Komitmen Organisasi Pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar

(1)

SIMALINGKAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

JANVENCIUS VALERIUS NIFOWA’AZARO DACHI

091301059

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GENAP, 2013/2014


(2)

Dipersiapkan dan disusun oleh:

JANVENCIUS VALERIUS NIFOWA’AZARO DACHI

091301059

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 21 April 2014

Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi

Prof. Dr. Irmawati, psikolog NIP: 195301311980032001

Tim Penguji Departemen Psikologi Industri dan Organisasi 1. Dr. Emmy Mariatin, M.A., PhD., psikolog Penguji I /

NIP : - Pemimbing

2. Vivi Gusrini R. Pohan, M.Sc, M.A., psikolog

NIP : 197808162003122002 Penguji II

3. Eka Danta Jaya Ginting, M.A., psikolog


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

Komitmen Organisasi Pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar

adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 21 April 2014


(4)

Komitmen Organisasi Pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar

Janvencius Valerius Nifowa’azaro Dachi dan Emmy Mariatin

ABSTRAK

Dewan Pastoral Paroki Gereja Katolik adalah sebuah wadah di mana orang awam juga dapat berpartisipasi dalam panggilan mereka sebagai orang Kristen. Sebagai bagian dari pengurus gereja, orang-orang awam yang mengambil bagian di dalamnya, biasanya menghadapi banyak tantangan terutama karena harus bisa membagi waktu antara pekerjaan utama mereka, keluarga, dan pelayanan sebagai anggota Dewan Pastoral. Oleh karena itu, diperlukan anggota Dewan Pastoral yang berkomitmen untuk melaksanakan tugas tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran komponen komitmen organisasi yang dominan pada pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar. Komitmen organisasi diketahui mempengaruhi efektivitas sebuah organisasi. Responden pada penelitian ini adalah 90 dari 114 orang anggota pengurus. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan skala komitmen organisasi berdasarkan teori Allen dan Meyer yang terdiri dari komitmen afektif, berkelanjutan, dan normatif. Dengan menggunakan metode analisa deskriptif diperoleh bahwa 52% responden sama-sama dominan pada komitmen afektif dan normatif; diikuti dengan yang dominan hanya pada komitmen afektif (21%); dominan pada ketiga komponen (19%); sama-sama dominan pada komitmen afektif dan berkelanjutan (4%); dan hanya dominan pada komitmen normatif saja (1%). Terdapat dua orang pengurus yang tidak dapat diklasifikasikan dominan pada salah satu komponen komitmen organisasi.

Kata kunci: Komitmen Organisasi, Gereja Katolik , Komitmen Afektif, Komitmen Berkelanjutan, Komitmen Normatif.


(5)

ABSTRACT

Catholic Church's Parish Pastoral Council is a forum where lay people can also participate in their call as Christians. As part of church official, the lay people who take part in it, usually face many challenges mainly because they have to be able to share their time between their main work, family, and service as a member of the Pastoral Council. Therefore, it's required a member of the Pastoral Council who is committed to carry out such duties. This study aims to analyze the organizational commitment of the church officials of Catholic Church St. Therese Lisieux Perumnas Simalingkar. Organizational commitment is known to affect the effectiveness of an organization. Respondents in this study were 90 of the 114 members of the board. Data were collected using scales based on the theory of organizational commitment by Allen and Meyer that consisting of affective, continuance, and normative commitment. By using descriptive analysis, the result shows that there are 52% of the participants dominant both on affective and normative commitment; 21% dominant only on affective commitment; 19% dominant on all three organizational commitment components; 4% dominant both on affective and continuance commitment; and 1% dominant only on normative commitment. There are two participants who can not be classified.

Keywords : Organizational Commitment, Catholic Church, Affective Commitment, Continuance Commitment, Normative Commitment.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Tritunggal Maha Kudus atas kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi USU Medan.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan sripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Prof. Dr. Irmawati, psikolog selaku dekan Fakultas Psikologi,

2. Kepada kedua orang tua saya yang selalu memberi dukungan, do'a, dan kasih sayang; dan juga kepada seluruh keluarga besar yang telah banyak memberi semangat,

3. Ibu Dr. Emmy Mariatin, M.A., PhD., psikolog selaku dosen pembimbing skripsi yang telah rela meluangkan waktu membimbing, memberi kritik dan saran membangun bagi penyusunan skripsi saya ini,

4. Ibu Vivi Gusrini R. Pohan, M.Sc, M.A., psikolog dan bapak Eka Danta Jaya Ginting, M.A., psikolog selaku dosen penguji yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan kritik dan saran bagi penelitian saya,


(7)

5. Ibu Rahma Yurliani, M. Psi., psikolog selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberi saran dan motivasi selama masa perkuliahan di Fakultas Psikologi USU,

6. Dosen - dosen pengajar di Fakultas Psikologi USU yang tidak mungkin saya sebutkan namanya satu per satu, yang telah memberikan yang terbaik,

7. Pastor Paroki Santo Fransiskus Assisi Padang Bulan-Medan, Pastor Andreas Elpian, OFM. Conv. atas saran-sarannya,

8. Segenap Dewan Pastoral Stasi Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar; terkhusus kepada porhanger Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar, bapak R. O. Sinaga atas ijin, saran, dan bantuannya; ibu R. K. Tarigan selaku bendahara DPS Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar yang sudah bersedia memberi saran dan data tambahan; dan bapak Z. Situmorang yang sudah banyak membantu kepada peneliti, 9. Segenap Dewan Pastoral Lingkungan Gereja Katolik Stasi Santa

Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar yang sudah bersedia meluangkan waktunya, terkhusus kepada setiap ketua lingkungan yang sudah saya repotkan: bapak K. Simarmata (Lingkungan St. Fransiskus), bapak H. P. Sitohang (Lingkungan St. Yosef), bapak J. Kemit (lingkungan St. Petrus), bapak S. Sirait (Lingkungan St. Klara), bapak A. Situmorang (Lingkungan St. Sebastianus), bapak B. P. Simbolon (Lingkungan St. Maria), bapak L. Samosir dan bapak B. Harianja (Lingkungan St.


(8)

Yohanes), bapak B. Parhusip (Lingkungan St. Tomas), bapak S. M. Sinaga (Lingkungan St. Antonius), bapak J. K. Sinabutar (Lingkungan St. Paulus), bapak M. M. Nainggolan (Lingkungan St. Adrianus), bapak L. Marbun (Lingkungan St. Mikael), bapak P. Sembiring (Lingkungan St. Rafael), bapak W. Nadeak (Lingkungan St. Elisabet), bapak B. E. Simamora (Lingkungan St. Sesilia), bapak M. Sitinjak (Lingkungan St. Xaverius), bapak R. Sinaga dan ibu N. br. Sembiring (Lingkungan St. Ignasius), bapak J. Sihotang dan bapak E. Samosir (Lingkungan St. Lusia), bapak T. S. Gultom (Lingkungan St. Benediktus), bapak H. Simamora (Lingkungan St. Regina), bapak F. Situmorang (Lingkungan St. Skolastika),

10.Seluruh umat Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar yang sudah meluangkan waktu dan saran bagi peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

11.Seluruh teman-teman di angkatan 2009 Fakultas Psikologi USU yang menjadi teman berbagi ilmu,

Penulis juga menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kata baik, sehingga segala kritik dan saran sangat diharapkan untuk membantu penulis menjadi lebih baik lagi. Non multa sed multum (tidak banyak namun berisi), inilah harapan peneliti terhadap manfaat dari tulisan ini. Walaupun belum dapat dikatakan baik, semoga tulisan ini dapat membantu orang banyak, khususnya bagi Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar.


(9)

Medan, April 2014


(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR DIAGRAM ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 LATAR BELAKANG ... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ... 8

1.3 TUJUAN PENELITIAN ... 8

1.4 MANFAAT PENELITIAN ... 8

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 8

1.4.2 Manfaat Praktis ... 8

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

2.1 KOMITMEN ORGANISASI ... 11

2.1.1 Definisi Komitmen Organisasi ... 11


(11)

2.1.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Komitmen Organisasi .. 14

2.1.4 Proses Terbentuknya Komitmen ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN ... 19

3.2 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN ... 19

3.3 POPULASI PENELITIAN ... 20

3.4 METODE PENGUMPULAN DATA ... 21

3.5 ALAT UKUR PENELITIAN ... 21

3.6 VALIDITAS, RELIABILITAS, DAN DAYA BEDA AITEM ... 23

3.6.1 Validitas Alat Ukur ... 23

3.6.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 23

3.6.3 Daya Beda Aitem ... 24

3.7 HASIL UJI COBA ALAT UKUR ... 24

3.8 PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN ... 26

3.8.1 Tahap Persiapan Penelitian ... 26

3.8.2 Uji Coba Alat Ukur dan Pelaksanaan Penelitian... 26

3.8.3 Pengolahan Data... 27


(12)

3.9.1 Pengkategorisasian Responden berdasarkan Komitmen Organisasi

yang Dominan Dimilikinya ... 28

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1 GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN ... 30

4.1.1 Jenis Kelamin ... 30

4.1.2 Usia ... 31

4.1.3 Suku ... 32

4.1.4 Tingkat Pendidikan Terakhir... 33

4.1.5 Status Pernikahan ... 34

4.1.6 Lamanya Menjadi Umat ... 35

4.1.7 Status di dalam Kepengurusan ... 36

4.2 HASIL UTAMA PENELITIAN ... 38

4.2.1 Kategorisasi Data Penelitian ... 38

4.2.2 Gambaran Komitmen Organisasi ... 42

4.2.3 Gambaran Komitmen Organisasi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

4.2.4 Gambaran Komitmen Organisasi Berdasarkan Usia... 48


(13)

4.2.6 Gambaran Komitmen Organisasi Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Terakhir. ... 53

4.2.7 Gambaran Komitmen Organisasi Berdasarkan Status Pernikahan . 56 4.2.8 Gambaran Komitmen Organisasi Berdasarkan Lamanya Menjadi Umat... ... 58

