Kajian Unsur-Unsur Visual Dan Peran Dalam Catur Wayang Jogjakarta
KAJIAN UNSUR – UNSUR VISUAL DAN PERAN
DALAM CATUR WAYANG JOGJAKARTA
DK 38315 SKRIPSI Semester II 2009/2010
Oleh :
Wira Mahardika Putra 51906072
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
(2)
Lembar Pengesahan
KAJIAN UNSUR – UNSUR VISUAL DAN PERAN DALAM CATUR WAYANG JOGJAKARTA
DK 38315 SKRIPSI Semester II 2009/2010
Oleh :
Wira Mahardika Putra 51906072
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Disahkan Oleh :
Dosen Pembimbing :
Cherry Dharmawan, M.Sn
Koordinator MK Tugas Akhir/Skripsi
(3)
ABSTRAK
KAJIAN UNSUR – UNSUR VISUAL DAN PERAN DALAM CATUR WAYANG JOGJAKARTA
Wira Mahardika Putra
Catur Wayang Jogjakarta adalah sebuah catur yang desain buah caturnya mengadopsi dari unsur-unsur visual pada wayang kulit dan menggunakan kisah Ramayana sebagai landasan penokohannya. Catur Wayang Jogjakarta ini pertama kali dibuat pada tahun 2007 oleh sebuah industri rumahan yang terletak di Krebet Bantul, Jogjakarta. Tujuan dari pembuatan Catur Wayang Jogjakarta ini adalah untuk melestarikan dan menyebarkan budaya lokal ke seluruh dunia dan kepada masyarakat Indonesia pada khususnya.
Masalah yang muncul dalam Catur Wayang Jogjakarta ini adalah bagaimanakah bentuk visual buah-buah catur wayang apabila dianalisa berdasarkan unsur-unsur visual pada wayang kulit dan dianalisa berdasarkan fungsi dan peran pada permainan catur.
Untuk mencapai tujuan diatas, dalam menganalisa permasalahan digunakan pendekatan secara deskriptif dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa visualisasi pada buah Catur Wayang Jogjakarta merupakan suatu penyederhanaan dari bentuk wayang kulit pada umumnya bahkan ada beberapa unsur yang dihilangkan seperti tangan dan kaki. Dan dalam penggunaan penokohan karakter wayang sudah sesuai dengan peran masing-masing buah catur yang ada dalam permainan catur. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memperdalam bagaimana visualisasi merupakan unsur penting serta dalam memvisualisasikan sesuatu perlu diperhatikan banyak hal sehingga pesan-pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik.
(4)
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... ii i DAFTAR GAMBAR... vi
DAFTAR TABEL ... vii
I. PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Identifikasi Masalah... 4
1.3 Rumusan Masalah ... 4
1.4 Batasan Permasalahan... 5
1.5 Metode Penelitian ... 5
1.6. Sampel Penelitian... 7
1.7 Tujuan Penelitian ... 7
1.8 Manfaat Penelitian ... 8
1.8.1. Umum ... 8
1.8.2. Khusus... 8
1.9 Sistematika Penulisan ... 8
II. CATUR , WAYANG DAN UNSUR VISUAL DI DALAMNYA ... 10
2.1Catur... 10
2.1.1. Sejarah Catur... 11
2.1.2. Sejarah Asal Usul Catur India... 12
2.1.3. Sejarah Asal Usul Catur Eropa ... 14
2.1.4. Ketentuan Bermain Catur... 15
2.1.5. Buah-buah Catur ... 16
(5)
2.2.1. Jenis-jenis Wayang ... 21
2.2.2. Wayang Kulit ... 23
2.2.3. Cerita Ramayana ... 31
2.3Unsur Visual ... 33
III. TINJAUAN UMUM CATUR WAYANG JOGJAKARTA ... 35
3.1Profile Home Industry Batik Linggarjati ... 35
3.2Catur Wayang Jogjakarta ... 36
3.3Deskripsi Buah Catur Pada Catur Wayang ... 38
3.3.1Penjabaran Buah Catur Kuning (Ayodhya / Rama)... 39
3.3.2Penjabaran Buah Catur Merah (Alengka / Rahwana) ... 53
IV.KAJIAN VISUAL CATUR WAYANG JOGJAKARTA ... 69
4.1Kajian Catur Wayang Berdasarkan Visualisasi dari Wayang Kulit ... 69
4.1.1 Buah Catur Rama ... 70
4.1.2 Buah Catur Sinta ... 75
4.1.3 Buah Catur Hanoman... 80
4.1.4 Buah Catur Sugriwa ... 85
4.1.5 Buah Catur Jatayu ... 90
4.1.6 Buah Catur Gunungan... 94
4.1.7 Buah Catur Wanara... 96
4.1.8 Buah Catur Rahwana ... 101
4.1.9 Buah Catur Mandodari... 107
4.1.10 Buah Catur Indrajit... 112
4.1.11 Buah Catur Marica ... 118
4.1.12 Buah Catur Kumbakarna... 124
4.1.13 Buah Catur Gunugan... 130
4.1.14 Buah Catur Raksasa ... 132
4.2Kajian Penokohan Buah Catur Wayang Berdasarkan Peran Dalam Permainan Catur dari Wayang Kulit... 138
(6)
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 143
5.1Kesimpulan ... 143
5.2Saran... 145
DAFTAR PUSTAKA... 146
(7)
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1. Satu Set Catur ... 11
Gambar II.2. Chaturanga... 13
Gambar II.3. Buah Catur Raja Putih dan Hitam ... 17
Gambar II.4. Buah Catur Ratu Putih dan Hitam ... 17
Gambar II.5. Buah Catur Menteri Putih dan Hitam ... 18
Gambar II.6. Buah Catur Kuda Putih dan Hitam ... 19
Gambar II.7. Buah Catur Benteng Putih dan Hitam... 19
Gambar II.8. Buah Catur Pion Putih dan Hitam... 20
Gambar II.9. Wayang ... 23
Gambar II.10. Jenis-jenis Mata Wayang Kulit ... 25
Gambar II.11. Jenis-jenis Hidung Wayang Kulit ... 25
Gambar II.12. Jenis-jenis Mulut Wayang Kulit ... 26
Gambar II.13. Jenis-jenis Tangan Wayang Kulit ... 27
Gambar II.14. Bagian-bagian Pada Mahkota ... 28
Gambar II.15. Jenis-jenis Sumping Wayang Kult... 29
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel II.1. Tujuh Kitab Ramayana ... 31
Tabel III.1. Buah Catur Rama ... 40
Tabel III.2. Buah Catur Sinta ... 42
Tabel III.3. Buah Catur Hanoman... 44
Tabel III.4. Buah Catur Sugriwa ... 46
Tabel III.5. Buah Catur Jatayu ... 48
Tabel III.6. Buah Catur Gunungan... 50
Tabel III.7. Buah Catur Wanara... 52
Tabel III.8. Buah Catur Rahwana ... 54
Tabel III.9. Buah Catur Mandodari... 56
Tabel III.10. Buah Catur Indrajit... 58
Tabel III.11. Buah Catur Marica ... 61
Tabel III.12. Buah Catur Kumbakarna... 64
Tabel III.13. Buah Catur Gunungan... 66
Tabel III.14. Buah Catur Rakshasa ... 68
Tabel IV.1. Analisa Buah Catur Rama... 70
Tabel IV.2. Analisa Buah Catur Sinta... 75
Tabel IV.3. Analisa Buah Catur Hanoman... 80
Tabel IV.4. Analisa Buah Catur Sugriwa... 85
Tabel IV.5. Analisa Buah Catur Jatayu... 90
Tabel IV.6. Analisa Buah Catur Gunungan ... 94
Tabel IV.7. Analisa Buah Catur Wanara... 96
Tabel IV.8. Analisa Buah Catur Rahwana ... 101
Tabel IV.9. Analisa Buah Catur Mandodari... 107
Tabel IV.10. Analisa Buah Catur Indrajit ... 112
Tabel IV.11. Analisa Buah Catur Marica... 118
Tabel IV.12. Analsia Buah Catur Kumbakarna ... 124
Tabel IV.13. Analisa Buah Catur Gunungan ... 130
(9)
Tabel IV.15. Analisa Buah Catur Ayodhya ... 139 Tabel IV.16. Analisa Buah Catur Alengka... 140
(10)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia catur termasuk olahraga yang sering dimainkan. Di setiap sudut wilayah kita dapat menjumpai orang bermain catur. Bahkan bagi beberapa orang, olahraga otak ini mempunyai nilai prestise tersendiri, seperti dapat dilihat dalam pertandingan catur Nasional yang diadakan Percasi maupun pada pertandingan catur Internasional yang diatur oleh FIDE (Federation Internationale des Echecs). Gambaran seperti di atas tentu berbeda dengan masa olahraga ini saat pertama dimainkan. Dahulu catur hanya dimainkan oleh para raja di istana. Oleh karena itu, pada masa tersebut catur sering disebut sebagai the royal game.
Catur berasal dari kata Chaturanga yang berarti empat sudut, karena pada jaman India kuno permainan ini memang dimainkan oleh empat orang. Jumlah buah catur pun empat buah untuk masing-masing pemain. Chaturanga pun melambangkan empat unsur penting dalam kehidupan menurut kepercayaan mistis masyarakat India saat itu, unsur tersebut adalah api, udara, tanah, dan air.
Salah satu budaya lokal Indonesia yang menarik untuk diteliti adalah wayang. Wayang selain untuk media hiburan juga merupakan media pembelajaran. Dalam setiap penceritaan wayang selalu terdapat hikmah yang bisa diambil seperti tentang persahabatan, kekeluargaan, hubungan antara manusia dan Tuhannya maupun hubungan antara manusia dan manusia lainnya, dan masih banyak lagi hikmah-hikmah yang bisa diambil dari cerita-cerita wayang.
Wayang pada awalnya merupakan media untuk beribadah agama Hindu yang masuk ke Indonesia. Setelah Islam masuk ke Indonesia, wayang mengalami perubahan fungsi yang awalnya untuk sarana beribadah kepada para dewa menjadi sebuah sarana berdakwah yang mengajarkan nilai-nilai ibadah kepada Allah SWT.
(11)
Wayang Kulit adalah wayang yang terbuat dari bahan kulit dan bentuknya dua dimensi, dimainkan oleh seorang dalang dengan menggunakan layar dan lampu yang menyinari layar tersebut. Pertunjukkan wayang kulit bisa dilihat dari dua sisi: dari sisi lampu penonton, dapat melihat wayang yang sebenarnya dan dari sisi lainnya, penonton dapat melihat bayangannya.
Jogjakarta telah dikenal sebagai kota yang memiliki iklim yang baik untuk pengembangan kreatifitas dalam berbagai bidang. Sistem perekonomian kemasyarakatan yang berkembang di kota Jogjakarta tidak bergantung pada industri-industri besar. Keberadaan industri rumahan dan Sanggar Kerajinan menjadi contoh nyata dari sistem perekonomian yang memiliki daya tahan terhadap krisis ekonomi global. Berkembangnya sistem perekonomian yang demikian ditunjang dengan adanya produsen-produsen yang secara konsisten bahkan berkembang terus dalam berbagai variasi produk yang dihasilkan. Keberadaan sentra kerajinan telah memberikan kontribusi positif dalam pemberdayaan masyarakat dengan penciptaan lapangan kerja dan pengembangan gagasan kreatif.
Pada saat ini pembuatan desain pada buah-buah catur mengalami perubahan dan perkembangan. Perubahan desain ini merupakan salah satu langkah kreatif yang diambil oleh para desainer catur untuk membuat sebuah perubahan dalam hal visual buah caturnya. Hal ini dilakukan untuk menarik minat orang yang pada awalnya tidak menyukai catur menjadi tertarik dan mulai memainkannya, dan untuk orang yang sudah menyenangi catur maka dengan adanya inovasi dalam perubahan visual ini dapat memberikan kesan lain dalam permainan ataupun juga dapat sebagai bahan koleksi.
Jika di luar negeri biasanya desain catur mengikuti budaya dari masing-masing tempat catur itu dibuat, seperti di daerah Eropa pembuatan desain catur
(12)
desain berdasarkan pada salah satu budaya yang melekat di Indonesia, yaitu wayang.
