DISKREPANSI INFORMASI DALAM SURAT DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM DI PENGADILAN NEGERI BANDUNG : Sebuah Analisis Linguistik Forensik.

(1)

DISKREPANSI INFORMASI DALAM SURAT DAKWAAN

JAKSA PENUNTUT UMUM DI PENGADILAN NEGERI BANDUNG

(SEBUAH ANALISIS LINGUISTIK FORENSIK)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh

Muhammad Fariz Az Zarqi 1005454

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2014


(2)

DISKREPANSI INFORMASI DALAM SURAT DAKWAAN

JAKSA PENUNTUT UMUM DI PENGADILAN NEGERI BANDUNG

(SEBUAH ANALISIS LINGUISTIK FORENSIK)

Oleh

Muhamad Fariz Az Zarqi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Muhamad Fariz Az Zarqi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2012

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

DISKREPANSI INFORMASI DALAM SURAT DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM DI PENGADILAN NEGERI BANDUNG

(SEBUAH ANALISIS LINGUISTIK FORENSIK)

oleh

Muhamad Fariz Az Zarqi 1005454

disetujui untuk memenuhi sebagian syarat memeroleh gelar Sarjana Sastra

Pembimbing I,

Dr. Dadang S. Anshori, M.Si. NIP 197204031999031002

Pembimbing II,

Andika Dutha Bachari, S.Pd.,M.Hum. NIP 198001292005011004

diketahui oleh,

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Dadang S. Anshori, M.Si. NIP 197204031999031002


(4)

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH...iv

ABSTRAK... viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Masalah Penelitian... 6

1. Identifikasi Masalah ... 6

2. Batasan Masalah ... 6

3. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

1. Manfaat Teoretis ... 7

2. Manfaat Praktis... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II Ihwal Linguistik Forensik, Diskrepansi Informasi, Surat Dakwaan, dan Penelitian Terdahulu ... 9

A. Pengantar ... 9

B. Linguistik Forensik ... 9

1. Bahasa dan Hukum... 12

2. Penyusunan Wacana Institusi Kepolisian... 17

C. Diskrepansi Informasi ... 18


(5)

xi

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

E. Surat Dakwaan ... 22

F. Penelitian Terdahulu... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Data dan Sumber Data ... 35

B. Desain Penelitian dan Justifikasi dari Pemilihan Desain Penelitian ... 35

C. Metode Penelitian ... 37

D. Definisi Operasional... 37

E. Sumber dan Korpus ... 38

F. Teknik Pengolahan Data... 38

G. Teknik Pengumpulan Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Pengantar ... 40

B. Deskripsi Data ... 40

C. Wujud Diskrepansi ... 42

1. Penghilangan Informasi ... 42

2. Penambahan Informasi ... 43

a. Penambahan Informasi Berkaitan dengan Jumlah Pemukulan ... 44

b. Penambahan Informasi Berkaitan dengan Waktu Kedatangan Korban ... 44

c. Penambahan Informasi Berkaitan dengan Cara Penganiayaan .... 175

d. Penambahan Informasi Berkaitan dengan Kegiatan Terdakwa dan Pelaku Sebelum Penganiayaan ... 46

3. Perubahan Informasi... 47

a. Perubahan Informasi Berkaitan dengan Posisi Terdakwa dan Teman-temannya ketika Hendak Melakukan Penganiayaan... 48

b. Perubahan Informasi Berkaitan dengan Cara Pelaku Menganiaya Korban Menggunakan Batu ... 49

c. Perubahan Informasi Berkaitan dengan Niatan Awal Terdakwa .. 50


(6)

xii

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

E. Implikasi Diskrepansi Informasi ... 61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 63

A. Simpulan ... 63

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 68


(7)

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

DISKREPANSI INFORMASI DALAM SURAT DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM DI PENGADILAN NEGERI BANDUNG

(SEBUAH ANALISIS LINGUISTIK FORENSIK)

ABSTRAK

Muhammad Fariz Az Zarqi 1005454

zarqifariz@gmail.com

Diskrepansi Informasi Dalam Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Di Pengadilan Negeri Bandung (Sebuah Analisis Linguistik Forensik).

Penyusunan surat dakwaan oleh Jaksa Penuntut Umum memiliki peranan yang penting dalam proses hukum pidana seorang terdakwa. Penyusunan surat dakwaan diatur dalam Pasal 143 KUHAP tentang tata cara penyusunan surat dakwaan. Penyusunan surat dakwaan yang tidak sesuai dengan pasal tersebut akan dianggap tidak lengkap dan dikembalikan kembali oleh hakim untuk dipenuhi. Ketidaklengkapan surat dakwaan salah satunya dapat berupa diskrepansi informasi. Diskrepansi informasi berarti terdapatnya ketidakcocokan informasi antara BAP dengan surat dakwaan. Diskrepansi informasi dapat berimplikasi langsung terhadap proses hukum pidana yang dijalani oleh terdakwa. Hal tersebut disebabkan karena diskrepansi informasi dapat menggugurkan unsur-unsur pidana.

Kata kunci:surat dakwaan, diskrepansi informasi,danimplikasiproses hukum

pidana.

Abstract

Discrepancy of Information in The Public Prosecutor’s Indictment in The District Court of Bandung acts: Analysis of Forensic Linguistics. The preparation of the indictment has an important role in the process of a criminal defendant. It is governed by Pasal 143 KUHAP above preparing indictment. Preparing of indictment who doesn’t suitable with that’s rule, that would be returned by the judge. Discrepancy of information is one of the Incompleteness of the indictment. It’s mean between the Police investigation and indictment has a incomoleteness of information. This discrepancy information could implicated to criminal process who taken by defendant. This is because the discrepancy of information can abort the criminal elements.

