1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Selain kuratif bahan-bahan yang mempengaruhi kecepatan reaksi vulkanisasi seperti sulfur, ZnO, asam stearat dan bahan pencepat, terdapat bahan
lain yang bila ditambahkan ke kompon karet rubber compound dapat menghasilkan sifat-sifat tertentu pada produkvulkanisat karet. Sebagai contoh, pengisi filler
ditambahkan untuk meningkatkan sifat-sifat uji tarik dan sifat-sifat mekanikal tensile and mechanical properties ataupun untuk memurahkan ongkos dari
produksi karet. Umumnya penambahan pengisi ke kompon karet bertujuan untuk menguatkan to reinforce produk karet, sehingga kekakuan stiffness, kekuatan
tarik tensile strength dan sifat-sifat mekanikal lainnya seperti ketahanan terhadap pengikisan dan pengoyakan resistances to abrasion and tearing dari produk-produk
karet menjadi meningkat. Sebagai contoh vulkanisat karet sintetik stirena butadiena karet SBR yang tidak berpengisi gum vulcanizate memiliki kekuatan tarik tensile
strength yang tidak akan melebihi 22 kgfcm
2
, tetapi dengan menambahkan pengisi penguat carbon black sebanyak 50,0 bagian per-seratus bagian karet SBR tersebut
maka kekuatan tariknya berubah menjadi 250 kgfcm
2
[4]. Berdasarkan effek penguatan terhadap sifat-sifat karet rubber properties,
pengisi dikelompokkan menjadi penguat reinforcing, semi penguat dan bukan penguat non reinforcing. Pengisi penguat, seperti carbon black dan silika, dapat
meningkatkan sifat-sifat mekanikal produk karet seperti yang telah dijelaskan diatas [16] [27]. Pengisi bukan penguat seperti CaCO
3
, dan kaolin clay dapat memurahkan ongkos produksi [1] [27].
Banyak faktor yang menentukan derajat penguatan degree of reinforcement yang dihasilkan oleh suatu pengisi terhadap karet. Salah satu yang terpenting adalah
interaksi pemukaan antara pengisi dengan molekul karet. Interaksi tersebut sangat dipengaruhi oleh kimia-kimia permukaan, baik dari pengisi maupun molekul karet
sendiri. Kaolin yang merupakan pengisi anorganik, sama seperti silika, permukaan partikelnya bersifat polar, sehingga interaksi permukaannya dengan molekul karet
yang bersifat non polar menjadi kurang serasi less compatible. Sebaliknya,
Universitas Sumatera Utara
2 partikel-partikel kaolin cenderung untuk berinteraksi sesamanya, dan membentuk
partikel dengan ukuran yang lebih besar aggregate. Selama interaksi kaolin dengan karet adalah lebih lemah dari interaksi kaolin-kaolin, maka yang akan terjadi adalah
pembentukan aggregat kaolin yang besar agglomerate, penyebaran dispersi partikel kaolin didalam fasa karet yang tidak merata, dan ini berakibat kepada efek
penguatan reinforcing effect dari kaolin menjadi rendah.
1.2. PERUMUSAN MASALAH