. Sistematika Penulisan
Sebagai gambaran umum tentang hal-hal yang akan dibahas di dalam
penulisan skripsi ini, berikut adalah sistematika penulisan skripsi dengan judul
“PERANAN KARYA MISI ROMO JOHANNES BAPTIST PRENNTHALER SJ BAGI UMAT PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO,
KULONPROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM
RELEVANSINYA MENGEMBANGKAN IMAN YANG CERDAS,
TANGGUH, DAN MISIONER DI ZAMAN SEKARANG”:
Bab I menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II menguraikan gambaran umum Paroki St. Theresia Lisieux Boro,
hasil wawancara tentang pemahaman dan kegiatan umat dalam mengembangkan
iman yang cerdas, tangguh, dan misioner, dan rangkuman permasalahan yang
muncul dalam pengembangan iman cerdas, tangguh, dan misioner.
Bab III menguraikan tentang karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler
SJ, ARDAS KAS 2016-2020, arti iman yang cerdas, tangguh, dan misioner, serta
relevansi karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Karya misi Rm.
Johannes Baptist Prennthaler SJ mencakup situasi umum tempat karya, sejarah
karya misi, tujuan karya misi dan hasil karya misi Rm. Johannes Baptist
Prennthaler SJ. ARDAS KAS 2016-2020 mencakup sejarah dan perkembangan
ARDAS KAS dari ARDAS pertama hingga ARDAS terakhir. Arti iman cerdas,
tangguh, dan misioner mencakup pengertian iman cerdas, iman tangguh, iman
misioner dan relevansi karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ bagi
(26)
Bab IV menguraikan tentang usulan program katekese untuk mendalami
karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam rangka pengembangan
iman cerdas, tangguh, dan misioner yang mencakup latar belakang usulan
katekese, alasan pemilihan tema, tema dan tujuan, penjabaran program katekese,
petunjuk pelaksanaan program dan contoh pelaksanaan program.
Bab V berisi kesimpulan dan saran dari penulis berkaitan dengan usaha
untuk mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner dengan inspirasi
(27)
BAB II
KEGIATAN UMAT PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO UNTUK MENGEMBANGKAN IMAN YANG CERDAS, TANGGUH, DAN
MISIONER DENGAN INSPIRASI DARI KARYA MISI ROMO JOHANNES BAPTIST PRENNTHALER SJ
Iman yang cerdas, tangguh dan misioner adalah cita-cita dari gerakan
formatio iman berjenjang yang sedang digalakkan di Keuskupan Agung
Semarang. Paroki St. Theresia Lisieux Boro sebagai bagian dari Gereja
Keuskupan Agung Semarang menyambut gerakan pastoral formatio iman
berjenjang dan Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2016-2020 dengan
berbagai kegiatan. Kegiatan yang dirancang oleh dewan paroki dimaksudkan
untuk membantu umat dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan
misioner. Dewan paroki menyusun kegiatan berdasarkan prioritas pastoral dengan
melihat situasi dan kondisi umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro. Selain itu,
kegiatan-kegiatan di Paroki St. Theresia Lisieux Boro didasari oleh ARDAS KAS
2016-2020 dan terinspirasi dari karya-karya Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ
sebagai cikal bakal lahirnya paroki, serta St. Theresia Lisieux sebagai pelindung
paroki.
A. Gambaran Umum Paroki St. Theresia Lisieux Boro
Paroki St. Theresia Lisieux Boro merupakan salah satu paroki di bawah
Keuskupan Agung Semarang yang terletak di Kevikepan Yogyakarta. Perjalanan
(28)
Jawa. Iman katolik di Jawa mulai tumbuh dan berkembang setelah peristiwa
pembaptisan sebanyak 171 orang di Sendang Sono oleh Rm. Fr. Van Lith SJ pada
1904 (Hardawiryana, 2002: 50). Karya penggembalaan Rm. Fr. Van Lith SJ di
Kalibawang dilanjutkan oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ seorang
misionaris Jesuit dari Austria. Karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ
meliputi karya pewartaan iman, sosial, kesehatan dan perekonomian. Perjuangan
umat di Kalibawang bersama Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ membuahkan
hasil yang melimpah, yaitu Paroki St. Theresia Lisieux Boro yang diresmikan
pada 1956 (Budi Purwantoro, 2012: 163). Pada saat ini, Gereja St. Theresia
Lisieux Boro telah berusia 89 tahun yang dihitung berdasarkan misa perdana yang
dilakukan oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ di Jurang Depok pada 1927.
Tentu situasi dan kondisi Paroki St. Theresia Lisieux Boro sudah berubah dari
awal karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ, baik dari situasi umat dan
karya penggembalaan.
1. Sejarah dan Perkembangan Paroki St. Theresia Lisieux Boro
Sebelum menjadi Paroki St. Theresia Lisieux Boro, Stasi Boro merupakan
stasi dari Paroki Muntilan yang dilayani oleh Rm. Fr. Van Lith SJ. Pada 1923
Kalibawang ditetapkan sebagai stasi dari Paroki Mendut. Pelayanan kepada umat
dilakukan melalui kunjungan keluarga oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ.
Setiap hari Sabtu dan Minggu, umat di Kalibawang pergi ke Mendut untuk
merayakan Ekaristi. Pada 1927 Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ mengadakan
misa pertama di Desa Jurang Depok bersama lima orang. Dalam memperingati 25
(29)
umat untuk membangun gua Maria di Sendang Sono, dan pada 8 Desember 1929
Gua Maria Lourdes Sendang Sono diberkati (Tim Buku Kenangan 80 Tahun
Paroki Boro, 2007: 1).
Sejak 24 April 1930 Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dan Rm. F.X.
Satiman SJ menetap di Boro. Desa Boro dipilih sebagai pusat karya misi untuk
daerah Kalibawang. Hal ini menjadikan jumlah umat semakin bertambah. Untuk
dapat menampung jumlah umat yang terus bertambah, Rm. Johannes Baptist
Prennthaler SJ menggagas pembangunan gedung gereja di Boro. Gedung gereja
Boro mulai dibangun pada November 1930. Pada 31 Agustus 1931, gedung gereja
diberkati oleh Rm. Jos van Baal SJ dengan nama pelindung Santa Theresia
Lisieux. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dan Rm. F.X. Satiman SJ
membentuk pamomong umat atau ketua lingkungan di setiap dusun untuk
memaksimalkan pelayanan kepada umat. Pamomong umat bertugas untuk
menyampaikan informasi dari romo kepada umat tentang pelayanan sakramen dan
pelajaran agama (Tim Buku Kenangan 80 Tahun Paroki Boro, 2007: 1-2).
Gereja Boro semakin berkembang, terlebih di stasi Nanggulan dan
Promasan. Gereja Nanggulan mulai dibangun pada 13 Januari 1936 dan
ditetapkan sebagai paroki mandiri pada 25 Maret 1956. Sedangkan gereja
Promasan ditetapkan sebagai paroki mandiri pada 1 Januari 1959 (Tim Buku
Kenangan 80 Tahun Paroki Boro, 2007: 2). Pada saat perang dunia II terjadi
(1943-1945), banyak gereja yang dirusak dan dibakar, termasuk gereja di
Nanggulan. Sedangkan, gereja di Boro menjadi penampungan para seminaris
diaspora dari Seminari Menengah Mertoyudan (Tim Buku Kenangan 80 Tahun
(30)
pelajaran agama dan mempenjarakan para misionaris. Hal ini menyebabkan
kehidupan iman umat menjadi tidak terpelihara. Akan tetapi, setelah perang dunia
II berakhir, para misionaris dan imam pribumi mulai berkarya kembali. Rm.
Adrianus Flooren SJ bersama dengan Rm. F. Kiswana Pr, Rm. J. Harsasusanto Pr,
Rm. A.Wignjamartaja Pr, dan Rm. A.S. Utoyo Pr berkarya di Boro. Strategi
pastoral yang dipergunakan untuk membangun kembali iman umat adalah dengan
mengumpulkan para katekis sukarelawan dan guru agama dari desa-desa di
wilayah Boro untuk mengajar agama di setiap desa. Melalui strategi ini, jumlah
baptisan baru di Boro semakin meningkat dan pada 1958 tercatat ada lebih dari
1500 umat yang menerima baptisan (Tim Buku Kenangan 80 Tahun Paroki Boro,
2007: 4).