Keywords: indictment, discrepancy of information, and implications of criminal proceedure


(8)

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Bahasa pada dasarnya sudah menyatu dengan kehidupan manusia. Manusia menyampaikan gagasan, ide, pikiran, harapan dan keinginan lewat bahasa. Bahasa yang digunakan oleh manusia memiliki unsur-unsur yang sangat beragam. Unsur-unsur tersebut dimulai dari bagaimana manusia memproduksi bunyi yang kemudian berubah menjadi kata dan kalimat yang diujarkan oleh manusia. Kalimat yang diujarkan manusia pasti memiliki makna serta maksud tertentu. Hal ini ditandai oleh beragamnya tindak tutur yang dilakukan oleh manusia ketika berkomunikasi dengan manusia lainnya.

Bahasa yang digunakan oleh manusia memiliki berbagai kepentingan dan fungsinya masing-masing. Bahasa yang digunakan oleh manusia dapat digunakan untuk kepentingan berbudaya, pendidikan, hukum, beragama dan masih banyak lainnya. Salah satu peran bahasa yang kini tengah menjadi sorotan adalah peran bahasa dalam dunia hukum. Peran bahasa dalam dunia hukum sudah menjadi hal yang sangat vital. Hal tersebut dapat terlihat dari mulai banyaknya para ahli bahasa yang dilibatkan untuk menangani sebuah kasus. Apabila biasanya suatu penyidikan terhadap sebuah kasus ditumpukan pada aspek-aspek di dalam dunia hukum, maka kini aspek dari segi ilmu bahasa sudah menjadi salah satu aspek yang dapat membantu dalam penyidikan sebuah kasus.

Para ahli bahasa menggunakan suatu ilmu kebahasaan (linguistik) untuk menangani sebuah kasus. Ilmu kebahasaan yang digunakan adalah ilmu linguistik forensik. Linguistik forensik adalah hubungan antara bahasa, tindak kriminal, dan hukum di mana di dalamnya termasuk penegak hukum, masalah hukum, perundang-undangan, perselisihan atau proses hukum, bahkan perselisihan yang berpotensi melibatkan beberapa pelanggaran hukum yang ditujukan untuk mendapatkan penyelesain hukum (Olsson, 2008: 3). Adapun menurut


(9)

2

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

McMenamin (2002: 4) linguistik forensik adalah studi ilmiah mengenai bahasa yang diterapkan untuk keperluan forensik dan pernyataan hukum.

Berbekal ilmu linguistik forensik, para ahli bahasa dapat meneliti sebuah kasus dari awal mula penyidikan polisi, proses penyusunan surat dakwaan, surat tuntutan, hingga proses persidangan. Dalam proses penyidikan polisi terhadap perkara pidana, terkadang didapati sesuatu hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Polisi seharusnya berperan sebagai animator yang mewakili sebuah institusi negara untuk menanyakan beberapa pertanyaan terkait dengan perkara pidana maupun perdata. Akan tetapi, kenyataannya polisi seringkali beralih peran menjadi principal, author, dan figure. Hal tersebut didukung oleh peryataan Goffman dalam Heydon (2005: 21) bahwa partisipan dalam pembicaraan diidentifikasi memiliki empat peran yang dapat berganti-ganti, diantaranya animator, principle, author, dan figure. Ketika polisi melakukan pergantian peran di saat melakukan proses penyidikan terhadap tersangka, maka hal tersebut dapat menimbulkan suatu kondisi yang tidak sehat. Hal tersebut disebabkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang tidak perlu dihadirkan dalam proses penyidikan, terkadang didapati polisi memberikan janji-janji yang sebenarnya di luar kuasanya kepada tersangka di saat proses penyidikan.

Selain dari kasus di atas, peran bahasa sangat berperan penting dalam proses penyusunan surat dakwaan. Seorang Jaksa Penuntut Umum diwajibkan memenuhi syarat formil dan materil dalam menyusun surat dakwaan. Oleh karena itu, penggunaan bahasa dalam penyusunan surat dakwaan perlu dicermati dengan baik, karena ketika terdapat sedikit kesalahan dalam penggunaan bahasa dapat berdampak perubahan hukum yang diberikan. Hal ini dapat dicontohkan ketika terdapat kesalahan dalam penggunaan prefiks di- dan ter- dalam surat dakwaan untuk kasus pembunuhan yang terjadi di Bandung. Dalam kasus tersebut, terdapat sebuah keterangan yang tidak sesuai dengan keterangan tersangka yang menyatakan bahwa korban terseret oleh motor yang dikendarai oleh tersangka. Akan tetapi, di dalam surat dakwaan tertulis bahwa korban diseret oleh tersangka. kesalahan di atas dapat menyebabkan kesalahan dalam vonis hukum kepada


(10)

3

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

tersangka, atau bahkan surat dakwaan dapat batal demi hukum. Maka dari itu, penggunaan bahasa dalam proses penyusunan surat dakwaan perlu dicermati dengan baik agar surat dakwaan dapat segera dilimpahka n ke Pengadilan Negeri.

Proses penyidikan perkara pidana dan proses penyusunan surat dakwaan merupakan bagian dari Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice System). Sistem peradilan pidana merupakan suatu proses penegakan hukum pidana di mana didalamnya sangat berkaitan erat dengan undang-undang pidana yang berkaitan dengan kasus pidana yang terjadi. Menurut Basian (2009:91) sistem peradilan pidana adalah suatu institusi kolektif yang harus dijalani seorang tersangka atau terdakwa hingga suatu putusan pidana dijatuhkan dan dilaksanakan. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang terlibat dalam kasus pidana harus mengikuti serangkaian proses hukum hingga akhirnya seseorang tersebut mendapat kepastian hukum. Proses penyidikan perkara oleh polisi dan proses penyusunan surat dakwaan oleh Jaksa merupakan salah satu rangkaian yang harus dijalani oleh tersangka atau terdakwa.