Catur wayang ini pertama kali di buat oleh industri rumahan yang bernama Batik Linggarjati yang terdapat di Dusun Wisata Krebet, Sendangsari, Pajangan, Bantul, Jogjakarta, dan di miliki oleh Supriyanto. Industri rumahan ini bergerak di bidang craftmenship dengan ciri khas setiap hasil kerajinannya pasti selalu dibubuhi dengan batik tulis. Salah satu produk yang menjadi unggulan adalah catur wayang ini.
Desain visual pion catur wayang ini sendiri berdasarkan karakter-karakter pada salah satu cerita wayang yang sudah terkenal yaitu cerita Ramayana. Ramayana sendiri adalah sebuah cerita tentang perjuangan seorang suami yang berbudi luhur bernama Rama dalam perjuangannya mengambil kembali Sinta istri tercintanya yang diculik oleh Rahwana.
Fenomena dalam pembuatan desain kreatif catur wayang ini merupakan salah satu kerajinan yang menarik untuk ditelaah karena mempunyai nilai-nilai budaya yang tinggi seperti pengambilan tokoh-tokoh dari budaya lokal dalam hal ini yaitu cerita Ramayana, proses pembuatan yang menggunakan bahan kayu khusus, dan penggunaan batik tulis linggarjati yang dibubuhkan pada tiap pionnya. Catur wayang ini merupakan satu kerajinan kreatif anak bangsa yang patut dihargai dan dibanggakan namun baru sedikit khalayak umum yang mengetahui keberadaan kerajinan catur wayang ini. Kurangnya dukungan sosialisasi dan promosi yang baik menambah kondisi di atas.
Berkaitan dengan pengaruh visualisasi pada sebuah kerajinan catur wayang yang mengambil sumber inspirasi dari salah satu kebudayaan lokal yaitu wayang maka diadakan penelitian kepada objek tersebut dan hasil penelitian tersebut dituangkan dalam skripsi yang berjudul “Kajian Unsur-Unsur Visual dan Peran Dalam Catur Wayang Jogjakarta”.
(13)
1.2. Identifikasi Masalah
Beberapa permasalahan tentang kerajinan catur wayang adalah sebagai berikut: • Adanya perbedaan dalam bentuk visual buah catur wayang dengan buah
catur pada umumnya.
• Detail dari bentuk buah catur yang masih kurang diperhatikan sehingga menimbulkan kesulitan dalam membedakan masing-masing buah catur. • Penggunaan warna yang hampir sama pada beberapa buah catur
menimbulkan kebingungan saat catur ini dimainkan.
• Perubahan bentuk visual catur yang merujuk pada bentuk visual wayang kulit dan berdasarkan pada cerita Ramayana.
• Persamaan peran dan fungsi dari buah catur wayang dengan buah catur pada umumnya.
• Strategi promosi dan sosialisasi yang belum didukung oleh desain promosi yang baik.
1.3. Rumusan Masalah
• Bagaimana unsur visual buah-buah Catur Wayang Jogjakarta jika dikaji menurut unsur visual dari wayang kulit.
• Bagaimana relasi antara penokohan dalam Ramayana sebagai sumber visualisasi untuk buah catur dengan peran yang ada pada catur itu sendiri.
(14)
1.4. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dapat dibahas secara mendalam maka dilakukan pembatasan permasalahan sebagai berikut:
• Unsur visual yang dikaji berdasarkan pada unsur visual wayang kulit menurut David Irvine dalam bukunya yang berjudul “Leather Gods and Wooden Heroes”. Hal ini dikarenakan David Irvine merupakan pakar dalam pewayangan yang telah meneliti wayang dari banyak dalang dan pakar wayang Indonesia.
• Unsur visual yang dikaji adalah pada Catur Wayang Jogjakarta. Hal ini mengingat terdapat beberapa lagi catur wayang yang dibuat di luar kota Jogjakarta dengan konsep dan visual yang berbeda.
1.5. Metode Penelitian
Dalam menganalisa permasalahan digunakan pendekatan secara deskriptif yaitu pendekatan yang mengkaji dan memaparkan data-data yang telah terkumpul. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yaitu metode atau tata cara menguraikan pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta atau kenyataan yang ada pada waktu sekarang secara sistematis dan kemudian masalah-masalah tersebut dianalisis berdasarkan data-data yang terhimpun tanpa menggunakan rumus maupun angka dan statistik karena hal-hal yang akan diteliti memiliki kecenderungan menggunakan nilai rasa seperti rasa indah, kecocokan warna, dan sebagainya.
Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen dari penelitian adalah elemen-elemen visual dari produk kerajinan Catur Wayang Jogjakarta beserta pesan-pesan yang terkandung didalamnya. Adapun instrumen yang menjadi penelitian secara terperinci sebagai berikut:
a. Penelitian Keperpustakaan (Library Research) yaitu pengumpulan data dengan menggunakan pengetahuan yang bersumber dari buku-buku, catatan perkuliahan dan sumber-sumber yang ada hubungannya dengan masalah
(15)
yang diteliti. Pada penelitian keperpustakaan ini, dilakukan tiga tahapan penelitian yaitu tahap pertama, pencarian berbagai macam literatur yang berhubungan dengan objek yang diteliti, dalam hal ini adalah “catur” dan
“wayang”. Setelah data tentang catur dan wayang terkumpul, tahap kedua
yaitu pencarian literatur tentang visualisasi dari cerita Ramayana yang sudah ada sampai saat ini. Dan pada tahap akhir dari penelitian keperpustkaan yaitu tahap ketiga, dilakukan studi banding dari literatur-literatur yang ada, dengan penerapannya pada objek yang diteliti. Dalam hal ini pada kerajinan Catur Wayang Jogjakarta.
b. Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada objek penelitiannya. Adapun cara yang ditempuh dalam penelitian lapangan adalah melalui observasi yaitu pengumpulan data dengan mengamati dan melakukan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang diteliti. Dalam penelitian lapangan ini dibagi kedalam dua tahapan yaitu tahap pertama, penulis melakukan observasi pada desain catur-catur yang ada di masyarakat. Kemudian mencari berbagai perbedaan yang ada pada desain catur-catur tersebut. Pada tahap kedua dari penelitian lapangan, dipilihlah catur wayang sebagai objek yang tepat untuk diteliti dengan berbagai alasan yang mendasar seperti bentuk pendekatan visualisasi yang menarik dan memiliki tujuan yang baik yaitu untuk melestarikan budaya lokal.
c. Wawancara yaitu pengumpulan data melalui interview secara langsung kepada orang-orang yang berkaitan dengan objek penelitian. Dalam tahap ini dilakukan wawancara dengan orang-orang dibalik produksi kerajinan Catur Wayang Jogjakarta, yaitu interview langsung dengan pemilik industri rumahan Batik Linggarjati yaitu Supriyanto. Adapun isi interview berkaitan dengan objek yang diteliti yaitu proses perancangannya, konsep yang
(16)
d. Dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Adapaun data-data yang menjadi dokumentasi berupa: satu set Catur Wayang Jogjakarta dan foto-foto objek penelitian.
1.6. Sampel Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi sampel dari penelitian adalah kerajinan Catur Wayang Jogjakarta. Alasan penelitian dilakukan pada produk kerajinan ini terbagi menjadi dua alasan yaitu:
1. Karena kerajinan ini termasuk jenis kerajinan tradisional dimana dalam hal pembuatannya masih menggunakan sistem manual yaitu dipahat dengan tangan dan tidak dibantu dengan bantuan mesin. Hal tersebutlah yang menjadikan produk kerajinan ini sebuah produk limited edition (produk yang terbatas), sehingga untuk dapat memilikinya harus memesan terlebih dahulu.
2. Secara bahasa visual produk kerajinan Catur wayang Jogjakarta memiliki keunikan tersendiri karena menggunakan budaya lokal, dalam hal ini cerita Ramayana sebagai sumber inspirasi dalam pembuatan desain visual buah caturnya.
1.7. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui unsur-unsur visual yang terdapat pada Catur Wayang Jogjakarta dan relasi antara penokohan dalam cerita Ramayana dan perannya didalam Catur Wayang Jogjakarta.
(17)
1.8. Manfaat Penelitian
Dari penelitian terhadap kerajinan Catur Wayang Jogjakarta ini, diharapkan hasil dari penelitian akan membawa suatu manfaat, adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1.8.1. Umum
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi informasi mengenai permainan catur dan sejarah-sejarahnya, cerita wayang khususnya cerita Ramayana.
1.8.2. Khusus
Memberikan kontribusi dalam ilmu desain dalam kajian Ilmu pengetahuan dan informasi khususnya dalam hal seputar catur wayang dan untuk melestarikan salah satu budaya lokal Indonesia yaitu wayang.
1.9. Sistematika Penulisan
Ada pun sistematika penulisan dalam skripsi ini diuraikan dalam lima bab, yaitu:
Bab I Pendahuluan, dalam bab ini membahas tentang latar belakang permasalahan yang diangkat dalam skripsi, identifikasi masalah yang terdapat dalam Catur Wayang Jogjakarta, perumusan masalah yaitu masalah-masalah yang akan diteliti dan dibahas, pembatasan masalah yaitu batasan-batasan yang digunakan agar penelitian menjadi fokus dan terarah, metode penelitian berisikan pemaparan metode yang digunakan dalam penelitian, instrumen penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan diakhiri dengan sistematika penulisan.
Bab II Catur, Wayang dan Unsur Visual di Dalamnya, dalam bab ini berisi teori-teori umum dan teori-teori khusus yang mendukung topik penulisan skripsi, teori-teori yang digunakan berkisar mengenai definisi catur, sejarah
(18)
Bab III Tinjauan Umum Catur Wayang Jogjakarta, pada bab ketiga ini menguraikan data-data yang berkaitan dengan objek yang diteliti yaitu “Catur Wayang Jogjakarta”, diantaranya adalah profile perusahaan Batik Linggarjati, Catur Wayang Jogjakarta, cara pembuatan, deskripsi dan analisa buah catur pada Catur Wayang Jogjakarta. Data yang diuraikan merupakan data primer maupun data sekunder.
Bab IV Kajian Unsur-unsur Visual dan Peran pada Catur Wayang Jogjakarta,
pada bab keempat ini berisikan tentang pembahasan mengenai penerapan visualisasi pada masing-masing pion catur berdasarkan cerita Ramayana dan berdasarkan unsur-unsur visual pada wayang serta membahas tentang peran dan penokohan yang digunakan. Pembahasan menguraikan secara terperinci bagaimana visual dari catur wayang ini sudah sesuai dengan cerita Ramayana atau tidak, dan sudah sesuaikah peran dari masing-masing tokoh wayang yang diambil dengan fungsi dari masing-masing pion catur.
Bab V Simpulan dan Saran, pada bab ini merupakan bab terakhir sekaligus bab penutup skripsi ini, bab ini mengemukakan kesimpulan yang merupakan hasil akhir dari penelitian yang dilakukan dan saran yang berkaitan dengan hasil penelitian yang diperoleh.
(19)
BAB II
CATUR , WAYANG DAN UNSUR VISUAL DI DALAMNYA
2.1. Catur
Catur merupakan salah satu permainan yang banyak digemari di Indonesia. Selain untuk hiburan, catur juga biasa dijadikan ajang olahraga karena untuk dapat bermain catur dibutuhkan kondisi fisik dan mental yang baik. Ketika bermain catur akan ada tekanan dari lawan untuk saling mengadu kelihaian dalam membuat strategi dan terkadang dalam bermain catur bisa memakan waktu berjam-jam maka dari itu dibutuhkan stamina yang baik secara fisik ataupun mental. Dalam bermain catur juga dibutuhkan kesabaran emosional karena apabila tidak sabar dalam memainkannya dan cenderung tergesa-gesa maka dikhawatirkan akan membuat sebuah kesalahan dalam pengambilan langkah yang bisa menyebabkan kekalahan.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) definisi catur adalah permainan oleh dua orang, dilengkapi dengan buah catur sebanyak enambelas buah berwarna hitam dan enambelas buah lagi berwarna putih, masing-masing terdiri atas delapan bidak (pion), dua benteng, dua gajah (menteri), dua kuda (kesatria), satu permaisuri atau ratu, dan satu raja, dan papan catur yang berpetak-petak (enampuluh empat petak) hitam putih atau kuning putih.