4.2.9 Gambaran Komitmen Organisasi Berdasarkan Status di dalam Kepengurusan ... 62

4.3 PEMBAHASAN ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

5.1 KESIMPULAN ... 75

5.2 SARAN ... 77

5.2.1 Saran Teoritis ... 77

5.2.2 Saran Praktis ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(14)

Tabel 2. Blue Print Skala Komitmen Afektif ... 22

Tabel 3. Blue Print Skala Komitmen Berkelanjutan ... 22

Tabel 4. Blue Print Skala Komitmen Normatif ... 23

Tabel 5. Skala Komitmen Afektif Setelah Uji Coba ... 25

Tabel 6. Skala Komitmen Berkelanjutan Setelah Uji Coba ... 25

Tabel 7. Skala Komitmen Normatif Setelah Uji Coba ... 25

Tabel 8. Persebaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 30

Tabel 9. Persebaran Responden berdasarkan Usia ... 31

Tabel 10. Persebaran Responden berdasarkan Suku ... 32

Tabel 11. Persebaran Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir ... 33

Tabel 12. Persebaran Responden berdasarkan Status Pernikahan ... 34

Tabel 13. Persebaran Responden berdasarkan Lamanya menjadi Umat ... 35

Tabel 14: Persebaran Responden berdasarkan Status di dalam Kepengurusan .... 37

Tabel 15. Rumus Kategorisasi ... 38

Tabel 16. Perbandingan Mean Hipotetik dan Empirik Skala Komitmen Afektif . 39 Tabel 17. Kategorisasi Komitmen Afektif ... 39

Tabel 18. Perbandingan Mean Hipotetik dan Empirik Skala Komitmen Berkelanjutan ... 40


(15)

Tabel 20. Perbandingan Mean Hipotetik dan Empirik Skala Komitmen Normatif ... 41 Tabel 21. Kategorisasi Komitmen Normatif Berdasarkan Skor Empirik ... 41 Tabel 22. Gambaran Komitmen Afektif Pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar ... 42 Tabel 23. Gambaran Komitmen Berkelanjutan Pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar ... 43 Tabel 24. Gambaran Komitmen Normatif Pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar ... 44 Tabel 25. Distribusi Komponen Komitmen Organisasi yang Dominan pada Responden Penelitian ... 45 Tabel 26. Distribusi Komponen Komitmen Organisasi yang Dominan pada Responden Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin ... 46 Tabel 27. Distribusi Komponen Komitmen Organisasi yang Dominan pada Responden Penelitian berdasarkan Usia ... 48 Tabel 28. Distribusi Komponen Komitmen Organisasi yang Dominan pada Responden Penelitian berdasarkan Suku ... 51 Tabel 29. Distribusi Komponen Komitmen Organisasi yang Dominan pada Responden Penelitian berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir ... 53 Tabel 30. Distribusi Komponen Komitmen Organisasi yang Dominan pada Responden Penelitian berdasarkan Status Pernikahan ... 56 Tabel 31. Distribusi Komponen Komitmen Organisasi yang Dominan pada Responden Penelitian berdasarkan Lamanya Menjadi Umat... 58


(16)

Tabel 32. Distribusi Komponen Komitmen Organisasi yang Dominan pada Responden Penelitian berdasarkan Status di dalam Kepengurusan ... 62


(17)

Diagram 2. Persebaran Responden berdasarkan Usia ... 32 Diagram 3. Persebaran Responden berdasarkan Suku ... 33 Diagram 4. Persebaran Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir .... 34 Diagram 5. Persebaran Responden berdasarkan Status Pernikahan ... 35 Diagram 6. Persebaran Responden berdasarkan Lamanya menjadi Umat ... 36 Diagram 7. Persebaran Responden berdasarkan Status di dalam Kepengurusan . 37 Diagram 8. Gambaran Komitmen Afektif Pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar ... 42 Diagram 9. Gambaran Komitmen Berkelanjutan Pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar ... 43 Diagram 10. Gambaran Komitmen Normatif Pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar ... 44 Diagram 11. Distribusi Komponen Komitmen Organisasi yang Dominan pada Responden Penelitian ... 45 Diagram 12. Distribusi Komponen Komitmen Organisasi yang Dominan pada Responden Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin ... 47 Diagram 13. Distribusi Komponen Komitmen Organisasi yang Dominan pada Responden Penelitian berdasarkan Usia ... 49 Diagram 14. Distribusi Komponen Komitmen Organisasi yang Dominan pada Responden Penelitian berdasarkan Suku ... 51


(18)

Diagram 15. Distribusi Komponen Komitmen Organisasi yang Dominan pada Responden Penelitian berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir ... 54 Diagram 16. Distribusi Komponen Komitmen Organisasi yang Dominan pada Responden Penelitian berdasarkan Status Pernikahan ... 57 Diagram 17. Distribusi Komponen Komitmen Organisasi yang Dominan pada Responden Penelitian berdasarkan Lamanya Menjadi Umat... 59 Diagram 18. Distribusi Komponen Komitmen Organisasi yang Dominan pada Responden Penelitian berdasarkan Status di dalam Kepengurusan ... 63


(19)

Komitmen Organisasi Pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar

Janvencius Valerius Nifowa’azaro Dachi dan Emmy Mariatin

ABSTRAK

Dewan Pastoral Paroki Gereja Katolik adalah sebuah wadah di mana orang awam juga dapat berpartisipasi dalam panggilan mereka sebagai orang Kristen. Sebagai bagian dari pengurus gereja, orang-orang awam yang mengambil bagian di dalamnya, biasanya menghadapi banyak tantangan terutama karena harus bisa membagi waktu antara pekerjaan utama mereka, keluarga, dan pelayanan sebagai anggota Dewan Pastoral. Oleh karena itu, diperlukan anggota Dewan Pastoral yang berkomitmen untuk melaksanakan tugas tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran komponen komitmen organisasi yang dominan pada pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar. Komitmen organisasi diketahui mempengaruhi efektivitas sebuah organisasi. Responden pada penelitian ini adalah 90 dari 114 orang anggota pengurus. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan skala komitmen organisasi berdasarkan teori Allen dan Meyer yang terdiri dari komitmen afektif, berkelanjutan, dan normatif. Dengan menggunakan metode analisa deskriptif diperoleh bahwa 52% responden sama-sama dominan pada komitmen afektif dan normatif; diikuti dengan yang dominan hanya pada komitmen afektif (21%); dominan pada ketiga komponen (19%); sama-sama dominan pada komitmen afektif dan berkelanjutan (4%); dan hanya dominan pada komitmen normatif saja (1%). Terdapat dua orang pengurus yang tidak dapat diklasifikasikan dominan pada salah satu komponen komitmen organisasi.

Kata kunci: Komitmen Organisasi, Gereja Katolik , Komitmen Afektif, Komitmen Berkelanjutan, Komitmen Normatif.


(20)

ABSTRACT

Catholic Church's Parish Pastoral Council is a forum where lay people can also participate in their call as Christians. As part of church official, the lay people who take part in it, usually face many challenges mainly because they have to be able to share their time between their main work, family, and service as a member of the Pastoral Council. Therefore, it's required a member of the Pastoral Council who is committed to carry out such duties. This study aims to analyze the organizational commitment of the church officials of Catholic Church St. Therese Lisieux Perumnas Simalingkar. Organizational commitment is known to affect the effectiveness of an organization. Respondents in this study were 90 of the 114 members of the board. Data were collected using scales based on the theory of organizational commitment by Allen and Meyer that consisting of affective, continuance, and normative commitment. By using descriptive analysis, the result shows that there are 52% of the participants dominant both on affective and normative commitment; 21% dominant only on affective commitment; 19% dominant on all three organizational commitment components; 4% dominant both on affective and continuance commitment; and 1% dominant only on normative commitment. There are two participants who can not be classified.

Keywords : Organizational Commitment, Catholic Church, Affective Commitment, Continuance Commitment, Normative Commitment.


(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan sebuah negara yang pluralis. Salah satu contoh pluralisme tersebut adalah dengan diakuinya enam agama di Indonesia, yaitu: Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan Konghuchu. Agama Katolik sebagai salah satu agama yang diakui di Indonesia mengenal sistem pembagian wilayah pelayanan gerejawi yang bertujuan untuk memudahkan pelayanan rohani kepada umat. Wilayah pelayanan rohani terbesar disebut dengan keuskupan dan dipimpin oleh seorang uskup. Secara hierarkis, Gereja Katolik dipimipin oleh uskup Roma atau yang lebih dikenal sebagai Sri Paus. Uskup Roma yang mempersatukan seluruh keuskupan Katolik di seluruh dunia. Gereja Katolik Indonesia sendiri memiliki sebuah lembaga yang bertujuan menggalang persatuan dan kerja sama antar uskup dalam menjalankan tugas pastoral mereka memimpin umat Katolik Indonesia yang disebut dengan Konferensi Wali Gereja Indonesia atau disingkat dengan KWI (Konferensi Waligereja Indonesia, 2002).

Sebuah keuskupan memiliki batas wilayah geografis tersendiri. Wilayah pelayanan gerejawi ini dibagi menjadi beberapa wilayah yang lebih kecil yang disebut dengan paroki (Konferensi Waligereja Indonesia, 2006). Pada setiap keuskupan, umumnya terdapat pengurus gereja yang disebut dengan Dewan Pastoral yang berfungsi meneliti dan mempertimbangkan


(22)

permasalahan-memberikan kesimpulan-kesimpulan praktis berkenaan dengan masalah yang dihadapi (Konferensi Waligereja Indonesia, 2006). Dewan tersebut beranggotakan orang-orang Katolik yang berada di dalam keuskupan itu sendiri (Konferensi Waligereja Indonesia, 2006).

Gereja Katolik Indonesia dengan prinsipnya yang dinamis kreatif mengenal istilah stasi (Kusumawanta, 2013). Stasi merupakan komunitas umat beriman yang lebih kecil cakupan wilayahnya dibandingkan dengan paroki. Alasan adanya stasi di Indonesia adalah karena umat Katolik di Indonesia tersebar di berbagai daerah yang saling berjauhan dan menyulitkan untuk mendapatkan pelayanan langsung dari paroki. Dengan adanya stasi, umat di wilayah tersebut dapat memperoleh pelayanan dari pastor secara berkala dari paroki. Umat yang berada di sebuah stasi umumnya dibagi lagi menjadi beberapa lingkungan yang merupakan kumpulan umat yang tinggal saling berdekatan satu sama lain.

