Analisis efisiensi desalinasi unit 1B PT. Pembangkit Jawa Bali UP. Muara Karang
ANALISIS EFISIENSI DESALINASI UNIT 1 B PT. PEMBANGKIT JAWA BALI UP. MUARA KARANG
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh
PUTRI WAHYUNI INDRIATY 106097003258
PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
ANALISIS EFISIENSI DESALINASI UNIT 1 B PT. PEMBANGKIT JAWA BALI UP. MUARA KARANG
Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Oleh:
PUTRI WAHYUNI INDRIATY 106097003258
PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(3)
ANALISIS EFISIENSI DESALINASI UNIT 1 B PT. PEMBANGKIT JAWA BALI UP. MUARA KARANG
Skripsi
diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains dari Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta oleh
Putri Wahyuni Indriaty NIM 106097003258
Menyetujui
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Arif Tjahjono, S.T, MSi Rachmatsyah, S. Kom, MT
NIP. 1975110720070 11015 NIP.7092136 K3
Mengetahui
Ketua Program Studi Fisika
Drs. Sutrisno, M.Si NIP. 19590202 198203 1005
(4)
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi berjudul “ANALISIS EFISIENSI DESALINASI UNIT 1 B PT. PEMBANGKIT JAWA BALI UP. MUARA KARANG” yang ditulis oleh Putri Wahyuni Indriaty dengan NIM 106097003258 telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu tanggal 5 Januari 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Fisika.
Jakarta, 5 Januari 2011 Menyetujui
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Arif Tjahjono, S.T, Msi Rachmatsyah, S. Kom, MT NIP: 1975110720070 11015 NIP: 7092136 K3
Penguji I Penguji II
Drs. Sutrisno, M. Si Ambran Hartono, M. Si NIP: 19590202 198203 1005 NIP: 19710408200212 1002
Mengetahui,
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Program Studi Fisika
NIP: 19680117 200112 1001 NIP: 19590202 198203 1005 Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M. Sis Drs. Sutrisno, M. Si
(5)
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, 10 Januari 2011
Putri Wahyuni Indriaty 106097003258
(6)
ABSTRAK
Hingga saat ini Indonesia masih mengalami krisis energi. Salah satu usaha yang telah dilakukan Pemerintah adalah dengan membangun berbagai fasilitas pembangkit listrik yang baru dan mengoptimalkan pembangkit yang ada. Adapun di dalam siklus PLTU membutuhkan air demineralisasi diperoleh dari air tawar, maka peran desalination plant sangat dibutuhkan untuk menyediakan air tawar. Peran desalination plant tersebut yang menjadi latar belakang dari tugas akhir yang berjudul Analisis Efisiensi Desalinasi Unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP. Muara Karang.
Analisis Efisiensi Desalinasi Unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP. Muara Karang ini dilakukan dengan mengamati proses evaporasi dan kondensasi yang berada di desalinasi tersebut. Adapun peralatan utama yang terkait dalam proses desalinasi tersebut adalah Evaporator, Main Ejector, Vent Ejector, Ejector Condenser, Centrifugal Pumps, Scale Inhibitor, dan Anti Foam. Prinsip kerja analisis efisiensi desalinasi ini adalah perhitungan berdasarkan biaya operasi desalinasi tersebut.
Setelah melakukan pengamatan, maka didapatkan hasil yang berupa biaya air produk. Dimana biaya air produk tersebut diperoleh dari hasil produksi operasi desalinasi dari seluruh kemampuan total. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Analisis Efisiensi Desalinasi ini sudah mendapatkan hasil yang dibutuhkan.
(7)
ABSTRACT
Until now, Indonesia is still experiencing an energy crisis. One of the efforts that have been made by the Government is to build new power generation facilities and optimize the existing plant. As in the cycle od demineralization plant needs water is obtained from fresh water, then the role of the desalination plant is needed to provide fresh water. The role of desalination plant, which became the backdrop of final project titled Desalination Plant Efficiency Analysis Unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP. Muara Karang.
Desalination plant Efficiency Analysis Unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP. Muara Karang is done by observing the process of evaporation and condensation in desalination plant. The major equipment involved in process of desalination plant is the Evaporation, the Main Ejector, Vent Ejector, Ejector Condenser, Centrifugal Pumps, Scale Inhibitor, and Anti – Foam. The working principle desalination plant efficiency analysis is the calculation based on the operating costs of desalination plant.
After making observations, then the results obtained in the form of cost of product water. Where the cost of the product water obtained from the production operation of the entire ability total desalination. It can be concluded that the Desalination Plant Efficiency Analysis has been to get the needed results.
(8)
KATA PENGANTAR
Bismillahhirohmannirrohim,
Puji syukur alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya telah memberikan kekuatan lahir dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dan menyusun laporan ini dengan tepat waktu.
Tugas akhir ini dibuat dengan maksud untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program pendidikan Sarjana Strata (S-1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi. Dengan judul “Analisis Efisiensi Desalinasi Unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP. Muara Karang”.
Kesempurnaan adalah milik-Nya semata, penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan, sehingga dalam penulisan selanjutnya dapat lebih baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari keterlibatan dan bantuan dari banyak pihak. Untuk itu penulis mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan sebesar – besarnya kepada yang terhormat :
1. Papa, Mama, Mba Ajeng, Mbah dan Soni tercinta yang telah memberikan perhatian, semangat, motivasi, saran serta doa yang tiada kunjung henti kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
(9)
2. Mas Wingga yang tersayang, yang telah memberikan kesempatan kuliah dan dukungan kepada penulis di Jurusan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Sutrisno, M. Si, selaku Ketua Prodi Fisika UIN Syarif Hidayatullah, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Tugas Akhir.
4. Bapak Arif Tjahjono, M.Si, selaku Pembimbing Tugas Akhir yang telah banyak membantu, membimbing dengan sabar, dan memberikan masukan motivasi, kritik serta saran kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
5. Bapak Rachmatsyah, S. Kom, MT, selaku Pembimbing lapangan serta Pembimbing Tugas Akhir yang dalam kesibukannya masih sempat meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dengan sabar dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
6. Harun Pardiyansyah yang telah banyak membantu, memberikan semangat, motivasi, saran serta doa yang tiada kunjung henti kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
7. Seluruh teman-teman Angkatan tahun 2006 khususnya Prodi Fisika yang tidak akan pernah dilupakan : Ikrimah, Hashilah, Karima, Suhandono, Agus, Bachtiar, Dani Adjie, Cindika, Iiz, Iif, Dewi, Irwansyah, Rinan, Ana, Absori, Adzkia, Agung, Rusman, Devi, dan Ida yang selalu memberikan semangat, perhatian serta doa kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
(10)
8. Seluruh dosen dan staff Prodi Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
9. Uwa Dewi, Uwa Alfa, Teh Mira, dan Mita yang telah membantu dan memberikan perhatian, semangat, dan doa dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
10. Om Okas, Tante Lia, Jericho, dan Anggi yang selalu membantu dan memberikan motivasi, semangat serta doa kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
11. Seluruh operator desalinasi unit 1 B PT. PJB UP Muara Karang Jakarta, khususnya Mas Luluk, Mas Hadi dan Mas Oky yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
12. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis dalam pelaksanaan dan penyusunan Tugas Akhir.
Semoga kepada semua pihak yang telah membantu penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Tiada harapan dari penulis, semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak pada umumnya dan penulis khususnya.
Ciputat, 3 Januari 2010
Penulis
(11)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Permasalahan Penelitian ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.5 Batasan Masalah ... 4
1.6 Sistematika Penulisan ... 4
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Desalination Plant ... 6
(12)
2.1.2 Multi Stage Flash (MSF) ... 14
2.1.3 Reverse Osmosis ... 18
2.2 Termodinamika di Lingkungan Sistem Desalinasi ... 24
2.3 Asas Black ... 24
2.4 Hukum Kalor ... 25
2.4.1 Hukum Kalor Jenis ... 26
2.4.2 Kapasitas Kalor ... 26
2.4.3 Kalor Uap ... 27
2.5 Perpindahan Panas ... 28
2.5.1 Perpindahan Panas Konduksi ... 28
2.5.2 Perpindahan Panas Konveksi ... 29
2.5.3 Perpindahan Panas Radiasi ... 31
2.6 Proses Penguapan (Evaporation) ... 32
2.7 Proses Pengembunan (Condensation) ... 33
2.8 Sistem Destilasi ... 34
2.9 Siklus Carnot ... 36
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ... 40
3.2 Tahapan Penelitian ... 40
3.3 Data – data Penelitian ... 43
3.3.1 Evaporasi ... 44
(13)
3.3.3 Vent Ejector ... 44
3.3.4 Ejector Condenser ... 44
3.3.5 Centrifugal Pumps ... 44
3.3.6 Scale Inhibitor ... 45
3.3.7 Anti Foam ... 45
3.4 Deskripsi Proses Desalination Plant ... 46
3.4.1 Prinsip Operasi Desalination Plant ... 47
3.4.2 Operasi saat Turndown Desalination Plant ... 50
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisis Biaya Produk ... 51
4.2 Proses Evaporasi Multi Effect Distillation With Thermal Vapor Compression (MED – TVC) ... 57
4.3 Analisis Product Multi Effect Distillation with Thermal Vapor Compression (MED – TVC) ... 60
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 63
5.2 Saran... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64
(14)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Desalinasi ... 7
Gambar 2.2 Multi Effect Distillasi (MED) ... 13
Gambar 2.3 Multi Stage Flash (MSF)... 17
Gambar 2.4 Reverse Osmosis (RO) ... 22
Gambar 2.5 Reverse Osmosis Membrane Coil ... 23
Gambar 2.6 Batasan Sistem ... 36
Gambar 2.7 Diagram Siklus Carnot P - V... 37
Gambar 2.8 Diagram Siklus Carnot P - h ... 39
Gambar 3.1 Diagram Flow Chart Penelitian ... 42
Gambar 3.2 Flow Diagram 4 Effect Reheat Seawater ... 47
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Manual Book ... 66 Lampiran 2 Foto Penelitian ... 97
(16)
1 BAB I PENDAHULUAN
Di Indonesia kebutuhan energi listrik meningkat setiap tahunnya, hal ini seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi dan perkembangan yang ada. Namun tingginya kebutuhan energi listrik tersebut belum mampu dipenuhi mengingat keterbatasan daya listrik yang ada, walaupun Pemerintah melalui PT. PLN (persero) tetap berusaha secara maksimal untuk memenuhi tingginya kebutuhan energi listrik tersebut.