Berangkat dari pernyataan di atas, penelitian kali ini akan membahas mengenai diskrepansi informasi yang acap kali terjadi dalam proses penyusunan surat dakwaan. Peneliti memilih surat dakwaan sebagai objek penelitian karena surat dakwaan merupakan dasar dari proses pemeriksaan dalam persidangan. Surat dakwaan merupakan akta yang dibuat oleh jaksa penuntut umum yang berisi rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa. Surat dakwaan merupakan ornamen yang hanya bisa digunakan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang didasari asas oportunitas yang diberikan kepada Jaksa Penuntut Umum sebagai wakil negara dalam menuntut atau mendakwa terdakwa pelaku kasus pidana. Format surat dakwaan haruslah sesuai dengan syarat-syarat yang berlaku dalam tata cara penyusunan surat dakwaan. Hal tersebut dijelaskan dalam pasal 143 ayat 2 huruf KUHAP yang berisikan bahwa surat dakwaan haruslah memenuhi dua syarat utama yang diantaranya syarat formil dan syarat materiil.

Syarat formil wajib dipenuhi oleh JPU yang berisi mengenai data lengkap terdakwa, tanggal surat dibuat, dan tanda tangan JPU. Apabila salah satu poin dari


(11)

4

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

syarat formil tidak terpenuhi, maka surat dakwaan dapat dibatalkan oleh Hakim. Akan tetapi surat tersebut tidak dibatalkan demi hukum, melainkan batal karena dinilai tidak jelas kepada siapa dakwaan tersebut ditujukan. Sama halnya dengan surat formil, syarat materiil juga wajib dipenuhi dengan baik oleh JPU. Syarat materiil meliputi tindak pidana apa yang dilakukan, siapa yang melakukan, dimana tindak pidana dilakukan, bilamana tindak pidana dilakukan, bagaimana tindak pidana dilakukan, akibat apa yang ditimbulkan tindak pidana tersebut, apa yang mendorong terdakwa melakukan tindak pidana, dan yang terakhir ketentutan-ketentuan pidana yang diterapkan. Apabila syarat materiil tidak terpenuhi secara menyeluruh, maka surat dakwaan akan batal demi hukum yang mengakibatkan terdakwa batal ditahan. Keterangan dalam surat dakwaan pun harus disampaikan dengan sangat jelas, yang artinya keterangan dalam surat dakwaan harus seimbang dengan keterangan dalam BAP.

Kasus kesalahan dalam penyusunan surat dakwaan pernah terjadi dalam kasus tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh mantan Kepala Bareskrim Mabes Polri, Komisaris Jenderal (Purn) Susno Duadji. Susno Duadji batal dieksekusi karena dalam surat dakwaam yang ditujukan kepadanya tidak memenuhi syarat pasal 197 KUHAP. Sehingga pihak dari Susno Duadji mengajukan penundaan eksekusi karena keputusan kasasi dinilai tidak memenuhi syarat pasal tersebut. Selain kasus di atas, yang menjadi alasan peneliti melakukan penelitian ini adalah format gramatikal dari surat dakwaan yang dirasa terlalu rumit untuk dibaca karena terdapat banyak kalimat tidak efektif yang digunakan. Oleh karena itu, peneliti beranggapan bahwa penelitian ini perlu dilakukan demi tercapainya kelegalan sebuah surat dakwaan berdasarkan aspek kebahasaannya.

Sejauh ini penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan analisis forensik adalah penelitian yang dilakukan oleh Bachari (2011). Penelitian ini menggunakan analisis tindak tutur untuk membuktikan tindak penipuan, penghinaan, dan pencemaran nama baik. Bachari berhasil membuktikan bahwa benar kedua terlapor melakukan penghinaan dengan cara mengevaluasi wujud fisik dan sifat pelapor dengan kategori yang rendah dan negatif. Kemudian dalam


(12)

5

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

kasus penipuan, Bachari berhasil menemukan satu tuturan dari terlapor yang mengandung daya tipu muslihat. Akan tetapi dalam kasus pencemaran nama baik, Bachari berhasil membuktikan bahwa tuturan terlapor sulit untuk dikatakan sebagai tindak pencemaran nama baik. Selanjutnya, Bachari menemukan bahwa tidak benar adanya tindak penghinaan, penipuan, dan pencemaran nama baik dari segi implikaturnya. Terakhir, Bachari berhasil menemukan bahwa tiga tuturan terlapor benar untuk patut diduga sebagai tindak pidana jika dilihat dari analisis felicy conditions.

Penelitian selanjutnya datang dari Bachari (2013). Dalam penelitian ini, Bachari berhasil menemukan pengalihan topik di dalam proses pemeriksaan polisi. Secara mikro memiliki tujuan untuk membantu terperiksa mengingat informasi yang dibutuhkan, menasihati, memberi keterangan, dan mengondisikan agar terperiksa merasa nyaman di saat pemeriksaan. Kemudian secara makro memiliki tujuan untuk membangun kedekatan antara penyidik dan terperiksa. Sehingga terperiksa dapat bersikap kooperatif di saat pemeriksaan.

Selanjutnya, penelitian sebelumnya datang dari Hermawan (2013). Penelitian ini membahas mengenai ketidakcocokan informasi antara keterangan tersangka dengan BAP Polisi. Hermawan menemukan informasi yang hilang atau tidak akurat dalam BAP. Kemudian Hermawan pun menemukan penambahan atau salah tafsir informasi dalam BAP.

Penelitian terdahulu yang terakhir datang dari Bachari (2013). Dalam artikelnya, Bachari membahas mengenai pemenuhan syarat formal dan materil dalam transkripsi BAP polisi. Bachari memaparkan penemuan penelitian dalam artikelnya, yang diantaranya adalah 1) penghilangan informasi dari jawaban tersangka, 2) doktrinasi yang memiliki daya paksa pada tersangka untuk membuat persetujuan, dan 3) pemuatan jawaban yang tidak dinyatakan oleh tersangka.