Pada tingkat stasi, pengurus gereja disebut dengan Dewan Pastoral Stasi. Dewan Pastoral Stasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh sejumlah Dewan Pastoral Lingkungan yang berkarya di setiap lingkungan. Schein (dalam Mangundjaya, 2002) menyatakan bahwa organisasi adalah koordinasi sejumlah kegiatan yang direncanakan untuk mencapai suatu maksud atau tujuan bersama melalui pembagian tugas dan fungsi kerja melalui serangkaian wewenang dan tanggung jawab. Seturut dengan pernyataan tersebut, pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar juga memiliki pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing antara Ketua, Sekretaris, Bendahara Dewan Pastoral Stasi dan Dewan-Dewan Pastoral Lingkungan pada tingkat


(23)

wilayah yang lebih kecil. Tujuan dari pengurus gereja sendiri adalah melaksanakan Karya Tri-Darma Gereja, yaitu Darma Pengajaran, Pengudusan, dan Penggembalaan (Keuskupan Agung Medan, 2009).

Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar merupakan salah satu dari beberapa stasi yang berada di bawah naungan Paroki Santo Fransiskus Assisi Medan. Sebagai salah seorang umat di Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar, peneliti cukup sering mendengar keluhan dari umat mengenai pelayanan yang diberikan oleh pengurus gereja. Umumnya masalah yang dikeluhkan oleh umat adalah kurang aktifnya sebagian pengurus yang mengakibatkan terkendalanya keperluan umat, perbedaan perlakuan terhadap umat berdasarkan status sosialnya, antar pengurus yang kurang kompak, dan kurangnya pembekalan rohani bagi umat.

Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa orang umat mengenai pelayanan yang diberikan oleh Dewan Pastoral Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar. Salah seorang umat dalam wawancara mengutarakan sebagai berikut:

“....Pengurus gereja kita ini masih banyak yang hanya sebatas “jabatan” bukan pelayanan. Pengurusan surat-surat Belum Baik ditanggapi serius, kaum muda kita juga kurang ada pembinaan, transparansi kurang jelas jadinya juga pembangunan gereja gak berjalan baik, seminar rohani kurang, bahkan ada juga umat kita yang tidak kenal siapa pengurus gerejanya. Memang kalau ada keperluan kita umat, cepat juga ditanggapi. Tapi ya itu aja...yang penting permintaan umat selesai dikerjakan....”

(komunikasi personal, 10 September 2013)

Peneliti juga melakukan wawancara dengan seorang mantan pengurus gereja di Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar, yang dalam wawancara mengatakan:


(24)

“...Kalau yang saya lihat dulu dan sekarang pengurus gereja kita ini masih sama saja. Ada enak dan ada tidak enaknya, tapi lebih banyak tidak enaknya pun. Tidak enaknya itu kalau ada umat yang membutuhkan sesuatu namun harus sesegera mungkin dilaksanakan. Kalau enaknya ini sih, karena status pengurus gereja itu. Ada sebagian pengurus, jadi pengurus karena kalau jadi pengurus bisa dapat status, dipanggil-panggil “pak pengurus” sama umat, selalu dipanggil kalau ada acara di gereja.... Ada rasa bangga juga, kan....” (komunikasi personal, 26 September 2013)

Peneti juga melakukan preeliminary research kepada umat di Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai pelayanan pengurus gereja. Peneliti melakukannya dengan membagikan kuesioner kepada 210 dari lebih kurang 2000 orang umat untuk mengetahui seberapa puaskah mereka terhadap pelayanan yang diberikan oleh pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar. Kuesioner yang digunakan dirancang dengan bantuan dari pengurus gereja yang bersangkutan dan dengan mempertimbangkan saran dari dosen pembimbing.

Hasil preeliminary research menunjukkan terdapat 45% responden yang mengatakan bahwa pengurus gereja sudah memberikan pelayanan yang memuaskan terhadap kebutuhan umat; 35% mengatakan pelayanan yang diberikan biasa-biasa saja, tidak memuaskan namun juga tidak mengecewakan; sedangkan sisanya (20%) mengatakan kualitas pelayanan yang diberikan masih mengecewakan. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil preeliminary research tersebut adalah masih banyak umat di Gereja Katolik Stasi Santa Thereria Lisieux Perumnas Simalingkar yang belum merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pengurus gereja. Ketidakpuasan ini menunjukkan bahwa sebagian pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar belum memberikan kontribusi yang maksimal dalam melaksanakan tugasnya, sehingga


(25)

banyak umat yang merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pengurus gereja.

Seorang pengurus gereja dituntut untuk memiliki rasa bakti dan pelayanan dalam melaksanakan tugasnya (Keuskupan Agung Medan, 2009). Seturut dengan hal tersebut diperlukan pengurus gereja yang berkomitmen dalam menjalankan tugasnya. Komitmen di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2007) didefinisikan sebagai perjanjian atau kontrak (keterikatan) untuk melakukan sesuatu. Luthans (2005) mengatakan bahwa komitmen organisasi adalah keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi, kemauan untuk mengerahkan usaha terbaiknya untuk organisasi, dan keyakinan yang mendalam, serta menerima, nilai-nilai dan tujuan organisasi. Dengan kata lain, komitmen organisasi berhubungan dengan usaha yang dilakukan oleh anggota bagi organisasinya. Tanpa adanya komitmen dari para anggotanya, sebuah organisasi tidak akan dapat berjalan dengan baik karena tidak adanya usaha yang maksimal dari para anggotanya.

Allen dan Meyer (1991) mengatakan terdapat tiga komponen komitmen organisasi, yaitu: komitmen afektif, komitmen berkelanjutan, dan komitmen normatif. Komitmen afektif adalah kelekatan emosi positif seseorang terhadap organisasi. Komitmen tersebut adanya karena dirinya sendiri yang menginginkannya. Komitmen berkelanjutan adalah komitmen individu terhadap organisasi yang muncul karena seseorang akan merasa kehilangan sesuatu jika meninggalkan organisasinya, seperti biaya ekonomi (tunjangan pensiun) dan sosial (persahabatan dengan rekan kerja). Sedangkan komitmen normatif,


(26)

didefinisikan sebagai komitmen individu terhadap organisasi karena merasa adanya suatu kewajiban untuk bekerja di dalam organisasi.

Pekerja yang berkomitmen terhadap organisasi akan berkontribusi positif terhadap organisasi. Individu dengan komitmen yang tinggi memiliki kinerja dan produktivitas yang lebih tinggi serta tingkat ketidakhadiran yang rendah (Cohen, 2003) serta cenderung mengambil aktivitas kerja yang lebih menantang (Allen & Meyer, 1991). Lebih lanjut lagi, individu dengan komitmen afektif dan normatif lebih cenderung mempertahankan keanggotaan di dalam organisasi dan berkontribusi bagi kesuksesan organisasi dibandingkan dengan individu dengan komitmen berkelanjutan (Allen & Meyer, 1991).

Komitmen organisasi juga secara positif mempengaruhi organizational citizenship behavior (Herscovitch, Meyer, Stanley, & Topolnytsky, 2002; Bakhshi, Kumar, & Sharma, 2011; Chang, Tsai, & Tsai, 2011), khususnya pada komitmen afektif (Ueda, 2011). Organizational citizenship behavior (OCB) adalah perilaku yang ditampilkan oleh seorang di dalam organisasi atas dasar kemauannya sendiri, terlepas dari ketentuan atau kewajiban yang dibebankan kepadanya dengan tujuan untuk mencapai tujuan dan efektivitas organisasi (Organ, 1997). Sebuah organisasi akan menjadi lebih efektif dengan adanya organizational citizenship behavior di dalam diri setiap anggotanya, karena akan meningkatkan performa organisasi, membantu organisasi beradaptasi terhadap perubahan lingkungan, dan membantu koordinasi antar dan di dalam kelompok kerja (Bachrach, MacKenzie, Paine, & Podsakoff, 2000). Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa OCB memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan


(27)

pelanggan atau pengguna jasa (Rahayu, Sutharjana, Thoyib, & Taroena, 2013; Asadi, Ghadam, & Pirvali, 2014) dan kualitas pelayanan (Ganjinia, Ghobadi, & Gilaninia, 2012). Dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi secara tidak langsung memiliki pengaruh postif terhadap kepuasan pelanggan dan kualitas pelayanan yang diberikan.

Selain mempengaruhi OCB secara positif, komitmen organisasi pada diri anggota organisasi dapat meningkatkan performa kerja, mengembangkan iklim organisasi yang hangat dan mendukung, serta antar anggota kerja bersedia saling membantu (Luthans, 2005). Anggota organisasi dengan komitmen organisasi yang tinggi juga lebih bersedia untuk berbagi dan berkorban bagi organisasinya, sehingga organisasinya tersebut dapat berjalan (Greenberg, 2010). Kecenderungan seseorang untuk berkontribusi bagi efektivitas organisasinya, juga akan dipengaruhi oleh komponen komitmen yang dimiliki. Pekerja dengan komitmen afektif yang dominan akan lebih cenderung memberikan usaha yang lebih untuk kemajuan organisasi dibandingkan dengan pekerja yang dominan pada komitmen berkelanjutan ataupun komitmen normatif (Allen & Meyer, 1991). Menurut Allen dan Meyer (1991), komitmen berkelanjutan memiliki pengaruh positif yang lebih kecil terhadap usaha dan performa kerja seseorang dibandingkan dengan dua komponen komitmen organisasi yang lain. Pekerja yang hanya membutuhkan sesuatu dari organisasi, akan melihat bahwa dirinya tidak memiliki alasan yang kuat untuk tetap mempertahankan keanggotaannya di dalam organisasi.

Berdasarkan masalah yang peneliti temukan di lapangan dan melihat pentingnya komitmen organisasi seseorang terhadap organsiasi, maka peneliti


(28)

tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran komponen komitmen organisasi yang dominan pada pengurus gereja di Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana gambaran kompnen komitmen organisasi yang dominan dimiliki pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Menggambarkan komponen komitmen organisasi yang dominan dimiliki pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Manfaat Teoritis

Menambah wacana pengetahuan di bidang psikologi khususnya Psikologi Industri dan Organisasi, terutama yang berkaitan dengan komitmen organisasi.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Memberikan gambaran kepada Dewan Pastoral Paroki Gereja Katolik Paroki Santo Fransiskus, Padang Bulan yang membina Dewan Pastoral Stasi Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar mengenai komitmen organisasi yang dimiliki Dewan Pastoral Stasi Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar, sehingga ke depannya dapat membantu mengarahkan dan meningkatkan kualitas


(29)

pelayanan yang diberikan oleh Dewan Pastoral Stasi Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar kepada umat.

b. Memberikan gambaran kepada umat Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar mengenai komitmen organisasi yang dimiliki oleh pengurus gereja.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan

Berisikan mengenai latar belakang masalah yang hendak dibahas, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II: Landasan Teori

Berisikan mengenai tinjauan kritis yang menjadi acuan dalam pembahasan permasalahan. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang komitmen organisasi.

