Latar Belakang ANALISIS GENDER TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF.

Idris Douglas F. Siahaan , 2013 Analisis Gender Terhadap Perilaku Konsumtif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini, modernitas memunculkan gaya hidup baru. Dunia modern memunculkan pola hidup yang beragam. Diantaranya yang sering didengar adalah gaya hidup hedonis dan gaya hidup konsumtif. Modernitas juga menyebabkan merebaknya gaya hidup metropolis yang cenderung terbuka dan lebih memperlihatkan kemewahan yang mereka miliki Purmini, 2011. Kalangan yang paling mudah terpengaruh oleh gaya hidup seperti ini adalah kaum muda baik laki-laki maupun wanita yang pada umumnya mengikuti pola hidup seperti ini dengan tujuan adanya penerimaan dari lingkungan sekitar ataupun suatu kelompok tertentu Baron dan Byrne, 2002 Gaya hidup konsumtif didukung oleh banyak hal, seperti semakin menjamurnya mall ataupun pusat perbelanjaan di kota-kota. Sebagai contoh di kota Bandung saja pada tahun 2009 terdapat sedikitnya 30 mall besar, hal ini menjadi salah satu indikator gaya hidup konsumtif karena semakin mudahnya masyarakat menjangkau tempat-tempat perbelanjaan untuk membelanjakan uang mereka Finesso, 2010. Indikator lain yang mendukung pola hidup konsumtif ini adalah semakin mudahnya masyarakat berbelanja tanpa harus pergi ke pusat perbelanjaan melalui online shopping atau belanja online Ahira, 2011 . Sekarang ini banyak sekali bermunculan website belanja online yang menggiurkan seperti www.tokobagus.com ; www.berniaga.com dan www.kaskus.us. Kedua website ini Idris Douglas F. Siahaan , 2013 Analisis Gender Terhadap Perilaku Konsumtif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu menjual barang-barang kebutuhan dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit dicari. Karena belanja online tidak menghabiskan banyak waktu seperti saat harus belanja ke mall atau pusat perbelanjaan, orang bisa berbelanja kapan saja dan dimana saja. Walaupun barang yang ingin dibeli tidak dapat dilihat secara langsung tetapi kemunculan banyaknya website belanja online ini menunjukkan peningkatan minat masyarakat untuk berbelanja secara online Ahira, 2011 . Faktor lain yang semakin mempermudah pola hidup konsumtif ini adalah munculnya beragam layanan kartu kredit dan kemudahan mendapatkannya. Peningkatan kredit konsumsi yang semakin tinggi setiap tahunnya menunjukkan pemakaian kartu kredit yang tinggi di Indonesia Franedya, 2010. Dengan kata lain hal ini menunjukkan semakin banyak orang Indonesia yang menggunakan kartu kredit sebagai alat pembayaran. Menurut Ahira 2011 pemakaian kartu kredit yang tidak terkontrol dapat menyebabkan menumpuknya hutang seumur hidup. Karena pemakaian yang tidak terkontrol tadi membuat konsumen berbelanja dengan kartu kredit melebihi ambang batas maksimal nilai kartu tersebut. Hal itu juga belum termasuk denda yang harus ditanggung bila pembayaran terlambat dilakukan. Sale atau diskon termasuk faktor yang menentukan dari perilaku pembelian secara berlebihan Rayport and Jaworski, 2003. Adanya sale atau diskon, yang berarti adanya pemotongan harga, akan mendorong banyak orang untuk membeli barang tersebut. Menurut Yankee Group pada tahun 2002 bahwa 75 dari total responden mengindikasikan bahwa “special sale price” Idris Douglas F. Siahaan , 2013 Analisis Gender Terhadap Perilaku Konsumtif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu memotivasi orang-orang untuk melakukan pembelian atau belanja dengan spontan Rayport and Jaworski, 2003. Selain faktor-faktor yang disebutkan sebelumnya fashion juga mampu meningkatkan gaya hidup konsumtif. Harahap 2010 mengungkapkan bahwa fashion merupakan sebuah ketergantungan baik pada orang yang memiliki status ekonomi sosial yang atas maupun yang bawah. Kelas sosial atas atau orang-orang yang memiliki status ekonomi tinggi merupakan