Hingga saat ini Indonesia masih mengalami krisis energi. Hal ini ditandai dengan pemadaman secara bergilir yang masih terus terjadi. Masalah krisis listrik merupakan masalah yang sangat serius, sehingga harus segera dicarikan solusinya. Salah satu usaha yang telah dilakukan Pemerintah adalah dengan membangun berbagai fasilitas pembangkit listrik yang baru dan mengoptimalkan pembangkit yang telah ada. Untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional saat ini diperlukan pasokan listrik sekitar 3.000 MW pertahun, hal ini sangat memerlukan investasi dan dana yang tidak sedikit.
Guna menunjang kinerja Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam menyediakan energi listrik maka PLN membentuk dua anak perusahaan dibidang pembangkit listrik yaitu Indonesia Power dan PT. Pembangkit Jawa Bali (PJB). PT. Pembangkit Jawa Bali (PJB) membentuk enam anak perusahaan dibidang pembangkit yaitu Unit Pembangkit (UP) Gresik, UP Muara Tawar, UP Paiton, UP Cirata, UP Brantas, dan UP Muara Karang.
(17)
2
PT. Pembangkit Jawa Bali yang ada di Muara Karang memiliki dua unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terdiri dari unit IV dan unit V. Dan dua unit Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) yaitu blok 1 terdiri dari 3 PLTG dan 1 PLTU, blok 2 terdiri dari 2 PLTG dan 3 PLTU. Dalam penelitian ini hanya difokuskan di PT. Pembangkit Jawa Bali (PJB) Muara Karang khususnya Desalinasi pada unit 1 B. Desalinasi unit 1 B terdapat pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) yang terdapat di blok 2. Pada PLTU memiliki peralatan utama dan peralatan tambahan. Peralatan utama meliputi bolier, turbin, generator, trafo, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk peralatan penunjang/ tambahan berupa desalinasi, demineralisasi, dan lain – lain.
Di dalam siklus PLTU membutuhkan air demineralisasi, hal ini dilakukan agar alat – alat pada siklus PLTU tidak terjadi korosi (berkarat). Sebelum memperoleh air demineralisasi terlebih dahulu yang dibutuhkan adalah air tawar. Dikarenakan sulitnya mendapatkan air tawar dan untuk menyediakan air tawar dalam jumlah besar, maka di dalam unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap peran desalinasi sangat diperlukan untuk menyediakan air tawar sebagai bahan baku produksi listrik.
Desalinasi atau Desal adalah Plant yang digunakan untuk mengolah air laut untuk dijadikan air tawar / air baku produksi. Air tawar tersebut diperoleh dengan cara evaporasi. Untuk memperoleh air tawar yang maksimal, maka diperlukan sistem kontrol yang terkondisikan agar proses evaporasi berlangsung sempurna. Adapun parameter kesempurnaan dari proses desalinasi tersebut dapat diamati dengan menganalisis efisiensi desalinasi unit 1 B. Peningkatan efisiensi
(18)
3
dan kesempurnaan evaporasi dalam desalinasi secara tidak langsung dapat meningkatkan jumlah air baku yang dibutuhkan PLTU. Oleh karena itu, sangat penting untuk dilakukan penelitian tentang menganalisis efisiensi desalinasi unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP. Muara Karang, sehingga evaporasi dan kondensasi dapat terus terjadi sempurna dan air tawar yang dihasilkan akan maksimal.
1.2 Permasalahan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas, yaitu bagaimana efisiensi sistem desalinasi pada unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP Muara Karang. Apakah air baku yang dihasilkan oleh desalinasi lebih murah daripada air yang di beli dari Perusahaan Air Minum (PAM).
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis efisiensi desalinasi unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali (PJB) UP. Muara Karang Jakarta.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan menganalisis efisiensi desalinasi unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP Muara Karang. Diharapkan dapat mengetahui efisiensi dari hasil produksi desalinasi atau membeli dari Perusahaan Air Minum (PAM).
(19)
4 1.5 Batasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan penelitian yang akan dilakukan, maka penelitian ini hanya dibatasi mengenai :
1. Plant yang dijadikan objek studi adalah desalinasi unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP Muara Karang Jakarta.
2. Rasio yang dikontrol adalah menganalisa efisiensi desalinasi unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP. Muara Karang.
3. Asumsi tekanan, suhu dan harga adalah konstan. 4. Biaya Investasi dan Biaya Pemeliharaan diabaikan.
5. Perhitungan efisiensi berdasarkan biaya operasi desalinasi.
1.6 Sistematika Penulisan
Pada penulisan laporan Tugas Akhir ini, dapat dibuat urutan bab serta isinya secara garis besar. Diuraikan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang pendahuluan dengan substansi : latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Teori dasar berisi landasan - landasan teori dengan substansi : pengertian desalinasi, jenis – jenis desalinasi, proses evaporasi, dan proses kondensasi.
(20)
5 BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan secara keseluruhan sistem kerja metode penelitian dengan substansi pengolahan data.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang permasalahan dan pembahasan dengan substansi hasil pengolahan data.
BAB V PENUTUP
Penutup berisi kesimpulan yang diperoleh dari penguji sistem dan pengambilan data selama penelitian berlangsung, selain itu juga penutup memuat saran untuk mengembang lebih lanjut dari penelitian ini menjadi lebih baik.
(21)
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Desalination Plant
Desalination Plant atau desalinasi merupakan sebuah instrumen yang
berfungsi untuk menghasilkan air tawar yang berasal dari air laut melalui proses
evaporasi dan kondensasi. Desalination Plant terdiri atas dua bagian utama yaitu
flashing stage dan brine heater. Flashing stage merupakan sebuah chamber
tempat terjadinya proses evaporasi dan kondensasi. Proses evaporasi dan
kondensasi ini sangat bergantung pada temperatur air laut yang berasal dari brine
heater (top brine temperature). Untuk mendapatkan kualitas air yang diinginkan
maka top brine temperature perlu untuk dijaga agar tetap stabil. Di dalam unit
pembangkit peran Desal sangat diperlukan karena menyediakan air sebagai bahan
(22)
Gambar 2.1 Skema Desalinasi
Desalinasi pada unit 1 B di PLTU PT. PJB Muara karang menggunakan
jenis desalinasi Multi Effect Distillation with Thermal Vapor Compression (MED -
TVC). Multi Effect Distillation with Thermal Vapor Compression (MED – TVC)
memiliki beberapa peralatan utama, yaitu :
Evaporator
Evaporasi dapat diartikan sebagai proses penguapan daripada liquid (cairan)
dengan penambahan panas. Panas dapat disuplai dengan berbagai cara,
diantaranya secara alami dan penambahan steam. Evaporasi didasarkan pada
proses pendidihan secara intensif, yaitu pemberian panas ke dalam cairan,
(23)
dan mengkondensasikan uapnya.
Main Ejector
Pemvakuman yang terjadi pada saat vakum mencapai – 0,89 BarG di effect,
bertujuan memvakum semua effect untuk mempercepat proses terjadinya air
tawar.
Vent Ejector
Setelah proses filling, kemudian yang terbuka pertama kali dalam pembukaan
vakum adalah vent ejector. Pemvakuman yang terjadi di heater akan terbuka pada
saat mencapai – 0,58 BarG.
Ejector Condenser
Pemvakuman di condenser yang berada di effect ke empat akan membuka
pada saat mencapai – 0,55 BarG, agar memaksimalkan air laut yang terkondensasi
(24)
Centrifugal Pumps
Suatu pompa rotodynamic yang menggunakan berputar impeller untuk
meningkatkan dan laju alir tekanan dari suatu fluida. Pompa sentrifugal adalah
jenis yang paling umum digunakan pompa untuk memindahkan cairan melalui
sistem perpipaan.
Scale Inhibitor / Anti Scaling
Suatu larutan kimia yang akan diinjeksikan ke air laut agar tidak terjadi
korosi (kerak).
Anti Foam
Suatu bahan kimia yang akan diinjeksikan ke air laut agar menghilangkan
busa – busa yang terdapat di dalam kandungan air laut.
2.1.1 Multi Effect Distilasi (MED)
Multi Effect Distilasi (MED) adalah penyulingan proses yang sering
digunakan untuk air laut desalinasi. Ini terdiri dari beberapa tahapan atau ”effect”.
(25)
Sebagian air menguap, dan uap ini mengalir ke dalam tabung tahap berikutnya,
pemanasan dan penguapan air lebih banyak. Setiap tahap dasarnya menggunakan
kembali energi dari tahap sebelumnya. Tabung dapat tenggelam dalam air umpan
(feed water) disemprotkan di atas bank tabung horizontal, dan kemudian menetes
dari tabung ke tabung sampai dikumpulkan di bawah panggung (stage).
Multi Effect Distilasi dapat dilihat sebagai urutan ruang tertutup
dipisahkan oleh dinding tabung, dengan sumber panas di satu ujung dan heat sink
di ujung yang lain. Setiap ruang terdiri dari dua subspaces berkomunikasi, bagian
luar tabung n stage dan bagian dalam tabung dalam tahap n + 1. Setiap ruang
memiliki suhu yang lebih rendah dan tekanan daripada ruang sebelumnya., dan
dinding tabung memiliki suhu penengah antara suhu dari cairan disetiap sisi.
Tekanan dalam ruang tidak dapat berada dalam ekuilibrium dengan temperatur
dinding kedua subspaces. Ini memiliki tekanan menengah. Kemudian tekanan
terlalu rendah atau suhu terlalu tinggi dalam subspace pertama., dan air menguap.
Dalam subspace kedua, tekanan yang terlalu tinggi atau suhu terlalu rendah, dan
uap kondenser. Hal ini membawa energi penguapan dari subspace pertama lebih
hangat ke dingin subspace kedua. Pada subspace kedua energi mengalir dengan
(26)
Makin tipis logam dalam tabung dan lapisan tipis cairan di kedua sisi
dinding tabung, lebih efisien adalah transportasi energi dari ruang ke ruang.
Memperkenalkan tahap lebih antara sumber panas dan tenggelam mengurangi
perbedaan suhu antara ruang dan sangat mengurangi transportasi permukaan
panas per unit tabung. Energi yang diberikan digunakan kembali untuk
menguapkan air lebih banyak, tetapi proses tersebut membutuhkan waktu lebih
lama. Jumlah air suling per tahap berbanding lurus dengan jumlah transportasi
energi. Jika transportasi diperlambat, dapat meningkatkan luas permukaan per
tahap, yaitu jumlah dan panjang tabung, dengan mengorbankan biaya instalasi
meningkat.