Bab III: Metode Penelitian

Berisikan mengenai metode-metode dasar dalam penelitian yaitu identifikasi variabel, definisi operasional, responden penelitian, instrumen dan alat ukur yang digunakan, metode pengambilan sampel dan metode analisa data.

Bab IV: Analisa Data dan Pembahasan

Berisikan mengenai gambaran umum dan karakteristik dari responden penelitian, serta penggunaan analisa statistik dalam


(30)

menganalisa data. Pada bab ini pula dibahas mengenai interpretasi data yang kemudian diuraikan ke dalam pembahasan.

Bab V: Kesimpulan dan Saran

Berisikan mengenai kesimpulan mengenai hasil penelitian, diskusi berupa pembahasan, dan saran penyempurnaan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.


(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 KOMITMEN ORGANISASI

2.1.1 Definisi Komitmen Organisasi

Komitmen di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2007) didefinisikan sebagai perjanjian atau kontrak (keterikatan) untuk melakukan sesuatu. Cohen (2003) juga mengatakan bahwa komitmen adalah kekuatan yang mengikat individu terhadap tindakan tertentu yang berhubungan dengan satu atau lebih tujuan. Komitmen organisasi adalah sebuah ikatan psikologis seseorang terhadap organisasi, yang termasuk di dalamnya adalah rasa keterlibatan kerja, kesetiaan, dan keyakinan terhadap nilai-nilai organisasi (O'Reilly, 1989). Hal senada juga diungkapkan oleh Luthans (2005) yang berpendapat bahwa komitmen organisasi adalah keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi, kemauan untuk mengerahkan usaha terbaiknya untuk organisasi, dan keyakinan yang mendalam, serta menerima, nilai-nilai dan tujuan organisasi.

Terdapat dua pendekatan terhadap pendefinisian dari komitmen organisasi, yaitu pendekatan attitudinal commitment dan behavioral commitment (Mowday, Porter, & Steers, 1982). Pendekatan attitudinal commitment berfokus pada proses di mana individu memikirkan bagaimana hubungan mereka dengan organisasi. Pendekatan ini juga dapat dipahami sebagai sebuah mind set, di mana individu


(32)

mempertimbangkan dengan seksama apakah nilai-nilai dan tujuan-tujuan yang mereka miliki sesuai dengan apa yang dimiliki oleh organisasi. Sedangkan pendekatan behavioral commitment lebih berfokus pada proses di mana setiap individu menjadi terikat dengan organisasi dan bagaimana mereka menghadapinya. Individu yang terikat dengan organisasi, cenderung memandang organisasi secara positif. Mereka akan menghindari perselisihan dan mempersepsikan organisasi secara positif.

Berdasarkan definisi dari beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi adalah kondisi psikologis seorang pekerja yang dikarakteristikkan dengan hubungannya dengan organisasi serta nilai-nilai di dalamnya, yang berakibat pada keputusannya untuk terus menjaga keanggotaannya di dalam organisasi.

2.1.2 Komponen-Komponen Komitmen Organisasi

Terdapat tiga bentuk komitmen organisasi, yaitu: komitmen afektif, komitmen berkelanjutan, dan komitmen normatif (Allen dan Meyer, 1991). Ketiga bentuk komitmen tersebut menurut Allen dan Meyer (1991) lebih sesuai disebut dengan komponen-komponen komitmen organisasi dibandingkan dengan tipe-tipe komitmen organisasi. Ketiga kondisi psikologis dari masing-masing bentuk komitmen organisasi akan tampak terpisah satu dengan yang lainnya apabila menyebutnya dengan tipe komitmen organisasi, atau dengan kata lain seseorang hanya akan memiliki satu dari antara ketiga bentuk komitmen organisasi tersebut. Seseorang dapat saja memiliki ketiga bentuk komitmen tersebut, namun dengan tingkat yang berbeda-beda pada setiap komponennya.


(33)

2.1.2.1 Komitmen afektif

Komponen komitmen ini merujuk pada identifikasi, kelekatan emosional, dan keterlibatan pekerja di dalam organisasi. Pekerja dengan komitmen afektif yang kuat akan terus bekerja di dalam organisasi karena memang ingin melakukannya (Allen dan Meyer, 1991). Pekerja akan mengidentifikasikan dirinya dengan organisasi dan berkeinginan untuk tetap menjadi bagian dari organisasi.

2.1.2.2 Komitmen berkelanjutan

Komitmen berkelanjutan merujuk pada kesadaran akan adanya kerugian tertentu yang akan dialami jika meninggalkan organisasi (Allen dan Meyer, 1991). Pekerja dengan bentuk komitmen organisasi ini tetap bertahan di dalam organisasi karena membutuhkan sesuatu dari organisasi.

2.1.2.3 Komitmen normatif

Komitmen normatif merujuk pada adanya kewajiban tertentu yang membuat pekerja untuk terus bekerja di dalam organisasi (Allen dan Meyer, 1991). Komitmen ini berhubungan dengan berbagai sumber daya yang telah dikeluarkan organisasi untuk pekerja, sehingga pekerja merasa adanya suatu kewajiban moral untuk membalasnya. Pekerja berkomitmen terhadap organisasi karena merasa memang harus tetap setia dengan organisasi.


(34)

2.1.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Komitmen Organisasi 2.1.3.1 Komitmen afektif

Secara umum faktor-faktor yang berhubungan dengan komitmen afektif dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: karakteristik personal, struktur organisasi, dan pengalaman kerja (Allen & Meyer, 1991).

2.1.3.1.1 Karakteristik personal

Umur, jabatan, jenis kelamin, dan pendidikan memiliki hubungan yang positif, namun tidak kuat ataupun konsisten (Allen & Meyer, 1991; Herscovitch, dkk., 2002; Mathieu & Zajac, 1990). Hubungan antara karakteristik demografis dan komitmen bersifat tidak langsung dan akan hilang jika reward dan value kerja dikendalikan (Mottaz dalam Allen & Meyer, 1991). Selain karakteristik demografis, karakteristik kepribadian seperti kebutuhan akan pencapaian, afiliasi, dan autonomi; personal work ethic; locus of control; higher order need strength; dan kebutuhan hidup yang utama di dalam pekerjaan juga memiliki hubungan dengan komitmen; pada tingkat yang moderat (Mathieu & Zajac, 1990; Herscovitch, dkk., 2002). Pendekatan lain yang digunakan dalam melihat hubungan karakteristik personal dengan komitmen adalah melalui interaksi dengan faktor-faktor lingkungan. Individu yang pengalaman kerjanya sesuai dengan karakteristik personalnya (seperti mampu memberikan pemenuhan dalam memaksimalkan penggunaan kemampuan dan memberikan ruang untuk mengekspresikan nilai-nilai yang dimiliki) akan memiliki sikap kerja yang lebih positif dibandingkan dengan individu yang kurang sesuai (Allen & Meyer, 1991).


(35)

2.1.3.1.2 Struktur organisasi

Komitmen afektif berhubungan dengan desentralisasi dalam pengambilan keputusan dan formalisasi prosedur dan peraturan (Allen & Meyer, 1991; Mathieu & Zajac, 1990). Struktur organisasi tidak berhubungan secara langsung terhadap komitmen, namun dimediasi oleh pengalaman kerja.

2.1.3.1.3 Pengalaman kerja

Komitmen terbentuk sebagai hasil dari pengalaman kerja yang mampu memenuhi need dari pekerja itu sendiri dan pengalaman kerja tersebut sesuai dengan nilai-nilai yang dimilikinya (Allen & Meyer, 1991). Pengalaman kerja dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu: (1) yang berhubungan dengan kebutuhan pekerja untuk merasa nyaman di dalam organisasi, baik secara fisik maupun psikologis; dan (2) yang berhubungan dengan perasaan kompetensi pekerja terhadap peran kerjanya.

Hal-hal yang berhubungan dengan kenyamanan pekerja seperti pemenuhan atas apa yang diharapkan sebelum memasuki organisasi, keadilan dalam pembagian reward, tingkat keterpercayaan organisasi, dukungan organisasi, bebas dari konflik di dalam organisasi, dan perhatian dari atasan. Sedangkan hal-hal yang berhubungan dengan kompetensi pekerja terdiri dari pencapaian, keadilan dalam pemberian reward berdasarkan performa kerja, tantangan kerja, kesempatan untuk berkembang dan mengekspresikan diri, berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, dan perasaan dihargai di dalam organisasi (Allen & Meyer, 1991).


(36)

2.1.3.2 Komitmen berkelanjutan

Faktor-faktor yang paling umum berhubungan dengan komitmen berkelanjutan adalah side bets atau investasi, dan ketersediaan alternatif (Allen & Meyer, 1991; Herscovitch, dkk., 2002). Komitmen terhadap suatu tindakan terbentuk disaat seseorang membuat investasi, dan investasi tersebut akan hilang jika ia tidak melanjutkan tindakan itu lagi. Bentuk dari investasi ini bisa bermacam-macam dan dapat pula berhubungan atau tidak berhubungan dengan pekerjaan. Sebagai contohnya, takut kehilangan keuntungan, hak istimewa atas senioritas, ataupun kehilangan hubungan pribadi dan keluarga dapat dianggap sebagai kerugian yang harus dialami jika meninggalkan organisasi. Demikian pula dengan tersedia atau tidaknya alternatif di luar organisasi, komitmen semakin meningkat seiring dengan berkurangnya ketersediaan alternatif dan bertambahnya investasi.

