Perancangan Informasi Di Museum Mandala Wangsit Siliwangi Bandung

(1)

(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

Penulisan laporan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Diploma Tiga Jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia dengan mengangkat judul “PERANCANGAN INFORMASI DI MUSEUM MANDALA WANGSIT SILIWANGI BANDUNG”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan baik dalam penyajian materi maupun dalam pemberian analisis. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis tidak menutup diri untuk menerima saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun. Dalam kesempatan ini dan dengan segala hormat, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih sebanyak – banyaknya kepada semua pihak yang telah membimbing, membantu, mengarahkan, dan memberikan dukungan serta motivasi kepada penulis dalam menyusun laporan tugas akhir ini ini.

Bandung, 12 Agustus 2015 Agy Gustiawan Ruswandi


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINILITAS ... ii

SURAT KETERANGAN HAK EKSLUSIF ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Rumusan Masalah ... 3

I.4 Batasan Masalah ... 3

I.5 Tujuan Perancangan ... 3

I.6 Manfaat Perancangan ... 3

BAB II : SISTEM TANDA (SIGN SYSTEM) DI MUSEUM MANDALA WANGSIT SILIWANGI ... 4

II.1 Pengertian Museum ... 4

II.1.1 Jenis-jenis Museum ... 4

II.2 Pengertian Sign System ... 5

II.2.1 Sejarah Sign System ... 8

II.2.2 Jenis-jenis dan Fungsi Sign System ... 9

II.3 Sejarah Mandala Wangsit Siliwangi ... 10

II.4 Profil Museum Mandala Wangsit Siliwangi ... 11

II.4.1 Alur Masuk Museum ... 14

II.5 Isi dari Museum Mandala Wangsit Siliwangi ... 16


(6)

II.5.2 Sebagian Benda Koleksi yang berada diluar Museum ... 19

II.5.3Ruangan yang berada didalam Museum Mandala Wangsit Siliwangi ... 21

II.5.4 Fasilitas yang berada di Museum Mandala Wangsit Siliwangi... 27

II.6 Masyarakat yang mengunjungi Museum Mandala Wangsit Siliwangi ... 27

II.7 Kondisi Sign Sytem di Museum Mandala Wangsit Siliwangi ... 28

II.8 Solusi Permasalahan ... 29

II.9 Khalayak Sasaran ... 30

BAB III : STRATEGI PERANCANGAN ... 31

III.1 Strategi Perancangan ... 31

III.1.1 Pendekatan Komunikasi ( pendekatan visual dan verbal ... 31

III.1.2 Strategi Kreatif ... 32

III.1.3 Strategi Media ... 34

III.2 Konsep Visual ... 34

III.2.1 Format Desain ... 35

III.2.2 Layout ... 35

III.2.3 Tipografi ... 36

III.2.4 Ilustrasi ... 37

III.2.5 Warna ... 37

BAB IV : TEKNIS PRODUKSI MEDIA ... 39

IV.1 Teknis Media ... 39

IV.1.1 Sketsa ... 39

IV.1.2 Eksekusi Visual ... 40

IV.1.3 Tahap Perancangan ... 41

IV.2 Media Utama ... 41


(7)

IV.4 Aplikasi Pada Lokasi ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 52

LAMPIRAN ... 53


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Museum adalah sebuah tempat yang dibangun untuk mengabadikan sebuah peristiwa sejarah-sejarah besar yang mempengaruhi kehidupan manusia serta peradaban dan sistem pemerintahan. Museum juga selain berfungsi sebagai tempat mengabadikan peristiwa-peristiwa sejarah yang telah terjadi dan menyimpan benda-benda yang mengandung sejarah, juga berfungsi sebagai media pembelajaran atau sumber pengetahuan langsung yang dapat dilihat dengan nyata oleh semua orang yang ingin mengetahui persitiwa-peristiwa yang telah terjadi dimasa lampau.

Di Bandung sendiri memiliki peristiwa-peristiwa sejarah yang sangat banyak dan menarik sehingga dibangunlah beberapa museum untuk mengabadikan peristiwa-peristiwa sejarah. Museum di Bandung terdiri dari Museum Kantor Pos Indonesia, Museum Sribaduga, Museum Geologi. Museum-museum tersebut sangat dikenal oleh wisatawan daerah atau luar daerah. Selain dari museum-museum tersebut Bandung juga memiliki museum lain yang tidak kalah menarik dan unik, yaitu museum Mandala Wangsit Siliwangi. Museum Mandala Wangsit Siliwangi merupakan sebuah markas yang di alih fungsikan menjadi sebuah museum.

Museum Mandala Wangsit Siliwangi adalah sebuah tempat atau bangunan peninggalan markas prajurit divisi Siliwangi dengan ciri bangunannya yang berasitekturkan bergaya Belanda yang sampai saat ini gaya arsitektur bangunan tersebut masih tetap dipertahankan dan dilestarikan. Warna dari bangunan tersebut yang identik dengan militer menambah kesan zaman perjuangan yang dirasakan langsung oleh pengunjung semakin kental terasa akan aura dari zaman penjajahan. Selain dari segi bangunan museum Mandala Wangsit Siliwangi juga memiliki benda-benda koleksi yang tidak kalah menariknya dari museum lain yang berada di kota Bandung karena museum Mandala Wangsit Siliwangi merupakan sebuah museum yang identik dengan militer jadi benda koleksi yang berada di dalamnya


(9)

terdapat banyak senjata-senjata rampasan perang, kendaraan perang militer, biorama perang, foto-foto panglima siliwangi yang dari awal ditunjuk menjadi pengelola museum sampai sekarang, foto-foto penumpasan pemberontak DI/TII ( Darul Islam/Tentara Islam Indonesia).

Namun untuk menuju ruangan-ruangan yang berada didalam museum Mandala Wangsit Siliwangi pengunjung akan mengalami kesulitan dikarenakan saat memasuki area museum pengunjung tidak melihat adanya petunjuk arah atau peta informasi yang terpampang untuk memasuki area museum.

Oleh karena itu diperlukan media informasi petunjuk arah yang menarik didalam area museum Mandala Wangsit Siliwangi sehingga para pengunjung yang baru pertama kali berkunjung ke museum Mandala Wangsit Siliwangi merasa nyaman. Maka dari itu alasan penulis mengangkat museum Mandala Wangsit Siliwangi sebagai objek tugas akhir perkuliahan.

I.2 Identifikasi Masalah

Dalam hal ini terdapat beberapa masalah pokok mengenai Museum Mandala Wangsit Siliwangi, masalah tersebut adalah seperti berikut ini:

1. Sulitnya menemukan lokasi yang dituju.

2. Bentuk petunjuk arah yang belum dikemas dengan baik sehingga membuat pengunjung tidak tertarik untuk membacanya.

3. Media informasi pada benda pamer museum memiliki tingkat keterbacaan yang rendah karena ukuran tulisan yang kecil dan media informasi yang posisinya menumpuk sehingga menyulitkan pembaca.

4. Ciri khas dari Museum Mandala Wangsit yang kurang ditonjolkan pada media informasi.

I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, dapat dirumuskan permasalahan yang terdapat pada museum Mandala Wangsit Siliwangi yaitu, Bagaimana cara memberikan informasi kepada pengunjung museum Mandala Wangsit Siliwangi?.


(10)

I.4 Batasan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, dapat dikemukakan fokus permasalahan, yaitu media informasi pada sistem tanda yang berada di museum Mandala Wangsit Siliwangi.

I.5 Tujuan Perancangan

Melihat permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan perancangan ini adalah untuk menyampaikan informasi secara jelas dan tepat kepada pengunjung mengenai petunjuk arah, tanda larangan, dan denah keseluruhan lokasi yang berada di kawasan museum. Sehingga pengunjung memberikan respon dengan melakukan tindakan yang benar.

I.6 Manfaat Perancangan

 Hasil perancangan ini mempermudah pengunjung mengakses area yang akan dituju.

 Hasil perancangan ini diharapkan dapat berguna untuk pengmbangan ilmu desain, khususnya desain komunikasi visual dalam hal media informasi.

