Perancangan Komik Panji Asmorobangun Berdasarkan Tari Topeng Malang

(1)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN KOMIK PANJI ASMOROBANGUN

(CANDRA KIRANA) BERDASARKAN TARI TOPENG

MALANG

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2010-2011

Oleh :

Muhammad Wildan Habibie NIM :

51905046 Program Studi

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir yang berjudul Perancangan Komik Panji Asmorobangun (Candra Kirana) Berdasarkan Tari Topeng Malang dengan sebaik – baiknya.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat kami perlukan untuk kesempurnaan karya kami selanjutnya. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan kami sampaikan mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan laporan ini.

Bandung, 21 Juli 2011


(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kota Malang adalah kota yang sebagian besar wilayahnya berupa dataran tinggi disertai panorama yang indah. Sejak zaman kolonial, kota ini sudah dijulukiSwitzerland of IndonesianatauParis of East Java. Terbukti dengan banyaknya taman yang asri serta bangunan arsitektur Eropa yang sampai kini masih tetap dipertahankan. Banyaknya objek wisata menarik disertai pelayanan masyarakat yang sangat memuaskan.

Tari Topeng Malang adalah kesenian khas yang tumbuh disekitar daerah Malang (bekas wilayah Majapahit di Jawa Timur). Mulai dikenal sebagai kesenian bertopeng, diberitakan pada masa Kediri, dan menggunakan lakon Panji sejak zaman Majapahit.

Tari ini adalah simbol bagi sifat manusia, karena itu banyak model topeng yang menggambarkan situasi yang berbeda, seperti, menangis, tertawa, sedih, malu dan sebagainya. Biasanya tari ini ditampilkan dalam sebuah fragmentasi hikayat atau cerita rakyat setempat tentang berbagai hal, terutama cerita tentang kisah-kisah panji.


(4)

kurang berkembangnya tari Topeng Malang, disebabkan karena terbatasnya informasi kepada masyarakat khususnya generasi muda terhadap tari topeng ini. Generasi muda beranggapan bahwa tari ini hanya untuk dipelajari oleh kalangan tertentu saja, karena sudah memiliki pakem dan kurang populer lagi dibandingkan dengan kesenian lain yang lebih modern.

Dari hasil quesioner yang dilakukan kepada 100 responden di kota Malang, hanya 10% dari 100 responden yang memiliki pengetahuan tentang tari topeng Malang. Demikian pula dengan pengetahuan responden terhadap 6 macam Topeng Malang yang baku. Setelah melakukan penelitian tersebut, hanya 6% dari 100 responden yang mengetahui 6 macam Topeng Malang yang sudah baku. Dan terbukti pula, hanya 4% dari 100 responden yang mengetahui cerita Panji dalam Tari Topeng Malang. Dari penelitian ini, membuktikan bahwa Tari Topeng Malang kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Hal ini disebabkan kurangnya informasi mengenai Tari Topeng ini kepada masyarakat khususnya generasi muda.

Dari fakta dan pandangan diatas, hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan memberikan suatu informasi kepada masyarakat, khususnya generasi muda mengenai tari topeng ini, Hal ini diharapkan agar generasi muda mengerti dan mau mengembangkan kesenian tari ini, sehingga Tari Topeng Malang


(5)

1.2 Identifikasi Masalah

- Anggapan bahwa tari ini hanya untuk dipelajari oleh kalangan tertentu saja, karena sudah memiliki pakem yang tidak bertoleransi dengan kondisi masa sekarang.

- Tari Topeng Malang kurang populer lagi dibandingkan dengan kesenian lain yang lebih modern.

- Minimnya pengetahuan masyarakat tentang Tari Topeng Malang, terutama bagaimana kisah cerita panji dalam Tari Topeng Malang. - Terbatasnya pemahaman masyarakat tentang Tari Topeng Malang, terutama bagaimana kisah cerita panji dalam Tari Topeng Malang.

1.3 Fokus Permasalahan

Berdasarkan uraian diatas, maka inti dari semua permasalahan ini adalah minimnya pengetahuan serta informasi tentang Tari Topeng Malang, terutama bagaimana kisah cerita panji dalam Tari Topeng Malang. Untuk memecahkan permasalahan ini diperlukan sebuah informasi yang cukup dan kemudian diaplikasikan kedalam sebuah media. Dengan harapan bahwa media yang diberikan dapat mengajak para generasi muda untuk belajar dan mau melestarikan kesenian tari ini.


(6)

1.4 Tujuan Perancangan

Tujuan utamanya adalah menginformasikan kepada masyarakat khususnya generasi muda tentang kisah cerita Panji, sehingga para generasi muda mau belajar dan melestarikan kesenian tari ini. Hal ini diharapkan agar Tari Topeng Malang bisa berkembang dan tetap terjaga kelestariannya.


(7)

BAB II

KESENIAN TARI TOPENG MALANG

2.1 Tari Topeng Malang 2.1.1 Tari

Tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diungkapan dengan gerak-gerak ritmis yang indah (Soedarsono dalam Hidayat, 2009). Kalau diamati dan dianalisa secara teliti, elemen pendukung dalam mewujudkan sebuah karya tari adalah gerak dan ritme. Gerak muncul pada ekspresi dari segala pengalaman emosional manusia (Hidayat, 2009).

Tari muncul didasarkan atas beberapa motivasi, dimana dorongan tersebut tidak didasarkan atas kehendak pikiran tetapi suatu kehendak yang berasal dari hati, perasaan yang tumbuh berupa getaran yang amat kuat, hingga memerintah seluruh organ-organ tubuh bergerak (Hidayat, 2009).

Di daerah Jawa Timur, pada umumnya selalu diramaikan dengan oleh hiburan Tari Tayuban. Tari ini sudah terkenal dimana-mana. Pada awalnya tari tersebut merupakan tari upacara kesuburan (tari untuk upacara menuai padi). Aktivitas religius tersebut dari waktu ke waktu mulai tergeser dan dipergunakan sebagai acara bergembira. Seperti di daerah


(8)

Bali terkenal dengan Joged Bumbung dan di Banyuwangi didapatkan tari Gandrung.

Tapi saat ini, hampir semua jenis tari selalu dipaksakan, seperti festival tari rakyat, acara tari di televisi dan untuk menyambut tamu-tamu negara di istana. Karena itu, sifat dari tari tersebut akan berubah menjadi jenis tari tontonan. Disini sifat komunikasinya mengalami pergeseran, menjadi perubahan penikmatan. Dimana komunikasi kedua belah pihak (penari/ronggeng/teledak/tandak) dengan penikmat/penanggap atau laki-laki pengibing, berubah menjadi komunikasi sepihak dan lebih mengarah pada satu hasrat untuk memuaskan penonton.

2.1.2 Topeng

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), “Topeng adalah penutup muka (dari kayu, kertas, dan sebagainya) yang menyerupai muka orang, binatang dan lain sebagainya”. Topeng juga berarti properti yang dikenakan pada wajah untuk menyembunyikan identitas seseorang.


(9)

Gambar 2.1 Macam – macam topeng

Sumber: http://assadurokhman.files.wordpress.com/2010/06/topeng23.jpg Diakses tanggal 12 Februari 2011

Menurut Kuswadi Kawindrasusanta dan Rahmadi PS (dalam Hidayat, 2010), “Topeng di Indonesia telah dipergunakan orang sebagai salah satu media pemanggilan roh - roh nenek moyang agar mau memberikan pertolongan, dengan jalan memasuki topeng.”

Pada zaman dahulu, topeng dipergunakan dalam suatu tarian ritual untuk menghormati arwah pada leluhur. Tari atau drama topeng dianggap sebagai sarana untuk pemanggilan roh-roh nenek moyang atau roh-roh baik untuk masuk merasuk ke dalam tubuh para penari. Kehadiran roh-roh baik dalam penyajian drama berlakon adalah sebuah pengisahan tentang tata prilaku moral yang pernah dilakukan oleh manusia terdahulu, agar perbuatan baik mereka menjadi contoh


(10)

Topeng dipahami sebagai hasil pahatan yang menyerupai wajah, menggambarkan karakteristik atau kepribadian seseorang dan merupakan sebuah simbolisasi, serta sebuah upaya mengkomunikasikan sesuatu yang melatar belakangi wujud topeng itu sendiri.

Wujud sebuah topeng berpengaruh terhadap sifat yang dimunculkan dan tiap – tiap topeng memiliki karakter yang berbeda. Hal ini bisa dilihat dari nama, bentuk, warna, corak dan lain sebagainya. Dari nama, bentuk, warna dan corak pun bisa menggambarkan karakteristik atau kepribadian seseorang. Karakteristik atau kepribadian seseorang yang divisualisasikan melalu pahatan topeng pada hakekatnya adalah sebuah simbolisasi sebagai upaya mengkomunikasikan sesuatu yang melatar belakangi wujud topeng itu sendiri.

2.1.3 Tari Topeng Malang

Menurut Karimun (alm.) dalam majalah BENDE (2003, 29) Tari Topeng Malang adalah perpaduan antara wajah manusia dan wayang dengan pergerakan tari yang patah – patah. Gaya inilah yang lebih dikenal dengan Gaya Malangan. Malang yang artinya kuat dan menggambarkan kekesatrian.


(11)

menyebarkan seni Tari Topeng sampai kekerajaan Singosari yang dipimpin oleh Ken Arok”.

Gambar 2.2 Tari Topeng Malang Sumber:

http://daragatitelecenter.org/images/kesenian/taritopengmalangan.jpg Diakses tanggal 12 Februari 2011

Dalam ringkasan catatan Roby Hidayat (2010), tari Topeng Malang adalah kesenian khas yang tumbuh disekitar daerah Malang (bekas wilayah Majapahit di Jawa Timur). Mulai dikenal sebagai kesenian bertopeng, diberitakan pada masa Kediri, dan menggunakan lakon Panji sejak zaman Majapahit.