Pada 25 Maret 1956 Yayasan Pengurus Gereja dan Papa Miskin (PGPM)
Roma Katolik didirikan di Boro. Pembentukan PGPM di Boro menjadi tonggak
berdirinya gereja Boro sebagai badan hukum yang resmi, meskipun dalam catatan
sejarah tonggak berdirinya Paroki St. Theresia Lisieux Boro dihitung pada saat
Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ memimpin Ekaristi untuk pertama kali di
Jurang Depok yang diikuti oleh lima orang pada 1927 (Tim Buku Kenangan 80
Tahun Paroki Boro, 2007: viii).
Gaung Konsili Vatikan II (1963-1965) membawa semangat perubahan di
dalam diri Gereja, termasuk Gereja di Boro. Prioritas pastoral memberikan tempat
kepada kaum awam untuk semakin terlibat aktif dalam mengembangkan Gereja
melalui katekese ajaran Gereja, penataan liturgi yang semakin mendalam, dan
pemberdayaan lingkungan sebagai basis iman Katolik. Pemberdayaan kaum
(31)
merambah dalam bidang sosial-ekonomi, melalui usaha pemeliharaan ternak babi,
penggilingan padi, dan kebun panili (Tim Buku Kenangan 80 Tahun Paroki Boro,
2007: 4-5).
Gereja di Boro terus mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini
ditandai dengan jumlah umat yang meningkat dan pembangunan gedung kapel di
lingkungan atau wilayah. Kapel Hargogondo diresmikan pada 2 Mei 1982, kapel
Tukharjo diresmikan 25 Agustus 1985, Gereja St. Yusup Balong diberkati 12
Agustus 1988, Kapel St. Yohanes Brechmann diberkati tahun 1991, Gereja St.
Lucia Kalirejo diberkati 6 Agustus 1994, dan Kapel St. Lukas diberkati pada
1997. Saat ini jumlah kapel lingkungan atau wilayah di Paroki St. Theresia
Lisieux Boro berjumlah 19 (Tim Buku Kenangan 80 Tahun Paroki Boro, 2007: 5).
2. Visi dan Misi Paroki St. Theresia Lisieux Boro
Paroki St. Theresia Lisieux Boro memiliki visi dan misi sebagai arah dan
tujuan bersama untuk membangun dan mengembangkan Gereja. Visi dan misi
Paroki St. Theresia Lisieux Boro tentu berdasarkan gerakan pastoral dalam Arah
Dasar Keuskupan Agung Semarang 2016-2020 dan cita-cita Gereja Universal di
tengah masyarakat lokal Boro. Visi dan misi Paroki St. Theresia Lisieux Boro
sebagai berikut (Dewan Paroki Boro, 2016: 12-14):
Visi
Umat Paroki Boro berupaya mewujudkan paguyuban murid-murid Kristus di tengah masyarakat pedesaan dengan menjadi komunitas pendoa, cinta kasih, dan berbagi berdasar semangat Santa Theresia Lisieux.
Misi
Menumbuhkan kesadaran (konsientisasi) bahwa Gereja adalah persekutuan Paguyuban-Paguyuban Murid-murid Yesus yang beriman mendalam dan tangguh untuk mewujudkan Kerajaan Allah lewat doa (liturgi) dan
(32)
karya-karya cinta kasih yang tulus dalam kehidupan bermasyarakat (pewartaan, diakonia, dan kesaksian hidup).
Mewujudkan Gereja sebagai KOMUNITAS DOA, seturut teladan Santa Theresia Lisieux yang setia berkunjung dalam doa dan melakukan amal kasih dalam keluarga dan masyarakat.
Mengupayakan pendampingan dan permberdayaan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel, khususnya peduli terhadap lansia dan anak-remaja, kaum petani demi harkat dan martabat manusia, sebagai wujud pembangunan Habitus Baru di Paroki Boro melalui aneka kegiatan dan tugas di lingkungan Gereja maupun bekerjasama dengan lembaga-lembaga karitatif (rumah sakit, sekolah, panti asuhan, donatur) dan lembaga pemerintah (kelurahan, kecamatan, Pemda Kabupaten Kulonprogo).
Mengembangkan gerakan Gereja yang hijau sebagai wujud keterlibatan umat dalam melestarikan keutuhan ciptaan.
Melibatkan sebanyak mungkin mitra kerja, lebih-lebih dengan semua yang berkehendak baik.
Memberikan animasi, motivasi dan pendampingan perangkat dukuh, lurah, BPD di wilayah Kecamatan Kalibawang dan Samigaluh sebagai wujud upaya optimalisasi kaum awam di tengah masyarakat.
Memberdayakan tim-tim kerja dan koordinasi demi reksa pastoral yang bertanggung jawab, sinergis dan berkesinambungan.
Visi dan misi Paroki St. Theresia Lisieux Boro disusun selaras dengan
Arah Dasar KAS 2016-2020 yang ingin membangun ‘Gereja yang inklusif, inovatif, dan transformatif demi terwujudnya peradaban kasih di Indonesia dalam
wajah kerahiman Allah’, perjuangan karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ sebagai cikal bakal berdirinya paroki dan Santa Theresia Lisieux atau dikenal
dengan Santa Theresia Kanak-kanak Yesus sebagai pelindung paroki. Karya Rm.
Johannes Baptist Prennthaler SJ melahirkan benih-benih iman Katolik di Boro.
Seiring berjalannya waktu, benih iman Katolik di Boro semakin berkembang dan
berhimpun menjadi paguyuban umat murid-murid Yesus. Di dalam LG, art. 1
ditegaskan bahwa jati diri Gereja sebagai persekutuan orang yang dipersatukan
(33)
Kerajaan Bapa, dan telah menerima warta keselamatan untuk disampaikan kepada
semua orang (Dewan Paroki Boro, 2016: 12).
Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro menyadari bahwa jati diri mereka
adalah sebagai paguyuban murid-murid Yesus Kristus dan paguyuban
pengharapan yang akan selalu berupaya untuk menemukan kehendak Bapa dalam
konteks tertentu, yaitu dalam masyarakat pedesaan dan pertanian yang memiliki
karakteristik kebersahajaan, kegotongroyongan, dan berdaya juang. Gereja yang
hadir di tengah-tengah masyarakat pedesaan berupaya untuk membentuk
komunitas pendoa, cinta kasih dan berbagi. Komunitas pendoa memiliki arah
tujuan untuk menghayati kehidupan beriman secara mendalam dan tangguh.
Beriman mendalam dan tangguh berarti memiliki pengetahuan yang benar tentang
pokok-pokok iman kristiani, mampu menghayati iman dalam konteks budaya
setempat dan memiliki relasi yang intim dengan Allah. Komunitas cinta kasih
terwujud dengan berlandaskan pada sikap solidaritas kepada semua orang tanpa
melihat latar belakang sama seperti yang telah diajarkan oleh Yesus dalam Mat
5:43-44 “Kamu telah mendengar firman: kasihanilah sesama manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: kasihanilah musuhmu dan
berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”. Seseorang akan mengalami cinta kasih apabila memiliki sikap solidaritas kepada semua orang. Sikap solidaritas
akan membentuk komunitas berbagi. Sikap solidaritas mengatasi sikap
individualistik, dimana setiap orang dapat menyumbangkan dan membantu orang
lain menurut kemampuan masing-masing. GS, art. 26 menegaskan tentang prinsip
subsidiaritas dimana setiap anggota masyarakat memiliki tugas untuk memberikan
(34)
membutuhkan supaya dapat tercapai bonum commune atau kebaikan bersama
(Dewan Paroki Boro, 2016: 13).
3. Situasi Geografis Paroki St. Theresia Lisieux Boro
Paroki St. Theresia Lisieux Boro merupakan salah satu paroki di
kevikepan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Keuskupan Agung Semarang.
Paroki St. Theresia Lisieux Boro beralamatkan di Banjar Asri, Kalibawang,
Kulonprogo, DIY. Luas wilayah teritorial Paroki St. Theresia Lisieux Boro
kurang lebih 18.517 km2 yang mencakup kecamatan Samigaluh, kecamatan
Kalibawang dan kecamatan Girimulyo. Batas teritorial gerejawi Paroki St.