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti berjudul “Diskrepansi Informasi dalam Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum di Pengadilan Negeri Bandung (Sebuah analisis Linguistik Forensik)”. Peneliti menggunakan pisau analisis linguistik forensik sebagai acuan dalam penelitian ini. Selain itu, peneliti


(13)

6

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

menggunakan teori diskrepansi dan pasal 143 ayat 2 KUHAP sebagai acuan dalam penelitian ini. Penelitian ini dengan penelitian terdahulu sangatlah berbeda karena penelitian ini lebih difokuskan kepada diskrepansi informasi dalam surat dakwaan yang berdampak kepada proses persidangan.

B. Masalah Penelitian

Masalah penelitian dibagi menjadi tiga bagian, yaitu identifikasi masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah. Adapun uraiannya sebagai berikut.

1. Identifikasi Masalah

Pengidentifikasian masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Masalah dalam penelitian ini terkait dengan persoalan diskrepansi informasi.

Bahasa sebagai alat yang digunakan dalam proses hukum, ini menjadi entitas yang tidak lagi menggambarkan fakta hukum yang sebenarnya.

2. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Penelitian ini dibatasi pada persoalan diskrepansi informasi yang terdapat pada surat dakwaan sebagai produk hukum yang didasarkan pada BAP Kepolisian. 2) Penelitian ini hanya menggunakan surat dakwaan yang dibuat oleh Jaksa

Penuntut Umum di Bandung.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah, selanjutnya peneliti merumuskan beberapa masalah sebagai berikut.

1) Bagaimana wujud diskrepansi informasi dalam surat dakwaan JPU?

2) Apa implikasi diskrepansi informasi yang terdapat di dalam surat dakwaan terhadap proses hukum yang dijalani para pihak?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut.


(14)

7

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

1) Mendeskripsikan wujud diskrepansi informasi dalam surat dakwaan JPU. 2) Mendeskripsikan implikasi diskrepansi informasi yang terdapat di dalam surat

dakwaan terhadap proses hukum yang dijalani para pihak.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis. Adapun uraiannya sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian teoretis terkait pengembangan bidang linguistik forensik terutama yang berkenaan dengan diskrepansi antara BAP dan surat dakwaan (legal process)

2. Manfaat Praktis

1) Penelitian ini diharapkan dapat menegakkan supremasi hukum yang berkeadilan membantu memahami penyusunan surat dakwaan dan peranan bahasa di dunia hukum.

2) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi alternatif di dalam analisis adanya perbedaan antara BAP yang dibuat oleh polisi surat dakwaan JPU yang selama ini sering terdengan di ruang sidang pengadilan Indonesia.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Pada bagian ini, Peneliti akan menjelaskan mengenai rincian dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi ini. Berikut adalah rincian bab dari skripsi ini. Bab satu merupakan pendahuluan dari skripsi. Bab satu terdiri atas latar belakang masalah, masalah penelitian yang terdiri dari identifikasi masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah. Selanjutnya, bab satu ini terdiri dari tujuan penelitian, manfaat penelitian yang terbagi menjadi manfaat teoretis dan manfaat praktis, serta yang terakhir adalah struktur organisasi skripsi.

Bab dua terdiri dari kajian teori dan penelitian terdahulu. Kajian teori yang digunakan dalam skripsi ini diantaranya, linguistik forensik yang di dalamnya termasuk bahasa dan hukum, penyusunan wacana institusi kepolisian, dan tindak tutur langsung dan tidak langsung. Selanjutnya, teori yang digunakan adalah


(15)

8

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

diskrepansi informasi, dan surat dakwaan sebagai acuan untuk melakukan penelitian dalam skripsi ini.

Bab tiga merupakan metode penelitian yang di dalamnya terdapat sumber data penelitian, data atau korpus data, desain penelitian dan justifikasi dari pemilihan desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan data. Setelah itu, bab empat merupakan pembahasan hasil penelitian mengenai strategi kebahasan Jaksa Penuntut Umum dan diskrepansi informasi pada surat dakwaan oleh JPU di Pengadilan Negeri Bandung. Lalu terakhir adalah bab lima yang merupakan penutup yang terdiri kesimpulan dan saran.


(16)

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Data dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan untuk penelitian ini berasal dari dua sumber. Data yang pertama berupa dokumen BAP Polisi hasil penyidikan yang dilakukan oleh penyidik Polsek Pacet terhadap tersangka pelanggar hukum dalam kasus penganiayaan yang mengakibatkan kematian seoerti yang diatur pada pasal 351 KUHP. Tersangka XXX dan XXX diduga melakukan penganiayaan terhadap korban yang bernama XXX sehingga membuat korban kehilangan nyawanya.

Data yang kedua berupa dokumen surat dakwaan yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Bale Bandung. Data yang dipakai berwujud data kualitatif yang merupakan dokumen negara yang sangat dirahasiakan untuk umum. Data yang dibutuhkan untuk penelitian ini didapat dari arsip data yang berasal dari kantor Lembaga Advokasi Hak Anak (LAHA) yang berlokasi di Jl. Demak No. 5 Antapani, Kota Bandung Telp./ Fax 022 - 7207023. Selain itu, peneliti pun mendapat data yang diperlukan dari kantor Balai Pemasyarakatan (BAPAS) yang bertempat di Jl. Ibrahim Adjie NO 431 Telp/fax: 022 - 7312495 Bandung.

B. Desain Penelitian dan Justifikasi dari Pemilihan Desain Penelitian

Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan mengenai desain penelitian yang akan peneliti lakukan pada penelitian ini. Desain ini berisi mengenai langkah-langkah prosedur penelitian yang akan dimuat dalam sebuah bagan. Berikut adalah bagan desain penelitian yang telah peneliti susun.


(17)

36

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

Diskrepansi Informasi dalam Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum di

Pengadilan Negeri Bandung (Sebuah Analisis Linguistik

Forensik)

3.

ImplikasidiskrepansiI nformasi.