Kata catur diambil dari bahasa Sanskerta yang berarti "empat". Namun kata ini sebenarnya merupakan singkatan dari chaturanga yang berarti empat sudut. Di India kuno permainan catur memang dimainkan oleh empat peserta yang berada di empat sudut yang berbeda. Hal ini lain dari permainan catur modern di mana pesertanya hanya dua orang saja.
(20)
Gambar II.1. Satu Set Catur
Sumber: History of Chess, 1998
2.1.1 Sejarah Catur
Untuk masalah negara asal catur, masih ada silang pendapat. Menurut H.J.R. Murray, penulis buku History of Chess (1998), catur berasal dari India dan mulai ada pada abad ke-6. Di sana catur dikenal dengan nama chaturanga, yang artinya empat unsur yang terpisah. Awalnya, buah catur memang hanya empat jenis. Menurut kepercayaan mistis India kuno, catur dianggap mewakili alam semesta ini, sehingga sering dihubungkan dengan empat unsur kehidupan, yaitu api, udara, tanah dan air karena dalam permainannya, catur menyimbolkan cara-cara hidup manusia. Dalam permainannya, catur mengandalkan analisa dan ketajaman otak pemain, disertai keterampilan strategi dalam
(21)
menentukan langkah, rencana, resiko, dan menentukan kapan harus berkorban agar menang.
Namun, pendapat Murray itu dibantah Muhammad Ismail Sloan dalam bukunya yang berjudul Taktik Jenius Bermain Catur (2003:23), yang banyak mempelajari sejarah catur. Menurut Sloan, jika catur ditemukan di India, seharusnya permainan itu disebut-sebut dalam literatur-literatur Sanskrit. Kenyataannya, tak ada satu pun literatur Sanskrit di India yang menyebutkan soal permainan catur sebelum abad ke-6. Sebaliknya, para pujangga Cina sudah menyebutkan permainan ini salam syair-syair mereka, 800 tahun sebelumnya. Jadi, menurut Ismail Sloan, di Cinalah catur pertama kali dimainkan. Tapi pada waktu itu bentuk arena caturnya tidak kotak-kotak, melainkan bulat-bulat. Buah caturnya juga hanya terdiri atas empat jenis, yaitu raja, benteng, ksatria (kuda), dan uskup (gajah / menteri).
2.1.2. Sejarah Asal Usul Catur India
Berdasarkan pendapat Muhammad Ismail Sloan dalam bukunya yang berjudul Taktik Jenius Bermain Catur (2003 : 77 - 80), asal-usul catur modern semula dikenal dengan nama Chaturanga, yang berkembang di India pada abad ke-6. Sejak awal permainan ini sudah memperkenalkan dua pihak yang bermain, perbedaan buah catur dengan kekuataan yang berbeda, dan kemenangan tergantung pada buah terakhir, atau dalam catur modern ditandai dengan tumbangnya sang raja. Dalam catur kuno, papan catur memiliki 100 kotak atau malah lebih.
Pada awal abad 19, sebuah pendapat disampaikan Kapten Hiram Cox dan Duncan Forbes bahwa dulu catur dimainkan 4 orang sekaligus, termasuk empat pemain dalam chaturanga.
(22)
Gambar II.2. Chaturanga
Sumber: History of Chess, 1998
Dalam terminologi sanskrit, "Chaturanga" berarti "memiliki empat bagian" dan dalam puisi epos kepahlawanan kata itu juga berarti "tentara." Nama itu sendiri bersumber dari sebuah formasi pertempuran dalam epos Mahabrata yang terkenal di India. Chaturanga adalah sebuah simulasi permainan perang guna memperlihatkan kekuatan strategi militer India saat itu.
Ashtapada, kotak 8 x 8 di sebuah papan merupakan tempat bermain Chaturanga. Papan lain yang dikenal di India adalah Dasapada 10 x 10 dan Saturankam 9 x 9.
Ilmuwan Arab Abu Al-Hasan memberi rincian tentang penggunaan catur yakni sebagai sebuah alat strategi militer, matematik, perjudian dan terkadang dihubungkan dengan ramalan nasib di India dan tempat lainnya. Catatan Abu Al-Hasan juga menunjukkan Ivory di India merupakan daerah produsen alat permainan catur untuk pertama kali,
(23)
menyebarkan serta memperkenalkan permainan ini dari Persia ke India semasa Kerajaan Nushirwan.
Kemudian terjadi evolusi pada permainan chaturanga yang dikenal dengan nama Shatranj (chatrang), yakni sebuah permainan dua orang pemain yang kekalahan dan kemenangan ditentukan melalui pembersihan terhadap semua bidak lawan (kecuali raja) atau melalui penaklukan terhadap raja lawan. Posisi pion dan kuda tidak berubah, tapi bidak lain mengalami perubahan bentuk.
2.1.3. Sejarah Asal Usul Catur Eropa
Berdasarkan pendapat Muhammad Ismail Sloan dalam bukunya yang berjudul Taktik Jenius Bermain Catur (2003 : 80 - 82), pada abad ke-8 ketika bangsa Moor menyebarkan Islam ke Spanyol, catur mulai menyebar ke daratan Eropa hingga sampai di jerman, Italia, Belanda, Inggris, Irlandia, dan Rusia. Variasi charunga masuk ke Eropa melalui Persia, seiring penyebaran pengaruh Kerajaan Byzantine dan perluasan Kekaisaran Arab.
Terkadang catur juga dibawa oleh pasukan yang menduduki tanah jajahan baru, seperti saat Normandia memasuki wilayah Inggris. Catur semula kurang populer di Eropa Utara yang tak terbiasa berpikir abstrak, namun perlahan-lahan menjadi populer saat bidak figuratif dikenalkan.
Nilai sosial menjadi kelebihan permainan ini pada masa lalu permainan ini dikaitkan dengan kehormatan dan kebudayaan tinggi sehingga beberapa papan catur dibuat dari bahan istimewa dan berharga mahal. Popularitas catur melemah di masyarakat Barat antara abad 12 sampai 15 M. Saat itu buku catur biasanya ditulis dalam bahasa Latin.
(24)
memasukkan catur ke dalam tujuh keahlian yang harus dimiliki seorang ksatria.
Simbol-simbol perwira dan ketentaraan mulai masuk dalam catur. Raja Henry I, Raja Henry II dan Raja Richard I dari Inggris merupakan patron catur masa itu. Kerajaan lain yang menaruh perhatian serius pada permainan ini adalah Raja Alfonso X Spanyol dan Raja Ivan IV dari Rusia.
Saat gereja mengeluarkan larangan terhadap berbagai permainan di masyarakat, catur lolos dari daftar hitam. Santo Peter Damian mengumumkan permainan ini menjauhkan dampak buruk bagi masyarakat. Bishop Florence itu membela permainan ini karena melibatkan keahlian serta "tidak seperti permainan lainnya."
Pada abad ke 12, buah catur mulai tetap, menjadi raja (king), ratu (queen), gajah / patih / menteri (bishops), kuda (knights) dan benteng (rooks). Bidak/pion (pawn) mulai dihubungkan dengan pasukan infantri.
2.1.4. Ketentuan Bermain Catur
Dalam buku karangan Muhammad Ismail Sloan yang berjudul Taktik
Jenius Bermain Catur (2003 : 87 – 98), permainan dilangsungkan di
atas papan yang terdiri dari 8 lajur dan 8 baris kotak/petak berwarna hitam dan putih (atau terang dan gelap) secara berselang seling. Permainan dimulai dengan 16 buah pada masing-masing pihak, yang disusun berbaris secara khusus pada masing-masing sisi papan catur secara berhadap-hadapan. Satu buah hanya bisa menempati satu petak. Pada bagian terdepan masing-masing barisan terdapat 8 pion, diikuti di belakangnya dua benteng, dua kuda, dua menteri, satu ratu atau ster, serta satu raja.
(25)
Sebelum bertanding, pecatur memilih warna buah yang akan ia mainkan. Pemegang buah putih memulai langkah pertama, yang selanjutnya diikuti oleh pemegang buah hitam secara bergantian. Tujuan permainan adalah mencapai posisi skak mat. Hal ini bisa terjadi bila Raja terancam dan tidak bisa menyelamatkan diri ke petak lain. Tidak selalu permainan berakhir dengan kekalahan, karena bisa terjadi pula peristiwa seri atau remis di mana kedua belah pihak tidak mampu lagi meneruskan pertandingan karena tidak bisa mencapai skak mat. Peristiwa remis ini bisa terjadi berdasarkan kesepakatan maupun tidak. Salah satu contoh remis yang tidak berdasarkan kesepakatan tetapi terjadi adalah pada keadaan remis abadi. Keadaan remis yang lain adalah keadaan pat, dimana yang giliran melangkah tidak bisa melangkahkan buah apapun termasuk Raja, tetapi tidak dalam keadaan terancam skak. Dalam pertandingan catur pihak yang menang biasanya mendapatkan nilai 1, yang kalah 0, sedang draw 0.5.
2.1.5. Buah-buah Catur
Dalam buku Taktik Jenius Bermain Catur (2003 : 93 - 95) karangan Muhammad Ismail Sloan dijelaskan tentang buah-buah catur yang ada dalam permainan catur. Diantaranya adalah :
a. Raja
Raja merupakan buah catur terpenting dalam permainan catur karena apabila buah catur raja terbunuh maka permainan akan selesai. Raja memiliki langkah yang leluasa karena ia dapat melangkah ke segala penjuru arah namun terbatas hanya satu kotak saja dalam satu giliran.
(26)
Gambar II.3. Buah Catur Raja Putih dan Hitam
Sumber: Taktik Jenius Bermain Catur, 2003
b. Ratu
Dalam permainan catur ratu merupakan buah catur terkuat karena ia memiliki kemampuan untuk melangkah ke segala penjuru arah tanpa batas berapa kotak dalam satu giliran. Ratu biasa digunakan untuk menyerang lawan karena berbagai keistimewaannya.
Gambar II.4. Buah Catur Ratu Putih dan Hitam
(27)
c. Menteri / Gajah / Uskup
Menteri memiliki langkah diagonal tidak terbatas berapa kotak yang dilalui. Pion menteri biasanya digunakan untuk menyerang buah catur lawan secara sembunyi-sembunyi, biasanya apabila pemain tidak teliti maka terkadang ia tidak menyadari kemampuan menteri untuk melangkah diagonal karena terlalu terpaku pada buah catur lain yang kebanyakan melangkah hanya horizontal dan vertikal. Kekurangan menteri adalah ia tidak dapat melangkah horizontal dan vertikal yang terkadang menyulitkan untuk menyerang.
Gambar II.5. Buah Catur Menteri Putih dan Hitam
Sumber: Taktik Jenius Bermain Catur, 2003
d. Kuda / Ksatria
Kuda merupakan salah satu buah catur yang unik karena langkahnya yang berbentuk huruf ”L”. Kuda memiliki keunggulan lain yaitu dapat melangkahi buah catur lain. Kelebihan ini yang biasa digunakan untuk menyerang lawan karena langkahnya leluasa tanpa terbentur buah catur lain yang berada didepannya.
(28)
Gambar II.6. Buah Catur Kuda Putih dan Hitam
Sumber : Taktik Jenius Bermain Catur, 2003
e. Benteng
Benteng merupakan buah catur terkuat kedua setelah ratu. Benteng memiliki langkah horizontal dan vertikal tanpa batas kotak yang dapat dilaluinya. Buah catur benteng biasanya dijadikan pasangan menyerang ratu. Kekurangan benteng adalah tidak dapat bergerak leluasa pada awal permainan karena posisinya berada di sudut papan catur yang depan dan sampingnya tertutup oleh buah catur lain.