Menurut buku Maestro Seni Tradisi (2008, 74) dijelaskan pula bahwa, “Topeng Malang yang baku ada 6 macam, yaitu: Klono, Bapang, Asmoro Bangun, Sekartaji, Gunung Sari dan


(12)

Bapang menggambarkan sifat bijaksana, Asmoro Bangun lambang keindahan, Sekartaji lambang kesucian, Gunung Sari dan Ragil Kuning lambang kebaikan manusia”.

Menurut buku Maestro Seni Tradisi (2008, 74) dijelaskan bahwa, “Pada masa Kerajaan Kajuruan dengan Raja Gajayana, topeng yang dibuat dari batu atau emas untuk acara ritual. Lalu pada masa Kerajaan Kediri, topeng dibuat dari kayu, berfungsi sebagai tarian menyambut tamu, dengan cerita Ramayana atau Mahabarata. Pada masa Kerajaan Singasari/Tumapel, fungsi topeng masih tetap. Hanya ditambah cerita panji dan ini berlangsung hingga kerajaan Majapahit. Setelah masuknya Islam ke Tanah Jawa, Wali Songo (khususnya Sunan Bonang dan Kalijogo) menjadikannya sebagai sarana menyebarkan ajaran Islam”.

Perkembangan Topeng Malang, tak lepas dari jasa Raden Suryo Atmojo yang membawanya ke pendopo Kabupaten Malang, pada saat Bupati pertama Kanjeng Surgi, di zaman kolonial Belanda. Reni (Polowijen) dan Gurawan (Kepanjen) ikut mendalaminya. Kakek buyut Karimun, Serun, belajar topeng kepada Gurawan. Sampai disini, fungsi topeng Malang tidak untuk menyebarkan Islam, tetapi sarana hiburan, menceritakan tentang kisah Panji.


(13)

berbeda, seperti, menangis, tertawa, sedih, malu dan sebagainya. Biasanya tari ini ditampilkan dalam sebuah fragmentasi hikayat atau cerita rakyat setempat tentang berbagai hal terutama bercerita tentang kisah-kisah panji.

2.1.4 Cerita Panji

Cerita Panji adalah lakon yang selalu menceritakan tentang hilangnya Dewi Sekartaji atau Candra Kirana dan ditemukan oleh Panji Asmorobangun (Zoetmulder dalam Dick Hartoko, 1983).

Menurut Poerbatjaraka dalam majalah BENDE (2003, 5), Cerita Panji memiliki enam macam ciri umum, yakni:

1. Pelaku utama adalah Kertapati, Putra Raja Kahuripan dan Candra Kirana, Putri Raja Daha.

2. Pertemuan Panji dengan kekasihnya yang pertama, dari lingkungan rakyat jelata, hidup dalam perburuan.

3. Terbunuhnya kekasih Panji yang berasal dari rakyat jelata. 4. Candra Kirana hilang / meninggalkan kerajaan.

5. Bertemunya kembali dua orang tokoh utama, lalu dikaitkan dalam perkawinan.

Versi lain yang ditulis oleh Ajib Rosidi dalam novel Candra Kirana (2008), cerita Panji menceritakan kisah Raden Panji


(14)

Cer daerah p tokoh ya dalam p Asmorob Malang. Raden P

Pan dan Kela mempun Asmorob sifat per loyal, sa Jayeng S Panji Ku meningg

Gambar

Cerita Panji di pulau Jawa sangat popule pemunculan Cerita Panji cenderung memp yang berbeda meskipun inti ceritanya sama. pemunculan tokoh seperti Panji Asmoroba obangun adalah sebutan tokoh dalam T . Tetapi dalam versi lain, Panji Asmoroban Panji Kuda Waneng Pati dan Kelana Jayeng anji Asmorobangun (Raden Panji Kuda W elana Jayeng Sari merupakan tokoh yang unyai sifat dan karakter yang berb

obangun (Raden Panji Kuda Waneng Pati) ercaya diri, penuh semangat, tidak mudah sabar, welas asih dan karismatik. Sedang Sari adalah sisi lain dari Panji Asmoroban Kuda Waneng Pati) yang terguncang hati

galnya Dewi Anggraeni, istri tercintanya.

bar 2.3 Panji Asmoro Bangun / Raden Panji Kuda Waneng Kelana Jayeng Sari.

uler. Disetiap punyai nama a. Contohnya bangun, Panji Tari Topeng angun adalah

g Sari.

Waneng Pati) g sama tetapi rbeda. Panji ti) mempunyai h putus asa, ngkan Kelana angun (Raden atinya karena


(15)

Menurut Ajib Rosidi dalam novel Candra Kirana (2008), Kelana Jayeng Sari adalah nama lain dari Raden Panji Kuda Waneng Pati saat dia berkelana bersama Patih Prasanta.

Nama tokoh menggambarkan karakter yang berbeda – beda. Perbedaan itu bisa dilihat dari nama, sifat, dan bentuk topeng. Meskipun di beberapa kesenian daerah yang mengangkat cerita panji mempunyai tokoh yang berbeda, ceritanya tetap sama.


(16)

Tabel 2.2 Klarifikasi mengenai Topeng Malang (2)


(17)

Tabel 2.4 Klarifikasi mengenai Topeng Malang (4)


(18)

Tabel 2.6 Klarifikasi mengenai Topeng Malang (6)


(19)

Tabel 2.8 Klarifikasi mengenai Topeng Malang (8)


(20)

Tabel 2.10 Klarifikasi mengenai Topeng Malang (10)


(21)

Tabel 2.12 Klarifikasi mengenai Topeng Malang (12)


(22)

Tabel 2.14 Klarifikasi mengenai Topeng Malang (14)


(23)

2.1.5 Informasi Pengetahuan Masyarakat Tentang Cerita Panji dalam Tari Topeng Malang

Metode yang digunakan untuk meneliti seberapa besar pengetahuan masyarakat tentang cerita Panji dalam Tari Topeng Malang, dilakukan dengan kuesioner dan wawancara 100 responden dari berbagai kalangan.

Menurut beberapa sumber, Cerita Panji adalah lakon yang menceritakan tentang hilangnya Dewi Sekartaji atau Candra Kirana dan ditemukan oleh Panji Asmorobangun.

No Kategori Jawaban Frekuensi %

1 Baik 4 4%

2 Cukup 6 6%

3 Kurang 90 90%

Jumlah 100 100%

Tabel 2.16

Frekuensi pengetahuan Masyarakat Tentang Cerita Panji dalam Tari Topeng Malang

Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa pengetahuan Masyarakat Tentang Cerita Panji dalam Tari Topeng Malang hanya sebesar 4% (4 responden). Hal ini membuktikan bahwa, masyarakat belum banyak mengetahui tentang cerita Panji dalam Tari Topeng Malang.


(24)

2.1.6 Hubungan antara Cerita Panji dengan Tari Topeng Malang Tari Topeng Malang adalah perpaduan antara wajah manusia dan wayang dengan pergerakan tari yang patah – patah. Gaya inilah yang lebih dikenal dengan Gaya Malangan. Malangan yang artinya kuat dan menggambarkan kekesatrian.

Tari Topeng Malang adalah kesenian tari topeng yang mengangkat kisah Cerita Panji dan berkembang di daerah Malang.

Cerita Panji dan Tari Topeng malang merupakan dua hal yang tidak bisa terpisahkan, mengingat Tari Topeng Malang adalah kesenian tari yang bercerita tentang Cerita Panji.

2.2 Komik Cerita Panji Berdasarkan Tari Topeng Malang

Alasan kenapa penulis mengangkat Cerita Panji karena Cerita Panji merupakan bagian terpenting dari Tari Topeng Malang itu sendiri. Apabila target audience mengetahui dan memahami kisah Cerita Panji, secara tidak langsung target audiens akan mengerti seperti apakah Tari Topeng Malang itu.

Dalam pengaplikasiannya, Cerita Panji dimunculkan dengan tidak menghilangkan ciri khas Tari Topeng Malang itu sendiri, seperti bentuk topeng dan bentuk kostum yang pada akhirnya berpengaruh terhadap bentuk karakter yang akan dimunculkan. Hal ini dilakukan


(25)

mengingat banyak kesenian – kesenian lain yang mengangkat kisah Cerita Panji.

Cerita Panji yang akan dimunculkan diangkat dari Novel “Candra Kirana” saduran Ajib Rosidi, dengan pertimbangan, novel tersebut menceritakan kisah Cerita Panji secara lengkap. Sedangkan untuk media pengaplikasian Cerita Panji tersebut, penulis memilih komik karena komik mempunyai kekuatan untuk menyampaikan informasi dan mudah dimengerti. Hal ini dimungkinkan karena komik memadukan kekuatan gambar dan tulisan, yang dirangkai dalam suatu alur cerita bergambar, membuat informasi lebih mudah diserap. Selain itu komik juga dapat diterapkan sebagai alat bantu pendidikan dan mampu menyampaikan informasi secara efektif dan efisien.

2.2.1 Komik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), komik adalah cerita bergambar (di majalah, surat kabar, atau berbentuk buku) yang umumnya mudah dicerna dan lucu. Kata komik sebenarnya berasal dari bahasa Inggris “comic” yang berarti segala sesuatu yang lucu serta bersifat menghibur. Pada awalnya, sebutan komik ditujukan untuk serangkaian gambar yang berurutan dan memiliki keterkaitan antara gambar yang satu dengan lainnya, terkadang dibantu dengan tulisan


(26)

Saat pertama kali komik muncul, dari cerita biasanya bertema pahlawan super yang menyelamatkan orang-orang tanpa balas budi, namun sekarang komik telah berkembang menjadi berbagai macam pilihan tema. Komik di masa kini sangat berbeda apabila dibandingkan dengan komik-komik pendahulunya. Panel - panel kaku yang dahulu digunakan sebagai pembatas, kini tidak kaku lagi. Kemudian tulisan yang pada awalnya hanya berfungsi sebagai pendukung gambar, kini telah berperan lebih dari sekedar pendukung gambar, bahkan tidak jarang memiliki kedudukan yang setara dengan gambar.