Theresia Lisieux Boro adalah Paroki St. Petrus dan Paulus Klepu sebelah timur,
Paroki St. Maria Tak Bernoda Nanggulan sebelah selatan, Paroki St. Maria
Purworejo sebelah barat, dan Paroki St. Maria Lourdes Promasan sebelah utara
(Dewan Paroki Boro, 2016: 6).
Keadaan geografis Paroki St. Theresia Lisieux Boro merupakan wilayah
yang terdiri dari tanah hunian, tanah kering, persawahan, hutan rakyat, dan
pegunungan sepanjang Perbukitan Menoreh dengan ketinggian 500-1000 meter di
atas permukaan laut. Wilayah teritorial Paroki St. Theresia Lisieux Boro terdapat
dua bagian, pertama bagian atas yang meliputi wilayah Kalirejo, Samigaluh,
Gorolangu dan Balong, dan bagian kedua adalah bagian bawah yaitu
lingkungan-lingkungan yang terletak di sekitar gereja paroki. Kondisi geografis di Paroki St.
Theresia Lisieux Boro berupa tanah agropolitan, sehingga banyak umat yang
berprofesi sebagai petani. Letak gereja induk Paroki St. Theresia Lisieux Boro
(35)
Jalan penghubung dari Jalan Raya Wates-Magelang menuju gereja induk Paroki
St. Theresia Lisieux Boro dapat ditempuh menggunakan kendaraan bermotor.
Jalan penghubung antar lingkungan dan wilayah di Paroki St. Theresia Lisieux
Boro berupa jalan aspal dan sebagian jalan setapak semen, sehingga dapat
memudahkan pelayanan ke lingkungan-lingkungan di Paroki St. Theresia Lisieux
Boro (Dewan Paroki Boro, 2016: 6).
4. Situasi Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro
Gereja Boro dihitung sebagai paroki mandiri telah berusia 60 tahun.Akan
tetapi sebagai paguyuban umat Allah (Gereja) telah berusia 89 tahun. Tonggak
penetapan usia Gereja adalah misa perdana Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ
di Jurang Depok pada 1927 yang diikuti oleh lima orang. Peningkatan status dari
stasi bagian Paroki Mendut (sekarang menjadi stasi dari Paroki Mertoyudan)
menjadi paroki mandiri diiringi dengan perkembangan jumlah umat dan
lingkungan. Paroki St. Theresia Lisieux Boro saat ini memiliki 56 lingkungan
yang terbagi dalam 12 wilayah. Wilayah I terdiri dari 5 lingkungan, wilayah II
terdiri dari 3 lingkungan, wilayah III terdiri dari 3 lingkungan, wilayah IV terdiri
dari 3 lingkungan, wilayah V terdiri dari 3 lingkungan, wilayah VI terdiri dari 3
lingkungan, wilayah VII terdiri dari 4 lingkungan, wilayah VIII terdiri dari 3
lingkungan, wilayah Kalirejo terdiri dari 7 lingkungan, wilayah Balong terdiri dari
8 lingkungan, wilayah Samigaluh terdiri dari 8 lingkungan, dan wilayah
Gorolangu terdiri dari 6 lingkungan [Lampiran 2: (2)-(3)].
Jumlah umat Katolik Paroki St. Theresia Lisieux Boro per 31 Desember
(36)
dengan data statistik pada tahun sebelumnya yang mencapai 6.192 jiwa (Dewan
Paroki Boro, 2015: 1). Seluruh jumlah umat Katolik di Paroki St. Theresia Lisieux
Boro mencakup seluruh umat, para biarawan-biarawati yang berkarya di Paroki
St. Theresia Lisieux Boro dan para anak-anak yang tinggal di panti asuhan putra
dan putri. Selama tahun 2015 terdapat penambahan jumlah umat dari baptisan
baru sebanyak 47 jiwa, pindah agama dari Gereja Kristen sebanyak 1 jiwa, dan
umat yang berpindah ke paroki ini sebanyak 19 jiwa, serta terdapat pengurangan
jumlah umat dari umat yang meninggal sebanyak 86 jiwa dan umat berpindah ke
paroki lain sebanyak 187 jiwa. Berdasarkan data statistika tahun 2015, komposisi
umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dilihat dari segi usia didominasi oleh
golongan lanjut usia dan anak-anak remaja. Hal ini dikarenakan banyak kaum
muda yang merantau atau pindah ke tempat lain untuk sekolah dan bekerja.
Ditinjau dari bidang profesi, umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro mayoritas
berprofesi sebagai petani dan peternak, sedangkan profesi lain ialah sebagai
pensiunan, guru, dan pekerja serabutan. Meskipun mayoritas umat Paroki St.
Theresia Lisieux Boro sebagai petani, tetapi hanyalah petani gurem yang bekerja
dengan lahan sempit, bahkan mengerjakan lahan milik orang lain (Dewan Paroki
Boro, 2016: 6).
Reksa pastoral untuk membantu umat dalam mengembangkan iman
membentuk kelompok-kelompok atau paguyuban berdasarkan teritorial yaitu
sebagai lingkungan dan wilayah. Selain pembentukan paguyuban secara teritorial,
reksa pastoral Paroki St. Theresia Lisieux Boro juga membentuk paguyuban
secara kategorial berdasarkan kelompok umur, minat dan kebutuhan-kebutuhan
(37)
lain: WKRI, Monika (perkumpulan janda-janda Katolik), Pangruktilaya, Ngajab
Sih, Kambing Abadi, OMK, PIA-PIR, Putra Altar, Penabur Ragi Kristus dan ME.
Melalui paguyuban-paguyuban kategorial tersebut, umat dibimbing untuk
semakin menghayati iman melalui kemampuan masing-masing (Tim Buku
Kenangan 80 Tahun Paroki Boro, 2007: 31-34).
Selain paguyuban kategorial, Paroki St. Theresia Lisieux Boro memiliki
dua komunitas biarawan-biarawati yang membantu karya pastoral di paroki ini,
yaitu kongregasi Bruder FIC (Congregatio Fratres Immaculatae Conceptionis
Beatae Mariae Virginis) dan kongregasi Suster OSF (Ordo Santo Fransiskus).
Para bruder FIC berkarya dalam bidang pendidikan dengan mengelola SMP
Pangudi Luhur Kalibawang, bidang ekonomi dengan mengelola pertenunan Santa
Maria Boro, dan bidang sosial dengan mengelola Panti Asuhan Sancta Maria.
Sedangkan para suster OSF berkarya dalam bidang pendidikan dengan mengelola
TK Santa Theresia Marsudirini dan SD Santa Maria Marsudirini, bidang
kesehatan dengan mengelola Rumah Sakit Santo Yusup Boro, dan bidang sosial
dengan mengelola Panti Asuhan Brayat Pinuji dan Panti Werdha Santa Monika
(Tim Buku Kenangan 80 Tahun Paroki Boro, 2007: 36-37).
B. Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam Mengembangkan Iman yang Cerdas, Tangguh, dan Misioner
Paus Emeritus Benediktus XVI mencanangkan Tahun Iman dari 12
Oktober 2012-24 November 2013 yang ditandai dengan surat apostolik Porta
Fidei. Keuskupan Agung Semarang (KAS) menanggapi pencanangan tahun iman
(38)
mampu mengembangkan iman yang cerdas, tangguh dan misioner (Pujasumarta,
2012: 1). Arah Dasar (ARDAS) KAS 2016-2020 memiliki cita-cita untuk
membangun Gereja yang signifikan, relevan dan memiliki daya ubah. Cita-cita
tesebut diupayakan melalui pengembangan iman yang cerdas, tangguh dan
misioner (DKP KAS, 2016: 5).
Paroki St. Theresia Lisieux Boro adalah salah satu paroki di Keuskupan
Agung Semarang. Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam menanggapi
pencanangan tahun iman, gerakan pastoral formatio iman berjenjang dan ARDAS
KAS 2016-2020 memberi kesempatan kepada seluruh umat untuk terlibat aktif
dalam kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung umat dalam mengembangkan
iman yang cerdas, tangguh dan misioner yang terinspirasi dari perjuangan Rm.