2. Analisis wujud diskrepansi informasi

TeknikPengumpulan data

1. Membandingkan informasi antara BAP dan Surat Dakwaan

Hasil Analisis


(18)

37

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

C. Metode Penelitian

Penelitian kali ini akan menganalisis mengenai diskrepansi informasi yang terdapat dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang disusun atas dasar BAP Kepolisian. Penelitian ini menggunakan teori linguistik forensik terutama terkait dengan wilayah language in legal proces. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan secara rinci mengenai hal-hal yang akan diteliti secara sistematis sesuai dengan fakta data yang ada. Adapun pendapat Sudaryanto mengenai metode deskriptif yang berbunyi sebagai berikut.

Metode ini memaparkan bahwa penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada dan fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat berupa berian bahasa yang biasa dikatakan sifat seperti potret apa adanya (Sudaryanto, 1986:62).

Unit analisis data dalam penelitian ini adalah keterangan di dalam BAP Kepolisian dan surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum. Hal ini penting dilakukan untuk memberikan kontribusi bahwa analisis bahasa dapat berperan dalam pembuktian hukum.

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini akan disajikan beberapa definisi yang dapat membantu pembaca dalam memahami penelitian kali ini.

1) Surat dakwaan merupakan akta yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum KEJARI Bale Bandung yang berisi rumusan tindak pidana yang dituduhkan kepada tertuduh (terdakwa) atas sdr. XXX dan sdr. XXX.

2) BAP Polisi merupakan Berita Acara Penyidikan yang disusun oleh Penyidik Polsek Pacet terhadap tersangka atas nama sdr. XXX dan sdr. XXX.

3) Diskrepansiinformasi dalam surat dakwaan adalah pengurangan, penambahan, dan penghilangan informasi yang ada di dalam surat dakwaan. Dengan kata lain, Perubahan tersebut meliputi perbedaan antara informasi dalam BAP dengan informasi di dalam surat dakwaan.


(19)

38

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

E. Sumber dan Korpus

Sumber data penelitian ini diperoleh dari dokumen yang terdapat di kantor LAHA (Lembaga Advokasi Hak Anak) yang berlokasi di Jl. Demak No. 5 Antapani, Kota Bandung Telp./ Fax 022 – 7207023 mengenai kasus penganiayaan yang terjadi di daerah Bale Bandung. Data atau korpus data pada penelitian kali ini diambil dari surat dakwaan JPU Pengadilan Negeri di Bandung yang tidak sesuai dengan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Kepolisian. Surat dakwaan yang diambil berdasarkan dari kasus penganiayaan yang terjadi di wilayah Bandung. Data atau korpus data yang kedua diambil dari surat BAP Polisi yang nantinya akan menjadi pembanding untuk mengetahui diskrepansi informasi yang terdapat antara surat dakwaan dan BAP Polisi. Diskrepansi informasi yang terdapat dalam surat dakwaan dan BAP Polisi berupa penghilangan informasi, penambahan informasi, dan pengubahan informasi. Kebenaran informasi yang menjadi sumber dari penelitian ini diukur berdasarkan dokumen asli yang peneliti dapatkan dari kantor LAHA (Lembaga Advokasi Hak Anak) seperti yang telah peneliti jelaskan sebelumnya.

F. Teknik Pengolahan Data

Peneliti menggunakan teknik kualitatif dalam penelitian kali ini. Peneliti akan mengolah data yang didapat dari hasil penyalinan surat dakwaan yang asli, kemudian mengolah data tersebut menggunakan pisau analisis linguistik forensik. Lebih spesifikasi lagi, peneliti akan menggunakan teori diskrepansi informasi dan tindak tutur langsung dan tidak langsung. Teori lainnya yang akan digunakan oleh peneliti adalah panduan penyusunan surat dakwaan. Berikut adalah langkah-langkah pengolahan data yang akan dilakukan oleh peneliti untuk menjawab rumusan-rumusan masalah yang telah ditetapkan pada penelitian ini.

1. Langkah pertama yang akan dilakukan adalah memeriksa kelengkapan unsur formal BAP dan surat dakwaan..


(20)

39

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

2. Setelah memeriksa kelengkapan unsur formal di dalam BAP dan surat dakwaan, selanjutnya peneliti akan memeriksa kelengkapan unsur substansial yang terkait dengan unsur-unsur pidana yang didakwakan kepada terdakwa.. 3. Langkah ketiga yang akan peneliti lakukan adalah menganalisis temuan data

menggunakan teori diskrepansi informasi. Teori ini memuat mengenai penghilangan informasi, penambahan informasi, dan pengubahan informasi. Setelah didapat hasil dari analisis tersebut, selanjutnya peneliti akan mendeskripsikan implikasi dari diskrepansi informasi terhadap proses hukum yang dijalani oleh terdakwa.

4. Langkah terakhir yang akan peneliti lakukan adalah menyimpulkan dari hasil temuan analisis baik dari segi strategi kebahasaan yang digunakan Jaksa Penuntut Umum dalam menyusun surat dakwaan dan dari segi implikasi diskrepansi informasi terhadap proses hukum terdakwa itu sendiri.

G. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian kali ini didapat berkat kerjasama dengan Lembaga Advokasi Hak Anak (LAHA). Mengingat data yang menjadi objek penelitian ini bersifat rahasia dan dilindungi oleh ketentuan hukum, maka peneliti mengambil data yang telah berketetapan hukum tetap, yaitu BAP dan surat dakwaan. Data didapatkan melalui permohonan langsung kepada pihak Lembaga Advokasi Hak Anak (LAHA).

Peneliti menggunakan jalur resmi dengan mengajukan surat perizinan dari jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Setelah itu, peneliti menjelaskan kepada pihak LAHA bahwa segala data pribadi yang berada di dalam BAP Polisi dan surat dakwaan akan dirahasiakan dan kedua dokumen negara tersebut akan digunakan demi kepentingan keilmuan semata.Setelah mendapatkan izin dari pihak LAHA, peneliti menyalin surat dakwaan dan BAP Polisi yang asli. Salinan tersebut akan menjadi sumber data yang akan peneliti gunakan.