Air garam dikumpulkan dibagian bawah setiap tahap bisa
disemprotkan pada tabung di tahap berikutnya, karena air ini memiliki suhu yang
sesuai dan tekanan didekat atau sedikit diatas suhu operasi dan tekanan pada tahap
berikutnya. Beberapa air ini akan menguap menjadi uap seperti yang dilepaskan
ke tahap berikutnya pada tekanan rendah daripada tahap asalnya.
Tahapan pertama dan terakhir perlu eksternal pemanasan dan
pendinginan masing – masing. Jumlah panas yang dikeluarkan dari tahap terakhir
(27)
desalinasi air laut, bahkan tahap pertama dan paling hangat biasanya dioperasikan
pada suhu dibawah 70oC, untuk menghindari pembentukan skala.
Tahapan tekanan terendah diperlukan luas permukaan yang relatif lebih
untuk mencapai transportasi energi yang sama di dinding tabung. Biaya
pemasangan luas permukaan ini membatasi kegunaan menggunakan tekanan yang
sangat rendah dan suhu pada tahap selanjutnya. Gas terlarut dalam air umpan
(feed water) dapat berkontribusi untuk mengurangi perbedaan tekanan jika
diizinkan untuk terakumulasi dalam tahap.
Ekstenal air umpan (feed water) harus diberikan untuk tahap pertama.
Tabung dari tahap pertama dipanaskan menggunakan sumber eksternal dari uap
atau sumber lain meskipun panas.
Kondensat (air tawar) dari semua tabung dari semua tahap harus
dipompa keluar dari tekanan masing – masing tahap terhadap tekanan ambien. Air
garam dikumpulkan dibagian bawah tahap terakhir harus dipompa keluar karena
(28)
Gambar 2.2 Multi Effect Distillasi
Berikut ini skema dari MED desalinasi efek ganda. Tahap pertama adalah
dibagian atas. Daerah pink adalah uap, daerah biru ringan adalah air umpan (feed
water) cair. Pirus kuat adalah kondensat. Hal ini tidak menunjukkan bagaimana
air umpan (feed water) masuk tahap – tahap lain daripada yang pertama.
F – Air umpan masuk (feed water in)
S – Pemanasan uap masuk (heating steam in)
C – Pemanasan uap keluar (heating steam out)
W – Air kondensat keluar (fresh water condensat out)
(29)
O – Pendingin masuk (coolant in)
P – Pendingin keluar (coolant out)
VC - Pendingin terakhir stage (VC is the last-stage cooler)
2.1.2 Multi Stage Flash (MSF)
Multi Stage Flash (MSF) memiliki serangkaian ruang yang disebut tahap
(stage), masing – masing berisi penukar panas dan kondensat kolektor. Urutan ini
memiliki akhir dingin dan panas, sementara akhir tahap – tahap peralihan
memiliki suhu menengah. Tahapan memiliki tekanan sesuai dengan titik didih air
pada suhu panggung (stage). Setelah berakhirnya panas ada wadah yang disebut
air garam pemanas.
Ketika plant yang beroperasi di tunak (in steady state), air umpan (feed
water) pada suhu dingin arus masuk, atau dipompa melalui penukar panas pada
stage dan warm up. Ketika mencapai pemanas air garam sudah memiliki hampir
suhu maksimum. Dalam pemanas, sejumlah panas tambahan ditambahkan.
Setelah pemanas, air mengalir melalui katup kembali ke tahap yang pernah
menurunkan tekanan dan temperatur. Seperti mengalir kembali melalui tahap air
sekarang disebut air garam, untuk membedakannya dari air inlet. Dalam setiap
(30)
stage, dan sebagian kecil dari air asin mendidih air untuk uap sehingga
mengurangi suhu sampai kesetimbangan tercapai. Uap panas yang dihasilkan
adalah sedikit daripada air umpan (feed water) dalam penukar panas. Uap dingin
dan kondenser terhadap tabung penukar panas, sehingga pemanasan air (feed
water) seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Penguapan total disemua tahapan sampai dengan approx. 12% air mengalir
melalui sistem, tergantung pada kisaran temperatur yang digunakan. Dangan
meningkatnya suhu ada kesulitan tumbuh pembentukan skala dan korosi 120oC
tampaknya maksimal, meskipun skala menghindari mungkin memerlukan suhu
dibawah 70oC.
Air umpan (feed water) membawa menghilangkan panas laten dari uap
terkondensasi, menjaga suhu rendah stage. Tekanan dalam ruang tetap konstan
sebagai jumlah yang sama dari uap terbentuk. Ketika air garam hangat baru
memasuki stage dan uap akan dihapus karena mengembun pada tabung penukar
panas. Kesetimbangan ini stabil, karena jika pada beberapa bentuk uap titik lebih
meningkatkan tekanan dan yang mengurangi penguapan dan kondensasi
(31)
Pada tahap final air garam dan kondensat mempunyai suhu dekat suhu
masuk. Kemudian air garam dan kondensat yang dipompa keluar dari tekanan
rendah di stage untuk tekanan ambien (ambient pressure). Air garam dan
kondensat masih membawa sejumlah kecil panas yang hilang dari sistem ketika
mereka dibuang. Panas yang ditambahkan dalam pemanas membuat terjadinya
kerugian ini.
Panas ditambahkan dalam pemanas air garam biasanya datang dalam
bentuk uap panas dari proses industri co terletak dengan desalinasi. Uap
diperbolehkan untuk menyingkat terhadap tabung yang membawa air garam
(mirip dengan stage).
Energi yang membuat penguapan memungkinkan semua hadir dalam air
garam saat meninggalkan pemanas. Alasan untuk membiarkan penguapan terjadi
dalam beberapa tahapan bukan satu tahap pada tekanan dan suhu terendah, adalah
bahwa dalam satu stage, feed water hanya akan hangat untuk suhu penengah
antara suhu masuk dan pemanas. Sementara banyak uap tidak akan mengembun
dan stage tidak akan mempertahankan tekanan dan suhu terendah. Karena air
(32)
suling). Relatif energi panas sedikit dikeluarkan. Sebagian besar panas yang
diambil oleh air garam dingin yang mengalir ke pemanas dan energi didaur ulang.
Selain itu, Penyulingan MSF, khususnya yang besar, seringkali
dipasangkan dengan Pembangkit Listrik di cogeneration konfigurasi. Limbah
panas dari pembangkit listrik digunakan untuk memanaskan air laut, memberikan
pendinginan untuk pembangkit listrik pada saat yang sama. Hal ini mengurangi
energi yang dibutuhkan oleh satu setengah sampai dua pertiga, yang secara drastis
mengubah ekonomi MSF. Reverse osmosis, penyulingan yang merupakan pesaing
utama MSF, membutuhkan pretreatment lebih dari air laut dan pemeliharaan yang
lebih, serta energi dalam bentuk kerja (listrik, tenaga mesin) sebagai lawan – kelas
limbah panas rendah lebih murah.
(33)
Skema dari Multi Stage Flash Desalinator :
A – Uap Masuk (Steam in)
B – Air Laut Masuk (Seawater in)
C – Air Keluar (Portable water out)
D – Limbah Keluar (Waste out)
E – Uap Keluar (Steam out)
F – Pertukaran Panas (Heat exchange)
G – Koleksi Kondensasi (Condensation collection)
H – Brine heater
2.1.3 Reverse Osmosis
Reverse Osmosis ( Osmosis Terbalik ) adalah sebuah istilah teknologi
yang berasal dari osmosis. Osmosis adalah filtrasi metode yang menghilangkan
banyak jenis besar molekul dan ion dari solusi dengan memberi tekanan solusi
ketika di salah satu sisi selektif membrane. Hasilnya adalah bahwa zat terlarut
dipertahankan pada sisi bertekanan membrane dan murni pelarut diperbolehkan
untuk lolos ke sisi lain. Untuk menjadi "selektif," membran ini tidak harus
(34)
memungkinkan komponen yang lebih kecil dari solusi (seperti pelarut) untuk lulus
bebas.
Reverse osmosis yang paling umum dikenal untuk penggunaannya di
minum pemurnian air dari air laut , mengeluarkan garam dan zat lain dari molekul
air. Ini adalah kebalikan dan normal proses osmosis, dimana secara alamiah
bergerak pelarut dari daerah konsentrasi terlarut rendah, melalui membrane ke
area konsentrasi zat terlarut tinggi. Pergerakan pelarut murni untuk menyamakan
konsentrasi solute pada setiap sisi membrane yang menghasilkan tekanan dan ini
adalah “tekanan osmotik”. Menerapkan tekanan eksternal untuk membalik aliran
alami dari pelarut murni disebut reverse osmosis.
Proses ini mirip dengan filtrasi membrane. Namun, ada perbedaan utama
antara reverse osmosis dan filtrasi. Mekanisme penghapusan dominan dalam
filtrasi membrane adalah berusaha, atau pengecualian ukuran. Sehingga proses
yang secara teoritis dapat mencapai pengecualian sempurna partikel terlepas dari
parameter operasional seperti tekanan umpan (influent pressure) dan konsentrasi.
Reverse osmosis, bagaimanapun melibatkan suatu mekanisme difusi sehingga
efisiensi pemisah tergantung pada konsentrasi zat terlarut, tekanan dan kadar air
(35)
Secara formal, reverse osmosis adalah proses memaksa pelarut dari daerah
konsentrasi zat terlarut tinggi melalui membrane semipermeabel ke daerah
konsentrasi terlarut rendah dengan menerapkan tekanan yang melebihi tekanan
osmotik.
Membrane yang digunakan untuk reverse osmosis memliki lapisan
penghalang padat dalam matriks polimer mana yang paling terjadi pemisahan.
Dalam kebanyakan kasus, membran ini dirancang untuk memungkin air hanya
untuk lulus melalui lapisan padat, sementara mencegah bagian zat terlarut (seperti
ion garam). Proses ini mensyaratkan suatu tekanan tinggi diberikan pada sisi
membrane konsentrasi tinggi, biasanya 2 – 17 bar (30 – 250 psi) untuk air tawar
dan payau air tawar, dan 40 – 70 bar (600 – 1000 psi) untuk air laut, yang
memiliki sekitar 24 bar (350 psi) tekanan osmotik alam yang harus diatasi. Proses
ini dikenal untuk digunakan dalam desalinasi (menghilangkan garam dari air laut
untuk mendapatkan air tawar). Tetapi sejak awal 1970-an itu juga telah digunakan
untuk memurnikan air segar untuk kesehatan, industri dan domestik aplikasi
medis.
