Latar Belakang Masalah UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERCAKAP – CAKAP PADA KELOMPOK B Upaya Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi Anak Melalui Metode Bercakap – Cakap Pada Kelompok B Di Ra Nurul Hikmah Ringinharjo Sragen T

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek penting dalam perkembangan adalah aspek perkembangan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena disamping berfungsi sebagai alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain juga sekaligus sebagai alat untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain. Pendidikan Anak Usia Dini PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 menyatakan bahwa “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, aklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan menyediakan kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Pendidikan RA merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan umum dan pendidikan keagamaan islam bagi anak berusia empat tahun sampai enam tahun. Dimasa Kanak-Kanak adalah usia yang paling tepat untuk mengembangkan bahasa. Karena pada masa ini sering disebut masa “ golden age ” dimana anak sangat peka mendapatkan rangsangan-rangsangan baik yang berkaitan dengan aspek fisik motorik, intelektual, sosial, emosi maupun bahasa. Menurut Guilford Hildebrand, 1986:216, untuk membantu perkembangan kognitif anak perlu memperoleh pengalaman belajar yang dirancang melalui kegiatan mengobservasi dan mendengarkan secara tepat. Berbicara sebagai suatu proses komunikasi, proses perubahan wujud ujaran atau bunyi bahasa yang bermakna, yang disampaikan kepada orang lain. Berbicara merupakan suatu peristiwa penyampaian maksud ide, pikiran, perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan ujaran sehingga maksud. Menurut Elizabeth Hurlock 1995:176, bahwa bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Begitu banyak peranan berbicara pada aspek perkembangan anak. Selain berperan pada kemampuan individunya, anak yang memiliki kemampuan berbicara ini pun berpengaruh pada penyesuaian diri dengan lingkungan sebaya, agar dapat diterima sebagai anggota kelompok. Kemampuan berbicara anak juga akan berdampak pula pada kecerdasan. Biasanya anak yang memiliki kecerdasan yang tinggi akan belajar berbicara dengan mudah, cepat memahami pembicaraan orang lain dan mempunyai kosa kata yang lebih banyak. Namun, kemampuan untuk menguasai keterampilan berbicara ini tidak akan tumbuh dengan sendirinya, tetapi harus melalui proses pembelajaran dan stimulus dari lingkungan terdekat anak dapat dipahami orang lain. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Isah Cahyani 2004:65, bahwa Anak belajar berbicara dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya, selain itu lingkungan memberikan pelajaran pula terhadap tingkah-laku, ekspresi, dan menambah perbendaharaan kata Menurut Berelson dan Steiner Fajar, 2009:32 Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka- angka dan lain-lain. Menurut Webster New Collogiate Dictionary Fajar, 2009:27 Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui system lambang-lambang, tanda-tanda, atau tingkah laku. Menurut Raymond S. Ross Fajar 2009:109 Komunikasi sebagai,”A transactional process involving cognitive sorting, selecting, selecting and sharing of symbol in such away as to help another elicit from his own experiences a meaning or respons similar to that intended by the source” proses interaksional yang meliputi pemisahan, dan pemilihan bersama lambang secara cognitive, sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan pengalamannya sendiri arti atau respons yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber. Pengembangan kemampuan berbahasa dan berkomunikasi bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif, dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa Indonesia. Menurut Santrock “Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi entah itu lisan, tertulis atau isyarat yang berdasarkan pada suatu system dari symbol- simbol yang meliputi fonologi unit suara, morfologi unit arti, sintaksis tata bahasa, semantic variasi arti, dan pragmatic penggunaan bahasa, Santrock, 2007:353-355. Menurut Santrock 2007:358-359 penguasaan bahasa melalui beberapa tahap. Celoteh terjadi pada usia kira-kira 3 sampai 6 bulan, kata