 Hasil perancangan ini untuk menambah pengalaman dan wawasan, disamping pengetahuan tentang penerapan pelaksanaan teori yang selama ini penulis peroleh dibangku perkuliahan, khususnya yang berkaitan dengan media informasi.


(11)

BAB II

SISTEM TANDA (SIGN SYSTEM ) DI MUSEUM MANDALA WANGSIT SILIWANGI

II.1 Pengertian Museum

Menurut Mohammad Zakaria( seperti yang dikutip dari Ayo kita mengenal museum ; 2009 ) Museum adalah lembaga yang diperuntukkan bagi masyarakat umum. Museum berfungsi mengumpulkan, merawat, dan menyajikan serta melestarikan warisan budaya masyarakat untuk tujuan studi, penelitian dan kesenangan atau hiburan (2011). Sedangkan menurut Caleb Setiawanma (Ericson Damanik, 2015 ; 8) Museum adalah bangunan untuk menempatkan koleksi obyek untuk diteliti, dipelajari dan dinikmati. Museum mengumpulkan berbagai material dari berbagai tempat dan waktu yang berbeda ke dalam sebuah bangunan. Disamping itu museum merupakan lembaga tetap tempat memelihara, menyelidiki, mengajar, memamerkan dan memeragakan benda konservasi kepada masyarakat luas untuk tujuan publikasi, informasi, edukasi dan rekreasi.

II.1.1 Jenis – Jenis Museum

Museum yang terdapat di Indonesia dapat dibedakan melaui beberapa jenis klasifikasi ( Ayo kita Mengenal Museum ; 2009 ) yakni sebagai berikut :

a. Museum Khusus

Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, cabang ilmu atau satu cabang teknologi.


(12)

Gambar II.1 Salah satu contoh museum khusus

Sumber : www.kompasiana.com /arieanam/yuk-ke-museum-geologi-dan-museum-pos-indonesia ( 11 Agustus 2015 )

b. Museum Umum

Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi.

Gambar II.2 Salah satu contoh museum umum. Sumber : http//.keepo.me ( 11 Agustus 2015 )

II.2 Pengertian Sign System

Sign (dalam bahasa Indonesia berarti tanda) adalah bentuk komunikasi yang dapat berbentuk verbal dan visual. Keberadaan tanda menjadi suatu kepentingan bagi masyarakat karena dapat menyampaikan informasi akan sesuatu.Menurut Piliang, dalam kata pengantarnya pada buku semiotika komunikasi visual (Tinarbuko, 2009) menyatakan bahwa suatu tanda bukan ilmu yang bersifat pasti, melainkan suatu hal yang dibangun oleh “pengetahuan‟ yang lebih terbuka. Yang terpenting dalam sistem tanda pada desain komunikasi visual adalah fungsi dari tanda dalam menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada penerima, berdasarkan kode tertentu, yang dimediasi oleh media tertentu. Segala sesuatu yang dapat diamati dan dibuat teramati menurut Zoest dalam Tinarbuko (2009, h.12) adalah tanda. Sementara menurut Saussure, tanda adalah kesatuan dari dua bidang tak


(13)

terpisahkan, yaitu tanda dan sistem dimana sebuah tanda (berwujud kata atau gambar) memiliki dua hal yang akan ditangkap oleh indra kita, signifier (penanda) dan signified (petanda). Penanda lebih jelas dijelaskan sebagai tingkatan ungkapan yang berwujud fisik seperti warna, gambar, huruf, kata atau objek. Sementara petanda lebih bersifat isi atau gagasan dari apa yang diungkap penanda. Kesimpulannya, hubungan antara keduanyalah yang melahirkan makna (Tinarbuko, 2009: h.91). Sistem tanda berhubungan erat dengan ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah bentuk tanda yang menyerupai bentuk yang diwakilinya, yang mengambil ciri-ciri yang sama dari bentuk aslinya. Indeks adalah tanda yang mempunyai hubungan sebab akibat atau bukti dari apa yang diwakilinya. Sementara simbol berarti tanda yang lahir karena adanya peraturan atau kesepakatan bersama. Menurut Piliang (1998, h.17), kode adalah cara kombinasi tanda yang disepakati bersama untuk menyampaikan pesan agar dapat sampai pada si penerima pesan yang lain (tinarbuko: 2009, h.17).

Sign system dalam konteks desain komunikasi visual merupakan rangkaian representasi visual yang memilki tujuan sebagai media interaksi manusia dalam ruang publik (Sumbo Tinarbuko: 2012, h.12). Terdapat 4 (empat) bagian dari sign system antara lain:

Sign system sendiri dibagi kedalam empat jenis, yaitu Traffic sign

Yaitu sign system yang berada di jalan yang berguna untuk memberikan informasi kepada pengguna jalan seperti penunjuk arah, peringatan, dan larangan.

Commercial sign

Yaitu sign system yang berfungsi komersil.  Wayfinding

Yaitu sign system yang bersifat mengarahkan dan menjadi penunjuk jalan yang biasa ada didalam area gedung atau area publik yang digunakan untuk memandu arah ke fasilitas yang ada didalam gedung bagi orang yang berada didalam gedung.


(14)

Yaitu sign system yang berfungsi untuk menginformasikan pesan yang bersifat peringatan, larangan maupun himbauan guna mengingatkan pengguna mengenai suatu sistem keamanan.

Berbagai jenis sign system diatas dapat digunakan berdasarkan fungsi dan keperluan pembuatannya. Misalnya dalam suatu lokasi/ruang umum, biasanya memiliki beberapa ruang atau lokasi yang berbeda sehingga membutuhkan media penunjuk seperti Wayfinding Sign yang dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk menemukan jalan menuju suatu lokasi (Tanuwidjaja, 2012, h.1). Didalam menciptakan suatu sign system (wayfinding) yang efektif diperlukan beberapa langkah mulai dari menetapkan tujuan menemukan jalan, menganalisa profile pengguna, meneliti tingkat kesulitan menemukan jalan, menganalisa kebutuhan desain, menyusun desain sign system, mengumpulkan detail informasi serta menyusunnya kedalam sistem grafis.

Informasi yang disampaikan dalam sign system sendiri bersifat deskriptif

karena memang ditujukan untuk membedakan orang dan tempat secara khusus dan jelas. Hal ini dilakukan dengan mengelompokkan tempat dan memberikan nama pada tempat atau ruang. Informasi yang dikandung oleh informasi lingkungan ialah informasi tentang lokasi (Passini, 1984) dalam Tanuwidjaja 7(2012, hal.15). Dalam menciptakan suatu sign system, diperhatikan pula hal-hal yang perlu dihindari seperti penggunaan tanda-tanda yang terlalu banyak sehingga menghasilkan kebingungan bagi penggunanya. Adapula peletakan lokasi serta tingkat keterbacaan yang kurang baik menyebabkan sign system tidak dapat berfungsi dengan baik. Penggunaan warna dan tekstur material yang digunakan juga mempengaruhi mudah-sulitnya ketersampaian informasi. Ukuran huruf dan pencahayaan juga akan berpengaruh, tergantung dari seberapa jauh jarak pandang yang dibutuhkan, juga jenis huruf apa yang digunakan.

Dalam desain, terdapat beberapa sistem tanda yang biasa digunakan dalam

kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah desain komunikasi visual lingkungan, berupa sign system, papan penunjuk arah, dan papan nama. Tujuan sign system


(15)

bukan lagi menjadi sebagai pemisah, menurut Follins & Hammer (1979, h.7) sign system justru merupakan bagian dari kesatuan lingkungan itu sendiri. Dalam pembuatan sign system terdapat elemen-elemen yang menjadi faktor kejelasan sign system antara lain:

a. Elemen Orientasi

Diwujudkan dalam bentuk peta, denah setiap lantai, dan gedung yang merupakan suatu bentuk informasi grafis awal yang berfungsi untuk memberikan informasi dalam pengambilan keputusan oleh seseorang di dalam lingkungan yang belum dikenali. Alat-alat ini berfungsi utama untuk menyadari di mana ia berada, ke mana ia akan pergi, dan rute apa yang sebaiknya dipilih.

b. Elemen Informasi Arahan

Biasanya berupa sign yang dilengkapi dengan tanda-tanda panah atau panel-panel tombol. Elemen ini berfungsi bagi seseorang yang telah menemukan orientasinya, dan memberikan arahan melalui rute untuk menemukan lokasi yang ia tuju.

c. Elemen Identifikasi Tujuan

Elemen ini dapat berupa papan identitas dari nama gedung, identitas ruangan, dan nomor lantai. Penanda jenis ini dapat berada di dalam maupun di luar ruangan karena berfungsi sebagai pembeda antara tempat yang satu dengan lainnya.

d. Elemen Situasi dan Identitas Obyek

Elemen ini berfungsi menginformasikan suatu kondisi/situasi yang berlaku di dalam suatu lingkungan kepada orang-orang yang sedang berada didalamnya. Misalnya papan pemberitahuan/arahan mengenai ruangan studio yang sedang on air agar masyarakat tidak membuat keributan.