Sekarang komik tidak hanya untuk mengisi dan menambah imajinasi saja, tetapi juga dapat memberitahukan sejarah, perekonomian, keadaan masyarakat, budaya, nilai-nilai sosial, dan bahkan bisa menunjukkan keadaan geografi suatu daerah.

2.2.2 Komik dalam Aspek Komunikasi Visual

Komunikasi visual merupakan komunikasi yang menggunakan unsur dasar bahasa visual sebagai kekuatan utamanya dalam menyampaikan komunikasi. Unsur dasar visual tersebut ialah segala sesuatu yang dapat dilihat dan dapat dipakai untuk menyampaikan arti, makna, dan pesan.


(27)

komunikasi dan ungkapan kreatifnya, beserta teknik dan medianya, untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual sehingga pesan terterima dan atau berfungsi sebagaimana tujuannya. (McCloud, 2001)

Seperti diketahui, komik memiliki banyak arti, yang disesuaikan dengan tempat masing-masing komik itu berada. Secara umum, komik sering diartikan sebagai cerita bergambar. Menurut Scout McCloud (2001), komik dapat memiliki arti gambar - gambar serta lambang lain yang ter-jukstaposisi (berdekatan, bersebelahan) dalam urutan tertentu, untuk menyampaikan informasi dan atau mencapai tanggapan estetis dari pembacanya. Komik sesungguhnya lebih dari sekedar cerita bergambar yang ringan dan menghibur. Komik bukan cuma bacaan bagi anak - anak. Komik adalah suatu bentuk media komunikasi visual yang mempunyai kekuatan untuk menyampaikan informasi secara popular dan mudah dimengerti. Hal ini dimungkinkan karena komik memadukan kekuatan gambar dan tulisan, yang dirangkai dalam suatu alur cerita gambar membuat informasi lebih mudah diserap. Teks membuatnya lebih dimengerti, dan alur membuatnya lebih mudah untuk diikuti dan diingat.


(28)

komunikasi visual yang lebih dari sekedar cerita bergambar yang ringan dan menghibur.

2.2.4 Target Audiens

Target Audiens untuk komik cerita panji ini adalah masyarakat khususnya para remaja di kota Malang. Hal ini diharapkan agar masyarakat khususnya para remaja, mengetahui dan memahami tentang kisah cerita panji, sehingga Tari Topeng Malang tetap terjaga kelestariannya. Geografis

Masyarakat di seluruh Indonesia, khususnya remaja SMU di kota Malang.

Demografis a. Target primer :

Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan Umur : usia 16 - 24 tahun Status : pelajar dan mahasiswa Ekonomi : Menengah keatas b. Target Sekunder :

Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan Umur : 24 - 45 Tahun


(29)

c. Psikografis :

Pada umumnya remaja suka dengan hal – hal yang baru, mempunyai tokoh – tokoh idola, suka berkhayal dan berada pada masa pencarian jati diri. Komik sebagai media informasi diharapkan bisa menjadi bagian dari media pembelajaran para remaja agar para remaja mengerti dan memahami seperti apakah Cerita Panji dalam Tari Topeng Malang.


(30)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1 Strategi Perancangan 3.1.1 Strategi Komunikasi

Pendekatan komunikasi dilakukan dengan membuat sebuah komik cerita panji yang diangkat dari novel “Candra Kirana” saduran Ajib Rosyidi, dengan pertimbangan, novel tersebut menceritakan kisah Panji secara lengkap. Komunikasi yang dilakukan dalam pembuatan komik ini adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat khususnya para generasi muda, tentang kisah cerita panji dalam Tari Topeng Malang. Dari komunikasi ini, diharapkan masyarakat mengerti dan memahami tentang kisah cerita panji, sehingga Tari Topeng Malang tetap terjaga kelestariannya.

Tujuan Komunikasi

- Menginformasikan kepada para masyarakat agar para

masyarakat khususnya generasi muda mengerti dan memahami kisah cerita panji.


(31)

Materi Pesan

- Belajar jadi orang yang bijaksana.

- Belajar dari pengalaman, karena pengalaman adalah guru yang terbaik.

- Tidak selalu mementingkan diri sendiri karena sifat mementingkan diri sendiri akan menimbulkan sebuah penyesalan.

- Penyesalan pasti datang di belakang.

- Bersabar disaat menjalani cobaan, karena semua cobaan pasti mempunyai makna tersendiri.

3.1.2 Strategi Kreatif

Gaya visual yang digunakan adalah gaya ilustrasi realistis yang diaplikasikan ke dalam komik sebagai media utama dan media promosi sebagai media pendukung. Pemilihan karakter disesuaikan dengan karakteristik pada cerita itu sendiri dimana tema yang diangkat adalah heroik atau bertema kepahlawanan.

Dalam pengaplikasiannya Cerita Panji dimunculkan dengan tidak menghilangkan ciri khas Tari Topeng Malang itu sendiri, seperti bentuk topeng dan bentuk kostum yang pada akhirnya berpengaruh terhadap bentuk karakter yang akan


(32)

Di strategi kreatif, pengembangan cerita diawali dari sebuah sinopsis yang kemudian dikembangkan lagi menjadi storyline, skenario danstoryboard.

a. Sinopsis

Di kerajaan Kediri muncul seorang satria yang mengaku berasal dari Tanah Sabrang, bernama Kelana Jayeng Sari. Ia selalu didampingi orang yang sudah lanjut usia yang disebut orang Ki Kebo Pandogo, yang sekaligus menjadi penasihatnya.

Tapi dibalik sifat kesatrianya, Kelana Jayeng Sari adalah sesosok orang yang rapuh. Ia selalu teringat almarhumah istrinya, Dewi Anggraeni. Dewi Anggraeni meninggal karena berkorban demi mewujudkan impian Prabu Jayantaka, ayahanda Raden Panji dalam memersatukan kerajaan Jenggala dan Kediri. Dewi Anggraeni merasa di tempat yang salah, ia merasa menjadi penghalang pernikahan Raden Panji dan Dewi Sekartaji.

Nama asli Kelana Jayeng Sari adalah Raden Panji Asmorobangun Putra Mahkota Jenggala, anak dari Prabu Jayantaka. Saat mengetahui istrinya meninggal, Raden Panji terguncang hatinya. Ia tidak menyadari siapa dirinya


(33)

kemanapun dia pergi. Sampai ia berlayar di lautan luas dan hilang di telan badai. Raden Panji bersama awak kapal selamat dan mendarat di pesisir pantai selatan. Karena bujukan Patih Prasanta, akhirnya Raden Panji mau memakamkan tubuh Dewi Angraeni di pantai itu. Setelah Dewi Anggraeni dimakamkan, ia pun berkelana bersama Patih Prasanta dan para pengikutnya. Kemudian dia merubah namanya menjadi Kelana Jayeng Sari

Dalam pengembaraannya, Kelana Jayeng Sari mengalahkan kerajaan demi kerajaan. Namanya semakin termasyur. Ia dihormati, disegani, dikagumi, ditakuti sekaligus dipertanyakan karena tidak mau menduduki singgasana kerajaan yang sudah ditaklukkan. Bahkan beberapa orang raja tanpa diperangi menyatakan dirinya takluk.

Di sebelah barat Kediri, berdiri kerajaan Mentaun yang diperintah oleh Prabu Gajah Angun – angun. Prabu Gajah Angun – angun terkenal licin dan keji, suka menghasut kerajaan yang lain agar mau jadi pengikutnya. Karena merasa kuat, Prabu Gajah Angun – angun hendak memerangi kerajaan Kediri. Karena merasa balatentara Mentaun lebih unggul, akhirnya baginda memutuskan


(34)

diutuslah seorang patih untuk menghadap Kelana Jayeng Sari.

“Dewi Sekartaji, Putri Mahkota Kediri diminta sebagai tanda terimakasih apabila Kelana Jayeng Sari berhasil memukul mundur bala tentara Mentaun..!!!”. Bingung sang Prabu Jayaswara ketika mendengar syarat yang diajukan pihak Kelana Jayeng Sari. Tapi setelah dipertimbangkan oleh baginda Prabu, baginda menerima syarat tersebut.

Ketika hendak berperang, Kelana Jayeng Sari terkejut saat didampingi Putri Mahkota Kediri. Dia tidak menyangka bahwa Dewi Sekartaji sama persis dengan Dewi Anggraeni almarhumah istinya. Kelana Jayeng Sari terpukau, pada saat itu pula ia kembali teringat sosok istrinya Dewi Anggraeni. Dalam medan perang, Klana Jayeng Sari, Dewi Sekartaji dan bala tentaranya berperang dengan gagah berani. Bala tentara Mentaun dipukul mundur. Melihat kejadian itu, Prabu Gajah Angun – angun menantang Kelana Jayeng Sari untuk bertarung. Pertarungan itu dimenangkan oleh Kelana Jayeng Sari.

Seluruh Kediri mengelu – elukan Kelana Jayeng Sari yang telah memukul mundur tentara Mentaun dan membunuh Prabu Gajah Angun - angun. Pada saat


(35)

Sekartaji dulu, Raden Panji Asmorobangun. Mendengar cerita baginda, Kelana Jayeng Sari ingin sekali menjelaskan bahwa Raden Panji Asmorobangun adalah dirinya. Tetapi Ki Kebo Pandogo menahannya agar Raden Panji sadar bahwa dirinya sedang menyamar.