pertama muncul pada usia 10 – 13 bulan, dan pengucapan dua kata terjadi pada usia 18 sampai 24 bulan, saat anak melampaui tahap pengucapan dua kata ini, mereka dapat menunjukkan bahwa mereka menguasai beberapa aturan morfologi seperti didokumentasikan studi Berko-Gleason. Anak-anak juga mengalami kemajuan dalam fonologi, sintaksis, dan pragmatik. Bowler and linke 1996 memberikan gambaran tentang kemampuan bahasa usia 3 – 5 tahun. Menurut mereka pada usia 4 tahun anak mulai bercakap-cakap memberi nama, alamat, usia dan mulai memahami waktu. Perkembangan anak semakin meningkat usia 5 tahun dimana anak sudah dapat berbicara lancar dengan menggunakan berbagai kosa kata baru. Bahasa adalah kunci untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Pada masa peka belajar ini, anak anak usia Taman Kanak Kanak perlu mengembangkan kemampuan berkomunikasinya agar mereka dapat saling berinteraksi dengan dunia disekelilingnya. Dengan bahasa anak dapat mengkomunikasikan maksud, tujuan, pikiran, maupun perasaannya dengan orang lain. Gangguan bicara dan bahasa salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Menurut Dhieni, dkk 2005 Perkembangan bahasa anak usia Taman Kanak Kanak memang masih jauh dari sempurna. Namun demikian potensinya dapat dirangsang lewat komunikasi yang aktif dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Kualitas bahasa yang digunakan orang orang yang dekat dengan anak anak akan mempengaruhi keterampilan anak dalam berbicara berbahasa. Di Taman Kanak Kanak, guru merupakan salah seorang yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan kemampuan berkomunikasi adalah menunjukkan beberapa gambar yang diminta, bercerita tentang gambar yang disediakan atau dibuat sendiri dengan urut dan bahasa yang jelas, berbicara lancar dengan menggunakan kalimat yang komplek terdiri dari 5-6 kata, mendengarkan dan menceritakan kembali cerita secara runtut, mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri 4-6 gambar. Dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa guru kelas B RA Nurul Hikmah Ringinharjo mengenai kemampuan berkomunikasi, mereka mengatakan bahwa anak anak kesulitan dengan kemampuan berkomunikasi terutama dalam menjawab pertanyaan, apa, bagaimana, mengapa, dimana dan berapa. Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk mengajarkan kemampuan berkomunikasi pada anak didiknya di Taman Kanak Kanak, salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai. Metode untuk mengembangkan bahasa di Taman Kanak Kanak antara lain metode tanyajawab, bercakap-cakap, sosio drama, bermain peran, bercerita, karyawisata dan pemberian tugas. Hasil supervisi kelas oleh kepala sekolah dilihat masih banyaknya guru kelas B yang menggunakan metode pemberian tugas dalam kegiatan belajar mengajar. Disamping itu beberapa faktor seperti kurangnya aktifitas yang melibatkan siswa pada proses pembelajaran berlangsung. Beberapa faktor pembelajaran metode pembelajaran bahasa dengan pemberian tugas menurut Moeslichatoen 2004:187 apakah tugas itu untuk melatih ketepatan dan keterampilan, atau untuk melatih ingatan, atau untuk melatih penalaran, ada anak yang cepat menyelesaikan tugas, tetapi juga ada anak yang lambat dalam menyelesaikan tugas, apakah kondisi kelas pada saat tugas dilaksanakan itu menyenangkan. Sehingga perlu digunakan metode pembelajaran yang mungkin dapat mengatasi masalah tersebut dengan metode bercakap-cakap. Moeslichatoen 2004:91 menuliskan bahwa bercakap-cakap merupakan salah satu metode pembelajaran di Taman Kanak Kanak yang dilaksanakan dengan cara saling mengkomunikasikan pikiran, perasaan dan kebutuhan secara verbal serta mewujudkan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. Peranan metode bercakap-cakap untuk pengembangan berkomunikasi anak Taman Kanak Kanak yaitu dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan orang lain, meningkatkan keterampilan dalam melakukan kegiatan bersama, untuk meningkatkan perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa, meningkatkan keterampilan menyatakan perasaan, serta menyatakan gagasan atau pendapat secara verbal. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang “ UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERCAKAP – CAKAP PADA KELOMPOK B DI RA NURUL HIKMAH RINGINHARJO SRAGEN TAHUN AJARAN 2011 2012”.

B. Pembatasan Masalah