(21)

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pada bab ini, peneliti akan menyimpulkan secara ringkas mengenai hasil dari penelitian ini. Hasil temuan dan penganalisisan penelitian yang telah dihadirkan pada bab sebelumnya, merupakan dasar penyimpulan dalam bab ini. Wujud Diskrepansi informasi informasi digunakan oleh Jaksa Penuntut Umum untuk menyampaikan suatu fakta yang diyakininya di dalam sebuah kasus pelanggaran hukum. Diskrepansi informasi dalam surat dakwaan menjadi hal utama yang akan disajikan untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian ini.

Berdasarkan hasil analisis ditemukan sebanyak 8 (delapan) diskrepansi informasi yang terdiri dari 1 (satu) penghilangan informasi, 4 (empat) penambahan informasi, dan 3 (tiga) perubahan informasi. Dari ke delapan diskrepansi informasi, terdapat 1 (satu) diskrepansi informasi yang berimplikasi pada proses hukum yang dijalani oleh tersangka. Hal tersebut menunjukkan bahwa Jaksa Penuntut Umum tidak cermat dalam menyusun surat dakwaan. Ketidakcermatan tersebut dapat merugikan salah satu pihak yang dalam kasus ini merugikan tersangka.

Diskrepansi informasi yang berimplikasi langsung terhadap proses hukum pidana terdapat pada diskrepansi yang tergolong pada kategori perubahan informasi. Perubahan informasi ini berkaitan dengan niatan awal tersangka sebelum kasus ini terjadi. Dalam BAP dicantumkan, tersangka merencanakan penganiayaan terlebih dahulu bersama teman-temannya. Akan tetapi, JPU menghadirkan keterangan berbeda dalam surat dakwaan. JPU menghadirkan bahwa sebelum kasus ini terjadi, tersangka merencanakan pembunuhan terlebih dahulu bersama teman-temannya.

Hal tersebut pun berimplikasi terhadap proses hukum yang dijalani oleh terdakwa. Implikasi yang terasa adalah penetapan pasal yang tidak sesuai dengan


(22)

64

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

fakta yang terjadi. Dalam surat dakwaan, terdakwa didakwakan dengan pasal 360 tentang pembunuhan berencana dengan masa tahanan penjara maksimal 20 tahun.

B. Saran

Penelitian ini berupaya mengungkap kesalahan Jaksa Penuntut Umum dalam menyusun surat dakwaan. Dari hasil penganalisisan membuktikan bahwa JPU selaku penyusun surat dakwaan melakukan diskrepansi infomrmasi di dalam surat dakwaan yang disusunnya. Oleh karena itu, dirasa pentingnya kehadiran ilmu linguistik forensik sebagai pengungkap kesalahan dalam bidang hukum yang berhubungan dengan peristiwa kebahasaan seperti dalam penelitian ini.

Melalui penelitian ini, penelitian selanjutnya diharapkan lebih baik dan mampu melengkapi segala kekurangan baik dari segi analisis maupun dari segi struktur penulisan. Misalnya dapat berupa memperluas batasan penelitian terhadap kasus yang sama. Selain itu, dapat pula penelitian selanjutnya menyertakan penganalisisan terhadap BAP dari segi kebakuan dalam penulisan. Jika hal tersebut dilakukan, maka dirasa penelitian selanjutnya akan lebih kaya akan temuan analisis. Faktor lain yang dapat hadir adalah jika penelitian selanjutnya memperkaya data dengan menghadirkan beberapa kasus yang berbeda. Sehingga dapat terlihat dalam kasus manakah yang memungkinkan banyaknya kehadiran diskrepansi informasi.


(23)

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

DAFTAR PUSTAKA

Bachari, A. D. (2011). “Analisis Pragmatik terhadap Tuturan Berdampak Hukum (Studi Kasus Terhadap Laporan Tindak Penghinaan, Penipuan, dan Pencemaran Nama Baik yang Ditangani Satreskrim Polrestabes Bandung)” Tesis tidak dipublikasikan pada Program Magister Linguistik, Sekolah Pascasarjana, UPI, Bandung.

Bachari, A. D. (2013)“Pemenuhan Syarat Formil dan Materil dalam Transkripsi Berita Acara Pemeriksaan Polisi Terhadap Pelaku Tindak Pidana:

Tinjauan Linguistik”. Jurnal Kajian Bahasa dan Sastra Indonesia.

Bandung: UPI. Diterbitkan.

Harahap, M. Y. (2000) Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Penyidikan dan Penuntutan. Jakarta: Sinar Grafika.

Harkrisnowo, H. (2007) Bahasa Indonesia sebagai Sarana Pengembangan Hukum Nasional. Http://www.legalitas.org/?q=node/67. (diakses pada tanggal 20 Juli Pukul 13.00 WIB)

Hermawan, R. (2013) Diskrepansi Informasi dalam Berita Acara Penyidikan (BAP) Polisi: Sebuah Studi Kasus Tingkat Akurasi BAP Polisi di

Indonesia. Laporan Penelitian Pembinaan dan Pengembangan Kelompok Bidang Keilmuan (KBK). Bandung: UPI. Tidak Diterbitkan.

Heydon, G. (2005) The Language of Police Interviewing: A Critical Analysis. New York: PALGRAVE MACMILLAN

Husein, H. M. (1994) Surat Dakwaan Teknik Penyusunan. Fungsi dan Permasalahannya. Jakarta: Rineka Cipta

KBBI Daring. Tersedia: <http://kbbi.web.id/> (diakses pada tanggal 10 Juli 2014 pukul 20.15)

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Kitab Undang-undang Hukum Pidana.