Gambar II.7. Buah Catur Benteng Putih dan Hitam
(29)
f. Pion / Prajurit / Bidak
Pion merupakan buah catur yang berada pada garis terdepan. Pion mempunyai langkah yang hanya bisa horizontal satu kotak dan untuk membunuh buah catur lain pion hanya bisa melakukannya secara diagonal sehingga apabila ada buah catur lain didepannya maka ia tidak dapat melakukan apa-apa. Kelebihan pion adalah pada saat awal permainan, pion dapat melangkah dua kotak. Keistimewaan lain dari pion adalah ketika pion sudah sampai pada ujung papan catur lawan maka ia dapat berubah fungsi menjadi buah catur lainnya.
Gambar II.8. Buah Catur Pion Putih dan Hitam
Sumber: Taktik Jenius Bermain Catur, 2003
2.2. Wayang
Wayang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991) adalah boneka tiruan orang yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam pertunjukan drama tradisional (Bali, Jawa, Sunda, dsb), biasanya dimainkan oleh seseorang yang disebut dalang.
(30)
bayangan atau merupakan pencerminan dari sifat-sifat yang ada dalam jiwa manusia, seperti angkara murka, kebajikan, serakah dan lain-lain.
Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang dikenal sebagai wayang orang, dan ada pula wayang yang berupa sekumpulan boneka yang dimainkan oleh dalang. Wayang yang dimainkan dalang ini diantaranya berupa wayang kulit atau wayang golek. Cerita yang dikisahkan dalam pagelaran wayang biasanya berasal dari Mahabharata dan Ramayana.
Wayang, oleh para pendahulu negeri ini sangat mengandung arti yang sangat dalam. Sunan Kalijaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan wayang. Para Wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat bekaitan satu sama lain. Yaitu "Mana yang Isi (Wayang Wong) dan Mana yang Kulit (Wayang Kulit) harus dicari (Wayang Golek)".
2.2.1. Jenis - jenis Wayang
Menurut David Irvine dalam bukunya Leather Gods and Wooden
Heroes (2005: 128 – 134), wayang dapat dikelompokkan menjadi
sebagai berikut.
a. Wayang Kulit
1. Wayang Purwa, wayang kulit yang membawakan cerita yang
bersumber dari kitab Mahabarata dan Ramayana
2. Wayang Suluh, wayang kulit dalam bahasa Indonesia untuk
memberikan penerangan (penyuluhan) 3. Wayang Kancil
4. Wayang Calonarang
5. Wayang Krucil, wayang yang terbuat dari kulit 6. Wayang Sasak
7. Wayang Sadat, (sarana dakwah dan tablig) wayang kulit yang
(31)
Kerajaan Pajang, anak-anak wayang dan dalang beserta niyaga memakai serban
8. Wayang Purwa, wayang kulit yang membawakan cerita yang
bersumber dari kitab Mahabarata dan Ramayana
b. Wayang Kayu
1. Wayang Golek/Wayang Thengul (Bojonegoro), wayang yang
dibuat dari kayu, biasanya berupa anak-anakan atau boneka kayu.
2. Wayang Menak, wayang yang dibuat dari kayu dan biasanya
menceritakan tentang orang terhormat; bangsawan, ningrat, priayi.
3. Wayang Klithik, wayang yang terbuat dari kayu.
c. Wayang Beber, wayang berupa lukisan yang dibuat pada kertas gulung, berisikan cerita inti dari lakon yang akan dikisahkan oleh dalang, dimainkan dengan cara membeberkannya.
d. Wayang Orang / Wayang Wong, wayang yang diperankan oleh orang.
e. Wayang Topeng, pertunjukan wayang dengan para pelakunya memakai topeng.
(32)
Gambar II.9. Wayang
Sumber: Sekilas Sejarah Wayang di Indonesia, 2009
2.2.2. Wayang Kulit
Wayang kulit menurut David Irvine dalam bukunya yang berjudul
Leather Gods and Wooden Heroes mengatakan, “Wayang kulit adalah
wayang yang paling terkenal di Jawa Tengan dan Jawa Timur. Wayang ini terbuat dari kulit dan digerakkan oleh dalang dengan menggunakan layar dan lampu yang menyinari layar tersebut. Pertunjukkan wayang kulit bisa dilihat dari dua sisi: dari sisi lampu, penonton dapat melihat wayang yang sebenarnya dan dari sisi lainnya, penonton dapat melihat bayangannya”.
Menurut David Irvine (2005: 139), wayang kulit secara garis besar dapat dibedakan menurut ukuran, bentuk, warna, dan busana yang dipakainya. Untuk perbedaan lebih lanjut dapat dilihat dari bentuk karakteristik muka, aksesoris yang dipakai, dan bentuk tangan. Hal-hal tersebut dapat menjamin bahwa tiap karakter memiliki ciri khas yang
(33)
dapat dikenali dan membuatnya berbeda dengan karakter wayang lainnya.
Setelah dikelompokkan maka didapat daftar unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam pembuatan karakter wayang, diantaranya adalah: 1. Ukuran, dengan melihat ukuran suatu karakter wayang dapat pula
dilihat jenis karakter tersebut, seperti misalnya apabila karakter tersebut lebih besar dari karakter lainnya maka karakter tersebut adalah Raksasa dan Dewa, untuk karakter yang lebih kecil maka biasanya manusia.
2. Bentuk, bagian-bagian yang terdapat dalam suatu karakter wayang, diantaranya adalah :
•Posisi Kepala, menunjukkan sikap dan sifat karakter tersebut. Contoh : apabila menunduk (Luruh) biasanya mencerminkan sifat yang tenang, apabila posisi kepala mendongak ke atas (Lanyapan) biasanya menunjukkan sifat yang ambisius.
•Mata, dalam pewayangan dibagi menjadi enam, yaitu : Jaitan
(berbertuk seperti sebuah jahitan benang) atau Gabahan
(berbentuk seperti gabah) untuk halus Kesatria, Kedondongan
untuk Kesatria yang lebih agresif, Kriyipan untuk karakter pertapa tua, Drona untuk karakter Raksasa, Telengan untuk karakter gagah kesatria, Pananggalan atau Kelipan ditemukan dibeberapa karakter buta.
(34)
Gambar II.10. Jenis-jenis Mata Wayang Kulit
Searah jarum jam dari kiri atas : Jaitan atau Gabahan, Kedondongan, Kriyipan, Drona, Telengan, Kelipan.
Sumber: Leather Gods and Wooden Heroes, 2005
•Hidung, terdapat tiga bentuk hidung dalam pewayangan, yaitu : Walmiring atau Mbangir untuk karakter halus kesatria,
Bentulan biasanya untuk karakter yang lebih agresif dan
terdapat juga dibeberapa raksasa dan wanara, serta Pelokan
biasanya digunakan untuk karakter raksasa.
Gambar II.11. Jenis-jenis Hidung Wayang Kulit
Dari atas ke bawah : Walmiring atau Mbangir, Bentulan, Pelokan
(35)
•Kumis, terdapat tiga jenis kumis, yaitu Rapi, Jentir, Mbaplang. •Mulut, dalam pewayang terdapat tiga jenis mulut, yaitu:
Mingkem yaitu mulut yang tertutup rapat, Gusen tanggung
yaitu mulut yang sedikit terbuka sehingga terlihat gigi, dan
Mrongos yaitu mulut yang terbuka lebar dan gigi-gigi yang
tajam terlihat jelas.
Gambar II.12. Jenis-jenis Mulut Wayang Kulit
Dari atas ke bawah : Mingkem, Gusen Tanggung, Mrongos
Sumber: Leather Gods and Wooden Heroes, 2005
•Badan, terdapat beberapa jenis badan pada pewayangan diantaranya : Liyepan, Kedelen, Gagah, Raksasa, Panakawan, Wanara, dan Ricikan.
•Tangan, bagian tangan terdapat lima jenis, yaitu : tangan yang menggenggam biasanya digunakan dibanyak karakter raksasa;
Pancanaka merupakan jenis tangan yang menggenggam
dengan kuku ibu jari yang panjang dan runcing hanya digunakan untuk karakter Bhatara Bayu, Dewa Ruci, Bima, Hanoman; bentuk tangan standar untuk kebanyakan karakter
(36)
banteng merupakan simbolsasi dari kekuatan; serta bentuk tangan Dagelan digunakan untuk karakter punakawan.
Gambar II.13. Jenis-jenis Tangan Wayang Kulit
Dari kiri ke kanan : Bentuk Tangan yang mengepal, Bentuk tangan Pancanaka, Bentuk Tangan Standar, Bentuk tangan
seperti tanduk banteng, Bentuk tangan Dagelan
Sumber: Leather Gods and Wooden Heroes, 2005
•Kaki, dibagi menjadi dua, yaitu : kaki yang dekat satu dengan lainnya dan kaki yang terbuka lebar.
3. Warna, dalam pewayangan warna digunakan untuk menunjukkan perasaan dan keadaan jiwa pada saat tertentu (mood) suatu karakter yang biasanya diebut dengan wanda. Terkadang satu karakter memiliki beberapa wanda.
4. Busana, dalam pewayangan tiap karakter biasanya menggunakan
kain dodot. Kain dodot terbagi menjadi dua yaitu kain dodot kunca
yang digunakan untuk karakter laki-laki dan kain dodot putri yang digunakan untuk karakter wanita. Yang menjadi perbedaan dari busana tiap karakter adalah desain batik dan adanya busana-busana tambahan berdasarkan strata dari karakter tersebut seperti celana cindai (celana panjang yang terbuat dari sutra) biasanya digunakan oleh para raja, bokongan bunda (kain yang berbentuk bulat yang terletak pada bagian pantat).
(37)
5. Aksesoris, dalam pewayangan terdapat beberapa aksesoris, diantaranya adalah sebagai berikut :
•Mahkota, aksesoris yang dipakai di kepala. Memiliki banyak variasi bentuk tergantung dari masing-masing karakter dan status sosialnya. Diantaranya adalah gelung supit urang, topong kethu, niyamat, jamang, garuda mungkur.
Gelung Supit Urang
Niyamat
Garuda Mungkur Topong Kethu
Jamang
Gambar II.14. Bagian-bagian Pada Mahkota
(38)
•Sayap punggung, biasa disebut dengan Praba. Hanya digunakan oleh beberapa karakter saja.
•Aksesoris telinga, aksesoris-aksesoris yang digunakan untuk menghias telinga biasanya disebut dengan sumping. Ada berbagai macam bentuk sumping namun yang sering dipakai ada lima, yaitu sumping pudak sinumpat, sumping waderan, sumping surengpati, sumping sekar kluwih, dan sumping gajah ngoling.
Dari atas ke bawah : Sumping Pudak Sinumpat, Sumpimg Waderan, Sumping Surengpati, Sumping Sekar Kluwih, Sumping
Gajah Ngoling.
Sumber: Leather Gods and Wooden Heroes, 2005
(39)
•Anting, aksesoris yang digunakan di telinga.
•Gelang tangan, biasa disebut dengan kelatbau. Seperti
sumping, kelatbau juga banyak memiliki banyak variasi
namun yang paling sering digunakan adalah kelatbau nagamangsa, kelatbau dua nagamangsa, kelatbau candakirana, dan kelatbau chlumpringan.
Gambar II.16. Jenis-jenis Kelatbau Wayang Kulit
Dari kiri ke kanan : Kelatbau Nagamangsa, Kelatbau Dua Nagamangsa, Kelatbau Candakirana, Kelatbau Chlumpringan
Sumber: Leather Gods and Wooden Heroes, 2005
•Gelang kaki, disebut juga kroncong. Biasanya menggunakan motif naga atau gana.
(40)
2.2.3. Cerita Ramayana
Menurut R.K. Narayang (2006) dalam bukunya yang berjudul
Ramayana mengatakan bahwa Ramayana dari bahasa Sansekerta
Rāmâyaṇa yang berasal dari kata Rama dan Ayana yang berarti
"Perjalanan Rama", adalah sebuah cerita epos dari India yang digubah oleh Walmiki (Valmiki) atau Balmiki. Dari kitab aslinya, Ramayana terdiri atas tujuh kitab yang masing-masing kitabnya merupakan satu kesatuan dan merupakan alur cerita berantai sehingga untuk mengetahui cerita secara keseluruhan harus membaca kitab dari yang pertama.