Osmosis bergerak menggambarkan bagaimana pelarut antara dua larutan
(36)
perbedaan konsetrasi diantara solusi. Ketika dua solusi dengan konsentrasi yang
berbeda dari zat terlarut dicampur, jumlah zat terlarut dalam dua solusi akan sama
– sama disalurkan dalam jumlah pelarut dari dua solusi. Daripada pencampuran
dua solusi bersama – sama, mereka dapat dimasukkan ke dalam dua kompartemen
dimana mereka terpisah satu sama lain dengan sebuah membrane semipermeabel.
Membrane semipermeabel tidak memungkinkan zat terlarut untuk berpindah dari
satu kompartemen ke yang lain, namun memungkinkan pelarut untuk bergerak.
Karena kesetimbangan tidak bisa dicapai oleh pergerakan zat terlarut dari
kompartemen dengan konsentrasi zat terlarut tinggi untuk yang satu dengan
konsentrasi zat terlarut rendah, itu bukan dicapai oleh pergerakan pelarut dari
daerah konsentrasi zat terlarut rendah ke daerah – daerah konsentrasi zat terlarut
tinggi. Ketika pelarut bergerak jauh dari daerah konsentrasi rendah, hal ini
menyebabkan daerah – daerah untuk menjadi lebih terkonsentrasi. Disisi lain,
ketika pelarut bergerak ke daerah – daerah konsentrasi tinggi, konsentrasi zat
terlarut akan berkurang. Proses ini disebut osmosis. Kecenderungan untuk pelarut
dapat mengalir melalui membrane dapat dinyatakan sebagai “tekanan osmotik”,
karena analog mengalir disebabkan oleh perbedaan tekanan. Osmosis adalah
(37)
Dalam reverse osmosis, dalam sebuah set up yang sama seperti yang di
osmosis, tekanan diterapkan ke dalam ruangan dengan konsentrasi tinggi. Dalam
hal ini, ada dua gaya yang mempengaruhi gerakan air : tekanan disebabkan oleh
perbedaan konsentrasi zat terlarut antara dua kompartemen (tekanan osmotik) dan
tekanan eksternal diterapkan.
Gambar 2.4 Reverse Osmosis
Berikut ini skema sistem reverse osmosis desalinasi yang menggunakan penukar
tekanan :
1. Masukan air laut (sea water inflow)
(38)
3. Arus konsentrat (concentrate flow) 60%
4. Air laut mengalir (sea water flow) 60%
5. Konsentrat (drain)
A. Tekanan pompa aliran tinggi (high pressure pump flow) 40%
B. Pompa sirkulasi (circulation pump)
C. Osmosis unit dengan membran (osmosis unit with membrane)
D. Penukar tekanan (Pressure exchanger)
(39)
2.2 Termodinamika di Lingkungan Sistem Desalinasi
Termodinamika adalah ilmu yang membahas hubungan (pertukaran)
antara panas dengan kerja. Dalam termodinamika banyak membahas tentang
sistem dan lingkungan. Kumpulan benda-benda yang sedang ditinjau disebut
sistem, sedangkan semua yang berada di sekeliling (di luar) sistem disebut
lingkungan.
2.3 Asas Black
Asas Black terjadi apabila ada dua benda yang suhunya berbeda
kemudian disatukan atau dicampur berada dalam sistem yang tertutup, maka
energi akan berpindah seluruhnya dari benda yang memiliki suhu tinggi menuju
benda yang bersuhu rendah. Maka ketika mencapai suhu yang sama, energi yang
diterima oleh benda yang memiliki suhu yang lebih rendah sama dengan energi
yang dilepaskan oleh benda yang memiliki suhu yang lebih tinggi. Karena energi
yang berpindah akibat adanya perbedaan suhu sama dengan kalor, maka bisa
dikatakan bahwa dalam sistem tertutup, kalor yang dilepaskan sama dengan kalor
(40)
berada dalam sistem tertutup, maka tidak semua energi dari benda bersuhu tinggi
berpindah menuju benda yang bersuhu rendah.
Secara matematis dapat dirumuskan :
Qlepas = Qterima
(M1 x C1) (T1-Ta) = (M2 x C2) (Ta-T2)
Keterangan :
M1 = Massa benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih tinggi.
C1 = Kalor jenis benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih tinggi.
Ta = Temperatur benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih tinggi.
T1 = Temperatur akhir pencampuran kedua benda.
M2 = Massa benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih rendah.
C2 = Kalor jenis benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih rendah.
T2 = Temperatur benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih rendah.
2.4 Hukum Kalor
Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang
menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor berbeda
dengan suhu, karena suhu adalah ukuran dalam satuan derajat panas. Kalor
(41)
dilepaskan oleh suatu benda.
2.4.1 Hukum Kalor Jenis
Kalor jenis adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan
temperatur dari 1 gr massa bahan sebesar 1 oC.
Q = m x c x Δt
Q = m x c x (t2 – t1)
Dengan ketentuan :
Q = Kalor yang diterima suatu zat (Joule, Kilojoule, Kalori, Kilokalori)
M = Massa zat (Gram, Kilogram)
C = Kalor jenis (Joule/kilogramoc, Kalori/gramoc)
Δt = Perubahan suhu (oc)
2.4.2 Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan oleh benda
untuk menaikkan suhunya 1oc.
(42)
H = m x c x ∆t ∆t H = m x c
Dengan syarat :
Q = Kalor yang diterima suatu zat (Joule, Kilojoule, Kalori, Kilokalori)
M = Massa zat (Gram, Kilogram)
C = Kalor jenis (Joule/kilogramoc, Kalori/gramoc)
Δt = Perubahan suhu (oc)
H = kapasitas kalor (Joule/oc)
2.4.3 Kalor Uap
Kalor uap adalah proses penguapan yang terjasi karena perubahan wujud
dari bentuk cait menjadi gas. Untuk mengubah wujud suatu zat tentunya juga
memerlukan kalor yang berbeda – beda antara zat yang satu dengan yang lainnya
tergantung pada jenis zat tersebut. Untuk menguapkan 1 kg zat cair menjadi uap
atau gas pada titik didihnya disebut dengan kalor uap (U). Dari perngertian diatas
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Q = m x U
Dengan ketentuan :
(43)
M = Massa zat (Gram, Kilogram)
U = Kalor uap zat (Joule/kilogram, Kilojoule/kilogram, Joule/gram)
2.5 Perpindahan panas
Perpindahan panas atau heat transfer adalah ilmu yang mempelajari
perpindahan energi sebagai akibat dari adanya perbedaan temperatur diantara dua
medium misalnya: sesama medium padat atau medium padat dengan fluida.
Energi yang berpindah tersebut dinamakan kalor atau panas (heat). Panas akan
berpindah dari medium yang bertemperatur lebih tinggi ke medium dengan
temperatur yang lebih rendah. Perpindahan ini berlangsung terus sampai terjadi
kesetimbangan temperatur diantara kedua medium tersebut atau tidak terjadi
perbedaan temperatur diantara kedua medium.
Perpindahan panas dapat terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu
perpindahan panas secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
2.5.1 Perpindahan Panas Konduksi
Proses perpindahan panas secara konduksi adalah suatu proses
perpindahan energi panas dimana energi panas tersebut mengalir dari daerah yang
bersuhu lebih tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah dalam suatu medium
(44)
q = −k A dT dx Dimana : q
k = laju perpindahan panas konduksi (Watt) k = konduktivitas termal bahan (W/m. K)
A = luas penampang tegak lurus terhadap arah aliran panas (m2)
dx dT
= gradien suhu (perubahan temperatur terhadap arah x) (K/m).
Tanda negatif (-) diselipkan dalam hukum Fourier yang menyatakan
bahwa panas berpindah dari media bertemperatur tinggi ke media yang
bertemperatur lebih rendah.
2.5.2 Perpindahan Panas Konveksi
Perpindahan panas konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi dari
permukaan media padat atau fluida yang diam menuju fluida yang mengalir
(begerak) atau sebaliknya, dimana diantara keduanya terdapat perbedaan
temperatur.
Besarnya konveksi tergantung pada :
a. Luas permukaan benda yang bersinggungan dengan fluida (A). b. Perbedaan suhu antara permukaan benda dengan fluida (T).
c. koefisien konveksi (h), yang tergantung pada :
(45)
# Kecepatan fluida
# Perbedaan temperatur antara permukaan dan fluida
# Kapasitas panas fluida
# Rapat massa fluida
# Bentuk permukaan kontak
Persamaan perpindahan panas konveksi dikenal sebagai hukum
Newton untuk pendinginan (Newton’s Law of Cooling) yang dirumuskan
sebagai berikut:
JikaT
s>T∞: q
Konv = h. A (Ts – T∞) Dimana: q
Konv = Laju perpindahan panas konveksi (Watt) h = Koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2 .K)
A = Luas permukaan perpindahan panas (m2) T
s = Temperatur permukaan (K) T∞= Temperatur fluida (K)
(46)
2.5.3 Perpindahan Panas Radiasi
Proses perpindahan panas secara radiasi (pancaran) adalah suatu
proses perpindahan energi panas yang terjadi dari benda yang bertemperatur
tinggi menuju benda dengan temperatur yang lebih rendah tanpa melalui
suatu medium perantara, misalkan benda-benda tersebut terpisah dalam
ruang atau bahkan bila terdapat suatu ruang hampa udara diantaranya.
