Universitas Kristen Maranatha
1.2 Identifikasi Masalah
Ingin mengetahui self-efficacy mahasiswa semester 2 Sekolah Tinggi Teologi “X”
Jakarta.
1.3 Maksud dan Tujuan penelitian 1.3.1 Maksud penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui self-efficacy mahasiswa semester 2 Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta.
1.3.2 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini ialah untuk mendapatkan gambaran mengenai derajat self- efficacy pada mahasiswa semester 2 Sekolah Tinggi Teologi
“X” Jakarta.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis
- Memberikan sumbangan informasi bagi ilmu psikologi pendidikan mengenai
self-efficacy pada mahasiswa semester 2 Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta
yang
sedang menempuh studi.
- Memberikan informasi bagi penelitian selanjutnya khususnya yang berhubungan dengan self-efficacy pada bidang pendidikan.
Universitas Kristen Maranatha
1.4.2 Kegunaan Praktis -
Memberikan informasi kepada Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta mengenai self-efficacy mahasiswa yang sedang menempuh studi. Informasi ini diharapkan dapat
dimanfaatkan oleh Sekolah Tinggi Teologi ‘X” Jakarta sebagai pertimbangan dalam merencanakan program-program pendidikan di Sekolah Tinggi dengan harapan dapat
mengembangkan self-efficacy mahasiswa. -
Memberikan informasi kepada mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta mengenai self-efficacy mereka agar menjadi bahan untuk pengenalan diri dan bagi
mahasiswa yang memiliki self-efficacy yang rendah diharapkan dapat meningkatkan self-efficacy mereka.
1.5 Kerangka Pemikiran
Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta berada dalam rentang usia 18
-22 tahun. Pada masa ini, mahasiswa berada dalam tahap perkembangan dewasa
awal. Masa dewasa awal young adulthood adalah masa peralihan dari masa remaja
ke masa dewasa. Pada masa ini seseorang tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa atau matang maturity, segala tindakannya sudah dapat
dikenakan aturan-aturan hukum yang berlaku. Dua kriteria yang diajukan untuk menunjukkan akhir masa remaja dan permulaan dari masa dewasa awal adalah
kemandirian ekonomi dan kemampuan dalam membuat keputusan, termasuk membuat keputusan dalam studinya Santrock, 2002.
Universitas Kristen Maranatha
Seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta yang berada dalam tahap perkembangan dewasa awal diharapkan sudah mampu untuk membuat
keputusan. Ketika mahasiswa mengakhiri studinya di SMA, mereka memutuskan untuk masuk ke Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta untuk menjadi seorang pendeta.
Di Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta, para mahasiswa diajarkan untuk menghadapi tuntutan dan tugas sebagai pendeta. Selain itu, mereka juga diajarkan untuk menaati
peraturan yang berlaku di kampus dan asrama. Jika para mahasiswa teologi melanggar aturan-aturan tersebut, akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Pendeta adalah seorang pemimpin agama Kristen yang memiliki tugas untuk
menyatukan umat dan memimpin ibadah serta berkotbah untuk menumbuhkan iman umatnya. Selain itu terdapat sejumlah tugas lain di antaranya pelayanan pastoral
konseling dan pelawatan kunjungan. Sedangkan tuntutan bagi seorang pendeta adalah berkata benar dan kehidupannya mencerminkan keteladanan. Mahasiswa
Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta menyadari tugas-tugas dan tuntutan tersebut.
Tugas-tugas yang standar dilakukan antara lain berkotbah, memimpin jemaat, melakukan konseling, dan mengunjungi orang sakit. Mereka dilatih dan diajarkan
untuk dapat memenuhi tugas dan tuntutan mereka nanti ketika mereka menjadi pendeta. Oleh karena itu, fungsi dari Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta adalah
membekali para mahasiswanya agar mereka siap menjalankan tugas dan tuntutannya.