Adapun kitab-kitab Ramayana dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Nama Kitab Keterangan
Balakanda
Kitab Balakanda merupakan awal dari kisah Ramayana. Kitab Balakanda menceritakan Prabu Dasarata yang memiliki tiga permaisuri, yaitu: Kosalya, Kekayi, dan Sumitra. Prabu Dasarata berputra empat orang, yaitu: Rama, Bharata, Lakshmana dan Satrughna. Kitab Balakanda juga menceritakan kisah Sang Rama yang berhasil memenangkan sayembara dan memperistri Sita, puteri Prabu Janaka.
Ayodhyakanda
Kitab Ayodhyakanda berisi kisah dibuangnya Rama ke hutan bersama Dewi Sita dan Lakshmana karena permohonan Dewi Kekayi. Setelah itu, Prabu Dasarata yang sudah tua wafat. Bharata tidak ingin dinobatkan menjadi Raja, kemudian ia menyusul Rama. Rama menolak untuk kembali ke kerajaan. Akhirnya Bharata memerintah kerajaan atas nama Sang Rama.
Aranyakanda
Kitab Aranyakakanda menceritakan kisah Rama, Sita, dan Lakshmana di tengah hutan selama masa pengasingan. Di tengah hutan, Rama sering membantu para pertapa yang diganggu oleh para raksasa. Kitab Aranyakakanda juga
(41)
menceritakan kisah Sita diculik Rawana dan pertarungan antara Jatayu dengan Rawana.
Kiskindhakanda
Kitab Kiskindhakanda menceritakan kisah pertemuan Sang Rama dengan Raja kera Sugriwa. Sang Rama membantu Sugriwa merebut kerajaannya dari Subali, kakaknya. Dalam pertempuran, Subali terbunuh. Sugriwa menjadi Raja di Kiskindha. Kemudian Sang Rama dan Sugriwa bersekutu untuk menggempur Kerajaan Alengka.
Sundarakanda
Kitab Sundarakanda menceritakan kisah tentara Kiskindha yang membangun jembatan Situbanda yang menghubungkan India dengan Alengka. Hanuman yang menjadi duta Sang Rama pergi ke Alengka dan menghadap Dewi Sita. Di sana ia ditangkap namun dapat meloloskan diri dan membakar ibukota Alengka.
Yuddhakanda
Kitab Yuddhakanda menceritakan kisah pertempuran antara laskar kera Sang Rama dengan pasukan raksasa Sang Rawana. Cerita diawali dengan usaha pasukan Sang Rama yang berhasil menyeberangi lautan dan mencapai Alengka. Sementara itu Wibisana diusir oleh Rawana karena terlalu banyak memberi nasihat. Dalam pertempuran, Rawana gugur di tangan Rama oleh senjata panah sakti. Sang Rama pulang dengan selamat ke Ayodhya bersama Dewi Sita.
Uttarakanda
Kitab Uttarakanda menceritakan kisah pembuangan Dewi Sita karena Sang Rama mendengar desas-desus dari rakyat yang sangsi dengan kesucian Dewi Sita. Kemudian Dewi Sita tinggal di pertapaan Rsi Walmiki dan melahirkan Kusa dan Lawa. Kusa dan Lawa datang ke istana Sang Rama pada saat upacara Aswamedha. Pada saat itulah mereka menyanyikan Ramayana yang digubah oleh Rsi Walmiki.
(42)
2.3. Unsur Visual
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) visual mempunyai pengertian segala sesuatu yang dapat dilihat dengan indra penglihatan (mata).
Ada pun unsur-unsur visual menurut Adi Kusrianto (2007 : 30) adalah sebagai berikut :
• Titik
Titik adalah salah satu unsur visual yang yang wujudnya relatif kecil, di mana dimensi memanjang dan melebarnya dianggap tidak berarti. Titik cenderung ditampilkan dalam bentuk kelompok, dengan variasi jumlah, susunan, dan kepadatan tertentu.
• Garis
Garis dianggap sebagai unsur visual yang banyak berpengaruh terhadap pembentukan suatu objek sehingga garis, selain dikenal sebagai goresan atau coretan, juga menjadi batas limit suatu bidang atau warna. Ciri khas garis adalah terdapatnya arah serta dimensi memanjang. Garis dapat tampil dalam bentuk lurus, lengkung, gelombang, zigzag, dan lainnya. Kualitas garis ditentukan oleh tiga hal, yaitu orang yang membuatnya, alat yang digunakan, bidang dasar tempat garis digoreskan.
• Bidang
Bidang merupakan unsur visual yang berdimensi panjang dan lebar. Ditinjau dari bentuknya, bidang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bidang geometri / beraturan dan bidang non geometri.
• Ruang
Ruang dapat dihadirkan dengan adanya bidang. Pembagian bidang atau jarak antar objek berunsur titik, garis, bidang, warna. Ruang lebih mengarah pada perwujudan tiga dimensi sehingga ruang dapat dibagi menjadi dua,
(43)
yaitu ruang nyata dan ruang semu. Keberadaan ruang sebagai salah satu unsur visual sebenarnya tidak dapat diraba tetapi dapat dimengerti.
• Warna
Warna sebagai unsur visual yang berkaitan dengan bahan yang mendukung keberadaannya ditentukan oleh jenis pigmennya. Kesan yang diterima oleh mata lebih ditentukan oleh cahaya. Permasalahn mendasar dari warna diantaranya adalah Hue (spektrum warna), Saturation (nilai kepekatan), dan Lightness (nilai cahaya dari gelap ke terang).
• Tekstur
Tekstur adalah nilai raba dari suatu permukaan. Secara fisik tekstur dibagi menjadi tekstur kasar dan halus, dengan kesan pantul mengkilat dan kusam. Ditinjau dari efek tampilannya, tekstur digolongkan menjadi tekstur nyata dan tekstur semu. Disebut tekstur nyata bila ada kesamaan antara hasil raba dan penglihatan. Sementara itu, pada tekstur semu terdapat perbedaan antara hasil penglihatan dan perabaan. Dalam penerapannya, tekstur dapat berpengaruh terhadap unsur visual lainnya, yaitu kejelasan titik, kualitas garis, keluasan bidang dan ruang, serta intensitas warna.
(44)
BAB III
TINJAUAN UMUM CATUR WAYANG JOGJAKARTA
3.1. Profil Industri Rumahan Batik Linggarjati
Batik Linggarjati adalah sebuah industri rumahan yang bergerak di bidang kerajinan pahat dan keramik. Produk-produk Batik Linggarjati mempunyai keunikan tersendiri karena di dalam setiap produk yang dibuatnya selalu ditorehkan batik tulis sehingga produk-produk yang dihasilkan mempunyai nilai estetik lebih. Batik Linggarjati sendiri terletak di Dusun Wisata Krebet, Sendangsari, Pajangan, Bantul, Jogjakarta. Batik Linggarjati didirikan dan dipimpin oleh Supriyanto.
Tagline dari Batik Linggarjati adalah, “Batik mencerminkan keindahan, nilai tradisi, budaya, jalan hidup kejadian tertentu (sejarah), pesan-pesan budaya, dan identitas sebuah masyarakat”.
Selain sebagai tempat produksi kerajinan, Batik Linggarjati juga membuka sebuah sanggar dimana pengunjung bisa mencoba dan belajar membatik sendiri. Batik Linggarjati juga mempunyai show room, dimana hasil kerajinan yang sudah jadi ditempatkan di tempat tersebut agar para pengunjung bisa mengamati produk-produk kerajinannya.
Produk-produk kerajinan yang dihasilkan oleh Batik Linggarjati diantaranya adalah topeng, patung, nampan, keramik-keramik (mangkuk, guci), pajangan dan pernak-pernik lainnya. Salah satu produk unggulannya adalah Catur Wayang.
(45)
3.2. Catur Wayang Jogjakarta
Catur wayang adalah sebuah kreasi baru dalam dunia permainan catur. Catur wayang ini memiliki aturan permainan yang sama dengan catur biasa, jumlah pionnya pun sama. Lalu apa yang membuat catur wayang ini berbeda dengan catur yang sudah ada selama ini? Hal yang membedakan itu adalah desain dari buah catur dan alas catur.
Desain buah catur pada umumnya tidak banyak perbedaan antara desain catur yang satu dengan desain catur yang lain. Dari hal inilah, Batik Linggarjati membuat sebuah terobosan dengan membuat desain catur berdasarkan salah satu budaya lokal Indonesia, yaitu wayang. Catur wayang ini pada awalnya timbul dari gagasan sang pemilik Batik Linggarjati, Supriyanto yang juga penggemar permainan catur. Agar permainan catur menjadi lebih seru dan lebih disukai maka diambil sebuah solusi yaitu dengan cara membuat visualisasi baru pada buah catur dan alas catur tersebut, sebagai penambah nilai estetik agar catur tersebut memiliki identitas maka diambilah wayang sebagai dasar dari desain catur baru tersebut.
Setelah ditetapkan bahwa wayanglah sebagai tema utama desain pionnya, langkah selanjutnya yang diambil oleh Batik Linggarjati adalah menentukan cerita wayang apa yang akan diangkat. Setelah mengadakan rapat maka diangkatlah sebuah cerita wayang yang sudah terkenal yaitu Ramayana. Catur wayang ini pertama kali dibuat pada bulan juli tahun 2007.
(46)
Pembuatan catur wayang ini tidak asal-asalan, karena Batik Linggarjati ingin memberikan yang terbaik kepada konsumennya dan mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan melestarikan budaya Indonesia. Adapun susunan cara pembuatan produk kerajinan wayang catur adalah sebagai berikut:
a. Perajin menyiapkan kayu gelondong dari pohon klepu.
b. Kayu gelondong tersebut digergaji hingga berbentuk papan-papan sesuai dengan ukuran buah catur yang akan dibuat. Alat yang digunakan adalah gergaji kayu biasa.
c. Dikeringkan, apabila ingin mendapat hasil yang maksimal maka dikeringkannya dengan cara diangin-angin, tidak dengan cara dijemur di bawah cahaya matahari langsung karena akan membuat kayu terlalu kering dan dalam jangka waktu yang relatif pendek kayu tersebut akan mudah retak.
d. Di mal (di bentuk pola wayang menggunakan pensil).
e. Digergaji dengan bentuk global menggunakan gergaji listrik statis. f. Dipahat sesuai detail menggunakan alat pahat dan palu biasa.
g. Agar hasil pahatan lebih optimal maka diperhalus menggunakan amplas. h. Dibatik menggunakan alat yang disebut canthing, pewarnanya
menggunakan malam/lilin batik.
i. Diwarnai menggunakan kuas, pewarnanya ‘naptol’
j. “Dilorot”, istilah dalam membatik untuk menghilangkan lilin dengan cara direbus (lilin akan leleh, tapi warna akan tetap menempel)
k. Dikeringkan dengan cara diangin-angin, apabila terlalu lama terkena panas matahari dapat menyebabkan kayu menjadi pecah
l. Finishing, dilapis dengan menggunakan ‘aqua wood finish’ agar buah catur dan alasnya lebih berkilau.
(47)
3.3. Deskripsi Buah Catur Pada Catur Wayang
Sama halnya dengan catur pada umumnya, catur wayang mempunyai buah catur sebanyak enambelas berwarna kuning (sebagai pengganti warna putih) dan enambelas buah catur berwarna merah (sebagai pengganti warna hitam). Untuk buah catur yang berwarna kuning diantaranya adalah:
a. Rama b. Sinta c. Hanoman d. Sugriwa e. Jatayu f. Gunungan g. Wanara
Untuk buah catur yang berwarna merah diantaranya adalah: a. Rahwana
b. Mandodari c. Indrajit d. Marica
e. Kumbakarna f. Gunungan g. Raksasa
(48)
3.3.1. Penjabaran Buah Catur Kuning (Ayodhya / Rama) A. Rama
Rama adalah tokoh utama laki-laki dalam kisah Ramayana. Rama merupakan anak sulung dari Raja Dasarata dari Ayodhya dan ibunya bernama Kosalya. Diceritakan dalam kisah Ramayana bahwa Rama adalah bentuk inkarnasi dari dewa Wisnu. Ia merupakan seorang ksatria yang kuat dalam medan perang dan memiliki banyak kesaktian namun dengan segala kesaktian tersebut Rama tidak menjadi sombong, angkuh, dan bertingkah seenaknya. Rama memiliki sifat bijaksana, sabar, pemaaf, adil, dan bertanggung jawab sehingga ia sangat disukai oleh orang-orang disekelilingnya. Rama memiliki senjata sakti berupa busur yang bernama Brahma Astra. Sekali anak panah Brahma Astra dilepaskan dari busurnya maka anak panah tersebut akan terus mengejar ke mana pun targetnya pergi dan baru berhenti ketika targetnya meninggal. Rahwana pun meninggal karena terkena Brahma Astra yang menembus jantungnya.