Untuk dapat melakukan penghitungan laju perpindahan energi panas
secara radiasi dipergunakan persamaan laju perpindahan panas radiasi
sebagai berikut :
q
ε · σ · A ·Dimana : q
rad = laju perpindahan panas secara radiasi (Watt) ε = emisivitas permukaan benda
σ = konstanta Stefan-Boltzmann (5,67 . 10-8 W/m2. K 4)
A = luas bidang permukaan perpindahan panas radiasi (m2) T
s = temperatur permukaan benda (K) T
(47)
2.6 Proses Penguapan (Evaporation)
Secara umum penguapan berarti berubahnya fase zat dari zat cair menjadi
uap. Penguapan juga berarti perpindahan massa zat cair ke atas dengan adanya
gradien temperatur antara permukaan zat cair dengan udara diatasnya. Hal ini
merupakan peristiwa konveksi alami. Konveksi alami terjadi akibat adanya efek
gaya apung yang bekerja pada fluida. Efek gaya apung merupakan mekanisme
yang terjadi karena adanya gradient massa jenis. Massa jenis akan menurun jika
temperatur fluida meningkat, begitu juga sebaliknya temperatur meningkat maka
masssa jenis fluida akan menurun. Fluida yang ringan (memiliki massa jenis yang
rendah) akan menempati posisi yang lebih diatas. Sehingga jika terus menerus
diberi panas maka tempera
tur fluida akan terus meningkat dan massa jenisnya akan terus menurun dan
terjadilah penguapan.
q
∆∙
Dimana: qevap = Laju energi pada saat penguapan
m
v = Massa yang berubah menjadi uap (kg) hfg = Kalor laten penguapan (J/kg)
(48)
2.7 Proses Pengembunan (Condensation)
Peristiwa pengembunan terjadi seperti pada penguapan yaitu berubahnya
fase suatu zat, hanya dalam hal ini perubahan itu terjadi dari fase uap menjadi fase
cair, kebalikan dari peristiwa penguapan. Perpindahan kalor pengembuan
dipengaruhi oleh besarnya laju konsentrasi massa uap air yang berubah menjadi
air (massa yang terkondensasi). Pengembunan juga terjadi akibat dari uap jenuh
yang bersentuhan dengan permukaan yang dingin (suhu permukaan suatu plat
lebih rendah dari suhu jenuh uap) akan terjadi kondensasi pada permukaan plat,
hal ini berarti uap jenuh tersebut melepaskan kalor latennya, dan karena pengaruh
gravitasi kondensat akan mengalir kebawah.
Berikut ini adalah persamaan umum untuk menentukan laju energi pada saat
pengembunan :
Dimana: qc = Laju energi pada saat pengembunan
m
c = Massa yang terkondensasi (kg) hfg = Kalor laten peembunan (J/kg)
(49)
Harga sifat-sifat air seperti kalor laten penguapan dan kalor laten
pengembunan, dicari pada temperatur film (T
f). Rumus temperatur film untuk proses pengembunan adalah sebagai berikut:
2.8 Sistem Destilasi
Destilasi adalah suatu cara pemisahan larutan dengan menggunakan panas
sebagai pemisah. Jikalarutan yang terdiri daru dua buah komponenen yang cukup
mudah menguap, maka fase uap yang terbentuk akan mengandung komponen
yang lebih menguap dalam jumlah yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan
fase cair. Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi destilasi adalah sebagai
berikut :
a. Laju detilasi
Laju destilasi merupakan massa yang dihasilkan dari proses
destilasi per satuan waktu. Massa yang dihasilkan dari proses ini adalah
massa dari air yang terkondensasi.
Dimana :
.
m = Laju Destilasi (kg / s) m
c = Massa air yang terkondensasi (kg) Δt = Selang Waktu (s)
(50)
b. Efisiensi produk
Efisiensi produk adalah rasio antara massa produk yang dihasilkan
/ digunakan dengan masa produk yang diberikan ke sistem.
%
Dimana : ηp = Efisiensi produk (%)
m = Massa air kondensat (kg)
m
in = Massa air yang masuk ke sistem (kg) c. Efisiensi Sistem Destilasi
Efisiensi alat destilasi air merupakan perbandingan dari energi
berguna dengan energi panas yang diberikan oleh briket ke sistem selama
proses pembakaran (q
in). Energi berguna merupakan energi panas yang digunakan dalam proses penguapan (q
evap) dan energi panas yang digunakan saat pengembunan (q
c). Sehingga dalam perhitungan efisiensi alat destilasi air akan terdapat dua efisiensi yaitu efisiensi untuk sistem air
(η
air) dan efisiensi untuk sistem uap (ηuap). Berikut ini merupakan gambar batasan sistem untuk alat destilasi air.
(51)
Gambar 2.6 Batasan sistem
Dimana : η
tot = Efisiensi alat destilasi air q
c = Laju energi kondensasi (W ) q
in = Laju energi masuk (W) 2.9 Siklus Carnot
Mesin carnot merupakan mesin kalor yang dapat mengubah energi (kalor)
menjadi bentuk lainnya (usaha mekanik). Disamping mesin carnot, terdapat pula
(52)
diesel dan bensin, mesin jet dan reaktor atom. Pada prinsipnya cara kerja mesin
kalor ada tiga proses penting yaitu :
1. Proses penyerapan kalor dari sumber panas yang sering disebut sebagai
reservoir (tandon) panas.
2. Usaha yang dikeluarkan oleh mesin.
3. Proses pembuangan kalor pada temoat yang bersuhu rendah, tempat ini sering
disebut reservoir (tandon) dingin.
Mesin carnot bekerja berdasarkan suatu siklus yang disebut siklus carnot.
Siklus ini terjadi pada sebuah silinder berisi gas yang dinding – dindingnya
terisolasi secara thermal (panas tidak dapt menembus dinding silinder). Bahan
atau zat yang dilibatkan dalam mesin kalor berdasarkan siklus carnot adalah suatu
gas ideal. Proses termodinamika yang terlibat dalam siklus carnot terdiri dari dua
proses isothermal dan dua proses adiabatik. Proses ini dapat dilihat pada grafik.
(53)
Proses Isothermal (AB)
Pada proses ini, gas dikontakkan dengan reservoir panas bersuhu T1 melalui dasar
silinder. Kemudian beban sedikit demi sedikit dikurangi sehingga piston
(penghisap) terangkat dan gas akan memuai (berekspansi) secara isothermal pada
suhu T1. Selama proses ini gas menyerap kalor sejumlah Q1 dan melakukan usaha
(WAB) dengan menaikkan piston keatas.
Proses Adiabatik (BC)
Pada proses ini, dasar silinder yang semula dikontakkan pada reservoir panas,
sekarang diberi dinding yang terisolasi terhadap lingkunagan. Sedikit demi sedikit
beban dikurangi dan membiarkan gas memuai (mengembang = berekspansi)
secara adiabatik. Selama proses ini suhu gas turun T1 dan gas melakukan usaha
sebanyak WBC yang ditunjukkan dengan naiknya piston.
Proses Isothermal (CD)
Pada proses ini, gas dikontakkan dengan reservoir dingin bersuhu T2 melalui dasar
silinder. Kemudian beban ditambahkan seikit demi sedikit sehingga piston turun
dan membiarkan gas termampatkan (terkompres) secara isothermal pada suhu T2.
Selama proses ini gas akan membuang kalor sebanyak Q2 dan menerima usaha
(54)
Proses Adiabatik (DA)
Pada proses ini, dasar silinder kembali di isolasikan terhadap lingkungan. Sedikit
demi sedikit, beban ditambahkan dan biarkan gas termampatkan secara adiabatic.
Selama proses ini suhu gas naik dari T2 menjadi T1 dan gas menerima usaha dari
luar sebanyak WDA yang ditunjukkan dengan turunnya piston.
(55)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Pembangkit Jawa Bali Desalinasi Unit
1 B Muara Karang, Jakarta Utara. Adapun tempat penelitian dilaksanakan di
Ruang Control Room Desalinasi Unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP Muara
Karang dan untuk pengolahan data dilaksanakan di Laboratorium Terpadu
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedangkan waktu penelitian
dilakukan selama 2 bulan. Penelitian dimulai dari tanggal 2 Oktober sampai
dengan tanggal 20 Desember 2010.
3.4 Tahapan Penelitian
Adapun langkah – langkah dalam penelitian berawal dari studi literature
yang meliputi pembelajaran proses Desalinasi unit 1 B yang ada pada PT.
Pembangkit Jawa Bali UP Muara Karang serta survey lapangan untuk proses
melakukan pengamatan serta pengambilan data. Kemudian tahap selanjutnya
mengetahui komponen – komponen utama, cara kerjanya serta fungsinya yang
(56)
dilakukanlah analisis efisiensi desalinasi unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP.
Muara Karang Jakarta. Setelah diperoleh hasil dari analisis efisiensi desalinasi,
maka ditarik suatu kesimpulan. Dalam melakukan suatu penelitian, diperlukan
sebuah pembuatan flow chart sebagai awal dari penelitian. Dengan flow chart
mempermudah pemahaman bagaimana cara kerja dari suatu penelitian. Pada
(57)
Gambar 3.1 Diagram Flow Chart Penelitian Studi Literature
Studi Lapangan
Peralatan Utama Desalination Plant
Analisa Hasil Efisiensi Desalination Plant
Pembahasan
kesimpulan Proses
Evaporasi
Proses Kondensasi
(58)
3.3 Data – data penelitian
Secara umum tahap menganalisa yang akan dilakukan pertama – tama
adalah dengan studi literature yang meliputi pembelajaran desalinasi unit 1 B PT.
Pembangkit Jawa Bali (PJB) Muara Karang. Kemudian dilakukanlah suatu
pengamatan dan pengambilan data yang mengharuskan untuk terjun ke lapangan.
Data tersebut berupa daily repot (laporan harian), observasi, serta wawancara
kepada operator desalinasi tersebut. Observasi yang dilakukan adalah dengan
mengamati cara kerja serta fungsi dari peralatan utama yang terdapat di desalinasi
tersebut. Setelah mengetahui cara kerja serta fungsi dari masing – masing
peralatan utama tersebut, maka dapat dilihat seberapa besar peran dari peralatan
utama untuk desalinasi.
Untuk mengetahui efisiensi dari desalinasi, tidak hanya dilihat dari
peralatan utama saja, tetapi dari proses berlangsungnya desalinasi itu. Proses
desalinasi yang berlangsung terdiri dari proses evaporasi dan proses kondensasi.
Kedua proses tersebut dapat mempengaruhi proses desalinasi. Setelah mengamati
kedua proses tersebut, selanjutnya yang dilakukan adalah dengan mengetahui
berapa banyak produk yang dihasilkan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
(59)
Adapun fungsi – fungsi dari peralatan utama desalinasi sebagai berikut :
3.3.1 Evaporasi
Evaporasi berfungsi untuk melakukan proses penguapan dengan menurunkan titik
didih air pada kondisi vakum.
3.3.2 Main Ejector
Main ejector berfungsi untuk menjaga kestabilan vakum pada saat desalinasi
beroperasi berada di effect ke empat.
3.3.3 Vent Ejector
Vent ejector berfungsi untuk melakukan pengvakuman sebelum desalinasi
beroperasi atau sebelum start.