II.2.1 Sejarah Sign System

Perkembangan sign system menurut Formigari dan Gambarara (1995, h.287) berawal setelah Perang Dunia II. Pada tahun 1909, di Paris diadakan konvensi bagi para pengguna kendaraan bermotor internasional, yang pada akhirnya


(16)

menghasilkan sistem tanda lalu lintas yang menunjukan kondisijalan yang berlubang, persimpangan jalan, jalan yang berliku serta persimpangan jalan rel kereta api. Sistem ini mulanya digunakan oleh beberapa negara di Eropa hingga pada akhirnya digunakan oleh negara-negara di dunia.

II.2.2 Jenis-jenis dan Fungsi Sign System

Dalam bentuk komunikasi visual, tanda mengalami perkembangan berdasarkan fungsinya antara lain yang pertama adalah tanda petunjuk dan informasi. Tanda ini berfungsi mengarahkan dan menginformasikan dimana benda/lokasi berada. Kedua, tanda penunjuk arah, yang mencakup tanda-tanda yang mengarahkan untuk menuju suatu tempat seperti ruangan, toilet dan lain-lain. Ketiga, tanda pengenal, merupakan tanda yang digunakan untuk membedakan objek yang satu dengan lainnya misalnya identitas ruangan, kantor, dan gedung. Yang terakhir adalah tanda larangan dan peringatan. Tanda ini bertujuan menginformasikan hal-hal yang boleh dilakukan, berhati-hati maupun yang dilarang. (Boines & Dixon, 2001, h.12) tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. Keberadaannya mampu menggantikan sesuatu yang lain, dapat dipikirkan, atau dibayangkan. Sehingga masyarakat dapat menentukan tujuan atau arah yang akan di laluinya.

Pembuatan sign system yang baik menurut Sumbo Tinarbuko ( 2008, h.13) adalah harus memenuhi 4 (empat) kriteria mudah dilihat, mudah dibaca, mudah dimengerti dan dapat dipercaya. Dalam penempatan dan pembuatannya, sign system harus mudah diakses oleh orang, memiliki tingkat keterbacaan yang baik, dapat dipahami dengan benar dan informasinya tidak menyesatkan. Sumbo Tinarbuko (2008, h.14) berpendapat bahwa:

Dalam merancang desain untuk sign system harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut ini:

1. Memahami institusi dan lingkungannya serta mengetahui kegiatan utama institusi tersebut.

2. Mengidentifikasi fasilitas yang akan dipersentasikan. Serta sign harus mengidentifikasikan fasilitas apa saja yang ada di institusi tersebut.


(17)

3. Menentukan lokasi penempatan serta lokasi harus mudah dilihat dan mudah di akses oleh semua orang.

4. Penerapan sign system. Selain desain, kita juga harus memperhatikan material dalam pembuatan sign. Sekarang ini, desain menarik dan informasi yang benar tidaklah cukup.

Sign system menurut Hunter (2010, h.1) sangat penting karena beberapa alasan antara lain: karena merupakan akses untuk fasilitas umum, menaikan kepuasan masyarakat, mengurangi tekanan, meminimalisir kekurangan fasilitas ruang publik, mengurangi kebingungan pengunjung dan kesalahan pegawai, menghemat waktu serta meminimalisir kecelakaan. Didalam sign system yang berhubungan dengan penunjuk arah dalam ruangan-ruangan, terdapat 4 (empat) komponen penting yang perlu diperhatikan yaitu bentuk/desain, tata letak, bentuk arsitektur, dan identifikasi ruangan (Hunter, 2010, h.2). masing-masing unsur tersebut baik kata verbal maupun citra visual dihubungkan dengan memanfaatkan konsep sosok, latar, bentuk positif dan negatif yang dirancang dengan memperhatikan komposisi, keseimbangan, irama dan kontras yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan bentuk visual. Penggunaan ikon juga dapat digunakan sebagai bagian dari proses berpikir kreatif dalam rangka menginformasikan pesan verbal yang divisualkan dalam bentuk gambar.

II.3 Sejarah Mandala Wangsit Siliwangi

Gambar II.3 Mandala Wangsit tempo dulu Sumber : https://aleut.wordpress.com (2015)


(18)

Museum Wangsit Mandala Siliwangi adalah museum senjata yang berada di Bandung, Jawa Barat. Nama Siliwangi sendiri diambil dari nama seorang pendiri kerajaan Pajajaran yang kekuasaanya tak terbatas, konon raja yang arif dan bijaksana serta wibawa dalam menjalankan roda pemerintahaan, sedangkan arti Mandala Wangsit adalah sebuah tempat untuk menyimpan amanat, petuah atau nasihat dari pejuang masa lalu kepada generasi penerus melalu benda-benda yang ditinggalkannya.

Nama jalan tempat museum ini berada di Jl. Lembong, nama jalan tersebut diambil dari nama Letkol Lembong, salah satu prajurit Siliwangi yang menjadi korban dalam Peristiwa Kudeta Angkatan Perang Ratu Adil. Sebelumnya jalan itu bernama Oude Hospitaalweg.

Museum Mandala Wangsit terdiri dari alat yang digunakan pada saat perang antara Jepang dan Indonesia. Terdapat beberapa alat yang digunakan pada saat perang, seperti bedug simarame, senjata laras panjang dan pistol, tentang terjadinya Peristiwa Bandung Lautan Api pada tanggal 24 Maret 1946 di Bandung, peristiwa peracunan pada tanggal 17 Februari 1949.

II.4 Profil Museum Mandala Wangsit Siliwangi

Bangunan Museum Wangsit Mandala Siliwangi bangunan yang memiliki gaya arsitektur Late Romanticismdibangun pada tahun 1910 sampai 1915 yakni pada masa kolonial Belanda sebagai tempat tinggal perwira Belanda. Namun tempat ini diambil alih oleh pasukan Siliwangi dan digunakan sebagai markas Divisi Siliwangi (Militaire Akademi Bandung) pada tahun 1949-1950 setelah kemerdekaan. Bangunan ini berdiri di atas tanah seluas 4.176 M2 dengan luas bangunan 1.674 m2.


(19)

Gambar II.4 Bangunan museum tampak depan Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

Gambar II.5 Pintu gerbang utama area museum Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

Gambar II.6 Bangunan kantor yang berada di lokasi museum Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

Gambar II.7 Bangunan Museum Mandala Wangsit tampak samping Sumber : Dokumen Pribadi (2015)


(20)

Gambar II.8 Denah Lokasi area dalam Museum lantai 1 Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

Gambar II.9 Denah Lokasi area dalam Museum lantai 2 Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

Pada Tanggal 23 Mei 1966 bangunan ini dijadikan sebagai Museum Mandala Wangsit Siliwangi yang diresmikan oleh panglima Divisi Siliwangi ke 8 yaitu Kolonel Ibrahim Adjie. Pada Tahun 1979 gedung ini dibangun / direhabilitasi kembali menjadi gedung bertingkat dua, kemudian diresmikan pada tanggal 10 Nopember 1980 oleh Pangdam Siliwangi ke 15 Mayjen Yoga Sugama dan Prasastinya ditandatangani oleh Presiden RI ke 2 (Soeharto).


(21)

II.4.1 Alur Masuk Museum

Gambar II.10 Ruang Informasi Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

Sebelum Memasuki area museum para pengunjung diwajibkan mengisi buku tamu yang tersedia di bagian informasi dan membayar uang dengan seikhlasnya untuk biaya perawatan benda koleksi yang terdapat di dalam museum Mandala Wangsit Siliwangi.