Rama dipandang sebagai Maryada Purushottama, yang artinya "Manusia Sempurna". Setelah dewasa, Rama memenangkan sayembara dan beristerikan Dewi Sinta, inkarnasi dari Dewi Laksmi. Rama memiliki anak kembar, yaitu Kusa dan Lawa
(49)
Gambar (Depan)
Gambar Gambar
(Samping) (Belakang)
Keterangan Penokohan Keterangan Buah Catur
PERAN Raja ALIANSI Ayodhya (Buah Catur Kuning)
NAMA TOKOH Rama TINGGI 13 cm
GOLONGAN Awatara Wisnu PANJANG 4,2 cm
ASAL Ayodhya, Kerajaan Kosala LEBAR 3,4 cm
SENJATA Busur Kokanda BERAT 50 gram
PASANGAN Sinta
(50)
B. Sinta
Ramayana menceritakan bahwa Sinta bukan putri kandung Janaka. Sinta merupakan inkarnasi dari dewi Laksmi, dewi keberuntungan, istri dewa Wisnu. Suatu ketika Kerajaan Wideha dilanda kelaparan. Janaka sebagai raja melakukan upacara atau yadnya di suatu area ladang antara lain dengan cara membajak tanahnya. Ternyata mata bajak Janaka membentur sebuah peti yang berisi bayi perempuan. Bayi itu dipungutnya menjadi anak angkat dan dianggap sebagai titipan Pertiwi, dewi bumi dan kesuburan.
Sinta dibesarkan di istana Mithila, ibu kota Wideha oleh Janaka dan Sunayana, permaisurinya. Setelah usianya menginjak dewasa, Janaka pun mengadakan sebuah sayembara untuk menemukan pasangan yang tepat bagi putrinya itu. Sayembara tersebut adalah membentangkan busur pusaka maha berat anugerah Dewa Siwa, dan dimenangkan oleh Sri Rama, seorang pangeran dari Kerajaan Kosala. Setelah menikah, Sinta pun tinggal bersama suaminya di Ayodhya, ibu kota Kosala.
Suatu ketika Sinta diculik oleh Rahwana dan peristiwa inilah penyebab terjadinya perang besar antara pihak Rama yang ingin mengambil kembali Sinta dan pihak Rahwana yang menginginkan agar Sinta menjadi istri Rahwana. Kesetiannya pernah diuji saat ia diculik oleh Rahwana dan disandra di taman Asoka, Sinta dihasut akan diberikan harta dan kekuasaan apabila ia mau menjadi istri Rahwana, namun usaha Rahwana tersebut sia-sia karena Sinta sama sekali tidak menginginkan hal tersebut.
(51)
Gambar (Depan)
Gambar Gambar
(Samping) (Belakang)
Keterangan Penokohan Keterangan Buah Catur
PERAN Ratu ALIANSI Ayodhya (Buah Catur Kuning)
NAMA TOKOH Sinta TINGGI 11,8 cm
GOLONGAN Awatara Laksmi PANJANG 4 cm
ASAL Mithila, Kerajaan Wideha LEBAR 3,5 cm
SENJATA - BERAT 47 gram
PASANGAN Rama
(52)
C. Hanoman
Hanoman adalah putra Anjani, seekor wanara wanita. Dahulu Anjani sebetulnya merupakan bidadari, bernama Punjikastala. Namun karena suatu kutukan, ia terlahir ke dunia sebagai wanara wanita. Kutukan tersebut bisa berakhir apabila ia melahirkan seorang putera yang merupakan penitisan Siwa. Anjani menikah dengan Kesari, seekor wanara perkasa. Bersama dengan Kesari, Anjani melakukan tapa ke hadapan Siwa agar Siwa bersedia menjelma sebagi putera mereka. Karena Siwa terkesan dengan pemujaan yang dilakukan oleh Anjani dan Kesari, ia mengabulkan permohonan mereka dengan turun ke dunia sebagai Hanoman.
Salah satu versi menceritakan bahwa ketika Anjani bertapa memuja Siwa, di tempat lain, Raja Dasarata melakukan
Putrakama Yadnya untuk memperoleh keturunan. Hasilnya, ia menerima beberapa makanan untuk dibagikan kepada tiga istrinya, yang di kemudian hari melahirkan Rama, Laksmana, Bharata dan Satrugna. Atas kehendak dewata, seekor burung merenggut sepotong makanan tersebut, dan menjatuhkannya di atas hutan dimana Anjani sedang bertapa. Bayu, Sang dewa angin, mengantarkan makanan tersebut agar jatuh di tangan Anjani. Anjani memakan makanan tersebut, lalu lahirlah Hanoman
(53)
Gambar (Depan)
Gambar Gambar
(Samping) (Belakang)
Keterangan Penokohan Keterangan Buah Catur
PERAN Menteri I / Gajah I / Uskup I ALIANSI Ayodhya (Buah Catur Kuning)
NAMA TOKOH Hanoman TINGGI 10,8 cm
GOLONGAN Wanara PANJANG 4 cm
ASAL Kerajaan Kiskenda LEBAR 3,5 cm
SENJATA Gada BERAT 45 gram
PASANGAN -
(54)
D. Sugriwa
Sugriwa adalah seorang raja kera dan merupakan seekor wanara. Ia tinggal di Kerajaan Kiskenda bersama kakaknya yang bernama Subali. Ia adalah teman Rama dan membantunya memerangi Rahwana untuk menyelamatkan Sinta. Saat Sinta diculik oleh Rahwana, Sugriwa mengerahkan prajuritnya yang terbaik untuk menjelajahi bumi demi menemukan Sinta. Prajurit pilihan Sugriwa terdiri dari Hanoman, Nila, Jembawan, Anggada, Gandamadana, dan lain-lain.
Para prajurit pilihan Sugriwa menjelajahi daerah selatan India dan sampai di sebuah pantai. Atas petunjuk Sempati, Hanoman terbang ke Alengka dan mendapati bahwa Sinta ada di sana dan ditawan oleh Rahwana. Saat berita tersebut sampai ke Kiskenda, Sugriwa langsung mengerahkan tentara wanaranya untuk menggempur Alengka dan membunuh Rahwana. Ketika perjalanan tentaranya terhambat di tepi pantai, Sugriwa mengerahkan prajurit-prajuritnya untuk membangun sebuah jembatan besar yang diberi nama "Situbanda". Akhirnya saat sampai di Alengka, Sugriwa bersama prajurit wanara lainnya membunuh para prajurit andalan Rahwana.
(55)
Gambar (Depan)
Gambar Gambar
(Samping) (Belakang)
Keterangan Penokohan Keterangan Buah Catur
PERAN Menteri II / Gajah II / Uskup II ALIANSI Ayodhya (Buah Catur Kuning)
NAMA TOKOH Sugriwa TINGGI 10,7 cm
GOLONGAN Wanara PANJANG 3,9 cm
ASAL Kerajaan Kiskenda LEBAR 3,5 cm
SENJATA - BERAT 45 gram
PASANGAN Tara
(56)
E. Jatayu
Jatayu adalah putera dari Aruna dan keponakan dari Garuda. Ia merupakan saudara Sempati. Ia adalah seekor burung yang melihat bagaimana Sinta diculik oleh Rahwana. Ketika Sinta diculik oleh Rahwana, Jatayu yang sedang berada di dahan sebuah pohon melihat ke atas dan tampak Rahwana terbang membawa Sinta, puteri Prabu Janaka. Jatayu yang bersahabat dengan Raja Dasarata, merasa bertanggung jawab terhadap Sinta yang merupakan istri putera sahabatnya, Rama. Ia menyerang Rahwana dengan segenap tenaganya. Namun ketika Jatayu sedang berusaha menyelamatkan Sinta dari Rahwana, sayapnya ditebas dengan pedang dan ia pun terjatuh ke tanah.
Ketika Rama dan Lakshmana sedang menelusuri hutan untuk mencari Dewi Sita, tampak oleh mereka darah berceceran. Setelah dicari asalnya, mereka menemukan seekor burung tanpa sayap sedang sekarat. Burung tersebut mengaku bernama Jatayu, yang berusaha menolong Dewi Sinta karena diculik Rahwana. Namun usahanya tidak berhasil sehingga Dewi Sinta dibawa pergi ke Alengka. Melihat keadaan Sang Jatayu yang sekarat, Rama memberi hormat untuk yang terakhir kalinya. Tak lama kemudian Jatayu menghembuskan nafas terakhirnya.
(57)
Gambar (Depan)
Gambar Gambar
(Samping) (Belakang)
Keterangan Penokohan Keterangan Buah Catur
PERAN Kuda/ Ksatria ALIANSI Ayodhya (Buah Catur Kuning)
NAMA TOKOH Jatayu TINGGI 9,2 cm
GOLONGAN BurungGaruda PANJANG 3,9 cm
ASAL - LEBAR 2,7 cm
SENJATA - BERAT 37,5 gram
PASANGAN -
(58)
F. Gunungan
Gunungan banyak digunakan dalam dunia pewayangan. Biasanya digunakan pada saat dalang memulai suatu kisah. Dalam pewayangan sendiri, gunungan digunakan sebagai sesuatu yang memiliki arti sebuah dunia. Gunungan biasa disebut dengan
kekayon. Dalam gunungan walaupun tidak ada aturan pasti namun secara garis besar terbagi menjadi tiga bagian, yaitu : Alam Niskala, puncak gunungansampai bagian atas gebukan, berbentuk segitiga; Alam Sakal Niskala merupakan alam atau jagat penghubung, digambarkan sebagai pohon besar yang tumbuh diatas bangunan dan cabangnya memnuhi sampai puncak; Alam Sakala merupakan alat jagat besar, merupakan kehidupan alam semesta lingkungan dan isinya. Digambarkan berbagai binatang yang hidup di sana.
(59)
Gambar (Depan)
Gambar Gambar
(Samping) (Belakang)
Keterangan Penokohan Keterangan Buah Catur
PERAN Benteng ALIANSI Ayodhya (Buah Catur Kuning)
NAMA TOKOH Gunungan TINGGI 9 cm
GOLONGAN - PANJANG 3,6 cm
ASAL - LEBAR 3,2 cm
SENJATA - BERAT 30 gram
PASANGAN -
(60)
G. Wanara
Dalam mitologi Hindu, Wanara berarti "manusia berekor monyet". Istilah ini sangat terkenal untuk merujuk kepada ras manusia-kera dalam wiracarita Ramayana yang memiliki sifat gagah berani dan selalu ingin tahu. Dalam cerita Ramayana, para Wanara umumnya tinggal di Kiskenda yang di masa sekarang terletak di wilayah India Selatan, di tengah hutan Dandaka, dimana Sri Rama menjumpai mereka saat berpetualang mencari Sinta. Para wanara menolong Rama mencari Sinta, dan juga turut bertarung melawan Rahwana, sang penculik Sinta.
Seperti yang digambarkan dalam wiracarita, ciri-ciri wanara misalnya suka bersenang-senang, kekanak-kanakan, ringan tangan, suka bercanda, hiperaktif, gemar berpetualang, jujur nan polos, setia, berani, dan ramah. Mereka lebih pendek daripada tinggi manusia pada umumnya dan tubuh mereka ditutupi oleh bulu yang cerah, umumnya berwarna cokelat.
Bangsa wanara banyak berjasa saat perjalanan mencari Sinta, diantaranya adalah ketika pasukan yang dipimpin Rama terhambat di tepi pantai untuk menuju Alengka, para wanara membangun sebuah jembatan besar yang diberi nama "Situbanda". Akhirnya saat sampai di Alengka, para prajurit wanara yang dipimpin oleh Sugriwa banyak membunuh prajurit-prajurit andalan Rahwana.