3.3.4 Ejector Condenser
Ejector condenser berfungsi untuk melakukan pengvakuman bersama – sama vent
ejector sebelum desalinasi beroperasi.
3.3.5 Centrifugal Pumps
Centrifugal pumps yang menjadi peralatan utama desalination plant terdiri dari
(60)
a. Brine Blowdown Pump
Berfungsi untuk memompa air laut yang tidak dapat terkondensasikan kemudian
akan dibuang ke laut lepas.
b. Product Water Pump
Berfungsi untuk memompa air produk ke make up water tank.
c. Desalination Seawater Feed Pump
Berfungsi untuk meangambil air laut untuk di proses ke dalam desalination plant.
3.3.6 Scale Inhibitor unit / Anti Scaling
Berfungsi untuk mencegah terbentuknya pembentukan kerak pada permukaan
pipa evaporator di dalam effect.
3.3.7 Anti Foam unit
Berfungsi untuk menghilangkan busa atau memperkecil busa yang terdapat di air
(61)
3.4 Deskripsi Proses Desalination Plant
Desalinasi tipe reheat seawater terdiri dari multi-effect evaporator,
condenser, main ejector, vent ejector, desalination seawater feed pump, brine
blowdown pump, product pump, dan scale inhibitor/ anti foam injection system.
Main ejector merupakan ejektor sederhana, di mana uap LP dialirkan ke
dalam jet nozzle. Campuran steam/vapor dikirimkan oleh ejector pada tekanan
menengah (intermediate pressure), vapor tekanan rendah terkompresi secara
efektif dengan demikian temperaturnya pun akan naik. Proses tersebut disebut
proses Thermal Vapor Compression.
Kombinasi multi-effect dan proses kompresi-uap (thermal compression
process) dibuat untuk mendapatkan efisiensi desalinasi yang tinggi dengan efek
samping yang seminimal mungkin. Sistem 4-Effect dan main ejector tunggal
(62)
Gambar 3.2 Flow Diagram 4 Effect Reheat Seawater Desalination Plant
3.4.1 Prinsip Operasi Desalination Plant
Pada multi-effect evaporator, air laut dispraikan dari atas tube bundle
setiap effect-nya dan turun sehingga membentuk lapisan tipis (thin film) diluar
pipa sepanjang susunan pipa-pipa HE (Heat Exchanger Tube). Untuk flow steam
(aliran uap) diperoleh dari auxiliary boiler atau HRSG. Kemudian uap mengalir di
dalam pipa di mana uap tersebut akan mengalami kondensasi menjadi air distilat.
Seiring dengan terkondensasinya uap di dalam pipa (tube), uap tersebut akan
memanaskan lapisan tipis air laut dan menyebabkan lapisan tersebut akan
menguap, sehingga dapat menjadi suplai uap baru yang akan masuk ke dalam
effect selanjutnya. Setiap effect yang berada pada multi effect evaporator bekerja
(63)
penguapan terjadi karena proses tersebut berulang dari effect yang terpanas ke
effect terdingin.
Ketika dua proses digabungkan di dalam Reheat Desalination Plant,
main ejector membawa vapor di dalam effect terakhir, menekannya sehingga
temperaturnya naik dan memasukkannya ke dalam effect pertama. Banyaknya
effect dipilih bergantung pada kapasitas dan efisiensi termalnya.
Pada sistem ini, heat input diperoleh dari proses yang terjadi melalui uap
yang disuplai ke dalam nozzlenya main ejector, dan kebanyakan heat input akan
dibuang melalui air pendingin, kemudian akan dikembalikan ke laut. Pada plant
4-effect ini, hanya vapor dari effect terakhir saja yang akan dikompres ulang dan
sisanya mengalir ke heat rejection condenser.
Aliran distillate dan brine mengalir secara alamiah dari effect satu ke
effect yang lainnya tanpa perlu dipompa. Kemudian panas sensibel (sensible
heat)-nya dikembalikan ke dalam proses melalui pencampuran langsung dengan
cairan panas (hot liquid) yang masuk ke dalam effect berikutnya. Akhirnya,
distillate dan brine akan ditarik dari evaporator/ R2 condenser dengan pompa.
Sedangkan vent ejector akan membuat vacuum up, mempertahankannya, dan
(64)
Dengan membatasi temperatur maksimum brine pada nilai rendahnya,
maka pembentukan kerak pada pipa Heat Exchanger secara efektif dapat terjaga.
Sedangkan proses pembentukan thin-film boiling, juga berkontribusi pada
fenomena operasi scale-free. Sebagai pencegahan terakhir, suplai air laut
di-dosing dengan sejumlah larutan kimia “scale-inhibitor”.
Kelebihan dari Reheat Desalination Plant adalah apabila terjadi
kebocoran pipa atau sebagian pipa, tidak akan menyebabkan pencemaran air
distilat. Apabila terjadi kebocoran pipa atau sebagian pipa, maka akan terlindungi
oleh air distilat secara otomatis sehingga mengalir seperti lapisan film di
permukaan dalam pipa dikarenakan adanya gradien tekanan dari dalam sampai
keluar pipa. Tidak ada perubahan loss output atau performance kecuali lubang
semakin membesar atau terjadinya kerusakan yang cukup serius pada pipa.
Air laut di-dosing dengan larutan scale inhibitor berfungsi untuk menjaga
terbentuknya kerak pada permukaan evaporator tube (yang berada di dalam
effect). Kemudian larutan kimia disiapkan di dalam tangki larutan yang akan
berfungsi sebagai pengaduk (mixer) dan akan diinjeksikan ke dalam air laut
(65)
Sebagai tambahan, sodium bi-sulfite diinjeksikan juga ke dalam air laut
sebagai proses de-chlorination. Ketika air laut bergaram tinggi diumpankan ke
dalam evaporator, maka akan terbentuk gas bromide yang akan menyebabkan
beberapa masalah. Salah satunya adalah masalah korosi pada cooper alloy dan
stainless steel. Masalah lain yang timbul adalah penurunan kualitas air distilat
(conductivity tinggi dan rendah PH).
3.4.2 Operasi saat “Turndown” Desalination Plant
Operasi turndown dilakukan dengan cara yang sangat sederhana yaitu
mengurangi tekanan uap motif (motive steam pressure) ke ejektor utama (main
ejector). Dari tekanan 6 bara pada beban 100 % menjadi 3.1 bar pada beban 50 %.
Parameter operasi lainnya seperti laju aliran feed water, chemical dosing rate,
level brine, level distilat, dan sebagainya, sehingga dipertahankan sama seperti
(66)
51 BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diberikan penjabaran mengenai hasil serta analisis dari Efisiensi Desalinasi Unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP Muara Karang. Adapun data – data yang digunakan dalam Analisis Efisiensi Desalinasi Unit 1 B ini diperoleh dari data record harian periode bulan Desember 2010 yang ada di desalinasi unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP Muara Karang. Data record harian tersebut diambil bulan Desember 2010, dikarenakan desalinasi unit 1 B baru saja beroperasi bulan November 2010. Tetapi bulan November belum ada data record hariannya.
4.1 Analisis Biaya Produk
Ada beberapa poin yang dibutuhkan untuk menganalisis Efisiensi Desalinasi Unit 1 B PT. Pembangkit Jawa Bali UP Muara Karang. Pertama – tama yang perlu diketahui adalah yang sudah dijelaskan di bab sebelumnya. Kemudian untuk melakukan proses Desalinasi tersebut, diperlukan beberapa poin yang dibutuhkan, yaitu dengan mengetahui laju dari flow steam (aliran uap) dan pemakaian listrik.
(67)
52
Flow steam dari auxiliary boiler tersebut membutuhkan air demineralisasi dan bahan bakar. Air demineralisasi biasanya sudah tersedia di make up water tank yang sebelumnya di suplay oleh desalinasi Multi Stage Flash One Through (MSF – OT)desalination plant pada PLTU unit 4 dan 5. Air demineralisasi sangat berperan penting dalam siklus PLTU. Dikarenakan di dalam larutan air demineralisasi tidak terdapat kandungan – kandungan yang dapat menyebabkan terjadinya korosif pada perangkat – perangkat utama PLTU. Air demineralisasi dapat dikatakan seperti itu karena mempunyai alasan tertentu. Alasan tersebut adalah apabila sebuah air mencapai conductivity yang sudah ditetapkan. Conductivity yang baik adalah dibawah angka 1 (satu). Apabila conductivity mencapai batasan yang sudah ditetapkan yaitu kurang dari angka 1 (satu) µS maka air demineralisasi dapat digunakan.
Selain mempergunakan air demineralisasi untuk membangkitkan steam sebagai supply steam desalination plant digunakan juga bahan bakar. Dalam hal ini bahan bakar yang dipergunakan adalah High Speed Diesel (HSD).
Steam yang dipakai dalam auxiliary boiler (dibutuhkan saat desalination plant start) membutuhkan pemakaian listrik. Pemakaian listrik tersebut diambil dari pemakaian sendiri, disebabkan pemakaian listrik relatif sangat kecil. Pemakaian listrik pada auxiliary boiler diperkirakan mencapai beban maksimal 12 Ampere. Arus listrik tersebut dipergunakan untuk menjalankan Feed Water Pump dan Forced Draft Fan. Forced Draft Fan berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara bakar guna proses pembakaran bahan bakar dan mendorong flue gas keluar
(68)
53
dari ruang bakar (burner). Jadi Forced Draft Fan merupakan suatu alat untuk mensuplai kebutuhan udara dari suatu proses pembakaran dalam ruang boiler.
Tidak hanya steam yang dibutuhkan untuk start desalinasi tetapi pemakaian listrik juga berperan penting dalam hal ini. Untuk pemakaian listrik, desalinasi mempunyai trafo tersendiri. Kemudian trafo tersebut tidak dipergunakan untuk 1 (satu) desalinasi saja. Tetapi dipergunakan untuk 2 (dua) desalinasi yaitu desalinasi unit 1 A dan unit 1 B. Kedua desalinasi ini merupakan tipe reheat seawater atau jenis Multi Effect Distillation with Thermal Vapor Compression (MED – TVC). Kemudian yang akan dibahas adalah desalinasi unit 1 B saja. Pada desalinasi unit 1 B, rasio pada kuat arus mencapai 25 A. Sedangkan untuk tegangan listriknya mencapai 396 V, maka daya yang dipergunakan adalah 13,2 KW.