Johannes Baptist Prennthaler SJ. Kegiatan-kegiatan yang diupayakan meliputi
kegiatan-kegiatan di tingkat paroki dan lingkungan, sehingga umat memiliki
kesempatan yang banyak untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan tersebut.
1. Pemahaman Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro tentang Iman yang Cerdas, Tangguh dan Misioner
Formatio iman berjenjang bertujuan untuk membantu umat dalam
mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner. Melalui iman yang
cerdas, tangguh, dan misioner ingin diwujudkan Gereja yang inklusif, inovatif,
dan transformatif sesuai dalam ARDAS KAS 2016-2020. Umat Paroki St.
Theresia Lisieux Boro memiliki berbagai pandangan tentang pemahaman iman
yang cerdas, tangguh, dan misioner. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ adalah
(39)
beriman cerdas, tangguh, dan misioner. Bagi umat Paroki St. Theresia Lisieux
Boro iman yang cerdas, tangguh, dan misioner merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Iman yang cerdas akan menopang iman yang tangguh,
sedangkan iman yang misioner adalah buah dari kecerdasan dan ketangguhan
iman.
a. Pemahaman Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro tentang Iman yang Cerdas
Berdasarkan hasil wawancara kepada umat Paroki St.Theresia Lisieux
Boro terdapat beberapa pandangan mengenai arti dan maksud dari iman yang
cerdas. Pertama, iman yang cerdas berkaitan dengan akal budi atau segi kognitif.
Iman yang cerdas berarti seseorang mampu untuk mengerti dan memahami
ajaran-ajaran Gereja. Kemampuan akal budi sebagai anugerah Allah hendaknya
dikembangkan untuk hal-hal yang positif seperti untuk menimba ilmu
pengetahuan. Selain ilmu pengetahuan, akal budi juga dipergunakan untuk
memahami ajaran Gereja seperti kitab suci, dogma-dogma, dan
ajaran-ajaran Gereja yang lain. Hal ini bertujuan agar umat siap untuk menghadapi
tantangan-tantangan dan ancaman dari luar yang menyerang dan mengancam
iman Katolik [Lampiran 5: (6)].
Kedua, iman cerdas berkaitan dengan sikap kritis terhadap lingkungan
sekitar. Globalisasi membawa dampak besar terhadap perkembangan teknologi
dan budaya. Banyak penemuan-penemuan baru yang sangat berpengaruh dalam
hidup manusia, seperti smartphone dan internet. Penemuan-penemuan baru
tersebut membawa dampak positif sekaligus negatif dalam kehidupan manusia.
(40)
budaya dan teknologi baru dalam hidup manusia, sehingga tidak tergerus oleh
arus zaman [Lampiran 5: (6)].
Ketiga, iman yang cerdas ditopang oleh suara hati nurani yang murni.
Kecerdasan iman tidak hanya mengenai kemampuan intelektualitas untuk
memahami ajaran Gereja, tetapi juga menyangkut perilaku dan tindakan
seseorang. Suara hati atau hati nurani berperan untuk membimbing orang dalam
melakukan suatu tindakan, mulai dari membuat perencanaan, menentukan
pilihan-pilihan, mengambil keputusan atas pilihan dan bertanggungjawab atas pilihan
yang telah diambil. Iman yang cerdas berarti bijak dan tepat sasaran dalam
mengambil keputusan [Lampiran 5: (6)].
Pada zaman dahulu menjadi orang Katolik cukup dengan merayakan
Ekaristi di gereja dan mengikuti sembayangan di lingkungan. Akan tetapi, orang
Katolik pada zaman sekarang dituntut untuk memiliki iman yang cerdas supaya
dapat menghadapi ancaman-ancaman yang menyerang iman kepercayaan.
Menurut umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro upaya-upaya yang dapat
dilakukan untuk memupuk dan membina iman yang cerdas ialah melalui
sarasehan (katekese), membaca buku-buku tentang ajaran Gereja, dan sharing
pengalaman. Dalam proses katekese sangatlah penting peran dari katekis atau
pemandu lingkungan untuk membantu umat dalam memahami ajaran-ajaran
Gereja. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dahulu sering memberikan pelajaran
agama kepada umat dan membentuk pamomong umat yang bertugas untuk
membantu Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dalam mengajar agama. Iman
(41)
yang tertuang di dalam Injil. Ajaran-ajaran Yesus menjadi dasar untuk memiliki
iman yang cerdas [Lampiran 5: (7)].
b. Pemahaman Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro tentang Iman yang
Tangguh
Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ menjadi teladan umat Paroki St.
Theresia Lisieux Boro untuk beriman secara tangguh. Karya misi Rm. Johannes
Baptist Prennthaler SJ banyak mengalami tantangan dari pihak luar seperti
Muhamadiyah, Zending, dan pemerintah. Akan tetapi, Rm. Johannes Baptist
Prennthaler SJ dapat menyelesaikan permasalahan dengan tetap teguh dalam
iman. Selain itu, Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ tidak mudah mengeluh dan
putus asa terhadap keadaan yang sulit, tetapi tetap terus berusaha mengatasi
kesulitan-kesulitan dengan meminta bantuan dari Allah dan Bunda Maria.
Tangguh berarti kokoh, tidak mudah goyah dan berpondasi kuat. Iman tangguh
dapat diibaratkan seperti pohon yang memiliki akar kuat yang mampu menembus
tanah, sehingga ketika diterjang angin tetap dapat berdiri kokoh, bahkan dapat
mencegah erosi dan longsor. Iman yang tangguh adalah iman yang mampu
bertahan dan tidak goyah saat dihadapkan dengan tantangan dan godaan zaman
sekarang ini. Tantangan dan godaan dapat berasal dari dalam dan dari luar.
Godaan yang berasal dari dalam adalah kemalasan, keminderan, rasa tinggi hati
dan sebagainya. Sedangkan godaan dari luar berupa tawaran-tawaran duniawi
seperti teknologi, budaya baru, jabatan, uang, dan sebagainya [Lampiran 5: (7)].
Iman yang tangguh perlu ditopang dengan iman yang cerdas, sehingga
(42)
Orang yang memiliki iman cerdas akan dapat memilah dan memilih
tindakan-tindakan yang baik dan buruk, sehingga saat menghadapi tantangan dan godaan.
Ketangguhan iman dapat diukur melalui kemampuan seseorang dalam menyikapi
godaan dan tantangan zaman. Godaan dan tantangan zaman merupakan ujian bagi
setiap orang beriman [Lampiran 5: (7)].
Iman yang tangguh diperoleh dan dikembangkan melalui formatio iman
berjenjang. Sejak usia dini, anak-anak harus dilatih dan didampingi untuk tetap
setia kepada ajaran-ajaran kristiani, sehingga dapat bertahan ketika menghadapi
ujian dan pujian. Ada banyak orang yang dapat bertahan dan tidak goyah ketika
menghadapi ujian, yaitu tantangan dan godaan, tetapi langsung jatuh ketika
menerima pujian dari orang lain. Iman yang tangguh berarti kuat dalam
menghadapi ujian dan pujian di dalam kehidupan sehari-hari [Lampiran 5: (7)].
c. Permahaman Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro tentang Iman yang
Misioner
Iman dipahami sebagai tanggapan manusia terhadap wahyu yang diberikan
oleh Allah. Meskipun sebagai tanggapan manusia terhadap wahyu Allah, iman
tidak hanya berarti menjalin hubungan vertikal antara manusia dengan Allah saja.