(61)
Gambar (Depan)
Gambar Gambar
(Samping) (Belakang)
Keterangan Penokohan Keterangan Buah Catur
PERAN Prajurit / Pion ALIANSI Ayodhya (Buah Catur Kuning)
NAMA TOKOH Wanara TINGGI 8 cm
GOLONGAN Wanara PANJANG 3, 7 cm
ASAL Kerajaan Kiskenda LEBAR 2,6 cm
SENJATA - BERAT 25 gram
PASANGAN -
(62)
3.3.2. Penjabaran Buah Catur Merah (Alengka / Rahwana) A. Rahwana
Rahwana merupakan musuh utama dari kisah Ramayana, Rahwanalah yang menculik Sinta dari Rama. Ia adalah putra dari pasangan Wisrawa dan istrinya Kekasi. Rahwana adalah raja dari kerajaan Alengka. Rahwana dilukiskan dalam kesenian dengan sepuluh kepala, menunjukkan bahwa ia memiliki pengetahuan dalam Weda dan sastra. Karena punya sepuluh kepala ia diberi nama "Dasamukha" (bermuka sepuluh), "Dasagriva" (berleher sepuluh) dan "Dasakanta" (berkerongkongan sepuluh). Ia juga memiliki dua puluh tangan, menunjukkan kesombongan dan kemauan yang tak terbatas. Ia juga dikatakan sebagai ksatria besar.
Saat masih muda, Rahwana mengadakan tapa memuja dewa Brahma selama bertahun-tahun. Karena berkenan dengan pemujaannya, Brahma muncul dan mempersilakan Rahwana mengajukan permohonan. Mendapat kesempatan tersebut, Rahwana memohon agar ia hidup abadi, namun permohonan tersebut ditolak oleh Brahma. Sebagai gantinya, Rahwana memohon agar ia kebal terhadap segala serangan dan selalu unggul di antara para dewa, makhluk surgawi, raksasa, detya, danawa, segala naga dan makhluk buas. Karena menganggap remeh manusia, ia tidak memohon agar unggul terhadap mereka. Mendengar permohonan tersebut, Brahma mengabulkannya, dan menambahkan kepandaian menggunakan senjata dewa dan ilmu sihir.
(63)
Gambar (Depan)
Gambar Gambar
(Samping) (Belakang)
Keterangan Penokohan Keterangan Buah Catur
PERAN Raja ALIANSI Alengka (Buah Catur Merah)
NAMA TOKOH Rahwana TINGGI 12,7 cm
GOLONGAN Raksasa PANJANG 4 cm
ASAL Kerajaan Alengka LEBAR 3,5 cm
SENJATA Gada
Panah, da 2 gram
, Pedang, Tombak,
n lain-lain BERAT 5
PASANGAN Mandodari
(64)
B. Mandodari
Mandodari merupakan istri pertama dari Rahwana. Mandodari mempunyai paras yang sangat cantik. Ia merupakan anak dari Dewa Mayasura dan Dewi Hema. Mandodari merupakan salah satu dari Panca Kanya yang dalam mitologi Hindhu merupakan sebutan untuk lima wanita terbaik, empat diantaranya yaitu Ahalya, Draupadi, Sinta, dan Tara. Ia merupakan seorang wanita yang menghabiskan waktunya untuk bertapa kepada Brahma dan pada suatu ketika Rahwana yang mendengar kabar tentang kecantikan Mandodari datang dan melamarnya. Pada awalnya Mandodari menolak namun setelah dirayu akhirnya hatinya luluh juga.
(65)
Gambar (Depan)
Gambar Gambar
(Samping) (Belakang)
Keterangan Penokohan Keterangan Buah Catur
PERAN Ratu ALIANSI Alengka (Buah Catur Merah)
NAMA TOKOH Mandodari TINGGI 11,7 cm
GOLONGAN Panca Kanya PANJANG 4,2 cm
ASAL Kerajaan Alengka LEBAR 2,7 cm
SENJATA - BERAT 46 gram
PASANGAN Rahwana
(66)
C. Indrajit
Indrajit adalah putra Rahwana, raja bangsa Raksasa dari Kerajaan Alengka. Ibunya bernama Mandodari putri Asura Maya. Sewaktu lahir, Indrajit diberi nama Megananda karena tangisan pertamanya diiringi suara petir menggelegar, pertanda kelak ia akan tumbuh menjadi seorang kesatria besar.
Ketika dewasa, Megananda pernah membantu ayahnya bertempur melawan para dewa kahyangan. Dalam pertempuran itu, Megananda berhasil menangkap dan menawan Indra, raja para dewa. Dewa Brahma muncul melerai. Indra pun dibebaskan oleh Megananda. Sebagai gantinya ia mendapatkan pusaka ampuh dari Brahma bernama Brahmasta. Brahma juga memberikan julukan Indrajit kepada Megananda yang bermakna "Penakluk Indra".
Indrajit merupakan ksatria yang sakti mandraguna. Dalam perang melawan pasukan Wanara, ia pernah melepaskan senjata
Nagapasa yang keampuhannya mampu melumpuhkan Sri Rama. Setelah melalui pertempuran seru, ia akhirnya tewas di tangan Laksmana adik Rama.
(67)
Gambar (Depan)
Gambar Gambar
(Samping) (Belakang)
Keterangan Penokohan Keterangan Buah Catur
PERAN Menteri I / Gajah I / Uskup I ALIANSI Alengka (Buah Catur Merah)
NAMA TOKOH Indrajit TINGGI 10,6 cm
GOLONGAN Raksasa PANJANG 4,2 cm
ASAL Kerajaan Alengka LEBAR 3,9 cm
SENJATA Brahma
Naga 5 gram
stra (Brahma Astra),
pasa BERAT 4
PASANGAN -
(68)
D. Marica
Marica adalah seorang raksasa, putera Tataka dan Sunda. Ia tinggal di hutan Dandaka dan menjadi patih Rahwana. Saat Rahwana berniat untuk menculik Sinta, Marica dikunjungi untuk dimintai bantuan. Marica yang mengetahui kekuatan Rama, menolak untuk menyetujui rencana tersebut. Ia menasihati Rahwana untuk membatalkan niat jahat itu. Ia berkata bahwa rencana tersebut akan mengantarkan kehancuran bagi Alengka dan kaum raksasa. Mulanya Rahwana sadar setelah mendapat nasihat Marica, namun setelah ia kembali ke Alengka, Surpanaka datang dan menghasut Rahwana dengan cara memutarbalikkan fakta. Niat Rahwana timbul kembali untuk yang kedua kalinya dan ia bersikeras untuk menculik Sinta.
Rahwana datang kembali ke kediaman Marica untuk yang kedua kalinya. Kali ini Marica sadar bahwa jika niat Rahwana tidak dijalankan maka dirinya akan dibunuh, namun jika ia menjalankan rencana Rahwana sudah pasti nyawanya akan berakhir di tangan Rama. Setelah berpikir matang-matang, Marica menyetujui niat licik Rahwana. Ia merasa beruntung apabila gugur di tangan ksatria besar seperti Rama daripada di tangan raksasa Rahwana. Dengan menyamar menjadi kijang, Marica mengalihkan perhatian Rama untuk memburunya sementara Sinta ditinggal bersama Laksmana.
(69)
Ketika Rama tahu bahwa Marica sedang mengelabuinya, ia melepaskan anak panahnya dan mengubah Marica ke wujud semula. Saat sedang sekarat, Marica menirukan suara Rama dan mengerang dengan keras sampai ke telinga Sinta dan Laksmana. Yakin bahwa itu suara Rama, Sinta menyuruh Laksmana agar pergi menyusul Rama. Sementara Laksama menyusul Rama, Rahwana menyamar menjadi brahmana untuk mengelabui Sinta kemudian menculiknya.
(70)
Gambar (Depan)
Gambar Gambar
(Samping) (Belakang)
Keterangan Penokohan Keterangan Buah Catur
PERAN Menteri II / Gajah II/ Uskup II ALIANSI Alengka (Buah Catur Merah)
NAMA TOKOH Marica TINGGI 10 cm
GOLONGAN Raksasa PANJANG 4 cm
ASAL Hutan Dandaka LEBAR 3,7 cm
SENJATA Gada BERAT 45 gram
PASANGAN -
POSISI
(71)
E. Kumbakarna
Dalam wiracarita Ramayana, Kumbakarna adalah saudara kandung Rahwana, raja raksasa dari Alengka. Kumbakarna merupakan seorang raksasa yang sangat tinggi dan berwajah mengerikan, tetapi bersifat perwira dan sering menyadarkan perbuatan kakaknya yang salah. Ia memiliki suatu kelemahan, yaitu tidur selama enam bulan, dan selama ia menjalani masa tidur, ia tidak mampu mengerahkan seluruh kekuatannya.
Saat Kerajaan Alengka diserbu oleh Rama dan sekutunya, Rahwana memerintahkan pasukannya untuk membangunkan Kumbakarna yang sedang tertidur. Utusan Rahwana membangunkan Kumbakarna dengan menggiring gajah agar menginjak-injak badannya serta menusuk badannya dengan tombak, kemudian saat mata Kumbakarna mulai terbuka, utusannya segera mendekatkan makanan ke hidung Kumbakarna. Setelah menyantap makanan yang dihidangkan, Kumbakarna benar-benar terbangun dari tidurnya.
Setelah bangun, Kumbakarna menghadap Rahwana. Ia mencoba menasihati Rahwana agar mengembalikan Sita dan menjelaskan bahwa tindakan yang dilakukan kakaknya itu adalah salah. Rahwana sedih mendengar nasihat tersebut sehingga membuat Kumbakarna tersentuh. Tanpa sikap bermusuhan dengan Rama, Kumbakarna maju ke medan perang untuk menunaikan kewajiban sebagai pembela negara. Sebelum bertarung Kumbakarna berbincang-bincang dengan Wibisana, adiknya, setelah itu ia berperang dengan pasukan wanara.
(72)
Rama memutuskan kedua tangan Kumbakarna. Namun dengan kakinya, Kumbakarna masih bisa menginjak-injak pasukan wanara. Kemudian Rama memotong kedua kaki Kumbakarna dengan panahnya. Tanpa tangan dan kaki, Kumbakarna mengguling-gulingkan badannya dan melindas pasukan wanara. Melihat keperkasaan Kumbakarna, Rama merasa terkesan dan kagum. Namun ia tidak ingin Kumbakarna tersiksa terlalu lama. Akhirnya Rama melepaskan panahnya yang terakhir. Panah tersebut memisahkan kepala Kumbakarna dari badannya dan membawanya terbang, lalu jatuh di pusat kota Alengka.
(73)
Gambar (Depan)
Gambar Gambar
(Samping) (Belakang)
Keterangan Penokohan Keterangan Buah Catur
PERAN Kuda / Ksatria ALIANSI Alengka (Buah Catur Merah)
NAMA TOKOH Kumbakarna TINGGI 10 cm
GOLONGAN Raksasa PANJANG 3,8 cm
ASAL Kerajaan Alengka LEBAR 3,5 cm
SENJATA Gada BERAT 35 gram
PASANGAN -
(74)
F. Gunungan
Penggunaan karakter gunungan pada buah catur merah memiliki penjelasan yang sama pada buah catur gunungan warna kuning (lihat sub bab 3.3.1.F, halaman 49). Yang membedakan hanya pada warna dan corak batik.
(75)
Gambar (Depan)
Gambar Gambar
(Samping) (Belakang)
Keterangan Penokohan Keterangan Buah Catur
PERAN Benteng ALIANSI Alengka (Buah Catur Merah)
NAMA TOKOH Gunungan TINGGI 9 cm
GOLONGAN - PANJANG 3,6 cm
ASAL - LEBAR 3 cm
SENJATA - BERAT 31 gram
PASANGAN -
(76)
G. Raksasa
Kitab Ramayana menguraikan bahwa raksasa adalah makhluk yang diciptakan dari kaki Brahma; di lain kisah, mereka muncul dari Pulastya, atau dari Khasa, atau dari Nirriti dan Nirrita. Dewa Brahma juga dikatakan pernah memberikan berkah kepada raksasa yang memujanya, seperti misalnya Wibisana, Hiranyaksa, dan Hiranyakasipu.