Biasanya desalinasi unit 1 B beroperasi hanya untuk mengisi air sebanyak 1 m di make up water tank , tetapi pada waktu tertentu dapat beroperasi lebih lama dari biasanya. Hal tersebut disebabkan karena pengoperasiannya sesuai kebutuhan yang dibutuhkan. Untuk pengisisan 1 (satu) m pada make up water tank membutuhkan 60 ton air. Sehingga untuk membutuhkan 60 ton air dapat dilakukan sebanyak 3 jam atau kapasitas produksinya 20 t/h (dalam kemampuan pengoperasian 70%).
Setelah diperoleh rasio dari aliran uap (flow steam) dan pemakaian listrik, maka dapat dihitung jumlah input yang digunakan sebagai berikut :
(69)
54 Pemakaian listrik :
Energi listrik desalination plant = daya x waktu
= P x t
= 13,2 KW x 1 jam
= 13,2 KWh
Energi listrik dari auxiliary boiler = kuat arus x tegangan listrik
= 12 A x 380 V
= 4560 Watt
= 4,56 KW x 1 jam
= 4,56 KWh
Energi total = 13,2 KWh + 4,56 Kwh
= 17,76 KWh
Biaya listrik = energi listrik x tarif per KWh
= 17,76 KWh x Rp 1.100,-
= Rp 19.536 / h
Ket : tarif daya listrik yang dipakai adalah tarif untuk keperluan bisnis dengan batas daya 6.600 VA s/d 200 KVA yang sudah ditetapkan pada tanggal 30 Juni 2010 oleh Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.
(70)
55 Steam :
Flow steam = 2 t / h = 2000 kg / h
Tekanan (P) = 8,5 bar = 124,95 psia
Temperature (T) = 270 deg C = 518 oF
(71)
56
Dari parameter – parameter di atas dengan menggunakan steam table online maka diperoleh entalpi steam adalah 1286,1 BTU / lb.
Entalpi = 1286,1 BTU / lb
Energi = Entalpi x flow steam
= 1286,1 BTU / lb x 2000 kg / h
= 2858 BTU / kg x 2000 kg / h
= 5.716.000 BTU / h
Setelah memperoleh energi steam, maka dapat diperoleh biaya steam dengan mendekatkan energi steam dengan biaya bahan bakar.
Biaya steam = 5.716.000 BTU / h : 130.500 BTU / gallon
= 43,8 gallon / h x 3,7 lt
= 162,06 lt / h x Rp 4.500
= Rp 729.270
Biaya Listrik = Energi Listrik x Tarif per KWh
= 1,4 KWh x Rp 1.100
= Rp 1.540 / h
Ket : 1 US Gallon = 3,7 lt
(72)
57 Petro – diesel = 130.500 BTU / gallon
Hasil dari perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah energi yang dipakai untuk melakukan operasi desalination plant selama 1 (satu) jam adalah sebagai berikut :
Jumlah Input = Biaya Pemakaian Listrik + Biaya Steam
= Rp 19.536 + Rp 729.270
= Rp 748.806 per 20 ton
= Rp 37.440,3 / ton
4.2 Proses Evaporasi Multi – Effect Distillation with Thermal Vapor Compression (MED – TVC)
Setelah melakukan pengamatan dan pengambilan data, maka langkah selanjutnya adalah mengindentifikasi proses evaporasi yang berada di proses desalination plant Multi – Effect Distillation with Thermal Vapor Compression (MED – TVC). Adapun proses desalination plant Multi – Effect Distillation with Thermal Vapor Compression (MED – TVC) akan dijelaskan seperti dibawah ini : Air laut rata – rata sebanyak 179 t/h (68 % load) akan dipompa ke dalam desalination plant MED – TVC yang akan dilakukan oleh desalination seawater feed pump yang berada di daerah water intake. Sebagian air laut digunakan untuk proses desalination plant dan sebagian lagi akan di buang ke laut kembali.
(73)
58
Desalination plant ini memiliki kapasitas mencapai 480 ton/hari. MED – TVC merupakan jenis reheat, yang mengkombinasikan prinsip multi-effect, pipa horizontal, spray film evaporation, dan thermal vapor compression (oleh steam jet ejector).
Kemudian air laut mengalir di dalam pipa heat rejection condenser (R1 dan R2) yang bertindak sebagai pendingin, yang akan mengambil panas dari evaporator. Setelah meninggalkan heat rejection condenser, kemudian air laut dicabang dan diumpankan ke dalam effect, di mana air laut tersebut akan dispraikan pada permukaan luar pipa evaporator dan sisanya dibuang ke laut.
Uap pemanas yang melewati main ejector, akan bertindak sebagai kompresor. Kemudian akan diumpankan ke dalam effect pertama, lalu diambil panas latennya dan akan dikondensasikan. Sebagai hasilnya, sebagian air laut akan teruapkan di sana. Sisa dari air laut disebut sebagai brine, yang akan jatuh di lantai effect pertama dan mengalir ke dalam effect berikutnya dengan melewati pipa loop seal.
Vapor yang dihasilkan pada effect pertama akan diambil oleh effect kedua agar tekanan dan temperatur dijaga sedikit lebih rendah dari effect pertama. Adapun temperatur yang harus dijaga tiap – tiap effect adalah sebagai berikut : pada effect pertama temperatur yang dijaga berkisar 63oC, pada effect kedua adalah 59oC, kemudian pada effect ketiga adalah 54oC, sedangkan pada effect keempat berkisar 51oC. temperatur – temperatur tersebut dipertahankan agar didalam effect tetap tejadi proses evaporasi dengan sistem vakum. Kemudian kondensasi vapor pada pipa evaporator akan menguapkan air laut yang berada di
(74)
59
luar pipa. Kondensat vapor merupakan bagian dari air produk (air distilat). Selanjutnya steam yang terkondensasikan di effect pertama dan vapor yang terkondensasikan di effect lain-nya akan terambil oleh effect berikutnya. Dengan kata lain, proses evaporasi dan proses kondensasi terjadi berulang dari effect ke effect.
Sebagian vapor yang dihasilkan dari effect ke-4 akan terambil R1 condenser dan terkondensasikan di sisi luar pipa. Kemudian memberikan panas latennya ke air laut yang mengalir di dalam pipa, dan akan terkumpul pada bagian bawah condenser bersama dengan vapor yang datang dari effect lainnya. Akhirnya, air distilat akan terhisap oleh product water pump. Vapor yang tersisa akan terhisap oleh main ejector, kemudian akan terkompresi dan tercampur dengan motive steam (uap suplai ejektor). Campuran steam dan vapor akan mengalir menuju ke effect pertama, kemudian terkondensasi dan mentransfer panasnya sebagaimana telah dijelaskan di atas.
Setelah proses evaporasi di setiap effect, air laut yang tersisa atau brine yang terkumpul di dalam R2 condenser akan teruapkan dengan cepat dan sebagian akan dihisap oleh pompa brineblowdown. Vacuum evaporator pertama kali dibuat, oleh vent ejector dua tingkat. Kemudian vacuum tersebut dijaga agar temperatur yang sudah ditetapkan tetap terkontrol. Vacuum tersebut juga memiliki fungsi yang lain, yaitu apabila ada kemungkinan kebocoran udara dan gas-gas yang tidak dapat terkondensasi (non-condensable gas) maka akan dibuangnya secara kontinu.
Air laut di-dosing dengan scale inhibitor dan anti foam. Scale inhibitor berfungsi untuk mencegah terbentuknya pembentukan kerak pada permukaan pipa
(75)
60
evaporator di dalam effect. Dikarenakan apabila terbentuknya kerak, maka heat transfernya akan tidak efisien dan akan memperlambat jalannya air serta proses evaporasi. Sedangkan anti foam berfungsi untuk menghilangkan busa – busa serta bakteri – bakteri yang berada pada air laut.
Larutan scale inhibitor (anti scaling) dan larutan anti foam yang telah disiapkan di dalam tanki larutan. Kemudian larutan – larutan tersebut akan diinjeksikan ke dalam air laut, yang akan digerakkan oleh agitator (pengaduk) dengan dua pompa berkapasitas 100%.
4.3 Analisis Product Multi Effect Distillation with Thermal Vapor Compression
Pada sesi ini, akan dijelaskan jumlah produk yang dihasilkan oleh Multi Effect Distillation with Thermal Vapor Compression (MED – TVC). Data yang digunakan adalah data harian (daily report). Data harian (daily report) dapat dilihat pada lampiran. Tetapi tidak semua data harian digunakan karena MED – TVC ini hanya dipergunakan selama kurang lebih 3 jam per hari untuk mencapai air produk sesuai dengan kebutuhan yang sudah dijelaskan di atas. Desalination plant sangat dibutuhkan untuk menjalankan Unit Pembangkit yang berada di PT. Pembangkit Jawa Bali (PJB) UP Muara Karang Jakarta. Selain faktor kekurangan supply air bersih dan kendala ketersediaan air demin dalam jumlah besar. Produksi air bersih dari proses desalination plant bisa bersaing dengan ketersediaan dalam jumlah besar.
(76)
61
Walaupun air desalination plant lebih mahal dalam ongkos produksinya dibandingkan dengan air bersih industri dengan tarif yang mencapai Rp 15.000 per meter kubik. Tetapi dari segi keandalan agar unit pembangkit selalu siap beroperasi, hal itu tidaklah sebanding. Sedangkan nilai produksi air bersih dengan teknologi desalination plant yang dikembangkan saat ini, mampu menekan harga hingga Rp 9.000 per meter kubik. Setelah diperoleh rasio dari air produksi, maka dapat dihitung jumlah output yang digunakan sebagai berikut :
Setelah memperoleh nilai air produk, maka dapat dihitung efisiensi produk yang terdapat di desalination plant. Adapun perhitungan yang akan dilakukan sebagai berikut :
Efisiensi Produksi desalination plant unit 1 B :
ŋ
p=
x 100 %
=
,, /
x 100 %
= 10,64 %
Ket : efisiensi produk mencapai 10,64 % pada kemampuan desalination plant mencapai 68,75 % yang tertera pada daily repot (dapat dilihat di lampiran).
Dalam hal ini, desalination plant masih baik untuk digunakan karena kemampuan desalination plant tersebut dapat dipergunakan dengan kemampuan mencapai 100% operasi.