Universitas Kristen Maranatha
Self-efficacy
menurut Bandura 2002
adalah keyakinan akan kemampuan diri seseorang untuk dapat mengorganisir dan melakukan serangkaian tindakan yang
diperlukan untuk mencapai keinginannya. Keyakinan akan kemampuan diri seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta dipengaruhi oleh sumber-sumber
yaitu mastery experiences, vicarious experiences, verbal persuasions, dan physiological and affective states. Mastery experiences merupakan hasil pengalaman
pribadi seorang mahasiswa teologi dalam bertindak menghadapi sesuatu. Pengalaman ma
hasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta mengenai keberhasilan dan kegagalan merupakan sumber yang dapat memengaruhi keyakinan akan kemampuan
dirinya. Apabila mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta sering mencapai keberhasilan dalam mengerjakan tuntutan dan tugas-tugasnya seperti praktik, biblikal,
pastoral, dan collegiums pastorale, maka ia akan menjadi yakin bahwa ia mampu dan sanggup mengemban tugas perkuliahannya. Sebaliknya apabila mahasiswa Sekolah
Tinggi Teologi “X” Jakarta seringkali gagal dalam mengerjakan tugas-tugas dan tuntutan perkuliahan, mahasiswa tersebut akan mengembangkan penghayatan
ketidakyakinan akan kemampuan dirinya akan proses perkuliahan yang dijalaninya. Sumber kedua yang dapat memengaruhi keyakinan akan kemampuan diri
mahasiswa teologi adalah vicarious experiences. Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta melihat pengalaman atau hasil yang dicapai oleh figur yang signifikan
bagi dirinya, dalam arti serupa dengan dirinya mahasiswa teologi yang lain. Pengalaman atau hasil yang dicapai figur signifikan tersebut dapat menjadi sumber
Universitas Kristen Maranatha
informasi bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta untuk menilai kemampuan dirinya. Apabila mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta melihat
bahwa orang lain yang serupa dengan dirinya mampu mengerjakan tugas-tugas dan tuntutannya, ia akan menjadi yakin bahwa ia mampu mengemban tugas
perkuliahannya . Sebaliknya apabila mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta
melihat bahwa orang lain yang serupa dengan dirinya tidak mampu mengerjakan tugas-tugas atau tuntutannya, ia akan menjadi tidak yakin akan kemampuannya dalam
mengemban tugas perkuliahannya. Sumber ketiga yang dapat memengaruhi keyakinan akan kemampuan diri
mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta adalah verbal persuasions. Persuasi verbal adalah bentuk-bentuk pernyataan verbal yang diberikan oleh figur yang
signifikan kepada mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta. Persuasi verbal meliputi nasihat atau ejekan, peringatan, kritikan, pujian dan sanjungan. Pengalaman
seorang mahasiswa teologi ketika mendapatkan pujian atau sanjungan yang memberikan penjelasan bahwa mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta
mampu untuk menghadapi tuntutan dan tugas-tugasnya dapat membuat dirinya menjadi yakin akan kemampuan yang dimilikinya dalam mengemban tugas
perkuliahannya . Sebaliknya, jika seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X”
Jakarta memiliki pengalaman lebih banyak mendapatkan teguran, kritikan atau ejekan yang menyatakan bahwa dia tidak memiliki kemampuan yang cukup dalam
Universitas Kristen Maranatha
menghadapi tugas dan tuntutannya, akan menjadi tidak yakin akan kemampuan yang dimilikinya dalam mengemban tugas perkuliahannya.
Sumber yang keempat adalah physiological and affective states. Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta menilai kemampuan mereka berdasarkan
sebagian dari informasi somatik yang didapatkan dari keadaan fisik dan emosional. Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta mendapatkan informasi somatik
seperti pemenuhan fisik, fungsi kesehatan, dan coping terhadap penyebab stress. Seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta akan menilai keadaan
fisiknya seperti kelelahan, sakit, nyeri, segar atau bugar yang berkaitan dengan kekuatan fisik atau staminanya. Selain itu kondisi perasaan mahasiswa Sekolah
Tinggi Teologi “X” Jakarta juga berpengaruh pada penilaian terhadap keyakinan dirinya. Jika seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta
menginterpretasi bahwa stamina dan kondisi fisiknya mampu untuk mengerjakan tugas dan tuntutannya serta mampu mengatasi stres, maka mahasiswa Sekolah Tinggi
Teologi “X” Jakarta akan menjadi yakin akan kemampuannya dalam mengemban tugas perkuliahannya. Sedangkan jika seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi
“X” Jakarta menginterpretasi bahwa stamina dan kondisi fisiknya tidak mampu untuk mengerjakan tugas dan tuntutannya serta tidak mampu mengatasi stress, maka
mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta menjadi tidak yakin akan kemampuannya dalam mengemban tugas perkuliahannya.