Beberapa raksasa merupakan inkarnasi dari orang-orang yang berdosa pada kehidupannya yang sebelumnya. Raksasa terkenal karena kejahatannya dalam hal mengganggu upacara, menodai makam, mengganggu para pendeta, dan sebagainya. Kuku mereka beracun, dan mereka makan daging manusia atau makanan hasil rampasan. Mereka memiliki ilmu gaib dan mampu mengubah wujud menjadi manusia atau burung besar.
(77)
Gambar (Depan)
Gambar Gambar
(Samping) (Belakang)
Keterangan Penokohan Keterangan Buah Catur
PERAN Prajurit / Pion ALIANSI Alengka (Buah Catur Merah)
NAMA TOKOH Raksasa TINGGI 7,8 cm
GOLONGAN Raksasa PANJANG 3,9 cm
ASAL Kerajaan Alengka LEBAR 3 cm
SENJATA Gada BERAT 24 gram
PASANGAN -
(78)
BAB IV
KAJIAN UNSUR-UNSUR VISUAL DAN PERAN PADA CATUR WAYANG JOGJAKARTA
4.1. Kajian Catur Wayang Berdasarkan Visualisasi dari Wayang Kulit
Dalam Catur Wayang Jogjakarta terdapat empatbelas karakter yang diangkat ke dalam buah catur. Masing-masing karakter mempunyai peran penting dalam cerita Ramayana dan mempunyai fungsi dalam permainan catur. Pengambilan penokohan dalam catur wayang ini pun benar-benar berdasarkan dari cerita Ramayana dan tidak ada tokoh tambahan dari kisah wayang yang lainnya.
Menurut David Irvine (2005: 139), wayang kulit secara garis besar dapat dibedakan menurut ukuran, bentuk, warna, dan busana yang dipakainya. Untuk perbedaan lebih lanjut dapat dilihat dari bentuk karakteristik muka, aksesoris yang dipakai, dan bentuk tangan. Hal-hal tersebut dapat menjamin bahwa tiap karakter memiliki ciri khas yang dapat dikenali dan membuatnya berbeda dengan karakter wayang lainnya.
Analisa pada Buah Catur Wayang Jogjakarta ini berpijak pada hasil penjabaran Bab II (Lihat sub bab 2.2.2: definisi wayang kulit), yakni menganalisa komponen-komponen atau unsur-unsur visual yang terdapat pada wayang kulit, mencakup ukuran wayang, bentuk wayang (posisi kepala, mata, hidung, kumis, mulut, badan, tangan, dan kaki), warna, busana, dan aksesoris-aksesorisnya. Dalam proses analisa ini, pembahasan juga diarahkan untuk menemukan dan mengetahui perbedaan-perbedaan yang terdapat diantara buah catur wayang dengan wayang kulit. Untuk lebih jelasnya dapar dilihat dari penjelasan pada tabel berikut:
(79)
4.1.1. Buah Catur Rama
ANALISA VISUAL
BUAH CATUR WAYANG WAYANG KULIT
UNSUR VISUAL WAYANG
KEPALA
ANALISA PERBANDINGAN
KEPALA
Luruh adalah istilah untuk
menggambarkan posisi kepala yang menunduk.
Luruh adalah istilah untuk
menggambarkan posisi kepala yang menunduk.
Pada bagian kepala buah catur wayang memiliki bentuk yang sama dengan kepala pada wayang kulit.
MATA MATA ANALISA PERBANDINGAN
Tipe mata jaitan (berbertuk
i sebuah jahitan benang)
Gabahan (berbentuk seperti
h).
Tipe mata jaitan (berbertuk
seperti sebuah jahitan benang)
atau Gabahan (berbentuk seperti
gabah)
Pada bagian mata buah catur wayang memiliki bentuk yang sama dengan mata pada wayang kulit.
sepert atau gaba
HIDUNG HIDUNG ANALISA PERBANDINGAN
BENTUK
Walmiring atau Mbangir adalah Walmiring atau Mbangir adalah
Pada bagian hidung buah catur wayang memiliki bentuk yang sama dengan hidung pada wayang kulit.
(1)
Setelah dianalisa antara peran penokohan dalam cerita Ramayana dengan peran masing-masing buah catur wayang maka sudah tepat. Masing-masing tokoh yang diambil memiliki peranan penting dalam perkembangan cerita dan peranan tersebut selaras dalam penerapannya ke dalam visualisasi buah catur.
5.2. SARAN-SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, disarankan kepada home industry Batik Linggarjati Krebet, Bantul, Jogjakarta selaku pembuat dan kreator produk Catur Wayang Jogjakarta agar :
o Pembuatan Catur Wayang Jogjakarta sesuai dengan tujuan utamanya, yaitu untuk melestarikan budaya bangsa maka perlu ditingkatkannya detail-detail yang terlewatkan dalam catur wayang ini, karena dalam pewayangan tiap komponen memiliki arti dan fungsi tersendiri dan apabila dihilangkan dapat menimbulkan keganjilan dan kebingungan tentang identitas karakter tersebut.
o Penggunaan warna juga perlu diperhatikan lagi, karena dalam bermain catur penggunaan warna yang mencolok serta berbeda antara lawan dan kawan sangat penting agar tidak mengganggu konsentrasi dan kenyamanan bermain. Ada baiknya menggunakan warna hitam-putih yang sudah dipahami oleh masyarakat luas atau menggunakan warna lain dengan melakukan studi tentang warna terlebih dahulu.
o Mempertahankan kualitas produksi kerajinan yang telah dicapai dan meningkatkan lagi ide-ide kreatifnya, sehingga produksi kerajinan-kerajinan berikutnya akan lebih sukses lagi.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
H. J. R. Murray. (1998). History of Chess. Jogjakarta : Bentang Pustaka. Irvine, David. (2005). Leather Gods & Wooden Heroes. Marshall Cavendish
Times Edition.
Kartika, Dharsono Sony. (2007). Estetika. Bandung : Rekayasa Sains.
Kusrianto, Adi. (2007). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Jogjakarta : Penerbit ANDI.
Nugroho, Eko. (2008). Pengenalan Teori Warna. Jogjakarta : Penerbit ANDI
Sloan, Muhammad Ismail. (2003). Taktik Jenius Bermain Catur. Jogjakarta : Balai Pustaka.
R.A. Kosasih. (1984). Rama dan Sinta A. Bandung : Erlina. R.A. Kosasih. (1984). Rama dan Sinta B. Bandung : Erlina. R.A. Kosasih. (1984). Rama dan Sinta C. Bandung : Erlina.
R.K. Narayang. (2006). Ramayana. Yogyakarta : Bentang Pustaka.
R.Ng. Kartapradja. (1937). Rama Ingkang Andjarwakaken. Batavia Centrum: Bale Poestaka.
Wardoyo, Broto. (2008, 11 Agustus). Papan Catur Timur Tengah, Harian Kompas, hlmn. 6.
_____________.(1991).Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta:Balai Pustaka.
(3)
SKRIPSI/MAKALAH AKADEMIK :
Arief, Lukman. (2006). Kajian Unsur Lokal Pada Iklan Susu Kental Manis/PT. Frisian Flag Indonesia. Laporan Skripsi – Jurusan Desain Komunikasi Visual. Universitas Komputer Indonesia.
Nurgiyantoro, Burhan. (2003). Wayang Dalam Fiksi Indonesia. Laporan Skripsi – Departemen Ilmu Susastra. Universitas Indonesia.
SITUS INTERNET :
Nazrina, Rina. (2009). Sejarah Catur. Diakses pada 4 Oktober 2009 dari http://www.kyma26.co.cc/2009/01/sejarah-catur.html
Triscbn. (2009). Sekilas Sejarah Wayang di Indonesia. Diakses pada 4
November 2009 dari
http://triscbn.wordpress.com/2009/09/15/sekilas-sejarah-wayang-di-indonesia/
Sutini. (2004). Sejarah Perkembangan Kesenian Wayang.. Diakses pada 23
Maret 2009 dari http://www.petra.ac.id/eastjava/culture/wayang.htm.
(4)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pribadi
Nama Lengkap : Wira Mahardika Putra Tempat Lahir : Surakarta
Tanggal Lahir : 10 Juli 1988 Jenis Kelamin : Pria
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum Menikah Kewarganegaraan / Suku : Indonesia / Jawa
Alamat Sementara : Gg. Kubangsari I no. 38 Sekeloa Bandung
HP : 085217569488
Email : maz_wira@yahoo.com
Status Tempat Tinggal : Kos / Asrama
Alamat Tetap : Perum Depsos I no.1 RT 03 Rw 13 Karadenan Bogor
Kode Pos : 16913
Telepon : 0251 – 657006 Riwayat Keluarga
Hubungan Nama Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan
Ayah Moh. Roji Pria S-2 PNS
Ibu Dewi Lestriyani P.A Wanita S-2 PNS
Kakak Sindhu Hanggara Putra Pria S-2 Pegawai Swasta
Pendidikan
Universitas/Sekolah Tahun
TK Cemara Dua 1992 - 1994
SDN Mojosongo V 1994 - 1998
SDN Kaumpandak II 1998 - 2000
SMPN 15 Bogor 2000 - 2003
SMAN 6 Bogor 2003 - 2006
Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) 2006 – 2010 Keahlian Bahasa
Bahasa Bicara Baca Tulis
Indonesia B B B
Inggris B B B
Keterangan : - A : Sempurna - C : Baik
(5)
Pengalaman Praktis
Kegiatan Tahun
Praktek Kerja Lapangan di PT. Megindo Tunggal Sejahtera 2009 sebagai ilustrator majalah Kiddo
Pengalaman Kerja
Nama Perusahaan Waktu Jabatan
PT Sumber Ilmu Pengetahuan - Sempoa Sip 2009 – 2010 Ilustrator (Freelance) Pengalaman Organisasi
Organisasi Waktu Posisi
Himpunan Mahasiswa DKV UNIKOM 2008 – 2009 Ketua Umum Komunitas Komik FUNCO UNIKOM 2007 – 2008 Ketua Umum Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMAN 6 Bogor 2005 – 2006 Ketua Umum Rohani Islam (Rohis) – Kajian dan Kegiatan Islam 2004 – 2005 Koor. Divisi Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMAN 6 Bogor 2003 – 2004 Sekretaris Pelatihan / Seminar / Kegiatan
Nama Tempat Tahun
Orientasi Lingkungan Mahasiswa Kampus (OLIMPUS) UNIKOM 2006 UNIKOM Bandung.
Pendekatan Ala Desain (PADI) Fakultas Desain UNIKOM 2006 UNIKOM, Bandung
Workshop KMDGI -7 (Kriyasana Mahasiswa Denpasar, 2007
Desain Grafis Indonesia) Bali
Training dan Workshop Komik, Komunitas Komik UNIKOM 2007 Fakultas Desain UNIKOM, “FUNCO”
Seminar “1001 Inspiration Design Festival” UNIKOM 2009 Creative Seminar & Demo Workshop
at UNIKOM, Bandung.
Seminar KMDGI -8 (Kriyasana Mahasiswa Solo 2009 Desain Grafis Indonesia) Inovasi Kreatif dalam
Industri Kreatif “Local Content in Graphic Communications”
Kemampuan Komputer
Operating System : Windows 2000 / XP/ Vista / Windows 7 Perangkat Keras : Upgrading
Perangkat Lunak
• Desktop Publishing : Adobe InDesign
• Graphic Desain (2D) : Corel Draw, Adobe Photoshop, Adobe Illustrator • Editing Video : Adobe Premier, Sonic Foundry Sound Forge • Multimedia : Adobe Flash, Adobe Dreamweaver
• 3D : 3Ds Max
(6)
Informasi Tambahan
Saya menjamin bahwa keterangan di atas adalah benar, di tulis dengan sebenar-benarnya sejauh kepercayaan dan pengetahuan saya.
Bandung, 15 Juli 2010 Hormat Saya,