Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014 D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung sebuah analisis linguistik forensik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Bahasa pada dasarnya sudah menyatu dengan kehidupan manusia. Manusia menyampaikan gagasan, ide, pikiran, harapan dan keinginan lewat bahasa. Bahasa yang digunakan oleh manusia memiliki unsur-unsur yang sangat beragam. Unsur-unsur tersebut dimulai dari bagaimana manusia memproduksi bunyi yang kemudian berubah menjadi kata dan kalimat yang diujarkan oleh manusia. Kalimat yang diujarkan manusia pasti memiliki makna serta maksud tertentu. Hal ini ditandai oleh beragamnya tindak tutur yang dilakukan oleh manusia ketika berkomunikasi dengan manusia lainnya. Bahasa yang digunakan oleh manusia memiliki berbagai kepentingan dan fungsinya masing-masing. Bahasa yang digunakan oleh manusia dapat digunakan untuk kepentingan berbudaya, pendidikan, hukum, beragama dan masih banyak lainnya. Salah satu peran bahasa yang kini tengah menjadi sorotan adalah peran bahasa dalam dunia hukum. Peran bahasa dalam dunia hukum sudah menjadi hal yang sangat vital. Hal tersebut dapat terlihat dari mulai banyaknya para ahli bahasa yang dilibatkan untuk menangani sebuah kasus. Apabila biasanya suatu penyidikan terhadap sebuah kasus ditumpukan pada aspek-aspek di dalam dunia hukum, maka kini aspek dari segi ilmu bahasa sudah menjadi salah satu aspek yang dapat membantu dalam penyidikan sebuah kasus. Para ahli bahasa menggunakan suatu ilmu kebahasaan linguistik untuk menangani sebuah kasus. Ilmu kebahasaan yang digunakan adalah ilmu linguistik forensik. Linguistik forensik adalah hubungan antara bahasa, tindak kriminal, dan hukum di mana di dalamnya termasuk penegak hukum, masalah hukum, perundang-undangan, perselisihan atau proses hukum, bahkan perselisihan yang berpotensi melibatkan beberapa pelanggaran hukum yang ditujukan untuk mendapatkan penyelesain hukum Olsson, 2008: 3. Adapun menurut M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014 D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung sebuah analisis linguistik forensik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu McMenamin 2002: 4 linguistik forensik adalah studi ilmiah mengenai bahasa yang diterapkan untuk keperluan forensik dan pernyataan hukum. Berbekal ilmu linguistik forensik, para ahli bahasa dapat meneliti sebuah kasus dari awal mula penyidikan polisi, proses penyusunan surat dakwaan, surat tuntutan, hingga proses persidangan. Dalam proses penyidikan polisi terhadap perkara pidana, terkadang didapati sesuatu hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Polisi seharusnya berperan sebagai animator yang mewakili sebuah institusi negara untuk menanyakan beberapa pertanyaan terkait dengan perkara pidana maupun perdata. Akan tetapi, kenyataannya polisi seringkali beralih peran menjadi principal, author, dan figure. Hal tersebut didukung oleh peryataan Goffman dalam Heydon 2005: 21 bahwa partisipan dalam pembicaraan diidentifikasi memiliki empat peran yang dapat berganti-ganti, diantaranya animator, principle, author, dan figure. Ketika polisi melakukan pergantian peran di saat melakukan proses penyidikan terhadap tersangka, maka hal tersebut dapat menimbulkan suatu kondisi yang tidak sehat. Hal tersebut disebabkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang tidak perlu dihadirkan dalam proses penyidikan, terkadang didapati polisi memberikan janji-janji yang sebenarnya di luar kuasanya kepada tersangka di saat proses penyidikan. Selain dari kasus di atas, peran bahasa sangat berperan penting dalam proses penyusunan surat dakwaan. Seorang Jaksa Penuntut Umum diwajibkan memenuhi syarat formil dan materil dalam menyusun surat dakwaan. Oleh karena itu, penggunaan bahasa dalam penyusunan surat dakwaan perlu dicermati dengan baik, karena ketika terdapat sedikit kesalahan dalam penggunaan bahasa dapat berdampak perubahan hukum yang diberikan. Hal ini dapat dicontohkan ketika terdapat kesalahan dalam penggunaan prefiks di- dan ter- dalam