Gambar II. 11 Lorong menuju pintu masuk ruangan museum Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

Gambar II.12 Pintu masuk menuju ruangan museum Sumber : Dokumen Pribadi (2015)


(22)

Gambar II.13 Ruangan pertama museum Mandala Wangsit Siliwangi Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

Setelah mengisi buku tamu dan menitipkan barang bawaan pengunjung melewati sebuah lorong kecil untuk memasuki area museum. Di dalam Museum pengunjung bisa melihat benda – benda koleksi yang beraneka ragam pada setiap ruangan yang ada.

Gambar II.14 Tangga menuju lantai dua museum Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

Gambar II.15 Ruangan pertama di lantai dua museum Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

Tangga ini digunakan untuk akses menuju lantai dua museum yang dimana di lantai tersebut memiliki beberapa ruangan serta foto mantan – mantan Panglima Siliwangi dari jaman dahulu hingga sekarang.


(23)

Gambar II.16 Pintu keluar Museum Mandala Wangsit ini berada didalam ruangan informasi

Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

Setelah selesai mengunjungi dan melihat – lihat isi dari museum, pengunjung tidak perlu repot-repot untuk kembali ke pintu awal masuk untuk mengambil barang yang dititipankan pada bagian informasi dikarenakan pintu keluar dari area dalam museum merangkap dengan ruangan bagian informasi.

II.5 Isi Dari Museum Mandala Wangsit Siliwangi

Museum Mandala Wangsit Siliwangi menyimpan benda-benda bersejarah yang pernah digunakan oleh pasukan Divisi Siliwangi, mulai dari senjata primitif yang digunakan oleh rakyat Jawa Barat dan Banten seperti tombak, pedang, keris, dan bom molotov, sampai senjata modern para prajurit TNI. Koleksi lain berupa bendera merah putih yang dikibarkan pertama kali di alun-alun kota Bandung, pada 17 Agustus 1945. Ada meja, kursi, teko, dan cangkir yang pernah dipergunakan para pejuang dan Proklamator saat mempersiapkan proklamasi di Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945.

Selain koleksi di dalam gedung, museum Mandala Wangsit Siliwangi juga memamerkan koleksi-koleksi besar di tempat pamer di luar. Beberapa di antaranya adalah peralatan perang seperti, panser, tank, dan canon. Ada pula Monumen Angkatan Perang Ratu Adil atau yang di singkat dengan APRA serta ambulan berwarna putih sumbangan dinas kesehatan kota Bandung.


(24)

Gambar II.17 Meja,Bendera,Monumen,Ambulans Sumber : Dokumen Pribadi (2014)

II.5.1 Sebagian Benda Koleksi yang berada didalam Museum

Benda koleksi yang berada didalam ruangan Museum Mandala Wangsit Siliwangi memiliki beragam jenis, mulai dari senjata tajam tradisional yang dipakai untuk melawan para pemberontak – pemberontak yang berada di Indonesia, diorama yang menggambarkan sebuah peristiwa yang terjadi pada saat peperangan, serta dokumen – dokumen berupa surat dan foto pada masa pemberontakan. Berikut gambar sebagaian benda koleksi yang berada didalam ruangan museum :

Gambar II.18 Senjata tradisional. Sumber : Dokumen Pribadi (2014)


(25)

Senjata tradisional ini digunakan para pejuang kemerdekaan untuk membasmi para penjajah dan pemeberontak yang berada di Indonesia.

Gambar II.19 Bedug Simareme. Sumber : Dokumen Pribadi (2014)

Bedug ini digunakan sebagai tanda untuk memperingati adanya bahaya atau untuk mengumpulkan warga pada jaman peperangan

Gambar II.20 Bendera Merah Putih yang pertama kali dikibarkan Di Bandung

Sumber : Dokumen Pribadi (2014)


(26)

Gambar II.21 Meja, kursi, teko, dan cangkir yang digunakan para pejuang proklamator unutuk menyiapkan proklamasi.

Sumber : Dokumen Pribadi (2014)

Meja ini digunakan para pejuang proklmataor untuk mendiskusikan dan menyiapkan proklamasi yang dimana isi proklamasi itu untuk memberitahukan kepada seluruh rakyat Indonesia bahwa negara Indonesia telah Merdeka.

II.5.2 Sebagian Benda Koleksi yang berada diluar Museum

Selain benda koleksi yang berada didalam ruangan, museum Mandala Wangsit Siliwangi juga menyimpan sebagian benda koleksi yang berukuran besar yang tidak memungkinkan untuk diletakan didalam ruangan museum. Berikut benda koleksi museum Mandala Wangsit Siliwangi yang tersimpan dengan baik di luar ruangan museum :

Gambar II.22 Meriam 40 MM L 60 BOFORS buatan Amerika Sumber Photo : Dokumen Pribadi (2014)

Meriam ini digunakan saat memerangi para pemberontak gerombolan Kartosuwiryo yang berada di Indonesia yang ingin mendirikan Negara Islam di Indonesia yang ajarannya melenceng dan bertentangan dari kaidah Islam. Meriam ini disumbangkan oleh PUS ARHANUD.


(27)

Gambar II.23 Patung Mayor Adolf Lembong Sumber: Dokumen Pribadi (2014)

Mayor Adolf Lembong adalah seorang tokoh prajurit yang gugur di area sekitaran museum Mandala Wangsit Siliwangi yang tewas terbunuh oleh pasukan APRA (angkatan perang ratu adil) yang ingin melakukan kudeta

Gambar II.24 Tank STUART M.3.A.I buatan Amerika Sumber : Dokumen Pribadi (2014)

Tank ini tidak pernah absen dalam memerangi pemberontak yang berada di Indonesia. Tank ini sumbangan dari PUS kavelari TNI AD.


(28)

Gambar II.25 Monumen daftar nama para pejuang yang telah gugur Sumber : Dokumen Pribadi (2014)

Monumen ini dibangun untuk menghormati jasa-jasa para tentara yang telah gugur di medan pertempuran saat menumpas para pemberontak yang berada di Indonesia.

Gambar II.26 Ambulan (Si Dukun) yang berperan besar membantu tim kesehatan dalam operasi militer Kodam Siliwangi dalam menumpas gerombolan DI/TII

Kartosoewirjo

Sumber: Dokumen Pribadi (2014)

Mobil berjenis mini van pabrikan Chevrolet ini digunakan oleh rumah sakit Majalaya untuk membantu korban keganasan gerombolan Kartusuwiryo.

II.5.3 Ruangan yang berada didalam Museum Mandala Wangsit Siliwangi Ruangan 1 Pergerakan Nasional Indonesia 1918 – 1944

Di ruangan ini terdapat benda – benda pamer berupa senjata tajam tradisional, lukisan yang menggambarkan peristiwa – peristiwa kemerdekaan, bedug dan kokol yang dijadikan sebagai alat pemberi tahu informasi serta jubah kurung yang dipakai oleh Kyai Agung Caringin.


(29)

Gambar II.27 Isi dari Ruangan Pergerakan Nasional Indonesia Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

Ruangan 2 Detik - detik Proklamasi

Ruangan ini berisikan diorama, sebuah bendera merah putih, lukisan detik – detik proklamasi dan meja beserta kursi, teko teh, dan gelas yang digunakan oleh para proklamator untuk merundingkan dan menyusun teks proklamasi.

Gambar II.28 Isi dari Ruangan Detik-detik Proklamasi Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

Ruangan 3 Palagan Bandung 1945 – 1946

Ruangan ini berisikan lukisan – lukisan peristiwa yang terjadi di Bandung salah satu dari peristiwa tersebut yaitu peristiwa Bandung Lautan Api yang dimana kota Bandung merah membara dengan aksi pembakaran yang disengaja oleh warga kota Bandung. Selain dari lukisan di ruangan ini terdapat pula alat komunikasi berupa sebuah telepon dan telegram.