(24)

66

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

Mahadi dan Sabaruddin Ahmad. (1979) Pembinaan Bahasa Hukum Indonesia. Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman. Jakarta: Binacipta.

Marpaung, L. (1992) Proses Penanganan Perkara Pidana. Jakarta: Sinar Grafika. Mcmenamin, G. R. (2002) Forensic Linguistics: Advences In Forensic Stylistics.

Florida: CRC Press LLC.

Moeliono, A. M. (1990) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Murniah. (2007) Bahasa Hukum Rumit dan Membingungkan. Wawasan, 30

November.

Nasucha, Y., Muhammad Rohmadi, dan Agus Budi Wahyudi (2009) Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Surakarta: Media Perkasa. Nasution, A. K. (1981) Masalah Surat Tuduhan Dalam Proses Pidana. Jakarta:

CV Pantjuran Tujuh.

Natabaya, H.A.S. 2000. Dalam Hasan Alwi, Dendy Sugono, Abdul Rozak Zaidan (Ed.). Bahasa Indonesia dalam Era Globalisasi:Pemantapan Peran Bahasa sebagai Sarana Pembangunan Bangsa. Jakarta: Depdiknas.

Prinst, D. (1998) Hukum Acara Pidana Dalam Praktik. Jakarta: Djambatan Sasangka, H dan Lily Rosita. (2003) Komentar Kitab Undang – Undang Hukum

Acara Pidana ( KUHAP ). Bandung: Mandar Maju.

Soetomo, A. (1990) Pedoman Dasar Pembuatan Surat Dakwaan dan Suplemen. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Sudaryanto. (1986). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sugono, D. (2009) Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suharjanto, T. (1988) Penuntutan dan Teknik Pembuatan Surat Dakwaan. Surabaya: Pustaka Tinta Mas.

Suryomurcito, G. (2009). Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar? Capek Deh! Good English? Capek Banget Deh!. Makalah dalam Seminar HKI, 15 April di Unika Atma Jaya.


(25)

67

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

Undang-Undang nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.


(1)

39

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

2. Setelah memeriksa kelengkapan unsur formal di dalam BAP dan surat dakwaan, selanjutnya peneliti akan memeriksa kelengkapan unsur substansial yang terkait dengan unsur-unsur pidana yang didakwakan kepada terdakwa.. 3. Langkah ketiga yang akan peneliti lakukan adalah menganalisis temuan data

menggunakan teori diskrepansi informasi. Teori ini memuat mengenai penghilangan informasi, penambahan informasi, dan pengubahan informasi. Setelah didapat hasil dari analisis tersebut, selanjutnya peneliti akan mendeskripsikan implikasi dari diskrepansi informasi terhadap proses hukum yang dijalani oleh terdakwa.

4. Langkah terakhir yang akan peneliti lakukan adalah menyimpulkan dari hasil temuan analisis baik dari segi strategi kebahasaan yang digunakan Jaksa Penuntut Umum dalam menyusun surat dakwaan dan dari segi implikasi diskrepansi informasi terhadap proses hukum terdakwa itu sendiri.

G. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian kali ini didapat berkat kerjasama dengan Lembaga Advokasi Hak Anak (LAHA). Mengingat data yang menjadi objek penelitian ini bersifat rahasia dan dilindungi oleh ketentuan hukum, maka peneliti mengambil data yang telah berketetapan hukum tetap, yaitu BAP dan surat dakwaan. Data didapatkan melalui permohonan langsung kepada pihak Lembaga Advokasi Hak Anak (LAHA).

Peneliti menggunakan jalur resmi dengan mengajukan surat perizinan dari jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Setelah itu, peneliti menjelaskan kepada pihak LAHA bahwa segala data pribadi yang berada di dalam BAP Polisi dan surat dakwaan akan dirahasiakan dan kedua dokumen negara tersebut akan digunakan demi kepentingan keilmuan semata.Setelah mendapatkan izin dari pihak LAHA, peneliti menyalin surat dakwaan dan BAP Polisi yang asli. Salinan tersebut akan menjadi sumber data yang akan peneliti gunakan.


(2)

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pada bab ini, peneliti akan menyimpulkan secara ringkas mengenai hasil dari penelitian ini. Hasil temuan dan penganalisisan penelitian yang telah dihadirkan pada bab sebelumnya, merupakan dasar penyimpulan dalam bab ini. Wujud Diskrepansi informasi informasi digunakan oleh Jaksa Penuntut Umum untuk menyampaikan suatu fakta yang diyakininya di dalam sebuah kasus pelanggaran hukum. Diskrepansi informasi dalam surat dakwaan menjadi hal utama yang akan disajikan untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian ini.

Berdasarkan hasil analisis ditemukan sebanyak 8 (delapan) diskrepansi informasi yang terdiri dari 1 (satu) penghilangan informasi, 4 (empat) penambahan informasi, dan 3 (tiga) perubahan informasi. Dari ke delapan diskrepansi informasi, terdapat 1 (satu) diskrepansi informasi yang berimplikasi pada proses hukum yang dijalani oleh tersangka. Hal tersebut menunjukkan bahwa Jaksa Penuntut Umum tidak cermat dalam menyusun surat dakwaan. Ketidakcermatan tersebut dapat merugikan salah satu pihak yang dalam kasus ini merugikan tersangka.

Diskrepansi informasi yang berimplikasi langsung terhadap proses hukum pidana terdapat pada diskrepansi yang tergolong pada kategori perubahan informasi. Perubahan informasi ini berkaitan dengan niatan awal tersangka sebelum kasus ini terjadi. Dalam BAP dicantumkan, tersangka merencanakan penganiayaan terlebih dahulu bersama teman-temannya. Akan tetapi, JPU menghadirkan keterangan berbeda dalam surat dakwaan. JPU menghadirkan bahwa sebelum kasus ini terjadi, tersangka merencanakan pembunuhan terlebih dahulu bersama teman-temannya.

