Kerangka Pemikiran TINJAUAN PUSTAKA

commit to user 27 hubungan dengan jabatannya Pasal 11 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 . 5 Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakan agar melakukan atau tidak melkukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya, atau sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatanny yang bertentangan dengan kewajibannya Pasal 12 huruf a dari huruf b Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 . 6 Hakim menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji itu diberikan mempengaruhi nasihat atau pendapat yang diberikan berhubungan dengan perkaran yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili Pasal 12 huruf d Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 . 7 Setiap Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang menerima gratifikasi yang diberikan berhubunggan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban dan tugasnya Pasal 12 Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 R. Wiyono, 2005.

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan pada proposisi-proposisi yang disusun dalam kerangka teoritik tinjauan pustaka dan paparan latar belakang di atas, dalam kaitannya dengan masalah pokok yang dikaji dalam penelitian ini, dapat penulis sajikan bagan kerangka commit to user 28 pemikiran yang tentunya akan membantu dan memberikan gambaran yang lebih riil mengenai alur berpikir penulis dalam menyusun penelitian ini. Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penjelasan Kerangka Pemikiran Upaya hukum Peninjauan Kembali PK disebut sebagai upaya hukum luar biasa karena UU memberi kesempatan untuk mengajukan Peninjauan Kembali dengan segala persyaratan yang ketat untuk itu. Ketatnya persyaratan untuk itu adalah untuk menerapkan asas keadilan terhadap pemberlakuan asas kepastian hukum, karena itu Peninjauan Kembali berorientasi pada tuntutan keadilan. Putusan Hakim adalah karya manusia yang tidak luput dari kekhilafan hakim secara manusiawi. Tujuan dibukanya lembaga Peninjauan Kembali adalah untuk menemukan kebenaran hukum dan keadilan yang sesungguhnya. Namun demikian, demi kepastian hukum maka Peninjauan Kembali ini hanya dapat dilakukan satu kali saja. commit to user 29 Terhadap putusan praperadilan dapat atau tidaknya diajukan upaya hukum dijelaskan dalam Pasal 83 KUHAP, yang isinya: Terhadap putusan praperadilan dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79, 80 dan 81 KUHAP tidak dapat dimintakan banding; Dikecualikan dari ketentuan ayat 1 adalah putusan praperadilan yang menetapkan tidak sahnya penghentian penyidikan atau penuntutan yang untuk itu dapat dimintakan putusan akhir ke Pengadilan Tinggi dalam daerah hukum yang bersangkutan. Berdasarkan bunyi Pasal 263 ayat 1 KUHAP tersebut, maka permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh penasehat hukum tanpa ada kuasa dari terpidana sendiri harus dinyatakan tidak dapat diterima, karena diajukan oleh orang yang tidak berhak. Demikian juga permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh istri terpidana harus pula dinyatakan tidak dapat diterima, karena sebagai istri belum menjadi ahli waris berhubung terpidana masih hidup dan tidak mendapat surat kuasa dari terpidana sehingga belum berhak mengajukan permohonan Peninjauan Kembali commit to user 30

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengajuan Peninjauan Kembali terhadap Putusan Pra Peradilan tentang Keabsahan Penghentian Penyidikan

1. Deskripsi Kasus

Pada bulan September Tahun 2005 telah dilakukan penyidikan dugaan tindak pidana penggelapan dan atau penyimpangan pajak oleh PPNS Dirjen Pajak terhadap tersangka Paulus Tumewu selaku Dirut PT. Ramayana Lestari Sentosa. Berdasar Surat Nomor B.58450.1.4Epp.2II2005 tertanggal 15 Nopember 2005, Kejaksaan Tinggi Jakarta menyatakan hasil pemeriksaan atas perkara tersebut sudah lengkap P21. Kejaksaan Tinggi dalam perkembangan penanganan perkara ini telah mengeluarkan Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan SKPP dengan alasan tersangka telah membayar kekurangan dan dendanya. Berdasar KUHAP Pasal 140 penghentian penuntutan adalah karena tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau penyidikan dihentikan demi hukum, Penuntutan dihentikan demi hukum dalam KUHP Pasal 76, 77, 78 dan seterusnya antara lain ne bis in idem, tersangka meninggal dunia, dan kadaluarsa Berdasar argumen tersebut tidak terdapat alasan penghentikan penuntutan berdasar tersangka telah membayar kerugian Negara, penghentian penuntutan harus berdasar karena tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau penyidikan dihentikan demi hukum. Dengan demikian tindakan Termohon mengeluarkan Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan adalah tidak sah karena tidak berdasar ketentuan sebagaimana diatur KUHAP.

2. Identitas Lengkap Pemohon dan Termohon Pra Peradilan a. Pemohon