commit to user
18 d Putusan dengan menerapkan ketentuan pidana yang lebih
ringan. c.Pihak Yang Dapat Mengajukan Peninjauan Kembali.
Berdasarkan Pasal 263 ayat 1 KUHAP mengenai orang yang berhak mengajukan Peninjauan Kembali, maka dibuka
kemungkinan bagi terdakwa atau ahli warisnya untuk mengajukan permohonan Peninjauan Kembali, terhadap suatu putusan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap, dengan pengecualian putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum.
Berdasarkan bunyi Pasal 263 ayat 1 KUHAP tersebut, maka permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh
penasehat hukum tanpa ada kuasa dari terpidana sendiri harus dinyatakan tidak dapat diterima, karena diajukan oleh orang yang
tidak berhak. Demikian juga permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh istri terpidana harus pula dinyatakan tidak
dapat diterima, karena sebagai istri belum menjadi ahli waris berhubung terpidana masih hidup dan tidak mendapat surat kuasa
dari terpidana sehingga belum berhak mengajukan permohonan Peninjauan Kembali Hari Sasangka dan Lily Rosita, 2003:298 .
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hak untuk mengajukan Peninjauan Kembali hanya diberikan kepada terpidana
atau ahli warisnya dan hanya terhadap putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yang tidak memuat
putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, jadi hak ini tidak diberikan kepada Jaksa Agung.
d. Tata Cara Peninjauan Kembali.
Tata cara pengajuan Peninjauan Kembali diatur dalam Pasal 264 KUHAP yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a Permintaan Peninjauan Kembali diajukan kepada panitera Pengadilan Negeri yang memutus perkara dalam tingkat
pertama.
commit to user
19 b Permintaan Peninjauan Kembali disertai alasan-alasannya.
Alasan-alasan tersebut dapat diutarakan secara lisan yang dicatat oleh panitera yang menerima Peninjauan Kembali
tersebut. c Permintaan Peninjauan Kembali oleh panitera ditulis dalam
surat keterangan yang ditandatangani panitera serta pemohon, dicatat dalam daftar dan dilampirkan pada berkas perkara.
d Ketua Pengadilan Negari menunjuk hakim yang tidak memeriksa perkara semula yang dimintakan Peninjauan
Kembali, untuk memeriksa apakah permintaan peninjauan kembali itu memenuhi alasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 263 ayat 2 KUHAP. e Dalam pemeriksaan itu pemohon dan penuntut umum ikut
hadir dan dapat menyampaikan pendapatnya. f Atas pemeriksaan tersebut dibuat berita acara pemeriksaan
yang ditandatangani oleh hakim, penuntut umum, pemohon dan panitera dan berdasarkan berita acara tersebut dibuat berita
acara pendapat yang ditandatangani hakim dan panitera. g Ketua pengadilan
melanjutkan permintaan Peninjauan Kembali yang dilampiri berkas perkara semula, berita acara
pemeriksaan dan berita acara pendapat kepada Mahkamah Agung yang tembusan kata pengantarnya sampai kepada
pemohon dan penuntut umum. e. Asas-Asas Peninjauan Kembali.
1 Pidana yang dijatuhkan tidak boleh melebihi putusan semula. Asas tersebut diatur dalam Pasal 266 ayat 3 KUHAP
yang menegaskan bahwa pidana yang dijatuhkan dalam putusan Peninjauan Kembali tidak boleh melebihi pidana
yang telah dijatuhkan dalam putusan semula. Mahkamah Agung tidak boleh menjatuhkan putusan yang melebihi
putusan pidana semula, yang diperkenankan adalah
commit to user
20 menerapkan ketentuan pidana yang lebih ringan sebagaimana
yang ditentukan dalam Pasal 266 ayat 2 huruf b angka 4 KUHAP.
Asas pidana yang dijatuhkan tidak boleh melebihi putusan semula ini sejalan dengan tujuan yang terkandung
dalam lembaga upaya Peninjauan Kembali yaitu membuka kesempatan
kepada terpidana
untuk membela
kepentingannya agar terlepas dari ketidakbenaran penegakan hukum M.Yahya Harahap, 2002:639 .
2 Permintaan Peninjauan Kembali tidak
menangguhkan pelaksanaan putusan.
Asas tersebut tidak mutlak menangguhkan maupun menghentikan pelaksanaan eksekusi. Peninjauan Kembali
tidak merupakan alasan yang menghambat apalagi menghapus pelaksanaan
pelaksanaan putusan
sehingga proses permohonan Peninjauan Kembali dapat berjalan namun
pelaksanaan putusan juga tetap berjalan. Dalam hal-hal yang eksepsional dapat dilakukan
penangguhan penghentian pelaksanaan putusan sehingga ketentuan Pasal 268 ayat 1 KUHAP dapat sedikit diperlunak
menjadi permintaan Peninjauan Kembali tidak secara mutlak menangguhkan maupun menghentikan pelaksanaan putusan.
Anjuran Pasal 268 ayat 1 KUHAP tersebut banyak yang menyalahgunakan sehingga sikap yang seperti itu dapat
menimbulkan bahaya dan keguncangan dalam pelaksanaan penegakan hukum, yang dikehendaki dalam Pasal tersebut
ialah sikap dan kebijaksanaan yang matang dan beralasan serta mengkaitkan dengan jenis pidana maupun sifat dan kualitas
yang menjadi landasan permintaan Peninjauan Kembali M.Yahya Harahap, 2002: 640 .
commit to user
21
3 Permintaan Peninjauan Kembali hanya dapat dilakukan satu kali. Pasal 283 ayat 3 KUHAP membenarkan atau
memperkenankan Peninjauan Kembali atas suatu perkara hanya satu kali saja. Asas ini disebut sebagai asas Nebis In
Idem yang dikemukakan dalam Pasal 76 KUHP, sedang dalam perkara perdata diatur dalam Pasal 1918 BW. Asas ini juga
berlaku terhadap permintaan Kasasi dan Kasasi Demi Kepentingan Hukum. Dalam Peninjauan Kembali, asas ini
lebih menyentuh rasa keadilan karena asas ini merupakan suatu tantangan antara kepastian hukum dengan rasa keadilan
dan dengan berani mengorbankan keadilan dan kebenaran demi tegaknya kepastian hukum M.Yahya Harahap,
2002:640 .
4. Tinjauan tentang Korupsi