Gambar II.29 Isi dari Ruangan Palagan Bandung Sumber : Dokumen Pribadi (2015)


(30)

Ruangan 4 Perang Kemerdekaan 1947 – 1949

Ruangan ini berisikan senjata – senjata api berjenis senjata berat, senjata laras panjang dan senjata laras pendek yang diperoleh dari hasil rampasan perang dari para penjajah. Selain dari senjata api di ruangan ini terdapat sebuah peta long march pasukan Divisi Siliwangi 1 menuju Yogyakarta dengan berjalan kaki serta lukisan perang kemerdekaan dan lukisan Bung Karno.

Gambar II.30 Isi dari Ruangan Perang Kemerdekaan Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

Ruangan 5 Pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) Jawa Barat

Ruangan ini berisikan foto – foto dan dokumen – dokumen bersejarah tentang pemberontakan DI/TII ( Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia ), serta lukisan – lukisan kekejaman para pemberontak DI/TII ( Darul Islam/Tentara Islam Indonesia )

Gambar II.31 Isi dari Ruangan Pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) Jawa Barat


(31)

Ruangan 6 Penumpasan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) Ruangan ini berisikan foto – foto korban tewas dari para pemberontak DI/TII yang tewas selama peperangan berlangsung dengan pasukan satuan divisi siliwangi. Di ruangan ini pula terdapat foto pemimpin pasukan pemberontak DI/TII yaitu Kartosuwiryo yang telah tewas. Selain foto – foto di ruangan ini juga terdapat sebuah diorama yang menceritakan pasukan dua orang pasukan dari gerombolan pemberontak yang merencanakan peracunan.

Gambar II.32 Isi dari Ruangan Penumpasan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam

Indonesia)

Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

Ruangan 7 Lambang – Lambang Satuan Divisi Siliwangi

Ruangan ini berisikan lambang – lambang satuan divisi Siliwangi yang berupa bendera dari beragam satuannya.

Gambar II.33 Isi dari ruangan Lambang – Lambang

Satuan Divisi Siliwangi Sumber : Dokumen Pribadi (2015)


(32)

Ruangan 8 Pemberontakan APRA – RMS di Sulawesi Selatan

Ruangan ini berisikan foto – foto, dokumen bersejerah tentang peristiwa pemberontakan dari APRA ( Angkatan Perang Ratu Adil ) yang mau melancarkan kudeta terhadap satuan divisi Siliwangi. Pemberontakan tersebut dipimpin oleh Reymond Westerling. Sedangkan kelompok pemberontak RMS ( Republik Maluku Selatan ) dipimpin oleh Christian Robert Steven Soumokil yang menginginkan maluku merdeka dan lepas dari NKRI ( Negara Kesatuan Republik Indonesia ).

Gambar II.34 Isi dari ruangan Pemberontakan APRA – RMS di Sulawesi Selatan Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

Ruangan 9 Penumpasan G.30 S PKI & Tugas Internasional 1965 – 1974 Ruangan ini berisikan dokumen dan foto tentang penumpasan gerakan pemberontak PKI ( partai komunis Indonesia ). Selain foto dan dokumen di ruangan ini terdapat sebuah gambar ilustrasi dari perubahan seragam pasukan militer indonesia dari jaman dahulu sampai sekarang.

Gambar II.35 Isi dari ruangan Penumpasan G.30 S PKI & Tugas Internasional Sumber : Dokumen Pribadi (2015)


(33)

Ruangan 10 Operasi Seroja Timor – Timur

Ruangan ini berisikan senjata laras panjang dan bendera Portugis, serta beberapa lirik lagu yang sering dinyanyikan pasukan Siliwangi untuk membangun semangat juang. Selain itudi ruangan ini juga terdapat foto dan dokumen – dokumen.

Gambar II.36 Isi dari ruangan Operasi Seroja Timor – Timur Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

Ruangan 11 Mantan – Mantan Panglima Divsi Siliwangi

Ruangan ini berisikan foto – foto para panglima divisi Siliwangi yang menjabat sebagai petinggi militer di Indonesia dari foto petinggi militer yang mendirikan museum Mandala Wangsit Siliwangi, sampai foto petinggi militer sekarang.

Gambar II.37 Isi dari ruangan Mantan – Mantan Panglima Divsi Siliwangi Sumber : Dokumen Pribadi (2015)


(34)

II.5.4 Fasilitas yang berada di Museum Mandala Wangsit Siliwangi

Fasilitas yang berada di area kawasan Museum Mandala Wangsit Siliwangi seperti toilet, mushola, kantin, koperasi, kantor , mess, pos provost dan tempat parkir.

Gambar II.38 Fasilitas yang ada pada Museum Mandala Wangsit Siliwangi Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

II.6 Masyarakat yang Mengunjungi Museum Mandala Wangsit Siliwangi Berdasarkan hasil penelitian dan data buku tamu serta data golongan rata-rata pengunjung yang terdapat pada arsip museum Mandala Wangsit Siliwangi, menyebutkan terdapat beberapa golongan masyarakat yang datang ke museum Mandala Wangsit Siliwangi dengan catatan mereka jarang/belum pernah berkunjung ke museum antara lain :

- Pelajar/mahasiswa, berkunjung dengan tujuan mempelajari sejarah penumpasan pemberontak-pemberontak yang berada di Indonesia oleh Pasukan Siliwangi.

- Pengunjung umum atau wisatawan lokal, berkunjung dengan tujuan wisata serta mempelajari sejarah-sejarah yang disajikan oleh museum.

- Turis atau pengunjung domestik, berkunjung dengan tujuan mempelajari sejarah.


(35)

II.7 Kondisi Sign Sytem di Museum Mandala Wangsit Siliwangi

Sebagaimana halnya sebuah museum yang keberadaannya selalu dikunjungi oleh para pengunjung baru dengan kepentingan tertentu, museum Mandala Wangsit Siliwangi masih tergolong dalam kategori museum yang kurang optimal dalam memberi informasi kepada masyarakat. Hal ini terbukti sign system yang salah penempatannya.

Dari sekian banyak ruangan yang ada hampir semua ruangan memiliki sign system yang penempatannya kurang optimal sehingga menyulitkan para pengunjung untuk mengetahui jenis ruangan yang sedang dikunjungi, maka dari semua itu tidak ditemukan sign system yang mencerminkan sebuah identitas dari instasi ini.

Gambar II.39 Tidak adanya sign system yang terpampang disetiap lorong museum Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

Gambar II.40 Sign system yang tidak dikemas dengan baik Sumber : Dokumen Pribadi (2015)


(36)

Gambar II.41 Penempatan sign system yang terlalu jauh sehingga pengunjung baru mengetahui jenis ruangan setelah sign system

tersebut di dekati

(Sumber : Dokumen Pribadi) 2015

Peletakan sign system yang kurang tepat menjadikan sign system yang ada menjadi kurang terlihat. Penggunaan material sign system yang tidak pas, warna yang digunakan kurang mencolok, serta bentuk sign system yang terlihat seadanya yang tidak memberikan kesan dari museum itu sendiri, kalimat yang tidak memiliki standarisasi selayak sign system pada umumnya, menjadikan sign system yang ada belum memiliki kesatuan antara yang satu dengan lainnya.

Didalam museum ini juga tidak terdapat denah yang ditujukan untuk mempermudah pengunjung yang baru datang untuk mengarahkan lokasi yang akan dikunjungi oleh si pengunjung. Penelitian lapangan juga menemukan fakta bahwa denah yang ada di front office tidak diperlihatkan untuk umum , sementara denah lokasi tersebut sangatlah membantu para pengunjung yang baru pertama kali datang ke museum Mandala Wangsit Siliwangi.

II.8 Solusi Permasalahan

Permasalahan yang timbul setelah dilakukannya penelitian pada museum Mandala Wangsit Siliwangi berupa ketidaklengkapan sign system yang ada, serta tidak adanya kesatuan antara satu dengan lainnya, yang sebenarnya befungsi sebagai media informasi dari ruangan-ruangan serta lokasi yang ada pada museum Mandala Wangsit Siliwangi. Oleh karena itu perlu dirancang suatu sign system dan Infotainment Map yang menjadi solusi bagi permasalahan yang sedang dialami oleh museum Mandala Wangsit Siliwangi yang berdiri sebagai museum


(37)

yang hampir selalu didatangi oleh para pengunjung baru yang bertujuan mengetahui sejarah-sejarah kemiliteran yang berada di Indonesia dan Jawa Barat dengan berkunjung ke museum Mandala Wangsit Siliwangi.