2.1.3.3 Komitmen normatif

Perasaan wajib untuk tetap berada di dalam organisasi berasal dari internalisasi dari tekanan nomatif yang diberikan kepada individu sebelum memasuki organisasi (keluarga dan budaya) ataupun saat individu memasuki organisasi (sosialisasi di dalam organisasi). Selain dari proses internalisasi, komitmen

normatif juga dapat terbentuk ketika organisasi memberikan “reward di muka”

(seperti memberikan beasiswa) ataupun menciptakan adanya biaya yang signifikan dalam memberikan pekerjaan, seperti biaya pelatihan (Allen & Meyer, 1991). Kesadaran akan adanya investasi yang telah diberikan organisasi kepada pekerja, menciptakan ketidakseimbangan dalam hubungan pekerja-organisasi dan


(37)

menyebabkan pekerja merasa perlu membalasnya dengan berkomitmen terhadap organisasi hingga utang tersebut terbalaskan.

2.1.4 Proses Terbentuknya Komitmen 2.1.4.1 Komitmen afektif

Walaupun faktor-faktor demografis dapat mempengaruhi komitmen, keinginan untuk tetap mempertahankan keanggotaan di dalam organisasi lebih banyak dipengaruhi oleh pengalaman kerja. Pekerja ingin tetap berada di dalam organisasi yang memberikan pengalaman kerja yang positif karena mereka menghargai pengalaman tersebut dan ingin tetap mempertahankannya. Lebih lanjut lagi, mereka ingin memberikan usaha dan berkontribusi bagi efektivitas organisasi, sekaligus mempertahankan hubungan dengan organisasi (Allen & Meyer, 1991). 2.1.4.2 Komitmen berkelanjutan

Segala sesuatu yang dapat meningkatkan kerugian ketika meninggalkan organisasi berpotensi menciptakan komitmen berkelanjutan. Pada beberapa kasus, kerugian tersebut secara sadar diciptakan oleh pekerja itu sendiri yang membuat dirinya semakin sulit untuk meninggalkan organisasi (Allen & Meyer, 1991). Sebagai contoh, seorang pekerja yang menerima tugas yang membutuhkan banyak pengeluaran sumber daya yang dimilikinya, akan merasa rugi jika harus meninggalkan organisasi karena besarnya pengeluaran yang telah diberikannya bagi organisasi. Sedangkan pada kasus lain, pekerja secara tidak sadar menciptakan kerugian itu sendiri. Contohnya, nilai jual keahlian seorang pekerja


(38)

Kerugian jika meninggalkan organisasi baru akan memunculkan komitmen berkelanjutan jika disadari (Allen & Meyer, 1991). Seorang pekerja yang kemampuannya kurang menjual tidak akan mengalami komitmen berkelanjutan jika ia tidak berusaha menjual kemampuannya. Pada pekerja dengan komitmen berkelanjutan, hubungan antara komitmen dengan perilaku kerja cenderung bergantung pada perilaku untuk mempertahankan pekerjaan. Pekerja akan mengerahkan upaya atas nama organisasi jika ia percaya bahwa usaha tersebut memang diperlukan untuk tetap mempertahankan pekerjaan.

2.1.4.3 Komitmen normatif

Rasa wajib untuk tetap berada di dalam organisasi, menurut Weiner (dalam Allen & Meyer, 1991) berasal dari internalisasi tekanan normatif. Proses ini diawali dari mengamati seorang role model dan diikuti dengan adanya penerimaan rewards dan punishment saat melakukan apa yang dilakukan oleh role model. Contohnya, orang tua yang menekankan pentingnya kesetiaan kepada anaknya dapat menumbuhkan bibit komitmen normatif yang kuat bagi diri anak tersebut. Pada ruang lingkup yang lebih besar, budaya yang lebih menekankan kolektivitas daripada individualitas akan lebih mendorong seseorang untuk lebih mempedulikan orang lain terlebih dahulu sebelum dirinya. Demikian pula halnya dengan organisasi, setiap anggota baru akan mengalami proses sosialisasi. Pada proses atau masa sosialisasi ini, setiap anggota baru akan diberitahukan mengenai apa yang diharapkan organisasi dari mereka dan betapa pentingnya nilai kesetiaan terhadap organisasi.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data, dan pengambilan kesimpulan hasil penelitian (Hadi, 2000). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif deskriptif. Tujuan dari penelitian adalah untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta dan karakteristik mengenai populasi atau bidang tertentu (Azwar, 2000). Penelitian kuantitatif deskriptif dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis statistik mengenai gambaran komponen komitmen organisasi pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar.

3.1 IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel pada penelitian ini adalah komitmen organisasi.

3.2 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Komitmen organisasi diukur sesuai dengan tiga komponen komitmen organisasi menurut Allen dan Meyer (1991), yaitu: komitmen afektif, berkelanjutan, dan normatif. Berikut adalah definisi operasional dari masing-masing komponen komitmen organisasi tersebut.

a. Komitmen afektif adalah keterikatan emosional pengurus gereja terhadap Dewan Pastoral, mengidentifikasikan dirinya dengan Dewan


(40)

b. Komitmen berkelanjutan adalah keinginan pengurus gereja untuk tetap menjadi anggota Dewan Pastoral karena merasa butuh; agar terhindar dari kerugian yang akan dialaminya jika tidak lagi menjadi anggota Dewan Pastoral, seperti kehilangan status, kemudahan akses memperoleh pelayanan Gerejawi; dan menghindari kerugian karena sudah banyak mengeluarkan sumber daya yang dimilikinya dalam menjalankan tugas sebagai anggota Dewan Pastoral.

c. Komitmen normatif adalah adanya perasaan wajib pengurus gereja untuk tetap melanjutkan tugasnya. Tindakan tersebut dilakukan karena kesetiaan dianggap sebagai suatu hal yang benar dan tanggung jawab terhadap tugas adalah sebuah prioritas.

Semakin tinggi nilai yang diperoleh dari skala komitmen organisasi pada masing-masing komponen, berarti semakin tinggi pula tingkat masing-masing komponen komitmen organisasi pengurus gereja terhadap Dewan Pastoral. Sebaliknya, semakin rendah nilai yang diperoleh dari skala komitmen organisasi pada masing-masing komponen menunjukkan semakin rendah pula tingkat masing-masing komponen komitmen organisasi pengurus gereja. Tingkat komitmen organisasi responden penelitian pada masing-masing komponen komitmen organisasi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: rendah, sedang, dan tinggi.

3.3 POPULASI PENELITIAN

Populasi adalah sejumlah penduduk atau individu yang setidaknya memiliki sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah


(41)

pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar, yang dalam hal ini adalah Dewan Pastoral Stasi dan Dewan Pastoral Lingkungan - Lingkungan pada Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar. Peneliti mengikutsertakan seluruh anggota pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar yang berjumlah 114 orang sebagai responden penelitian.

3.4 METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengambilan data dengan skala. Metode skala adalah suatu metode pengumpulan data yang merupakan suatu daftar pernyataan yang harus dijawab oleh subjek secara tertulis (Hadi, 2000). Metode skala mempunyai beberapa kelebihan (Hadi, 2000), yaitu:

a. Subjek adalah orang yang paling tahu mengenai dirinya,

b. Apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya,

c. Interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

3.5 ALAT UKUR PENELITIAN

Jenis skala yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode Likert. Setiap aitem meliputi lima pilihan jawaban yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Nilai skala setiap


(42)

pernyataan diperoleh dari jawaban responden yang menyatakan mendukung (favorable) atau tidak mendukung (unfavorable).

Tabel 1. Skor Alternatif Jawaban Skala Alternatif Jawaban

Favorable Unfavorable

Sangat setuju 5 1

Setuju 4 2

Ragu - ragu 3 3

Tidak setuju 2 4

Sangat tidak setuju 1 5

Skor

Komitmen organisasi diukur menggunakan skala komitmen organisasi yang disusun berdasarkan komponen komitmen organisasi menurut Allen dan Meyer (1991), yaitu: komitmen afektif, komitmen berkelanjutan, dan komitmen normatif.

Tabel 2. Blue Print Skala Komitmen Afektif

Indikator Jumlah Persentase

Favorable Unfavorable Aitem

Identifikasi 1, 7 4, 11 4 28,57%

Terlibat secara mendalam 5, 10, 13 2, 8 5 35,71%

Menikmati keanggotaan 3, 9, 14 6, 12 5 35,71% 14 100,00%

Jumlah

Aitem

Tabel 3. Blue Print Skala Komitmen Berkelanjutan

Indikator Jumlah Persentase

Favorable Unfavorable Aitem

Merasa butuh 3, 7, 9, 12 1, 5, 13 7 50,00%

Menghindari kerugian 2, 6, 10, 11, 14 4, 8 7 50,00% 14 100,00%

Aitem


(43)

Tabel 4. Blue Print Skala Komitmen Normatif

Indikator Jumlah Persentase

Favorable Unfavorable Aitem

Merasa bertanggung jawab 3, 7, 9, 11, 13 1, 5 7 50,00%

Merasa wajib bekerja 2, 6, 12, 14 4, 8, 10 7 50,00% 14 100,00%

Jumlah

Aitem

3.6 VALIDITAS, RELIABILITAS, DAN DAYA BEDA AITEM

3.6.1 Validitas Alat Ukur

Validitas adalah sejauh mana kejituan dan ketelitian suatu alat ukur dalam menjalankan fungsi ukur artinya alat ukur memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur (Hadi, 2000). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi, yaitu sejauh mana alat tes yang digunakan dilihat dari segi isi adalah benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur (Hadi, 2000). Teknik yang digunakan untuk melihat validitas isi dalam penelitian ini adalah professional judgement. Pendapat profesional diperoleh dengan cara berkonsultasi dengan dosen pembimbing.

3.6.2 Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur yang mengandung makna tingginya kecermatan pengukuran (Azwar, 2012). Reliabilitas merupakan alat ukur yang menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat ukur yang bersangkutan bila diterapkan beberapa kali pada subjek yang sama di kesempatan yang berbeda (Hadi, 2000). Reliabilitas alat ukur dapat


(44)

dilihat dari koefisien reliabilitas yang merupakan indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan fungsi ukurnya secara bersama-sama (Azwar, 2012).

Uji reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal dengan prosedur hanya memerlukan satu kali penyajian tes kepada sekelompok individu sebagai subjek. Pendekatan ini dipandang ekonomis, praktis dan berefisiensi tinggi. Metode yang digunakan adalah reliabilitas Alpha Cronbach. Koefisien reliabilitas yang mendekati angka 1,00 menunjukkan reliabilitas semakin tinggi, sebaliknya koefisien reliabilitas yang mendekati angka 0,00 menunjukkan reliabilitas semakin rendah (Azwar, 2012).