Kabar pernikahan Kelana Jayeng Sari dengan Dewi Sekartaji sampai ke kerajaan Janggala. Prabu Braja Nata murka. Prabu Braja Nata tidak terima karena merasa ikatan pernikahan adiknya Raden Panji Asmorobangun dengan Dewi Sekartaji masih berlanjut. Kemudian Prabu Braja Nata menyiapkan bala tentara dan menyatakan perang dengan Kerajaan Kediri.

Prabu Braja Nata mengirimkan surat kepada Prabu Jayaswara yang berisi bahwa pernikahan itu harus dibatalkan dan Kelana Jayeng Sari menyerahkan diri. Setelah berunding dengan Mahapatih Kebo Rerangin, Sang Baginda memeritahkan Senapati Wirapati untuk memanggil Kelana Jayeng Sari.

Sementara itu, Dewi Sekartaji berbicara dengan Kelana Jayeng Sari mengenai berita yang sedang terjadi. Dewi Sekartaji menjelaskan tentang dampak yang akan terjadi apabila perang berlangsung. Kelana Jayeng Sari


(36)

penyesalan dari Kelana Jayeng Sari. Ia sadar, dulu ia sangat mementingkan dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain dan tidak menghiraukan kewajibannya sebagai putra mahkota.

Prabu Braja Nata kaget ketika mendapat kabar bahwa Kelana Jayeng Sari menyerah tanpa perlawanan. Keesokan harinya Kelana jayeng Sari didampingi Ki Kebo Pandogo datang menghadap Prabu Braja Nata. “Adinda...”, teriak Prabu Braja Nata ketika melihat adiknya Raden Panji Asmorbangun yang datang menemuinya. Prabu Braja Nata tidak menyangka bahwa Kelana Jayeng Sari adalah adiknya Raden Panji Asmorobangun dan Ki Kebo Pandogo adalah Mamanda Prasanta.

Prabu Jayaswara bersukacita tatkala mengetahui bahwa Kelana Jayeng Sari adalah Raden Panji Asmorobangun. Mereka menyambut Kelana Jayeng Sari dan Rakanda Prabu Braja Nata dengan kehormatan dan kegembiraan. Dan pernikahan Raden Panji Asmorobangun dengan Dewi Sekartaji berlangsung sangat meriah.

Setelah pesta pernikahan itu selesai, Raden Panji beserta istrinya Dewi Sekartaji akan pergi ke gunung untuk berbulan madu. Ada sedikit kecemburuan yang di dalam


(37)

Kemudian Raden Panji bergumam kepada Dewi Sekartaji. “Engkau Dewi Sekartaji dan engkau Dewi Anggraeni, istriku dahulu...dan sekarang kedua istriku berpadu dalam dirimu....Adinda saja seorang yang sejak sekarang kanda cintai sepenuh hati...hanya engkau saja...Candra Kirana...”

b. Storyline

Storyline merupakan pengembangan dari sinopsis. Storylineini terdiri dari deskripsi dan dialog.

Bab Judul Deskripsi Bab 1 Kelana

Jayeng Sari

Di kerajaan Kediri, muncul seorang satria yang mengaku berasal dari Tanah Sabrang bernama Kelana Jayeng Sari. Ia selalu didampingi orang yang sudah lanjut usia yang disebut orang Ki Kebo Pandogo.

Nama asli Kelana Jayeng Sari adalah Raden Panji Asmorobangun Putra Mahkota Jenggala, anak dari Prabu Jayantaka. Ia merubah namanya menjadi Kelana Jayeng Sari setelah istrinya Dewi Anggraeni meninggal.

Dewi Anggraeni meninggal karena berkorban demi mewujudkan impian Prabu Jayantaka ayahanda Raden Panji dalam memersatukan kerajaan Jenggala dan Kediri. Dewi Anggraeni merasa di tempat yang salah, ia merasa menjadi penghalang pernikahan Raden Panji dan Dewi Sekartaji.

Ketika Raden Panji melihat tubuh Dewi Anggraeni telah meninggal di bawah tumpukan daun kering di hutan Raden Panji kemudian jatuh tak sadarkan diri.

Melihat Raden Panji jatuh tak sadarkan diri, kemudian Patih Prasanta yang berdiri di


(38)

lahan ia membuka matanya. Ia lalu bangkit menubruk tubuh istrinya. Patih Prasanta dan para punggawanya diam membisu melihat peristiwa yang dilihatnya.

Kemudian Raden Panji menitahkan kepada Patih Prasanta untuk ikut pergi ke Muara Kamal. Patih Prasanta segera melakukan titah junjungannya, kemudian ia menunggangi kudanya dan memberi isyarat supaya para punggawanya mengikutinya.

Keluar dari hutan, nampaklah tegalan yang luas dengan ilalang bergelombang. Dikejauhan terdengar dentuman ombak yang menerjang laut.

Kemudian dititahkan para punggawanya menemui juragan perahu untuk meminjam perahunya. Para juragan perahu tidak keberatan hanya saya mereka menyatakan kekhawatirannya.

Akhirnya Raden Panji naik ke atas perahu besar yang dipilihnya, para punggawa dititahkan naik ke perahu lain dan kedua perahu itu di perintahkan diikat erat – erat. Kedua kapal berlayar ketengah samudra. Makin lama makin ketengah jauh dari daratan.

Apa yang dikatakan oleh juragan perahu tentang badai benar-benar terjadi. Tiba – tiba angin dan hujan datang dengan kerasnya. Matahari yang bersinar terik tiba – tiba menjadi gelap gulita dan air serta halilintar menggantikannya.

Para awak kapal tidak mampu berbuat apa – apa. Layar segera mereka turunkan, namun ombak yang setinggi – tinggi gunung itu menghempaskan kedua perahu. Perahu tak bisa dikuasai lagi untung kedua perahu terikat erat sehingga keduanya tidak bisa terpisahkan.

Waktu badai sudah reda, hari sangat cerah, mereka menengok ke kanan kiri, maka nampaklah pantai di arah selatan. Segera para awak kapal mengayuh perahunya ke pesisir pantai.

Raden Panji turun dari perahu sambil menggendong tubuh istrinya. Patih Prasanta


(39)

Sesungguhnya Patih Prasanta seseorang yang sangat luas pengetahuan dan pengalamannya. Ia mengetahui dimana mereka berada sekarang. Yaitu dekat dengan kerajaan Kediri. Patih Prasanta mempunyai rencana untuk mengajak gustinya berbuat kepahlawanan dan membawanya sedikit demi sedikit ke arah kerajaan Kediri.

Kemudian Patih Prasanta menyuruh para punggawa menggali tanah untuk membaringkan tubuh Dewi Anggraeni .

Besoknya Raden Panji mulai melakukan pengembaraannya dan merubah namanya menjadi Kelana Jayeng Sari dan Patih Prasanta menjadi Ki Kebo Pandogo. Kelana Jayeng Sari mengalahkan kerajaan demi kerajaan. Namanya semakin termasyur. Ia dihormati, disegani, dikagumi, ditakuti sekaligus dipertanyakan karena tidak mau menduduki singgasana kerajaan yang sudah ditaklukkan. Bahkan beberapa orang raja tanpa diperangi menyatakan dirinya takluk. Tetapi Kelana Jayeng Sari menerima dengan sikap yang biasa. Baginya seolah – olah tak ada bedanya apakah raja itu takluk atau tidak. Bahkan ketika beberapa raja menawarkan tahta serta istananya, Kelana Jayeng Sari senantiasa menolak. Ia lebih suka tinggal di hutan dan berharap bisa bertemu dengan istrinya yang telah meninggal.

Bab 2 Prabu Gajah Angun -angun

Disebelah barat Kediri, berdiri kerajaan Mentaun yang diperintah oleh Prabu Gajah Angun – angun. Prabu Gajah Angun – angun terkenal licin dan keji, suka menghasut kerajaan yang lain agar mau jadi pengikutnya. Karena merasa kuat, Prabu Gajah Angun – angun hendak memerangi kerajaan Kediri.

Kemudian Patih Surodwipangga berangkat menuju kerajaan Kediri untuk menyampaikan sabda Prabu Gajah Angun – angun kepada Prabu Jayaswara raja Kediri.

Di dalam istana kerajaan Kediri terlihat hiruk pikuk setelah utusan dari kerajaan Mentaun datang mengaturkan sabda dari Prabu Gajah Angun – angun. Membaca berita ancaman itu Prabu Jayaswara murka


(40)

Mentaun lebih unggul.

Prabu Jayaswara bingung memikirkan jalan keluar permasalahan ini, dia terus berpikir bagaimana caranya untuk menghadapi Prabu Gajah Angun - angun. . .

Kemudian baginda menitahkan Patih Wiranggada pergi membawa sepucuk surat untuk Kelana Jayeng Sari yang menyatakan maksud baginda. Lalu Patih Wiranggada berangkat hendak mencari Kelana Jayeng Sari ke hutan sebelah timur.

Setelah bertemu dengan Kelana Jayeng Sari dan Ki Kebo Pandogo, Patih Wiranggada kembali ke kerajaan kediri untuk menghaturkan sepucuk surat dari Kelana Jayeng Sari.

Bingung sang prabu tatkala membaca sepucuk surat dari Kelana Jayeng Sari yang berisi “Dewi Sekartaji, Putri Mahkota Kediri diminta sebagai tanda terimakasih apabila Kelana Jayeng Sari berhasil memukul mundur balatentara Mentaun”. Kebingungan sang prabu disebabkan karena Dewi Sekartaji masih terikat petunangan dengan Raden Panji Asmorobangun dari Jenggala.