II.9 Khalayak Sasaran

Media Informasi ini dibuat untuk menginformasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan segala aspek yang berada di Museum Mandala Wangsit Siliwangi, maupun dari segi informasi lokasi sampai informasi arahan menuju suatu tempat yang akan dituju oleh para pengunjung.

Maka target audiens yang ditentukan berdasarkan segi demografis, psikografis dan geografis sebagai berikut :

A.Demografis

 Usia : Dewasa 21 – 30 Tahun  Status Ekonomi : Semua kalangan

 Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan  Status : Pelajar dan pekerja kantor  Asal : Dalam Negeri

B.Psikografis

 Psikologi umur 21 – 30 Tahun ( Dewasa Awal )

Psychoshare ( 04 April 2014 ) Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan pencarian identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri ini didapat sedikit-demi sedikit sesuai dengan umur kronologis dan mental age-nya. Berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa awal. Dewasa awal adalah masa peralihan dari ketergantungan kemasa mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan sudah lebih realistis. Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda ( young ) ialah mereka yang berusia 20 - 30 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999)


(38)

Dalam segi komunikasi dapat disimpulkan bahwa umur 20 – 30 tahun mampu menangkap dan memahami sebuah informasi dengan baik dan benar.

C.Geografis

Target audiens mencakup pengunjung Museum Mandala Wangsit Siliwangi yang berasal dari Bandung dan luar Bandung.


(39)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Permasalahan yang ditemukan setelah melakukan penelitian di Museum Mandala Wangsit Siliwangi adalah kurangnya media informasi di mana dalam penyampaiannya suatu informasi atau menunjukan tempat hanya menggunakan tulisan saja. Di dalam kajian visual kurang menarik dan tidak tepat sasaran serta media aplikasi yang digunakan juga belum tepat, bahkan hanya menggunakan selembar kertas. Dalam pemecahan masalah akan dirancang media informasi sesuai dengan target sasaran yang telah ditentukan. Mencari bagian dari Museum Mandala Wangsit Siliwangi yang menjadi ciri khas dan kemudian menjadikannya sebagai identitas yang mewakili Museum Mandala Wangsit Siliwangi namun tetap sesuai karakter dari target sasaran yang telah ditentukan. Memberikan daya tarik kepada pengunjung yang datang ke Museum Mandala Wangsit Siliwangi sehingga informasi yang disampaikan dapat dilihat dan dipahami dengan jelas. Dengan cara memberikan respons dengan melakukan tindakan yang tepat sesuai dengan informasi yang disampaikan.

Informasi yang ingin disampaikan berupa media informasi seperti peta lokasi dan informasi yang berada di Museum Mandala Wangsit Siliwangi. Perancangan media informasi ini dituangkan kedalam dua media, yakni media utama dan media pendukung. Dimana pengetahuan akan informasi lebih banyak di media utamanya. Media pendukung hanya sebagai pelengkap saja yang tujuannya agar target audiens mendapatkan informasi dari media utama.

III.1.1 Pendekatan Komunikasi

Dalam perancangan media informasi di Museum Mandala Wangsit Siliwangi bertujuan untuk menyampaikan suatu informasi pada target sasaran mengenai hal yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan di Museum Mandala Wangsit Siliwangi. Sebagai contoh seperti penanda lokasi toilet, arah atau alur kunjungan, petunjuk ke arah ruang sebuah ruangan, dan lain – lain.


(40)

1. Pendekatan Visual

Pendekatan secara visual dilakukan dengan cara menyampaikan informasi kepada pengunjung dengan menggunakan ilustrasi yang menggunakan jenis ikon. Aliyah Muthoharoh (10 januari 2013) Ikon merupakan tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya atau tanda dan acuanya memiliki kemiripan. Tanda yang dimiliki ciri-cirinya sama dengan apa yang dimaksudkan.

Gambar III.1 Icon

Sumber : https://icons8.com/ (20 Agustus 2015)

2. Pendekatan Verbal

Pendekatan komunikasi verbal dalam strategi perancangan ini menggunakan penyampaian komunikasi menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini ditujukan agar penyampaian komunikasi menjadi mudah dimengerti oleh pengunjung.

III.1.2 Strategi Kreatif

Perancangan sistem informasi agar tersampaikan dengan baik, maka dilihat faktor dari area museum Mandala Wangsit Siliwangi yang telah ditentukan dimana informasi harus dapat menarik perhatian sehingga informasi yang disampaikan dapat dipahami oleh target sasaran dengan baik, untuk melakukan dengan tindakan. Pengguanaan warna, bentuk, tata letak, ikon, tipografi juga harus dipertimbangkan yang meliputi kseluruhan media informasi yang akan dibuat. Bahkan untuk media aplikasi yang digunakan dipertimbangkan pula jenis bahan


(41)

dan lain – lain. Penggunaan warna diutamakan mengikuti ide gagasan visual yang sudah ada dari Museum Mandala Wangsit Siliwangi.

Elemen gambar dan bentuk yang digunakan dalam media informasi mengikuti pertimbangan, namun dilakukan penyederhanaan bentuk terutama untuk penggunaannya sebagai ikon. Sehingga penyampaian informasi dapat dipahami dan dimengerti dengan melakukan tindakan sebagai responnya.

Dengan konsep yang dibuat diharapkan dapat selaras dengan karakter khas yang dimiliki Museum Mandala Wangsit Siliwangi dan informasi yang akan disampaikan dapat dipahami dengan mudah dan jelas. Berikut bentuk – bentuk yang diambil dari ciri khas museum Mandala Wangsit Siliwangi :

Gambar III.2 Kepala macan dari lambang Siliwangi sebagai bentuk dasar dari sign system

Sumber : Dokumen Pribadi (2014)

Gambar III. 3 Bentuk Pangkat Militer yang diambil sebagai dasar media informasi


(42)

III.1.3 Strategi Media

Media informasi utama yang dirancang berupa signage yang dimana pada media ini meliputi lokasi-lokasi yang berada didalam area museum dan sistem tanda pengenal pada obyek. Sedangkan pada media pendukung berupa petunjuk arah, himbauan dan larangan pada obyek.

Media utama ini dibuat untuk menginformasikan kepada pengunjung setiap lokasi yang dimiliki oleh Museum Mandala Wangsit Siliwangi. Sedangkan media pendukung yang dibuat untuk menunjang kebutuhan yang dibutuhkan di Museum Mandala Wangsit Siliwangi.

III.2 Konsep Visual

Konsep visual yang ditampilkan dalam media informasi ini memanfaatkan teknik penyampaian dengan mengambil bentuk sederhana berupa outline dari objek yang sesungguhnya, sedangkan warna mengambil dari warna militer.

III.2.1 Format Desain

Format desain yang digunakan dalam merancang sistem tanda Museum Mandala Wangsit Siliwangi dibuat sederhana dengan menonjolkan isi informasi dari Museum Mandala Wangsit Siliwangi. Dengan tujuan mempertegas isi pesan dari sistem tanda yang dibuat dengan beberapa format tampilan, yaitu:

 Format tampilan landscape (tidur/memanjang)  Format tampilan potrait (tegak/berdiri)

III.2.2 Layout

Tujuan utama tata letak adalah menampilkan elemen visual yaitu gambar dan teks agar menjadi lebih komunikatif sehingga memudahkan audiens dalam menerima informasi yang diberikan. Dalam setiap media yang disusun selalu mengacu pada konsep awal yang memberikan kesan grafis yang menarik juga informatif dan dimengerti oleh khalayak.