Universitas Kristen Maranatha
Keempat sumber tersebut akan diproses secara kognitif oleh mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X”Jakarta. Informasi yang didapatkan melalui sumber self-
efficacy tidak langsung memengaruhi individu. Ada perbedaan antara informasi yang didapatkan dari pengalaman langsung dan informasi yang dipilih dan ditimbang yang
kemudian diintegrasikan menjadi penilaian self-efficacy. Proses kognitif melibatkan dua fungsi yang terpisah, fungsi yang pertama berkaitan dengan jenis informasi yang
didapatkan oleh mahasiswa Sek olah Tinggi Teologi “X” Jakarta dan digunakan
sebagai indikator keyakinan dirinya. Informasi yang didapat tersebut berasal dari masing-masing sumber self-efficacy yang berisi mengenai kemampuan diri
mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta. Misalnya seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta merasa bahwa mastery experiences merupakan
sumber yang paling memengaruhi dirinya dibandingkan sumber self-efficacy yang lain. Fungsi kedua berkaitan dengan proses pengombinasian atau pengumpulan yang
di gunakan oleh mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta untuk menyatukan
informasi mengenai efficacy dari berbagai sumber di dalam membangun keyakinan diri mereka. Misalnya setelah memilih dan menimbang sumber-sumber yang
memengaruhi dirinya, seorang mah asiswa Sekolah Tinggi Teologi “X”Jakarta akan
mengintegrasikan informasi-informasi tersebut dan membangun self-efficacy mereka dengan cara yang bisa saja berbeda dengan mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X”
Jakarta yang lain.
Universitas Kristen Maranatha
Self-efficacy mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta akan
tercermin dalam empat aspek yaitu pilihan yang dibuat, usaha yang dikeluarkan, daya tahan, dan penghayatan perasaan. Pilihan yang dibuat oleh mahasiswa Sekolah
Tinggi Teologi “X” Jakarta akan dipengaruhi oleh penilaian terhadap kemampuan dirinya.
Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan memilih untuk menetapkan target IPK yang tinggi dan menetapkan
komitmen mereka pada pilihan tersebut. Sebaliknya, self-efficacy mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi”X” Jakarta rendah kurang yakin dalam menetapkan target IPK yang
tinggi dan kurang berkomitmen pada pilihan tersebut. Aspek yang kedua adalah usaha yang dikeluarkan oleh mahasiswa Sekolah
Tinggi Teologi “X” Jakarta. Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan menampilkan usaha yang kuat dalam
mengerjakan tugas yang sulit dan kegagalan dianggap sebagai usaha yang kurang memadai. Sebaliknya mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta yang memiliki
self-efficacy yang rendah akan menampilkan usaha yang lemah dalam mengerjakan tugas yang sulit dan menganggap kegagalan sebagai keterbatasan dirinya.
Aspek yang ketiga adalah daya tahan mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta. Terkadang mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta berada dalam
situasi yang sulit, diperlukan daya tahan yang kuat untuk tetap berusaha mencapai tujuan. Mahasiswa Sekola
h Tinggi Teologi “X” Jakarta yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan gigih dalam menghadapi kegagalan dan bertahan ketika menghadapi
Universitas Kristen Maranatha
situasi yang sulit. Sebaliknya mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta yang memiliki self-efficacy yang rendah akan cepat menyerah ketika menghadapi
kegagalan dan menghindari situasi yang sulit. Aspek yang terakhir adalah penghayatan perasaan mahasiswa Sekolah Tinggi
Teologi “X” Jakarta. Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan mengontrol kecemasannya dengan tidak memikirkan
hal-hal yang negatif atau membayangkan kegagalan. Sebaliknya jika self-efficacy mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta rendah, mereka akan sering
memikirkan kekurangan-kekurangan mereka dan akan meningkatkan kecemasan. Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta yang memiliki self-efficacy
yang tinggi akan merasa yakin untuk memilih sesuatu yang lebih menantang dan berkomitmen pada pilihan tersebut, menampilkan usaha yang kuat dalam
mengerjakan tugas yang sulit, gigih dalam menghadapi kegagalan dan bertahan ketika menghadapi situasi yang sulit, serta dapat mengontrol kecemasannya dan tidak
memikirkan hal-hal yang negatif seperti membayangkan kegagalan. Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi “X” Jakarta yang memiliki self-efficacy yang rendah akan
kurang yakin akan pilihan yang dibuat dan kurang berkomitmen pada pilihan tersebut, menampilkan usaha yang lemah dalam mengerjakan tugas yang sulit dan
menganggap kegagalan sebagai keterbatasan dirinya, cepat menyerah ketika menghadapi kegagalan dan menghindari situasi yang sulit, serta kurang mampu
mengontrol kecemasan dan sering memikirkan kekurangan-kekurangan mereka.
Universitas Kristen Maranatha
Mastery Experiences Vicarous Experiences
Verbal Experiences Physiological and
Affective States
Tinggi Mahasiswa
Teologi Rendah
Self-Efficacy
- Pilihan yang dibuat
- Usaha yang dikeluarkan
- Daya tahan
- Penghayatan perasaan
Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran
Proses Kognitif
Universitas Kristen Maranatha
1.6 Asumsi Penelitian