Sang baginda termenung memikirkan syarat yang diajukan oleh Kelana Jayeng Sari. Tetapi keadaan sudah tidak memungkinkan lagi. Kemudian baginda mengambil keputusan menerima syarat yang diajukan Kelana Jayeng Sari dan meminta supaya Kelana Jayeng Sari bersama bala tentaranya segera datang ke ibukota. Patih Wiranggada segera berangkat dan mengabarkan ke Kelana Jayeng Sari.

Keesokan harinya Kelana Jayeng Sari beserta balatentaranya sudah masuk ke ibukota. Seluruh ibukota sejak pagi sudah dititahkan untuk berhias untuk menyambut kedatangan Kelana Jayeng Sari bersama balatentaranya.

Bab 3 Kemenang-an di Medan Perang

Keesokan harinya pagi – pagi benar Kelana Jayeng Sari bersama bala tentaranya sudah bersiap. Karena hari itu ia akan bertempur dengan Raja Mentaun. Suara hiuk pikuk, genderang perang telah dipukul berdembam – dembam bunyinya.


(41)

berkata kepadanya, “Kelana Jayeng Sari! Perkenankanlah aku turut berperang disisi tuan!”.

Kelana Jayeng Sari menorehkan mukanya dan memandang dengan mata terbelalak kepada putri yang mendatanginya.

Kelana Jayeng Sari kaget melihatnya. Parasnya, tubuhnya, suaranya, gerak geriknya semuanya sama benar dengan istrinya.

Kelana Jayeng Sari tertegun, Dewi Sekartaji! Inilah putri yang telah dipertunangkan dengan dirinya sejak masih kanak – kanak. Baru sekali ia melihatnya dan putri itu bagai pinang di belah dua dengan istrinya! Alangkah sama! Segalanya.

Ia memandang tajam putri itu meneliti dengan mata terpukau.

Maka Kelana Jayeng Sari bersama bala tentaranya berangkat berangkat kearah barat. Dewi Sekartaji duduk diatas gajah putihnya mengikuti Kelana Jayeng Sari.

Prabu Gajah Angun – angun beserta bala tentaranya bergerak kearah timur, berbuat semena – mena melampiaskan amarahnya. Para penduduk yang tidak berdosa dianiaya dan disiksa. Rumah – rumah dibakar, harta kekayaan di rampas dan para wanita diperkosa.

Ketika kedua tentara bertemu, peperangan berlangsung dengan sangat sengit. Suara senjata diiringi teriakan kesakitan dan darah membasahi tanah.

Bala tentara Mentaun terlihat lelah karena menganiaya dan menyiksa penduduk. Sehingga mereka bertempur dengan keadaan tercerai berai. Sedangkan bala tentara Kelana Jayeng Sari yang telah terlatih masih segar bugar dan dikendalikan oleh panglima perang yang sudah terlatih. Menjelang tengah hari, bala tentara mentaun telah tercerai berai. Sang Prabu Gajah Angun – angun berteriak murka menitahkan bala tentaranya supaya jangan lari, namun sia –sia saja.


(42)

Setiap gerakan tangannya membuat tentara musuh roboh. Yang selamat berusaha melarikan diri.

Gajah yang ditunggangi oleh Dewi Sekartaji sudah terlatih di medan perang. Tak ayal banyak tentara musuh yang kehilangan nyawa, hancur dibanting dan diinjak oleh kakinya. Panah Dewi Sekartaji pun sangat berbahaya senantiasa meminta korban nyawa.

Melihat bala tentaranya diporak – porandakan oleh bala tentara Kelana Jayeng Sari, Prabu Gajah Angun – angun murka.

Perkataan Kelana Jayeng Sari belum habis diucapkan, mata keris tiba – tiba menyambar akan menusuk lambungnya. Tetapi ia dengan gesit menghindarinya. Sebaliknya Prabu Gajah Angun – angun hampir tergelincir karena ulahnya sendiri.

Ejekan – ejekan Kelana Jayeng Sari yang menghina itu menyababkan Prabu Gajah Angun – angun makin murka. Ia sudah tidak kuasa menahan amarahnya dan menyerang Kelana Jayeng Sari dengan membabi buta. Hal ini malah membuat keuntungan bagi Kelana Jayeng Sari untuk menguras tenaga Prabu Gajah Angun – angun.

Pertarungan antara keduanya ditonton asik oleh Dewi Sekartaji yang tersenyum – senyum melihat tingkah Kelana Jayeng Sari dalam menghadapi Prabu Gajah Angun – angun.

Saat perkelahian antara keduanya sudah mendekati akhir. Kelana Jayeng Sari melihat celah untuk menyerang Prabu Gajah Angun – angun. Tatkala keris menghunus dada sebelah kiri Prabu Gajah Angun – angun. Tubuh yang besar dan kekar itu jatuh ke tanah. Kemudian Kelana Jayeng Sari berdiri sambil menghela nafas dan segera membersihkan kerisnya yang penuh dengan darah.

Karena raja mereka rubuh, bala tentara Mentaun kabur melarikan diri. Yang tidak sempat melarikan diri ditangkap oleh bala tentara Kelana Jayeng Sari.


(43)

menjadi bukti kemenangannya. Bab 4 Rahasia

Terungkap

Seluruh Kediri mengelu – elukan Kelana Jayeng Sari yang telah memukul mundur tentara Mentaun dan membunuh Prabu Gajah Angun - angun.

Kemudian Kelana Jayeng Sari dan Dewi Sekartaji bersama – sama menuju istana untuk bertemu baginda. Pada saat membicarakan soal pernikahan, baginda menghela nafas.

Orang – orang termenung mendengarkan sabda dari baginda dengan murung sedih. Semua diam dan tak ada yang berani memotong.

Hampir Kelana Jayeng Sari tak kuasa menahan dirinya, akan sujud di depan baginda dan menjelaskan bahwa Raden Panji Asmorobangun sebenarnya adalah dirinya. Untung penasihatnya yang bijaksana, Ki Kebo Pandogo menahannya, sehingga ia sadar kalau dirinya sedang menyamar.

Maka pembicaraan itu dilanjutkan membahas tentang pernikahan yang akan segera dilangsungkan. Pernikahan ditetapkan dan dilangsungkan enam minggu lagi.

Kabar pernikahan Kelana Jayeng Sari dengan Dewi Sekartaji sampai ke kerajaan Jenggala. Prabu Brajanata murka. Prabu Brajanata tidak terima karena merasa ikatan pernikahan adiknya Raden Panji Asmorobangun dengan Dewi Sekartaji masih berlanjut.

Kemudian Prabu Brajanata menyiapkan bala tentara dan menyatakan perang dengan kerajaan Kediri.

Saat sampai di perbatasan, Prabu Brajanata beserta para bala tentaranya mendirikan kemah. Lalu ditulislah sepucuk surat kepada Sang Baginda Jayaswara yang kemudian diantarkan oleh Senapati Arya Suralaga. Isi surat itu menyatakan bahwa Prabu Brajanata keberatan kalau Dewi Sekartaji dinikahkan dengan orang lain, sedangkan pertunangannya dengan Raden


(44)

telah siap balatentara yang besar untuk menyerbu Kediri. Pada akhirnya Prabu Brajanata menuntut pernikahan itu harus dibatalkan dan Kelana Jayeng Sari menyerahkan diri untuk menrima hukuman penggal karena dianggap telah sengaja menghina kerajaan Jenggala.

Ketika Prabu Jayaswara menerima utusan Prabu Brajanata, hatinya goncang. Seluruh isi istana hiruk pikuk atas berita yang datang. Baginda menghela nafas dan meminta tempo untuk merundingkannya dahulu bersama para tetua negara.

Tetapi para tetua kerajaan tidak mampu menghasilkan saran untuk jalan keluar.

Sementara itu Dewi Sekartaji yang juga mendengar berta tenang masuknya tentara Jenggala ke perbatasan terlihat bingung. Ia tampak merenung dan melamun, sehingga Kelana Jayeng Sari merasa heran dan mengunjunginya.

Kemudian Dewi Sekartaji menjelaskan tentang dampak yang akan terjadi apabila perang antara Jenggala dan Kediri berlangsung.

Kelana Jayeng Sari termenung mengingat kejadian dahulu, sampai istrinya Dewi Anggraeni turut menjadi korban. Tampak raut penyesalan dari Kelana Jayeng Sari. Ia sadar, dulu ia sangat mementingkan dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain dan tidak menghiraukan kewajibannya sebagai putra mahkota.

Dikala dirinya di panggil sang baginda, Kelana Jayeng Sari menghaturkan niatnya untuk menyerahkan diri kepada Prabu Brajanata karena itu jalan yang bisa di tempuh untuk mencegah permusuhan antara kedua kerajaan yang berasal dari satu keturunan.

Keesokan harinya Kelana Jayeng Sari didampingi Ki Kebo Pandogo datang menghadap Prabu Brajanata. Prabu Brajanata dan para punggawanya gelisah seolah tak percaya karena semuanya tak sama sesuai yang ia bayangkan.


(45)

Prabu Brajanata lompat dari singgasananya dan memeluk adindanya dengan berurai airmata.

Kelana Jayeng Sari yang telah kembali menjadi Raden Panji Asmorobangun itu terbawa suasana keharuan dan ikut mengalirkan airmata.

Waktu Prabu Brajanata melepaskan pelukannya dari adindanya ia menoreh kepada Patih Prasanta yang tua itu.

Lalu merekapun berbicara dengan sukacita, mencurahkan perasaan masing – masing. Prabu Brajanata meminta untuk mengisahkan pengalamannya selama menjadi Kelana Jayeng Sari. Adinda tersenyum dan memandang mamanda Patih Prasanta.