Akan tetapi membentuk hubungan horizontal antara manusia dengan manusia dan
alam ciptaan. Iman yang misioner adalah buah dari iman yang cerdas dan
tangguh. Pemahaman-pemahaman atas ajaran-ajaran kristiani yang menopang
ketangguhan iman diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari di tengah
(43)
Misioner berasal dari kata misi. Dalam bahasa Latin disebut militere, yang
berarti utusan. Iman misioner mengibaratkan seseorang memiliki kesiapan untuk
diutus, baik di dalam keluarga, masyarakat, sekolah dan politik. Iman yang
misioner menuntut gerak keluar dari rasa nyaman seorang umat, sehingga sangat
penting untuk keterlibatan dalam masyarakat. Umat Paroki St. Theresia Lisieux
Boro memperoleh warisan kemisioneran dari Rm. Johannes Baptist Prennthaler
SJ. Karya-karya misi dari Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ mengarah kepada
sikap iman yang misioner karena karya-karya Rm. Johannes Baptist Prennthaler
SJ ditujukan bagi rakyat kecil dan miskin, mulai dari bidang kesehatan, ekonomi
dan pendidikan. Karya-karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler diteruskan
oleh umat melalui keterlibatan dalam hidup bermasyakarat. Iman yang misioner
dapat dikembangkan melalui keterlibatan langsung dalam kehidupan
bermasyarakat, seperti dengan bakti sosial, gotong royong, ikut terlibat dalam
kepengurusan desa, dan kepedulian terhadap permasalahan politik [Lampiran 5:
(7)].
2. Kegiatan Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam Mengembangkan Iman yang Cerdas, Tangguh, dan Misioner
Ada berbagai macam kegiatan untuk mengembangkan iman yang cerdas,
tangguh dan misioner. Secara garis besar, iman yang cerdas, tangguh dan misioner
dapat dikembangkan melalui gerakan formatio iman berjenjang yang dimulai dari
usia dini, anak-anak, remaja, kaum muda, orang dewasa hingga usia lanjut (DKP
KAS, 2014: 29). Paroki St. Theresia Lisieux Boro menjabarkan gerakan pastoral
(44)
setiap bidang kerja dewan paroki. Dewan paroki menyusun kegiatan berdasarkan
kebutuhan umat paroki, sehingga diharapkan dapat menyentuh seluruh umat
[Lampiran 6: (13)]. Kegiatan-kegiatan tersebut diprogramkan oleh Dewan Paroki
St. Theresia Lisieux Boro berdasarkan cita-cita dalam ARDAS KAS 2016-2020
dan memperoleh inspirasi dari Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ dan St.
Theresia Lisieux (Dewan Paroki Boro, 2016: 10-12).
a. Kegiatan-kegiatan Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam
Mengembangkan Iman yang Cerdas
Iman yang cerdas mengarah kepada pemahaman umat atas ajaran-ajaran
Gereja, sehingga kegiatan yang menunjang pengembangan iman cerdas berupa
pendalaman akan ajaran-ajaran Gereja seperti kitab suci dan dogma-dogma. Saat
berkarya di daerah Pegunungan Menoreh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ
menempuh perjalanan puluhan kilometer per minggu untuk memberikan pelajaran
agama kepada umat. Umat berkumpul untuk mendengarkan pengajaran Rm.
Johannes Baptist Prennthaler SJ. Hal ini dilakukan oleh Rm. Johannes Baptist
Prennthaler SJ agar umat memiliki pengetahuan agama [Lampiran 6: (14)]. Pada
zaman sekarang metode Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ untuk memberikan
pelajaran agama tetap diteruskan melalui kegiatan-kegiatan pendalaman ajaran
Gereja. Kegiatan pendalaman ajaran-ajaran Gereja dijabarkan dalam sosialisasi
bahan katekese yang ditujukan khusus bagi para pemandu lingkungan agar
memiliki persiapan dalam mendampingi proses katekese dan sarasehan pada masa
(45)
1) Sosialisasi bahan katekese
Bidang kerja Perwartaan Dewan Paroki St. Theresia Lisieux Boro selalu
melaksanakan sosialisasi bahan katekese pada kesempatan tertentu. Sosialisasi
bahan katekese menjadi langkah awal untuk melaksanakan pendalaman iman yang
akan dilaksanakan di lingkungan atau wilayah. Sosialisasi bahan katekese
bertujuan untuk mendalami tema-tema katekese dan membantu para pemandu
lingkungan untuk memahami isi dari buku panduan yang telah disusun oleh
keuskupan. Sosialisasi bahan katekese dilaksanakan pada masa-masa tertentu
seperti menjelang masa Prapaskah, Bulan Katekese Liturgi (BKL), Bulan Kitab
Suci Nasional (BKSN) dan masa Adven. Melalui adanya sosialisasi bahan
katekese ini diharapkan para pemandu lingkungan memiliki gambaran dan dasar
tentang bagaimana proses katekese atau sarasehan yang akan dilaksanakan di
lingkungan atau wilayah, sehingga umat juga merasa terbantu untuk mengikuti
proses katekese (Dewan Paroki Boro, 2016 : 31).
2) Sarasehan
Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro kerap kali menyebut kegiatan
katekese atau pendalaman iman dengan sarasehan. Dalam masyarakat luas,
sarasehan merupakan kegiatan pertemuan dimana semua peserta memiliki
kesempatan untuk menyampaikan pendapat. Umat Paroki St. Theresia Lisieux
Boro memilih sarasehan karena lebih dekat dengan kehidupan bersama
masyarakat. Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro mengikuti kegiatan sarasehan
secara rutin setiap minggu dan pada saat kesempatan tertentu seperti sarasehan
(46)
b. Kegiatan-kegiatan Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam
Mengembangkan Iman yang Tangguh
Pada zaman sekarang ini, iman yang tangguh sangat dibutuhkan untuk
menghadapi tantangan zaman berupa budaya dan kebiasaan baru akibat dari
perkembangan zaman. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ adalah teladan umat
Paroki St. Theresia Lisieux Boro dalam menghidupi iman yang tangguh. Rm.
Johannes Baptist Prennthaler SJ tidak pernah menyerah dan mengeluh pada saat
menghadapi tantangan dari kelompok Zending, Muhamadiyah dan pemerintah.
Ketangguhan iman Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ juga diperlihatkan hingga
masa akhir hidup. Dalam keadaan sakit parah, Rm. Johannes Baptist Prennthaler
SJ tetap ingin melayani umat dengan memimpin Perayaan Ekaristi di Gereja Boro
supaya umat dapat merayakan Ekaristi mingguan. Rm. Johannes Baptist
Prennthaler SJ memiliki iman yang tangguh karena kepercayaan kepada Kristus,
ketekunan dalam berdoa, berdevosi kepada Bunda Maria dan selalu bersosialisasi
dengan umat [Lampiran 5: (9)].
Umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro ingin meneladani ketangguhan
iman yang dimiliki oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ melalui
kegiatan-kegiatan bersama. Kegiatan yang diikuti oleh umat dalam rangka
mengembangkan iman yang tangguh sebagian besar dilaksanakan di tingkat
paroki dalam bentuk rekoleksi dan pendampingan lainnya. Sepanjang tahun 2016
Dewan Paroki St. Theresia Lisieux Boro telah melaksanakan beberapa kegiatan
untuk membantu umat supaya memiliki dan mengembangkan iman yang tangguh,
(47)
perkawinan, Paskahan dan Natalan bersama PIUD-PIA-PIR, rekoleksi orang tua
baptis bayi, rekoleksi calon baptis dewasa dan wali baptis, pertemuan katekis
se-paroki, pembentukan tim pendamping keluarga, rekoleksi keluarga untuk usia
perkawinan 12-25 tahun, rekoleksi pemandu lingkungan, kursus persiapan
perkawinan, dan rekoleksi ‘Sendiri tidak Sepi’ (rekoleksi untuk anggota paguyuban Monika).
1) Tahun Prennthaler
Paroki St. Theresia Lisieux Boro menetapkan tahun 2016 sebagai ‘Tahun Prennthaler’. Tujuan dari penetapan ‘Tahun Prennthaler’ adalah untuk mengenang karya Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ bagi Paroki St. Theresia Lisieux Boro.
Ada berbagai rangkaian acara yang berkaitan dengan Tahun Prennthaler seperti
Misa Novena Prennthaler, napak tilas perjalanan Rm. Johannes Baptist
Prennthaler SJ dan kegiatan lain. Tahun Prennthaler dimaksudkan untuk semakin
menggali semangat Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ yang menjiwai seluruh
gerak langkah umat Paroki Boro. Melalui kegiatan-kegiatan dalam rangka Tahun
Prennthaler ini diharapkan umat semakin mencintai dan meneladani semangat
Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ sebagai cikal bakal Paroki St. Theresia
Lisieux Boro (Dewan Paroki Boro, 2016 : 19). Rm. Johannes Baptist Prennthaler
SJ adalah misionaris tangguh yang berjalan kaki sekian puluh kilometer untuk
mewartakan Kerajaan Allah. Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ tidak pernah
mengeluh terhadap situasi yang sulit, tetapi tetap terus berjuang hingga akhir
(48)
diharapkan dapat diteladani oleh umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro pada
zaman sekarang ini [Lampiran 5: (9)].