(43)

III.2.3 Tipografi

Penggunaan tipografi yang sangat jelas dalam media informasi ini sangat berperan besar terutama dalam tingkat keterbacaan sehingga dapat mempermudah dalam penyerapan informasi yang diberikan. Oleh karena itu jenis huruf yang dipilih dalam media informasi ini ialah jenis huruf yang tidak memiliki banyak variasi sehingga tingkat keterbacaannya sangat jelas. Jenis huruf yang dipilih :

Huruf untuk Body Text :

Gambar III.4 Huruf Humnst777 BT yang digunakan pada sign system Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

Adapun jenis huruf lainnya yang digunakan untuk Headline pada media informasi ini adalah:

Gambar III.5 Huruf Army Expanded yang digunakan pada judul peta kreatif Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

III.2.4 Ilustrasi

Ilustrasi adalah gambar yang dapat berbentuk sketsa atau image atau foto yang kemudian dibuat atau disederhanakan menjadi bentuk simbol dengan penggayaan ciri khas Museum Mandala Wangsit Siliwangi. Ilustrasi yang digunakan pada


(44)

perancangan media informasi ini adalah foto-foto dari lokasi, sarana dan prasarana yang ada di Museum Mandala Wangsit Siliwangi.

Berikut ini adalah beberapa foto-foto lokasi yang akan digunakan dalam perancangan media informasi ini adalah :

Gambar III.6 Studi Visual bagan Map dan petunjuk arah Sumber : Dokumen Pribadi ( 2015 )

III.2.5 Warna

Setiap warna memiliki karakteristik yang berbeda-beda, yang dimaksudkan karaketeristik disini adalah sifat khas yang dimiliki dalam suatu warna.

Warna yang dipakai untuk perancangan media ini mengambil sebagian silsilah warna dari logo atau patch Siliwangi.

Berikut warna yang digunakan :

Gambar III.7 Warna utama yang digunakan dalam membuat sign system Sumber : Dokumen Pribadi (2015)


(45)

Hijau : Mengandung arti di dalam lambang pasukan Siliwangi yaitu sebagai tempat/arenanya Angkatan Darat, terutama Infanteri dalam melaksanakan tugasnya

Kuning : Mengandung arti di dalam lambang pasukan Siliwangi yaitu Macan dari peliharaan Prabu Siliwangi yang memiliki khiasan “ Kekerasan hati kebulatan tekad dan daya capai”.


(46)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

IV.1 Teknis Media IV.1.1 Sketsa

Sketsa awal adalah proses pencarian bentuk visual yang nantinya akan menjadi dasar dari bentuk visual media informasi ini.

Gambar IV.1 Sketsa awal Sumber : Dokumen pribadi (2015)


(47)

IV.1.2 Eksekusi Visual

Eksekusi visual adalah tahap dimana dilakukannya proses visual menggunakan

software Corel Draw X6, dalam hal ini eksekusi visual berkonsep kepada penyederhanaan dari bentuk lambang siliwangi dan benda-benda koleksi yang dianggap menjadi ciri khas dari Museum Mandala Wangsit Siliwangi.


(48)

Gambar IV.2 Eksekusi Visual Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

IV.1.3 Tahap Perancangan

Tahap perancangan adalah tahapan mempersiapkan media utama dan media pendukung. Tahapan pembuatan bentuk dasar sistem informasi, warna, tipografi, ilustrasi dan ikon yang akan disampaikan kepada target audiens.

IV.2 Media Utama

Sign (dalam bahasa indonesia berarti tanda) adalah bentuk komunikasi yang dapat berbentuk verbal dan visual. Sistem tanda berhubungan erat dengan ikon, indeks dan simbol. Ikon adalah bentuk tanda yang menyerupai bentuk dari yang diwakilinya, yang mengambil ciri-ciri yang sama dari bentuk aslinya.

Fungsi sign system adalah mengarahkan dan menginformasikan benda atau lokasi obyek berada. Berikut uraian ukuran, material dan teknis sign system yang akan dibuat :

Ukuran Media :


(49)

1. Sign Identification atau Tanda Pengenal a. Tanda pengenal benda koleksi

Ukuran Media : 20cm x 32cm

Material : Akrilik 2mm, Sticker Teknis Produksi : Digital print and cut Laser

Gambar IV.3 Tanda Pengenal ruangan Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

b. Tanda pengenal ruangan

Ukuran Media : 14cm x 20cm

Material : Akrilik 2mm, Sticker Teknis Produksi : Digital print and cut Laser

Gambar IV.4 Tanda Pengenal Ruangan Sumber : Dokumen Pribadi (2015)


(50)

c. Tanda Pengenal Tempat

Ukuran Media : 30cm x 12,5cm Material : Akrilik 2mm, Sticker Teknis Produksi : Digital print and cut Laser

Gambar IV.5 Tanda Pengenal tempat Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

2. Sign Regulation atau larangan dan peringatan a. Tanda larangan yang berlaku di museum

Ukuran Media : 25cm x 10,9cm Material : Akrilik 2mm, Sticker Teknis Produksi : Digital print and cut laser

Gambar IV.6 Tanda Larangan Sumber : Dokumen Pribadi (2015)


(51)

b. Tanda peringatan

Ukuran Media : 25cm x 10,9cm Material : Akrilik 2mm, Sticker Teknis Produksi : Digital print and cut laser

Gambar IV.7 Tanda Peringatan Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

3. Sign Direction atau Arahan dan himabauan

a. Petunjuk arah

Ukuran Media : 38,5cm x 12,7cm Material : Akrilik 2mm, Sticker Teknis Produksi : Digital print and cut laser

Gambar IV.8 Tanda petunjuk arah Sumber : Dokumen Pribadi (2015)


(52)

b. Himbauan

Ukuran Media : 20cm x 10cm

Material : Akrilik 2mm, Sticker Teknis Produksi : Digital print and cut laser

Gambar IV.9 Tanda Himbauan mengunjungi museum Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

IV.3 Media Pendukung 4. Baju

Ukuran Media : All Size ( S, M, L, XL ), A4 Material : Combat 24S, DTG Printing Teknis Produksi : Printing

Gambar IV.10 Desain Baju Sebagai Merchandise Museum Mandala Wangsit Siliwangi


(53)

6. Stiker

Ukuran Media : 10 x 9 cm

Material : Bahan Stiker Graftac Teknis Produksi : Digital Printing

Gambar IV.11 Stiker Mandala Wangsit Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

Stiker ini di desain dengan konsep mengambil binatang peliharaan dari Prabu Siliwangi yang berupa macan atau harimau dalam bahasa Sunda maung dan

sedikit di kolaborasikan dengan seragam militer Indonesia

7. Mug

Ukuran Media : 19cm x 8 cm Material : keramik

Teknis Produksi : Press Digital Printing

Gambar IV.12 Mug Untuk Merchandise Sumber : Dokumen Pribadi (2015)


(54)

8. Peta Kreatif atau Infotainment Map Ukuran Media : A2 (59,4cm x 42cm) Material : Luster

Teknis Media : Digital Printing

Gambar IV.13 Media pendukung berupa Infotainment map Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

Peta kreatif dibuat untuk menjadi media utama, karena untuk memberikan informasi letak lokasi dan arahan kepada pengunjung agar dapat dengan mudah mengakses fasilitas-fasilitas yang ada di area Museum Mandala Wangsit Siliwangi ini. Peta kreatif atau Infotainment Map adalah suatu bentuk informasi visual yang berguna untuk memberikan kemudahan memahami sebuah lokasi.

Pada umumnya map hanyalah sebuah gambar yang berguna untuk mencari lokasi, akan tetapi sulit untuk dipahami. Karena kendala tersbut, maka dibuatlah infotainment map yang menerapkan unsur estetis sehingga mudah diterima oleh konsumen.

Fungsi Infotainment Map adalah untuk memudahkan pengunjung untuk mencari suatu lokasi.


(55)

IV.4 Aplikasi pada Lokasi

a. Tanda Pengenal (Identification) 1. Mushola

Diletakan pada tiang yang terdapat pada Mushola

Gambar IV.14 Penempatan sign system pada mushola Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

2. Ruangan

Diletakan pada dinding di setiap ruangan

Gambar IV.15 penempatan penanda ruangan Sumber : Dokumen Pribadi (2015)


(56)

b. Tanda Petunjuk Arah (Direction) 1. Arah Menuju Museum

Gambar IV.16 Penempatan petunjuk arah museum Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

c. Tanda Larangan (Regulatio) 1. Larangan di dalam Museum

Gambar IV.17 Penempatan tanda larangan Sumber : Dokumen Pribadi (2015)


(57)

d. Media pendukung

Gambar IV.18 Penempatan media pendukung infotainment map Sumber : Dokumen Pribadi (2015)


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Website:

Ayo Kita Mengenal Museum (2009) Diakses pada 11 Agustus 2015 http://belajaritutiadaakhir.blogspot.com.