(77)
62
Walaupun secara daily report rata – rata hanya mencapai 68 % operasi dengan rata – rata produk mencapai 19,09375 t, maka dapat diperkirakan desalination plant dengan kemampuan mencapai 100% operasi sebagai berikut :
100
68 x 19,09375 = 28,1 t
Dengan kemampuan 100 % operasi maka diperoleh 28,1 t. hal ini lebih besar dari spesifikasi yang tertulis.
Jumlah Pemakaian Air Demin Unit 4 dan 5 pada bulan Desember 2010. Pemakaian Air Demin
liter / hari
1/12/2010 163000 2/12/2010 164000 3/12/2010 183000 4/12/2010 155000 5/12/2010 174000 6/12/2010 185000 7/12/2010 168000 8/12/2010 174000 9/12/2010 184000 10/12/2010 176000 11/12/2010 170000 12/12/2010 164000 13/12/2010 191000 14/12/2010 218000 15/12/2010 220000 16/12/2010 203000 17/12/2010 217000 18/12/2010 227000 19/12/2010 181000 Jumlah 3517000 Total 185105.2632 Tanggal
(78)
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Biaya air produk desalination plant lebih mahal daripada air bersih kelas industri.Tetapi
tetap dijalankan agar unit PLTU tetap berjalan agar listrik dapat tetap terjaga dari krisis.
2. Pemakaian air demin setiap bulan diperkirakan mencapai ± 3.517.000 dm3 / hari
dengan rata – rata mencapai ± 185.000 dm3 / hari.
3. Efisiensi produk mencapai 10,64 % pada rata – rata, operasi desalination plant mencapai
68,75 % dari kemampuan total.
4. Hasil produk diperkirakan mencapai 28,1 t saat beropeasi dengan 100 % kemampuan
desalination plant, dimana hal ini lebih besar dari spesifikasi yang tertulis.
5.2 Saran
1. Perawatan dan pemeliharaan untuk desalination plant agar dilakukan secara intensif.
2. Dalam penelitian selanjutnya agar dapat mempertimbangkan biaya investasi dan biaya
pemeliharaan.
3. Sebelum menentukan desalination plant yang akan dipakai, sebaiknya melakukan suatu
(79)
DAFTAR PUSTAKA
1. “Pengertian Evaporasi”, regicati, http://www.smartmath-regicati.blogspot.com
download : 23 /12 /2010, pukul : 15.08 WIB
2. “Proses Produksi Listrik”, methadhee,
http://www.prosesproduksilistrik-methadhee.blogspot.com,
download : 22 /12/ 2010, pukul : 22.05 WIB
3. “Pengertian Centrifugal Pump”, http://www.en.wikipedia.org,
download : 23 /12/ 2010, pukul : 21.59 WIB
4. “Siklus Carnot”, http://www.scribd.com/siklus-carnot,
download : 23 /12/ 2010, pukul : 03.48 WIB
5. “Tarif Dasar Listrik”, PLN, http://www.plnjaya.co.id,
download : 19/ 12/ 2010, pukul : 23.10 WIB
6. “Pengertian Distillasi”, Wawan – Junaidi,
http://www.wawan-junaidi.blogspot.com/2009/07/pengertian-distillasi.html,
download : 23/ 12/ 2010, pukul : 17.23 WIB
7. “Penguapan”, http://www.id.wikipedia.org/wiki/penguapan,
(80)
8. “Kalor”, http://www.faculty.petra.ac.id, download : 23 /12 /2010,
pukul : 14.20 WIB
9. “Steam Table”, http://www.brothersoft.com, download : 29 /12/ 2010,
pukul : 17.30 WIB
10. “Tabel Tenperatur Uap Air SI”, http://www.scribd.com,
download : 28/ 12/ 2010, pukul : 20.05 WIB
11. “Massa Jenis dan Berat Jenis”, http://www.gurumuda.com,
download : 26 /12/2010, pukul : 22.37 WIB
12. “Joule”, http://www.id.wikipedia.org, download : 26 /12/ 2010, pukul : 21.32
13. “Memanfaatkan Air Laut”, http://www.bungakurnia.com/2010/10,
download : 27 /12/ 2010, pukul : 23.10 WIB
14. Sudirman. Fisika Untuk SMK Dan Mak Kelas X, Erlangga : Jakarta, 2009.
15. William, dkk. Termodinamika Teknik. Edisi kedua. Erlangga : Jakarta, 1983.
16. Djojodiharjo Harijono. Termodinamika Teknik : Aplikasi dan Termodinamika
Statistik. Gramedia : Jakarta : 1987.
17. Warhamna. Pengenalan, Pengoperasian, dan Troubleshooting.
PT. PJB : Manual Book Desalination Plant. Jakarta : 2010.
(81)
LAMPIRAN
Lampiran 1
Manual Book
Kata kunci
Istilah-istilah atau kata-kata khusus yang digunakan dalam mendefinisikan desalination unit
Anti-scale : Larutan kimia yang di-dosing ke dalam ke air laut untuk meminimalkan efek pembentukan kerak pada permukaan pipa evaporator. “Anti-scalant” merupakan larutan kimia yang umum dipakai untuk tujuan tersebut.
Blowdown : Buangan brine. Brine akan meninggalkan unit setelah sebagaian teruapkan
Brine : Semua bagian unit yang dilalui air laut
Demister : Peralatan untuk mecegah butiran brine yang terbawa oleh uap hasil evaporasi. Umumnya terbuat dari anyaman kawat (knitted wire mesh) dari material tahan
(1)
Motor Listrik
Pengaruh
Kemungkinan Penyebab
Tidak berputar
Periksa koneksi kabel pada terminal box
Periksa apakah tegangan terlalu rendah atau tinggi
Lakukan inspeksi dan
overhaul
Akselerasi lambat
Periksa apakah starter motor bekerja dengan baik
Periksa koneksi kabel pada terminal box
Periksa apakah tegangan terlalu rendah atau tinggi
Vibrasi tidak normal
Lakukan inspeksi dan ganti baru jika terjadi kerusakan atau aus
dan berisik
Periksa aligntment kopling antar mesin
Kenaikan temperature bearing
Periksa apakah grease mengisi dengan baik
terlalu tinggi
Periksa apakah bearing aus atau rusak, ganti dengan yang baru
Periksa dan
adjust alignment
kopling
Kenaikan temperature stator
Periksa apakah pompa
overload
atau tidak
winding dan frame terlalu tinggi
Periksa apakah tegangan terlalu rendah atau tinggi
Periksa kesetimbangan fasa tegangan
Bersihkan frame agar cukup pendinginan
Fluktuasi arus listrik
Periksa sumber tegangan
(2)
No TAG No. Q'TI SERVICE RANGE SET POINT SET AT SET FOR KET 1 00GDG01DQ001 A/ B-H01 2 Product Water Conductivity 0 ~ 100
S/ cm 20
S/ cm PLC High ALARM Dump00GDG01DF001 A/ B-H01 170 T/ H Low ALARM
00GDG01DF001 A/ B-H02 100 T/ H Low Low ALARM Trip 00GDG01DF002 A/ B-H01 17 T/ H Low ALARM
00GDG01DF002 A/ B-H02 15 T/ H Low Low ALARM Trip 00GDG01DF003 A/ B-H01 17 T/ H Low ALARM
00GDG01DF003 A/ B-H02 15 T/ H Low Low ALARM Trip 00GDG01DF004 A/ B-H01 17 T/ H Low ALARM
00GDG01DF004 A/ B-H02 15 T/ H Low Low ALARM Trip 00GDG01DF005 A/ B-H01 17 T/ H Low ALARM
00GDG01DF005 A/ B-H02 15 T/ H Low Low ALARM Trip 00GDG01DL001A/ B-H01 90 % (450 mm) High High ALARM Trip 00GDG01DL001A/ B-H02 80 % (400 mm) High ALARM
00GDG01DL001A/ B-H03 10 % (50 mm) Low ALARM
00GDG01DL001A/ B-H04 5 % (25 mm) Low Low ALARM Trip 00GDG01DL002A/ B-H01 80 % (400 mm) High ALARM
00GDG01DL002A/ B-H02 10 % (50 mm) Low ALARM
00GDG01DL002A/ B-H03 (0 ~ 500 mm) 5 % (25 mm) Low Low ALARM Trip 9 00GDG01DP001A/ B-H01 2 Seawater strainer Diff. Press. 0 ~ 1 barG 0.6 barG PLC High ALARM
00GDG01DP002A/ B-H01 -0.8 barG High High ALARM Trip 00GDG01DP002A/ B-H02 -0.85 barG High ALARM
00GDG01DT002A/ B-H01 75 degC High High ALARM Trip 00GDG01DT002A/ B-H02 70 degC High ALARM
12 00GDG01DP051A/ B-H01 2 Instrument air pressure 0 ~ 10 barG 4.5 barG Press. Switch Low ALARM Trip 13 00GDG01DP510A/ B-H01 2 Steam Supply pressure 0 ~ 15 barG 3 barG Press. Switch Low ALARM
14 00GDG01DL051A/ B-H01 2 Scale inhibitor tank level - * 300 mm Level Switch Low ALARM Agitator Stop 15 00GDG01DL052A/ B-H01 2 Sodium Bi-sulfite tank level - * 300 mm Level Switch Low ALARM Agitator Stop 16 00GDG01DF001A/ B-H03 2 Seawater supply flow 0 ~ 400 T/ H 170 T/ H PLC Auto Start Effect feed flow control start
00GDG01DL001A/ B-H05 50 % (250 mm) Auto Start Pump start 00GDG01DL001A/ B-H06 30 % (150 mm) Auto Start Initial drain start 00GDG01DL001A/ B-H07 ( 0 ~ 500 mm) 15 % (75 mm) Auto Stop Pump stop 17
0 ~ 100 degC PLC 11
10
Brine level
2 0 - 100% PLC 2 R2 condenser pressure -1 ~ 1 barG PLC 2 1st effect steam temperature
7
2 Product water level 0 - 100%
8 PLC
6 2 4th effect feed flow 0 ~ 25 T/ H PLC
2 Brine Level 0 - 100%
(0 ~ 500mm) PLC 3 2 1st effect feed flow 0 ~ 25 T/ H PLC 4 2 2nd effect feed flow 0 ~ 25 T/ H PLC
Seawater supply flow 2
2 0 ~ 400 T/ H PLC
5 2 3rd effect feed flow 0 ~ 25 T/ H PLC
(3)
(4)
LAMPIRAN
Lampiran 2
(5)
Foto Penelitian
Desalination Plant Unit 1 B Tampak Depan
(6)