3.6.3 Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem digunakan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu yang memiliki dengan yang tidak memiliki atribut yang hendak diukur (Azwar, 2012). Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dapat dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment (Azwar, 2012). Aitem yang memiliki koefisien korelasi sama dengan atau lebih besar 0,30; daya pembedanya dianggap memuaskan (Azwar, 2012).

3.7 HASIL UJI COBA ALAT UKUR

Skala komitmen organisasi diujicobakan kepada seluruh pengurus gereja yang berjumlah 114 orang, namun hanya 90 orang yang bersedia berpartisipasi dalam


(45)

penelitian ini. Hasil uji coba menunjukkan Skala Komitmen Afektif memiliki sebelas buah aitem yang memuaskan dengan koefisien korelasi antara 0,364 – 0,598 dan realibilitas skala 0,796. Skala Komitmen Berkelanjutan memiliki sebelas buah aitem yang memuaskan dengan koefisien korelasi antara 0,377 – 0,758 dan reliabilitas skala 0,819. Skala Komitmen Normatif memiliki sebelas buah aitem yang memuaskan dengan koefisien korelasi antara 0,352 – 0,803 dan reliabilitas skala 0,819. Distribusi aitem pada setiap skala setelah uji coba dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.

Tabel 5. Skala Komitmen Afektif Setelah Uji Coba

Indikator Jumlah Persentase

Favorable Unfavorable Aitem

Identifikasi 7 4, 11 3 27,27%

Terlibat secara mendalam 5, 10, 13 8 4 36,36%

Menikmati keanggotaan 9, 14 6, 12 4 36,36%

11 100,00% Aitem

Jumlah

Tabel 6. Skala Komitmen Berkelanjutan Setelah Uji Coba

Indikator Jumlah Persentase

Favorable Unfavorable Aitem

Merasa butuh 3, 7, 9, 12 13 5 45,45%

Menghindari kerugian 2, 6, 10, 11 4, 8 6 54,55% 11 100,00%

Aitem

Jumlah

Tabel 7. Skala Komitmen Normatif Setelah Uji Coba

Indikator Jumlah Persentase

Favorable Unfavorable Aitem

Merasa bertanggung jawab 3, 7, 9, 11, 13 1, 5 7 63,64%

Merasa wajib bekerja 6, 12, 14 4 4 36,36%

11 100,00%

Aitem


(46)

Pada penelitian ini digunakan uji coba (try out) terpakai. Uji coba (try out) terpakai digunakan karena keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti dan kesibukan yang dimiliki oleh para pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar.

3.8 PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

3.8.1 Tahap Persiapan Penelitian

a. Membuat kerangka penelitian yang merupakan gambaran penelitian, dimulai dari merumuskan masalah, tujuan penelitian, teori, dan juga metode penelitian.

b. Membuat alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Komitmen Afektif, Komitmen Berkelanjutan, dan Komitmen Normatif. Masing-masing skala terdiri dari 14 aitem yang disusun berdasarkan definisi operasional yang telah dibuat sebelumnya dan dibantu dengan bimbingan dosen pembimbing. Setiap skala memiliki 5 alternatif jawaban, yaitu: sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

c. Meminta ijin kepada pihak Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar untuk dapat melakukan pengambilan data.

3.8.2 Uji Coba Alat Ukur dan Pelaksanaan Penelitian

a. Uji coba terhadap skala penelitian dilaksanakan dari tanggal 1 Oktober 2013 sampai dengan 29 Desember 2013. Uji coba alat ukur melibatkan 90 orang pengurus gereja. Skala dicetak dalam bentuk buku dan dibagikan


(47)

kepada responden penelitian. Pembagian skala dibantu oleh setiap ketua-ketua Dewan Pastoral Lingkungan. Setiap ketua-ketua-ketua-ketua Dewan Pastoral Lingkungan diberikan sejumlah skala sesuai dengan jumlah anggota yang dimilikinya untuk kemudian dibagikan secara langsung. Skala yang telah selesai diisi kemudian dikumpulkan kembali oleh masing-masing ketua Dewan Pastoral Lingkungan dari anggota-anggotanya. Peneliti lalu mengumpulkan kembali skala yang telah diisi dari masing-masing ketua Dewan Pastoral Lingkungan. Skala yang telah terkumpul kemudian diskoring dan data yang diperoleh diolah untuk melihat daya diskriminasi aitem dan reliabilitas alat ukur.

b. Penelitian ini menggunakan uji coba (try out) terpakai, sehingga data yang telah diperoleh dari hasil uji coba digunakan kembali dalam pengolahan data.

3.8.3 Pengolahan Data

a. Data yang diperoleh dari hasil uji coba dioleh dengan bantuan program IBM SPSS Statistics 20 for Windows.

b. Membuat laporan dan kesimpulan penelitian.

3.9 METODE ANALISA DATA

Data yang telah terkumpul pada penelitian ini akan dianalisa dengan menggunakan analisa deskriptif. Analisis ini bertujuan memberikan gambaran mengenai komitmen organisasi yang dimiliki pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar berdasarkan data dari variabel yang


(48)

diperoleh dan tidak dimaksudkan untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis. Penelitian deskriptif menganalisa dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Kesimpulan yang diberikan selalu jelas dasar faktualnya sehingga selalu dapat dikembalikan pada data yang diperoleh (Azwar, 2000). Uraian kesimpulan pada penelitian deskriptif didasari oleh angka yang diolah tidak terlalu mendalam (Hadi, 2000).

Data yang diolah berbentuk skor total masing-masing komponen komitmen organisasi seluruh responden penelitian. Masing-masing skor komponen komitmen organisasi akan dikategorikan ke dalam kategori rendah, sedang, dan tinggi. Pengkategorisasian dilakukan berdasarkan signifikansi perbedaan antara mean empirik dan mean hipotetik. Responden penelitian kemudian digolongkan lagi sesuai pada komponen komitmen organisasi dominan yang dimiliki responden dominan. Analisis data pada penelitian ini menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistics 20 for Windows.

3.9.1 Pengkategorisasian Responden berdasarkan Komitmen Organisasi yang Dominan Dimilikinya

a. Dominan hanya pada komitmen afektif apabila komponen komitmen afektif responden berada pada kategori tinggi, sedangkan komitmen berkelanjutan dan normatif berada pada kategori rendah atau sedang. b. Dominan hanya pada komitmen berkelanjutan apabila komponen

komitmen berkelanjutan responden berada pada kategori tinggi, sedangkan komitmen afektif dan normatif berada pada kategori rendah atau sedang.


(49)

c. Dominan hanya pada komitmen normatif apabila komponen komitmen normatif responden berada pada kategori tinggi, sedangkan komponen komitmen afektif dan berkelanjutan berada pada kategori rendah atau sedang.

d. Dominan pada komitmen afektif dan berkelanjutan apabila komponen komitmen afektif dan berkelanjutan responden berada pada kategori tinggi, sedangkan komponen komitmen normatif berada pada komitmen rendah atau sedang.

e. Dominan pada komitmen afektif dan normatif apabila komponen komitmen afektif dan normatif responden berada pada kategori tinggi, sedangkan komponen komitmen berkelanjutan responden berada pada kategori rendah atau sedang.

f. Dominan pada komitmen berkelanjutan dan normatif apabila komponen komitmen berkelanjutan dan normatif responden berada pada kategori tinggi, sedangkan komponen komitmen afektif berada pada kategori rendah atau sedang.

g. Dominan pada komitmen afektif, berkelanjutan, dan normatif apabila komponen komitmen afektif, berkelanjutan, dan normatif responden berada pada kategori tinggi.

h. Tidak terklasifikasi apabila komponen afektif, berkelanjutan, dan normatif responden berada pada kategori rendah atau sedang.


(50)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan secara keseluruhan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan gambaran umum responden penelitian, yang akan dilanjutkan dengan analisa dan pembahasan hasil penelitian.

4.1 GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah individu yang menjadi anggota pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar. Dari 114 orang pengurus, jumlah pengurus yang bersedia ikut serta dalam penelitian ini berjumlah 90. Berdasarkan jumlah tersebut diperoleh gambaran responden penelitian menurut jenis kelamin, usia, suku, tingkat pendidikan terakhir, status pernikahan, lamanya menjadi umat di gereja tersebut, dan status di dalam kepengurusan.

4.1.1 Jenis Kelamin

Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dan diagram berikut.

Tabel 8. Persebaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Pria 60 66,7 66,7 66,7 Wanita 30 33,3 33,3 100,0 Total 90 100,0 100,0


(51)

Diagram 1. Persebaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 8 dan diagram 1, dapat disimpulkan bahwa responden pria lebih banyak dibandingkan dengan wanita. Responden pria berjumlah 60 orang (66,7%), sedangkan wanita 30 orang (33,3%).

4.1.2 Usia

Gambaran umum responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel dan diagram berikut.

Tabel 9. Persebaran Responden berdasarkan Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

31-40 16 17,8 17,8 17,8 41-65 73 81,1 81,1 98,9 >65 1 1,1 1,1 100,0 Total 90 100,0 100,0

67% 33%

Pria Wanita


(52)

Diagram 2. Persebaran Responden berdasarkan Usia

Berdasarkan tabel dan diagram di atas, diperoleh gambaran bahwa responden terbanyak pada penelitian ini berusia antara 41 – 65 tahun dengan jumlah 73 orang (81,11%), diikuti dengan yang berusia 31 – 40 tahun dengan jumlah 16 orang (17,78%), dan 66 tahun ke atas sebanyak satu orang (1,11%).

4.1.3 Suku

Gambaran umum responden penelitian berdasarkan suku dapat dilihat pada tabel dan diagram berikut.

Tabel 10. Persebaran Responden berdasarkan Suku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Batak Toba 61 67,8 67,8 67,8 Batak Simalungun 4 4,4 4,4 72,2 Batak Karo 25 27,8 27,8 100,0 Total 90 100,0 100,0

18%

81%

1%

31 - 40 tahun 41 - 65 tahun > 65 tahun


(53)

Diagram 3. Persebaran Responden berdasarkan Suku

Berdasarkan tabel 10 dan diagram 3, responden terbanyak pada penelitian ini berasal dari suku Batak Toba dengan jumlah 61 orang (67,78%), diikuti Batak Karo dengan jumlah 25 orang (27,78%), dan Batak Simalungun dengan jumlah empat orang (4,44%).