Wisata.kompasiana.com http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2012/10 ( di akses pada 11 Agustus 2015)

Andilgerakanpendidikan.blogspot.com http://4.bp.blogspot.com( di akses pada 11 Agustus 2015)

http://www.kompasiana.com/arieanam/yuk-ke-museum-geologi-dan-museum-pos-indonesia ( di akses pada 11 Agustus 2015)

http://isma-ismi.com/pengertian-sejarah.html ( di akses pada 11 Agustus 2015)

http://globallavebookx.blogspot.com/2014/02/pengertian-museum-menurut-para-ahli.html ( di akses pada 11 Agustus 2015)

Tanuwidjaja, Gunawan. 2012. Tinjauan Pustaka Wayfinding & Oreientation System. http://www.scribd.com/doc/86547166/SS-Tinjauan-Pustaka-Way-Finding. (diakses pada 11Agustus2015)

http://aliyahmuthoharoh.web.unair.ac.id/artikel_detail-70764-Umum-Teori Semiotika Charles Pierce.html. ( diakses 20 agustus 2015 )

http://guntursatriajati.blogspot.com/2015/01/makalah-psikologi-perkembangan-dewasa.html ( diakses 21 agustus 2015 )

http://www.psychoshare.com/file-119/psikologi-dewasa/perkembangan-dewasa-awal.html ( diakses 22 Agustus 2015 )

Buku:

31Museum di Jawa Barat, Edi Dimyati. Museum Mandala Wangsit Siliwangi “Pertuah dari Rumah Perwira, hal 90-92.

Tinarbuko, Sumbo. 2012. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra. Formigari, Lia & Gambarara, Daniele. 1995. Historical Roots of

LinguisticTheories. Philadelphia: John Benjamins Publishing Company. Follins, John & Hammer, Dave. 1979. Architectural Signing & Graphics.


(59)

Boines, Phil & Dixon, Catherine. 2001. Signs: Lettering In The Environment. France. Laurence King Publishing. Vendee France.

Hunter, Susan. 2010. Design Resources DR-01 Architectural Wayfinding. NewYork: IDEA Center.

Darmaprawira Sulasmi (2002). Warna, Teori, dan Kreatifitas Penggunaannya. ITB.


(60)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Data Pribadi

a. Nama Lengkap : Agy Gustiawan Ruswandi b. Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 16 Agustus 1991

c. Agama : Islam

d. Alamat : Jln. Cihaurgeulis No. 43 RT/RW. 03/03 Bandung Kel. Cihaurgeulis Kec. Cibeunying kaler

e. Contact : 085659111563

f. Email : agygustiawanruswandi@yahoo.co.id

2. Data Keluarga a. Nama orang tua

Ayah : Wawan Ruswandi

Ibu : Djuariah

b. Agama orang tua

Ayah : Islam

Ibu : Islam

c. Pekerjaan orang tua

Ayah : Pegawai Negeri Sipil

Ibu : Pegawai Swasta

d. Anak ke : 2 (Dua)

g. Alamat : Jln. Cihaurgeulis No. 43 RT/RW. 03/03 Bandung Kel. Cihaurgeulis Kec. Cibeunying kaler

3. Pendidikan

a. Sekolah Dasar : SDN Cihaurgeulis II Tahun 2003 b. Sekolah Menengah Pertama : SMP Kartika Siliwangi 3.1 Tahun 2006 c. Sekolah Menengah Kejuruan : SMA Pasundan 8 2009


(1)

48 IV.4 Aplikasi pada Lokasi

a. Tanda Pengenal (Identification) 1. Mushola

Diletakan pada tiang yang terdapat pada Mushola

Gambar IV.14 Penempatan sign system pada mushola Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

2. Ruangan

Diletakan pada dinding di setiap ruangan

Gambar IV.15 penempatan penanda ruangan Sumber : Dokumen Pribadi (2015)


(2)

49 b. Tanda Petunjuk Arah (Direction)

1. Arah Menuju Museum

Gambar IV.16 Penempatan petunjuk arah museum Sumber : Dokumen Pribadi (2015)

c. Tanda Larangan (Regulatio) 1. Larangan di dalam Museum

Gambar IV.17 Penempatan tanda larangan Sumber : Dokumen Pribadi (2015)


(3)

50 d. Media pendukung

Gambar IV.18 Penempatan media pendukung infotainment map Sumber : Dokumen Pribadi (2015)


(4)

51 DAFTAR PUSTAKA

Website:

Ayo Kita Mengenal Museum (2009) Diakses pada 11 Agustus 2015 http://belajaritutiadaakhir.blogspot.com.

Wisata.kompasiana.com http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2012/10 ( di akses pada 11 Agustus 2015)

Andilgerakanpendidikan.blogspot.com http://4.bp.blogspot.com( di akses pada 11 Agustus 2015)

http://www.kompasiana.com/arieanam/yuk-ke-museum-geologi-dan-museum-pos-indonesia ( di akses pada 11 Agustus 2015)

http://isma-ismi.com/pengertian-sejarah.html ( di akses pada 11 Agustus 2015)

http://globallavebookx.blogspot.com/2014/02/pengertian-museum-menurut-para-ahli.html ( di akses pada 11 Agustus 2015)

Tanuwidjaja, Gunawan. 2012. Tinjauan Pustaka Wayfinding & Oreientation System. http://www.scribd.com/doc/86547166/SS-Tinjauan-Pustaka-Way-Finding. (diakses pada 11Agustus2015)

http://aliyahmuthoharoh.web.unair.ac.id/artikel_detail-70764-Umum-Teori Semiotika Charles Pierce.html. ( diakses 20 agustus 2015 )

http://guntursatriajati.blogspot.com/2015/01/makalah-psikologi-perkembangan-dewasa.html ( diakses 21 agustus 2015 )

http://www.psychoshare.com/file-119/psikologi-dewasa/perkembangan-dewasa-awal.html ( diakses 22 Agustus 2015 )

Buku:

31Museum di Jawa Barat, Edi Dimyati. Museum Mandala Wangsit Siliwangi “Pertuah dari Rumah Perwira, hal 90-92.

Tinarbuko, Sumbo. 2012. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra. Formigari, Lia & Gambarara, Daniele. 1995. Historical Roots of

LinguisticTheories. Philadelphia: John Benjamins Publishing Company. Follins, John & Hammer, Dave. 1979. Architectural Signing & Graphics.


(5)

52 Boines, Phil & Dixon, Catherine. 2001. Signs: Lettering In The Environment. France. Laurence King Publishing. Vendee France.

Hunter, Susan. 2010. Design Resources DR-01 Architectural Wayfinding. NewYork: IDEA Center.

Darmaprawira Sulasmi (2002). Warna, Teori, dan Kreatifitas Penggunaannya. ITB.


(6)

64 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Data Pribadi

a. Nama Lengkap : Agy Gustiawan Ruswandi b. Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 16 Agustus 1991

c. Agama : Islam

d. Alamat : Jln. Cihaurgeulis No. 43 RT/RW. 03/03 Bandung Kel. Cihaurgeulis Kec. Cibeunying kaler

e. Contact : 085659111563

f. Email : agygustiawanruswandi@yahoo.co.id

2. Data Keluarga a. Nama orang tua

Ayah : Wawan Ruswandi

Ibu : Djuariah

b. Agama orang tua

Ayah : Islam

Ibu : Islam

c. Pekerjaan orang tua

Ayah : Pegawai Negeri Sipil

Ibu : Pegawai Swasta

d. Anak ke : 2 (Dua)

g. Alamat : Jln. Cihaurgeulis No. 43 RT/RW. 03/03 Bandung Kel. Cihaurgeulis Kec. Cibeunying kaler

3. Pendidikan

a. Sekolah Dasar : SDN Cihaurgeulis II Tahun 2003 b. Sekolah Menengah Pertama : SMP Kartika Siliwangi 3.1 Tahun 2006 c. Sekolah Menengah Kejuruan : SMA Pasundan 8 2009