surat dakwaan untuk kasus pembunuhan yang terjadi di Bandung. Dalam kasus tersebut, terdapat sebuah keterangan yang tidak sesuai dengan keterangan tersangka yang menyatakan bahwa korban terseret oleh motor yang dikendarai oleh tersangka. Akan tetapi, di dalam surat dakwaan tertulis bahwa korban diseret oleh tersangka. kesalahan di atas dapat menyebabkan kesalahan dalam vonis hukum kepada M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014 D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung sebuah analisis linguistik forensik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu tersangka, atau bahkan surat dakwaan dapat batal demi hukum. Maka dari itu, penggunaan bahasa dalam proses penyusunan surat dakwaan perlu dicermati dengan baik agar surat dakwaan dapat segera dilimpahka n ke Pengadilan Negeri. Proses penyidikan perkara pidana dan proses penyusunan surat dakwaan merupakan bagian dari Sistem Peradilan Pidana Criminal Justice System. Sistem peradilan pidana merupakan suatu proses penegakan hukum pidana di mana didalamnya sangat berkaitan erat dengan undang-undang pidana yang berkaitan dengan kasus pidana yang terjadi. Menurut Basian 2009:91 sistem peradilan pidana adalah suatu institusi kolektif yang harus dijalani seorang tersangka atau terdakwa hingga suatu putusan pidana dijatuhkan dan dilaksanakan. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang terlibat dalam kasus pidana harus mengikuti serangkaian proses hukum hingga akhirnya seseorang tersebut mendapat kepastian hukum. Proses penyidikan perkara oleh polisi dan proses penyusunan surat dakwaan oleh Jaksa merupakan salah satu rangkaian yang harus dijalani oleh tersangka atau terdakwa. Berangkat dari pernyataan di atas, penelitian kali ini akan membahas mengenai diskrepansi informasi yang acap kali terjadi dalam proses penyusunan surat dakwaan. Peneliti memilih surat dakwaan sebagai objek penelitian karena surat dakwaan merupakan dasar dari proses pemeriksaan dalam persidangan. Surat dakwaan merupakan akta yang dibuat oleh jaksa penuntut umum yang berisi rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa. Surat dakwaan merupakan ornamen yang hanya bisa digunakan oleh Jaksa Penuntut Umum JPU yang didasari asas oportunitas yang diberikan kepada Jaksa Penuntut Umum sebagai wakil negara dalam menuntut atau mendakwa terdakwa pelaku kasus pidana. Format surat dakwaan haruslah sesuai dengan syarat-syarat yang berlaku dalam tata cara penyusunan surat dakwaan. Hal tersebut dijelaskan dalam pasal 143 ayat 2 huruf KUHAP yang berisikan bahwa surat dakwaan haruslah memenuhi dua syarat utama yang diantaranya syarat formil dan syarat materiil. Syarat formil wajib dipenuhi oleh JPU yang berisi mengenai data lengkap terdakwa, tanggal surat dibuat, dan tanda tangan JPU. Apabila salah satu poin dari M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014 D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung sebuah analisis linguistik forensik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu syarat formil tidak terpenuhi, maka surat dakwaan dapat dibatalkan oleh Hakim. Akan tetapi surat tersebut tidak dibatalkan demi hukum, melainkan batal karena dinilai tidak jelas kepada siapa dakwaan tersebut ditujukan. Sama halnya dengan surat formil, syarat materiil juga wajib dipenuhi dengan baik oleh JPU. Syarat materiil meliputi tindak pidana apa yang dilakukan, siapa yang melakukan, dimana tindak pidana dilakukan, bilamana tindak pidana dilakukan, bagaimana tindak pidana dilakukan, akibat apa yang ditimbulkan tindak pidana tersebut, apa yang mendorong terdakwa melakukan tindak pidana, dan yang terakhir ketentutan-ketentuan pidana yang diterapkan. Apabila syarat materiil tidak terpenuhi secara menyeluruh, maka surat dakwaan akan batal demi hukum yang mengakibatkan terdakwa batal ditahan. Keterangan dalam surat dakwaan pun harus disampaikan dengan sangat jelas, yang artinya keterangan dalam surat dakwaan harus seimbang dengan keterangan dalam BAP. Kasus kesalahan dalam penyusunan surat dakwaan pernah terjadi dalam kasus tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh mantan Kepala Bareskrim Mabes Polri, Komisaris Jenderal Purn Susno Duadji. Susno Duadji batal dieksekusi karena dalam surat dakwaam yang ditujukan kepadanya tidak memenuhi syarat pasal 197 KUHAP. Sehingga pihak dari Susno Duadji mengajukan penundaan eksekusi karena keputusan kasasi dinilai tidak memenuhi syarat pasal tersebut. Selain kasus di atas, yang menjadi alasan peneliti melakukan penelitian ini adalah format gramatikal dari surat dakwaan yang dirasa terlalu rumit untuk dibaca karena terdapat banyak kalimat tidak efektif yang digunakan. Oleh karena itu, peneliti beranggapan bahwa penelitian ini perlu dilakukan demi tercapainya kelegalan sebuah surat dakwaan berdasarkan aspek kebahasaannya. Sejauh ini penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan analisis forensik adalah penelitian yang dilakukan oleh Bachari 2011. Penelitian ini menggunakan analisis tindak tutur untuk membuktikan tindak penipuan, penghinaan, dan pencemaran nama baik. Bachari berhasil membuktikan bahwa benar kedua terlapor melakukan penghinaan dengan cara mengevaluasi wujud fisik dan sifat pelapor dengan kategori yang rendah dan negatif. Kemudian dalam M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014 D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung sebuah analisis linguistik forensik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kasus penipuan, Bachari berhasil menemukan satu tuturan dari terlapor yang mengandung daya tipu muslihat. Akan tetapi dalam kasus pencemaran nama baik, Bachari berhasil membuktikan bahwa tuturan terlapor sulit untuk dikatakan sebagai tindak pencemaran nama baik. Selanjutnya, Bachari menemukan bahwa tidak benar adanya tindak penghinaan, penipuan, dan pencemaran nama baik dari segi implikaturnya. Terakhir, Bachari berhasil menemukan bahwa tiga tuturan terlapor benar untuk patut diduga sebagai tindak pidana jika dilihat dari analisis felicy conditions. Penelitian selanjutnya datang dari Bachari 2013. Dalam penelitian ini, Bachari berhasil menemukan pengalihan topik di dalam proses pemeriksaan polisi. Secara mikro memiliki tujuan untuk membantu terperiksa mengingat informasi yang dibutuhkan, menasihati, memberi keterangan, dan mengondisikan agar terperiksa merasa nyaman di saat pemeriksaan. Kemudian secara makro memiliki tujuan untuk membangun kedekatan antara penyidik dan terperiksa. Sehingga terperiksa dapat bersikap kooperatif di saat pemeriksaan. Selanjutnya, penelitian sebelumnya datang dari Hermawan 2013. Penelitian ini membahas mengenai ketidakcocokan informasi antara keterangan tersangka dengan BAP Polisi. Hermawan menemukan informasi yang hilang atau tidak akurat dalam BAP. Kemudian Hermawan pun menemukan penambahan atau salah tafsir informasi dalam BAP. Penelitian terdahulu yang terakhir datang dari Bachari 2013. Dalam artikelnya, Bachari membahas mengenai pemenuhan syarat formal dan materil dalam transkripsi BAP polisi. Bachari memaparkan penemuan penelitian dalam artikelnya, yang diantaranya adalah 1 penghilangan informasi dari jawaban tersangka, 2 doktrinasi yang memiliki daya paksa pada tersangka untuk membuat persetujuan, dan 3 pemuatan jawaban yang tidak dinyatakan oleh tersangka. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti berjudul “Diskrepansi Informasi dalam Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum di Pengadilan Negeri Bandung Sebuah analisis Linguistik Forensik”. Peneliti menggunakan pisau analisis linguistik forensik sebagai acuan dalam penelitian ini. Selain itu, peneliti M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014 D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung sebuah analisis linguistik forensik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu menggunakan teori diskrepansi dan pasal 143 ayat 2 KUHAP sebagai acuan dalam penelitian ini. Penelitian ini dengan penelitian terdahulu sangatlah berbeda karena penelitian ini lebih difokuskan kepada diskrepansi informasi dalam surat dakwaan yang berdampak kepada proses persidangan.

B. Masalah Penelitian