4.1.4 Tingkat Pendidikan Terakhir

Gambaran umum responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel dan diagram berikut.

Tabel 11. Persebaran Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

SMA/SMK 20 22,2 22,2 22,2 Diploma 11 12,2 12,2 34,4 S1 55 61,1 61,1 95,6 S2 4 4,4 4,4 100,0 Total 90 100,0 100,0

68% 4%

28%

Batak Toba Batak Simalungun Batak Karo


(54)

Diagram 4. Persebaran Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir

Berdasarkan tabel dan diagram di atas, diperoleh gambaran bahwa responden dengan tingkat pendidikan terakhir S1 adalah responden terbanyak pada penelitian ini dengan jumlah 55 orang (61,11%), diikuti SMA/SMK dengan jumlah 20 orang (22,22%), Diploma dengan jumlah sebelas orang (12,22%), dan S2 dengan jumlah empat orang (4,44%).

4.1.5 Status Pernikahan

Gambaran umum responden penelitian berdasarkan status pernikahan dapat dilihat pada tabel dan diagram berikut.

Tabel 12. Persebaran Responden berdasarkan Status Pernikahan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Duda/Janda 4 4,4 4,4 4,4 Menikah 86 95,6 95,6 100,0 Total 90 100,0 100,0

23%

13% 63%

1%

SMA/SMK Diploma S1 D2


(55)

Diagram 5. Persebaran Responden berdasarkan Status Pernikahan

Berdasarkan tabel dan diagram, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden penelitian masih berstatus menikah dengan jumlah 86 orang (95,56%), sedangkan sisanya yang berjumlah empat orang (4,44%) berstatus duda/janda.

4.1.6 Lamanya Menjadi Umat

Gambaran umum responden penelitian berdasarkan lamanya menjadi umat di Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar dapat dilihat pada tabel dan diagram berikut.

Tabel 13. Persebaran Responden berdasarkan Lamanya menjadi Umat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 - 5 5 5,6 5,6 5,6 6 - 10 16 17,8 17,8 23,3 11 - 15 26 28,9 28,9 52,2 16 - 20 21 23,3 23,3 75,6 21 - 25 18 20,0 20,0 95,6 26 - 30 4 4,4 4,4 100,0

4%

96%

Duda/Janda Menikah


(56)

Diagram 6. Persebaran Responden berdasarkan Lamanya menjadi Umat

Berdasarkan tabel dan diagram, dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang telah menjadi umat selama 1 – 5 tahun berjumlah lima orang (5,56%), 6 – 10 tahun berjumlah 16 orang (17,78%), 11 – 15 tahun berjumlah 26 orang (28,89%), 16 – 20 tahun berjumlah 21 orang (23,33%), 21 – 25 tahun berjumlah 18 orang (20%), dan 26 – 30 tahun berjumlah empat orang (4,44%).

4.1.7 Status di dalam Kepengurusan

Gambaran umum responden penelitian berdasarkan apakah responden merupakan pengurus lama yang meneruskan jabatannya atau baru menjadi pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar dapat dilihat pada tabel dan diagram berikut.

6%

18%

29% 23%

20%

4%

1 - 5 tahun 6 - 10 tahun 11 - 15 tahun 16 - 20 tahun 21 - 25 tahun 26 - 30 tahun


(57)

Tabel 14: Persebaran Responden berdasarkan Status di dalam Kepengurusan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Pengurus Lama 40 44,4 44,4 44,4 Pengurus Baru 50 55,6 55,6 100,0 Total 90 100,0 100,0

Diagram 7. Persebaran Responden berdasarkan Status di dalam Kepengurusan

Berdasarkan tabel dan diagram, dapat disimpulkan bahwa responden yang berstatus sebagai pengurus lama yang masih tetap menjabat pada periode kepengurusan saat ini berjumlah 40 orang (44,4%) dan yang berstatus sebagai pengurus baru berjumlah 50 orang (55,6%).

44%

56%

Pengurus Lama Pengurus Baru


(58)

4.2 HASIL UTAMA PENELITIAN

4.2.1 Kategorisasi Data Penelitian

Skor komitmen organisasi responden penelitian dikategorisasikan berdasarkan signifikansi perbedaan antara mean empirik dengan mean hipotetik (Azwar, Penyusunan skala psikologi, 2012). Cara ini dilakukan karena jumlah responden yang tidak begitu besar. Responden digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Pengkategorisasian dilakukan dengan rumus berikut.

Tabel 15. Rumus Kategorisasi

Kategori Rumus

Rendah X < μ - t(α/2,n-1)(s/√n)

Sedang μ - t(α/2,n-1)(s/√n) ≤ X ≤ μ + t(α/2,n-1)(s/√n)

Tinggi μ + t(α/2,n-1)(s/√n) < X

Keterangan:

μ = Mean hipotetik skala

t(α/2,n-1) = Harga t pada α/2 dan derajat kebebasan n-1 s = Deviasi standar skor empirik

n = Banyak responden

4.2.1.1 Kategorisasi komitmen afektif

Skala komitmen afektif terdiri dari sebelas buah aitem yang memuaskan dengan lima buah pilihan jawaban yang nilainya bergerak dari 1 sampai dengan 5. Mean hipotetik pada skala komitmen afektif adalah 33 dengan standar deviasi 7,33; sedangkan mean empirik adalah 42,9 dengan standar deviasi 5,52. Perbandingan mean hipotetik dan mean empirik dapat dilihat pada tabel berikut.


(59)

Tabel 16. Perbandingan Mean Hipotetik dan Empirik Skala Komitmen Afektif

Min Maks Mean (μ) SD (σ)

Hipotetik 11 55 33 7,33

Empirik 28 54 42,9 5,52

Tabel 16 menunjukkan bahwa mean hipotetik lebih kecil dibandingkan dengan mean empirik, sehingga dapat disimpulkan bahwa komitmen afektif pada responden penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan populasi pada umumnya. Perbandingan antara standar deviasi hipotetik dengan empirik menunjukkan bahwa standar deviasi hipotetik lebih besar dibandingkan dengan empirik, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa komitmen afektif pada responden penelitian memiliki variasi yang rendah atau dengan kata lain, komitmen afektif responden satu dengan yang lainnya memiliki kemiripan.

Dengan menggunakan rumus kategorisasi, maka komitmen afektif dapat dikategorisasikan sebagai berikut:

Tabel 17. Kategorisasi Komitmen Afektif Kategori Rentang Nilai

Rendah X < 31,84

Sedang 31,84 ≤ X ≤ 34,16 Tinggi 34,16 < X

4.2.1.2 Kategorisasi komitmen berkelanjutan

Skala komitmen berkelanjutan memiliki sebelas buah aitem yang memuaskan dengan lima buah pilihan jawaban yang nilainya bergerak dari 1 sampai dengan 5. Mean hipotetik pada skala komitmen berkelanjutan adalah 33 dengan standar deviasi 7,33; sedangkan mean empirik adalah 25,36 dengan


(60)

standar deviasi 7,91. Perbandingan mean hipotetik dan mean empirik dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 18. Perbandingan Mean Hipotetik dan Empirik Skala Komitmen Berkelanjutan

Min Maks Mean (μ) SD (σ)

Hipotetik 11 55 33 7,33

Empirik 11 45 25,36 7,91

Tabel 18 menunjukkan bahwa mean hipotetik lebih besar dibandingkan dengan mean empirik, sehingga dapat disimpulkan bahwa komitmen berkelanjutan responden penelitian lebih rendah dibandingkan dengan populasi pada umumnya. Perbandingan antara standar deviasi hipotetik dengan empirik menunjukkan bahwa standar deviasi hipotetik lebih rendah dibandingkan dengan empirik. Hal ini menunjukkan bahwa komitmen berkelanjutan pada responden penelitian memiliki variasi yang cukup tinggi atau dengan kata lain, komitmen berkelanjutan responden satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan.

Dengan menggunakan rumus kategorisasi, maka komitmen berkelanjutan dapat dikategorisasikan sebagai berikut:

Tabel 19. Kategorisasi Komitmen Berkelanjutan Kategori Rentang Nilai

Rendah X < 31,34

S edang 31,34 ≤ X ≤ 34,66 Tinggi 34,66 < X

4.2.1.3 Kategorisasi komitmen normatif

Skala komitmen normatif memiliki sembilan buah aitem yang memuaskan dengan lima buah pilihan jawaban yang nilainya bergerak dari 1 sampai dengan 5.


(61)

Mean hipotetik pada skala komitmen normatif adalah 33 dengan standar deviasi 7,33; sedangkan mean empirik adalah 36,73 dengan standar deviasi 7,35. Perbandingan mean hipotetik dan mean empirik dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 20. Perbandingan Mean Hipotetik dan Empirik Skala Komitmen Normatif

Min Maks Mean (μ) SD (σ)

Hipotetik 11 55 33 7,33

Empirik 23 49 36,73 7,35

Tabel 20 menunjukkan bahwa mean hipotetik lebih kecil dibandingkan dengan mean empirik, sehingga dapat disimpulkan bahwa komitmen normatif pada responden penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan populasi pada umumnya. Perbandingan antara standar deviasi hipotetik dengan empirik menunjukkan bahwa standar deviasi hipotetik lebih kecil dibandingkan dengan empirik. Hal ini menunjukkan bahwa komitmen normatif pada responden penelitian memiliki variasi yang cukup tinggi atau dengan kata lain, komitmen normatif responden satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan.

Berdasarkan rumus kategorisasi, maka komitmen normatif dapat dikategorisasikan menjadi:

Tabel 21. Kategorisasi Komitmen Normatif Berdasarkan Skor Empirik Kategori Rentang Nilai

Rendah X < 31,46

S edang 31,46 ≤ X ≤ 34,54 Tinggi 34,54 < X


(62)

4.2.2 Gambaran Komitmen Organisasi

Sesuai dengan kategorisasi setiap bentuk komitmen organisasi, maka responden penelitian dapat dikelompokkan sesuai dengan tingkat komitmen organisasi mereka. Gambaran komitmen organisasi responden dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.