Kemudian Patih Prasanta mengisahkan pengalamannya selama bertahun – tahun berkelana.

Keesokan harinya tentara Jenggala bergerak kearah kediri. Tetapi bukan untuk berperang, melainkan untuk merayakan pesta pernikahan yang akan dilangsungkan untuk mewujudkan cita – cita Prabu Jayantaka dan Prabu Jayaswara.

Prabu Jayaswara bersukacita tatkala mengetahui bahwa ternyata Kelana Jayeng Sari adalah Raden Panji Asmorobangun. Mereka menyambut Kelana Jayeng Sari dan Rakanda Prabu Brajanata dengan kehormatan dan kegembiraan. Dan pernikahan Raden Panji Asmorobangun dengan Dewi Sekartaji berlangsung sangat meriah.

Bab 5 Candra Kirana

Setelah pesta pernikahan itu selesai, Raden Panji beserta istrinya Dewi Sekartaji pergi kegunung untuk berbulan madu.

Dewi Sekartaji sangat berbahagia bisa bersama suaminya Raden Panji di tengah alam yang indah.

Tetapi Raden Panji tidak berbahagia sepenuh hati karena ia selalu terkenang istrinya dahulu, Dewi Anggraeni. Ada sedikit kecemburuan yang di dalam hati Dewi


(46)

Malam itu, ketika Raden Panji memandang bulan purnama., ia melihat sosok bayangan Dewi Anggraeni yang sangat jelita dalam cahaya bulan itu, berdiri disebelah istrinya Dewi Sekartaji.

Ia sadar, kemudian Raden Panji bergumam kepada Dewi Sekartaji.

“Engkau Dewi Sekartaji dan engkau Dewi Anggraeni, istriku dahulu...dan sekarang kedua istriku berpadu dalam dirimu....Adinda saja seorang yang sejak sekarang kanda cintai sepenuh hati...hanya engkau saja...Candra Kirana...”.

Kemudian keduanya berpelukan ditemani bulan purnama yang menebarkan cahaya yang lembut keemasan itu mereka pun melihat masa kebahagiaan mereka.

c. Storyboard

Storyboard merupakan pengembangan dari storyline, storyboard ini terdiri dari dialog dan visualisasi, dimana visualisasi itu sendiri menggambarkan gestur-gestur pada setiap karakter yang ditampilkan.

Skenario Visual


(47)

“Sungguh berhati batu baginda..dia menyingkirkan penghalang pernikahan Raden Panji

dengan Dewi Sekartaji!”, kata Patih Prasanta.

“Sungguh besar pengorbananmu, Raden”, ratap Patih

Prasanta.

“Pantas wajahmu muram! Sungguh berat cobaan yang mesti kau

tanggung Raden!” Patih Prasanta menghela nafas.

“Tak bisa kupersalahkan Baginda yang keras hati membela

kepentingan kerajaan, demi tercapainya cita – citanya itu! Untuk

setiap cita – cita tinggi harus ada pengorbanan yang sangat besar. Tapi

mengapa Baginda tidak bertindak bijaksana?”

“Raden sadarlah....kuatkanlah hatimu! Tabahkanlah! Sadar Raden,


(48)

Raden Panji mulai siuman, perlahan – lahan ia membuka matanya.

“Anggraeni...Anggraeni” gumamnya.

“Dewi kenapa kamu tertidur..bangunlah...” gumam Raden

Panji.

“Raden...sadarlah...Dewi Anggraeni talah meninggal...Ia mesti...”, kata Patih Prasanta seraya


(49)

“Apa kata mamanda? Dewi Anggraeni meninggal? Jangan mamanda bicara yang bukan – bukan! Lihatlah dia...dia tersenyum mendengar

perkataan mamanda!” kata Raden Panji sedikit membentak

“Ikutlah denganku...mari kita pergi ke Muara Kamal melihat pemandangan laut...” gumam Raden

Panji.

“Mari mamanda! Ayo kita berangkat! Sekarang!” teriaknya sambil

memangku tubuh istrinya di atas kuda yang di tungganginya.

“Tapi Raden...” kata Sang Patih. “Tapi Raden...Dewi Anggraeni telah meninggal..” kata Sang Patih.

“Mamanda masih bicara juga? Mari kita berangkat ke Muara Kamal...sekarang...!” bentak Raden

Panji.

“Biar bagaimanapun, mesti kita ikuti...” kata Patih Prasanta kepada

punggawanya.

“Jangan biarkan ia berbuat apapun sendirian...Kemanapun harus kita ikuti...Hatinya sangat berduka dan cintanya kepada istrinya sangat besar,

maka ia tak mau percaya bahwa istrinya sudah meninggal..”.

“Mamanda lihat! Di muara banyak perahu! Mari kita pinjam beberapa buah agar kita bisa ketengah samudra. Dewi Anggraeni pasti senang bisa berlayar kesamudra luas” kata

Raden Panji.

“Tapi Raden....” sahut Patih memotong.


(50)

Tidak pakai tapi – tapian! Mari kita berangkat sekarang!”

Patih Prasanta terhenyak. Ia tidak bisa berbuat apa – apa lagi. “Bagaimanapun sekarang ia sedang

berduka, maka tidak baik kalau aku halang – halangin. Mudah – mudahan takkan berlarut – larut...” katanya dalam

hati.

Maka dititahkan para punggawanya menemui juragan perahu untuk

meminjam perahunya.

“Tetapi Raden...menurut penglihatan hamba sebentar lagi badai

akan turun” kata seseorang juragan perahu.

“Aku tidak perduli! Ayo berangkat mamanda! Dewi Anggraeni sudah tidak sabar lagi!” kata Raden Panji kepada


(51)

“Mamanda!” teriak Raden Panji. “Alangkah indahnya pemandangan

disini! Mengapa baru sekarang mamanda membawa kami kesini”

“Ampun Raden” sahut Patih Prasanta, “Sengaja hamba tidak memberitahukan hal ini kepada gusti

karena....”

“Karena tanah ini adalah tanah yang tepat buat peristirahatan istri

Raden, Dewi Anggraeni...” “Maaf Raden...Dewi Angraeni tidak meninggal, melainkan tertidur

dengan lelapnya...”

“Kalau Sang Dewi sudah dibaringkan disini, Raden jangan disini

terus, melainkan melakukan hal – hal yang disukai Sang Dewi...”

“Jadi apa yang mesti aku lakukan mamanda?”

“Raden musti berbuat kebaikan, menolong orang – orang sengsara! Banyak rakyat yang sengsara karena perbuatan raja – raja yang jahat... Dan

memberikan kebahagiaan kepada rakyat...”

“Tenanglah engkau disini dewiku...Candra Kiranaku.. Kalau kelak

hidupku telah berarti, engkau tentu akan datang kepada kanda....”


(52)

3.1.3 Alasan Pemilihan Media

Media Komik dipilih sebagai media utama karena komik merupakan sebuah media yang sudah tidak asing lagi dimata masyarakat. Mengingat komik bisa dibaca oleh siapa saja tanpa ada batasan umur. Komik mempunyai kekuatan untuk menyampaikan informasi dan mudah dimengerti. Hal ini dimungkinkan karena komik memadukan kekuatan gambar dan tulisan, yang dirangkai dalam suatu alur cerita bergambar membuat informasi lebih mudah diserap.

3.1.4 Strategi Media 3.1.4.1 Media Utama

Media yang dibuat adalah buku komik tentang Cerita Panji Tari Topeng Malang. Komik ini dibuat dengan menggunakan gaya ilustrasi realistis yang lebih menekankan pada permainan tebal tipis garis untuk lebih menguatkan karakter ilustrasi.

3.1.4.2 Media Pendukung

Media Pendukung yang digunakan, antara lain: 1. Poster


(53)

5. Pembatas buku

6. Replika Topeng Malang 7. Gantungan Kunci

3.2 Konsep Visual

3.2.1 Format Desain

Format yang digunakan dalam pembuatan Komik Panji Asmorobangun (Chandra Kirana) adalah format komik ukuran A4 (21 cm x 29,7 cm) dengan menggunakan kertas Art Paper 240 gram untuk cover dan 120 gram untuk isi.


(54)

3.2.2 Tata Letak (layout)

Untuk layout, menggunakan layout komik pada umumnya dengan arah baca dari kiri ke kanan. Dari ilustrasi yang di buat kemudian dilayout ulang per adegan menggunakan software Corel Draw.

Gambar 3.2 Layout

Setelah di layout ulang, kemudian diberi balon kata yang berisikan dialog dan narasi sesuai dengan skenario untuk memperkuat cerita.

3.2.3 Tipografi


(55)

judul (h karakter Unt Schoolda komik. 3.2.4 Ilustrasi Awa dengan pensil HB kemudia proses p dengan

(headline) adalah font BobbyPin yang er huruf mirip seperti huruf Aksara Jawa.

Gambar 3.3 HeadlineJudul

Untuk font teks dialog dan narasi pada halama ldaze. Dipilih karena karakternya yang sesua

Gambar 3.4 Contoh huruf dalam balon tex

si

wal dari pembuatan komik adalah memb n menggunakan teknik manual, dengan m

HB dan 2B di buku gambar. Dari ske ian dipindai menggunakan alat pemindai. Set pindai, hasil dari proses pindai berupa fil n menggunakan software Adobe Photoshop

mempunyai

man isi adalah uai dengan isi

text

mbuat sketsa menggunakan ketsa manual etelah melalui file jpg diedit op. Kemudian


(56)

agar hasil sketsa lebih jelas dan kontras tanpa menghilangkan sketsa dasar yang dibuat.

Gambar 3.5 Hasil editing dengan menggunakan software photoshop dengan menaikkan kontras dan level.