Hal tersebut pun berimplikasi terhadap proses hukum yang dijalani oleh terdakwa. Implikasi yang terasa adalah penetapan pasal yang tidak sesuai dengan


(3)

64

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

fakta yang terjadi. Dalam surat dakwaan, terdakwa didakwakan dengan pasal 360 tentang pembunuhan berencana dengan masa tahanan penjara maksimal 20 tahun.

B. Saran

Penelitian ini berupaya mengungkap kesalahan Jaksa Penuntut Umum dalam menyusun surat dakwaan. Dari hasil penganalisisan membuktikan bahwa JPU selaku penyusun surat dakwaan melakukan diskrepansi infomrmasi di dalam surat dakwaan yang disusunnya. Oleh karena itu, dirasa pentingnya kehadiran ilmu linguistik forensik sebagai pengungkap kesalahan dalam bidang hukum yang berhubungan dengan peristiwa kebahasaan seperti dalam penelitian ini.

Melalui penelitian ini, penelitian selanjutnya diharapkan lebih baik dan mampu melengkapi segala kekurangan baik dari segi analisis maupun dari segi struktur penulisan. Misalnya dapat berupa memperluas batasan penelitian terhadap kasus yang sama. Selain itu, dapat pula penelitian selanjutnya menyertakan penganalisisan terhadap BAP dari segi kebakuan dalam penulisan. Jika hal tersebut dilakukan, maka dirasa penelitian selanjutnya akan lebih kaya akan temuan analisis. Faktor lain yang dapat hadir adalah jika penelitian selanjutnya memperkaya data dengan menghadirkan beberapa kasus yang berbeda. Sehingga dapat terlihat dalam kasus manakah yang memungkinkan banyaknya kehadiran diskrepansi informasi.


(4)

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

DAFTAR PUSTAKA

Bachari, A. D. (2011). “Analisis Pragmatik terhadap Tuturan Berdampak Hukum (Studi Kasus Terhadap Laporan Tindak Penghinaan, Penipuan, dan

Pencemaran Nama Baik yang Ditangani Satreskrim Polrestabes Bandung)”

Tesis tidak dipublikasikan pada Program Magister Linguistik, Sekolah Pascasarjana, UPI, Bandung.

Bachari, A. D. (2013)“Pemenuhan Syarat Formil dan Materil dalam Transkripsi

Berita Acara Pemeriksaan Polisi Terhadap Pelaku Tindak Pidana: Tinjauan Linguistik”. Jurnal Kajian Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI. Diterbitkan.

Harahap, M. Y. (2000) Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP.

Penyidikan dan Penuntutan. Jakarta: Sinar Grafika.

Harkrisnowo, H. (2007) Bahasa Indonesia sebagai Sarana Pengembangan

Hukum Nasional. Http://www.legalitas.org/?q=node/67. (diakses pada

tanggal 20 Juli Pukul 13.00 WIB)

Hermawan, R. (2013) Diskrepansi Informasi dalam Berita Acara Penyidikan

(BAP) Polisi: Sebuah Studi Kasus Tingkat Akurasi BAP Polisi di

Indonesia. Laporan Penelitian Pembinaan dan Pengembangan Kelompok

Bidang Keilmuan (KBK). Bandung: UPI. Tidak Diterbitkan.

Heydon, G. (2005) The Language of Police Interviewing: A Critical Analysis. New York: PALGRAVE MACMILLAN

Husein, H. M. (1994) Surat Dakwaan Teknik Penyusunan. Fungsi dan

Permasalahannya. Jakarta: Rineka Cipta

KBBI Daring. Tersedia: <http://kbbi.web.id/> (diakses pada tanggal 10 Juli 2014 pukul 20.15)

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Kitab Undang-undang Hukum Pidana.


(5)

66

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

Mahadi dan Sabaruddin Ahmad. (1979) Pembinaan Bahasa Hukum Indonesia.

Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman. Jakarta:

Binacipta.

Marpaung, L. (1992) Proses Penanganan Perkara Pidana. Jakarta: Sinar Grafika. Mcmenamin, G. R. (2002) Forensic Linguistics: Advences In Forensic Stylistics.

Florida: CRC Press LLC.

Moeliono, A. M. (1990) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Murniah. (2007) Bahasa Hukum Rumit dan Membingungkan. Wawasan, 30

November.

Nasucha, Y., Muhammad Rohmadi, dan Agus Budi Wahyudi (2009) Bahasa

Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Surakarta: Media Perkasa.

Nasution, A. K. (1981) Masalah Surat Tuduhan Dalam Proses Pidana. Jakarta: CV Pantjuran Tujuh.

Natabaya, H.A.S. 2000. Dalam Hasan Alwi, Dendy Sugono, Abdul Rozak Zaidan (Ed.). Bahasa Indonesia dalam Era Globalisasi:Pemantapan Peran Bahasa sebagai Sarana Pembangunan Bangsa. Jakarta: Depdiknas.

Prinst, D. (1998) Hukum Acara Pidana Dalam Praktik. Jakarta: Djambatan Sasangka, H dan Lily Rosita. (2003) Komentar Kitab Undang – Undang Hukum

Acara Pidana ( KUHAP ). Bandung: Mandar Maju.

Soetomo, A. (1990) Pedoman Dasar Pembuatan Surat Dakwaan dan Suplemen. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Sudaryanto. (1986). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar

Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta

Wacana University Press.

Sugono, D. (2009) Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suharjanto, T. (1988) Penuntutan dan Teknik Pembuatan Surat Dakwaan. Surabaya: Pustaka Tinta Mas.

Suryomurcito, G. (2009). Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar? Capek

Deh! Good English? Capek Banget Deh!. Makalah dalam Seminar HKI,


(6)

M uhammad Fariz Az Zarqi, 2014

D iskrepansi informasi dalam surat dakwaan

Jaksa penuntut umum di pengadilan negeri bandung (sebuah analisis linguistik forensik)

Undang-Undang nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.