Tabel 22. Gambaran Komitmen Afektif Pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar

Kategori Frekuensi Persentase

Rendah 3 3,33%

S edang 0 0,00%

Tinggi 87 96,67%

Jumlah 90 100,00%

Diagram 8. Gambaran Komitmen Afektif Pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar

Berdasarkan pada tabel 22 dan diagram 8, dapat disimpulkan bahwa gambaran komitmen afektif pada pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar paling banyak berada pada kategori tinggi dengan jumlah

3%

97%

Rendah Tinggi


(63)

87 orang (96,67%) dan sisanya berada pada kategori rendah dengan jumlah tiga orang (3,33%).

Tabel 23. Gambaran Komitmen Berkelanjutan Pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar

Kategori Frekuensi Persentase

Rendah 69 76,67%

Sedang 0 0,00%

Tinggi 21 23,33%

Jumlah 90 100,00%

Diagram 9. Gambaran Komitmen Berkelanjutan Pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar

Tabel 23 dan diagram 9 menunjukkan bahwa pengurus Gereja Katolik Stasi Santa Theresia Lisieux Perumnas Simalingkar yang memiliki komitmen berkelanjutan pada kategori tinggi berjumlah 21 orang (23,33%) dan sisanya berada pada kategori rendah yang berjumlah 69 orang (76,67%).

77% 23%

Rendah Tinggi


(1)

RESPONDEN

NOMOR AITEM

JUMLAH

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

71

1 1 1 2 1 4 4 1 4

4

4

4

1

4

30

72

1 3 1 2 4 4 4 1 1

4

1

4

3

4

29

73

1 4 4 2 1 4 4 1 1

4

4

4

4

4

33

74

1 4 1 2 1 4 4 1 4

4

4

4

4

4

33

75

1 4 1 2 4 4 4 1 4

3

1

3

1

4

29

76

1 4 4 2 1 4 1 4 1

4

1

4

4

4

27

77

1 1 1 2 4 4 4 1 1

4

4

4

4

4

33

78

2 5 2 5 2 3 5 2 2

2

5

5

2

5

38

79

2 5 2 5 5 5 5 2 5

5

5

5

5

5

49

80

1 3 1 2 3 4 4 1 1

1

3

4

3

4

30

81

2 3 2 3 4 4 4 3 4

4

5

4

4

4

40

82

3 3 5 5 5 5 5 2 3

5

3

5

5

5

49

83

1 4 1 2 1 4 4 1 1

4

1

4

4

4

27

84

1 3 1 2 4 4 4 1 1

4

1

4

4

4

30

85

2 5 2 5 2 5 5 5 2

2

3

5

3

5

39

86

3 3 3 3 2 3 4 2 3

3

4

4

4

4

37

87

1 4 1 2 1 1 4 1 1

4

1

4

1

4

21

88

2 4 2 3 4 3 4 2 2

4

2

4

2

4

32

89

2 5 2 4 5 5 5 3 5

5

3

5

5

5

46

90

2 2 5 4 5 5 5 5 2

5

3

5

5

5

46

Keterangan:

=

Aitem dengan indeks reliabilitas < 0,3 dan tidak ikut dijumlahkan


(2)

NILAI STANDAR ERROR MEAN SETIAP RESPONDEN PADA SETIAP

KOMPONEN KOMITMEN ORGANISASI

N Range Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

Variance

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error

Statistic Statistic

Komitmen Afektif 90 26 28 54 42,90 ,582 5,520 30,473

Komitmen

Berkelanjutan 90 34 11 45 25,36 ,834 7,911 62,591

Komitmen

Normatif 90 31 21 52 36,73 ,774 7,347 53,973

Valid N (listwise) 90


(3)

LAMPIRAN F

DATA DEMOGRAFIK


(4)

Subjek Jenis Kelamin

Usia (dalam tahun)

Suku Pendidikan Status Penikahan Lama Menjadi Umat (dalam tahun) Status di dalam Kepengurusan

1 Pria 50 Batak Toba S1 Menikah 18 Lama

2 Pria 45 Batak Toba S1 Menikah 13 Lama

3 Pria 52 Batak

Simalungun S1 Menikah 20 Lama

4 Wanita 61 Batak Toba D3 Menikah 20 Lama

5 Wanita 48 Batak Karo S1 Menikah 11 Baru

6 Pria 40 Batak Toba S2 Menikah 6 Baru

7 Wanita 48 Batak Toba S1 Menikah 20 Lama

8 Pria 35 Batak Toba S1 Menikah 4 Baru

9 Pria 55 Batak Toba SMA Menikah 23 Lama

10 Pria 48 Batak Toba SMA Menikah 22 Baru

11 Wanita 48 Batak Karo D3 Menikah 6 Baru

12 Pria 47 Batak Karo S1 Menikah 13 Baru

13 Pria 50 Batak Toba S1 Menikah 22 Baru

14 Pria 35 Batak

Simalungun S1 Menikah 8 Baru

15 Wanita 42 Batak Toba SMA Menikah 12 Baru

16 Pria 45 Batak Toba S1 Menikah 13 Baru

17 Pria 42 Batak Karo SMA Menikah 14 Lama

18 Wanita 42 Batak Karo SMA Menikah 15 Baru

19 Pria 49 Batak Toba S1 Menikah 16 Lama

20 Pria 49 Batak Toba SMA Menikah 14 Lama

21 Wanita 51 Batak Karo D3 Menikah 26 Lama

22 Wanita 59 Batak Karo SMA Menikah 20 Lama

23 Wanita 40 Batak Toba SMA Menikah 10 Lama

24 Pria 37 Batak Toba S1 Menikah 21 Baru

25 Pria 44 Batak Toba S1 Menikah 16 Baru

26 Wanita 41 Batak Toba S1 Menikah 13 Baru

27 Pria 56 Batak Toba SMA Menikah 22 Baru

28 Pria 49 Batak Karo S1 Menikah 13 Lama

29 Pria 45 Batak Toba S1 Menikah 13 Lama

30 Wanita 42 Batak Toba S1 Menikah 13 Lama

31 Wanita 47 Batak Toba SMA Menikah 13 Lama

32 Pria 50 Batak Toba S1 Menikah 20 Baru

33 Wanita 48 Batak Toba S1 Menikah 22 Baru

34 Wanita 48 Batak Karo D3 Menikah 19 Baru

35 Pria 50 Batak Toba S1 Menikah 20 Lama


(5)

Subjek Jenis Kelamin

Usia (dalam tahun)

Suku Pendidikan Status Penikahan Lama Menjadi Umat (dalam tahun) Status di dalam Kepengurusan

36 Pria 40 Batak Toba S1 Menikah 11 Baru

37 Pria 60 Batak Karo S1 Menikah 26 Lama

38 Pria 52 Batak Toba S1 Menikah 22 Baru

39 Wanita 49 Batak Karo S1 Menikah 8 Baru

40 Wanita 50 Batak Toba S1 Menikah 15 Baru

41 Pria 42 Batak Toba S1 Menikah 15 Lama

42 Wanita 45 Batak Toba S1 Menikah 15 Lama

43 Pria 50 Batak Toba S1 Menikah 20 Baru

44 Pria 38 Batak Toba SMA Menikah 12 Lama

45 Wanita 52 Batak Toba SMA Janda 17 Baru

46 Pria 35 Batak Toba S1 Menikah 6 Lama

47 Wanita 42 Batak

Simalungun D3 Menikah 10 Lama

48 Pria 35 Batak Toba S1 Menikah 7 Baru

49 Pria 50 Batak Toba D3 Menikah 16 Baru

50 Wanita 48 Batak Toba SMA Menikah 22 Baru

51 Pria 35 Batak Toba S1 Menikah 4 Lama

52 Pria 35 Batak Toba S1 Menikah 5 Baru

53 Pria 53 Batak Toba S1 Menikah 15 Baru

54 Wanita 51 Batak Toba S1 Menikah 23 Lama

55 Pria 50 Batak Toba S1 Menikah 18 Lama

56 Pria 53 Batak Toba D3 Menikah 21 Baru

57 Pria 40 Batak Karo SMA Menikah 17 Baru

58 Pria 51 Batak Toba SMA Menikah 15 Baru

59 Pria 52 Batak Karo S1 Menikah 8 Baru

60 Pria 68 Batak Toba S1 Menikah 26 Baru

61 Pria 56 Batak Karo S1 Menikah 25 Baru

62 Wanita 48 Batak Toba S1 Menikah 12 Lama

63 Pria 42 Batak Toba S1 Menikah 9 Baru

64 Pria 59 Batak Toba S2 Menikah 26 Lama

65 Wanita 49 Batak Karo D3 Menikah 18 Lama

66 Pria 54 Batak Karo S2 Menikah 18 Baru

67 Wanita 41 Batak Toba S1 Janda 8 Baru

68 Pria 61 Batak Toba S1 Duda 15 Lama

69 Pria 65 Batak Karo SMA Menikah 15 Baru

70 Pria 48 Batak Karo S1 Menikah 21 Baru

71 Pria 42 Batak Toba S1 Menikah 16 Lama


(6)

Subjek Jenis Kelamin

Usia (dalam tahun)

Suku Pendidikan Status Penikahan

Lama Menjadi

Umat (dalam tahun)

Status di dalam Kepengurusan

72 Wanita 41 Batak Karo D3 Menikah 22 Baru

73 Wanita 40 Batak Toba D3 Menikah 10 Baru

74 Pria 40 Batak Toba SMA Menikah 5 Baru

75 Pria 42 Batak Toba S1 Menikah 8 Baru

76 Pria 48 Batak Toba S1 Menikah 20 Baru

77 Pria 50 Batak Toba S1 Menikah 23 Baru

78 Pria 41 Batak Toba S1 Menikah 10 Lama

79 Pria 60 Batak Toba S1 Menikah 23 Baru

80 Pria 43 Batak Karo S1 Menikah 8 Lama

81 Wanita 47 Batak Karo SMA Menikah 22 Lama

82 Wanita 55 Batak Karo S1 Janda 24 Baru

83 Pria 44 Batak Toba S1 Menikah 14 Lama

84 Wanita 48 Batak

Simalungun S1 Menikah 20 Lama

85 Wanita 39 Batak Karo SMA Menikah 17 Lama

86 Pria 34 Batak Toba SMA Menikah 4 Lama

87 Pria 45 Batak Toba S1 Menikah 14 Baru

88 Pria 49 Batak Karo S1 Menikah 14 Lama

89 Pria 53 Batak Karo D3 Menikah 22 Baru

90 Pria 51 Batak Toba S2 Menikah 10 Lama