Setelah melalui proses tersebut, kemudian hasil sketsa tersebut diedit kembali untuk melalui proses pembersihan dari sketsa – sketsa yang tidak di perlukan. Hal ini dilakukan agar komik terlihat lebih rapi.

Di dalam pembuatan ilustrasinya, komik ini melalui beberapa tahapan seperti studi cerita, studi ilustrasi, dan studi karakter. Hal ini dilakukan agar masing – masing karakter dan cerita mempunyai dasar yang kuat dan tidak lepas dari konsep.


(57)

3.2.4.1 Studi Ilustrasi

Dalam pembuatan ilustrasi komik ini, ada beberapa referensi yang dijadikan acuan, seperti komik Dharmaputra karya Alex Irzaqi yang bertemakan kepahlawanan dan beberapa foto dari pementasan tari Topeng Malang. Hal ini dilakukan agar pembuatan karakter dan ilustrasinya tidak lepas dari Tari Topeng Malang. Mengingat komik ini dibuat berdasarkan Tari Topeng Malangan.


(58)

3.2.4.2 Studi Karakter Dilihat Dari Bentuk Topeng

Studi ini dilakukan untuk mengetahui sifat dan karakteristik tokoh – tokoh yang muncul dalam komik yang akan dibuat.

Tabel 3.7 Studi karakter dilihat dari bentuk topeng.

Dari studi karakter dilihat dari bentuk topeng, kemudian dilanjutkan dengan proses penyederhanaan dari bentuk topeng.


(59)

3.2.4.3 Penyederhanaan Bentuk Topeng

Penyederhanaan bentuk topeng dilakukan melalui beberapa proses. Hal ini dapat dilihat dari perubahan dan penyederhanaan bentuk mahkota dan bentuk muka.

Gambar 3.8 Acuan dalam penyederhanaan bentuk topeng

Acuan dalam penyederhanaan bentuk topeng sangat penting dalam pembentukan sebuah karakter. Seperti gambar di atas, penyederhanaan dilakukan dari bentuk topeng sampai ke bentuk wajah manusia. Saat penyederhanaan sampai ke bentuk wajah manusia, ciri khas topeng hilang karena ada beberapa bagian terpenting didalam topeng dihilangkan. Seperti


(60)

sebagainya. Oleh karena itu, penulis memberi batasan maksimal dalam penyederhanaan bentuk topeng tersebut. Agar ciri khas Topeng Malang tidak hilang.

Gambar 3.9 Penyederhanaan bentuk topeng.

Dari penyederhanaan bentuk topeng, kemudian dilanjutkan dengan studi karakter tokoh utama dan tokoh pendukung.


(61)

3.2.4.4 Studi Karakter Panji Asmorobangun

Proses studi karakter tokoh utama dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.10 Studi karakter Panji Asmorobangun.

Dari gambar di atas dapat dilihat perubahan – perubahan dari karakter asli Panji Asmorobangun dalam Tari Topeng Malang. Perubahan tersebut dapat dilihat dari perubahan dan penyederhanaan bentuk mahkota (gambar A) dan perubahan bentuk muka dan postur tubuh (gambar B). Urutan perubahan karakter (gambar B) adalah karakter asli Panji Asmorobangun, kemudian karakter baru Panji Asmorobangun setelah melalui proses penyederhanaan dan karakter Kelana


(62)

Jayeng Sari yang terbentuk dari penyederhanaan karakter baru Panji Asmorobangun.

Kelana Jayeng Sari dan Panji Asmorobangun adalah satu karakter yang sama, tetapi mempunyai sifat yang berbeda. Panji Asmorobangun merubah namanya menjadi Kelana Jayeng Sari semenjak istrinya meninggal dan terlarut di dunianya sendiri bersama bayangan istrinya. Perubahan nama itu juga diikuti dengan perubahan sifat, dan perubahan sifat tersebut juga dicerminkan ke dalam bentuk karakter yang dimunculkan. Kelana Jayeng Sari terlihat lebih kekar, lebih kurus, kumis agak tebal, bentuk mahkota dan hiasan pakaian disederhanakan kembali.

3.2.4.5 Studi Karakter Tokoh Pendukung

Studi karakter tidak hanya pada tokoh utama saja, tokoh pendukung juga melalui proses studi karakter, seperti :

a. Patih Prasanta dan Ki Kebo Pandogo

Patih Prasanta dan Ki Kebo Pandogo adalah satu karakter yang sama. Patih Prasanta adalah penasihat Panji Asmorobangun dan Ki Kebo


(63)

Prasanta dikala berkelana bersama Kelana Jayeng Sari (Panji Asmorobangun).

Gambar 3.11 Studi karakter Patih Prasanta.

b. Dewi Sekartaji dan Dewi Anggraeni

Menurut cerita, Dewi Sekartaji dan Dewi Anggraeni mempunyai persamaan wajah dan fisik. Perbedaannya ada pada sifat, status (Dewi Sekartaji putra mahkota dan Dewi Anggraeni berasal dari rakyet jelata).


(64)

c. Prabu Brajanata

Prabu Brajanata adalah kakak dari Panji Asmorobangun.

Gambar 3.13 Studi karakter Prabu Brajanata.

d. Prabu Gajah Angun - angun

Prabu Gajah Angun – angun adalah tokoh yang terkenal licin dan keji, suka menghasut kerajaan yang lain agar mau jadi pengikutnya.


(65)

3.2.4.6 Properti

Dalam pembuatannya, properti yang digunakan tetap sama seperti aslinya sesuai dengan property yang digunakan pada Tari Topeng Malang.

Gambar 3.15 Properti yang digunakan.

Seperti bentuk mahkota, gelang, keris dan tombak. Kecuali bentuk mahkota yang sudah melalui proses penyederhanaan.

3.2.5 Warna

Warna dapat digunakan sebagai simbolisme, penggambaran maksud tertentu, pemberi pusat perhatian dan memberi kesan volume. Komik ini dikemas dengan sentuhan gaya ilustrasi realistis yang lebih menekankan pada permainan tebal tipis garis untuk lebih menguatkan karakter ilustrasi. Dalam teknik pewarnaan isi dalam komik, tetap mengandalkan warna pensil, agar sesuai dengan gaya visual yang diambil


(66)

Gambar 3.16 Contoh isi komik

Untuk bagian cover, cover didesain menggunakan warna hitam dan putih. Hal ini dilakukan agar warna cover sesuai dengan isi komik.


(67)

BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

4.1 Proses Pembuatan Komik

Dalam pembuatan komik ini terdapat tahapan - tahapan proses hingga menjadikan suatu komik. Pertama - tama menentukan cerita yang diambil, bisa langsung dari buku novel, buku biografi dan lain sebagainya. Cerita untuk komik ini diambil dari novel “Candra Kirana” saduran Ajip Rosyidi.

Pengembangan cerita diawali dari sebuah sinopsis yang kemudian dikembangkan lagi menjadi storyline, skenario dan storyboard. Setelah itu, melakukan studi karakter dari topeng. Mengingat pembuatan komik ini berdasarkan Tari Topeng Malang. Kemudian dilanjutkan dengan proses penyederhanaan dari bentuk topeng.

Setelah proses pembentukan karakter selesai, pembuatan ilustrasi dimulai dengan dengan sketsa menggunakan pensil HB, kemudian dipertebal dengan pensil 2B. Setelah itu hasil sketsa dipindai menggunakan alat pemindai atau scanner. Hasil scan kemudian diedit dengan menggunakan software photoshop, untuk menaikkan level dan kontras. Setelah melalui proses editing diphotoshop, kemudian membuat panel untuk memisahkan gambar


(68)

Gambar 4.8 Proses pembuatan komik.

Kemudian setelah semua selesai, melakukan pengecekan dan revisi ulang terhadap teks yang dibuat apabila terjadi kesalahan. Setelah itu memasuki proses cetak. Untuk kertas yang dipakai adalah Art Paper 240 gram untuk sampul dan 120 gram untuk bagian isi komik.


(69)

Gambar 4.9 Komik yang sudah di cetak


(70)

4.2 Media Promosi

Setelah membuat suatu komik, komik tersebut tentu harus diperjualbelikan kepada pembeli. Agar pembeli mengetahui dan tertarik akan komik yang telah dibuat, maka harus dilakukan promosi. Promosi tersebut dilakukan dengan membuat media - media promosi.

Perancangan media promosi ini menggunakan elemen – elemen visual yang terdapat dalam komik, elemen tersebut antara lain:

Elemen Keterangan

Gambar sampul pada komik dibuat untuk background pembuatan media promosi yang

bertujuan untuk

memperkuat promosi komik ini.


(71)

Ini adalah elemen dari komik yang sudah dibukukan dan dibuat menumpuk.

Menerangkan bahwa komik ini baru diterbitkan dan menceritakan kepahlawanan seorang panji.

Menerangkan tanggal diterbitkannya komik ini dan ajakan untuk membeli komik ini.

Menerangkan komik yang dijual adalah komik tentang seorang panji.

Menerangkan bahwa ada hadiah kejutan selama masa promosi.

Menerangkan tempat dimana komik tersebut bisa dibeli.

Ini adalah ele komik yang dibukukan da menumpuk.

Menerangkan komik ini baru

dan me

kepahlawanan panji.

Menerangkan diterbitkannya dan ajakan untu komik ini.

Menerangkan k dijual adalah kom seorang panji.

Menerangkan b hadiah kejutan masa promosi.