early adopter dari fashion di dunia. Merekalah trendsetter bagi orang-orang yang lainnya di seluruh dunia. Orang-orang ini biasanya disebut juga fashion change agents yang terdiri dari fashionista, selebritis, pemimpin kelas-kelas sosial tertentu dan anggota sosial elit, hal ini sering disebut sebagai Increasing Social Visibility, Irawan, 2010. Manusia selalu ingin tampil baik di depan umum dan fashion merupakan salah satu hal yang dianggap mampu untuk membantu tampilan yang baik saat berada ditempat umum. Fashion sangat mempengaruhi bukan hanya wanita saja tetapi juga laki-laki. Dapat dilihat dari kemunculan produk-produk fashion laki- laki yang semakin banyak. Fashion dianggap sebagai sesuatu yang sangat baik karena melalui fashion kebanyakan orang, baik laki-laki maupun wanita mampu meningkatkan kepercayaan diri mereka sehingga mereka merasa lebih baik dan nyaman saat berada di tempat umum. Hal ini mengindikasikan kebutuhan akan suatu hal yang baru semakin tinggi. Pada akhirnya banyak dari orang-orang yang terpengaruh oleh fashion menjadi penganut gaya hidup konsumtif dan menimbulkan perilaku konsumtif yang berkepanjangan Irawan, 2010. Idris Douglas F. Siahaan , 2013 Analisis Gender Terhadap Perilaku Konsumtif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Masyarakat saat ini mengimpikan suatu keadaan yang disebut “The exhibit of luxury ” Amriarriza, M., 2009 dimana segala hal yang berkilau dan mewah menjadi estetika. Keadaan seperti ini mampu membuat manusia sebagai konsumen tidak lagi mempedulikan seberapa tidak masuk akalnya tindakan yang dilakukan hanya untuk membeli sesuatu. Rachel Bowlby dalam Amriarriza 2009 mengatakan bahwa sejarah konsumerisme adalah sejarah perempuan. Feminisasi belanja sudah sering sekali membahas mengenai hal ini. Dapat dilihat dari bentuk munculnya budaya konsumtif dengan berbagai macam mekanisme seperti mekanisme produksi, distribusi hingga konsumsinya bahwa perilaku konsumtif ini telah melintasi batasan gender Amriarriza, 2009. Jika dihubungkan dengan budaya lokal yang masih memperlihatkan bahwa perilaku konsumtif ini hanyalah terjadi pada kaum perempuan saja menjadi bukti adanya suatu stereotipe gender yang menekankan bahwa perilaku konsumtif tidak atau bahkan jarang terjadi pada laki-laki. Tetapi jika dilihat pada masa sekarang, perilaku konsumtif bukanlah perilaku yang terjadi pada perempuan saja namun terjadi juga terhadap para laki- laki. Salah satu hal yang dapat menjadi bukti bahwa laki-laki pun dapat melakukan perilaku konsumtif adalah munculnya iklan-iklan dengan laki-laki sebagai pangsa pasarnya. Misalnya saja iklan parfum Axe yang memperlihatkan bahwa dengan memakai body cologne tersebut maka akan banyak perempuan yang ingin dekat dengannya. Contoh lainnya adalah iklan sebuah minuman penambah energi yang memperlihatkan adanya sebuah bujukan melalui kalimat yang digunakan yaitu “laki minum extra joss”. Hal ini memperlihatkan bahwa Idris Douglas F. Siahaan , 2013 Analisis Gender Terhadap Perilaku Konsumtif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu laki-laki dituntut untuk membeli produk tersebut karena dengan memakai produk tersebut maka para pembeli laki-laki akan disebut sebagai laki-laki sejati. Contoh lain yang juga memperlihatkan bahwa laki-laki dapat melakukan pembelian adalah iklan celana jeans, rokok, sepatu dan jam tangan. Bahkan iklan-iklan dalam bentuk spanduk dapat dilihat di banyak pusat perbelanjaan yang memperlihatkan bahwa laki-laki juga dapat melakukan pembelian untuk memenuhi kebutuhan mereka. Berdasarkan kajian fenomena-fenomena di atas mengenai bagaimana perilaku konsumtif banyak terjadi pada masyarakat kita dan mengenai stereotipe gender oleh masyarakat yang terjadi akibat perilaku konsumtif maka penelitian ini akan mengkaji perilaku konsumtif dari perspektif gender.

1.2. Fokus Penelitian