2) Tirakatan Malam Jumat Kliwon
Tirakatan Malam Jumat Kliwon merupakan kegiatan rutin yang
dilaksanakan oleh umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro. Tirakatan ini
dilaksanakan setelah perayaan Ekaristi di makam Rm. Johannes Baptist
Prennthaler SJ. Dalam tirakatan ini diisi dengan salawatan Katolik yang
mengisahkan perjalanan karya misi Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ. Umat
diajak untuk mengingat dan merenungkan cara pewartaan Rm. Johannes Baptist
Prennthaler SJ (Dewan Paroki Boro, 2016: 20).
3) Pembaruan janji perkawinan
Keluarga adalah tempat pembinaan iman pertama. Orangtua memiliki
tanggung jawab untuk mendidik anak-anak. Sebagai tempat pembinaan iman yang
pertama, keluarga menjadi tempat sentral yang harus diperhatikan. Keluarga yang
terdiri dari suami, istri dan anak harus menjadi tempat yang nyaman terlebih
dahulu untuk dapat menjadi tempat pembinaan iman. Hubungan suami dan istri
yang harmonis menjadi kunci untuk menjadikan keluarga sebagai tempat
pembinaan iman yang baik. Dewan Paroki St. Theresia Lisieux Boro menyadari
bahwa banyak umat Katolik yang mengalami permasalahan di dalam keluarga
karena berbagai alasan. Menyikapi permasalahan ini, Dewan Paroki St. Theresia
Lisieux Boro khususnya tim kerja peribadatan dan pendampingan keluarga
(49)
Ekaristi minggu keempat setiap bulan. Melalui pembaruan janji perkawinan ini
diharapkan pasangan suami istri dapat mengingat janji perkawinannya dan
semakin menghidupi untuk membangun keluarga sebagai tempat pembinaan iman
yang pertama (Dewan Paroki Boro, 2016: 20).
4) Paskahan dan Natalan bersama PIUD-PIA-PIR
Kegiatan Paskahan dan Natalan bersama PIUD, PIA dan PIR merupakan
kegiatan rutin tahunan yang dilaksanakan di Paroki St. Theresia Lisieux Boro.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan seluru anak-anak di Paroki St.
Theresia Lisieux Boro supaya dapat saling bertemu dan mengenal. Mengingat
bahwa Paroki St. Theresia Lisieux Boro terbagi menjadi dua teritorial atas dan
bawah, sehingga muncul anggapan adanya perbedaan antara anak-anak di wilayah
atas dengan anak-anak di wilayah bawah. Melalui kegiatan Paskahan dan Natalan
bersama, diharapkan tidak lagi ada jurang pemisah antara wilayah atas dengan
wilayah bawah, serta memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk
mengembangkan iman bersama-sama dengan teman seusiannya. Hal ini sama
seperti yang dilakukan oleh Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ ketika
berkunjung ke keluarga-keluarga di sekitar gereja dan di wilayah atas seperti
Gorolangu (Dewan Paroki Boro, 2016: 31).
5) Rekoleksi orang tua baptis bayi
Rekoleksi orang tua baptis bayi dilaksanakan pada hari Jumat setelah
minggu kedua setiap bulannya. Rekoleksi orang tua baptis bayi dimaksudkan
(50)
dan tanggung jawab dalam membimbing anak. Rm. Johannes Baptist Prennthaler
SJ sering mengumpulkan orang-orang yang akan menerima baptisan untuk
didampingi bersama dengan para pamomong umat. Melalui pendampingan ini
diharapkan orang-orang yang akan menerima baptisan dapat bertahan dalam
Kristus. Demikian pula dengan rekoleksi orangtua baptis bayi. Dengan diadakan
rekoleksi orang tua baptis bayi diharapkan para orang tua dan wali baptis tetap
setia membimbing anak-anak secara Katolik, sehingga perkembangan iman anak
dapat terjamin (Dewan Paroki Boro, 2016: 26).
6) Rekoleksi calon baptis dewasa dan wali baptis
Pelaksanaan rekoleksi calon baptis dewasa berbeda dengan rekoleksi
orang tua baptist bayi. Calon baptis dewasa atau katekumen dipersiapkan dengan
matang melalui pelajaran agama dan ditutup dengan rekoleksi calon baptis dewasa
bersama dengan para wali baptis. Rekoleksi ini dimaksudkan untuk menanamkan
sikap iman Kristiani yang tangguh kepada para katekumen, sehingga para
katekumen sungguh siap untuk menerima sakramen baptis dan dapat dengan setia
menjadi orang Katolik (Dewan Paroki Boro, 2016: 26).
7) Pertemuan katekis tingkat paroki
Paroki St. Theresia Lisieux Boro memiliki cukup banyak katekis,
meskipun bekerja secara paruh waktu. Katekis yang memiliki ijazah berjumlah 7
(Dewan Paroki Boro, 2015: 3). Sedangkan, katekis yang tidak memiliki ijazah
berjumlah sekitar 60 orang yang tersebar di masing-masing Lingkungan. Pada
(51)
dan ‘malaikat pelindung’ bersama Rm. FX. Satiman SJ. Para pamomong umat dan
‘malaikat pelindung’ dibina untuk dapat membantu pelayanan kepada umat. Pamomong umat dan ‘malaikat pelindung’ pada saat ini berubah menjadi para katekis yang membantu imam untuk mengajar agama. Pertemuan katekis tingkat
paroki dilaksanakan pada hari Minggu ketiga setiap bulan. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kerjasama antar katekis, sehingga dapat
mengajar para katekumen dan membantu umat dalam menghayati iman (Dewan
Paroki Boro, 2016: 27).
8) Pembentukan tim pendamping keluarga
Keluarga dipandang sebagai tempat yang sangat strategis dalam
pengembangan iman. Seringkali paroki tidak mengetahui bahwa
keluarga-keluarga Katolik memiliki permasalahan karena kurang keterbukaan keluarga-keluarga
terhadap paroki. Akibatnya banyak keluarga yang mengabaikan pendidikan dan
perkembangan iman anak-anak. Menyikapi permasalahan ini, dewan paroki
khususnya tim kerja Pendampingan Keluarga membentuk tim pendamping
keluarga, supaya keluarga-keluarga Katolik di Paroki St. Theresia Lisieux Boro
mendapatkan perhatian dan pembinaan dalam menghayati hidup berkeluarga
(Dewan Paroki Boro, 2016: 29).
9) Rekoleksi keluarga untuk usia perkawinan 12-25 tahun
Paroki St. Theresia Lisieux Boro menanggapi tahun keluarga yang
dicanangkan oleh Paus Fransiskus dengan memberikan perhatian khusus kepada
(52)
yang harmonis, seperti melalui rekoleksi keluarga untuk usia perkawinan 12-25
tahun. Rekoleksi ini dilaksanakan pada Oktober 2016 dalam rangka Tahun
Prennthaler (Dewan Paroki Boro, 2016: 30).
10) Rekoleksi pemandu lingkungan
Setiap lingkungan di Paroki St. Theresia Lisieux Boro memiliki pemandu
lingkungan, baik menjabat sebagai pengurus lingkungan, prodiakon dan katekis.
Pemandu lingkungan memiliki peranan penting dalam membantu umat
mengembangkan iman. Rekoleksi pemandu lingkungan dilaksanakan pada 26 Juni
2016 dengan tujuan supaya para pemandu lingkungan semakin kreatif dan inovatif
dalam memandu pertemuan di lingkungan. Dengan adanya pemandu lingkungan
yang handal dan kompeten diharapkan adanya hubungan yang linear terhadap
perkembangan iman umat (Dewan Paroki Boro, 2016: 30).