Menerangkan dimana komik te dibeli.

elemen dari g sudah dan dibuat

bahwa u diterbitkan menceritakan seorang

tanggal komik ini tuk membeli

komik yang omik tentang

bahwa ada tan selama

.

tempat tersebut bisa


(72)

Elemen – elemen tersebut diatas dikombinasikan, tetapi berbeda letak, tergantung media yang dibuat, diantaranya adalah:

4.2.1 Poster

Poster ditempatkan di tempat-tempat strategis seperti di toko buku Gramedia, mading di sekolah, dan lain sebagainya. Poster di desain seperti gambar dibawah ini agar muncul kesan seperti apakah tema dari komik yang telah dibuat.

Gambar 4.11 Sample Poster.

Poster yang dibuat dengan spesifikasi :

Ukuran A3 (42X29,7 cm)

Bahan Media Art Paper


(73)

1.2.2 X banner

X Banner dapat ditempatkan dimana saja, seperti stand pameran dan kelebihan X banner yaitu mudah dipindahkan.

Gambar 4.12 Sample X banner.

X banner yang dibuat dengan spesifikasi :

Ukuran 160 X 60 cm

Bahan Media Albatros

Cetak Digital Printing (Indoor)


(74)

1.2.3 Leaflet

Leaflet disebar disekolah - sekolah, toko buku Gramedia atau pada saat pameran berlangsung. Pada elemen dalam leaflet ditambahkan sinopsis cerita agar konsumen dapat mengetahui secara ringkas isi dalam komik.

Gambar 4.13 Sample leaflet.

leaflet yang dibuat dengan spesifikasi :

Ukuran A5 (14,8 X 21 cm)

Bahan Media Artpaper 120 gram


(75)

1.2.4 Pembatas Buku

Pembatas buku ditempatkan di dalam komik sebagai hadiah kepada pembeli.

Gambar 4.14 Sample pembatas buku.

Pembatas buku yang dibuat dengan spesifikasi :

Ukuran 21 X 5 cm

Bahan Media Artpaper 240 gram


(76)

1.2.5 Pin

Pin ditempatkan di dalam komik sebagai hadiah kepada pembeli.

Gambar 4.15 Sample pin.

Pin yang dibuat dengan spesifikasi :

Ukuran 5,5 X 5,5 cm

Bahan Media Artpaper 80 gram (laminasi doff)

Cetak Digital Printing


(77)

1.2.6 Replika Topeng Malang

Replika Topeng Malang dibagikan cuma – cuma kepada pembeli selama masa promosi.

Gambar 4.16 Sample replika Topeng Malang.

Replika Topeng Malang yang dibuat dengan spesifikasi :

Ukuran 10 X 7,5 cm

Bahan Media Kayu / fiber

Tekhnik Pahatan / press


(78)

1.2.7 Gantungan Kunci Topeng Malang

Gantungan Kunci Topeng Malang dibagikan cuma – cuma kepada pembeli selama masa promosi.

Gambar 4.17 Sample Gantungan Kunci Topeng Malang.

Gantungan Kunci Topeng Malang yang dibuat dengan spesifikasi :

Ukuran 5 X 3,5 cm

Bahan Media Kayu / fiber


(79)

DAFTAR PUSTAKA

Departeman Pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tersedia di:http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php. Diunduh tanggal 1 April 2011.

Hidayat, Robby. 2010. Wayang Topeng di Malang. Tersedia di:

http://studiotari.blogspot.com/2010/07/wayang-topeng-di-malan-sejarah-nilai.html. diunduh tanggal 13 November 2010.

Irzaqi, Alex. 2010. Dharmaputra. Gramedia (m&c!). Jakarta

McCloud, Scott. 2001. Memahami Komik. Diterjemahkan oleh KGP (Kepustakaan Populer Indonesia). Jakarta.

Nurhan, Kenedi. Hastuti, Rita Sri dan Hartono, Yusuf Susilo. 2008. MAESTRO Seni Tradisi. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI bekerjasama dengan Asosiasi Tradisi Lisan (ATL). Jakarta.

Rosidi, Ajip. 2008. CANDRA KIRANA Sebuah Saduran Atas Cerita Panji . NUANSA. Bandung


(80)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Cur riculum Vit ae

Data Pribadi

Nam a : Muham m ad Wildan Habibie

Alam at : Jl. Raya Kedondong

DS. Kedondong, Kec. Bagor Nganjuk, Jawa Tim ur

Kode Post : 64461

Nom or Telepon : 08563641151

Em ail : wielbigh@yahoo.co.id

Jenis Kelam in : Laki - Laki

Tem pat Tanggal Lahir : 23 Juni 1986

Status : Single

Warga Negara : Indonesia

Agam a : Islam

Pendidikan

2005 – 2011 - UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

2003 – 2005 - SMUN 1 TELUK JAMBE KARAWANG

2002 – 2003 - SMUN 1 NGANJUK

2001 – 2002 - SMUN 7 KEDIRI

1998 – 2001 - SLTP 1 KEDIRI


(81)

Pengalaman Kerja

2005 – 2006 - Art Studio Bandung (Graphic Design) - Freelant

2006 - PT. TEXMACO ELEKTRONIK KARAWANG - Repair

2006 – 2007 - Sim ple Design (Digital Im aging) - Freelant

2007 – 2008 - Editor “Rahasia Peradaban Kuno” - Sibu’ x Film

2008 - Anim ator 2D Kam ar Kreasi.inc Bandung

2009 - Cv. KASIH ILLAHI Production Karawang - Freelant

- Studio Recording Cv. KASIH ILLAHI Karawang Operator Freelant

2009 – 2010 - Anim ator 2D DETTAK Bandung

- Fotografer DETTAK Bandung Pengalaman Organisasi

2005 - Sekretaris BUBAR FAKULTAS DESAIN UNIKOM

2005 – 2006 - Sekretaris Chitot Organizer Karawang

2005 - … - Bassist SHB 347 (Soft Hard B- Ker) Karawang

2008 - Kam ar Kreasi.inc Bandung


(1)

1.2.5 Pin

Pin ditempatkan di dalam komik sebagai hadiah kepada pembeli.

Gambar 4.15 Sample pin. Pin yang dibuat dengan spesifikasi :

Ukuran 5,5 X 5,5 cm

Bahan Media Artpaper 80 gram (laminasi doff)

Cetak Digital Printing


(2)

1.2.6 Replika Topeng Malang

Replika Topeng Malang dibagikan cuma – cuma kepada pembeli selama masa promosi.

Gambar 4.16 Sample replika Topeng Malang.

Replika Topeng Malang yang dibuat dengan spesifikasi :

Ukuran 10 X 7,5 cm

Bahan Media Kayu / fiber

Tekhnik Pahatan / press


(3)

1.2.7 Gantungan Kunci Topeng Malang

Gantungan Kunci Topeng Malang dibagikan cuma – cuma kepada pembeli selama masa promosi.

Gambar 4.17 Sample Gantungan Kunci Topeng Malang.

Gantungan Kunci Topeng Malang yang dibuat dengan spesifikasi :

Ukuran 5 X 3,5 cm

Bahan Media Kayu / fiber

Tekhnik Pahatan / press


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Departeman Pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tersedia di:http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php. Diunduh tanggal 1 April 2011.

Hidayat, Robby. 2010. Wayang Topeng di Malang. Tersedia di:

http://studiotari.blogspot.com/2010/07/wayang-topeng-di-malan-sejarah-nilai.html. diunduh tanggal 13 November 2010.

Irzaqi, Alex. 2010. Dharmaputra. Gramedia (m&c!). Jakarta

McCloud, Scott. 2001. Memahami Komik. Diterjemahkan oleh KGP (Kepustakaan Populer Indonesia). Jakarta.

Nurhan, Kenedi. Hastuti, Rita Sri dan Hartono, Yusuf Susilo. 2008. MAESTRO Seni Tradisi. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI bekerjasama dengan Asosiasi Tradisi Lisan (ATL). Jakarta.

Rosidi, Ajip. 2008. CANDRA KIRANA Sebuah Saduran Atas Cerita Panji . NUANSA. Bandung


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Cur riculum Vit ae

Data Pribadi

Nam a : Muham m ad Wildan Habibie

Alam at : Jl. Raya Kedondong

DS. Kedondong, Kec. Bagor Nganjuk, Jawa Tim ur

Kode Post : 64461

Nom or Telepon : 08563641151

Em ail : wielbigh@yahoo.co.id

Jenis Kelam in : Laki - Laki

Tem pat Tanggal Lahir : 23 Juni 1986

Status : Single

Warga Negara : Indonesia

Agam a : Islam

Pendidikan

2005 – 2011 - UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA 2003 – 2005 - SMUN 1 TELUK JAMBE KARAWANG 2002 – 2003 - SMUN 1 NGANJUK

2001 – 2002 - SMUN 7 KEDIRI 1998 – 2001 - SLTP 1 KEDIRI

1993 – 1998 - SDN 1 PAYAMAN NGANJUK 1990 – 1993 - TK AIYSIAH NGANJUK


(6)

Pengalaman Kerja

2005 – 2006 - Art Studio Bandung (Graphic Design) - Freelant

2006 - PT. TEXMACO ELEKTRONIK KARAWANG - Repair

2006 – 2007 - Sim ple Design (Digital Im aging) - Freelant 2007 – 2008 - Editor “Rahasia Peradaban Kuno” - Sibu’ x Film 2008 - Anim ator 2D Kam ar Kreasi.inc Bandung

2009 - Cv. KASIH ILLAHI Production Karawang - Freelant - Studio Recording Cv. KASIH ILLAHI Karawang

Operator Freelant

2009 – 2010 - Anim ator 2D DETTAK Bandung - Fotografer DETTAK Bandung

Pengalaman Organisasi

2005 - Sekretaris BUBAR FAKULTAS DESAIN UNIKOM 2005 – 2006 - Sekretaris Chitot Organizer Karawang

2005 - … - Bassist SHB 347 (Soft Hard B- Ker) Karawang

2008 - Kam ar Kreasi.inc Bandung