11) Kursus persiapan perkawinan
Kursus persiapan perkawinan bagi calon pasangan suami istri bukan
sekedar untuk memenuhi hukum Gereja, tetapi untuk mempersiapkan calon
pasangan suami istri dalam membangun keluarga dengan matang. Kematangan
dalam persiapan membangun keluarga akan berdampak pada keharmonisan
keluarga, termasuk tanggung jawab untuk saling mengembangkan iman satu sama
lain. Kursus persiapan perkawinan dilaksanakan setiap tiga bulan sekali, yaitu
(1)
(14)
desa. Hal ini sangat berpengaruh pada mentalitas dan gaya hidup umat Boro, karena menawarkan hal-hal instan.
Hidup menjemaat: jumlah umat di Boro cenderung statis, dan munculnya mentalitas sulit diajak berkumpul karena pengaruh faktor geografis. Umat Boro secara mendasar sedang mengalami krisis; ekonomi lemah, tempat tinggal berjauhan, sulit diajak maju, akses transportasi sulit, kebanyakan sudah tua dan ibu-ibu sedangkan kaum muda pergi ke kota. Selain itu muncul pandangan bahwa ekaristi lebih mantep dibandingkan ibadat, sehingga dalam perayaan Ekaristi ada banyak umat hadir, sedangkan bila hanya ibadat umat yang hadir sedikit.
Personalia : banyak tenaga pelayan (pengurus lingkungan, dewan paroki, prodiakon, pelayan lain) yang sudah lama berkarya dan sudah tua. Permasalahan yang muncul adalah kurangnya kesadaran akan kaderisasi. Selain itu banyak tenaga pelayan yang sukarela; yang penting mau tapi kadang merasa kurang mampu, sedangkan yang mampu belum tentu mau. Pembinaan iman untuk kaum muda: kaum muda cenderung mengalami
mobilitas yang tinggi dimana banyak kaum muda yang bersekolah dan bekerja di luar kota, sehingga hanya sedikit kaum muda yang tersisa di Boro. Kenyataan yang ada ialah ketika tahun ini sedang digalakkan pembinaan bagi kaum muda, tetapi tahun berikutnya kaum muda sudah pindah ke kota. Hal ini menjadi kendala bagi regenerasi atau kaderisasi untuk kepengurusan gereja.
Lemahnya koordinasi komunikasi: banyak pengurus lingkungan atau wilayah yang masih baru, sehingga untuk koordinasi komunikasi masih belum terbiasa. Hal ini menjadi keprihatinan karena ditakutkan apabila informasi dari atas (dewan paroki) tidak sampai kepada umat, sehingga menghambat gerak maju paroki.
Adanya anggapan sebagai gerakan katolisasi ketika mengadakan kegiatan-kegiatan ke arah keluar.
8. Adakah tindak lanjut dari paroki/stasi/lingkungan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut?
Menanggapi adanya perubahan sosial dalam masyarakat, Paroki Boro mencoba untuk merencanakan kegiata-kegiatan pendampingan, kepada PIUD, PIA, PIR, OMK dan orang dewasa.
Paroki Boro berupaya untuk menyusun program-program visioner berdasarkan kebutuhan umat dan harus menyapa seluruh umat.
Dewan paroki mencoba untuk selalu menjalin koordinasi yang baik dengan para pengurus lingkungan melalui pembekalan, pelatihan dan membangun relasi antar lingkungan dan antar wilayah.
Koordinasi dengan perangkat desa dan kecamatan untuk perizinan penyelenggaraan kegiatan
9. Apa saja peranan karya misi Romo Johannes Baptist Prennthaler SJ bagi umat di Paroki Boro, terutama dalam mengembangkan iman yang cerdas, tangguh dan misioner?
(2)
(15)
Romo Prennthaler mulai mengintensifkan gerakan bersama untuk mempribumikan iman kristiani di tengah rakyat Jawa sejak tahun 1930. Beliau mengusulkan untuk membeli seperangkat gamelan agaar adanya proses inkulturasi iman secara populer di Boro. Beliau mengajarkan doa Angelus dan menghadiahi 20 buah lonceng untuk setiap wilayah di Boro agar dapat mengingatkan umat untuk berdoa angelus. Menanamkan iman akan Bunda Maria bersama dengan para katekis dan ‘malaikat-malaikat
pelindung’. Romo Prennthaler juga sering berjalan jauh untuk ke pelosok
-pelosok guna memberikan pelajaran agama. Hal ini dilakukan untuk mewartakan Kerajaan Allah.
Membangun keselamatan/kesejahteraan sosial ekonomi
Romo Prennthaler menyadari bahwa pewartaan iman mustahil tanpa menggunakan uang. Situasi umat saat beliau berkarya adalah terjadi banyak kemiskinan, kelaparan dan penyakit. Banyak rakyat miskin dan terbelit hutang, sehingga mustahil Romo Prennthaler menarik sumbangan dari mereka. Tetapi karena kecintaan romo terhadap umat, Romo Prennthaler melakukan bisnis perangko agar ada dana untuk pewartaan iman dan membantu umat. Pada tahun 1930, romo mendirikan beberapa pabrik, yaitu pabrik sabun, pabrik lilin dan pabrik tenun. Pendirian pabrik-pabrik ini dimaksudkan untuk menyejahterakan umat.
Perkembangan pertanian
Romo Prennthaler menyadari bahwa Boro memiliki potensi pertanian yang bagus, sehingga beliau bekerja sama dengan pemerintah untuk mendirikan sekolah pertanian (bukan mendirikan sekolah untuk menghasilkan guru, tetapi petani). Sekolah pertanian ini dikelola oleh Misi dan banyak pejabat seperti lurah dan kawedanan (camat) yang masuk, sehingga memiliki pengaruh akan ada banyak orang yang masuk menjadi Katolik. Dalam hal ini hasil dari pengembangan pertanian adalah mencetak petani handal dan perkembangan jumlah umat Katolik.
Pendidikan
Pada masa karya Romo Prennthaler anak-anak yang dapat bersekolah hanyalah anak-anak ningrat, sehingga orang pribumi biasa tidak dapat menyekolahkan anaknya. Hal ini menjadikan banyak orang yang bodoh dan dipandang sebagai sumber kemiskinan. Oleh karena itu, Romo Prennthaler menghadirkan sekolah rakyat yang berpihak kepada orang miskin. Dan saat ini sekolah-sekolah ini masih hidup untuk mendidik anak-anak di Boro. Pelayanan kesehatan
Banyak orang yang terkena flu dan malaria, sehingga banyak umat yang meninggal hanya dalam waktu singkat. Upaya Romo Prennthaler mengatasi permasalahan ini dengan mendatangkan obat-obatan dari Eropa dan dengan bekal ilmu kedokteran yang dimilikinya, Romo Prennthaler berkeliling untuk mengobati banyak orang. Merasa tenaganya kurang mampu mengatasi hal ini, Romo Prennthaler meminta bantuan kepada suster
(3)
(16)
Fransiskanes. Romo Prennthaler bersama para suster mendirikan rumah sakit. Tujuan utama pelayanan kesehatan ini adalah untuk membantu rakyat miskin, tetapi tidak sedikit pula dari mereka yang dengan sukarela kemudian dibaptis. Sampai saat ini rumah sakit yang didirikan oleh Romo Prennthaler bersama suster Fransiskanes masih berdiri dan melayani masyarakat Boro. Melalui pelayanan kesehatan ini umat diajak untuk berbagi dan semangat melayani. Hubungan dengan agama lain dan pemerintah
Pada masa karya Romo Prennthaler, tidak hanya Misi saja yang berkarya di daerah Boro Kalibawang, tetapi juga ada Zending (Kristen) dan Muhamadiyah. Meskipun dianggap sebagai tantangan, Romo Prennthaler tetap menjalin relasi yang baik dan kerjasama dengan mereka dan pemerintah. Bagi Romo Prennthaler merangkul dan melibatkan banyak orang merupakan sarana pewartaan untuk menyelamatkan banyak jiwa-jiwa. Hingga sekarang, semangat Romo Prennthaler ini masih diteruskan oleh umat Boro untuk menjalin hubungan yang baik dengan umat beragama lain demi menciptakan masyarakat yang damai.
Panti asuhan dan panti jompo dua lahan pelayanan ini tidak secara langsung dibangun oleh romo Prennthaler, tetapi berkat kehadiran Romo Prennthaler di Boro yang juga mengundang para suster dan bruder menggerakan hati mereka untuk melayani anak-anak dari keluarga kurang mampu atau bermasalah untuk membimbing anak-anak mereka. Panti jompo juga merupakan buah karya Romo Prennthaler berkat kerjasama para suster OSF.
Gereja dan pastoran ketika Romo Prennthaler mulai menetap di Boro dan bersamaan dengan peningkatan jumlah umat Boro, maka dibangunlah gereja Boro dan pastoran. Melalui dua tempat ini pusat pelayanan sakramen dilakukan oleh Romo Prennthaler, meskipun juga masih sering melayani di wilayah-wilayah. Pemilihan tempat di Boro karena dianggap tempat strategis untuk pewartaan iman. Kehadiran Gereja Boro saat ini memperoleh penghormatan dari masyarakat sekitar, karena Gereja Boro mampu menghadirkan suasana yang harmonis dalam kehidupan bermasyarakat.
(4)
(17) Lampiran 7: Teks Lagu Pertemuan SCP
A. Lagu Pembuka
Kuingin
(Madah Bakti No. 216) Kuingin iman sejati, dalam hati, dalam hati
Kuingin iman sejati, dalam hati, dalam hati
Kuingin semakin suci, dalam hati, dalam hati Kuingin semakin suci, dalam hati, dalam hati Kuingin seperti Yesus, dalam hati, dalam hati
Kuingin seperti Yesus, dalam hati, dalam hati
B. Lagu Penutup
Berbudi Luhur (Madah Bakti No. 783)
Hati murni tanda berbudi luhur, suka damai juga bersikap jujur Dan peduli pada semua orang, ramah serta belas kasihan
Yang berbudi luhur tidak memihak, ia bertingkah dengan bijak Lembut hati lahir dari kasihnya, meneguhkan persaudaraan Kami mohon ya Bapa mahaluhur, ciptakanlah hati dan budi luhur Agar kami dapat memuji Bapa, bersama Putra dan Roh cinta
(5)
(18) Lampiran 8: Teks Cerita Pertemuan SCP
Kemenangan Hati Nurani
Pak Budi adalah seorang guru di salah satu sekolah dasar di desanya. Selain menjadi seorang guru, Pak Budi juga aktif dalam kegiatan-kegiatan di Gereja, bahkan seringkali menjadi katekis sukarelawan ketika diadakan pelajaran bagi calon penerima komuni pertama dan krisma. Pak Budi juga ikut terlibat dalam kegiatan di masyarakat seperti menjadi pengurus RT. Oleh tetangga sekitar, keluarga Pak Budi dipandang sebagai keluarga yang ramah dan suka menolong, meskipun keluarga Pak Budi tergolong keluarga yang sederhana.
Suatu hari, Darmawan anak Pak Budi mengalami kecelakaan. Ketika pulang sekolah, Darmawan tersrempet mobil. Tetapi, mobil yang menyerempet Darmawan kabur tanpa bertanggung jawab. Darmawan harus dirawat di rumah sakit karena mengalami luka yang cukup parah. Pak Budi mengalami kebingungan setelah mendengar kabar ini, karena Darmawan harus dirawat di rumah sakit, sedangkan Pak Budi sedang tidak memiliki uang untuk biaya rumah sakit.
Gaji Pak Budi yang baru saja diperoleh masih kurang untuk biaya rumah sakit Darmawan. Ketika pulang dari sekolah menuju ke rumah sakit tempat Darmawan dirawat, Pak Budi menemukan sebuah tas kecil. Pak Budi membuka tas kecil tersebut dan isinya adalah sejumlah uang yang cukup banyak. Di dalam tas itu juga ada kartu identitas pemilik tas tersebut. Sedangkan jumlah uang di dalam tas itu kira-kira dapat membayar lunas biaya pengobatan Darmawan di rumah sakit. Pak Budi membawa tas kecil tersebut pulang ke rumah.
Jika dipikir-pikir, uang yang ditemukan di jalan tersebut dapat melunai biaya rumah sakit dan memenuhi kebutuhan hidup hingga beberapa minggu. Pak Budi merasa bingung. Di satu sisi Pak Budi sedang membutuhkan uang yang cukup besar untuk biaya rumah sakit, sedangkan di sisi lain Pak Budi merasa bahwa uang itu bukan miliknya dan harus mengembalikannya. Selama beberapa hari, Pak Budi merasa bimbang untuk memutuskan apakah akan menggunakan uang itu atau mengembalikan kepada yang memiliki. Jika menggunakan uang yang ditemukan biaya rumah sakit Darmawan akan lunas dan tidak ada orang yang menyalahkan karena tidak ada yang mengetahui Pak Budi menemukan uang dalam jumlah yang banyak, tetapi Pak Budi akan terus merasa bersalah karena dia menggunakan uang yang bukan miliknya. Akan tetapi, jika Pak Budi mengembalikan uang tersebut, maka biaya rumah sakit Darmawan tidak dapat dilunasi.
Setelah beberapa hari berpikir, akhirnya Pak Budi mendengarkan suara dalam hatinya untuk mengembalikan uang yang telah ditemukan kepada pemiliknya. Pak Budi mengembalikan semua uang yang ditemukan dalam tas kecil tanpa berkurang satu pun. Meskipun Pak Budi sedang dalam kesulitan biaya, Pak Budi tetap tidak ingin menggunakan uang yang ditemukannya. Hati nurani Pak Budi mengatakan bahwa uang yang ditemukan bukanlah miliknya, sehingga harus dikembalikan kepada yang memilikinya, meskipun biaya rumah sakit Darmawan belum bisa dilunasi. Tiba-tiba, pemiliki uang dalam tas kecil itu memberikan bantuan kepada Pak Budi untuk biaya rumah sakit Darmawan.
(6)
(19)
Lampiran 9: Teks Penggalan Kisah Hidup Rm. Johannes Baptist Prennthaler SJ
Perjalanan panjang itu aku mulai pada tanggal 20 September 1904. Aku masuk Serikat Yesus Provinsi Prancis di Lyon. Mulai saat itu pun nasibku jelas, pada waktunya nanti, serikat akan mengutusku bermisi di Siria. Mengalirkan segala dayaku di sana. Tetapi ternyata hidup selalu menampung perubahan. Jalan yang kubangun lurus menggiringku pada persimpangan jalan. Hanya dua arah: ke Siria atau ke Jawa.
Kisah ini berawal ketika aku menjalani masa tersiat di Wina Austria. Suatu kali, aku menerima artikel tentang misi di Pulau Jawa dan kubaca. Entahlah! Misi Jawa ini seolah sayup-sayup memanggilku, semakin lama semakin keras memenuhi setiap rongga tubuhku dan dengan cepat membawaku pada keyakinan baru, aku ingin pergi ke Jawa, bukan ke Siria. Titik!
Jelas, keyakinanku membawa persoalan. Untuk mendapatkannya, aku harus terlebih dahulu berpindah ke Provinsi Belanda. Begitulah, misi Jawa adalah anak asuh Provinsi Belanda. Jalan satu-satunya aku harus berhadapan dengan rama Jenderal. Dorongan yang begitu kuat akhirnya memberanikanku memohon kepada Rama Jendral Serikat Yesus, R.P. Wlodomir Ledochowsky, S.J., supaya diijinkan berpindah berpindah ke Provinsi Belanda. Gayung bersambut, permohonanku dikabulkan. Petualangan pun segera aku mulai. Pada tanggal 25 September 1920, aku berangkat ke Pulau Jawa setelah singgah sebentar dalam novisiat SJ di Mariendaal, Nederland. Bagiku, menjadi misionaris Jawa adalah tugas yang mungkin sudah ditentukan dalam cetak biru pakem kehidupanku, tetapi bukan semacam takdir. Bumi Jawa adalah sebuah perutusan hidup yang dibarengi dengan pilihan dan kesanggupan.
Sumber:
Budi Purwantoro, H. (2012). Pedibus Apostolorum: Jejak Langkah Misioner J.B. Prennthaler, SJ di Perbukitan Menoreh. Kumpulan kisah pengalaman iman umat Paroki St. Theresia Lisieux Boro yang disusun untuk memperingati HUT 85 Tahun Gereja Boro, hh. 7-8.